ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA
PENGERTIAN Hiperbilirubinemia merupakan keadaan peninggian kadar bilirubin darah pada bayi yang mencapai suatu nilai yang merupakan potensi menimbulkan kernikterus bila tidak ditanggulangi dengan baik. Kernikterus adalah suatu keadaan kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada sel otak. Diagnosa Keperawatan : NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko injuri b.d kadar bilirubin serum tinggi yang dapat memasuki sawar darah otak danresiko komplikasi akibat pemasangan phototherapy.
INTERVENSI 1. Observasi adanya perubahan warna kulit ke arah jaundice (kuning) mulai dari kepala, skrela dan badan serta kaki tiap shift. 2. Berikan suhu lingkungan (inkubator) yang netral/sesuai selama phototherapy dikerjakan. 3. Pertahankan suhu axilla pada suhu K 36, 5-37° C, hindari kemungkinan kedinginan. 4. Monitor tanda-tanda vital berkala dan terutama pengukuran suhu tubuh. 5. Lakukan/rubah posisi tiap 2 jam sekali. 6. Pertahankan pemberian intake/nutrisi agar adekuat selama phototherapy. 7. Pertahankan terapi cairan, lakukan koreksi selama pemberian phototherapy. 8. Observasi kemungkinan adanya perubahan status neurologis (kaji tingkat kesadaran dan reflekreflek fisiologis, patologis) dan laporkan kepada dokter. 9. Observasi perbedaan warna kulit sebelum phototherapy, saat menggunakan, sesudah phototherapy serta reaksi kulit yang timbul. 10. Lakukan pemeriksaan kadar bilirubin total (direk dan indirek) dalam serum lakukan dan evaluasi secara berkala. 11. Lakukan (kolaborasi) pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan kadar bilirubin serum dalam keadaan phototherapy dimatikan untuk mendapatkan hasil yang akurat. 12. Untuk bayi yang sedang mendapatkan phototherapy, perhatikanlah hal-hal sebagai berikut : a. Bayi ditidurkan tanpa baju. b. Tutuplah mata bayi dengan bahan yang tidak tembus cahaya sebelumnya dan pertahankan selama phototherapy dikerjakan.
1
2.
Resiko defisit volume cairan tubuh b.d kehilangan cairan tak nyata (IWL) dan dehidrasi akibat phototherapy.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
3.
Resiko gangguan proses keluarga (gangguan peran orang tua) b.d keterbatasan interaksi orang tua bayi karena phototherapy.
1. 2.
3.
4.
c. Inspeksi keadaan mata bayi setiap 8 jam sekali dan istirahatkan dari phototherapy. Untuk beberapa saat mata bayi dibuka. d. Evaluasi secara berkala jarak antara phototherapy dengan bayi (K45 cm). e. Evaluasi berkala kadar bilirubin serum (lihat keadaan klinis pasien). Pertahankan suhu lingkungan (inkubator) dan suhu axilla dalam batas suhu 36,5-37°C. Ukur suhu tubuh melalui axilla setiap 2 jam sekali. Timbang berat badan bayi tanpa pakaian pada waktu yang sama sebelum minum. Ukur intake dan output cairan tiap shift. Bila perlu, periksa berat jenis urine. Berikan intake cairan terutama ASI sesuai kebutuhan. Monitor tetesan infus jika masih indikasi terapi cairan (IVFD). Kaji status hidrasi seperti turgor kulit, keadaan fontanel anterior, mukosa bibir. Jelaskan tentang kebutuhan cairan yang harus terpenuhi untuk keadaan bayinya sehingga dibutuhkan ASI yang cukup. Diskusikan tentang keadaan bayinya setelah dijelaskan oleh dokter mengenai kulit yang tampak kuning, kemungkinan adanya diare, hasil test laboratorium, terapi sinar, dll. Anjurkan orang tua untuk berpartisipasi dalam perawatan bayinya yang memungkinkan seperti memberi minum, mengganti popok, memandikan, dll. Matikan lampu dan buka penutup mata bayi jika orang tua sedang mengunjungi.
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DENGAN OMPHALOCELE 2
PENGERTIAN Omphalocele adalah penonjolan usus diluar abdomen yang dilapisi oleh lapisan peritoneum dan lapisan amnion yang keduanya tampak bening dan tampak dari luar (Whaley and Wong 1991). NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI 1. Pola nafas tidak efektif B/D Kaji adanya tanda-tanda distress pernafasan. kerusakan otot-otot pernafasan. Observasi tanda-tanda vital terutama sistem pernafasan. Observasi pemberian O2 (oksigen). Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium (AFD). 2. Resiko tinggi infeksi B/D Kaji keadaan umum pasien, adanya kelainan pada mekanisme pertahanan primer yang abdomen dan adanya tanda-tanda infeksi. tidak adekuat. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Yakinkan bahwa alat-alat yang digunakan dalam keadaan bersih dan steril. Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh. Observasi tanda-tanda adanya infeksi. Lakukan perawatan luka dengan teknik septik dan anti septik. Berikan intake cairan dan nutrisi yang adekuat. Kolaborasi pemberian antibiotik dan laboratorium. Libatkan dan jelaskan pada orang tua dalam membantu kontrol infeksi pada bayi/anak. 3. Kerusakan integritas kulit B/D Kaji adanya kerusakan integritas jaringan kulit. perubahan status nutrisi. Cegah bayi dari terjadinya bahaya ruptur kantong peritoneum. Gunakan cairan normal saline untuk mencegah kekeringan pada luka. Tutup daerah omphalocele dengan kassa steril basah. Berikan salep pada dinding abdomen yang teriritasi. Observasi dan catat adanya tanda-tanda kerusakan jaringan kulit. 4. Gangguan nutrisi : kurang dari Kaji warna turgor dan mukosa mulut. kebutuhan tubuh B/D absorbsi yang Berikan cairan TPN. kurang. Catat intake dan output. Observasi tanda-tanda vital. Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium (DPL). Catat adanya bising usus. Berikan cairan parenteral sampai makanan oral adekuat. Pelihara kebersihan mulut.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIALIN MEMBRAN DISEASE 3
I.
