SATUAN ACARA PENYULUHAN TENTANG PENYAKIT CHF (CHRONIC HEART FAILURE) WILAYAH KERJA R.S T. III DR. J. A. LATUMETEN AMBON MAHASISWA AKPER RUMKIT TK. III DR. J. A. LATUMETEN AMBON
Pokok Bahasan
: Penyakit system Kardiovaskuler
Sub Pokok Bahasan : Penyakit Gagala Jantung Kongestif Sasaran
: Ny. A
Hari/Tanggal
: Rabu, 21 November 2012
Waktu
: 1 X 45 menit (pukul 10.00-10.45 wit)
Tempat
: Bangsal Wirasakti
Pemberi Materi
: Ummul Hairat
A. Latar Belakang Pada umumnya pasien yang mengalami sindrom gagal janjung kongstif tidak mengetahui akan penyakit yang dialaminya. Rasa nyeri pada daerah dada yang individu rasakan hanya dianggap suatu hal yang sepeleh. Namun sebenarnya individu tidak menyadari bahwa hal tersebut merupakan manifestasi dari penyakit yang dialaminya. Dampak dari penyakit gagal jantung ini secara cepat berpengaruh terhadap kekurangan penyediaan darah, sehingga menyebabkan kematian sel s el akibat kekurangan oksigen yang dibawa dalam darah itu sendiri. Cerebral Hypoxia, menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran dan berhenti bernafas dengan tiba-tiba yang bisa berakibat pada keadaan terburuk yaitu kematian. Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada individu untuk mengatasi masalah kesehatan dan untuk meningkatkan pengetahuan tentang tingkat kesehatan individu. Setelah perawat menganalisa dan menemukan masalah keperawatan maka perawat perlu melakukan suatu peranan tentang penyakit yang dialami pasien, kemudian perawat memberikan implementasi kepada inividu dalam melakukan penyuluhan atau pemberian HE dan tindakan mandiri serta pengobatan yang akan dilaksanakan. Dengan demikian hal diatas melatar belakangi, mahasiswa Akper Rumkit tk. III DR. J. A. LATUMETEN AMBON untuk melakukan penyuluhan kesehatan kepada Ny. A tentang penyakit CHF.
B. Diagnosa Kpeperawatan Berdasarkan data dan hasil pengkajian yang didapat, dapat ditegakkan diagnos keperawatan sebagai berikut : Kurang pengetahuan individu tentang penyakit CHF b.d kurang terpaparnya informasi. Kurang pengetahuan individu tentang penyebab penyakit CHF b.d kurangnya informasi Kurang pengetahuan individu tentang gejala penyakit CHF b.d kurang informasi.
C. Sasaran Sasaran penyuluhan kesehatan yaitu pasien (Ny. A)
D. Topik : penyakit Gagal Jantung Kongestif Sub Topik : Menghilangkan Faktor Yang Memperburuk Gagal Jantung
E. Tujuan Umum Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan, Ny. A mendapatkan gambaran dan mampu memahami tentang penyakit CHF. Tujuan Khusus Setelah menerima pendidikan kesehatan selama 1 X 45 menit Ny. A mampu : a. Memahami tentang pengertian penyakit CHF b. Memahami tentang penyebab penyakit CHF c. Memahami tentang tanda dan gejala penyakit CHF d. Memahami tentang cara menghilangkan faktor yang memperburuk penyakit CHF e. Memahami cara pengobatan pada penyakit CHF
F.
G.
Materi (Terlampir)
Metode
1. Ceramah Metode ini digunakan untuk pencapaian materi 2. Tanya jawab Metode ini digunakan agar pasien dapat aktif dalam penyuluhan yagng diberikan.
H.
Media
1.
Leaflet yang berisi penjelasan dalam gambar dan tulisan tentang penyakit CHF.
I.
Strategi Pelaksanaan Orientasi
Mengucapkan salam
Memvalidasi keadaan individu
Mengingatkan kontrak
kerja
Menjelaskan tentang pengertian penyakit CHF
Menjelaskan tentang penyebab penyakit CHF
Menjelaskan tentang tanda dan gejala penyakit CHF
Menjelaskan tentang cara menghilangkan faktor yang memperburuk penyakit CHF
Menjelaskan cara pengobatan pada penyakit CHF
Memberi kesempatan kepada individu untuk bertanya
Menanyakan perasaan pasien setelah diberikan penjelasan tentang penyakit CHF
Mengucapkan salam
J.
