SATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN DAN PENANGANAN DIFTERI DI RUANG 25 RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Disusun Oleh : Mahasiswa Stikes Genggong Mahasiswa Stikes Kepanjen Malang
PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RSUD dr.SAIFUL ANWAR MALANG 2017
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN DAN PENANGANAN DIFTERI
Tanggal, 28 Desember 2017
Oleh : Mahasiswa Stikes Genggong Mahasiswa Stikes Kepanjen
Mengetahui,
Pembimbing Lahan
Pembimbing Institusi
Kepala Ruang 25
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) DIFTERI
Pokok Bahasan
: Difteri
Sasaran
: Keluarga Pasien Di Ruang 25
Metode
: Ceramah dan Diskusi
Media
: Leaflet, LCD, Laptop
Waktu
: 30 menit.
Tempat
: Ruang Tunggu R.25
Hari dan tanggal
: Kamis, 28 Desember 2017
A. LATAR BELAKANG
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang dapat menyebabkan sakit tenggorokan, demam, kelenjar bengkak, dan lemas. Dalam tahap lanjut, difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal dan sistem saraf yang berakibat fatal dan berujung pada kematian. Penyakit difteri sangat rentan menyerang bayi mulai umur 2 bulan. Kasus difteri telah menjangkiti 34 kota/kabupaten, dan hanya empat daerah yang belum terjangkit seperti Ngawi, Pacitan, Trenggalek, dan Magetan. Kasus difteri yang paling parah menyerang Surabaya, Bangkalan, dan Mojokerto. Penularan penyakit difteri sudah mulai meningkat sejak 2008. Pada tahun 2010, di wilayah Jatim memang tinggi angka kesakitan akibat penyakit difteri sebanyak 304 kasus pada 32 daerah dan mengakibatkan 21 anak meninggal. Sedangkan tahun 2009, terdapat 140 kasus pada 24 daerah di Jatim dengan korban 8 orang meninggal dunia. Peristiwa KLB difteri yang terjadi di Jatim memberikan gambaran bahwa program imunisasi harus mendapat perhatian khusus. Sejak Januari hingga Oktober 2011, korban penyakit difteri mencapai 328 orang. Pemprov Jatim-pun melakukan vaksinasi massal yang dimulai serentak (10/10/2011) pada 11 kabupaten/kota yaitu Kota Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Mojokerto, Bangkalan, Sampang, Sumenep, Pamekasan, Blitar,
Gresik, dan Banyuwangi dengan anggaran Rp10 miliar dari Rp13 miliar yang disediakan. Kesebelas daerah itu merupakan daerah dengan jumlah persebaran difteri terbesar. Dari 651 desa, 483 desa tanggungjawab Pemprov Jatim, 168 desa tanggungjawab kabupaten kota. Pemprov menambahkan dana sebanyak Rp10 miliar yang disalurkan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim (beritajatim.com). Kondisi di Kota Surabaya sendiri sebagai daerah dengan tingkat migrasi yang tinggi memiliki tingkat risiko penularan yang tinggi pula. Surabaya masuk dalam wilayah yang mendapat perhatian dalam kasus penularan penyakit difteri. Penelitian di lapangan, penularan penyakit ini lebih banyak ditemukan pada bayi dan anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi. Imunisasi menjadi langkah penting dalam mencegah penularan penyakit ini. Temuan dilapangan, penyakit difteri yang menyerang anak-anak di Jatim baik yang ditemukan tanpa gejala maupun sampai fatal. Kondisi yang sangat fatal, penderita mengalami sesak nafas dan tidak bisa bernafas. Penderita yang ditemukan kebanyakan anak-anak, dari usia 4 tahun sampai 12 tahun. Hal ini disebabkan sistem kekebalan tubuh mereka belum terbentuk sempurna. Penderita juga bisa terserang dengan gejala mata berdarah dan menyerang kulit. Untuk menangani kasus difteri ini, Pemprov Jatim telah menyediakan sebanyak 40 ribu vaksin dan telah disalurkan kepada seluruh puskesmas dan posyandu yang ada di Jawa Timur. Penyakit difteri bisa dicegah sejak dini. Upaya pencegahan bagi serangan Difteri ini dilakukan secara dini kepada anak-anak atau balita dengan mendapatkan imunisasi DPT pada usia 2 bulan ke atas. Biasanya vaksin DPT diberikan pada kegiatan bulan imunisasi di sekolah kepada anak SD kelas 1. Pencegahan penyebaran penyakit Difteri juga dilakukan dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat atau PHBS yang harus terus dilakukan seperti mencuci tangan sebelum makan. Tujuan PHBS salah satunya agar penyebaran penyakit menular itu bisa ditangkal. Lain lainnya adalah memperhatikan asupan makanan yang bergizi dan seimbang juga harus terus dijaga.
