TUGAS UAS EKSTERIOR I
MATERI BAHASAN
:
RUANG LUAR
DISUSUN OLEH NURUL AMBAR AYU 1505081030
D3 ARSITEKTUR BANGUNAN GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
RUANG LUAR
A. Pengertian Ruang dan Ruang Luar Ruang sendiri mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia. Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik secara psikologis, emosional (persepsi), maupun dimensional (Hakim,1987). Pengertian “ruang“ (space) sangatlah luas dan beragam. Ruang atau space dan berdasarkan terminologinya berasal dari istilah latin yaitu spatium. Sedangkan dari istilah space itu sendiri berarti suatu bentuk tiga demensi, permukaan luas yang menerus memanjang ke segala arah dan berisikan segala sesuatu: dengan berbagai cara dipikirkan sebagai sesuatu yang tak terbatasi. Atau juga dapat berarti berjarak, bidang yang luas, atau area di antara, di atas atau didalamnya (Webster’s New World College Dictionary. NY: Macmillan. 1996:1284). Sedangkan dalam Undang-undang RI no. 4 tahun 1992 tentang penatan ruang, dikatakan bahwa konsep mengenai ruang didefinisikan sebagai: wujud fisik lingkungan yang mempunyai dimensi geometris dan geografis terdiri dari ruang daratan, lautan, dan udara, serta Sumber: daya yang ada didalamnya. Secara visual (Ching, Francis D.K. Architecture: Form, Space and Order. Van Nostrand Reinhold Co. 1979) ruang dimulai dari titik kemudian dari titik tersebut membentuk garis dan dari garis membentuk bidang. Dari bidang ini kemudian dikembangkan menjadi bentuk ruang. Dengan demikian pengertian ruang di sini mengandung suatu dimensi yaitu panjang, lebar dan tinggi. Imanuel Kant, berpendapat bahwa ruang bukanlah sesuatu yang obyektif atau nyata, tetapi merupakan sesuatu yang subyektif sebagai hasil pikiran dan perasaan manusia. Sedangkan Plato berpendapat bahwa
ruang adalah suatu kerangka atau wadah dimana obyek dan kejadian tertentu berada (Hakim, 1987). Pengertian ruang berkaitan dengan disiplin ilmu arsitektur adalah sebagai suatu area yang secara fisik dibatasi oleh tiga elemen pembatas yaitu lantai, dinding dan langit-langit. Pengertian tersebut tentunya tidak secara langsung menjadi pengertian melalui pembatasan yang jelas secara fisik yang berpengaruh pada pembatasan secara visual. Elemen pembatas tersebut tidak selalu bersifat nyata dan utuh akan tetapi dapat bersifat partial dan simbolik (Ashihara,1974). Ruang, pada dasarnya terjadi oleh adanya hubungan antara sebuah obyek dan manusia yang melihatnya. Hubungan itu mula-mula ditentukan oleh penglihatan, tetapi bila ditinjau dari pengertian ruang secara arsitektur, maka hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh penciuman, pendengaran dan perabaan. Sering terjadi bahwa ruang yang sama mempunyai kesan atau suasana yang berbeda karena dipengaruhi oleh adanya hujan, angin, atau terik matahari. Hal ini menyatakan bahwa suatu ruang dipengaruhi oleh keadaan alam sekitarnya (Ashihara,1974). Pada hakekatnya, ruang dibagi menjadi dua bagian yang mendasar, yaitu: ruang luar dan ruang dalam. Masing-masing dari dua bagian tersebut mempunyai elemen-elemen pencipta arsitektur yang sama, yaitu: lantai, dinding dan atap. Ruang dalam pada umumnya dikatakan interior yang mempunyai batasan yang sangat jelas, sedangkan ruang luar dapat bersifat meluas atau menyempit (Ashihara,1974; Ardiansyah). Yoshinobu Ashihara (1974) dalam buku Dyan Surya Merancang Ruang Luar (terjemahan) menyatakan ruang luar ialah ruang yang terjadi dengan membatasi alam. Ruang luar dipisahkan dari alam dengan memberi frame, atau batasan tertentu, bukanlah alam itu sendiri yang meluas sampai tak terhingga. Ruang luar juga berarti sebagai lingkungan luar buatan manusia dengan maksud tertentu. Pada ruang luar elemen
atap dianggap tidak ada, karena mempunyai batas yang tak terhingga, maka perencanaan dan perancangan ruang luar biasa disebut dengan arsitektur tanpa atap. B. Ruang dan waktu dan kaitannya dengan landscape design
Menurut Imanuel Kant, ruang bukanlah sesuatu yang obyektif atau nyata, tetapi merupakan sesuatu yang subyektif sebagai hasil pikiran dan perasaan manusia. Perasaan persepsi masing-masing individu melalui penglihatan, penciuman, pendengaran dan penafsirannya (Hakim, 1987). Menurut Aristoteles dan the Phythagoreans, waktu merupakan realitas yang terus berlangsung, tidak terganggu dari obyek-obyek lain dan tanpa hubungan langsung dengan fenomena lain. Waktu secara subyektif sebagai sesuatu yang tidak punya keadaan terpisah dari pengamat (Hakim, 1987). Sedangkan
menurut
Van
Doesburg,
bentuk
dasar
Sejarah
Arsitektur, yaitu garis, permukaan, isi, ruang dan waktu kenyataannya tidak mungkin diceraikan atau dipisahkan begitu saja (Hakim, 1987). Ruang dalam Landscape Design adalah hasil daripada landscape design yang berupa tiga dimensi, yang cara mendefinisikannya memberi tingkatan pada nilai ruang itu sendiri. Ruang secara keseluruhan dapat berupa elemen-elemen alam dan bentuk tanah dan tanaman (Hakim, 1987). Sedangkan pengertian landscape design itu sendiri merupakan perluasan dari site planning, meliputi proses perencanaan tapak, berhubungan dengan pemilihan dari elemen-elemen perancangan atau design, dimana suatu desain lansekap ini memungkinkan ruangan dibuat dari kombinasi elemen alam dan struktur-struktur buatan manusia (Hakim, 1987). Secara singkat, design atau perancangan adalah suatu cara kerja yang sangat kompleks dengan banyak alternative. Suatu design yang
berhasil,
akan
menonjolkan
suatu
hubungan
terhadap
apapun
disekitarnya, baik masa lalu, masa yang akan dating secara nyata. Hal ini dapat
dilihat
antara
lain
mengenai
sirkulasi
atau
pergerakan,
pembentukan permukaan, bentuk dan ruang untuk beberapa kebutuhan, lokasi serta bentuk bangunan (Hakim, 1987). Prabawasari dan Suparman dalam bukunya Tata Ruang Luar 1 menyatakan ruang luar adalah:
Ruang yang terjadi dengan membatasi alam hanya pada bidang alas dan dindingnya, sedangkan atapnya dapat dikatakan tidak terbatas.
