I.
A.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pabrik gula selalu menghasilkan limbah yang terdiri dari limbah padat,cair dan gas. Limbah padat, yaitu: ampas tebu (bagasse ( bagasse), ), abu boiler dan blotong ( filter cake) cake) setiap kali berproduksi. Ampas tebu merupakan limbah padat yang berasal dari perasan batang tebu untuk diambil niranya. Limbah ini banyak mengandung serat dan gabus. Ampas tebu ini memiliki aroma yang segar dan mudah dikeringkan sehingga tidak menimbulkan bau busuk. Ampas tebu adalah hasil samping dari proses ekstraksi (pemerahan) cairan tebu. Dari satu pabrik dapat dihasilkan ampas tebu sekitar 35 – 35 – 40% 40% dari berat tebu yang digiling. Mengingat begitu banyak jumlahnya, maka ampas tebu akan memberikan nilai tambah untuk pabrik jika diberi perlakuan lebih lanjut. la njut. Pada umumnya, pabrik gula di Indonesia memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan bakar bagi pabrik yang bersangkutan setelah ampas tebu tersebut mengalami pengeringan. Disamping untuk bahan bakar, ampas tebu juga banyak digunakan sebagai bahan baku pada industri kertas, particleboard, fibreboard, dan lain-lain (Penebar Swada ya, 1992).
Selulosa banyak terdapat sebagai komponen terbesar pada dinding sel pepohonan, jerami, rumput, ampas tebu, dan tanaman lainnya. Kandungan sellulosa pada setiap jenis tumbuhan berbeda. Ampas tebu mengandung kadar sellulosa yang tinggi sekitar 37,65%. 37,65%. (Cahyo, 2012). 2012). Ampas tebu ( bagasse), bagasse), limbah dari batang tebu setelah dilakukan pengempaan dan pemerasan, secara umum mempunyai sifat serat yang hampir sama dengan sifat serat kayu daun lebar. Berdasarkan pustaka (Paturau, 1982), komponen utama ampas tebu terdiri dari serat sekitar seki tar 4352%, dan padatan terlarut 2-3%. Panjang serat 1,43 mm dan nisbah antara panjang serat dangan diameter 138,43. Lampung memiliki pabrik pengolahan tebu
menjadi gula yang menghasilkan ampas tebu (bagasse ( bagasse)) sebagai limbah pengolahan, tetapi menurut pengamatan bagase yang dihasilkan belum dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga keberadaannya yang menggunung menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan.
B.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah: 1.
Mengetahui kandungan selulosa pada ampas tebu ( bagasse). bagasse).
2.
Mengetahui cara memperoleh selulosa dari ampas tebu (bagasse). bagasse).
II. PEMBAHASAN
A.
Ampas Tebu
Ampas tebu merupakan residu dari batang tebu setelah tebu dihancurkan dan diekstrak yang mengandung air, serat, dan sejumlah kecil padatan terlarut. Komponen ampas tebu tergantung dari varietas tebu, tingkat kemasakan, cara pemanenan, dan efisiensi efisie nsi akhir dari proses penggilingan. Ampas tebu berasal dari tanaman tebu (Saccharum (Saccharum officinarum) officinarum) yang termasuk dalam golongan tumbuhtumbuhan berbiji satu (monocotyledonae (monocotyledonae). ). Ampas tebu secara fisik terbagi dua yaitu : 1. Fraksi serat, terdiri dari serat-serat yang mempunyai dinding sel yang agak tebal dan relatif panjang, sebagian besar terdapat di sekitar pembuluh (vascular bundles), bundles), yang tersebar di dalam batang. 2. Fraksi putih (gabus) terdiri dari sel-sel yang berdinding tipis, berasal dari jaringan dasar (parenkim) yang dalam dal am tanaman berfungsi sebagai penyimpan gula. Ampas tebu jumlahnya berlimpah berlimpah di Indonesia. Indonesia. Ampas tebu merupakan limbah padat dari pengolahan industri gula tebu yang volumenya mencapai 30-34% dari tebu giling. Pada tahun 2002 luas tanaman tebu di Indonesia Indonesia 395.399,44 ha, yang tersebar di pulau Sumatra 99.383,8 ha, pulau Jawa 265.671,82, pulau Kalimantan 13.970,42 ha dan pulau Sulawesi yang diperkirakan setiap ha tanaman tebu mampu menghasilkan 100 ton ampas tebu (Anonim, 2005)
Potensi ampas tebu nasional yang tersedia dari total luas tanam tebu mencapai 39.539.944 ton/ha (Anonim, 2005). Berdasarkan formula yang ditemukan oleh Badger (2002) jumlah bioetanol yang dapat dihasilkan dari ampas tebu tersebut
adalah 7.872.359 kL. Jumlah bioetanol yang dihasilkan dari ampas tebu dapat membantu memenuhi 6,96 % kebutuhan BBM nasional pada tahun 2015 dan 14,96 % kebutuhan BBM tahun 2010 dengan total kebutuhan BBM sebesar 97.100.000 kL pada tahun 2010 dan 136.200.000 kL pada tahun 2015 (Hayun, 2008).