B. TIU ( Tujuan Intruksional Umum )
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan para keluarga pasien mendapat pengetahuan tambahan mengenai difteri lebih dalam dan mengetahui cara menangani dan mencegah penyakit difteri.
C. TIK ( Tujuan Intruksional Khusus )
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan keluarga pasien yang hadir mampu : 1. Menyebutkan pengertian difteri dengan benar. 2. Menyebutkan tanda dan gejala difteri dengan benar. 3. Menyebutkan cara penularan difteri dengan benar. 4. Menyebutkan faktor-faktor resiko difteri dengan benar. 5. Menyebutkan komplikasi difteri dengan benar. 6. Menyebutkan penanganan difteri dengan tepat. 7. Menyebutkan pencegahan difteri dengan benar. 8. Menyebutkan tentang imunisasi difteri
D. SASARAN
Keluarga pasien yang menunggu di R.25
E. MATERI (TERLAMPIR) F. METODE
1. Ceramah 2. Diskusi
G. MEDIA
Leaflet, LCD dan Leptop
H. KRITERIA EVALUASI
1. Kriteria Struktur : a. Peserta hadir minimal 15 orang b. Penyelenggara penyuluhan dilakukan di Ruang Tunggu R.25
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat penyuluhan 2. Kriteria Proses : a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan b. Peserta konsentrasi mendengarkan penyuluhan c. Paserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara lengkap
dan benar
3. Kriteria Hasil : a. Menyebutkan pengertian difteri dengan benar. b. Menyebutkan tanda dan gejala difteri dengan benar . c. Menyebutkan cara penularan difteri dengan benar. d. Menyebutkan faktor-faktor resiko difteri dengan benar. e. Menyebutkan komplikasi difteri dengan benar. f. Menyebutkan penanganan difteri dengan tepat. g. Menyebutkan pencegahan difteri dengan benar. h. Menyebutkan tentang imunisasi difteri
I. KEGIATAN PENYULUHAN No
Waktu
Kegiatan penyuluhan
Kegiatan Audience
Pembukaan
1. Penyuluh memulai penyuluhan
1. Menjawab salam
dengan mengucapkan salam
1
5 Menit
2. Memperkenalkan diri
2. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan
3. Memperhatikan
4. Menyebutkan materi yang akan
4. Memperhatikan
diberikan 5. Membagikan leaflet
5. Menerima dan membaca
Pelaksanaan
1. Menjelaskan pengertian difteri 2. Menyebutkan tanda dan gejala difteri 3. Menjelaskan cara penularan difteri 2
10 Menit
4. Menjelaskan faktor-faktor resiko difteri 5. Menyebutkan komplikasi difteri
Memperhatikan, bertanya dan mendengarkan jawaban
6. Menjelaskan penanganan difteri 7. Menjelaskan cara pencegahan difteri 8. Menjelaskan imunisasi difteri 9. Memberi kesempatan bertanya Evaluasi :
1. Meminta Audience menjelaskan pengertian dari difteri 2. Meminta 3
10 Menit
1. Menjelaskan pengertian dari difteri
audience
2. Menyebutkan tentang
menyebutkan tentang tanda dan
tanda dan gejala
gejalan difteri
difteri
3. Meminta menyebutkan
audience
3. Menyebutkan tentang
cara-cara
cara penularan difteri
penularan difteri 4. meminta audience menjelaskan
4. menyebutkan cara
cara
penanganan
dan
pencegahan difteri
pencegahan difteri
5. Meminta audience menjelaskan kapan
jadwal
penanganan dan
pemberian
imunisasi difteri
5. menyebutkan jadwal pemberian imunisasi difteri
Terminasi
4
5 Menit
1. Mengucapkan terima kasih atas perhatian yang diberikan
Memperhatikan dan membalas salam
2. Mengucapkan salam penutup
J. SETTING TEMPAT
Setting Tempat Keterangan: Moderator Penyaji Fasilitator Observer Audiens
MATERI PENYULUHAN A. Pengertian Difteri
Difteri adalah infeksi bakteri yang bersumber dari Corynebacterium diphtheriae, yang biasanya mempengaruhi selaput lendir dan tenggorokan. Difteri umumnya menyebabkan sakit tenggorokan, demam, kelenjar tonsil (amandel) bengkak, dan lemas. Dalam tahap lanjut, difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal dan sistem saraf. Kondisi seperti itu pada akhirnya bisa berakibat sangat fatal dan berujung pada kematian. karena bakteri mengeluarkan racun yang mengganggu fungsi organ-organ yang mengalami kerusakan tersebut. manusia yang kurang memilki sistem kekebalan tubuh terutama yang tidak mendapatkan suntikan imunisasi lengkap saat masih kecil atau kanak-kanak mudah terserang bakteri ini.
B. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala difteri meliputi, sakit tenggorokan dan suara serak, nyeri saat menelan, pembengkakan kelenjar (kelenjar getah bening membesar) di leher, dan terbentuknya sebuah membran tebal abu-abu menutupi tenggorokan dan amandel, sulit bernapas atau napas cepat, demam, dan menggigil. Tanda dan gejala biasanya mulai muncul 2-5 hari setelah seseorang menjadi terinfeksi. Orang yang terinfeksi C. Diphtheria seringkali tidak merasakan sesuatu atau tidak ada tanda-tanda dan gejala sama sekali. Orang yang terinfeksi namun tidak menyadarinya dikenal sebagai carier (pembawa) difteri. Sumber penularan penyakit difteri ini adalah manusia, baik sebagai penderita maupun sebagai carier. Tipe kedua dari difteri dapat mempengaruhi kulit, menyebabkan nyeri kemerahan, dan bengkak yang khas terkait dengan infeksi bakteri kulit lainnya. Sementara itu pada kasus yang jarang, infeksi difteri juga mempengaruhi mata.
C. Cara Penularan
Bakteri C.diphtheriae dapat menyebar melalui tiga rute: 1. Bersin: Ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk, mereka akan melepaskan uap air yang terkontaminasi dan memungkinkan orang di sekitarnya terpapar bakteri tersebut. 2. Kontaminasi barang pribadi: Penularan difteri bisa berasal dari barang barang pribadi seperti gelas yang belum dicuci. 3. Barang rumah tangga: Dalam kasus yang jarang, difteri menyebar melalui barang-barang rumah tangga yang biasanya dipakai secara bersamaan, seperti handuk atau mainan. Selain itu, Anda juga dapat terkontaminasi bakteri berbahaya tersebut apabila menyentuh luka orang yang sudah terinfeksi. Orang yang telah terinfeksi bakteri difteri dan belum diobati dapat menginfeksi orang nonimmunized
selama
enam
minggu
-
bahkan
jika
mereka
tidak
menunjukkan gejala apapun.
D. Faktor risiko
Orang-orang yang berada pada risiko tertular difteri meliputi: 1. Anak-anak dan orang dewasa yang tidak mendapatkan imunisasi terbaru 2. Orang yang hidup dalam kondisi tempat tingal penuh sesak atau tidak sehat 3. Orang yang memiliki gangguan sistem kekebalan. 4. Siapapun yang bepergian ke tempat atau daerah endemik difteri Difteri jarang terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa, karena telah mewajibkan imunisasi pada anak-anak selama beberapa dekade. Namun, difteri masih sering ditemukan pada negara-negara berkembang di mana tingkat imunisasinya masih rendah seperti halnya yang saat ini terjadi di Jawa timur.
E. Komplikasi
Jika tidak diobati, difteri dapat menyebabkan: 1) Gangguan pernapasan C. Diphtheriae dapat menghasilkan racun yang menginfeksi jaringan di daerah hidung dan tenggorokan. Infeksi tersebut menghasilkan membaran putih keabu-abuan (psedomembrane) terdiri dari membran selsel mati, bakteri dan zat lainnya. Membran ini dapat menghambat pernapasan. 2) Kerusakan jantung Toksin (racun) difteri dapat menyebar melalui aliran darah dan merusak jaringan lain dalam tubuh Anda, seperti otot jantung, sehingga menyebabkan komplikasi seperti radang pada otot jantung (miokarditis). Kerusakan jantung akibat miokarditis muncul sebagai kelainan ringan pada elektrokardiogram yang menyebabkan gagal jantung kongestif dan kematian mendadak. 3) Kerusakan saraf Toksin juga dapat menyebabkan kerusakan saraf khususnya pada tenggorokan, di mana konduksi saraf yang buruk dapat menyebabkan kesulitan menelan. Bahkan saraf pada lengan dan kaki juga bisa meradang yang menyebabkan otot menjadi lemah. Jika racun ini merusak otot-otot kontrol yang digunakan untuk bernapas, maka otot-otot ini dapat menjadi lumpuh. Kalau sudah seperti itu, maka diperlukan alat bantu napas. Dengan pengobatan, kebanyakan orang dengan difteri dapat bertahan dari komplikasi ini, namun pemulihannya akan berjalan lama.