Sebagai lingkungan luar buatan manusia, yang mempunyai arti dan maksud tertentu dan sebagai bagian dari alam.
Arsitektur tanpa atap, tetapi dibatasi oleh dua bidang: lantai dan dinding atau ruang yang terjadi dengan menggunakan dua elemen pembatas. Hal ini menyebabkan bahwa lantai dan dinding menjadi elemen penting di dalam merencanakan ruang luar.
C. Pengelompokan ruang luar a. ruang luar berdasar kegiatan Berdasar kegiatan yang ada, ruang luar dikategorikan menjadi: • Ruang aktif adalah ruang-ruang ruang-ruang yang dibentuk untuk difungsikan sebagai ruang untuk aktivitas olah raga, jalan, dan bermain. Ruang luar ini dapat berbentuk: plaza, playround, lapangan OR, sidewalk. • Ruang pasif adalah ruang-ruang ruang-ruang yang dibentuk bukan difungsikan sebagai tempat manusia berkegiatan. Ruang luar ini dapat berbentuk: taman pasif, area hijau damija ruang luar berdasar fungsi
b. Berdasar fungsinya, ruang luar dikategorikan: dikategorikan: • Fungsional, ar tinya tinya ruang luar dibentuk dengan adanya fungsi/guna tertentu : - ruang aktif : bermain, olah raga tempat
peralihan
kegiatan
atau
menunggu
-
sarana
penghubung antar bangunan - sebagai pembatas antar bangunan - sebagai pengatur jarak antar bangunan • Ekologis, Ekologis, artinya ruang luar dibentuk dengan pertimbangan fungsi ekologisnya: - sumber penyegaran udara (menyerap CO2 dan menghasilkan O2) - sebagai penyerap dan pengendali air hujan dan banjir - sebagai pengendali ekosistem tertentu - sebagai pelunak/pelembut massa bangunan
D. TERJADINYA RUANG LUAR LUAR
a. Ruang mati Ruang
hidup
adalah
bentuk
yang
benar
dalam
hubungannya dengan ruang – – ruang yang bermutu untuk berkomposisi dengan struktur yang direncanakan dengan baik. Harus
ada
hubungannya
dengan
karakter,
massa
dan
fungsistruktur – fungsistruktur – struktur struktur tersebut. Dari pengertian diatas , ruang mati dapat disimpulkan sebagai ruang yang terbentukdengan tidak direncanakan , tidak terlingkup dan tidak dapat digunakan dengan baik (ruang yang terbentuk tidak dengan sengaja atau ruang sisa) b. Ruang Terbuka Yoshinobu Ashihara (1974) dalam bukunya menyatakan Ruang luar merupakan definisi umum, termasuk di dalamnya ruang terbuka. Ruang terbuka merupakan bagian ruang luar
yang mempunyai batas-batas tertentu juga terdapat fungsi, maksud dan kehendak manusia. Batas-batas itu ditandai oleh frame yang disebut di atas. Yoshinobu Ashihara (1974) juga menyebutkan bahwa pandangan kita ke dalam frame menjadi ruang positif. Dan ruang di luar frame tersebut bersifat meluas dan tak terhingga, disebut sebagai ruang negatif. Yoshinobu
Ashihara
(1974)
dan
Ardiansyah
juga
mengartikan ruang terbuka atau open space sebagai lahan tanpa atau dengan sedikit bangunan atau dengan jarak bangunan yang saling berjauhan; ruang terbuka ini dapat berupa pertamanan, tempat olah raga, tempat bermain anakanak atau playground, perkuburan dan daerah hijau pada umunya yang biasa disebut dengan ruang terbuka hijau. Sedangkan Rustam Hakim (1987) dalam buku Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap menyatakan ruang terbuka pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat menampung kegiatan aktivitas tertentu dari warga lingkungan tersebut baik secara individu atau secara berkelompok. Bentuk dari ruang terbuka ini sangat tergantung pada pola dan susunan massa bangunan. Batasan pola ruang umum terbuka adalah: a. Bentuk dasar daripada ruang terbuka di luar bangunan b. Dapat digunakan oleh publik c. Memberi kesempatan untuk macam-macam kegiatan Contoh ruang terbuka adalah jalan, pedestrian, taman, plaza, lapangan terbang dan lapangan olah raga. Dalam buku Unsur Perancangan dalam Arsitektur Ar sitektur Lansekap, Rustam Hakim (1987) menuliskan 4 jenis ruang terbuka, yaitu: 1. Ruang terbuka dalam lingkungan hidup
Menurut
Ian
C.
Laurit,
ruang-ruang
terbuka
dalam
lingkungan hidup, yaitu lingkungan alam dan manusia yang dapat dikelompokkan sebagai berikut: a.
Ruang terbuka sebagai Sumber: produksi, antara lain berupa mineral,
hutan,
perkebunan,
peternakan,
pertanian,
perairan,
produksi
perikanan
dan
sebagainya. b.
Ruang
terbuka
sebagai
perlindungan
terhadap
kekayaan alam dan manusia, misalnya cagar alam berupa hutan, kehidupan laut/air, daerah budaya dan bersejarah. c.