DEFINISI Hialin membran disease adalah suatu penyakit kegagalan nafas yang disebabkan oleh defisiensi surfaktan yang mengakibatkan meningkatnya tegangan permukaan alveoli.
II.
ETIOLOGI Ibu dengan penggunaan zat adiktif. Bayi dengan stress intra uterin. Obstruksi saluran nafas. Hipoglikemi, asidosis metabolic. Intraventrikular hemoragi. Sepsis, hipotermi.
III.
MANIFESTASI KLINIK Dengkingan pada saat ekspirasi dimana bayi tidak menangis. Retraksi sternum dan interkosta. Nafas cuping hidung. Respirasi cepat. Auskultasi : udara yang masuk berkurang. Edema ekstremitas setelah beberapa jam (permeabilitas vascular berubah). Foto rontgen menunjukkan retikulogranular (gambaran bulat-bulat kecil dengan corakan bronkogram udara).
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI 1. Gangguan pertukaran gas b.d 1. kaji status respirasi enak (bunyi nafas). penurunan jumlah oksigen yang 2. Kaji tanda-tanda distress pernafasan : peningkatan berdifusi akibat kolaps alveoli. nadi, berkeringat sianosis. 3. Kaji adanya retraksi dada. 4. Kaji irama jantung dengan monitor penggunaan ventilasi mekanik. 5. Kolaborasi : Pemberian terapi oksigen. Foto rontgen torax. Pemberian terapi surfaktan.
4
2.
3.
Pola nafas tidak efektif b.d 1. Monitor adanya distress pernafasan. pertukaran gas tidak adekuat, 2. Beri posisi semi flower. peningkatan sekesi, penurunan 3. Gunakan alat oksimetri untuk mengevaluasi kemampuan oksigenasi adekuat. saturasi O2. 4. Ganti posisi tipa 2 jam atau sesuai indikasi. 5. Kolaborasi : Pemeriksaan AGD. Terapi inhalasi. Terapi oksigen. Pemberian analgesik. Gangguan perfusi jaringan b.d 1. Kaji status kesadaran. penurunan aliran balik vena, 2. Kaji kapilari refill. hipotensi, hipoksemia. 3. Monitor tanda-tanda vital. 4. Berikan nutrisi sesuai indikasi. 5. Kaji bising usus, adanya mual, muntah, nyeri tekan. 6. Kolaborasi : Pemberian oksigen. Pemeriksaan AGD.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ENSEFALITIS 5
PENGERTIAN Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme. NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Pola nafas tidak efektif sehubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial. Data yang mendukung : DS : DO : Dyspnea. Peningkatan FP. AGD menunjukkan adanya hipoxia. Sputum banyak. 2.
3.
Gangguan perubahan perfusi jaringan serebral sehubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial akibat adanya odema otak. Data yang menunjang : DS : DO : Terjadi kelemahan/kelumpuhan. Daerah perifer dingin. Capilary refill lebih dari 5 detik. GCS. AGD. Reflek-Reflek. Pemenuhan neurologis. Gangguan proses berpikir sehubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial akibat proses peradangan. Data yang menunjang : DS : DO : Pembicaraan pasien sulit dimengerti. Pasien mengalami disiorientasi tempat, waktu dan lingkungan.
INTERVENSI Observasi TV terutama pernafasan. Observasi tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial : TD meningkat, nadi cepat, gelisah, muntah. Rubah posisi secara teratur (postural drainage). Lakukan mobilisasi pasif. Lakukan penghisapan lendir secara berkala dan sesuai indikasi. Observasi warna kulit, membran mukosa. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian O 2 tambahan sesuai hasil AGD. Monitor TV setiap jam. Kaji derajat kesadaran. Kaji status neurologi, respon terhadap rangsangan, pergerakan dan pembicaraan . (GCS) setiap 2-4 jam. Observasi ukuran pupil, bentuk dan reaksi terhadap cahaya. Monitor intake-output. Monitor AGD. Kolaborasi dengan dokter untuk : Pemberian cairan parenteral. Pemberian O2 tambahan. Pemberian medikasi : steroid. Observasi GCS tiap shift. Monitor derajat kesadaran setiap 2 jam. Tes kemampuan pasien untuk menerima dan melakukan komunikasi. Orientasikan tempat, waktu dan orang-orang sekitar. Berbicara dengan pasien secara pelan, jelas dan tidak menggunakan bahasa yang sulit dimengerti.
6
4.
5.
6.
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatan sehubungan dengan kurangnya informasi. Data yang menunjang : DS : Pasien mengatakan belum memahami tentang proses penyakit dan pengobatannya. DO : Pasien/keluarga kurang kooperatif dalam pengobatan. Cemas orang tua b.d dampak hospitalisasi.
Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari b.d istirahat total.
Kaji tingkat pengetahuan keluarga/pasien tentang proses penyakit dan pengobatannya. Berikan penjelasan tentang penyebab peningkatan TIK, gejala dan terjadinya penurunan tingkat kesadaran. Berikan kesempatan bagi pasien/keluarga untuk bertanya. Diskusikan dosis, waktu, rasional dan efek samping setiap obat.
Kaji tingkat kecemasan pasien. Lakukan hubungan terapeutik. Ajak pasien berkomunikasi. Beri pasien pengertian tentang situasi perawatan. Ciptakan suasana nyaman dan aman. Bantu kebutuhan sehari-hari pasien dalam hal makan, minum dan kebutuhan eliminasi BAB/BAK. Periksa tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pasien melakukan aktivitas. Kaji faktor-faktor yang menyebabkan gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
EVALUASI Setelah dilakukan implementasi keperawatan dievaluasi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan SOAPIER.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MENINGITIS 7
PENGERTIAN Meningitis adalah peradangan pada selaput otak Etiologinya adalah bakteri (pneumococcus, stapilo coccus, streptococcus, salmonella) dan bisa juga virus (hemophilus influenza). GAMBARAN KLINIK 1.
Demam mencuat tinggi.
2.
Konvulsi.
3.
Penurunan kesadaran sampai koma.
4.
Anak tampak toksik (pucat).
5.
Iritabilitas tinggi.
6.
Tangisan melengking (nada tinggi).
7.
Makan kurang, nausea, muntah.
8.
Sakit kepala.
9.
Fotophobia (takut cahaya).