Ampas tebu merupakan limbah padat agroindustri gula yang masih dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk yang memiliki daya guna dan nilai tambah.
Berdasarkan pohon pohon industri tebu (Gambar 1), 1), ampas ampas tebu telah
dimanfaatkan menjadi bahan baku pembuatan kertas, pulp pulp dan papan papan serat. Saat ini ampas tebu mulai dikembangkan menjadi bahan baku pembuatan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif pengganti premium. Ampas tebu yang termasuk biomassa mengandung lignoselulosa sangat dimungkinkan untuk dimanfaatkan menjadi sumber energi alternatif seperti bioetanol atau biogas. biogas.
Kandungan
selulosa, hemiselulosa, dan lignin pada ampas tebu, berturut-turut: 52,70, 20,00, dan 24,20% (Samsuri et al ., ., 2007). No
1.
Jenis Limbah
Jerami padi
2.
Ampas tebu
3.
Tandan kosong kelapa sawit
Kandungan (%) Selulosa
Hemiselulosa
Lignin
37.71
21.99
16.62
52.70
20.00
24.20
Pustaka Dewi, 2002 Samsuri et al ., ., 2007 Putri, 2010
42,2
28,3
22,3
B.
Selulosa
Selulosa adalah suatu polimer karbohidrat yang kompleks yang memiliki persentase komposisi yang sama dengan tepung (kanji) dimana nilai nilai glukosa dapat ditentukan dengan hidrolisis menggunakan asam. Unit molekul penyusun selulosa adalah glukosa yang merupakan gula. Banyak molekul glukosa yang bergabung bersama-sama membentuk rantai selulosa. Rumus kimia selulosa adalah( C6H10O5)n dimana n adalah jumlah unit pengulangan glukosa, n juga disebut derajat polimerisasi (DP). Nilai dari n bervariasi tergantung sumber selulosa yang berbeda. Selulosa dalam kayu mempunyai nilai der ajat polimerisasi rata-rata rat a-rata 3500 dimana selulosa dalam pulp mempunyai rata-rata derajat polimerisasi dalam rentang 600-1500. Selulosa adalah polimer lurus tidak bercabang. Ini membuat kemungkinan untuk beberapa rantai selulosa digabungkan bersama dan membentuk struktur kristal yang teratur. Struktur kristal yang teratur ini juga disebut micele. micele. Di antara micele ada beberapa rantai selulosa yang tidak teratur, ikatan ini disebut mikrofibril. Mikrofibril ini membentuk dinding serat kayu. (Mimms, 1993)
Selulosa adalah senyawa seperti serabut, liat, tidak larut dalam air, dan ditemukan didalam dinding sel pelindung tumbuhan terutama pada tangkai batang, dahan dan semua bahagian berkayu dari jaringan tumbuhan. Karena selulosa merupakan homopolisakarida linier tidak bercabang, terdiri dari 10.000 atau lebih unit Dglukosa yang terhubung oleh ikatan 1 – 4 glikosida, senyawa ini akan kelihatan seperti amilosa dari rantai utama glikogen. Tetapi terdapat perbedaan yang sangat penting pada selulosa, ikatan 1 – 4 – 4 berada dalam konfigurasi β , sedangkan pada amilosa, amilopektin, dan glikogen, ikatan 1- 4 nya berbentuk α.
