ISSN:2089-4686
2-TRIK:TUNAS-TUNASRISETKESEHATAN Diterbitkanoleh: WAHANARISETKESEHATAN Penanggungjawab: KetuaWahanaRisetKesehatan(KoekoehHardjito,S.Kep,Ns,M.Kes) DewanRedaksi: KetuaDewanRedaksi : HeruSantosoWahitoNugroho,S.Kep,Ns,M.M.Kes AnggotaDewanRedaksi : KoekoehHardjito,S.Kep,Ns,M.Kes Sunarto,S.Kep,Ns,M.M.Kes Subagyo,S.Pd,M.M.Kes TutiekHerlina,S.K.M,M.M.Kes Sekretariat: KoordinatorSekretariat : Winarni,A.Md.Keb AnggotaSekretariat : NunikAstutik,S.S.T RahmaNurilFahmi RafifNaufiWaskithaHapsari Alamat: Jl.RayaDanyang-Sukorejo RT05RW01DesaSeranganKecamatanSukorejoKabupatenPonorogo Telepon081335718040,081335251726 E-mail:
[email protected] Website:www.2trik.webs.com PenerbitanperdanabulanDesember2011 Diterbitkansetiaptigabulan Hargaper-eksemplarRp.25.000,00 VolumeIINomor4 Halaman165-220 November2012 ISSN:2089-4686
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
ISSN:2089-4686
PEDOMANPENULISANARTIKEL Red edak aks si JURN JURNAL AL “2-T “2-TR RIK” IK” men ener erim ima a arti artik kel ha has sil pe pen nelit elitiian ilmi ilmiah ah dalam alam bid bidan ang g keseha kesehatan tan unt untuk uk diterb diterbitk itkan an. . Syarat Syarat artike artikel l yang yang bisa bisa diteri diterima ma ada adalah lah: : 1) artike artikel l orisin orisinilil yangbelumpernahdipublikasi yangbelumpernahdipubl ikasikan,2) kan,2) menyertak menyertakansurat ansurat izin atauhalaman pengesah pengesahan. an. Arti Artike kel l yang yang ma masu suk k akan akan dini dinila lai i oleh oleh De Dewa wan n Re Reda daks ksi i yang yang be berw rwen enan ang g pe penu nuh h un untu tuk k menerimaataumenolakartikelyangtelahdinilai,danartikelyangditerimamaupunditolak tida tidak k akan akan dik dikem emba ballikan kep kepad ada a pen engi giri rim m. De Dewa wan n Re Reda dak ksi berwe erwena nan ng pu pulla un untu tuk k mengubahartikelyangditerimasebatastidakakanmengubahmaknadariartikeltersebut. Artikelkaryamahasiswa(karyatulisilmiah,skripsi,tesisdandisertasi)harusmenampilkan mahasiswasebagaipeneliti. ArtikelyangdikirimkeDewanRedaksiharusmemenuhipersyaratansebag ArtikelyangdikirimkeDewanRedaksiharusme menuhipersyaratansebagaiberikut: aiberikut: 1. DiketikdenganhurufMicrosoftSansSerif12dikertasHVSA4,marginatasdanbawah: 2,5cm,kiridankanan:2cm,dandikirimberupaCD,DVDataue-mail. 2. Seluruhartikelmaksimalberjumlah10halaman Isidariartikelharusmemenuhisistematikasebagaiberikut: 1. Judul ditulisdalamBahasa ditulisdalamBahasa IndonesiaatauBahasa IndonesiaatauBahasa Inggris,menggu Inggris,menggunakan nakan huruf kapital kapital dandicetaktebalpadabagiantengah. 2. Nam Nama a lengka lengkap p pen penuli ulis s tanpa tanpa gelar gelar dituli ditulis s di baw bawah ah judul, judul, diceta dicetak k tebal tebal pad pada a bag bagian ian tengah. 3. Abst Abstra rak k ditu dituli lis s da dala lam m Baha Bahasa sa Indo Indone nesi sia a atau atau Baha Bahasa sa Ingg Inggri ris s dice diceta tak k miri miring ng. . Judu Judul l abstrakmenggunakanhurufkapitalditengahdanisiabstrakdicetakratakiridankanan denganawalparagrafmasuk1cm.Dibawahisiabstrakharusditambahkankatakunci, dandibawahnyalagidicantumkaninstitusiasalpenulis. 4. Penda Pendahul huluan uan dituli ditulis s dalam dalam Bahasa Bahasa Ind Indone onesi sia a rata rata kiri kiri dan kanan kanan dan awa awal l paragr paragraf af masuk1cm. 5. Met Metode ode Peneli Penelitia tian n dituli ditulis s dalam dalam Bahasa Bahasa Ind Indone onesi sia a rata kiri kiri dan kanan, kanan, awa awal l paragr paragraf af masuk1cm.Isidisesuaikandenganmetodepen masuk1cm.Isidisesuaik andenganmetodepenelitianyangditerapkan. elitianyangditerapkan. 6. HasilPenelitiandanPembahasanditulisdalamBahasaIndonesiaratakiridankanan, awal aw al pa para ragr graf af ma masu suk k 1 cm. cm. Kala Kalau u pe perl rlu, u, ba bagi gian an ini ini da dapa pat t dile dileng ngka kapi pi de deng ngan an tabe tabel l maupungambar(foto,diagram,gambarilustrasidanbentuksajianlainnya).Judultabel beradadiatastabeldenganposisiditengah,sedangkanjudulgambarberadadibawah gambardenganposisiditengah. 7. Kesi Kesimp mpul ulan an da dan n Sara Saran n ditu dituli lis s da dala lam m Baha Bahasa sa Indo Indone nesi sia a rata rata kiri kiri da dan n kana kanan, n, aw awal al paragrafmasuk1cm.Simpulandansarandisajikansecaranaratif. 8. Daftar PustakaditulisdalamBahasa PustakaditulisdalamBahasa Indonesia Indonesia, ,denga dengan nbentu bentuk kpara paragrafmenggan grafmenggantung tung (bariskeduadanseterusnyamasuk1cm)ratakanandankiri.DaftarPustakamengacu padaSistemHarvard,yaitu:penulis,tahun,judulbuku,kotadanpenerbit(untukbuku) danpenulis,tahun,judulartikel,namajurnal(untukjurnal)
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
ISSN:2089-4686
EDITORIAL SalamdariRedaksi Pada Pada bulan bulan No Nove vemb mber er ini, ini, kita kita be bert rtem emu u kemba kembali li da dala lam m pu publi blika kasi si jurn jurnal al “2“2TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan” Volume II Nomor 4. Syukur Alhamdulillah Alhamdulillahbahwanomorinidapattersele bahwanomorinidapatterselesaikandenga saikandenganlancar.Inisemua nlancar.Inisemua berkat dukungan para pembaca, khususnya rekan-rekan yang telah mempercayaka mempercayakanpublikasihasilpenelitia npublikasihasilpenelitiankesehatanmelalu nkesehatanmelaluijurnalini. ijurnalini.Untu Untuk k itu kami mengucapkan termakasih kepada semua pihak yang telah berperansertasecaraaktif. Pada Pada no nomo mor r ini ini disa disaji jika kan n ha hasi sill-ha hasi sil l pe pene neli liti tian an da dala lam m ling lingku kup p kebi kebida dana nan, n, keperawatan, kesehatan masyarakat, kesehatan anak, manajemen kesehatan,sertakesehatanlingkungan. Secara online, Anda dapat mengakses isi jurnal ini melalui website: www. ww w.2t 2tri rik.w k.web ebs. s.co com. m. Sela Selain in itu, itu, salin salinan an arti artike kel l juga juga da dapa pat t diak diakses ses me mela lalu lui i websi bsite resmi smi Pusat sat Dokumen enttasi dan Informasi Ilmi lmiah Lembaga Ilmu Penget Pengetahu ahuan an Ind Indone onesia sia (PDII (PDII LIPI) LIPI), , www www.jur .jurnal nal.pd .pdii. ii.lip lipi.g i.go.id o.id, , juga juga melalu melalui i PortalGaruda. Terimakasih,semogakitadapatbertemukembalipadaVolumeIIINomor1 padabulanFebruari2013yangakandatang. Redaksi Redaksi
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
ISSN:2089-4686
DAFTARISI DAFTARISI SENAM KEGEL DAN LUKA JAHITAN PERINEUM PERINEUM PADA PADA 165-125 DAN PENYEMBUHAN PENYEMBUHAN LUKA IBUPOSTPARTUM IBUPOSTPARTUM KoekoehHardjito,LumastariAjengWijayanti,NovitaMeiSaputri KoekoehHardjito,LumastariAjengWijayanti,NovitaMeiSaputri TINGKATPENGETAHUANIBUMENYUSUITENTANGMETODEAMENORE 171-175 LAKTASI (MAL) DI DI DESA JAGUL KECAMATAN NGANCAR NGANCAR KABUPATEN JAGUL KECAMATAN KEDIRI KEDIRI ShintaKristianti ShintaKristianti GAMBARANKEPUASANBIDANYANGMENJALANKANPROGRAM JAMINANPERSALINAN(JAMPERSAL)DIPUSKESMASBALOWERTIDAN PUSKESMASNGLETIHKOTAKEDIRI PUSKESMASNGLETIHKOTAKEDIRI SitiAsiyah,Suwoyo,RahmaElMahrunisa
176-183
GAMBARAN GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN IBU HAMIL ATAS MUTU PELAYANAN 184-188 ANTENATALCAREDIPUSKESMASTAJIKARASMAGETAN ANTENATALCAREDIPUSKESMASTAJIKARASMAGETAN TutiekHerlina,HerySumasto,Saminten HUBUNGANANTARAPENGETAHUAN, SIKAPPENDERITA PENDERITADAN HUBUNGANANTARAPENGETAHUAN,SIKAP PENDERITADANTINDAKAN DANTINDAKAN TINDAKAN PETUGASKESEHATANDENGANKEJADIANTBPARUDIWILAYAH PETUGASKESEHATANDENGANKEJADIANTBPARUDIWILAYAH YAHKERJA PUSKESMASSIMPANGKATISKABUPATENBANGKATENGAH PUSKESMASSIMPANGKATISKABUPATENBANGKATENGAH DedekSutinbuk DedekSutinbuk
189-194
KESULITAN MAKAN PADA ANAK DENGAN KEKURANGAN ENERGI 195-198 PROTEIN (KEP) DI DI DESA SUSUHBANGO KECAMATAN RINGINREJO KABUPATENKEDIRI KABUPATENKEDIRI ErnaRahmaYani,RE.Wijanti ErnaRahmaYani,RE.Wijanti HUBUNGAN ANTARA ANTARA KETUBAN PECAH PERSALINANPREMATUR PERSALINANPREMATUR Subagyo, gungSuharto,,MegaPratiwi Subagyo ,A ,AgungSuharto MegaPratiwi