Ruang terbuka untuk kesehatan, kesejahteraan dan kenyamanan, yaitu antara lain: 1) Untuk melindungi kualitas air tanah t anah 2) Pengaturan, pembuangan air, sampah dan lainlain 3) Memperbaiki dan mempertahankan kualitas udara 4) Rekreasi, taman lingkungan, taman kota dan seterusnya.
2.
Ruang terbuka ditinjau dari kegiatannya Dibagi 2 jenis ruang terbuka yaitu: a.
Ruang terbuka aktif adalah ruang terbuka yang mengundang unsur-unsur kegiatan di dalamnya, antara
lain:
bermain,
olahraga,
upacara,
berkomunikasi dan berjalan-jalan. Ruang ini dapat berupa: plaza, lapangan olah raga, tempat bermain,
penghijauan di tepi sungai sebagai tempat rekreasi dan lain-lain. b.
Ruang terbuka pasif adalah ruang terbuka yang didalamnya tidak mengandung kegiatan manusia, antara lain berupa penghijauan atau taman sebagai Sumber:
pengudaraan
lingkungan,
penghijauan
sebagai jarak terhadap rel kereta api dan lain-lain 3. Ruang terbuka ditinjau dari bentukny Menurut Rob Meyer, ruang terbuka (urban space) secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: a. Berbentuk memanjang. Umumnya hanya mempunyai batas-batas pada sisi-sisinya, misalnya : jalanan, sungai dan lain-lain. b. Berbentuk mencuat. Yang dimaksud dengan bentuk mencuat adalah ruang terbuka ini mempunyai batasbatas disekelilingnya, misalnya: lapangan, bundaran dan lain-lain. 4. Ruang terbuka ditinjau dari sifatnya Berdasarkan sifatnya ada 2 jenis ruang terbuka, yaitu: a.
Ruang terbuka lingkungan adalah ruang terbuka yang terdapat pada suatu lingkungan dan sifatnya umum. Adapun tata penyusunan ruangruang terbuka dan ruang-ruang
tertutupnya
akan
mempengaruhi
keserasian lingkungan. b.
Ruang terbuka bangunan adalah ruang terbuka oleh dinding bangunan dan lantai halaman bangunan. Ruang terbuka ini bersifat umum atau pribadi sesuai dengan fungsi bangunannya.
c. Ruang positif ruang luar menurut kesan fisiknya dibagi menjadi dua : a. Ruang positif Suatu ruang terbuka yang diolah dengan perletakan massa bangunan atau objek tertentu yang melingkupinya akan bersifat positif biasanya terkandung kepentingan manusia. b. Ruang negatif Ruang terbuka yang menyebar dan tidak berfungsi dengan jelas Dan bersifat negatif , biasanya terjadi spontan tanpa kegiatan tertentu. Setiap ruang yang tidak direncanakan dan tidak dilingkupi atau tidak dimaksudkan untuk kegunaan disebut ruang negatif.
E. Elemen Ruang Luar Untuk mendapatkan suatu perencanaan yang lengkap, maka umumnya seorang arsitek haruslah mengingat atau memperhatikan elemen-elemen desain di dalamnya. Hal ini bertujuan memberikan suatu kesan komposisi yang paling ideal di dalam suatu perancangan yang diinginkan (Hakim, 1987). Elemen-elemen perancangan secara visual yang menonjol untuk mendukung perancangan ruang luar atau desain lansekap dapat dikategorikan menjadi 4 bagian, yaitu : 1. Skala 2. Tekstur 3. Bentuk
4. warna Sedangkan elemen - elemen lingkungan yang harus dipertimbangkan dalam perancangan ruang luar atau desain lansekap, diantaranya adalah 1. pembatas ruang 2. sirkulasi 3. tata hijau (Hakim, 1987).
1. Skala dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau ruang dengan suatu elemen tertentu yang ukurannya sesuai dengan manusia. Ada 3 macam skala, yaitu sebagai berikut. 1.
Skala Manusia Pada skala ini penekanan diarahkan pada penggunaan ukuran dimensi manusia atau gerak ruang manusia terhadap objek atau bendy yang dirancang.
2.
Skala dalam arsitektur adalah suatu kemampuan manusia secara kualitas untuk membandingkan bangunan atau ruang. Pada ruang-ruang yang masih terjangkau oleh manusia skala ini dapat langsung dikaitkan dengan ukuran manusia. Pada ruang yang melebihi jangkauan manusia penentuan skala harus
didasarkan
pada
pengamatan
visual
dengan
membandingkannya dengan ketinggian manusia sebagai tolok ukurnya. 3.
Skala
Ruang
dalam
Lingkungan
Kota
Dalam skala ini lebih banyak digunakan skala manusia dan skala generik. Ada beberapa macam skala ruang dalam suatu lingkungan perkotaan, yakni sebagai berikut.
1) Skala Ruang Intim Merupakan skala ruang yang kecil sehingga memberikan rasa perlindungan bagi manusia yang berada di dalamnya. Pengertian kecil bukan berarti dikecilkan hingga menjadi kerdil. Sebagai contoh, sebuah taman pada bangunan rumah tinggal cende¬rung untuk membentuk ruang intim. Pada ruang intim ini hampir seluruh detail elemen perkerasan atau tanaman akan terlihat jelas. Bentuk, tekstur, warna, dan aroma perlu menjadi pertimbangan perancangan dalam menerapkan skala ruang kecil. Biasanya untuk skala ruang kecil keintiman akan timbul karena gerak manusia sangat terbatas.