Kegiatan Penyuluhan
Tempat : Bangsal Wirasakti Waktu Kegiatan Mahasiswa : Pembukaan ( 5 Menit ) 1. Mengucapkan salam
1. Menjawab salam
2. Apersepsi tentang materi yang akan
2. Merespon persepsi penyuluhan
dibahas 3. Menjelaskan tujuan penyuluhan yang
3. Memperhatikan penjelasan tentang
hendak dicapai
tujuan penyuluhan yang ingin dicapai
Kegiatan Inti ( 20 Menit ) 1. Menjelaskan pengertian tentang
1. Memperhatikan penjelasan yang
penyakit CHF
diberikan
2. Menjelaskan penyebab penyakit CHF
2. Memperhatikan penjelasan yang
diberikan 3. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit
3. Memperhatikan penjelasan yang
CHF
diberikan
4. Menjelaskan tentang cara
4. Memperhatikan penjelasan yang
menghilangkan faktor yang memperburuk
diberikan
penyakit CHF 5. Menjelaskan cara pengobatan pada 5. Memperhatikan penjelasan yang penyakit CHF
diberikan
Penutup ( 15 Menit ) 1. Memberikan kesempatan kepada
1. Mengajukan pertanyaan dari materi yang
individu untuk bertanya
disampaikan
2. Melakukan evaluasi dengan bertanya
2. Menjawab pertanyaan
tentang materi yang telah disampaikan 3. Memberi salam penutup
3. Menjawab salam
K. Rencana Evaluasi a)
Evaluasi Struktur
1.
Persiapan dilaksanakan 1 hari sebelum pengkajian
2.
Alat bantu / media sudah disiapkan
3.
Kontrak dengan individu sudah dilaksanakan 3 hari sebelumnya
b)
Evaluasi Proses
1.
Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan
2.
individu terlihat aktif dalam kegiatan
c)
Evaluasi Hasil
Setelah pertemuan 1X45 menit diharapkan individu mampu : 1. Memahami tentang pengertian penyakit CHF 2. Memahami tentang penyebab penyakit CHF 3. Memahami tentang tanda dan gejala penyakit CHF 4. Memahami tentang cara menghilangkan faktor yang memperburuk penyakit CHF 5. Memahami cara pengobatan pada penyakit CHF
MATERI PENYULUHAN
A. Defenisi Gagal Jantung Kongestif ( Chronic Heart Failure) adalah suatu keadaan dimana jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya tidak mampu memenuhi kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat-zat makanan. Namun kadang orang salah mengartikan gagal jantung sebagai berhentinya jantung. Sebenarnya istilah gagal jantung menunjukkan berkurangnya kemampuan jantung untuk mempertahankan beban kerjanya. Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling tumpang tindih. Untuk itu kita harus terlebih dahulu memahami mengenai konsep Faktor Resiko dan Penyakit Degeneratif. Faktor resiko adalah suatu kebiasaan, kelainan dan faktor lain yang bila ditemukan/dimiliki seseorang akan menyebabkan orang tersebut secara bermakna lebih berpeluang menderita penyakit degeneratif tertentu.
B. Epidemiologi Gagal jantung adalah merupakan suatu sindrom, bukan diagnosa penyakit. Sindrom gagal jantung kongestif (Chronic Heart Failure/ CHF) juga mempunyai prevalensi yang cukup tinggi pada lansia dengan prognosis yang buruk. Prevalensi CHF adalah tergantung umur/age dependent. Menurut penelitian, gagal jantung jarang pada usia di bawah 45 tahun, tapi menanjak tajam pada usia 75 – 84 tahun. Dengan semakin meningkatnya angka harapan hidup, akan didapati prevalensi dari CHF yang meningkat juga. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya lansia yang mempunyai hipertensi akan mungkin akan berakhir dengan CHF. Selain itu semakin membaiknya angka keselamatan (survival) post-infark pada usia pertengahan, menyebabkan meningkatnya jumlah lansia dengan resiko mengalami CHF.
C. Singkat Tentang Siklus dan Gagal Jantung
Siklus Jantung
Siklus Jantung meliputi tiga fase, yaitu fase istirahat (diastole) dan fase kontraksi ( systole dan ventricular). Diastole
Fase relaksasi otot, ditandai dengan terjadinya dilatasi. Darah vena memasuk atrium, lalu, setelah katup atriovencularis terbuka, langsung mengalir ke ventriculus dan mengisi 70 persen kapasitasnya.
Systole Atrial
Ketika atrium berkontraksi, ia mengeluarkan darah di dalamnya untuk mengisi ventriculuc. Systole Ventricular
Systole ventricular adalah kontraksi dari ventriculus. Katup antrioventrikularis menutup untuk mencegah darah mengalir balik ke atrium. Sedang katup seminularis terbuka agar darah dapat mengalir ke truncus pulmonalis dan aorta.
