BAB 9 METODE PENGUMPULAN DATA – KUESIONER
Kuesioner adalah seperangkat pertanyaan yang diformulasikan dan ditujukan kepada responden dan sekaligus sebagai alat untuk merekam jawaban mereka. Kuesioner merupakan mekanisme pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu persis apa yang dibutuhkan dan bagaimana mengukur variabelnya. Kuesioner dapat diberikan secara pribadi, dikirim ke responden, atau didistribusikan secara elektronik.
Jenis-jenis kuesioner a. Kuesioner Personal Ketika survei dilakukan secara terbatas dan pada area lokal, serta organisasi yang dituju bersedia dan mampu mengorganisir kelompok karyawan untuk menanggapi kuesioner di tempat kerja, cara yang baik untuk mengumpulkan data adalah kuesioner secara personal. Keuntungan utama dari hal ini adalah peneliti atau anggota tim peneliti dapat mengumpulkan semua tanggapan yang lengkap dalam waktu singkat. Peneliti juga diberikan kesempatan untuk memperkenalkan topik penelitian dan memotivasi responden memberikan jawaban jujur mereka. . b. Kuesioner Surat Keuntungan utama dari kuesioner surat adalah survey dapat mencakup wilayah geografis yang luas. Kuesioner dikirim ke responden, yang dapat menyelesaikan kuesioner pada waktu dan tempat yang tergantung pada kenyamanan mereka, di rumah mereka, dan dengan cara mereka sendiri. Namun, tingkat pengembalian kuesioner surat biasanya rendah, biasanya 30% dari jumlah yang dikirimkan.
1
Kelemahan lain dari kuesioner mail adalah pertanyaan dan keraguan responden tentang pertanyaan kuesioner mungkin tidak bisa diklarifikasi. Juga, dengan tingkat pengembalian yang sangat rendah sulit untuk menetapkan keterwakilan sampel karena mereka menanggapi survei mungkin sama sekali tidak mewakili populasi yang seharusnya. Namun, beberapa teknik yang efektif dapat digunakan untuk meningkatkan tingkat respon terhadap kuesioner surat. Cara meningkatkannya adalah dengan mengirim surat tindak lanjut, melampirkan sejumlah uang insentif dengan kuesioner, dan lain lain.
c. Kuesioner Elektronik/online Kuesioner online dengan mudah dirancang dan diberikan ketika internet terhubung ke jaringan komputer. Hardrive juga dapat dikirimkan kepada responden, yang dapat menggunakan komputer pribadi mereka sendiri untuk menanggapi pertanyaanpertanyaan. Pengiriman hardrive dapat dilakukan ketika responden tahu bagaimana menggunakan komputer dan merasa nyaman menanggapi pertanyaan dengan cara ini. . Desain kuesioner Prinsip-prinsip desain kuesioner harus fokus pada tiga hal. Yang pertama berkaitan dengan kata-kata dari pertanyaan. kedua mengacu pada perencanaan isu tentang bagaimana variabel akan dikategorikan, skala, dan kode setelah diterimanya tanggapan. Yang ketiga berkaitan dengan penampilan umum dari kuesioner. Ketiga hal tersebut adalah isu-isu penting dalam desain kuesioner karena mereka dapat meminimalkan bias dalam penelitian.
2
Berikut adalah bagan desain kuesioner:
a. Prinsip kata-kata Prinsip-prinsip kata mengacu pada faktor-faktor seperti (1) kesesuaian isi pertanyaan, (2) bagaimana pertanyaan bisa menyatu dengan tingkat kecanggihan bahasa yang digunakan, (3) jenis dan bentuk pertanyaan yang diajukan, ( 4) urutan pertanyaan, dan (5) data pribadi yang dicari dari responden.
b. Klasifikasi data Klasifikasi data yang juga dikenal sebagai informasi pribadi atau pertanyaan demografi, bertujuan untuk memperoleh informasi seperti usia, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan pendapatan. Kecuali benar-benar diperlukan, yang terbaik adalah untuk tidak meminta nama responden. Namun, jika kuesioner harus 3
diidentifikasi dengan responden karena sebuah alasan, maka kuesioner bisa diberi nomor dan dihubungkan dengan nama responden (dokumen rahasia). Prosedur seperti ini harus dijelaskan kepada responden. Alasan untuk menggunakan sistem numerik dalam kuesioner adalah untuk memastikan anonimitas responden.