2) Skala ruang monumental Merupakan skala ruang yang besar dengan suatu objek yang mempunyai nilai tertentu sehingga manusia akan merasakan keagungan dari ruang tersebut. Manusia akan terangkat perasaan spiritualnya dan terkesan pada keagungan yang dirasakannya. Tugu Monumen Nasional merupakan suatu contoh yang jelas pada penggunaan skala monumental. 3) Skala ruang kota Merupakan skala ruang yang dikaitkan dengan kota serta ling) ungan manusianya, sehingga manusia merasa memiliki atau kerasan pada lingkungan tersebut. Plasa kota merupakan suatu contoh yang jelas. Ukuran lugs plasa sebaiknya minimum sama dengan
bangunan
utama
dari
plasa
tersebut,
sedangkan
maksimum sebaiknya dua kali bangunan utama. Plasa yang besar dan dikelilingi oleh bangunan kecil menjadi tidak sesuai skalanya, demikian pula halnya bila sebuah objek menara tinggi di antara rumah- rumah kecil.
4) Skala Ruang Menakutkan Pada skala ini objek bangunan mempunyai ketinggian yang berada jauh di atas skala ukuran manusia. Hal ini akan terasa bila kita berjalan di antara bangunan tinggi dengan jarak antarbangunan yang berdekatan. Sudut pandang manusia secara normal pada bidang vertikal adalah 60°, namun bila melihat secara lurus ke depan atau menuju ke titik objek secara intensif maka sudut pandangannya menjadi 1°. Mirten dalam tulisannya, Skala in Civic Design, menyatakan bahwa bila orang melihat lurus ke depan maka bidang pandangan vertikal di atas bidang pandangan horizontal mempunyai sudut 40°. Orang dapat melihat keseluruhan bila sudut pandangannya 27°, atau dalam perbandingan jarak bangunan (distance) dibagi dengan tinggi bangunan (house) sama dengan 2. a. Skala
Generik,
perbandingan
ukuran
elemen
bangunan atau ruang terhadap elemen lain yang berhubungan dengannya atau di sekitarnya.
Pada
lingkungan
perkotaan
terdapat
beberapa
macam skala , yaitu diantaranya
A. Skala Intim
Skala
Intim
merupakan
skala
ruang
yang
kecil
sehingga memberikan rasa terlindung bagi manusia yang berada di dalamnya. Sebagai contoh pada suatu lapangan lapangan atau taman kecil yang dikelilingi bangunan rumah, di dalam ruangan ini manusia merasakan keintiman dengan sesama maupun Iingkungannya.
Jadi dalam suatu perencanaan jika diinginkan suasana yang akrab dan intim baik dengan sesama maupun lingkungannya dapat diciptakan suatu ruang dengan
skala intim atau skala kecil, terlindung dari daerah sekelilingnya dan perlindungan ini dapat berupa hard material maupun soft material. B. Skala Perkotaan Skala
Perkotaan
merupakan
skala
ruang
yang
dikaitkan dengan kota serta lingkungan manusianya
sehingga manusia merasa memiliki atau kerasan pada lingkungan itu. 2. Teksture
Hubungan antara jarak dan tekstur adalah hal yang penting dalam merancang ruang luar. Bagaimana tampak
suatu material dan bangunan bila dilihat dari jarak tertentu, adalah merupakan pengetahuan penting bagi arsitek,
sehingga is dapat memilih material mana yang paling cocok untuk memperbaiki kualitas ruang luar. Tekstur merupakan titik-titik kasar yang tidak teratur pada suatu permukaan. Titik-titik ini berbeda dalam ukuran, warna, bentuk atau sifat dan karaktemya, seperti misalnya
ukuran besar kecil, warna terang gelap, bentuk bulat, persegi atau tak beraturan sama sekali dan lain-lain. Tekstur menurut bentuknya dapat dibedakan menjadi ♦ Tekstur
halus, permukanya dibedakan oleh elemen-
elemen yang halus atau oleh warna ♦
terdiri dari elemen - elemen Tekstur Kasar, permukaannya terdiri yang berbeda baik corak, bentuk maupun warna.
Tekstur hubungannya
pada dengan
suatu jarak
ruang
luar
pandang
sangat
erat
atau
jarak
penglihatan. Pada suatu jarak tertentu, tekstur dari bahan itu sendiri tidak akan berperan lagi, sehingga
bahan tersebut akan kelihatan polos. Oleh karena itu untuk
suatu
bidang
yang
luas
pada
ruang
luar, tekstur dapat dibedakan atas : ♦
Tekstur Primer, yaitu tekstur yang terdapat pada
bahan, yang hanya dapat dilihat dari jarak dekat ♦ Tekstur
Sekunder, yaitu tekstur yang dibuat dalam skala
tertentu untuk membetikan kesan visual yang proporsional dari jarak jauh. Sebagai contoh : Sebidang dinding terdiri dari unit-unit beton cetak yang mempunyai corak tekstur.
Berdasarkan
dari
uraian
di
atas,
maka
dapat
disimpulkan bahwa fungsi dari tekstur adalah : Memberikan
kesan padda persepsi manusia melalui penglihatan visual. Pengolahan tekstur yang baik akan menghasilkan kesan dan kualitas ruang luar yang baik dan menarik pula. 3. Bentuk
Pada Tata Ruang Luar, pengolahan bentukbentuknya dapat mempengaruhi kesan pada ruang. Bentuk dasar dari suatu obyek dapat bersifat statis atau bergerak, beraturan atau tidak beraturan, formal atau informal, geometris, masif, berat dan kuat transparan. Dari penampilannya bentuk dapat dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu :
a. Bentuk yang teratur, sepeti bentuk geometris : kotak, kubus, kerucut , piramid dan sebagainya b. Bentuk yang lengkung, umumnya bentuk-bentuk alam Bentuk yang tidak teratur. 4. Warna
Di
dalam
arsitektur,
warna
digunakan
untuk
menekankan atau memperjelas karakter suatu obyek,
memberi aksen pada bentuk dan bahannya.
Teori Warna
Dalam teori warna antara lain kita mengenal adanya dua
macam
sistem
yang
umumnya
digunakan
dalam
pelaksanaan menyusun warna, yaitu ♦ Prang
Colour System
♦ Munsell
Colour System
Menurut Teori Prang, secara psikologis warna dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) dimensi, yaitu : a.
Hue Semacam temperamen mengenai panas / dinginnya warna
b.
Value Mengenai gelap terangnya warna
c.