Gagal Jantung
Gagal jantung adalah berhentinya sirkulasi normal darah disebabkan kegagalan dari ventrikel jantung untuk berkontraksi secara efektif pada saat systole. Akibat kekurangan penyediaan darah, menyebabkan kematian sel karena kekurangan oksigen. Akibat selanjutnya adalah berkurangnya pasokan oksigen ke otak yang dapat menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas dengan tiba-tiba.
D. Etiologi Frekuensi relatif
Kardiomiopati dilated / tidak diketahui Penyakit Jantung Iskemik
45% 40%
Kelainan katup
9%
Hipertensi
6%
Sumber : Cardiology and Respiratory Medicine 2001 Selain itu ada pula faktor presipitasi lain yang dapat memicu terjadinya gagal jantung, yaitu :
Kelebihan Na dalam makanan
Kelebihan intake cairan
Tidak patuh minum obat
Iatrogenic volume overload
Aritmia : flutter, aritmia ventrikel
Obat-obatan: alkohol, antagonis kalsium, beta bloker
Sepsis, hiper/hipotiroid, anemia, gagal ginjal, defisiensi vitamin B, emboli paru.
Setiap penyakit yang mempengaruhi jantung dan sirkulasi darah dapat menyebabkan gagal jantung. Beberapa penyakit dapat mengenai otot jantung dan mempengaruhi kemampua nnya untuk berkontraksi dan memompa darah. Penyebab paling sering adalah penyakit arteri koroner, yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otot jantung dan bisa menyebabkan suatu serangan jantung. Kerusakan otot jantung bisa disebabkan oleh:
Miokarditis (infeksi otot jantung karena bakteri, virus atau mikroorganisme lainnya)
Diabetes
Kelenjar tiroid yang terlalu aktif
Kegemukan (obesitas).
Penyakit katup jantung bisa menyumbat aliran darah diantara ruang-ruang jantung atau diantara jantung dan arteri utama. Selain itu, kebocoran katup jantung bisa menyebabkan darah mengalir balik ke tempat asalnya. Keadaan ini akan meningkatkan beban kerja otot jantung, yang pada akhirnya bisa melemahkan kekuatan kontraksi jantung. Penyakit lainnya secara primer menyerang sistem konduksi listrik jantung dan menyebabkan denyut jantung yang lambat, cepat atau tidak teratur, sehingga tidak mampu memompa darah secara efektif. Tekanan darah tinggi (hipertensi) bisa menyebabkan jantung bekerja lebih berat. Jantung juga bekerja lebih berat jika harus mendorong darah melalui jalan keluar yang menyempit (biasanya penyempitan katup aorta). Penyebab yang lain adalah kekakuan pada perikardium (lapisan tipis dan transparan yang menutupi jantung). Kekakuan ini menghalangi pengembangan jantung yang maksimal sehingga pengisian jantung juga menjadi tidak maksimal.
E. Tanda dan Gejala Penderita gagal jantung yang tidak terkompensasi akan merasakan lelah dan lemah jika melakukan aktivitas fisik karena otot-ototnya tidak mendapatkan jumlah darah yang cukup.Pembengkakan juga menyebabkan berbagai gejala. Selain dipengaruhi oleh gaya gravitasi, lokasi dan efek pembengkakan juga dipengaruhi oleh sisi jantung yang mengalami gangguan. Gagal jantung kanan cenderung mengakibatkan pengumpulan darah yang mengalir ke bagian kanan jantung. Hal ini menyebabkan pembengkakan di kaki, pergelangan kaki, tungkai, hati dan perut. Gagal jantung kiri menyebabkan pengumpulan cairan di dalam paru-paru (edema pulmoner), yang menyebabkan sesak nafas yang hebat. Pada awalnya sesak nafas hanya terjadi pada saat melakukan aktivitas; tetapi sejalan dengan memburuknya penyakit, sesak nafas juga akan timbul pada saat penderita tidak melakukan aktivitas.