c. Prinsip pengukuran Seperti halnya pedoman yang harus diikuti untuk memastikan bahwa kata-kata dari kuesioner tepat untuk meminimalkan bias penelitian, juga ada beberapa prinsip pengukuran yang harus diikuti untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sesuai untuk menguji hipotesis.
Review kelebihan dan kekurangan metode Berikut adalah tabel rangkuman yang saya buat untuk mereview kelebihan dan kekurangan penggunaan mertode kuesioner: Jenis
Kelebihan
Kuesioner Personal
Dapat membangun
Kekurangan
Organisasi mungkin
hubungan dan memotivasi
enggan untuk memberikan
responden.
waktu untuk survey.
Keraguan dapat diperjelas.
Lebih murah.
Tingkat pengembalian hampir 100%
Anonimitas responden tinggi. 4
Kuesioner Surat
Anonimitas tinggi.
Wilayah geografis yang luas dapat dicapai.
Tingkat respon hampir selalu rendah.
Tidak bisa
Responden memiliki lebih
mengklarifikasi
banyak waktu untuk
pertanyaan.
menanggapi
Dapat diberikan secara elektronik, jika diinginkan.
Kuesioner Elektronik/Online
Mudah dijalankan.
Dapat mencakup secara
komputer adalah suatu
global.
keharusan.
Dapat menggunakan
Sangat murah.
Pengiriman cepat.
memiliki akses ke
Responden dapat
fasilitas.
Responden harus
menjawab pada kenyamanan mereka seperti kuesioner surat.
Multi metode pada pengumpulan data Karena hampir semua metode pengumpulan data memiliki beberapa bias yang terkait, mengumpulkan data menggunakan multimethods dan dari berbagai sumber menjadi solusi bagi sebuah penelitian. Misalnya, jika tanggapan yang dikumpulkan melalui wawancara, kuesioner, dan observasi sangat berkorelasi dengan satu sama lain, maka peneliti akan lebih mempercayai data yang dikumpulkan. 5
Oleh karena itu, korelasi yang tinggi di antara data yang diperoleh pada variabel yang sama dari sumber yang berbeda dan melalui metode pengumpulan data yang berbeda meningkatkan kredibilitas instrumen penelitian dan data yang diperoleh. Penelitian yang baik memerlukan pengumpulan data dari berbagai sumber dan melalui metode pengumpulan data ganda (multimethods) meskipun biaya yang dikeluarkan akan lebih mahal dan memakan waktu tambahan .
BAB 10 DESAIN EKSPERIMEN
Desain ekperimen (experimental design) merupakan desain studi dimana peneliti dapat menciptakan lingkungan/ kondisi
tiruan, mengontrol beberapa variabel dan
memanipulasi variabel bebas untuk membuktikan hubungan sebab akibat. Desain experiment terbagi atas dua kategori yaitu: eksperimen lab (lab experiments), dan eksperimen lapangan (fields experiments). Eksperimen lab (lab experiments) merupakan desain eksperimen yang diatur dalam suatu lingkungan tiruan dimana kontrol dan manipulasi diberikan untuk membuktikan hubungan sebab akibat di antara variabel yang diminati peneliti. Sementara eksperimen lapangan (fields experiments) merupakan eksperimen yang dilakukan untuk mendeteksi hubungan sebab akibat dalam lingkungan alami dimana peristiwa terjadi secara normal. Tujuan chapter ini adalah untuk membedakan antara analisis kausal dan analisis korelasional. Chapter ini juga menjelaskan tentang perbedaan antara eksperimen laboratiorium dan eksperimen lapangan. Materi tentang variabel pengganggu, manipulasi,
6
kelompok eksperimen dan kontrol, efek pengobatan, pencocokan, dan pengacakan. Pada bagian diskusi dijelaskan apa maksud dari validitas internal dan eksternal dalam desain eksperimental serta ancaman-ancaman validitasnya Jenis dari desain eksperimental juga disebutkan secara lengkap pada bagian akhir chapter.