Gambar Struktur selulosa dan konformasi konformasi yang berbeda-beda yang dapat dibentuk oleh rantai selulosa β (1 – 4) – 4) dan α (1 - 4) pada pati dan rantai glikogen. (a) Rantai selulosa, unit D-glukosa D- glukosa dalam ikatan β (1 – 4). 4). (b)
Skema yang memperlihatkan bagaimana rantai selulosa yang bersifat pararel dipersatukan bersama-sama oleh persilangan ikatan hydrogen. (c) Skema potongan dari dua rantai selulosa yang parallel, yang memperlihatkan konformasi yang sebenarnya dari residu D-glukosa dan persilangan ikatan hydrogen. (d) Skema sepotong amilosa ikatan α (1 - 4) pada amilosa, amilopektin, dan glikogen menyebabkan rantai memperoleh suatu struktur sulur yang erat berpilin, dengan gugus hidroksil yang mengarah keluar. (Dr.Ir. Maggy Thenawidjaja 1988) .
Selulosa
terdiri
atas
unit-unit
anhidroglukopiranosa
yang
bersambung
membentuk rantai molekul linear. Oleh karena itu it u selulosa bisa dinyatakan sebagai polimer linear l inear glukan dengan struktur rantai yang seragam. s eragam. Unit-unit terikat
dalam
ikatan
1-4 1-4
βglikosidik. Dua
unit glukosa yang
berdekatan bersatu dengan mengeliminasi satumolekul air di antara gugus hidroksil mereka pada karbon 1 dan karbon 4. Kedudukanβ dari gugus OH pada C1 memutar melalui sumbu C1-C4 cincin piranosa. Unit ulangdari rantai selulosa adalah unit selobiosa dengan panjang 1.03 nm. Walaupun terdapat gugus OH yang
sama
pada
kedua
ujungnya
namun
gugus-gugus
tersebut
menunjukanperilaku yang berbeda. Gugus C1 OH adalah gugus hidrat aldehida yang diturunkandari pembentukan cincin melalui ikatan hemiacetal intramolekul. Itulah sebabnyagugus OH pada akhir C1 mempunyai sifat pereduksi, sedangkan gugus OH padaakhir C4 pada rantai selulosa adalah hidroksil alkoholat sehingga bukan pereduksi.
C.
Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan suatu polisakarida lain yang terdapat dalam tanaman dan tergolong senyawa organik. Hemiselulosa merupakan salah satu penyusun dinding sel tumbuhan selain selulosa dan lignin, yang terdiri dari kumpulan beberapa unit gula atau disebut heteropolisakarida, dan dikelompokkan berdasarkan residu gula utama sebagai penyusunnya seperti xylan, mannan, galactan dan glucan. Hemiselulosa terikat dengan polisakarida, protein dan lignin dan lebih mudah larut dibandingkan dengan selulosa. Hemiselulosa memiliki keragaman dengan selulosa yaitu merupakan polimer dari unit-unit gula yang terikat dengan ikatan glikosidik, akan tetapi hemiselulosa berbeda dengan selulosa dilihat dari komponen unit gula yang membentuknya, panjang rantai molekul dan percabangannnya. Unit gula yang membentuk hemiselulosa dibagi menjadi beberapa
kelompok,
seperti
pentosa,
heksosa,
asam
heksuronat
dan
deoksiheksosa. Hemiselulosa bersifat nonkristalin dan tidak bersifat serat, mudah mengembang karena itu hemiselulosa sangat berpengaruh terhadap terbentuknya jalinan antara serat pada saat pembentukan lembaran, lebih mudah larut dalam pelarut alkali dan lebih mudah dihidrolisis dengan asam menjadi komponen monomernya yang terdiri dari D-glukosa, Dmanosa, D-galaktosa, D-silosa dan Larabinosa (Humala Simanjuntak, 2007).