10. Letargis, mengantuk. 11. Fontanel membonjol (pada anak < 18 bulan). 12. Kaku kuduk. 13. Kerning sign dan Brudzinski sign positif. 14. Naiknya reflek dan tonus. 15. Palsi pada saraf II, VI, VII. 16. Petichiae dan Purpura. Rencana Keperawatan : NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan perfungsi cerebal berhubungan dengan proses peradangan, peningkatan TIK. DS : Ibu mengatakan anaknya muntah, ada demam, rewel. DO : Anak demam, kesadaran menurun, pucat, iritabel, menangis terus, kaku kuduk, kejang, kering sign (+), tanda brudzinsky (+), onorexia, muntah proyektil, hasil LP obnormal. 2.
INTERVENSI Monitor status neurologis klien. Istirahatkan klien dalam posisi telentang elevasi kepala 15° - 45°. Monitor tanda-tanda vital tiap jam. Kaji adanya kaku kuduk, iritabel dan kejang. Cegah kemungkinan terjadinya hipertermia. Lakukan kompres bila suhu tubuh meningkat. Kolaborasi dalam pemberian terapi (manitol, antipiretik, autikonvulsan). Cek laboratorium.
Tidak efektivitasnya pola nafas Kaji fungsi pernafasan (bunyi, irama, kecepatan berhubungan dengan penurunan dan kedalaman). 8
3.
kesadaran dan kejang. DS : Ibu mengatakan anaknya sesak nafas, tidak sadar/tidur terus. DO : Kesadaran menurun, nampak sesak, cianosis, pucat, ada bunyi nafas tambahan (ronchi, stridor), kejang. Gangguan keseimbangan cairan yaitu kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan perfusi cerebral. DS : Ibu mengatakan anaknya tak sadar, lemah dan tidak mau minum. DO : Anak tidak sadar, ada tanda dehidrasi, mukosa kering, turgor jelek, intake dan output tidak seimbang. Capillary refill > 2 detik, BJ urine abnormal.
Pertahankan kepatenan jalan nafas. Lakukan suction bila banyak lendir. Rubah posisi setiap 2-4 jam. Berikan oksigen sesuai indikasi. Cek AGD. Kolaborasi pemberian terapi yang sesuai.
Observasi tanda-tanda dehidrasi. Monitor intake-output cairan. Berikan cairan sesuai indikasi lewat NGT bila perlu dan secara parenteral. Monitor tanda vital. Observasi kesadaran. Pemeriksaaan laboratorium elektrolit, BJ urine.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN BRONCHIOLITIS 9
I.
DEFINISI Bronchiolitis adalah infeksi saluran pernafasan bagian atas yang menyebabkan perubahan mekanik seperti inflamasi, obstruksi dan hiperpireksi yang biasa terjadi pada anak usia < 2 tahun dan pucaknya pada anak usia 6 bulan.
II.
ETIOLOGI Adenovirus, Mikoplasma pneumonia, Para influenza virus yang terhirup melalui udara atau tertular oleh penderita bronchiolitis.
III.
MANIFESTASI KLINIK Demam Peningkatan sekresi Kesulitan bernafas (sesak) Penurunan berat badan Peradangan
IV.
TES DIAGNOSTIK Foto rontgen, terdapat infiltrasi sel bronchiolus. Kultur sputum, hasil bakteri positif. AGD hasil peningkatan CO2, penurunan O2. Pemeriksaan darah lengkap, hasil leukosit meningkat.
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif Monitor tanda-tanda vital. b.d. akumulasi sputum, edema Auskultasi bunyi nafas, identifikasi adanya mukosa. wheezing, ronchi, crackes. Berikan posisi yang nyaman (semi fowler). Lakukan fibrasi, perkusi dan postural drainase. Pertahankan lingkungan yang tenang. Pertahankan pemberian cairan IV untuk pemberian obat dan bronkodilator. Kolaborasi : Pemberian terapi oksigen. Pemberian inhalasi dan suction. Pemeriksaan AGD. 10
2.
Resiko defisit volume cairan b.d. Kaji kebutuhan cairan sesuai berat badan. dispnea, takipnea, penurunan intake Monitor intake dan output, membran oral. mukosa dan turgor kulit. Ukur tanda-tanda vital. Timbang berat badan secara rutin. Berikan intake cairan sesuai kebutuhan. Kolaborasi pemberian cairan melalui IV.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN BRONCHO PNEMONIA PENGERTIAN
11
Broncho pneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam penyebab. Misalnya : bakteri, virus, jamur dan benda asing (Pneumonia Lobaris = Broncho Pneumania). ETIOLOGI Broncho pneumonia disebabkan oleh : 1. Bakteri : stapilococcus, streptococcus, pneunococcus. 2. Virus : virus influenza. 3. Jamur : pseudomonas, candida albican. 4. Aspirasi : makanan atau benda asing. Rencana Keperawatan NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum. Data penunjang : Banyak sputum kental dan sukar dikeluarkan, dispneu, nafas cepat, batuk, pernafasan > 50 x/menit, menggunakan alat bantu pernafasan, nafas cuping, hidung, pucat, gelisah, terdapat ronchi pada pemeriksaan auskultasi.
12
INTERVENSI Auskultasi suara nafas, catat adanya ronchi dan wheezing. Kaji dan observasi tanda-tanda vital, terutama bunyi nafas, irama kecepatan, kedalaman dan penggunaan otot-otot tambahan dalam bernafas. Observasi adanya dispneu, kelelahan dan kesulitan bernafas. Observasi karakteristik batuk, kering/ada sputum. Kurangi polusi lingkungan seperti debu, asap rokok, debu bantal dan kapuk. Atur posisi anak agar lebih mudah bernafas dengan posisi fowler/semi fowler. Ajarkan anak cara batuk yang efektif yaitu dengan menarik nafas dalam/panjang kemudian batukkan sambil mengeluarkan sputum/dahak. Bersihkan mulut dari lendir, bila perlu lakukan penghisapan lendir atau suction. Berikan intake cairan/minum hangat 2000 cc per hari selama tidak ada kontraindikasi. Lakukan cheast fisiotherapi. Kerjasama dengan tim kesehatan : Pemberian bronchodilator dan terapi inhalasi untuk mengurangi edema, spasme otot pernafasan, untuk relaksasi otot pernafasan dan untuk
2.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan sekret dan peningkatan produksi sekret. Data penunjang : Dispneu, pernafasan > 50x/menit, gelisah, pasien kesulitan mengeluarkan sputum, adanya perubahan tanda-tanda vital, terdengar ronchi, nilai PCO2 rendah sekali.