DINI
DENGAN
KEJADIAN KEJADIAN 199-204
HUBUNGANANTARAKEHAMILANPOSTTERM DANKEJADIANKETUBAN DANKEJADIANKETUBAN PECAHDINIDENGANKEJADIANASFIKSIABAYIBARULAHIR PECAHDINIDENGANKEJADIANASFIKSIABAYIBARULAHIR AgungSuharto,Subagyo, IraIndahPuspitaDewi taDewi AgungSuharto,Subagyo ,IraIndahPuspi taDewi
205-209
KELANGSUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DIRI (APD) PADA 210-215 PEKERJA PEKERJA BATU KAPUR DI DESA DESA SAMPUNG SAMPUNG KECAMATAN SAMPUNG SAMPUNG KABUPATENPONOROGO KABUPATENPONOROGO AriesPrasetyo,Sujangi,H.DjokoWinduP.Irawan AriesPrasetyo,Sujangi,H.DjokoWinduP.Irawan HUBUNGAN ANTARA UMUR, UMUR, PARITAS PARITAS DAN KEJADIAN KPD KPD DENGAN DENGAN 216-220 PERSALINANPREMATURDIRSUDKOTAMADIUNTAHUN2011 PERSALINANPREMATURDIRSUDKOTAMADIUNTAHUN2011 DIRSUDKOTAMADIUNTAHUN2011 HerySumasto, HerySumast o,OshintiaAnggunPertiwi o,OshintiaAnggunPertiwi,NurweningTyasWisnu OshintiaAnggunPertiwi ,NurweningTyasWisnu ,NurweningTyasWisnu
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
SENAMKEGELDAN JAHITANPERINEUM SENAMKEGELDANPENYEMBUHAN DANPENYEMBUHAN PENYEMBUHANLUKA LUKAJAHITANPERINEUM PADAIBUPOSTPARTUM PADAIBUPOSTPARTUM KoekoehHardjito*,LumastariAjengWijayanti*,NovitaMeiSaputri* KoekoehHardjito*,LumastariAjengWijayanti*,NovitaMeiSaputri* MeiSaputri* ABSTRACT ABSTRACT Theproblemofperineumsutureinjuredhealingisthemainhealthproblemofpostpartum mother.Manyfactorswhichcaninfluenceperineumsutureinjuredhealingoneofthefactor isvascularisationfactor.It isbloodcirculationconditionforthegrowthandrepairementof cell,oneofthewayinorderthatvascularisationcanbefluentisbydoingkegelexercise. Research purposed to know the influence of kegel exercise to perineum suture injured healing to post partum mothers. Research design which was used was cross sectional. Sample inthe research were 14 people and the way of taking sample with consequtive manner. Collecting data about kegel exercise by dividing to be 2 groups. They were experimentgroupandcontrolgroupandtomeasureperineumsutureinjuredhealingused observation sheet of injured healing recovery in early proliferacy phase. Data analysis used Fisher’s Exact test. Research result value of account (0,051). Then it was compared between account (0,051) andα (0,05), so account > α, thisshowed that therewasnoinfluenceofkegelexercisetoperineumsutureinjuredhealingtopostpartum mothersinBPSEndangSumaningdyahinKediriTown.Basedontheresultsshowedthat performing Kegel exercises are not a major factor in wound healing perineal sutures in post partum mothers. Suggestion which was given to the related people in this case in order that research place gave kegel exercise training to contraction the pelvic floor musclesandnextresearchareexpectedtofurtherresearchonotherfactorsthatinfluence perienumsutureinjuredhealing. Keyword:KegelExercise,PerienumSutureInjuredHealing,PostPartumMothers Keyword:
*=PoliteknikKesehatanKemenkesMalang,JurusanKebidanan,ProdiKebidananKediri PENDAHULUAN PENDAHULUAN Senam kegel bertujuan untuk menguatkan otot dasar panggul pasca partus, tujuannyamengembalikanfungsipenuhnyasesegeramungkindanmembantumencegah masalah inkontinensia urine. Kontraksi dan relaksasi otot juga membantu meredakan ketidaknyamanan pada perineum, rasa ini mungkin timbul akibat persalinan, dan tujuan pemulihan dengan meningkatkan sirkulasi lokal dan mengurangi edema. Ibu dengan episiotomi setelah diberi anastesi lokal mungkin tiba-tiba merasakan sangat nyeri pada perineum, sehingga memerlukan pereda nyeri untuk mencegah inhibisi kontraksi dasar panggul. Ibu harus dimotivasi untuk menggerakkan otot dasar panggul sedikit dan seseringmungkin,perlahandancepatpadamasapascapartumdini(Brayshaw,2008). Setelah bersalin ibu akan mengalami kesulitan melakukan latihan senam kegel karena mekanisme peregangan yang ditimbulkannya saat persalinan dan kemungkinan ketidaknyamananyangberasaldarilukajahitanpadaperineum(Brayshaw,2008).Rasa nyeri di daerah perineal yang dialami karena melahirkan normal biasanya dikarenakan perineum robek atau yang dilakukan episiotomi. Tempat episiotomi atau tempat yang koyakperluwaktuuntuksembuhbiasanyatujuhhinggasepuluhhari(Murkoff,2007). SenamKegel membantupenyembuhanpostpartumdenganmembuatkontraksi dan pelepasansecarabergantianpadaotot-ototdasarpanggulyaitudenganmembuatjahitan lebih merapat, mempercepat penyembuhan, meredakan hemoroid, dan meningkatkan pengendalian urin (Wulandari, 2011). Senam kegel yang cukup sering dapat meningkatkan sirkulasi pada perineum mempercepat penyembuhan dan mengurangi
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
165
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
pembengkakan. Juga membantu mengembalikan kekuatan dan tonus otot pada dasar panggul.Pasiendapatmelakukansenamkegelsegerasetelahmelahirkan(Simkin,2008). Prosedursenamkegeldapatdiingatdandilakukanbersamaaktivitasyangberkaitan dengan bayi misalnya menyusui, memandikan dan membasuhnya. Aktivitas ini dapat dilakukan sambil duduk di kamar mandi setelah berkemih dan ini adalah posisi relaks untukmengontraksiotottersebut.Rasanyeriperineumbilamembuatsenammenjadisulit dilakukan dalam posisi duduk, posisi lain yang dapat dipakai adalah telungkup atau berbaringmiringdenganbantaldiletakkandiantarakakiatauberdiridengankeduakaki direntangkan(Brayshaw,2008).Melakukansenamkegelsecarateratursetiaphariakan membantupenyembuhanlukajahitanperineum(Wulandari,2011) Penyembuhan luka merupakan proses penggantian dan perbaikan fungsi jaringan yangrusak,yangmelibatkanintegrasiprosesfisiologis.Sifatpenyembuhanpadasemua lukasama dengan variasibergantungpada lokasi, keparahan danluascidera (Morison, 2004). Ada 3 fase penyembuhan luka yaitu fase inflamas, fase proliferasi dan fase maturasi (Smeltzer, 2002). Dilaporkan (Friedman 2003) di Amerika Serikat angka morbiditas ibu hamil dan bersalin diantaranya adalah komplikasi kebidanan (3,6%), toksemiagravidarum(5,8%),traumakebidananmeliputilaserasijalanlahirdanhematoma (5,1%).Sedangkanangkamorbiditaslainnyameliputimacam-macaminfeksidanpenyakit yang menyertai kehamilan, persalinan dan nifas. Robekan perineum pada persalinan merupakan masalah utama pada jutaan wanita di dunia seperti di Inggris sekitar 1000 wanita setiap harinya, dengan 69%-85% dibutuhkanpenjahitan padalaserasiperineum. Berdasarkanpenelitianolehenggar(2010)di RBharapanbundasurakartamenunjukkan hasildari67sampeldiperolehkasusrupturperineumsebanyak52%(77,6%). Episiotomi yang tidak sesuai protap dapat memudahkan untuk terjadinya infeksi. PenelitianolehSimRomi2009yangdilakukanpada42ibupostpartumterdapat3kasus yangdinyatakanterkenainfeksipadalukaepisotomi.Tingkatpenggunaanepisiotomiyang masihseringdigunakandenganprevalensibelanda8%,Inggris14%,Amerika50%,Eropa Timur 90% (Santoso, 2003). Secara umum beberapa pemberi perawatan yang masih melakukanepisiotomirutinmempunyaiangkapenggunaansebesar80%(Simkin,2008). Keadaanlukabasahdankotorpadalukaperineumakanrentandidatangikumandan bakteri,sehinggamudahterinfeksi.Gejala–gejalainfeksiyangdapatdiamatiadalah:nyeri lokal, disuria, suhu tubuh meningkat melebihi 37,5˚C, edema, sisi jahitan merah dan inflamasi, mengeluarkan pus berwarna abu-abu kehijauan, pemisahan atau terlepasnya lapisan luka operasi (Varney : 2007). Pelayananibunifas oleh tenaga kesehatan dalam memantaukeadaanibupostpartumsangatdiperlukanpadakunjunganpostpartum. Perawatan khusus perineum sangat dianjurkan, khususnya jika pasien mendapat jahitan episiotomi atau robekan, atau jika perineum sangat lecet atau bengkak. Tujuan dasar perawatan perineum adalah untuk mengurangi nyeri, menpercepat penyembuhan danmencegahinfeksi.Jahitanakanhilangdalamwaktu2 sampai4 minggudanjaringan biasanyapulih dalam waktu 4 sampai 6 minggu. Salah satuterapi dalam penyembuhan lukabekasjahitanepisiotomiadalahdenganmelakukansenamkegel(Simkin,2008). Data dari BPS Endang Sumaningdyah menunjukkan bahwa rerata persalinan perbulanadalah 25. Pada bulanJanuari dari 25persalinan dijumpai18pasien dengan robekanperineumdenganatautanpaepisiotomi,makamenarikuntukdilakukanpenelitian tentang pengaruh senam kegel terhadap penyembuhan luka jahitan perineum pada ibu post partum di BPS Endang Sumaningdyah di Kota Kediri. Penelitian ini bertujuan menganalisispengaruh senam kegelterhadappenyembuhan luka jahitanperineum pada ibupostpartumdiBPSEndangSumaningdyahdiKotaKediri.