Kadang sesak nafas terjadi pada malam hari ketika penderita sedang berbaring, karena cairan bergerak ke dalam paru-paru. Penderita sering terbangun dan bangkit untuk menarik nafas atau mengeluarkan bunyi mengi. Duduk menyebabkan cairan mengalir dari paru-paru sehingga penderita lebih mudah bernafas. Untuk menghindari hal tersebut, sebaiknya penderita ga gal jantung tidur dengan posisi setengah duduk. Pengumpulan cairan dalam paru-paru yang berat (edema pulmoner akut) merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan pertolongan segera dan bisa berakibat fatal. Pada usia lanjut, seringkali disfungsi diastolik diperberat oleh PJK. Iskemia miokard dapat menyebabkan kenaikan tekanan pengisian ke dalam ventrikel kiri dan juga tekanan vena pulmonalis yang meningkat, sehingga mudah terjadi udem paru dan keluhan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nilai JVP (Jugularis Venous Pressure) meninggi. Sering juga terdapat bunyi jantung III, pitting udem, fibrilasi atrial, bising sistolik akibat regurgitasi mitral serta ronkhi paru.
F. Penatalaksanaan Gagal jantung dengan disfungsi sistolik
Pada umumnya obat-obatan yang efektif mengatasi gagal jantung menunjukkan manfaat untuk mengatasi disfungsi sistolik. Gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri hampir selalu disertai adanya aktivitas sistem neuro-endokrin, karena itu salah satu obat pilihan utama adalah ACE Inhibitor. ACE Inhibitor, disamping dapat mengatasi gangguan neurohumoral pada gagal jantung, dapat juga memperbaiki toleransi kerja fisik yang tampak jelas sesudah 3-6 bulan pengobatan. Dari golongan ACE-I, Kaptopril merupakan obat pilihan karena tidak menyebabkan hipotensi berkepanjangan dan tidak terlalu banyak mengganggu faal ginjal pada kasus gagal jantung. Kontraindikasinya adalah disfungsi ginjal berat dan bila ada stenosis bilateral arteri renalis. Diuretika, bertujuan mengatasi retensi cairan sehingga mengurangi beban volume sirkulasi yang menghambat kerja jantung. Yang paling banyak dipakai untuk terapi gagal
jantung kongestif dari golongan ini adalah Furosemid. Pada usia lanjut seringkali sudah ada penurunan faal ginjal dimana furosemid kurang efektif dan pada keadaan ini dapat ditambahkan metolazone. Pada pemberian diuretika harus diawasi kadar kalium darah karena diuresis akibat furosemid selalu disertai keluarnya kalium. Pada keadaan hipokalsemia mudah terjadi gangguan irama jantung. Obat-obatan inotropik, seperti digoksin diberikan pada kasus gagal jantun g untuk memperbaiki kontraksi ventrikel. Dosis digoksin juga harus disesuaikan dengn besarnya clearance kreatinin pasien. Obat-obat inotropik positif lainnya adalah dopamine (5-10 Ugr/kg/min) yang dipakai bila tekanan darah kurang dari 90 mmHg. Bila tekanan darah sudah diatas 90 mmHg dapat ditambahkan dobutamin (5-20 Ugr/kg/min). Bila tekanan darah sudah diatas 110 mmHg, dosis dopamin dan dobutamin diturunkan bertahap sampai dihentikan. Spironolakton, dipakai sebagai terapi gagal jantung k ongestif dengan fraksi ejeksi yang rendah, bila walau sudah diterapi dengan diuretik, ACE-I dan digoksin tidak menunjukkan perbaikan. Dosis 25 mg/hari dan ini terbukti menurunkan angka mortalitas gagal jantung sebanyak 25%. Gagal jantung dengan disfungsi diastolik
Pada usia lanjut lebih sering terdapat gagal jantung dengan disfungsi diastolik. Untuk mengatasi gagal jantung diastolik dapat dengan cara: Memperbaiki sirkulasi koroner dalam mengatasi iskemia miokard (pada kasus PJ K) Pengendalian tekanan darah pada hipertensi untuk mencegah hipertrofi miokard ventrikel kiri dalam jangka panjang. Pengobatan agresif terhadap penyakit komorbid terutama yang memperberat beban sirkulasi darah, seperti anemia, gangguan faal ginjal dan beberapa penyakit metabolik seperti Diabetes Mellitus. Upaya memperbaiki gangguan irama jantung agar terpelihara fungsi sistolik atrium dalam rangka pengisian diastolik ventrikel. Obat-obat yang digunakan antara lain:
1. Antagonis kalsium, untuk memperbaiki relaksasi miokard dan menimbulkan vasodilatasi koroner. 2. Beta bloker, untuk mengatasi takikardia dan memperbaiki pengisian ventrikel. 3. Diuretika, untuk gagal jantung disertai udem paru akibat disfungsi diastolik. Bila tanda udem paru sudah hilang, maka pemberian diuretika harus hati-hati agar jangan sampai terjadi hipovolemia dimana pengisian ventrikel berkurang sehingga curah jantung dan tekanan darah menurun. Cardiac Resynchronisation Therapy
Untuk CHF dengan kelainan konduksi (Left bundle branch block) dapat dilakukan operasi implantasi alat biventricular-pacing untuk mengatasi dissinkronisasi ventrikelnya. Tapi hal ini juga malah dapat menyebabkan arrhytmia-induced sudden death. Oleh karena itu dipakai kombinasi dari alat biventricular-pacing dan cardioverter defibrillation. Transplantasi jantung
Transplantasi jantung dilakukan pada pasien CHF yang bila tanpa operasi akan meninggal dalam waktu beberapa minggu. Umumnya dilakukan pada pasien lansia yang kurang dari 65 tahun, yang tidak memiliki masalah kesehatan yang serius lainnya. Lebih dari 75% pasien transplantasi jantung hidup lebih lama dari 2 tahun sesudah operasinya. Sebagian bahkan dapat hidup sampai lebih dari 12 tahun. Walaupun begitu, operasi transplantasi jantung merupakan suatu o perasi besar yang sangat sulit dan banyak persyaratannya, mengingat :
Perlunya organ donor yang sesuai.