3.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan intake yang kurang akibat dari peningkatan kebutuhan metabolik karena demam dan proses infeksi. DS : Pasien menyatakan tidak nafsu makan.
mengencerkan lendir/sputum. Pemberian antimikroba, kortikosteroid, analgetik, obat batuk dan antibiotik. Observasi pemeriksaan analisa gas darah. Rontgen photo thorax. Observasi tanda-tanda vital. Kaji kecepatan, irama dan kedalaman pernafasan dan penggunaan alat bantu pernafasan. Tinggikan bagian kepala tempat tidur untuk meningkatkan ekspensi paru. Latih dan anjurkan pasien nafas dalam dan batuk efektif. Kaji warna kulit dan perubahan membran mukosa. Dorong pasien batuk efektif untuk mengeluarkan sputum dan lakukan penghisapan lendir/suction bila perlu. Auskultasi suara nafas, catat adanya ronchi, wheezing dan suara nafas abnormal lainnya. Kaji penurunan tingkat kesadaran. Berikan lingkungan yang tenang. Batasi aktivitas. Kerjasama dengan tim kesehatan : Monitor pemeriksaan analisa gas darah. Pemberian oksigen. Pemberian obat inhalasi, barotec, brochodilator. Rontgen phot thorax. Kaji kebutuhan kalori pasien. Kaji pola makan, makanan yang disukai/tidak disukai. Sediakan makanan saat hangat dan menarik. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir lidah). Monitor intake dan output.
DO : Kolaborasi dengan dokter untuk : Penurunan BB, makanan yang Pemberian vitamin. disediakan tidak habis, turgor jelek. 13
Pemberian makanan per NGT atau parenteral. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk : Penyediaan makanan yang yang mudah dicerna dan tidak terangsang. Penyediaan makan cair.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GED
14
PENGERTIAN Diare adalah buang air besar yang tidak normal/bentuk tinja yang encer dengan frekuensi 3x atau lebih dalam 24 jam atau peradangan yang terjadi pada daerah usus yang menyebabkan bertambahnya keenceran dan frekuensi BAB, lebih dari 3x per hari yang dapat menyebabkan timbulnya dehidrasi. Ada 3 jenis diare : 1. Diare akut
: keluarnya tinja yang cair tanpa adanya darah, berakhir < 14 hari dan
biasanya < 7 hari. 2. Disentri
: terlihat darah dalam tinja, tinja keluar sedikit dan sering sakit perut
waktu BAB, anoreksia. 3. Diare Persisten
: diare berakhir 14 hari atau lebih, kehilangan BB, kerusakan usus
(gangguan malabsorpsi). ETIOLOGI a. Infeksi internal Infeksi bakteri : E. Coli, Salmonella, Aeromonas. Infeksi virus
: Enterovirus, Poliomielitis, ECHO.
Infeksi parasit : cacing. b. infeksi parenteral (diluar alat pencernaan, misalnya : OMA, tonsilofaringitis, BP, ensefalitis untuk bayi dibawah 2 tahun). Faktor malabsorpsi : a. Malabsorpsi karbohidrat. b. Malabsorpsi lemak. c. Malabsorpsi protein. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI 1. Risti kurang volume cairan Observasi mual, muntah dan diare. sehubungan dengan intake yang Catat frekuensi dan konsistensi diare. kurang dan pengeluaran yang Observasi intake output secara akurat. berlebihan. 15
Catat penurunan berat badan dan lingkar perut tiap hari. Observasi pemberian cairan untuk mempertahankan hidrasi. Monitor elektrolit khususnya kalium dan kemungkinan gangguan asam basa. Catat kelemahan otot atau aritania jantung. Observasi pengeluaran keringat yang berlebihan. Kerjasama dengan tim kesehatan : Pemberian kalium. Pemberian cairan parenteral. Pemberian obat antibiotik. Perubahan nutrisi kurang dari Beri makan atau ASI selama diare. kebutuhan s/d absorpsi nutrisi yang Timbang BB setiap hari. tidak adekuat. Observasi makanan yang masuk. Catat intake dan output. Resiko gangguan integritas kulit s/d Ganti alat tenun bila basah. seringnya BAB. Bersihkan anus/bokong dan daerah genetalia dengan baik. Beri lotion/salep untuk pencegahan. Observasi tanda-tanda kerusakan kulit. Perubahan rasa nyaman : nyeri s/d Bersihkan mulut pada anak yang diberi cairan per oral. kejang/distensi abdomen. Letakkan anak di ruangan yang nyaman. Beri stimulasi sensori (usap-usap). Beri sentuhan dan kata-kata pemberi rasa nyaman anak. Beri obat-obat sesuai program. Kecemasan sehubungan dengan Memberi support/dorongan orang tua. perpisahan dengan orang tua, Dorong pasien untuk mengekspresi perasaan. lingkungan asing, efek prosedur. Jelaskan terapi yang diberikan. Ikut sertakan orang tua dalam merawat anak. Bantu orang tua memberi rasa nyaman dan dorongan untuk anak. Perubahan proses keluarga s/d Ajarkan tentang pentingnya kebersihan dan sanitasi. situasi krisis, kurang pengetahuan. Ajarkan cara-cara mempersiapkan makanan dan penyimpanannya. Anjurkan pentingnya observasi kesehatan setelah dirawat. Rujuk ke Puskesmas untuk perawatan bila timbuk gejala-gejala. Anjurkan orang tua untuk memberi minum bila anak diare. Resiko tinggi penyebaran infeksi b/d Lakukan guna terhindar cuci tangan yang benar dan diare yang infeksan bila perlu gunakan baju khusus bagi pentingnya/keluarga yang berhubungan dengan klien. DS : DO : Pasien menunjukkan anoreksia dan menolak makan karena mengalami cromp. Cairan dan elekrolit banyak hilang melalui diare. Turgor jelek.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ikuti aturan tentang tata cara pembuangan faces atau popok yang terkontaminasi sesuai dengan standar/protokol. 16
Gunakan teknik untuk Universal Precautious pada saat pengumpulan dan pengiriman bahan ke laboratorium. Ajarkan cara-cara menjaga kebersihan terutama pada klien anak yang lebih tua.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ASMA PENGERTIAN 17
Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan asma. NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Jalan nafas tidak efektif sehubungan dengan peningkatan produksi lendir. DS : Pasien/keluarga mengatakan sesak dan sulit bernafas. DO : Perubahan kedalaman/kecepatan pernafasan dan penggunaan otot bantu pernafasan. Suara nafas abnormal seperti : wheezing, ronchi, crackles.