Eksperimen Laboratorium Ketika hubungan sebab-akibat antara variabel independen dan variabel dependen, maka semua variabel lain yang mungkin mencemari atau mengacaukan hubungan antara kedua variabel tersebut harus dikontrol ketat. Dengan kata lain, kemungkinan efek variabel lainnya terhadap variabel dependen harus diperhitungkan dengan beberapa cara, sehingga efek kausal variabel independen sebenarnya pada variabel dependen dapat ditentukan. Hal ini juga diperlukan untuk memanipulasi variabel independen sehingga luasan efek kausal dapat dibentuk. Kontrol dan manipulasi terbaik yang dapat dilakukan ada dalam pengaturan buatan (laboratorium), di mana efek kausal dapat diuji. Ketika kontrol dan manipulasi diciptakan untuk membangun hubungan sebab-akibat dalam pengaturan buatan (laboratorium), kita menggunakan eksperimen laboratorium sebagai desain eksperimental, yang juga dikenal sebagai percobaan laboratorium.
Kontrol Ketika kita merumuskan hubungan sebab-akibat antara dua variabel X dan Y, adalah mungkin bahwa suatu faktor, misalnya A, juga mempengaruhi variabel terikat Y. Dalam hal tersebut, adalah mustahil untuk menentukkan tingkat di mana Y hanya terjadi karena X, karena kita mengetahui seberapa besar total variasi Y disebabkan oleh kehadiran faktor A.
7
Manipulasi Variabel Bebas Dalam menguji pengaruh kausal dari variabel bebas terhadap variabel terikat, diperlukan menipulasi data. Manipulasi secara sederhana berarti bahwa kita membuat tingkat yang berbeda pada variabel bebas untuk menilai dampak pada variabel terikat. Menipulasi variabel bebas juga disebut perlakuan (treatment), dan hasil perlakuan disebut pengaruh perlakukan (treatment effect).
Mengontrol Variabel “Pengganggu” Dalam mengontrol variabel “pengganggu” yang mencemari suatu penelitian dapat dilakukan dua cara berikut, yatu: a. Memadankan Kelompok Memadankan atau menjodohkan (matching) merupakan metode dalam mengontrol faktor yang diketahui mencemari dalam suatu studi ekperimen, dengan secara sengaja menyebarkannya bersama-sama di seluruh kelompok eksperimental dan kontrol agar tidak mengacaukan hubungan sebab akibat. Dalam metode ini, berbagai karakteristik yang mengacaukan di kelompokkan dan secara sengaja disebarkan kedalam semua kelompok. Karena faktor yang diduga mencemari disebarkan ke semua kelompok, dapat dikatakan bahwa variabel X sendirian menyebabakan variabel Y. namun, dalam hal ini kita tidak yakin bahwa kita telah mengontrol semua faktor pengganggu, karena kita mungkin tidak menyadarai semuanya sehingga taruhan yang lebih aman adalah randomisasi. b. Randomisasi Randomisasi merupakan proses mengontrol variabel pengganggu (nuisance variable) dengan secara acak menempatkan anggota di antara beberapa kelompok ekperimen dan kontrol, sehingga variabel yang mengacaukan secara acak dibagi ke seluruh
8
kelompok. Dalam randomisasi, proses di mana orang yang ditarik (yaitu, setiap orang mempunyai peluang yang diketahui dan sama untuk ditarik) dan penempatan mereka dalam kelompok mana pun (tiap orang bisa ditempatkan ke dalam kelompok manapun) adalah acak. Dengan menempatkan anggota ke dalam kelompok secara acak, kita akan mendistribusikan variabel pengacau di antara kelompok secara sama.