Intensity mengenai cerah dan redupnya warna
Selanjutnya Prang juga membagi adanya kelas warna yaitu : a. Primary, merupakan warna utama I pokok, yaitu: yaitu: merah, kuning, biru b. Binary (Secondary), yaitu warna kedua dan yang terjadi akibat perpaduan dua warna primary. Warna tersebut adalah : ♦ Merah + biru = Violet / ungu ♦ Merah + Kuning = Oranye ♦ Kuning + Biru = Hijau c. Wama Antara (Intermediary), yaitu warna campuran dari warna primary dan binary, misalnya merah dicampur hijau menjadi merah hijau. d. Tertiary (Wama Ketiga), merupakan warna-warna campuran dari dua warna binary. Misalnya violet / ungu dicampur dengan hijau, dan sebagainya.
Peletakan Tanaman Peletakan tanaman haruslah disesuaikan dengan tujuan dari perancangannya tanpa melupakan fungsi daripada tanaman yang dipilih. Pada peletakan ini harus pula dipertimbangkan kesatuan dalam disain atau Unity, yaitu antara lain baca Hannebaum, Leroy, 1981, Landscape Design).
Variasi (Variety)
Penekanan (Accent)
Keseimbangan (Ballance)
Kesederhanaan(Simplicity)
Urutan(Sequence)
Jadi, dalam perancangan tanaman lansekap, pemilihan jenis tanaman merupakan faktor penting.
PEMBATAS RUANG
Ruang selalu terbentuk oleh 3 elemen pembentuk ruang, yaitu 1. Bidang alas atau lantai (the (the base plane) plane) 2. Bidang pembatas atau dinding (the vertical space divider) 3. Bidang langit-langit atau atap (the overhead plane) LANTAI
Sebagai pembentukan
bidang
alas
ruang
luar,
besar
pengaruhnya
karena
bidang
terhadap
ini
erat
hubungannya dengan fungsi ruangnya. Permukaan lantai pada ruang luar dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu
Bahan Keras, jenisnya seperti : batu, kerikil, pasir, beton, aspal dan sebagainya.
Bahan
lunak,
sebagainya.
jenisnya
seperti
rumput,
tanah
dan
Sebidang lantai yang mempunyai sifat bahan yang berbeda dari permukaan lantai sekitamya akan membentuk kesan ruang tersendiri. Pengaruh perbedaan bahan tersebut dipergunakan untuk membedakan fungsi-fungsi ruang luar yang berlainan.
Selain perbedaan bahan lantai, perbedaan tinggi pada suatu bidang lantai akan membentuk kesan dan fungsi ruang yang baru tanpa mengganggu hubungan visual antara ruang-ruang itu. Pada ruang luar yang luas, perbedaan tinggi lantai
pad sebagian bidangnya dapat mengurangi rasa monoton dan menciptakan kesan ruang yang lebih manusiawi. m anusiawi. DINDING
Sebagai pembatas ruang luar yang dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu : 1.
Dinding Masif, dapat berupa permukaan tanah yang miring atau vertikal (dinding alami), atau dapat pula berupa pasangan batu bata, beton dan sebagainya. Sifat
2.
3.
dinding ini sangat kuat dalam pembentukan ruang. Dinding Transparant, terdiri dari bidang yang transparan, seperti Pagar bambu, logam, kayu yang ditata tidak rapat. Pohon-pohon dan semak yang renggang. Sifat dinding ini kurang kuat dalam pembentukan ruang. Dinding semu, merupakan dinding yang dibentuk oleh perasaan pengamat setelah mengamati suatu obyek atau keadaan. Dinding ini dapat terbentuk oleh garis-garis batas,
misalnya garis batas air sungai, air laut dan cakrawala. PERANAN PEMBATAS
Sebagai pemberi arah arah dan suasana Deretan pohon-pohon yang direncanakan dan diatur dapat menerangkan pada kita kompleks apa yang akan
kita masuki. Apakah sebuah perpustakaan nasional atau markas tentara dan lain-lain.
Sebagai Penerang
Pagar dapat memperkuat, mengubah dan membentuk pola laulintas dalam suatu ruang. Sebagaimana dapat dirasakan, gerbang suatu gedung \ dari suatu kompleks sering mengesankan adanya undangan', sedangkan dinding penghalang seakan - akan berkata `ikuti jalan ini'.
Sebagai Pengontrol
Elemen vertikal penting sebagai unsur yang mengawasi/mengontrol : angin, cahaya, temperatur dan suara. Unsur ini dapat digunakan untuk mengubah dan membelokkan angin, Sirkulasi Kinetika dari gerakan merupakan suatu studi tentang sifat gerakan. Studi tentang pergerakan ini diuraikan oleh J.O. Simond, Landscape Architecture dan beberapa buku rujukan, antara lain Laurie, An Introduction to Landscape Architecture; Eckbo, Urban Landscape Design dan
Ruben¬stein,
Guide
to
Site
and
Environmental
Planning.
Pada uraian di bawah ini akan disarikan pendapat tentang pergerakan kinetika. 1. Berbagai Bentuk Lintasan Macam-macam bentuk lintasan, antara lain:
bentuk bergelung-gelung
bentuk menyimpang
bentuk melingkar
bentuk berliku
bentuk hiperbolis
bentuk centrifugal
bentuk centripetal
bentuk berbelok ke kiri ke kanan
bentuk melayang ke atas
bentuk mendaki
bentuk descending
bentuk busur
bentuk langsung
BENTUK LINTASAN DALAM GRAFIK Kecepatan dari pergerakan itu dapat bervariasi mulai dari gerak lambat
(merayap,
merangkak)
hingga
gerak
Sifat gerak yang dapat ditampilkan antara lain:
sifat menenangkan (soothing)
sifat mencengangkan mencengangkan (startling)
sifat mengagetkan (shocking)
sifat mematahkan (baffling)
sifat logis (logical)
sifat bertahap-tahap (sequential)
sifat maju (progressive)
sifat bertingkat-tingkat (hieratic)
sifat lurus (tinier)
sifat bergelombang (wayelike)
sifat mengalir (flowing)
sifat bercabang (branching)
sifat menyebar (diverging)
sifat mengumpul (converging) (converging)
sifat malu-malu, ragu-ragu (timorous)
sifat kuat (forceful)
sifat meluas (expanding)
sifat berkerut (contracting)
cepat
(kilat).