2.
3.
4.
INTERVENSI Auskultasi suara nafas. Catat adanya suara nafas tambahan : wheezing, ronchi, crackles. Observasi TTV terutama pernafasan tiap 1 jam. Atur posisi pasien se-nyaman mungkin. Lakukan chest fisioterapi tiap 6-8 jam. Pertahankan lingkungan yang bebas dari polusi : debu, asap rokok, kapuk/kapas. Ajarkan pasien batuk efektif. Tingkatkan pemasukan cairan sesuai toleransi jantung. Kolaborasi dengan dokter : Pemberian medikasi (bronchodilator, steroid). Pemberian pelembab tambahan : inhalasi. Monitor nilai AGD. Gangguan pertukaran gas sehubungan Atur posisi yang nyaman dengan kepala sedikit extensi. dengan penyempitan jalan nafas akibat Lakukan penhisapan lendir secara berkala. penumpukan lendir. Kaji warna kulit dan membran mukosa setiap saat. DS : Dorong pasien melakukan pernafasan dalam atau DO : pernafasan mulut sesuai kemampuan pasien. Dsypnea Kaji derajat kesadaran pasien. Bingung dan sangat lelah. Monitor TTV setiap 1 jam terutama pernafasan. Nilai-nilai AGD tidak normal (terjadi Lakukan fisioterapi dada setiap 6-8 jam. hipoxia dan hiperkapnia). Kolaborasi dengan dokter untuk : Ketidakmampuan mengeluarkan Monitor AGD. lendir. Pemberian O2 tambahan sesuai hasil AGD. Perubahan TD, nadi, pernafasan dan Pemberian cairan parenteral. suhu. Penurunan aktivitas. Sianosis. Gangguan kebutuhan nutrisi : Kurang dari kebutuhan sehubungan dengan intake yang kurang akibat dari dyspnea, produksi sputum yang berlebihan dan tidak nafsu makan. DS : Pasien mengatakan tidak nafsu makan. DO : Menurunnya BB, menurunnya massa otot dan tonus otot, makanan tidak habis, lemah.
Kaji kebiasaan makan, makanan yang disukai dan yang tidak. Catat adanya kesukaran makan. Timbang BB setiap 2-6 hari. Lakukan perawatan mulut secara teratur. Kaji tingkat kebutuhan kalori pasien. Hindarkan makanan yang mengandung gas. Sediakan makanan saat hangat. Kolaborasi dengan dokter untuk : Pemberian makanan melalui parenteral atau enteral melalui sonde. Monitor hasil albumin, glukosa, elektrolit, fungsi hati. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyediakan makanan yang mudah dicerna dan tidak merangsang. Kurangnya pengetahuan tentang Kaji tingkat kemampuan pasien tentang penyakit dan penyakit dan pengobatan sehubungan pengobatan. 18
dengan kurangnya informasi dan kesalahan interprestasi informasi. DS : Pasien/keluarga meminta keterangan/informasi. DO : Adanya permintaan pemberian informasi. Pernyataan kekhawatiran. Ketidaktepatan dalam mengikuti instruksi. Cemas s/d kegelisahan akibat kesulitan dalam bernafas.
Jelaskan tentang proses penyakit dan pengobatannya. Evaluasi kembali tentang informasi yang diberikan dengan menginstrusikan pasien/keluarga mengulang tentang informasi tersebut. Anjurkan klien untuk mengungkapkan kecemasannya. Motivasi keluarga terutama ibunya untuk selalu mendampingi klien. Ajarkan strategi kejang pada klien dengan teknik kolaborasi nafas dalam.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
19
PENGERTIAN Kejang demam ialah bangkitkan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh proses ekstraknium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama golongan umur 6 bulan – 4 tahun (Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, EGC, 1997). Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial seperti Otitis Media Acut, Bronchopneumonia, Tonsilofaringitis Acut, Gastroenteritis dan lain-lain (Agus P & Budi S, Kedaruratan Medik, Penatalaksanaan Praktis, ed. Revisi, Bina Rupa Aksara, 2000). GAMBARAN KLINIS Terjadinya bangkitan kejang bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat seperti : Tonsilitas, OMA, Bronchitis, Furunkilosis dan lain-lain. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk toniktonik, tonik, klonik, fokal dan akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri, begitu kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Masalah Keperawatan : 1. Gangguan pola nafas tidak efektif. 2. Gangguan mobilisasi. 3. Gangguan rasa nyaman : nyeri. 4. Resiko injury : aspirasi, tersedak, jatuh, laserasi. 5. Gangguan pertukaran gas. 6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. 7. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh. 8. Gangguan perfusi cerebral.
Rencana Keperawatan NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI 1. Pola nafas tidak efektif Kaji kondisi pernafasan berhubungan dengan : kedalaman, kualitas). 20
(irama,
Penumpukan sekret. Kelemahan saraf dan otot pernafasan. Manifestasi data : DS : Ibu menyampaikan nafas anaknya bunyi (spt ngorok) dan anaknya demam diikuti kejang. DO : Anak demam, kejang, suara nafas tambahan (stridor (+) ; sekret (+), sesak nafas, nafas cuping hidung, dyspnea, tachypnea, sinosis.
2.
Gangguan perfusi cerebal berhubungan dengan peningkatan TIK (Tekanan Intrakranial). Manifestasi data : DS : Ibu menyampaikan anaknya muntah, irritable. DO : Anak gelisah, muntah proyektil, kesadaran menurun, letargis, kaku kuduk, tanda vital tidak stabil.