Perbedaan antara pemadanan dan randomisasi adalah bahwa dalam kasus pertama individu secara sengaja dan sadar disesuaikan untuk mengontrol perbedaan di antara anggota kelompok., sedangan dalam kasus terakhir, kita berhaarap bahwa proses randomisasi akan mendistribusiakn ketdaksamaan anatara kelompok berdasarkan hukum distribusi normal. Dengan demikian, kita tidak perlu secara khusus merisaukan faktor pencemar apa pun yang diketahui atau tidak diketahui. Dibandingkan dengan randomisasi, pemadaman mungkin kurang efektif karena kita mungkin tidak mengetahui semua faktor yang mungkin dapat mencemari hubungan sebab akibat dalam situasi yang dihadapi, dan karena itu kegagalan dalam memadankan beberapa faktor penting diseluruh kelompok ketika mengadakan eksperimen. Tetapi, randomisasi akan menyelesaikan masalah tersebut., karena semua faktor pencemar akan disebarkan ke seluruh kelompok. Selain itu, jika kita mengetahui variabel yang mengacaukan, kita mungkin tidak mampu menemukan suatu kecocokan untuk semua variabel tersebut. Dengan demikian desain eksperimen lab melibatkan control terhadap variabel pencemar melalui proses pemadanan atau randomisasi dan manipulasi perlakuan.
Eksperimen lapangan Eksperimen lapangan adalah eksperimen yang dilakukan dalam lingkungan alami di mana pekerjaan dilakuan sehari-hari, namun kepada satu atau lebih kelompok diberikan
9
perlakuan tertentu. Dalam eksperimen lapangan meskipun mungkin mustahil untuk mengontrol semua variabel penganggu karena anggota tidak dapat ditempatkan dalam kelompok secara acak, atau cocok, perlakuan tetap dapat dimanipulasi. Kelompok kontrol bisa diatur dalam eksperimen lapangan. Kelompok eksperimen dan kontrol dalam eksperimen lapangan bisa terdiri dari orang-orang yang bekerja di beberapa pabrik dalam radius yang sama, atau lainnya.
Validitas Eksternal dan Validitas Internal Validitas internal merupakan validitas yang mengacu pada tingakt keyakinan kita tentang pegnaruh kausal yaitu, bahwa variabel X menyebabkan variabel Y) sementara validitas eksternal mengacu pada tingkat generalisasi dari hasil sebuah studi kausal pada situasi, orang, atau validitas lain. Ekperimen lapangan mempunyai validitas eksternal yang lebih tinggi (karena hasilnya lebih dapat digeneralisasi pada situasi organisasi lainnya), namun mempunyai validitas internal yang lebih rendah (karena kita tidak bisa yakin mengenai sampai tingkat apa variabel X sendirian menyebabkan variabel Y). Berbanding terbalik dengan eksperimen lapangan, eksperimen lab memiliki validitas internal yang lebih tinggi dan validitas eksternal rendah. Dalam eksperimen lab kita bisa yakin bahwa variabel X menyebabkan variabel Y karena kita dapat mengontrol variabel asing lain yang mencemari, namun mempunyai beberapa variabel yang dikontrol dengan sangat ketat untuk membuktikan hubungan sabab akibat sehingga tidak mengetahui sampai tingat apa hasil studi dapat digeneralisasikan pada situasi lapangan. Karena situasi lab tidak dapat mencerminkan “dunia nyata” kita tidak dapat mengetahui sampai tingkat apa temuan lab secara valid mewakili realitas dunia luar.
10
Tedapat trade off antara validitas internal dan eksternal. Bila peneliti menginginkan validitas internal yang tinggi maka sebaiknya bersedia menetukan validitas eksternal yang lebih rendah dan sebaliknya. Untuk memastikan kedua jenis validitas, peneliti biasanya mencoba menguji hubungan kausal dalam suatu situasi lab atau buatan yang dikontrol secara ketat dan setelah hubungan dibuktikan dengan mencoba menguji hubungan kausal dalam eksperimen lapangan. Desain eksperimen lab dalam bidang manajemen sejauh ini dilakukan untuk menilai, diantaranya perbedaan gender dalam gaya kepemimpinan, bakat manajerial dan sebagainya. Tetapi meskipun demikian, perbedaan gender dan faktor lain yang ditemukan dalam situasi lab sering kali tidak ditemukan dalam studi lapang (Osborn & Vicars, 1976). Maslah validitas ekternal biasanya membatasi penggunaan eksperimen lab dalam bidang manajemen sehingga eksperimen lapangan pun jarang dilakukan karena munculnya konsekuensi yang tidak diharapkan, misalnya karyawan menjadi curiga, adanya persaingan, dan kecemburuan yang timbul antardepartemen dan sebagainya.