Galaktoglukomanna Arabinogalaktan
Xylan
Hemiselulosa terikat dengan polisakarida, protein dan lignin dan lebih mudah larut dibandingkan dengan selulosa. Hemiselulosa memiliki keragaman dengan selulosa yaitu merupakan polimer dari unit-unit gula yang terikat dengan ikatan glikosidik, akan tetapi hemiselulosa berbeda dengan selulosa dilihat dari komponen unit gula yang membentuknya, panjang rantai molekul dan percabangannnya. Unit gula yang membentuk hemiselulosa dibagi menjadi beberapa
kelompok,
seperti
pentosa,
heksosa,
asam
heksuronat
dan
deoksiheksosa. Hemiselulosa merupakan suatu kesatuan yang membangun komposisi serat dan mempunyai peranan yang penting karena bersifat hidrofilik sehingga berfungsi sebagai perekat antar selulosa yang menunjang kekuatan fisik serat. Kehilangan hemiselulosa akan menyebabkan terjadinya lubang diantara fibril dan kurangnya ikatan antar serat (Casey, 1960)
Perbedaan Hemiselulosa dengan Selulosa yaitu hemiselulosa mudah larut dalam alkali tapi sukar larut dalam asam, sedangkan selulosa adalah sebaliknya. Hemiselulosa bukan merupakan serat-serat panjang seperti selulosa. Hasil
hidrolisis selulosa akan menghasilkan D-glukosa, sedangkan hasil hidrolisis hemiselulosa akan menghasilkan D-xilosa dan monosakarida lainnya (Winarno, 1984). Hemiselulosa berfungsi sebagai pendukung dinding sel dan berlaku sebagai perekat antar sel tunggal yang terdapat didalam batang pisang dan tanaman lainnya. Hemiselulosa memiliki sifat non-kristalin dan bukan serat, mudah mengembang, larut dalam air, sangat hidrofolik, serta mudah larut dalam alkali. Kandungan hemiselulosa yang tinggi memberikan kontribusi pada ikatan antar serat, karena hemiselulosa bertindak sebagai perekat dalam setiap serat tunggal. Pada saat proses pemasakan berlangsung, hemiselulosa akan melunak, dan pada saat hemiselulosa melunak, serat yang sudah terpisah akan lebih mudah menjadi berserabut (Indrainy, 2005).
D.
Lignin
Lignin adalah polimer tri-dimensional phenylphropanoid yang dihubungkan dengan beberapa ikatan berbeda antara karbon-ke-karbon dan beberapa ikatan lain antara unit phenylprophane yang tidak mudah dihirolisis (33). Di alam lignin ditemukan sebagai bagian integral dari dinding sel tanaman, terbenam di dalam polimer matrik dari selulosa dan hemiselulosa. Lignin adalah polimer dari unit phenylpropene: unit guaiacyl (G) dari prekusor trans-coniferyl-alcohol, syringyl (S) unit dari trans-sihapyl-alcohol, dan p-hydroxyphenyl (H) unit dari prekursor trans-p-coumaryl alcohol. Komposisi lignin di alam sangat bervariasi tergantung pada spesies tanaman. Pengelompokan seperti kayu lunak, kayu keras, dan rumput-rumputan, lignin dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu: guaiacyl lignin dan guaiacyl-syringyl lignin. Guaiacyl lignin adalah produk polimerisasi yang didominasi oleh coniferyl alcohol, sedangkan guaiacyl-syringlyl guaiacyl-syringlyl lignin tersusun atas beberapa bagian dari inti aromatic guaiacyl dan syringyl, bersama dengan sejumlah kecil unit p-hydroxyphenyl. p-hydroxyphenyl. (Gibbs, 1958).
Lignin adalah partikel amorf yang bersama selulosa membentuk dinding sel kayu dari pohon . Lignin mempererat material diantara sel dan menembah kekuatan
mekanis kayu. Lignin adalah polimer tiga dimensi yang sangat bercabang. Unit penyusun molekul lignin adalah fenilpropan. Suatu molekul lignin memiliki derajat polimerisasi yang tinggi karena ukuran dan struktur tiga dimensinya. Lignin dalam kayu berfungsi sebagai lem atau perekat. Lamela tengah dimana kebanyakan terdiri dari lignin mengikat sel bersama-sama dan memberi bentuk pada kayu. Dinding sel juga mengandung lignin. Dalam dinding sel, lignin bersama hemiselulosa membentuk matriks dimana mikrofibril selulosa disusun. (Mimms, 1993)
Gambar. Struktur Lignin merupakan polimer 3 demensi yang bercabang banyak. Molekul utama pembentuk lignin phenyl propane ( Humala ( Humala Simanjuntak, Simanjuntak, 2007 )
Ampas tebu (bagasse) merupakan sisa bagian batang tebu dalam proses ekstraksi tebu yang memiliki kadar air berkisar 46-52%, kadar serat 43-52% dan padatan terlarut sekitar 2-6%. Komposisi kimia ampas tebu meliputi : zat arang atau karbon (C) 23,7 %, hidrogen (H) 2 %, oksigen (O) 20 %, air (H2O) 50 % dan gula 3%. Pada prinsipnya serat ampas tebu terdiri dari selulosa, pentosan dan lignin. Komposisi ketiga komponen bisa bervariasi pada varitas tebu yang berbeda. (Ratnanto,
2005 )
ditinjau
dari
segi
komponen
seratnya,
ampas
tebu
mengandung 82% dinding sel yang terdiri atas: selulosa 40%, hemiselulosa 29%, lignin 13% dan silica 2% (Arora, 1976).