3.
Resiko injury, aspirasi, tersedak, laserasi, jatuh berhubungan dengan kejang demam. Manifestasi data : DS : Ibu mengatakan anaknya demam kemudian mengalami kejang. DO : Anak demam/hipereksia, anak kejang.
Monitor tanda-tanda vital. Siapkan alat untuk suksion. Ubah posisi klien agar jalan nafas terbuka (ekstensi leher, kepala ditinggikan/miring). Longgarkan pakaian daerah leher, dada dan area abdomen. Lakukan suction sekret dengan hati-hati. Kolaborasi : Berikan O2 sesuai dengan kebutuhan. Bila perlu dilakukan intubasi/tracheostomi. Pemberian cairan dan elektrolit yang sesuai. Pemeriksaan analisa gas darah. Pemasangan feeding rube jika perlu. Kaji faktor yang berhubungan dengan peningkatan TIK. Monitor status neourologis (reflek patologis dan fisiologis). Monitor tanda-tanda vital. Evaluasi pupil (ukuran, bentuk, reaksi terhadap cahaya). Posisikan kepala lebih tinggi. Pertahankan untuk bed rest. Kolaborasi : Berikan O2 yang sesuai. Pencegahan edema otak dengan teraphy korticosteroid yang sesuai (20-30 mg/kgBB) dibagi 3 dosis. Observasi secara detail saat ada serangan kejang : Aktivitas anak sebelum, selama dan sesudah kejang. Tipe kejang (tonik klonik, tonik, klonik). Inkontinensia. Tipe kejang. Frekuensi kejang. Distress pernafasan. Lakukan kompres “tapid water sponge” bila terjadi hyperpireksia. Berikan “side rail”/pengaman terpasang. Kolaborasi : Pemberian autikonvulsan. Pemberian autipiretik. 21
Pemasangan NGT.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MORBILI
PENGERTIAN 22
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu : 1. Stadium kataralis 2. Stadium erupsi 3. Stadium konvalensi RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko tinggi terjadinya komplikan b/d efek pengaruh morbili yang menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Data : Klien sesak nafas. Ranchi (+) cuping hidung (+). Kesadaran berkurang. Keadaan umum : jelek. Adanya batuk. 2. Gangguan rasa nyaman b/d adanya demam (suhu meningkat). Data : Suhu 38,5° C. Mukosa mulut kering. Mulut terasa pahit dan mual. 3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat. Data penunjang : Anoreksia. Makan/minum (-), karena mulutnya pahit. Suhu tubuh 38,5° C. BB berkurang. 4. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang perawatan b/d kurangnya informasi. Data fokus : Klien dengan kekurangan gizi. Klien belum pernah vaksinasi campak. Keluarga tidak mengerti tentang pentingnya gizi dan vaksinasi campak.
INTERVENSI Kaji adanya penurunan tingkat kesadaran. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam. Observasi adanya ronchi/cuping hidung. Rubah posisi tiap 3 jam sekali. Lakukan fisiotherapi dada. Sediakan obat-obat sesuai program therapi. Observasi intake dan output.
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam. Berikan minum yang banyak. Berikan obat-obatan sesuai program terapi. Berikan posisi tidur Fawler (nyaman).
Berikan minum sedikit-sedikit tapi sering. Berikan makanan lunak. Catat intake dan output. Timbang BB tiap hari catat keseimbangan cairan periksa turgor kulit. Monitor tanda-tanda vital tiap 4 jam. Pertahankan keakuratan tetesan infus sesuai program. Lakukan oral hygiene. Berikan penyuluhan/penerangan kepada keluarga tentang pentingnya gizi untuk balita dan pentingnya vaksinasi campak. Ajarkan keluarga cara-cara pemberian makanan yang sehat untuk balita.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DENGEU HEMORAGIC FEVER (DHF)
23
PENGERTIAN DHF/DBD (demam berdarah) adalah penyakit demam akut pada anak-anak (1-14 tahun) dan dewasa dengan ciri-ciri demam, manifestasi perdarahan dan cenderung menimbulkan syok yang dapat menimbulkan kematian. PENYEBAB Virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti/Aedes Albopitikus. GEJALA/TANDA-TANDA Demam mendadak selama 2-7 hari kemudian menurun. Manifestasi perdarahan muncul pada hari ke-2 ke-3 dalam bentuk test torniquet (+), petechie, echymosis sampai pada tingkat lanjut epistaksis, perdarahan gusi. Pembesaran hepar. Tanda-tanda syok muncul hari ke-3 sampai ke-7 pada saat demam mulai menurun. Laboratorik : trombositopeni < 100.00/mm³ pada hari ke 3-7, peningkatan Ht > 20% normal pada hari 3-7. NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan keseimbangan cairan tubuh : Kurang dari kebutuhan sehubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya plasma dari pembuluh darah. DS : Pasien mengatakan haus. DO : Tekanan darah menurun, nadi meningkat. Trombositopenia < 100.00/mm³.
Ht meningkat 20%. Turgor jelek. Pasien mengeluh haus. 2.
Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan sehubungan dengan pemasukan yang kurang akibat anoreksia, mual, muntah. DS : 24
INTERVENSI Observasi warna kulit, membran mukosa dan turgor kulit. Observasi tanda-tanda vital setiap 1-2 jam. Observasi tanda-tanda syok lainnya (keringat dingin, pucat, penurunan kesadaran). Awasi ketat jumlah cairan yang masuk dan keluar. Anjurkan pasien untuk minum 2-2,5/hari. Observasi adanya tanda perdarahan pada gusi, epistaksis petechie dan echymosis. Kerjasama dengan tim kesehatan : Pemberian cairan RL parenteral. Pemeriksaan Hb, Ht, Trombosit setiap 3-4 jam. Pemeriksaan hemostase bila terjadi perdarahan.
3.
Pasien mengatakan mual, muntah, nafsu makan menurun. DO : Tampak lemah, konjungtiva pucat, tonus otot menurun, serum albumin rendah, BB kurang dari ideal. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatan sehubungan dengan kurangnya informasi. DS : Pasien mengatakan belum memahami tentang pengobatannya. DO : Pasien selalu menanyakan tentang tindakan yang dilakukan. Pasien kurang kooperatif dalam program pengobatan.
Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit/pengobatannya. Diskusikan/jelaskan penyebab penyakit, cara penularan, kebersihan lingkungan, diet, pemeriksaan dan pengobatan yang harus dilakukan. Beri kesempatan pasien untuk menanyakan hal yang belum dipahaminya. Berikan penjelasan tentang alasan daripada setiap tindakan perawatan yang dilakukan. Berikan penjelasan tentang komplikasi yang dapat timbul dan hal-hal yang harus segera dilakukan, bila terjadi perdarahan segera ke rumah sakit/menghubungi dokter.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SINDROM NEFROTIK
25
PENGERTIAN Sindrom Nefrotik merupakan sekumpulan gejala yang timbul akibat terbuangnya protein yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus secara diffus. Manifestasi kliniknya berupa : Peningkatan protein di dalam urine. Penurunan albumin di dalam darah (hypoalbuminemia). Edema Peningkatan kolesterol dan LDL serum (hiperlipidemia); yang terjadi sebagai akibat kerusakan berat dari membran kapiler glomerulus dan merupakan akibat dari peningkatan permeabilitas glomerulus. NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Perubahan volume cairan : kelebihan volume cairan di ruang interstisial, perubahan permeabilitas glomerulus terhadap protein, tertahannya natirum dan air, resiko kekurangan cairan (hipovolemia) b.d perpindahan cairan dari ruang vaskuler ke ruang interstisial.
2.
Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia, kelemahan dan/atau pembatasan nutrisi. 26
TINDAKAN KEPERAWATAN Timbang BB pasien setiap hari. Ukur intake dan output. Tentukan berat jenis dan spesimen. Kaji tingkat edema. Ukur lingkar perut untuk memonitor tingkat asciter. Monitor tanda-tanda hipovolemia khususnya jumlah dan kualitas nadi dan tekanan darah. Cegah terjadinya dehidrasi karena hipovolemia akibat retensi cairan. Antisipasi diurisis dalam 3-4 hari dan kehilangan BB, meningkatnya output urine dan penurunan berat jenis urine. Berikan kortikosteroid atas order dokter. Berikan diuretic jika dianjurkan. Berikan diit rendah garam tinggi albumin jika dianjurkan. Batasi pemberian cairan selama edema masif. Rencanakan diet dan makanan dengan pendekatan tim yang terdiri dari perawat, ahli gizi, orangtua dan anak. Antisipasi diet tinggi protein yang mungkin tidak disenangi anak. Ciptakan makanan yang menarik. Berikan dalam porsi kecil tapi sering. Hargai kesukaan dan yang tidak disukai anak. Gunakan teknik bermain kreatif untuk meningkatkan nafsu makan (games, penghargaan dan tindakan khusus). Ajarkan keluarga memberikan makan. Ikutkan orang tua atau anak lain untuk makan bersama anak yang sakit. Catat intake makanan untuk menghitung jumlah kalori yang masuk. Berikan diet sesuai anjuran : rendah garam.
3.
4.
5.
6.
7.
Kaji warna, tekstur kulit dan tingkat edema (khususnya di sekitar mata dan area yang lainnya). Tinggikan bagian kepala untuk mengurangi edema periorbital. Pertahankan agar kulit tetap hangat dan kering. Perhatikan di tempat-tempat tertentu seperti daerah lipatan, jari tangan dan jari kaki : gunakan kasa atau kapas kering untuk mempertahankan jari tetap terpisah ; hindari penggunaan bedak/powder. Rubah posisi pasien setiap 2 jam atau bila perlu saat pasien bed rest. Berikan perawatan kulit daerah yang tertekan setiap 1-2 jam. Letakkan bantal di bawah dan diantara kaki untuk menghindari tekanan. Berikan penopang/perlindungan pada srotum terutama pada saat ambulasi. Lakukan irigasi mata dengan salin hangat setiap 2-4 jam. Berikan salep mata sesuai permintaan dokter. Resiko infeksi b.d peningkatan Kaji temperatur, nadi dan respirasi setiap 4 jam atau kerentanan sekunder terhadap edema bila perlu. dan terapi kotikosteroid. Kaji tanda-tanda infeksi paru dan kulit. Hindari kontak dengan klien infeksi, khususnya infeksi saluran nafas yang akut. Berikan antibiotik propilaksis yang dianjurkan dokter. Jelaskan pada orang tua bahwa anak tidak dapat menerima imunisasi sampai anak tidak mendapat terapi steroid dan bebas dari proteinuria. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan Pertahankan bed rest sesuai anjuran. Anjurkan perubahan aktivitas melewati aktivitas bermain. Tingkatkan aktivitas sesuai dengan umur. Anjurkan untuk ambulasi setelah terjadi diuresis dan tekanan darah serta BB stabil. Fasilitasi anak untuk beraktivitas yang sesuai dengan bimbingan (biasanya anak membatasi aktivitas mereka secara sukarela). Jadwalkan waktu-waktu istirahat dalam satu hari. Resiko perubahan citra diri b.d Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan perubahan ukuran tubuh yang cepat dan tentang dirinya. efek samping terapi steroid. Anjurkan pasien untuk bertanya tentang diagnosis dan pengobatannya. Berikan informasi kepada pasien tentang perubahan ukuran tubuh yang sementara dan tidak menetap. Anjurkan anak untuk melihat dirinya di cermin agar dapat menvisualisasikan dirinya sendiri. Tunjukkan tingkat edema yang terjadi. Gangguan integritas kulit b.d edema seluruh tubuh.