Perpaduan antara kecepatan gerak dan sifat pergerakan terhadap suatu subjek akan menghasilkan suatu rasa emosional tertentu, sehingga dalam mendesain suatu lintasan gerak, harus dikontrol dengan hati-hati.
2. Manusia dan Pergerakan a.
Faktor-faktor
yang
merangsang
manusia
untuk
cenderung
bergerak, antara lain:
bila ada sesuatu yang menyenangkan
bila ada bends-bends yang diinginkan
sedikit mempunyai halangan
adanya tanda atau petunjuk yang jelas dan mengarah
bila ada sesuatu yang sesuai atau cocok
bila sesuatu mempunyai kegunaan
bila sesuatu mempunyai days tarik
untuk menuju jalan masuk
bila ada sesuatu yang berbeda
untuk mencapai suatu tujuan
bila ada sesuatu yang menakjubkan dan rasa ingin tahu
bila menerima sesuatu
menuju suatu titik yang yang mempunyai warna dan tekstur terkuat
bila ada ruang-ruang yang menyenangkan
bila ada rasa petualangan
bila ada sesuatu yang indah, permai
menuju objek objek atau atau daerah daerah dan dan ruang ruang yang yang cocok cocok dengan dengan hati atau kebutuhannya kebutuhannya
b. Faktor-faktor yang merangsang manusia untuk menolak bergerak, antara lain
ada rintangan
ada sesuatu yang tidak menyenangkan
ada sesuatu di luar perhatian
ada sesuatu gesekan ada suatu penolakan
ada sesuatu kekerasan
ada permukaan yang curam
ada sesuatu yang monoton
kebosanan
c.
sesuatu yang tidak diinginkan
sesuatu yang melarang
ada bahaya
ada sesuatu yang tak serasi
Faktor yang membimbing manusia dalam pengarahan gerakan adalah • gubahan dari bentuk-bentuk bentuk-bentuk alarn. • adanya pembagi ruang-ruang ruang-ruang • adanya tanda-tanda tanda-tanda atau simbol-simbol • adanya dinding pengarah atau penahan • adanya pola sirkulasi • tersedianya lajur-lajur lajur-lajur • bentuk-bentuk bentuk-bentuk ruang
d. Faktor yang merangsang manusia untuk beristirahat: • kondisi kenikmatan, kesenangan • kesempatan untuk menangkap view, objek atau detail yang jelas • halangan halangan untuk bergerak • terlibat dalam keadaan tanpa tujuan • kesempatan untuk sesuatu yang bersifat pribadi • kesempatan untuk konsentrasi • ketidakmampuan untuk maju • adanya gubahan yang menyenangkan untuk bentuk dan ruang
3. Jenis Pergerakan dan Pengaruhnya Bagi Manusia a. Pergerakan Horizontal
Pengaruh pergerakan horizontal pada manusia dikarenakan adanya:
pergerakan lebih mudah, lebih bebas, dan dan lebih efisien pada bidang horizontal
perubahan arah lebih mudah
pergerakan lebih aman
pemilihan alternatif arah lebih banyak
pergerakan lebih mudah dikontrol
pergerakan lebih stabil karena keseimbangan gaga tarik bumf
pandangan terhadap objek yang bergerak lebih mudah dikontrol
mudah melihat objek-objek yang vertikal
b. Pergerakan Menurun atau ke ke Bawah Bawah Pengaruh pergerakan ke bawah pada manusia karena adanya:
usaha atau tenaga yang dikerahkan berkurang, namun sudut
kemiringan harus dipertimbangkan
adanya perasaan untuk bersembunyi, perlindungan, atau privacy
perlindungan bawah tanah
seakan-akan kembali ke alam primitif
adanya konsep penyimpanan bawah tanah
c. Pergerakan Mendaki atau ke Atas Pengaruh pergerakan ke atas pada manusia adalah
bersifat menggembirakan
membutuhkan tenaga tambahan
merasa berpisahan dengan benda-benda di tanah
mengambang dekat dengan matahari
menambah rasa memiliki bidang lantai
mendekatkan diri pada Yang Mahakuasa
usaha mencapai menara
konsep manusia menantang langit
berkesan kuat
menakjubkan
dramatis
4. Pengaruh Jarak Pada Sirkulasi Jarak dapat mengganggu pola sirkulasi yang diterapkan. Jarak yang terlalu jauh menyebabkan pola sirkulasi yang direncanakan tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Perancang mempunyai tugas untuk memperkecil halangan tersebut, apalagi bila sirkulasi tersebut dikaitkan dengan faktor kecepatan dan pertimbangan ekonomi. Hal ini dapat diatas dengan penerapan pola sirkulasi yang bersifat langsung dan praktis.
D. TATA HIJAU Elemen lansekap pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan besar, yaitu
Elemen keras (hard material); perkerasan, bahan statis.
Elemen lembut (soft material); tanaman, air
Bagi seorang arsitek lansekap, yang banyak menangani hubungan antara manusia, alam, dan teknologi bahan (bahan perkerasan serta, bahan alami) maka, materi tanaman merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan lansekap. Elemen lembut (soft material) tidak mempunyai bentuk yang tetap dan selalu berkembang sesuai masa pertumbuhannya sehingga menyebabkan bentuk dan ukuran yang selalu berubah. Perubahan tersebut terlihat dari bentuk, tekstur, warna, dan ukurannya. Perubahan ini diakibatkan oleh karena tanaman adalah makhluk yang selalu tumbuh dan dipengaruhi pula oleh faktor alam dan tempat tumbuhnya.