F. Penanganan
Difteri adalah penyakit yang serius. Para ahli di Mayo Clinic, memaparkan, ada beberapa upaya pengobatan yang dapat dilakukan diantaranya: 1. Pemberian antitoksin: Setelah dokter memastikan diagnosa awal difteri, anak yang terinfeksi atau orang dewasa harus menerima suatu antitoksin. Antitoksin itu disuntikkan ke pembuluh darah atau otot untuk menetralkan toksin difteri yang sudah terkontaminasi dalam tubuh. 2. Sebelum memberikan antitoksin, dokter mungkin melakukan tes alergi kulit untuk memastikan bahwa orang yang terinfeksi tidak memiliki alergi terhadap antitoksin. Dokter awalnya akan memberikan dosis kecil dari antitoksin dan kemudian secara bertahap meningkatkan dosisnya. 3. Antibiotik: Difteri juga dapat diobati dengan antibiotik, seperti penisilin atau eritromisin. Antibiotik membantu membunuh bakteri di dalam tubuh dan membersihkan infeksi. Anak-anak dan orang dewasa yang telah terinfeksi difteri dianjurkan untuk menjalani perawatan di rumah sakit untuk perawatan. 4. Mereka mungkin akan diisolasi di unit perawatan intensif karena difteri dapat menyebar dengan mudah ke orang sekitar terutama yang tidak mendapatkan imunisasi penyakit ini.
G. Pencegahan
Jika Anda telah terpapar orang yang terinfeksi difteri, segeralah pergi ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan. Dokter mungkin akan memberi Anda resep antibiotik untuk mencegah infeksi penyakit itu. Di samping juga pemberian vaksin difteri dengan dosis yang lebih banyak. Pemberian antibiotik juga diperlukan bagi mereka yang diketahui sebagai carrier (pembawa) difteri. Difteri adalah penyakit yang umum pada anak-anak. Penyakit ini tidak hanya dapat diobati tetapi juga dapat dicegah dengan vaksin. Vaksin difteri biasanya dikombinasikan dengan vaksin untuk tetanus dan pertusis, yang dikenal sebagai vaksin difteri, tetanus dan pertusis (DTP).Versi terbaru dari
vaksin ini dikenal sebagai vaksin DTP untuk anak-anak dan vaksin Tdap untuk remaja dan dewasa. Pemberian vaksinasi sudah dapat dilakukan saat masih bayi dengan lima tahapan yakni, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 12-18 bulan dan 4-6 tahun. Vaksin difteri sangat efektif untuk mencegah difteri. Tapi pada beberapa anak mungkin akan mengalami efek samping seperti demam, rewel, mengantuk atau nyeri pasca pemberian vaksin. Pemberian vaksin DTP pada anak jarang menyebabkan komplikasi serius, seperti reaksi alergi (gatal-gatal atau ruam berkembang hanya dalam beberapa menit pasca injeksi), kejang atau shock. Untuk beberapa anak dengan gangguan otak progresif - tidak dapat menerima vaksin DTP. Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit Diferi, Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan kuman difteri, pertusis, tetanus yang telah dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit ketiga pen yakit tersebut.
H. Manfaat Imunisasi DPT Dasar
Salah satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit adalah dengan jalan memberikan imunisasi. Dengan imunisasi ini tubuh akan membuat zat anti dalam jumlah banyak, sehingga anak tersebut kebal terhadap penyakit. Jadi tujuan imunisasi DPT adalah membuat anak kebal terhadap penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus. Selain itu manfaat pemberian imunisasi DPT adalah : 1. Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus. 2. Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding terkena penyakit secara alami.
Evaluasi : 1. Evaluasi Struktur : Diharapkan penyuluhan berjalan sesuai dengan struktur yang telah dibuat. 2. Evaluasi proses : Diharapkan
peserta
sasaran
mengikuti
sampai
kegiatan
selesai
dilaksanakan. 3. Evaluasi Hasil : Diharapkan sasaran mengerti tentang penanganan dan pencegahan difteri
DAFTAR PUSTAKA
Cooper, Robert B. 1996. Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui “Penyakit”. Jakarta: Gramedia Arvin, Behrman Klirgman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC. Suharjo, J.B dan B. Cahyono. 2010. Vaksinasi. Jakarta: Kanisius. Suryana. 1996. Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK. Jakarta: EGC. Maksum, Radji dan Harmita. 2008. Analisis Hayati. Jakarta: Gramedia.