Prosedur operasinya sendiri yang sangat rumit dan traumatik.
Perlu adanya pusat spesialis.
Perlunya obat-obatan imunosupressan setelah operasi untuk mengurangi risiko penolakan organ oleh tubuh.
Beberapa kasus timbul antibodi yang menyerang bagian dalam dari arteri koronaria dalam waktu kira-kira setahun setelah operasi. Masalah ini tidak ada pengobatannya dan dapat berakhir dengan serangan jantung yang fatal.
G. Menghilangkan Faktor Yang Memperburuk Gagal Jantung Merokok, garam, kelebihan berat badan dan alkohol akan memperburuk gagal jantung. Dianjurkan untuk berhenti merokok, melakukan perubahan pola makan, berhenti minum alkohol atau melakukan olah raga secara teratur untuk memperbaiki kondisi tubuh secara keseluruhan. Untuk penderita gagal jantung yang berat, tirah baring selama beberapa hari merupakan bagian penting dari pengobatan. Penggunaan garam yang berlebihan dalam makanan sehari-hari bisa menyebabkan penimbunan cairan yang akan menghalan gi pengobatan medis. Jumlah natrium dalam tubuh bisa dikurangi dengan membatasi pemakaian garam dapur, garam dalam masakan dan makanan yang asin. Penderita gagal jantung yang berat biasanya akan mendapatkan keterangan terperinci mengenai jumlah asupan garam yang masih diperbolehkan. Cara yang sederhana dan dapat dipercaya untuk mengetahui adanya penimbunan cairan dalam tubuh adalah dengan menimbang berat badan setiap hari. Kenaikan lebih dari 1 kg/hari hampir dapat dipastikan disebabkan oleh penimbunan cairan. Penambahan berat badan yang cepat dan terus menerus merupakan petunjuk dari memburuknya gagal jantung. Karena itu penderita gagal jantung diharuskan menimbang berat badannya setepat mungkin setiap hari, terutama pada pagi hari , setelah berkemih dan sebelum sarapan. Timbangan yang digunakan harus sama, jumlah pakaian yang digunakan relatif sama dan dibuat catatan tertulis. Pengobatan terbaik untuk gagal jantung adalah pencegahan atau pen gobatan dini terhadap penyebabnya. Prognosis
Prognosis CHF tergantung dari derajat disfungsi miokardium. Menurut New York Heart Assosiation, CHF kelas I-III didapatkan mortalitas 1 dan 5 tahun masing-masing 25% dab 52%. Sedangkan kelas IV mortalitas 1 tahun adalah sekitar 40%-50%.
DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddart, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2 Jakarta, EGC Inayah Iin, 2004, Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem kardiovskuler, edisi pertama, Jakarta, Salemba Medika. Manjoer, A, et al, 2000, Kapita selekta kedokteran, edisi 3, Jakarta, Medika aeusculapeus Suryono Slamet, et al, 2001, buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 2, edisi , Jakarta, FKUI http://www.manfaatkesehatan.com/2011/11/defenisi-CHF-gejala-perawatan-dan.html www.wikipedia.com www.CHFdisease.com
TUGAS PROMOSI KESEHATAN (CHF)
Oleh :
NAMA
: UMMUL HAIRAT
NIM
: 712001T11111
TINGKAT
: II. b
YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA AKADEMI KEPARAWATAN RUMKIT TK. III Dr. J. A. LATUMETEN AMBON 2011/2012