Dalam kaitannya dengan perancangan lansekap, tata, hijau atau planting design merupakan satu hal pokok yang menjadi dasar dalam pembentukan
ruang
luar.
Penataan
dan
perancangan
tanaman
mencakup: habitus tanaman, karakter tanaman, fungsi tanaman, dan peletakan tanaman 1. Habitus Tanaman Habitus tanaman adalah tanaman yang dilihat dari segi botanic/ morphologic, sesuai dengan ekologis dan efek visual.
Segi botanic/morphologic, tanaman dibagi menjadi:
Pohon batang berkayu, percabangan jauh dari tanah, berakar dalam, dan tinggi di atas 3,00 meter.
Perdu batang batang berkayu, berkayu, percabangan percabangan dekat dekat dengan dengan tanah, tanah, berakar dangkal, dan tinggi 1,00-3,00 meter.
Semak batang batang tidak berkayu, percabangan percabangan dekat dengan dengan tanah, berakar dangkal, dan tinggi 50 cm - 1,00 meter.
Penutup tanah : batang tidak berkayu, berkayu, berakar dangkal, dan tinggi 20 cm-50 cm.
Rerumputan
Segi ekologis, ekologis, tanaman tanaman dilihat dari tempat tempat hidupnya. hidupnya.
Dataran rendah
Dataran tinggi
Lereng
Gurun
Danau
Pantai
2. Karakter Tanaman Efek Visual Karakteristik fisik tanaman dapat dilihat dari bentuk batang dan percabangannya, bentuk tajuk, massa dawn, massa bunga,
warna,
tekstur,
aksentuasi,
skala
ketinggian
dan
kesendiriannya. Pemilihan jenis tanaman dalam suatu desain lansekap merupakan suatu seni dan ilmL. pengetahuan. Seni
karena menyangkut komposisi elemen desain seperti warna, bentuk, tekstur, dan kualitas desain yang berubah karena sangat dipengaruhi oleh iklim, usia, dan faktor alam. llmu pengetahuan menyangkut
dari
teknik
peletakan,
teknik
penanaman
dan
pertumbuhannya. Pemilihan jenis tanaman tergantung pada: •
fungsi
tanaman,
sesuai
dengan
tujuan
perancangan;
• peletakan peletakan tanaman, sesuai dengan fungsi tanaman.
3. Fungsi Tanaman Tanaman tidak hanya mengandung/mempunyai nilai estetis saja, tapi juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Adapun fungsi tanaman adalah: adalah: Berbagai fungsi tanaman dapat dikategorikan sebagai berikut.
Kontrol pandangan (Visual control)
Pembatas fisik (Physical barriers)
Pengendali iklim (Dimate control)
Pencegah erosi (Erosion control)
Habitat satwa (Wildlife habitats)
Nilai estetis (Aesthetic values)
4. Material Arsitektur
Lansekap
pada
dasarnya
berkaitan
erat
dengan
pembentukan ruang luar atau ruang terbuka. Pembentukan ruang tersebut sangat tergantung dari komponen pembentuk ruang. Sedangkan komponen pembentukan ruang terdiri dari bidang alas, bidang dinding, dan bidang atap. Kualitas nilai ruang tergantung dari fungsi ruang yang diinginkan. Gubahan ruang terhadap fungsi ruang yang ingin dihasilkan dapat tergubah melalui bidang-bidang sebagai komponen pembentuk ruang. Bidang yang dimaksud terbentuk karena adanya unsur material yang direkayasa sesuai bentuk, tekstur, warna, dan ukuran dimensi yang diciptakan. Untuk
hal itulah maka pengetahuan dan penguasaan serta pemahaman terhadap material/ bahan lansekap menjadi penting. Di samping pemahaman terhadap karakteristik bentuk bahan, juga perlu diketahui fungsi, spesifikasi, paska pemeliharaan dari bahan, serta nilai ekonomis. Dalam Arsitektur Lansekap dikenal 2 (dua) bagian besar material lansekap, yakni 1.
Material Lunak (Soft Materials)
Kelebihan dari Arsitektur Lansekap dalam menggubah ruang, adalah dapat "menggubah ruang" dengan komponen material lunak, yaitu tanaman/pepohonan dan air. Tanaman merupakan material lansekap yang hidup dan terus berkembang. Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar tanaman, bentuk tanaman, tekstur, dan warna selama masa pertumbuhannya. Dengan demikian, kualitas dan kuantitas ruang terbuka akan terus berkembang dan berubah sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Jadi
dalam
perancangan
lansekap,
tanaman
sangat
erat
hubungannya dengan waktu dan perubahan karakteristik tanaman. Secara dasar khususnya di iklim tropic, dikenal 2 (dug) macam tanaman •
Tanaman
ditinjau yang
dari
massa
menggugurkan
daun
daunnya, (Decidous
yakni plants)
• Tanaman yang hijau sepanjang tahun (Evergreen conifers)
Tanaman yang menggugurkan daun (Decidous plants) yang dimaksud adalah jenis-jenis tanaman yang berubah bentuk ataupun warna daunnya sesuai dengan musimnya. Setelah musim pangs daun berguguran, sedangkan menjelang musim hujan daun tumbuh lebat, atau sebaliknya. Contohnya antara lain Flamboyan (Delonix regia), Angsana (Pterocarpus indicus), atau jenis Gymnospermae. Tanaman yang berdaun sepanjang tahun (Evergreen conifers) dimaksudkan adalah jenis tanaman yang berdaun lebat dan berbunga sepanjang musim, tidak menggugurkan daun.Contohnya
antara lain jenis Cemara. Pemahaman dan penguasaan dari material tanaman yang dimaksud terutama terhadap karakteristik dan habitat tanaman.
Karakteristik tanaman terdiri dari: 1. bentuk (tajuk, batang, batang, cabang, cabang, ranting, ranting, dan daun), 2. tekstur (batang dan daun), 3. warna (batang, daun, dan bunga, 4. fungsi tanaman, dan 5. tinggi dan lebar tanaman.