E.
Kandungan Ampas Tebu
Ampas tebu adalah suatu residu dari proses penggilingan tanaman tebu (Saccharum oicinarum) oicinarum ) setelah diekstrak atau dikeluarkan niranya pada industri pembuatan gula sehingga diperoleh hasil samping sejumlah besar produk limbah berserat yang dikenal sebagai ampas tebu (bagasse). bagasse). Pada proses penggilingan tebu, terdapat lima kali proses penggilingan dari batang tebu sampai dihasilkan ampas tebu. Menurut data FAO (Food and Agricultural Organization) tahun 2006 tentang negara – negara – negara negara produsen tebu dunia, Indonesia menduduki peingkat ke11 dengan produksi per tahun sekitar 25.500.00 juta ton, dimana 35% dari produksi tersebut merupakan ampas tebu. Ampas tebu yang berlimpah tersebut telah dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada ketel uap dimana energi yang di hasilkan di manfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga uap, bahan bakar pada tungku produksi dan bahan baku pada pembuatan kertas.
Menurut Baskoro (1986) bagase mempunyai komposisi yang hampir sama dengan komposisi kimia kayu daun lebar, kecuali kadar airnya. Bagasse Bagasse terdiri dari tiga komponen, yaitu: (1) kulit (rind) yang meliputi epidermis, kortek, dan perisikel, (2) ikatan serat pembuluh, (3) jaringan dasar (parenkim) atau pith dengan ikatan yang tersebar tidak teratur. Ampas tebu merupakan limbah lignoselulosa yang dihasilkan oleh pabrik gula setelah tebu diambil niranya. Komponen utama ampas tebu antara lain fiber (serat) sekitar 43 – 43 – 52 52 %, air 46 – 46 – 52 52 %, dan padatan terlarut 2 – 3 %. Syarat bahan baku yang dapat dijadikan pulp dan kertas adalah bahan baku yang mempunyai serat s erat yang panjang, luas dengan kadar hemiselulosa tinggi dan ampas tebu memiliki syarat tersebut. Ampas tebu sebagian besar mengandung ligno-cellulose. ligno-cellulose. Panjang seratnya antara 1,7 sampai 2 mm dengan diameter sekitar 20 mikro, sehingga ampas tebu ini dapat memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi papan-papan buatan. Bagase
mengandung air 48 - 52%, gula rata-rata 3,3% dan serat rata-rata 47,7%. Serat bagase tidak dapat larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa, pentosan dan lignin (Husin, 2007). 2007).
Menurut Husin (2007) hasil analisis serat bagas adalah seperti dalam Tabel 2. berikut: Tabel 2. Komposisi kimia ampas tebu Kandungan Abu
Kadar (%) 3,82
Lignin
22,09
Selulosa
37,65
Sari
1,81
Pentosan
27,97
SiO2
3,01
Berdasarkan penelitian tentang dimensi serat, bagasse yang bagasse yang dipakai untuk bahan baku pulp dan kertas oleh PT Kertas Leces, Probolinggo, rata-rata memiliki panjang serat 1,43 mm, diameter diamete r 10,33 nm, tebal dinding serat s erat 0,68 nm, diameter lumen 8,51 nm, dan nisbah serat dengan diameter serat 138,43 (Baskoro,1986). Pemisahan jaringan dasar merupakan langkah penting untuk meningkatkan kualitas bagase, sebagai bahan baku proses pulping (Ruwelih,1990). Secara umum disepakati bahwa pith (parenkim) harus dihilangkan dari bagase, jika kelak akan digunakan untuk produksi pulp kimia yang menghasilkan kertas dengan kualitas baik (Baskoro, 1986). Clark (1985) menyebutkan bahwa bagase mengandung 25%-35% pith yang terdiri dari sel-sel parenkim, jika tidak dihilangkan maka akan menyerap larutan pemasak kimia dan tidak diharapkan untuk kertas.
III.
KESIMPULAN
Dari makalah yang dibuat ini didapat kesimpulan sebagai berikut: 1.