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
166
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
METODEPENELITIAN METODEPENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan komparasi dengan pendekatan cross sectional .PenelitiandilakukandiBPSEndangSumaningdyahdiKotaKediripadatanggal 12Aprilsampai12Mei2012Sampeldalampenelitianiniadalahsebagianibupostpartum haripertamadiikutisampaiharisebesar14orang.Variabelindependentdalampenelitian ini adalah senam kegel, sedangkan variabel dependennya adalah penyembuhan luka jahitan perineum. Penyembuhanluka diobservasipada hari ke-tujuh setelah melahirkan. Penelitimenjelaskanpadakelompokeksperimententangproseduryangakandilakukan, mengajariibumelakukansenamkegelpadaibudengankelompokeksperimen.Kemudian peneliti memastikan bahwa senam kegel yang dilakukan oleh ibu sudah benar Peneliti menjelaskan kepada ibu untuk melakukan senam kegel setiap hari dan pasien dipesan kembali untuk kontrol pada hari ke 7. Pada kelompok ibu post partum yang tidak melakukan senam kegel dipesan kempali pada hari ke 7 untuk diobservasi keadaan jahitanperineumnya.AnalisujimenggunakanujiFisherexactpadaalpha0,05. HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN HasilPenelitian HasilPenelitian Tabel1. DistribusiU UsiaI buP PostP Tabel1.Distribusi sia Ibu ostPartum artum No Usia(tahun) Usia (tahun) No Usia(tahun) 1 <20 2 20-35 3 >35 Jumlah Jumlah
Frekuensi Frekuensi 0 13 1 14 14
Persentase Persentase sentase 0 93 7 100 100
Tabel2. Tabel2.PerbandinganPenyembuhanLukaPostpartum PerbandinganPenyembuhanLukaPostpartum antarayangMelaksanakandanTidakMelaksanakanSenamKegel antarayangMelaksanakandanTidakMelaksanakanSenamKegel antarayangMelaksanakandanTidakMelaksanakanSenamKegel Perlakuan Perlakuan Senam kegel Tidak senam kegel Jumlah Jumlah
PenyembuhanLuka PenyembuhanLuka SudahT ercapaii BelumT Belum Tercapai SudahTercapa Belum ercapai 6 (85,71%) 1 (14,29%) 2 (28,57%) 5 (71,43%) 8 6
Jumlah Jumlah 7 (100%) 7 (100%) 14 14
Hasiluji Fisher’sExact adalahp=0,051(>0,05),makadisimpulkantidak adapengaruh antarasenamkegelterhadappenyembuhanlukajahitanperineumpadaibupostpartumdi BPSEndangSumaningdyahDiKotaKediri. Pembahasan Pembahasan Darihasil yang diperolehmenunjukkanl bahwa sebagian besar penyembuhan luka jahitanperineumsudahtercapaiyaitu6responden(85,71%).Berdasarkanhasilobservasi penyembuhanlukajahitanperineumyangsesuaidengantanda-tandafaseproliferasiawal terdapat 6 dari 7 responden yang penyembuhan luka tercapai dan dari 6 responden tersebut mengalami fase proliferasi awal dengan tanda-tanda crusta mengering, mengeras, mengelepas, luka jahitan telah merapat dan membentuk jaringan parut. Sedangkan 1respondenyang penyembuhanlukanya belum tercapaimasihberadapada faseinflamasi.MenurutBrayshaw(2008)denganmelakukansenamkegelakanmembuat adanya kontraksi dan relaksasi otot-otot dan membantu meredakan ketidaknyamanan pada perineum dengan meningkatkan sirkulasi lokal dan mengurangi edema. Senam kegel harusdimulai sesegera mungkin untuk mencegah hilangnya kendali kortikol pada otot-ototkarenanyeriperineumdancemastentangkerusakanjaringan.Seluruh ibunifas 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
167
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
dengan kondisi yang normal harus dimotivasi untuk menggerakkan otot dasar panggul sedikitdanseseringmungkin,perlahandancepatpadamasapascapartumdini. Penyembuhan luka dipengaruhi salah satunya karena faktor vaskularisasi karena luka membutuhkan keadaan peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan atau perbaikan sel, selain itu masih banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka jahitan perineum antara lain anemia, usia, penyakit, kegemukan, dan nutrisi. Nutrisi merupakanunsurutamadalammembantuperbaikanselterutamakarenakandunganzat giziyangterdapatdidalamnya(Hidayat2008). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 14 ibu postpartum mengatakan tidak tarak makanan sehingga konsumsi makanan pada responden harusnya tercukupi dan kebutuhan nutrisi pada ibu dapat terpenuhi serta tidak menjadi penghalang pada penyembuhanlukajahitanperineum.Masihadanya5respondenpadakelompokkontrol dan1respondenpadakelompokperlakuandenganpenyembuhanlukabelumtercapaiini diperlukanlebihdalamlagiuntukpemantauankonsumsimakananselamadirumah. Bidan diharuskan untuk menggali informasi tentang pola makanan pada ibu nifas seperti makanan apa yang disukai atau tidak disukai pasien sehingga bidan dapat memberikan klarifikasi dalam pendidikan kesehatan mengenai gizi ibu nifas. Selain itu pentingnyapolamakandigalikarenakemungkinanibuberpantangmakananyangjustru sangatmendukungpemulihanfisiknyamisalnyadaging,ikandantelur(Sulistyowati2009). Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian oleh Suryawati (2007) dari Universitas Diponegoro yang berjudul faktor sosial budaya dalam praktik perawatan kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan di Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara didapatkan hasil bahwa perilaku yang kurang mendukung selama masa nifas yaitu berpantang makanan tertentu yang lebihdikaitkan dengan sibayi antara lain agar ASI tidakberbau amis antara lain daging dan ikan laut. Hal ini didukung oleh penelitian Mas’adah dkk (2009) yang berjudul hubungan antara berpantang makanan tertentu dengan penyembuhanlukaperineumpadaibunifasdiklinikumumdanrumahbersalindimedika utamabalongbendosidoarjo,penelitianinimenggunakansampelibupostpartumharike7 sebanyak38orangdandidapatkanhasilbahwa73,68%ibunifasmempunyaikebiasaan berpantangmakanantertentu.Selainitudari38respondenterdapat50%ibumengalami penyembuhanlukayangburuk.Kesimpulandaripenelitianiniadalahadahubunganyang signifikan antara kebiasaan berpantang makanan tertentu dengan penyembuhan luka perineum. Banyak faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka, salah satunya yaitu vaskularisasi denganmelakukansenamkegel,tetapiselainitu masihbanyakfaktor lain yang harus diperhatikan untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam memberikan penyuluhankesehatanpadaibunifasuntukpenyembuhanlukajahitanperineum. Terdapat2respondenberadapadafaseproliferasiawalsesuaidengantanda-tanda faseproliferasi awalpadapenelitian iniyaitu krusta mengering, mengeras,mengelupas, luka jahitan telah merapat dan membentuk jaringan parut. Sedangkan 5 responden dengan penyembuhan luka jahitan perineum belum tercapai masih mengalami fase inflamasi. Penyembuhan luka yang belum tercapai pada responden kelompok kontrol kemungkinan disebabkan oleh faktor usia. Penyembuhan luka perineum yang belum tercapaidari5respondenterdapat2ibudenganusia>30tahundan3ibudenganrentang usia 25-30 tahun. Sedangkan 2 responden yang penyembuhan luka jahitan perineum sudah tercapai memiliki usia dengan rentang 20-25 tahun. Sehingga hasil penelitian ini jugamenunjukkanbahwasemakintuausiamakapenyembuhanlukasemakinlambatyaitu pada hari ke 7 fase proliferasi awal belum tercapai. Hidayat (2008) menyatakan bahwa kecepatanperbaikanselberlangsungsejalandenganpertumbuhanataukematanganusia seseorang, namunselanjutnyaprosespenuaan dapat menurunkansistemperbaikansel sehingga dapat memperlambat proses penyembuhan luka. Menurut Wulandari (2011), selain dari usia salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka adalah 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
168
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