Habitus tanaman terdiri dari: 1. pola pertumbuhannya, 2. sistem perakarannya, 3. tempat tumbuhnya, dan 4. pola pemeliharaannya pemeliharaannya
Fungsi Tanaman Fungsi tanaman secara ekologis adalah 1. Menyerap CO2 dan menghasilkan menghasilkan 02 (oksigen) (oksigen) bagi makhluk hidup hidup di iang hari. 2. Memperbaiki iklim setempat. 3. Mencegah terjadinya erosi/ erosi/ pengikisan muka tanah tanah (run off). 4. Menyerap air hujan.
2.
Material Keras (Hard Materials)
Telah diuraikan bahwa hal-hal yang perlu dipahami dalam pengetahuan bahan adalah 1. karakteristik bentuk bahan, 2. fungsi, 3. spesifikasi,
4. pasca pemeliharaan dari bahan, serta 5. nilai ekonomisnya. Material keras dapat dibagi dalam 5 (lima) kelompok besar yaitu 1. material keras alami (organic (organic materials); 2. material keras alami dari potensi potensi geologi (inorganic materials materials used in their natural state) 3. material keras buatan buatan bahan metal (inorganic materials used in highly modified state); 4. material keras
buatan sintetis/tiruan
(synthetic materials);
5. material keras buatan kombinasi (composite material). Material Keras Alami (Organic Materials) Material ini berasal dari bahan alami, yaitu kayu. Bermacammacam jenis kayu yang dapat dijadikan bahan material bagi desain lansekap. Kayu dapat dipergunakan sebagai bahan untuk pembentukan furniture lansekap, retaining wall, ataupun perkerasan. Kekuatan kayu berbeda beda tergantung dari keaweta,inya. Keawetan kayu tergantung dari penempatannya. Kayu yang terlindung dari hujan dan sinar matahari tidak akan lekas rusak. Untuk mempertinggi sifat keawetan kayu, dapat diusahakan
dengan
mengecat/mengurangi
kadar
air,
diberi
obat
pengawet. Untuk penggunaan konstruksi, di Indonesia kayu terbagi dalam 5 (lima) kelas kekuatan (baca Frick Heinz. Ir, Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu, 1982). 1. Kayu kelas 1 (satu), antara lain Kayu hitam (Diospyros celebica Bakh), Bakh), Kayu ulin (Eusideroxylon zwageri,T), dan Sawo kecik (Ma nilka ra kauki Dub). 2. Kayu kelas 2 (dua), antara lain Jati (Tectona grandis grandis L.1) dan Puspa (Tetramerista glabra Mig). 3. Kayu kelas 3 (tiga), antara lain Damar Damar (Agathis borneensis Warb) dan Meranti merah (Shorea spec,Div).
4. Kayu kelas 4 (empat), antara lain Kemiri (Aleuritis moluccana Willd) dan Angsana (Pterocarpus indicus,Div). 5. Kayu kelas 5 (lima), antara lain Jeunjing (Albizia falcata, Backer). Material Keras Alami dari Potensi Geologi (Inorganic Materials Used in Their Natural State) b. material keras alami dari potensi geologi Material yang dimaksud antara lain batu-batuan, pasir, dan batu bata. Material batu-batuan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan suatu susunan dinding ataupun pola lantai. Batu-batuan dapat menghasilkan kesan tekstur kasar atau halus. Batu besar (batu kali) dapat juga dijadikan sebagai ornamen artistik dalam suatu taman.
c. Material Keras Buatan Bahan Metal Yang dimaksud, antara lain alumanium, besi, perunggu, tembaga, dan baja. d. Material Keras Buatan Sintetis/Tiruan (Synthetic Materials) Contoh dari material sintertis atau tiruan, t iruan, antara lain bahan plastik/fiberglass. e. Material Keras Buatan Kombinasi (Composite Materials) Beton dan plywood merupakan contoh dari bahan materials keras buatan kombinasi
DAFTAR PUSTAKA
1. http://staffnew.uny.ac.id/up http://staffnew.uny.ac.id/upload/132161 load/132161222/pendidi 222/pendidikan/03 kan/03 +elemen+site+massa+dan+ru +elemen+si te+massa+dan+ruang_0.pdf ang_0.pdf (23.06 – 18/07/17) 2. http://reposi http://repository.usu.ac.i tory.usu.ac.id/bitstream/han d/bitstream/handle/123456 dle/123456789/49 789/49 614/Chapter%20II.pdf?seque 614/Chapter%2 0II.pdf?sequence=3&isAllo nce=3&isAllowed=y wed=y (23.33 – 18/07/19) 3. http://elear http://elearning.gunada ning.gunadarma.ac.id/docmod rma.ac.id/docmodul/tata_rua ul/tata_ruang_lua ng_lua r_1/bab3-elemen_ruang_luar.pdf (00.02 - 19/07/17) 4. https://www.google.co.id/search https://www.google.co.id/search?q=membuka+fil ?q=membuka+file+scribd& e+scribd& oq=membuka+file+scribd&a oq=membuka+fi le+scribd&aqs=chrome..69i57j0l5 qs=chrome..69i57j0l5.17540j0 .17540j0 j4&sourceid=chrome&ie=U j4&sourceid= chrome&ie=UTF-8#q= TF-8#q=ruang+luar ruang+luar (07.56 – 19/07/17) 5. http://elearning.gunada http://elearning.gunadarma.ac.id/docmod rma.ac.id/docmodul/tata_rua ul/tata_ruang_lua ng_lua r_1/bab2-konsep_dasar_ruang_luar.pdf (16.43 - 19/07/17) 6. https://bondanprihastomo. https://bondanprihastomo.wordpress.com/20 wordpress.com/2016/12/28/arsi 16/12/28/arsitt ek-jogja-komponen-ruang-luar/ (17.11 – 19/07/17) 7. http://kuliahnyaarsitek.b http://kuliahnyaarsitek.blogspot.co.id logspot.co.id/2011/10/kompo /2011/10/komponennenpembentuk-ruang-luar.html (20.42 - 19/07/17)