Selulosa dalam kayu mempunyai nilai derajat polimerisasi rata-rata 3500 dimana selulosa dalam pulp mempunyai rata-rata derajat polimerisasi dalam rentang 600-1500
2.
Selulosa terdiri atas unit-unit anhidroglukopiranosa yang bersambung membentuk rantai molekul linear. Oleh karena itu selulosa bisa dinyatakan sebagai polimer linear glukan dengan struktur rantai yang seragam. Unit-unit terikat dalam ikatan 1-4 1-4 βglikosidik βglikosidik
3.
Perbedaan hemiselulosa dengan selulosa yaitu hemiselulosa mudah larut dalam alkali tapi sukar larut dalam asam, sedangkan selulosa adalah sebaliknya.
4.
Komponen utama ampas tebu antara lain fiber (serat) sekitar 43 – 52 52 %, air 46 – 46 – 52 52 %, dan padatan terlarut 2 – 2 – 3 3 %.
5.
Ampas tebu sebagian besar mengandung ligno-cellulose. ligno-cellulose. Panjang seratnya antara 1,7 sampai 2 mm dengan diameter sekitar 20 mikro. Dan dapat menjadi syarat pembuatan pulp.
DAFTAR PUSTAKA
Alexopoulus , Alexopoulos , Alexopoulos, Mims and M. Blackell. 1993. Mycoparasitic Nature of The Antagonism between Trichoderma viride and Crinipellis.
Baskoro IBW. 1986. Pengaruh Antrakinon-Soda Terhadap Sifat-Sifat Pulp Ampas Tebu dan Jerami. [skripsi]. Fakultas Kehutanan, IPB. Bogor.
Cahyo. 2012. Penentuan Kondisi Optimum Proses Pembuatan Pulp Dari Ampas Tebu Menggunakan Proses Acetosolv [Skripsi]. Program Studi Diploma III Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
Casey. 1960. Activity Enhanchement of Ligninolytic Enzymes of Trametes versicolor with Bagasse with Bagasse Powder . African Journal of Biotech.
Clark, J.D.A. 1985. Pulp Technologist and Treatment for Paper, Second Edition. Edition . Miller Freeman Publication Inc,. San Fransisco.
FAO. 2006. Mayor Food And Agricultural Commodities And Procedures: Sugar Cane.
Ganjar, Andaka. 2007. Hidrolisis Ampas Tebu Menjadi Furfural Dengan Katalisator Asam Sulfat. Institut Sains & Teknologi AKPRIND. Yogyakarta.
Gibs, C. D. 1958. Analytical Chemistry, Chemistry, Edisi ke-5. John Wiley and Son, Inc. New York. Howard, R.T., Abotsi, E., Jansen van Rensburg, E.L., anf Howard, S., 2003. Lignocellulose
Biotechnology: Issue
Production. African Journal of Biotech.
of Bioconversion Bioconversion
and Enzyme
Husin, 2007, Analisis Serat Bagas. (http://www.free.vlsm.org/ http://www.free.vlsm.org/.. Diakses pada 25 Juni 2014.
Indryani. 2011. Teknologi Proses Bio Ethanol.
Ratnanto, Fitriadi. 2005. Upaya Penurunan Biaya Pr oduksi dengan Memanfaatkan Ampas Tebu sebagai Pengganti Bahan Penguat dalam Proses Produksi Asbes Semen. Jurnal Teknik Gelagar.
Ruwelih. 1990. Mempelajari Pengaruh Pengaruh Suhu Pemasakan dan Konsentrasi Soda Soda terhadap Sifat Pulp dan Lindi Hitam dari Pemasakan Kayu Albasia (Albazzia falcataria Bucker) dan Ampas Tebu dengan Proses Soda. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Simanjuntak, Humala. 2007. Analisa Logam Berat Timbal, Besi, Kadmium dan Zinkum dalam Lindi Hitam (Black Liquor) pada Industri Pulp Proses Kraft dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Universitas Sumatera Utara. Medan :
Thenawidjaja, Maggy. 1988. Dasar-Dasar Biokimia. IPB-Erlangga. Bandung.
SELULOSA DARI AMPAS TEBU (Makalah Teknologi Pulp dan Kertas)
Oleh
Armalinda Pertiwi
1114051009
Artha Regina Tambunan
1114051010
Rifka Annisa
1114051049
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2014