Faktor yang mempengaruhi validitas eksperimen Terdapat tujuh faktor pencemar yang dapat memengaruhi validitas internal desain eksperimen. Faktor tersebut adalah pengaruh sejarah, maturasi, pengujian, instrumentasi, seleksi, regresi startistik, dan mortalitas. Tetapi, adalah mungkin untuk mengurangi bias tersebut dengan meningkatkan kecanggihan desain eksperimen. Meskipun sejumlah desain yang lebih canggih, yang di bahas di bawah ini akan meningkatkan validitas internal dari hasil eksperimen, hal tersebut juga mahal dan memakan waktu. Ancaman terhadap validitas eksternal bisa diatasi dengan menciptakan kondisi eksperimen
sedekat
mungkin
dengan
situasi
da
mana
hasil
eksperimen
akan
digeneralisasikan. Untuk pembahasan lebih jauh mengenei validitas.
11
BAB 11 VARIABEL PENGUKURAN – DEFINISI OPERASIONAL
Bagaimana Variabel Diukur Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. Pengertian lain bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep tertentu. Pengukuran variabel adalah proses menentukan jumlah atau intensitas informasi mengenai orang, peristiwa, gagasan, dan atau obyek tertentu serta hubungannya dengan masalah atau peluang bisnis. Dengan kata lain, menggunakan proses pengukuran yaitu dengan menetapkan angka atau tabel terhadap karakteristik atau atribut dari suatu obyek, atau setiap jenis fenomena atau peristiwa yang mengunakan aturan-aturan tertentu yang menunjukkan jumlah dan atau kualitas dari faktor-faktor yang diteliti.
Definisi Operasionalisasi Operasionalisasi atau operasional didefinisikan sebuah konsep untuk membuat sesuatu terukur, dilakukan dengan melihat perilaku dimensi, aspek, atau properti dan dilambangkan dengan konsep. Sesuatu tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam unsurunsur yang dapat diamati dan terukur sehingga dapat mengembangkan indeks pengukuran konsep. Operasional sederhananya didefinisikan sebagai serangkaian langkah. Tahapan-tahapan operasionalisasi yakni: a. Menemukan definisi dari gagasan yang ingin diukur.
12
b. Memikirkan isi dari pengukuran yaitu instrument (satu atau beberapa item atau pertanyaan) sebagai pengukuran aktual dari konsep yang ingin diukur untuk pengembangan. Kemudian, format respon dibutuhkan. c. Menilai keabsahan dan keandalan dari skala pengukuran
Operasionalisasi : Dimensi dan Elemen Sebuah contoh konsep yang memiliki lebih dari satu dimensi adalah agresi. Agresi memiliki dua dimensi;agresi verbal dan agresi fisik. Karena itu agresi termasuk perilaku seperti berteriak dan mengumpat ke orang (agresi verbal), juga melempar benda, memukul tembok, dan melukai orang lain secara fisik (agresi fisik). Pengukuran yang valid tentang agresi harus memasukkan item yang mengukur agresi verbal dan agresi fisik. Pengukuran yang hanya memasukkan item agresi verbal atau hanya memasukkan item agresi fisik tidak akan valid jika tujuan peneliti adalah mengukur agresi. Pengukuran yang valid memasukkan pertanyaan kuantitatif yang dapat diukur atau item yang dapat merepresentasikan asal atau keseluruhan konsep .Jika konsep memiliki lebih dari satu asal atau dimensi, maka peneliti harus yakin bahwa pertanyaan atau item yang merepresentasikan dimensi ini dimasukkan dalam pengukuran.