personal hygiene. Biasanya ibu merasa takut pada kemungkinan jahitannya akan lepas jugamerasasakitsehinggaperineumtidakdibersihkanataudicuci.Membersihkandimulai dari syimpisis sampai anal sehingga tidak terjadi infeksi. Ini didukung penelitian Chususiani(2001)yangmenyimpulkan bahwaadapengaruhantaravulvahyginedengan penyembuhanrupturperineum. MenurutBahiyatun(2009)diperlukanpendidikandanpenyuluhanpersonalhygiene yaitu menganjurkan kebersihan seluruh tubuh, mengajarkan ibu cara membersihkan daerahsekitarvulvaterlebihdahuludariarahdepankebelakangkemudianmembersihkan daerahsekitaranusdengansabun.Menasihatkankepadaibuuntukmembersihakandiri setiap kali selesei berkemih dan defekasi. Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari. Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan air sabun sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya dan menyarankan ibu untuk tidakterlaluseringmenyentuhperineumjikaadalukaepisiotomiataulaserai. Penyuluhan tentang personal hygiene sudah diberikan dengan baik di tempat penelitian ini,penyuluhan diberikan saatibuselesai dilakukan penjahitan padaibuyang mengalamirupturmaupunyangdilakukanepisiotomidandiberikanlagipenyuluhanwaktu akan pulang dari BPS. Sehingga pengetahuan tentang personal hygiene sudah didapatkanolehpasienibupostpartum. Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan tidak ada pengaruh antara senam kegelterhadappenyembuhanlukatersebutmenunjukkanbahwatakhanyadengansenam kegel penyembuhanlukajahitanperineumbisatercapai.Terbuktidenganhasilpenelitian pada kelompok kontrol bahwa dari 7 responden yang tidak diberikan senam kegel, pencapaianfasepenyembuhanlukaterdapat2respondenpadafaseproliferasiawaldan5 responden pada fase inflamasi sedangkan pada kelompok perlakuan dari 7 responden terdapat6 respondenpadafaseproliferasiawaldan1respondenpadafaseinflamasi.Ini membuktikanbahwapencapaianpenyembuhanlukaantarayangdiberikansenamkegel maupun tidak sama-sama berada antara fase inflamasi dan fase proliferasi awal. Pada frekuensi ibu dalam melakukan senam kegel tidak dipantau secara rutin dikarenakan penelitihanyakontak2kalidenganrespondenyaitusaatharipertamadanhariketujuh. Sehinggauntukfungsimaksimaldarisenamkegelbelumtentudidapatkan,dimanadalam melakukansenamkegelharusdilakukandenganrutindansetiaphari. Menurut Simkin (2008) menyebutkan bahwa senam kegel yang dilakukan cukup seringakandapatmeningkatkansirkulasipadaperineum.Melakukansenamkegelakan membuat kontraksi dan pelepasan secara bergantian pada otot-otot dasar panggul dan akan membuat jahitan lebih merapat sehingga dapat mempercepat penyembuhan pada jahitanperineum(Wulandari2011). Ibu yang tidak melakukan senam kegel mungkin saja aktif melakukan geraktubuh setelah melahirkan dengan melakukan mobilisasi dini. Melakukan mobilisasi dini akan menggerakkanseluruh otot-ototpadatubuh danmenjadikanotot-otottidak kaku.Dimana padatempat penelitian ini jugaselalu memotivasi untuk melakukan mobilisasi dini pada ibupostpartum,sehinggasetiapibupostpartumbisamelakukanmobilisasidini. Penyembuhan luka dipengaruhi banyak faktor antara lain anemia, penyakit, kegemukan, nutrisi dan usia (Hidayat 2008). Selain itu menurut Price (2006) faktor lain yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah imobilisasi, obat-obatan, dan adanya bendaasingataujaringannekrotikdidalamluka. SIMPULANDANSARAN SIMPULANDANSARAN Simpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa senam kegel tidak berpengaruh padapenyembuhanlukajahitanperineum.Kajian tentangprosespenyembuhanlukadan faktor-faktor yang mempengaruhi perlu dilakukan lebih mendalam sehingga tetap dapat
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
169
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
diketahui seberapa besar peranan setiap faktor dalam menentukan keberhasilan penyembuhanluka. DAFTARPUSTAKA DAFTARPUSTAKA Bahiyatun.(2009)BukuAjarAsuhanKebidananNifasNormal .Jakarta:EGC Brayshaw,E.(2008) SenamHamildanSenamNifasPedomanPraktisBidan(Exercises ForPregnancyandChildbirth:APracticalGuideforEducators).Jakarta:EGC Enggar, Y.P (2010) Hubungan antara berat badan bayi lahir dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan normal di RB harapan bunda di Surakarta. http://dev.uns.ac.id/dglib/pengguna.php?mn=showview&id=15419 Friedman, J (2003) American Journal Of Public Health . Amerika: American Jornal Of PublicHealth Hasnawati,dkk.(2010) ProfilKesehatanIndonesia2009 .diakses09-2-2012pukul19.47< http://www.depkes.go.id/downloads/profilkesehatan/indexs.htm> Mas’adah, dkk. (2009) Hubungan Antara Kebiasaan Berpantang Makanan Tertentu DenganPenyembuhanLukaPerineumPadaIbuNifas.http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/ jurnal/edkhusmei101824.pdfDiaksestanggal11-07-2012Jam14.45WIB Morison,J.M(2004)ManajemenLuka.Jakarta:EGC Muhammad,A. (2011) Beragam Teknik Senam Khusus Stimulasi Organ-organ Seksual, AgarOrganSeksualmuMakinKuatdanSehat .Yogyakarta:BukuBiru Murkoff,H.(2007)MengatasiTraumaPascaPersalinan.Klaten:ImagePress Price,S.A.(2006) PatofisiologiKonsepKlinisProses-ProsesPenyakitEdisi6Volume1 (pathophysiology:ClinicalConceptsofDeseaseProcesses) .Jakarta:EGC Santoso, B (2008) Manajemen Ruptur Perineum Terkini . http//staff.ui.ac.id/internal/ 140119297/material/ManajemenRupturPerineumTerkini.pdf Sim,R.(2009) KejadianInfeksiLukaEpisiotomiDanPolaBakteriPadaPersalinanNormal DiRSUP.H.Adam MalikDan RSUD. Dr. PirngadiMedan . http://repository.usu.ac.id/ handle/123456789/6465 Simkin,P.(2008)PanduanLengkapKehamilan,Melahirkan,danBayi .Jakarta:Arcan Smeltzer,S.C.(2002)BukuSakuKeperawatanMedikalBedahVol.8Ed.1 .Jakarta:EGC Sudjatmiko, G. (2009) Menjahit Luka Supaya Bekasnya Susah Dicari . Jakarta: Sagung Seto Suherni.(2008)PerawatanMasaNifas .Yogyakarta:Fitramaya Suryawati, C. (2007) Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan Kehamilan, Persalinan danPasca Persalinan (Studi di KecamatanBangsri KabupatenJepara) . ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/article/download/2800/2488 diakses: 11-07-2012 Jam15.00WIB Trianasari, V. (2007) Pengaruh Mobilisasi Terhadap Penyembuhan Jahitan Ruptur PerineumDiRuangNifasRSUUSDGambiranKotaKediri . Varney,H.(2008)BukuAjarAsuhanKebidananVolume2.Jakarta:EGC Walsh,L.(2007)BukuAjarKebidananKomunitas .Jakarta:EGC Widianti,A.T.(2010)AplikasiSenamUntukKesehatan .Yogyakarta:NuhaMedika Wiknjosastro, H. (2009) Ilmu Kebidanan . Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Wulandari, S.R. (2011) Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas . Yogyakarta: Gosyen Publishisng
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
170
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
TINGKATPENGETAHUANIBUMENYUSUI TINGKATPENGETAHUANIBUMENYUSUI TENTANGMETODEAMENORELAKTASI(MAL) TENTANGMETODEAMENORELAKTASI(MAL) EAMENORELAKTASI(MAL) DIDESAJAGULKECAMATANNGANCAR KABUPATENKEDIRI DIDESAJAGULKECAMATANNGANCARKABUPATENKEDIRI ShintaKristianti* ShintaKristianti* ABSTRACT ABSTRACT Lactation can be used as contraseption for mother does not get ovulation. In developingcountry,especiallyinvillage,womansusuallyfeedtheirbabyforalongterm andhaveagreatpotentialtouseLAM.LAMasonewayofpurecontraseptiongivesalot of advantages as long it is done in a good way. This research was aimed to know the knowledge grade of feeding mother of 0-6 months baby about LAM in Jagul, Ngancar, region ofKediri.Thisresearchdesignwasdescriptiveexplorative.Thepopulationwasall feeding mother of 0-6 months baby in Jagul, Ngancar, Kediri. By using total sampling technique on14respondents. The instrument was closequestioner, then interpreted in qualitativedata.Theresultwascategorizedintogood,mediumandlow grade.Theresult showsthatthereweremorethan50%motherinamediumgrade.Itwillhavebeenbetterif theinstitutionandmedicalworkersgivemoreinformationandknowledgeforthesociety aboutLAMbyilluminationthatcanbedoneindailysocietyactivities. Keyword:breastfeedingmother,LAM,knowledge
