RINGKASAN MATERI KULIAH Buku William R Scott – Chapter Chapter 8
PAPER Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi Keuangan
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018
Ringkasan Materi Kuliah
Sejak tahun 1960-an, profesi akuntansi Amerika mulai peduli dengan meningkatnya pengaruh dari “outside forces” dalam proses penetapan standar. Dua perkembangan paralel telah menandai hal ini. Pertama, individu dan kelompok yang jarang memperlihatkan minat dalam penetapan standar akuntansi mulai mengintervensi secara aktif dan kuat dalam proses penetapan standar. Kedua, pihak-pihak tersebut mulai meminta argumen dibandingkan mereka yang secara tradisional telah bekerja dalam
diskusi
akuntansi.
Konsekuensi
ekonomi
telah
digunakan
untuk
mendeskripsikan beberapa argumen tersebut.
Konsekuensi ekonomi adalah sebuah konsep yang menyatakan bahwa meskipun terdapat implikasi atas teori pasar sekuritas efisien, pilihan kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Munculnya konsekuensi ini diawali dari penelitian yang dilakukan oleh Stephen Zeff (1978) dalam jurnalnya “The Rise of Economic Consequences”. Zeff mencontohkan tindakan beberapa perusahaan di Amerika Serikat yang mengurangi laba yang dilaporkan dengan mengimplementasikan akuntansi biaya penggantian selama 1947 – 1948 atau selama periode inflasi tinggi. Hal ini dilakukan untuk menghindari pajak serta menghindari persepsi publik terhadap laba tinggi perusahaan. Berbagai argumen muncul terkait intervensi tersebut dan akuntan khususnya para pembuat standar mengalami dilema terkait pemilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Oleh karena itu, otoritas pembuat standar akuntansi secara berkala juga membuka diskusi dengan berbagai pihak termasuk pihak perusahaan terkait standar baru yang diusulkan.
Standar akuntansi juga mempengaruhi tindakan manajer dalam pengambilan keputusan ekonomi salah satunya terkait Opsi Saham Karyawan. Opsi Saham Karyawan merupakan Opsi Saham yang dikeluarkan oleh perusahaan kepada manajemen atau dalam beberapa kasus kepada karyawan dimana mereka diberikan hak untuk membeli saham perusahaan dalam suatu periode waktu. Berdasarkan APB 25 perusahaan harus mencatat biaya jika terjadi selisih antara harga pasar saham dengan harga opsi saham yang dipegang oleh manajer. Pada kenyataannya, harga
yang dipegang oleh manajer disesuaikan dengan harga pasar saham sehingga tidak ada biaya yang timbul dari transaksi ini. Hal ini menyebabkan pendapatan bersih perusahaan meningkat karena (seharusnya) ada biaya yang tidak dicatat.
Munculnya Konsekuensi Ekonomi (CE) Economic Consequences muncul karena perusahaan melakukan kontrak seperti kompensasi eksekutif dan kontrak hutang. Kebijakan akuntansi yang digunakan dapat merupakan sumber informasi yang penting bagi investor. Manajer dapat menggunakan sumber informasi berupa pilihan kebijakan akuntansi yang dipilih sebagai signal tentang informasi dalam dari perusahaan. Teori pasar modal efisien gagal menjelaskan perilaku pasar. Berdasarkan teori pasar modal efisien, suatu perubahan akuntansi tersebut berpengaruh terhadap arus kas perusahaan. Economic Consequences diperlukan untuk mengetahui respon pasar atas perubahan kebijakan akuntansi walaupun kebijakan akuntansi tersebut tidak berpengaruh secara langsung terhadap arus kas. Karena itu, Economic Consequences merupakan salah satu anomali pasar modal efisien. Teori Akuntansi Positif (PAT) adalah penjelasan terhadap adanya Economic Consequences. PAT adalah teori yang berkaitan dengan prediksi tindakan atas adanya pilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dan bagaimana manajer merespon suatu standar baru.