Operasionalisasi ( Multidimensional) Konsep Motivasi Berpencapaian Misalkan peneliti tertarik untuk membangun hubungan antara gender dengan motivasi berpencapaian. Peneliti harus mengukur baik gender maupun motivasi berpencapaian. Mengukur gender tidak akan sulit, namun mengukur motivasi berpencapaian akan cukup sulit, karena konsep ini abstrak dan subjektif secara alamiah. Untuk Alasan ini peneliti harus menduga motivasi berpencapaian dengan mengukur dimensi perilaku, aspek atau karakteristik yang diharapkan akan ditemukan pada orang dengan motivasi berpencapaian
13
yang tinggi. Tanpa mengukur dimensi ini peneliti tidak akan sampai pada kesimpulan hubungan gender dan motivasi berpencapaian. Setelah menentukan konsep, langkah selanjutnya dari pengukuran konsep yang abstrak seperti motivasi berpencapaian adalah dengan menelaah literatur untuk mencari pengukuran – pengukuran yang ada untuk objek tersebut. Manfaat Penggunaan skala pengukuran yang sudah ada sebagai berikut:
Menghemat banyak waktu dan energi.
Memungkinkan peneliti untuk memeriksa penemuan peneliti lain dan membangun penelitian diatas penelitian lain.
Karena itu, saat peneliti ingin mengukur sesuatu dan menggunakan pengukuran tersebut peneliti harus melihat apakah hal tersebut sudah pernah diukur atau belum. Peneliti harus mendokumentasikan penggunaan skala pengukuran yang sudah ada dengan tepat.
Dimensi dan Elemen Motivasi Pencapaian Apa saja dimensi perilaku, aspek, atau karakteristik yang peneliti perkirakan ada pada orang yang memiliki motivasi pencapaian yang tinggi? Mereka mungkin mempunyai karakteristik dibawah ini, yang disebut dimensi:
Mereka dikendalikan oleh pekerjaan. Mereka akan bekerja sepanjang hari untuk mendapatkan kepuasan atas pencapaian dan kesempurnaan.
Banyak dari mereka umumnya tidak memiliki hasrat untuk bersantai dan memberikan perhatiannya pada aktivitas yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Karena mereka selalu ingin mencapai dan menyelesaikan, mereka akan memilih untuk bekerja sendiri dibanding bekerja dengan orang lain.
14
Dengan pikiran dan hati yang tertuju pada pencapaian dan pencapaian, mereka akan cenderung terikat pada pekerjaan yang lebih menantang.
Mereka akan tertarik untuk mengetahui bagaimana perkembangan mereka dalam pekrjaan.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa orang dengan motivasi pencapaian yang tinggi akan menggerakkan diri sendiri untuk tekun bekerja, susah merasa rileks, lebih suka bekerja sendiri, memilih pekerjaan yang menantang, dan mengharapkan umpan balik. a. Elemen Dimensi 1 Kita dapat menjelaskan perilaku seseorang yang digerakkan oleh pekerjaan. Orang semacam itu akan (1) bekerja sepanjang waktu, (2) enggan untuk tidak masuk kerja, (3) tekun, bahkan dalam menghadapi sejumlah kemunduran. Tipe perilaku tersebut bisa diukur. Misalnya, kita dapat menghitung jumlah jam yang karyawan gunakan untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan selama jam kerja, di luar jam kerja di tempat kerja, dan di rumah di mana sangat mungkin mengerjakan pekerjaan yang belum selesai. Dengan demikian, jumlah jam yang diberikan untuk pekerjaan akan menjadi sebuah indeks yang mengungkapkan seberapa pekerjaan “menggerakkan” mereka.
b. Elemen Dimensi 2 Tingkat ketidakinginan untuk bersantai dapat diukur dengan mengajukan pertanyaan seperti :
Berapa sering anda memikirkan tentang pekerjaan ketika tidak sedang berada di tempat kerja ?
Apa hobi anda ?