*=PoliteknikKesehatanKemenkesMalang,JurusanKebidanan,ProdiKebidananKediri PENDAHULUAN PENDAHULUAN Menyusuimerupakansuatuprosesalamiah.Menyusuimelindungibayidariinfeksi, menawarkan suplai nutrisi yang tidak mahal, menyumbangkan ikatan batin antara ibu dengan anak, dan berfungsi sebagai kontrasepsi. Hubungan antara laktasi dengan fertilitas merupakan masalah kesehatan umum yang penting. (Leon Speroff dan Philip Darney, 2003). Pola menyusui yang dapat dipercaya menimbulkan infertilitas dikaitkan dengan amenore dan yang bersifat kontraseptif adalah karena terjadinya penekanan ovulasi(yangmenyebabkantidakadanyamenstruasi)bukankarenamenyusuiitusendiri. (AnnaGlasierdanAilsaGebbie,2005). Umumnya,paraibupascapersalinanatauibumenyusuiinginmenundakehamilan berikutnya paling sedikit 2 tahun lagi atau tak ingin tambahan anak lagi. Untuk itu, penggunaanalatkontrasepsimenjadipilihan.Pemilihanalatkontrasepsidipengaruhioleh pengetahuan yang dimiliki baik yang didapatkan dari petugas kesehatan, media massa maupun sumber informasi lainnya. (Rudy Gunawan, 2009). Laktasi dapat diandalkan sebagai kontrasepsi pada ibu menyusui sepanjang ibu tidak mengalami ovulasi. Kebanyakan, ibu-ibu yang sedang menyusui tidak akan mengalami ovulasi untuk 4-24 bulan setelah melahirkan, sedangkan ibu-ibu yang tidak menyusui dapat mengalami ovulasi sedini 1-2 bulan setelah melahirkan. (Hanafi Hartanto, 2004). Efektifitas kontrasepsilaktasi,yaitulamanyaintervalantarkelahiran,bergantungpadatingkatnutrisi ibu,intensitaspengisapan,danseberapajauhmakanantambahandiberikankedalamdiet bayi.(LeonSperoffdanPhilipDarney,2003). Sejumlah studi yang dilakukan di negara berkembang telah menguji Metode Amenore Laktasi (MAL) secara prospektif. (Perez, 1992) memperlihatkan bahwa angka kehamilan6bulankumulatifadalah0,45%.Diantarawanitayangtetapamenoreselama1 tahun (tanpa memandang apakah ia menyusui bayinya secara penuh atau parsial atau tidaksamasekali),angkakehamilanadalah1,12%(Kazi,1995).(AnnaGlasierdanAilsa Gebbie,2005). Dinegaraberkembangterutamadipedesaanwanitamenyusuibayinyauntukjangka waktuyangjauhlebihlamadanpotensimenggunakanMALjauhlebihbesardibandingkan 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
171
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
dinegara-negaramajuyangdurasirata-ratamenyusuinyalebihsingkat.Dinegaradengan metode kontrasepsi hanya tersedia sedikit, dan kontrasepsi tersebut mahal, atau yang layanan untuk penyaluran kontrasepsi masih kurang, MAL besar kemungkinannya berperanpentingdalammenjarangkanpersalinan.(AnnaGlasierdanAilsaGebbie,2005). BerdasarkanstudipendahuluanyangdilakukandiDesaJagul,KecamatanNgancar, KabupatenKediripadatanggal6-10Januari2009,didapatkandatajumlahibumenyusui bayiusia0-6bulanadalah29orang.Daridatatersebut17orangtelahmenggunakanKB hormonal(suntikdanpil),1orangmenggunakanKBIUD,1orangtelahmelakukanMOW, 7 orang tidak terdeteksi dan sisanya belum ber-KB. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui BayiUsia0-6BulantentangMetodeAmenoreLaktasi(MAL)diDesaJagul,Kecamatan Ngancar,KabupatenKediri”. METODEPENELITIAN METODEPENELITIAN Desainyangdigunakandalampenelitianiniadalahdeskriptifeksploratifyaitupeneliti inginmemaparkanataumenggambarkandengansejelas-jelasnyasesuaidengankeadaan yang ada tentang tingkat pengetahuan ibu menyusuibayi usia 0-6 bulan tentang MAL. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan di Desa Jagul, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, yaitu sejumlah 14 orang. Sampel yang diambildalampenelitianiniadalahsemuaibumenyusuibayiusia0-6bulandiDesaJagul, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri sejumlah 14 orang. Teknik Pengambilan sampelnya dengan menggunakan total sampling.Alat ukur yang dipakai adalah dengan menggunakankuesioner.Analisadatadilakukansecaradeskriptif. HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN HasilPenelitian HasilPenelitian Tabel 1 mengenai karakteristik ibu menyusui menunjukkan bahwa umur mayoritas adalah21-35tahun,pendidikanmayoritasadalahSMP,danpekerjaanmayoritasadalah iburumahtangga. Tabel1.DistribusiUmur,Pendidikan,danPekerjaanIbuMenyusui Tabel1.DistribusiUmur,Pendidikan,danPekerjaanIbuMenyusui bel1.DistribusiUmur,Pendidikan,danPekerjaanIbuMenyusui diDesaJagulKecamatanNgancarKabupatenKediri diDesaJagulKecamatanNgancarKabupatenKediri KarakteristikIbuMenyusui KarakteristikIbuMenyusui Umur : <21 tahun 21-35 tahun >35 tahun Pendidikan :SD SMP SMA Pekerjaan :Iburumahtangga Swasta Buruh tani
Frekuensi Frekuensi 1 11 2 3 7 4 9 3 2
Persentase Persentase 7,14 78,57 14,29 21,43 50,00 28,57 64,29 21,43 14,29
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 57,14% ibu menyusui memiliki pengetahuan dalam kategori cukup tentang MAL.Tingkat pengetahuan tentang pengertian MAL yang terbanyak adalah dalam kategori kurang (42,86%). Tingkat pengetahuan tentang cara kerja MALyangterbanyakadalahdalamkategorikurang(92,86%).Tingkatpengetahuan tentang efektifitasMALyang terbanyakadalah dalam kategori kurang (50,00%). Tingkat pengetahuan tentang keuntungan MAL yang terbanyak adalah dalam kategori cukup (50,00%). 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
172
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
Tabel2.DistribusiTingkatPengetahuanIbuMenyusuitentangMAL Tabel2.DistribusiTingkatPengetahuanIbuMenyusuitentangMAL diDesaJagulKecamatanNgancarKabupatenKediri diDesaJagulKecamatanNgancarKabupatenKediri MateriPengetahuan MateriPengetahuan MAL : Baik Cukup Kurang Pengertian MAL : Baik Cukup Kurang Cara kerja MAL :Baik Cukup Kurang Efektifitas MAL : Baik Cukup Kurang KeuntunganMAL :Baik Cukup Kurang
Frekuensi Frekuensi 2 8 4 3 5 6 0 1 13 5 2 7 2 7 5
Persentase Persentase 14,29 57,14 28,57 21,43 35,71 42,86 0,00 7,14 92,86 35,71 14,29 50,00 14,29 50,00 35,71
Pembahasan Pembahasan Secara umum responden yang berpengetahuan baik ada 14,29%, berpengetahuan cukup ada 57,14% responden, dan yang berpengetahuan kurang ada 28,57%. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah hasil dari ”tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan yang dimiliki seseorangdipengaruhiolehberbagaifaktor,diantaranya:pengalaman,tingkatpendidikan, keyakinan,fasilitas,penghasilan,sosialbudaya,umur,danpekerjaan. Pendidikandapatmembawawawasanataupengetahuanseseorang.Hasilpenelitian menunjukkan bahwa 50% ibu memiliki berpendidikan SMP. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang berpendidikan lebih rendah. Namun, ada juga seseorang yang berpendidikanrendahmemilikipengetahuanlebihtinggi.Tingkatpendidikanbukanlahhal mutlak yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Banyak hal yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya pengalaman, yang dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman dapat memperluas pengetahuan seseorang. Sebagai contoh, MAL adalah salah satu KB alamiah bagi ibu menyusui, secara tidak langsung ibu-ibu yang sudah berpengalaman menyusui sebelumnya, apalagi pernah menggunakanMAL,akanmemilikipengetahuanyanglebihtinggi tentangMALwalaupun tingkatpendidikanmerekalebihrendahdaripadayangbarumenyusui. Sebagian besar ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga, dengan kegiatan utama mengerjakan pekerjaan rumah ataupun mengurus anak dan mereka tidak memperoleh penghasilan sendiri. Mereka hanya memperoleh penghasilan dari suaminya yang akan digunakan untuk kebutuhan keluarga. Menurut Abdullah Ramli (2008), jika seorang ibu bekerjadi luarrumah, makaakanmendapatkankesempatanuntukmengaksesinformasi lebihluasdanbilaberpenghasilansendiriakanmampuuntukmenyediakanataumembeli fasilitas-fasilitassumberinformasi(sepertimajalah,bukubacaan,tabloid,dll).Walaupun demikian, menurut Efri Widianti, dkk (2007) penghasilan tak berpengaruh langsung terhadappengetahuanseseorang.Umurjugasangatmempengaruhipengetahuandalam hal pemahaman terhadap informasi yang ada dan semakin bertambah usia seseorang makapengetahuanjugabertambahdanmenjadimatang.(AbdullahRamli,2008).