Teori Akuntansi Positif Scoot (2009: 284) mendefinisikan Positive accounting theory (PAT) adalah “berkaitan dengan memprediksi tindakan seperti pilihan kebijakan akuntansi oleh pimpinan perusahaan dan bagaimana manajer akan merespon standar akuntan si baru yang diusulkan”. Perusahaan menjalankan berbagai kontrak dalam operasinya seperti kontrak dengan karyawan (manajemen), kontrak dengan pemasok, serta kontrak dengan penyedia modal. Dalam hal ini akan muncul biaya kontrak termasuk biaya negosiasi, biaya untuk mengantisipasi moral hazard, tekanan keuangan, dan lainnya. Kontrak dengan biaya yang paling rendah disebut sebagai kontrak efisien. Teori akuntansi positif berpendapat bahwa kebijakan akuntansi perusahaan akan dipilih sebagai masalah yang lebih luas untuk menciptakan tata kelola
perusahaan yang efisien. Manajer perusahaan yang diberikan kelonggaran untuk memilih kebijakan akuntansi akan membuka kemungkinan perilaku oportuistik dimana kebijakan yang dipilih adalah yang memenuhi tujuan mereka sehingga mengurangi kontrak efisien. PAT mengasumsikan bahwa manager adalah rasional (seperti investor) dan akan memilih kebijakan akuntansi yang paling bermanfaat bagi mereka. Manajer memaksimalkan kemampuan ekspektasinya. PAT tidak mengasumsikan bahwa manager akan bertindak sederhana seperti memaksimalkan laba perusahaan. Manager hanya akan memaksimalkan laba jika dirasa hal itu menjadi kepentingan terbaik mereka. PAT tidak berusaha untuk meceritakan individu atau konstitusi tentang apa yang seharusnya mereka lakukan. Teori yang melakukan hal itu disebut normative. Apakah teori normative memiliki kemampuan baik memprediksi tergantung pada tingkatnya dimana individu sebenarnya membuat keputusan sebagaimana yang ditulis teori. Tentu saja beberapa teori normative memiliki kemampuan memprediksi.
Prediksi yang dibuat dalam teori akuntansi positif sebagian besar meliputi tiga hipotesis, sebagaimana diformulasikan oleh Watt dan Zimmerman (1986). Bentuk oportunistik dari ketiga hipotesis ini berdasarkan dari Watt dan Zimmerman (1990) adalah bentuk yang paling banyak diinterpretasikan. 1. Hipotesis Rencana Bonus Hipotesis ini tampaknya cukup beralasan. Para manajer perusahaan, seperti orang orang lain, menginginkan imbalan yang tinggi. J ika imbalan mereka bergantung, paling tidak sebagian, pada bonus yang dilaporkan pada pendapatan bersih, maka kemungkinan mereka bisa meningkatkan bonus mereka pada periode tersebut dengan melaporkan pendapatan bersih setinggi mungkin. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan memilih kebijakan akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode tersebut. Tentu saja, sesuai dengan karakter dari proses akrual, hal ini akan cenderung menyebabkan penurunan pada laba dan bonus-bonus yang dilaporkan pada masa yang akan
datang, dengan taktor-faktor lain tetap sama. Namun nilai masa kini (present value) dari kegunaan manajer dari lini bonus masa depan yang dimilikinya akan meningkat dengan memberikan perubahan menuju masa kini. 2. Hipotesis Perjanjian Hutang Hipotesis ini menyatakan bahwa dalam kondisi yang sama, perusahaan yang berada dalam kondisi rawan melakukan pelanggaran perjanjian hutang, maka manajer perusahaan akan lebih memilih prosedur akuntansi yang dapat menggeser laba yang dilaporkan untuk periode yang akan datang ke periode sekarang. Dengan jelas, prospek dari pelanggaran kesepakatan membatasi kegiatan perusahaan dalam operasional perusahaan itu sendiri. Untuk mencegah, atau paling tidak menunda, pelanggaran semacam itu, perusahaan bisa memilih kebijakan akuntansi tertentu yang bisa meningkatkan laba masa kini. Berdasarkan hipotesis kesepakatan hutang, ketika perusahaan mendekati kelalaian, atau memang sudah berada dalam lalai/cacat, lebih cenderung untuk melakukan hal ini.