Kurang pengetahuan b.d kurang Jelaskan tentang proses perjalanan penyakit. informasi tentang perawatan di rumah Jelaskan tentang perlunya kegiatan yang normal 27
dan tindak lanjut yang diperlukan.
dengan rencana waktu istirahat yang dibutuhkan. Diskusikan tentang diet yang seimbang, asupan protein yang adekuat, jumlah minuman yang dianjurkan, jika adanya pembatasan. Jelaskan tentang perlunya menghindari kontak dengan seseorang yang terinfeksi saluran nafas akut. Tekankan tentang pentingnya meningkatkan interaksi sosial. Diskusikan gejala dan tanda kambuh yang memerlukan pemeriksaan kembali ke dokter seperti bertambahnya BB, timbul/bertambah edema, berkurang/tidak adanya pengeluaran urine. Ajarkan tentang nama obat yang digunakan, tujuan, dosis, waktu pemberian dan efek samping. Misalnya : efek samping corticosteroid yaitu muka bundar, nafsu makan meningkat, rambut bertambah, perut tegang, perasaan melayang. Ajarkan pasien/orang tua untuk melakukan tes urine terhadap albumin bila dianjurkan.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TETANUS 28
PENGERTIAN Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman “Clostridium Tetani” yang mengeluarkan eksotoksin. Kuman masuk melalui luka telinga (OMP), tonsil, saluran cerna, gigi berlubang, umbilikus. Kuman mempunyai masa tunas 5-14 hari. Clostridium Tetani Anaerob yang berbentuk spora di luar tubuh manusia terbesar luas di tanah, tempat kotor, besi berkarat, sampai pada tusuk sate bekas. NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan spasme otot laring, akumulasi sekret, aspirasi. DS : Ibu/anak mengatakan sesak DO : Anak nampak sukar bernafas, ada suara paru tambahan (stridor, wheezing, ronchi) ada tanda trismus. Episto tonus. 2. Resti gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekakuan otot rahang, kesukaran menelan. DS : Ibu mengatakan anaknya sukar bicara, sukar menelan dan sukar membuka mulut. DO : Anak namapak sukar membuka mulut, nampak sukar menelan, mukosa kering, BB menurun, simpanan lemak subkutis tipis, albumin darah menurun, Hb menurun 3. Resti terjadi trauma berhubungan dengan epistotonus, kejang. DS : Ibu mengatakan anaknya kejang, badannya kaku. DO : Anaknya nampak kejang, epistotonus, Rhesus Sardonicus (+) kaku kuduk, perut kaku seperti papan. Kejang rangsangan (+).
TINDAKAN KEPERAWATAN Kaji status pernafasan. Auskultasi bunyi nafas; ronchi, stridor, wheezing. Pasang spatel lidah. Lakukan suction jika perlu dan tidak lebih dari 5-10 detik setiap suction. Beri oksigen sesuai program. Kolaborasi pemberian teraphi antikonvulsan, antibiotik, ats Kaji status nutrisi. Observasi dan catat. Berikan nutrisi melalui NGT jika perlu. Timbang berat badan setiap hari. Observasi keadaan mukosa dan turgor. Berikan nutrisi parenteral sesuai indikasi. Kolaborasi untuk pengecekan laboratorium (Albumin darah dan Hb).
Kaji stimulus yang menyebabkan kejang. Minimalkan/hindarkan hal-hal yang merangsang timbulnya kejang. Pasang penghalang/pengaman ditempat tidur. Pasang spatel lidah bila kejang. Libatkan orangtua dalam perawatan. Berikan pengobatan sesuai program pengobatan.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIABETES MELITUS 29
PENGERTIAN Adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hiperglikemi yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang adekuat (Brunner dan Sudart). Manifestasi Klinik : Glukosa darah > normal Poliphagia Polidipsi Poliuria Glikosuria Kelemahan umum Berat badan menurun Cepat mengantuk Gatal pada kulit dan genetalia KOMPLIKASI 1. Akut : Hipoglikemi dan Ketoasidosis 2. Kronik : Makrovaskular : jantung, otak, tungkai bawah Mikrovaskular : ginjal, mata Neuropati Mudah infeksi, dll Diagnosa Keperawatan NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Kurangnya pengetahuan s/d kurangnya informasi o/ tidak adanya keinginan u/ belajar tentang DM dab pengobatannya.
2.
Resiko tinggi terjadinya infeksi s/d 30
TINDAKAN KEPERAWATAN Kaji tingkat pengetahuan klien dan pola hidup seharihari. Berikan Pen-Kes secara bertahap tentang : Pengetahuan dasar DM. Monitoring GD dan keton darah. Perencanaan makan. Program latihan jasmani/OR. Program pengobatan olto dan insulin. Gejala komplikasi akut : Hipoglokemi ketoasidosis Jelaskan terjadinya infeksi akibat dari kadar GD yang
peningkatan kadar glukosa darah.
3.
Perubahan persepsi sensorik s/d kurangnya fungsi fisiologi optimal.
4.
5.
6.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh s/d defisiensi insulin. Tidak efektifnya koping individu dan keluarga s/d marah cemas akibat prosedur pengobatan dan perawatan. Resiko perubahan integritas jaringan s/d kurang optimal sirkulasi respon sekunder terhadap kurangnya vaskularisasi perifer.
31
tinggi. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan a.l : Mulut dan gigi. Kulit dan kuku kaki. Alat genetalia. Periksa kulit adalah luka atasi segera bila ada luka kecil. Anjurkan pasien : U/ check up tiap 6 bulan. Kontrol diabetes secara berkala dan teratur. Kontrol GD secara berkala pertahankan kadar GD normal. Kaji adanya perubahan sensasi, nyeri, kesemutan pada kaki dan tangan. Ajarkan dan demonstrasikan tentang perawatan kaki : Personal hygiene kaki dan kuku – jaga kaki/selasela jari tetap kering dan bersih. Pemotongan kuku yang benar. Pemakaian alas kaki yang baik setiap saat. Senam kaki. Pemeriksaan kaki berkala setiap hari. Gunakan selimut dan kaos kaki u/ menghangatkan kaki. Gunakan lotion u/ kulit kaki kering. Jangan merendam kaki dengan air panas. Lakukan perawatan luka bila terjadi. Konsultasi bila ada masalah. Kaji status nutrisi klien. Timbang BB tiap hari. Observasi adanya mual dan muntah. Tekankan pada klien pentingnya makan sedikit tapi sering sesuai diet. Observasi adanya tanda-tanda hipoglikemi. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang diet pasien. Kaji tingkat kecemasan pasien. Lakukan pendekatan dengan pasien. Anjurkan ibu untuk menemani pasien. Anjurkan orang tua agar berada saat melakukan prosedur. Modifikasi ruangan yang ada. Berikan rasa nyaman. Kaji keadaan kulit. Lakukan personal hygiene.