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
173
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
Diketahui bahwa 21,43% ibu berpengetahuan baik, 35,71% responden berpengetahuan cukup, dan 42,86% responden berpengetahuan kurang tentang pengertianMAL.MenurutSuririnah(2008),MALadalahsalahsatuteknikKBalamiahyang didasarkan pada ibu memberikan ASI eksklusif akan menyebabkan tidak mendapatkan menstruasi.TingkatpengetahuanibutentangpengertianMALyangmasihkurangbaikini karenakata-kataMetodeAmenoreLaktasi(MAL)merupakanistilahbaruatauasingbagi ibu-ibu yang menyusui walaupun keadaan amenore laktasi sebenarnya dialami oleh semua ibu yang menyusui secara eksklusif. MAL merupakan salah satu KB alami dan tidak termasuk dalam program pemerintah, sehingga supaya diketahui oleh masyarakat perlu sosialisasi dari pihak-pihak terkait. Pengetahuan seseorang terhadap pengertian MAL dipengaruhi oleh daya ingat terhadap informasi yang diterima dan masih terbatas pada kemampuannya dalam menerima informasi. Ibu-ibu menyusui di Desa Jagul sebelumnya belum pernah mendapatkan informasi tentang MAL sehingga tingkat pengetahuannya tentang pengetian MAL masih kurang. Ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo(2003)bahwasebagianbesarpengetahuanmanusiadiperolehmelaluimata dan telinga. Pengetahuan yang baik dipengaruhi oleh faktor ingatan, pemahaman, dan aplikasi tentang sesuatu yang pernah dipelajari. Tingkat pengetahuan ibu tentang pengertianMALyangmasihkuranginimenyebabkantaksatupunibumenyusuidiDesa Jagul,KecamatanNgancar,KabupatenKediriyangmenggunakanKBMAL. Diketahui bahwa mayoritas responden berpengetahuan kurang tentang cara kerja MAL.PengetahuantentangcarakerjaMALmerupakantingkatpengetahuanpadatahap aplikasi,yangsulitdicapaibilapadatahaptahudanpaham belumterpenuhi.Padatahap ini seseorang harus sudah mampu untuk menggunakan/ mengaplikasikan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (Notoatmodjo, 2003). Cara kerja MAL berhubungan dengan pelepasan hormon-hormon yang diperlukan untuk merangsang ovulasi, sehingga semakin intens ibu menyusui bayinya, semakin berkurang peluang terjadiovulasi(Suririnah,2008).Penelitiberpendapatbahwakurangnyapengetahuanibu tentangcarakerjaMALdisebabkanolehkurangnyainformasi,misalnyadaripenyuluhan utamanyatentangMALdanjugaolehkurangnyapengalaman.Pengetahuantentangcara kerja MALini merupakan suatu halyangaplikatif, sehinggaperlupenjelasan/penyuluhan yangberulangdaripihakterkaitagardimengertiolehibu-ibuyangmenyusui. Diketahui bahwa 35,71% responden berpengetahuan baik, 14,29% responden, berpengetahuan cukup dan 50% responden berpengetahuan kurang tentang efektifitas MAL.UntukmemahamiefektifitasMALpalingtidakseseorangharuspernahmendapatkan informasi dengan membaca ataupun mengikuti suatu penyuluhan, tidak cukup hanya mengetahui arti MAL saja. Maka, penyuluhan tentang MAL sangat diperlukan. Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa meningkatkan pengetahuan masyarakat dapat melaluipenyuluhan.Wanitayangmenyusuibayinyasecarapenuh/hampirpenuhdantetap amenore memiliki kemungkinan kurang dari 2% untuk hamil selam 6 bulan pertama setelah melahirkan (Anna Glasier danAilsa Gebbie, 2005). Salah satusyarat agarMAL mempunyai efektifitas 98% adalah bayi tidak boleh diberi makanan tambahan sebelum usia6bulan(Saifuddin,2003).Inisulitdilakukanolehibumenyusuiterutamayangtinggal dipedesaankarenamasihbanyakanggapanbahwabilabayihanyaminumASI,bayitidak kenyang dan rewel. Di negara berkembang terutama di pedesaan biasanya wanita menyusui bayinya dalam waktu yang jauh lebih lama dan mempunyai potensi menggunakan MAL jauh lebih besar dibandingkan di negara-negara maju yang durasi rata-ratamenyusuinyalebihsingkat(AnnaGlasierdanAilsaGebbie,2005).Pengetahuan ibu menyusui tentang efektifitas MAL dipengaruhi oleh pengalaman yang dimiliki, baik pengalaman pribadi maupun dari orang lain (misalnya saling bertukar cerita tentang pengalamanmenyusui)danjugadipengaruhiolehtradisiatausosialbudayasetempat.