Bagaimana anda menghabiskan waktu ketika tidak di tempat kerja ? 15
Mereka yang dapat bersantai akan menunjukkan bahwa biasanya tidak memikirkan pekerjaan atau tempat kerja ketika di rumah, menghabiskan waktu melakukan hobi, menikmati aktivitas saat senggang, serta menggunakan waktu libur bersama keluarganya, berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau budaya, dan lainnya. Jadi, kita bisa menempatkan karyawan pada sebuah kesatuan yang membentang dari mereka yang sangat dapat bersantai ke yang sedikit bersantai. Dimensi ini kemudian juga bisa diukur.
c. Elemen Dimensi 3 Individu dengan motivasi pencapaian tinggi tidak sabar terhadap orang yang tidak efektif dan enggan bekerja dengan orang lain. Meskipun orang bermotivasi pencapaian dalam organisasi mungkin sangat tinggi dalam kecenderungan tersebut, ada kemungkinan orang di organisasi yang tidak memiliki motivasi pencapaian. Orang pada kategori terakhir, bukannya tidak efektif, entah dalam diri mereka sendiri atau menurut orang lain, dan mungkin cukup ingin untuk bekerja dengan hampir semua orang. Jadi, ketidaksabaran terhadap ketidakefektifan juga bisa diukur dengan mengamati perilaku.
d. Elemen Dimensi 4 Ukuran seberapa senang orang mencari pekerjaan yang menantang bisa diperoleh dengan bertanya mengenai jenis pekerjaan yang mereka pilih. Sejumlah deskripsi pekerjaan yang berbeda dapat diberikan-beberapa mewakili pekerjaan yang bersifat rutin dan lainnya dan mengandung gradasi tantangan tertentu di dalamnya. Preferensi karyawan terhadap jenis pekerjaan yang berbeda kemudian dapat ditempatkan pada suatu kesatuan yang membentang dari yang memilih pekerjaan cukup rutin ke yang memilih pekerjaan dengan tantangan yang kian sulit.
16
e. Elemen Dimensi 5 Dengan menelusuri seberapa sering individu mencari umpan balik dari orang lain selama periode waktu tertentu-katakanlah, beberapa bulan-karyawan bisa kembali ditempatkan dalam suatu kesatuan yang membentang dari mereka yang sangat sering mencari umpan balik hingga yang tidak pernah mengharapkan umpan balik dari siapapun pada waktu apapun. Kegunaannya adalah bahwa orang lain bisa menggunakan ukuran serupa, sehingga memungkinkan pengulangan atau peniruan (replicability). Tetapi, perlu disadari bahwa semua definisi operasional sangat mungkin (1) meniadakan beberapa dimensi dan elemen penting yang terjadi karena kelalaian mengenali atau mengkonsepkannya, dan (2) menyertakan beberapa segi yang tidak relevan, yang secara keliru dianggap relevan. Mendefinisikan konsep secara oprasional adalah cara terbaik untuk mengukurnya. Tetapi benar-benar mengobservasi dan memperhitungkan seluruh perilaku individu dalam cara tertentu, bahkan jika hal tersebut cukup praktis, akan terlalu sulit dilakukan dan memakan waktu. Jadi, daripada benar-benar mengobservasi perilaku individu,peneliti bisa meminta mereka menceritakan pola perilaku mereka sendiri dengan mengajukan pertanyaan tepat yang bisa direspon pada skala tertentu yang telah disusun.
Dimensi Internasional tentang Operasionalisasi Dalam melakukan penelitian transnasional, penting untuk mengingat bahwa variabel tertentu memiliki arti dan konotasi yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Misalnya, istilah “cinta” yang memunculkan beberapa penafsiran pada budaya yang berbeda dan memiliki paling sedikit 20 interpretasi yang berbeda di bebepaa negara. Demikian pula, konsep “pengetahuan” sama dengan “jnana” di beberapa budaya Timur dan ditafsirkan sebagai “realisasi Maha Kuasa” Oleh karena itu, bijaksana bagi para peneliti yang berasal
17
dari suatu negara yang berbicara dengan bahasa yang berbeda untuk merekrut bantuan ahli ahli lokal untuk mengoperasionalkan konsep tertentu saat melakukan penelitian silang budaya.
18