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
174
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
Diketahui bahwa sebagian besar ibu memiliki pengetahuan cukup tentang keuntungan MAL. Selain sebagai kontrasepsi, MAL juga mempunyai keuntungan non kontrasepsi. Keuntungan non kontrasepsi sama dengan keuntungan dari menyusui itu sendiri, jadi seharusnya semua ibu yang menyusui mengetahui hal tersebut. Namun kenyataannya tingkat pengetahuannya hanya pada kategori cukup saja. Pemahaman seseorang tentang keuntungan MAL berbeda-beda. Ibu menyusui yang paham tentang keuntungan MAL akan mampu menjelaskan secara benar tentang keuntungan yang diketahuidandapatmenginterprestasikanmateritersebutsecarabenar.Pengetahuanibu menyusui bayi usia 0-6 bulan tentang keuntungan MAL dipengaruhi oleh pengalaman yangdiperoleh,baikdaripengalamansendirimaupunoranglain.Seorangibuyangsudah pernah menggunakan KB MAL sebelumnya akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggitentangkeuntunganMALdaripadayangbelumpernahmenggunakannya.Namun, tidak hanya pengalaman saja yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Menurut Abdullah Ramli (2008) selain pengalaman, pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan, sosial budaya, umur,danjugapekerjaan. KESIMPULANDANSARAN KESIMPULANDANSARAN DANSARAN PenelitianinimenyimpulkanbahwatingkatpengetahuanibumenyusuidiDesaJagul KecamatanNgancarKabupatenKediritentangMALsebagianbesardalamkategoricukup. SelanjutnyadisarankanuntukmemberikaninformasiyangbenartentangMALkepadaibu menyusui agar meningkatkan motivasi ibu untuk mengikuti metode ini sebagai metode kontraseosi yang efektif dalam 6 bulan pertama dan juga merupakan keuntungan dari memberikanASIsecaraekslusif. DAFTARPUSTAKA DAFTARPUSTAKA Abdul Bari Saifuddin. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi . Jakarta: YayasanBinaPustakaSarwonoPrawirohardjo. Abdullah Ramli. 2008. Studi Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Pada Ibu Hamil. (http://senonipuskesmas.blogspot.com/2008/09/riset-bab-ii-gizi-ibu-hamil.html. Diakses:24Januari2009,Pukul:17.00). .2005. Panduan Bagi Bidan dan Petugas Kesehatan di Puskesmas ManajemenLaktasi .Jakarta:DirjenBinaKesehatanMasyarakat. Efri Widianti, dkk. 2007. Pengetahuan Pasien Mengenai Gangguan Psikosomatik dan PencegahannyadiPuskesmasTarogongGarut .(http://resources.unpad.ac.id./unpad Diakses:24Januari2009,Pukul:17.30). Glasier, A dan Gebbie, A. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi . Alih Bahasa:BrahmUPendit.Jakarta:EGC. HanafiHartanto.2004.KBdanKontrasepsi .Jakarta:PustakaSinarHarapan. Joice D Indarto. 2006. Joice D Indarto Pejuang KBA. (http://www.hurek.blogspot.com. Diakses:24Januari2009,Pukul:19.20). SoekidjoNotoatmodjo.2003.IlmuKesehatanMasyarakat .Jakarta:RinekaCipta. .2005.MetodologiPenelitianKesehatan .Jakarta:RinekaCipta Speroff, L dan Darney, P. 2003. Pedoman Klinis Kontrasepsi . Alih Bahasa Vivi Sadikin. Jakarta:EGC. Suheimi. 2007. Keluarga Berencana . (http: //209.85.175.132/search?q=cache: J32hWvwXjfYJ:ksuheimi.blogspot.com/Diakses:4Maret2009,Pukul:19.30). Suririnah. 2008. Kontrasepsi The Laktasional Amenorrhea Method (LAM). (http://creasoft.wordpress.com/2008/04/18/kontrasepsi-the-lactational-amenorrheamethod-lam/.Diakses:2Desember2008,Pukul:14.30). UtamiRoesli.2000.MengenalASIEksklusifSeriI .Jakarta:TrubusAgriwidya 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
175
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
GAMBARANKEPUASANBIDANYANGMENJALANKANPROGRAM GAMBARANKEPUASANBIDANYANGMENJALANKANPROGRAM JAMINANPERSALINAN(JAMPERSAL) JAMINANPERSALINAN(JAMPERSAL) DIPUSKESMASBALOWERTIDANPUSKESMASNGLETIHKOTAKEDIRI DIPUSKESMASBALOWERTIDANPUSKESMASNGLETIHKOTAKEDIRI SitiAsiyah*,Suwoyo*, ahmaElMahrunisa** SitiAsiyah*,Suwoyo*,RahmaElMahrunisa** ABSTRAK ABSTRAK Program Jaminan Persalinan merupakan suatu program yang diluncurkan oleh kementeriankesehatanIndonesiadengantujuanmeningkatnyaaksesterhadappelayanan kehamilan,persalinan,nifas,bayibarulahirdanKBpascapersalinanyangdilakukanoleh tenaga kesehatan yang kompeten dan berwenang di fasilitas kesehatan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasanbidanyangmenjalankanprogramjaminanpersalinandiPuskesmasBalowerti dan Puskesmas Ngletih Kota Kediri. Metode penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif eksploratif. Sampel adalah seluruh bidan yang menjalankan program jaminan persalinan di Puskesmas Balowerti dan Puskesmas Ngletih Kota Kediri berjumlah 40 bidan. Instrument penelitian menggunakan kuesioner minnesota. Hasil dari penelitian menunjukkan kepuasan bidan yang menjalankan program jaminan persalinan di Puskesmas Balowerti dalam kriteria cukup dengan prosentase 68,11% dan Puskesmas Ngletih juga dalam kriteria cukup dengan prosentase 57,81%. Saran kepada tempat penelitian hendaknya peralatan untuk melakukan asuhan dipenuhi sesuai dengan kebutuhan serta diberikan jaminan atas keselamatan/kesehatan. Cara kepemimpinan sebaiknyadisesuaikandengankarakteristikbidansebagaianggotanya.Selainitu,apabila ada saran dan kritik hendaknya dikelola sebaik mungkin semuanya. Dalam penyaluran insentif hendaknya diberikan secara tepat waktu dan disesuaikan dengan tingkat pendidikanterakhirnya. KataKunci:Kepuasan,JaminanPersalinan,Bidan KataKunci: *=PoliteknikKesehatanKemenkesMalang,JurusanKebidanan,ProdiKebidananKediri ** **= Alumnus Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, Jurusan Kebidanan, Prodi KebidananKediri
PENDAHULUAN PENDAHULUAN Program Jampersal merupakan suatu program yang diluncurkan oleh kementerian kesehatanIndonesiadengantujuanmeningkatnya akses terhadappelayanankehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan berwenang di fasilitas kesehatan dalam rangka menurunkanAKIdanAKB(JuknisJampersal,2012).Targetnasionalprogramjampersal adalah tercapainya program KIA yang meliputi akses pelayanan kehamilan (95%), persalinanditolongolehtenagakesehatan(90%),nifas(90%),bayibarulahir(95%)dan KB(80%).Diharapkantercapaipada2015(PWS-KIADinkesKotaKediri,2011). Berdasarkandatayangadasecaranasional,persalinanolehtenagakesehatanpada kelompoksasaranmiskin(Quintile1 )barumencapaisekitar69,3%.Sedangkanpersalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai 55,4% (Kemenkes RI, 2011). Akantetapi capaian daripersalinan ibuoleh tenaga kesehatan di JawaTimurtelahmencapai95,04% sertapenggunaKB aktifmencapai69,25% (LB3-KIA dan PWS-KIA Dinkes Jawa Timur, 2011).Begitu juga capaiandari program KIAdi Kota Kediri juga sudah memenuhi target yaitu kunjungan ibu hamil ke tenaga kesehatan (99,21%),pertolonganpersalinanolehtenagakesehatan(93,43%),persalinandi fasilitas kesehatan (93,10%) serta pelayanan ibu nifas (96,27%) (PWS-KIA Dinkes Kota Kediri, 2011). Meningkatnya capaian target menyebabkan angka kematian ibu menurun juga secara nasional, yaitu dari tahun 2008 sebesar 97/100.000 kelahiran hidup menjadi 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
176
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
87/100 87/1 00.0 .000 00 kelah elahir iran an hidu hidup p pa pada da tahu tahun n 20 2010 10 (PWS (PWS-K -KIA IA Dink Dinkes es Kota Kota Kedi Kediri ri, , 20 2011 11). ). ProgramjampersalinitelahdisahkanolehKementerianKesehatanRIsejakMaret2011, tetapi barudila baru dilaksan ksanakandi akandi KotaKedir Kota Kediri i sejak sejak bulan bulan mei2011 mei 2011kare karena na petunjuk petunjuktekni teknisnya snya sampaididinaskesehatanKotaKediripadabulanMei2011.PuskesmasKotaKediriyang memili memiliki ki ruang ruang rawat rawat inap inap ada adalah lah Puskes Puskesma mas s Ngl Ngleti etih h dan Puskes Puskesmas mas Balowe Balowerti rti dari dari 9 puskesmasyangadadiKotaKediri(YayukW,2012). DatadariBukuLaporanPersalinanPuskesmasBalowerti(2010-2012)menunjukkan bahwajumlahkunjunganpasienmeningkathampir13kalilipatsejaksebelumdiadakan programjampersal,yaitudari6ibubersalinpadaDesember2010menjadi74ibubersalin pada pa da De Dese semb mber er 20 2011 11, , pa pada daha hal l juml jumlah ah tena tenaga ga kese keseha hata tan n sert serta a alat alat kese keseha hata tan n yang yang diguna digunaka kan n unt untuk uk menolo menolong ng persal persalina inan n tidak tidak mendap mendapatk atkan an pen penam ambah bahan. an. Sement Sementara ara di Puskes Puskesmas mas Ngl Ngleti etih h tidak tidak terjad terjadi i pen penamb ambah ahan an pasien pasien bersa bersalin lin yang yang terlal terlalu u drasti drastis s yaitu yaitu padaJanuari2012seban padaJanuari2012sebanyak9pasien,Febr yak9pasien,Februari13pasien uari13pasien,Maret11 ,Maret11pasie pasien,sertaApril5 n,sertaApril5 pasien pasien. . Solusi Solusi yang yang mungki mungkin n bisa bisa dilak dilakuka ukan n antara antara lain lain de denga ngan n mengad mengadaka akan n evalu evaluasi asi tentangpenyalurandanadanpemenuhantenagakesehatansecaraberkalabaikbulanan, triwulanan, semesteran maupun tahunan oleh Pusat dan Dinas Kesehatan Provinsi/K Provinsi/Kabup abupaten/K aten/Kota ota melalui melalui kegiatan-k kegiatan-kegiat egiatan an seperti seperti pertemuan pertemuankoord koordinas inasi i (tingkat (tingkat Pusa Pusat, t, Prov Provin insi si da dan n Kabu Kabupa pate ten/ n/Ko Kota ta), ), pe peng ngol olah ahan an da dan n an anal alis isis is da data ta sert serta a supe superv rvis isi. i. (JuknisJampersal,2012),sehinggaakandiperolehtingkatkepuasanpasiendantenaga kesehatan yang menjalankan program jaminan persalinan karena kepuasan penyeleng penyelenggara gara (provider ) ) layana layanan n keseha kesehatan tan sangat sangat pen pentin ting, g, tet tetapi api kepuas kepuasan an itu sering sering terabaikanatau terabaikanataudilup dilupakan akan. . Penyelen Penyelenggara ggara layanankesehatan layanankesehatan yang frustrasidan frustrasidan kecewa kecewa atautidakpuasakanmenjadikurangproduk atautidakpuasakanmenjadikurangproduktifdankurangefisien(Pohan,2006). tifdankurangefisien(Pohan,2006). Tuju Tujuan an pe pene neli liti tian an ini ini ad adal alah ah:1 :1) ) me meng ngid iden enti tifi fika kasi si kepu kepuas asan an Bida Bidan n atas atas dime dimens nsi i pekerjaan pekerjaan dalam program program jampersal, jampersal, 2) mengident mengidentifika ifikasi si kepuasaan kepuasaan Bidan atas dimensi dimensi supervisi supervisiprogr program am jampersal, jampersal,3) 3) mengidentif mengidentifikas ikasi i kepuasaa kepuasaaBida Bidan n atasdime atas dimensi nsi gajiatau gaji atau upa up ah dalam alam prog progra ram m jam jampe pers rsal al, , 4) men eng giden identi tifi fik kasi asi kep epu uasan asan Bid Bidan atas atas dimen imensi si hubungandenganrekankerjadalampelaks hubungandenganrek ankerjadalampelaksanaaprogramjampersal. anaaprogramjampersal. METODEPENETIAN METODEPENETIAN Rancan Ranc anga gan n pe pene neli liti tian an ini ini ad adal alah ah surv survei ei de desk skri ript ptif if be beru rupa pa surv survei ei an anal alis isis is jaba jabata tan. n. Penelitian Penelitian ini menggamba menggambarkan rkan kepuasan kepuasan bidan bidan yang menjalank menjalankan an program program jampersal jampersal di PuskesmasBalowertidanPuskesmasNgletihKotaKediri.Populasipenelitianiniadalah seluruhbidandiPuskes seluruhbidandiPuskesmasBalow masBalowertidanPuskes ertidanPuskesmasNgleti masNgletihKotaKediri,denga hKotaKediri,denganbesar nbesar popu po pula lasi si 40 bida bidan. n. Pene Peneli litia tian n dila dilaks ksan anak akan an pa pada da tang tangga gal l 19 19-2 -29 9 Juni Juni 20 2012 12. . Inst Instru rume men n pengumpulandatayangdigunakanadalahkuesioner Minessota yangdisesuaikandengan yangdisesuaikandengan kond kondis isi i Pusk Puskes esma mas s Balo Balowe wert rti i da dan n Pusk Puskes esma mas s Ng Ngle leti tih. h. Kues Kuesio ione ner r be beri risi si 4 soal soal tan tanpa pa jawabanyangdiberiskor,serta16soalyangsetiapjawabanmemilikisko jawabanyangdiberiskor,serta16soalya ngsetiapjawabanmemilikiskortertentu.Semua rtertentu.Semua soalberupapertanyaantertutup.Kemudianhasiljawabanmasing-masingrespondendari semua semua pertan pertanyaa yaan n ditam ditambah bahkan kan den dengan gan menggu menggunak nakan an tab tabel el distrib distribusi usi frekuen frekuensi si yang yang ditransform ditransformasik asikan andala dalam m bentuk bentuk persentase persentase, , selanjutny selanjutnya a diinterpret diinterpretasika asikan nsesu sesuai aidenga dengan n kriteria:Tinggi(76%-100%),Cukup(56%-75%),danRendah(<55%). HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN HasilPenelitian HasilPenelitian Tabe Tabel l 1 me meny nyaj ajik ikan an kara karakt kter eris istik tik bida bidan n yang yang me menj njal alan anka kan n prog progra ram m jamp jamper ersa sal l di Puskesmas Balowerti dan Puskesmas Ngletih Kota Kediri meliputi: umur, stat tatus pernikahan,pendidikanterakhirdanlamabekerja.
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
177
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
Tabel1. TabelKarakteristikBidanyangM MenjalankanProgram enjalankanProgramJampersal Jampersal Tabel1..TabelKarakteristikBidanyang TabelKarakteristikBidanyangM enjalankanProgram diPuskesmasBalowertidanPuskesmasNgletihKotaKediri kesmasBalowertidanPuskesmasNgletihKotaKediri diPus kesmasBalowertidanPuskesmasNgletihKotaKediri KarakteristikBidan KarakteristikBidan
PuskesmasBalowerti PuskesmasBalowerti Jumlah Jumlah Prosentase Prosentase Prosentase
PuskesmasNgletih Puskesmas Ngletih PuskesmasNgletih Jumlah Jumlah Prosentase Prosentase Jumlah Prosentase
Umur Umur 18-25 thn 26-25 thn 46-59 thn StatusPernikahan StatusPernikahan Menikah Belum Menikah Janda PendidikanTerakhir PendidikanTerakhir D3 D4 S1 S2 LamaBekerja LamaBekerja < 1 tahun 1 – 5 tahun >5 tahun
7 13 2
32 59 9
7 9 2
39 50 11
17 5 -
77 23 -
14 4 -
78 22 -
19 2 1 -
86 9 5 -
16 2 -
89 11 -
2 15 5
9 68 23
2 12 4
11 67 22
Diketahuibahwasebagianbesarbidanberumur25-45tahun,denganstatuspernikahan sebagian sebagianbesa besar r telah menikah. menikah. Daritingk Dari tingkat at pendidikan pendidikan diketahuibahwa diketahuibahwa mayoritas mayoritas bidan telah menyelesaikan pendidikan D3. Untuk tuk lama bekerja ter terdapat perbandingan berimbangyaitusebagianbesarlamakerja1-5tahun. Kepuasanatasdimensipekerjaan,supervisi,gaji,danhubungandenganrekankerja disajikanpadaTabel2. Tabel2. rekuensiKepuasan idan Tabel2.Distribusi .DistribusiF DistribusiFrekuensi FrekuensiK KepuasanB epuasanBidan Bidan diPuskesmasBalowertidanPuskesmasNgletih diPuskesmasBalowertidanPuskesmasNgletih KategoriKepuasan PuskesmasBalowerti Puskesmas Ngletih KategoriKepuasan PuskesmasBalowerti i PuskesmasNgletih PuskesmasNgletih MasingMasing-MasingDimensi -MasingDimensi MasingDimensi Frekuensi Persen Persen Frekuensi Frekuensi Persen Persen Frekuensi Persen Frekuensi Persen DimensiPekerjaan : 3 14 0 0 DimensiPekerjaan : Tinggi Cukup 17 77 14 78 Rendah 2 9 4 22 DimensiSupervisi : 3 14 0 0 DimensiSupervisi : Tinggi Cukup 18 82 12 67 Rendah 1 4 6 33 DimensiGaji : 0 0 0 0 DimensiGaji : Tinggi Cukup 17 77 7 39 Rendah 5 23 11 61 DimensiHubungan : 3 14 0 0 : Tinggi denganRekanKerja Cukup 19 86 13 72 denganRekanKerja Rendah 0 0 5 28 Tingka Tingkat t kepuas kepuasan an bidan bidan berdas berdasark arkan an dimens dimensi i pekerj pekerjaan aan di Puskes Puskesmas mas Balowe Balowerti rti maupun maupun di Puskes Puskesmas mas Ngl Ngleti etih h sebagi sebagian an be besar sar dalam dalam kriter kriteria ia cukup. cukup. Tingk Tingkat at kepuas kepuasan an bidan bidan berdas berdasark arkan an dimens dimensi i super supervis visi i di kedua kedua puske puskesma smas s sebagi sebagian an besar besar juga juga dalam dalam katego kategori ri cukup. cukup. Menuru Menurut t dimens dimensi i gaji, gaji, tingka tingkat t kepua kepuasan san bidan bidan di Puskes Puskesmas mas Balowe Balowerti rti sebagian sebagian besar adalah adalah tinggi, tinggi, sedangka sedangkan n di Puskesmas Puskesmas Ngletih Ngletih dalam kategori kategori rendah. rendah. 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
178
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
Seda Sedang ngk kan me men nurut urut dime dimens nsi i hubun ung gan deng ngan an rek rekan kerj kerja, a, di ked edua ua pusk uskesm esmas sebagianbesarbidanmemilikitingkatkepua sebagianbesarbidanmemilikitingkatkepuasanyangcukup. sanyangcukup. Pembahasan Pembahasan Kepuasan Kepuasan bidan di wilayah wilayah Puskesmas Puskesmas Balowerti Balowerti menurut menurut dimensi dimensi pekerjaan pekerjaan yaitu masukdalamkategori masukdalamkategoritinggisebesar tinggisebesar14%, 14%,cuku cukupyaitusebesa pyaitusebesar77%dan r77%danrenda rendahsebesar hsebesar 9%,dandiPuskesmasNgletihadalahcukupyaitusebesar78%,rendahsebesar22%dan tinggitidakada.DiPuskesmasBalowerti,indikatorkepuasankerjaatasdimensipekerjaan yan ang g masih asih be belu lum m terp terpen enu uhi ad adal ala ah kelen elengk gkap apa an alat lat untuk ntuk pe pellaks aksana naa an asuh asuha an kebidanan, kebidanan, misalnya misalnyahanya hanya tersedia tersedia 4 partus partus set, padahal padahal dalam sehari sehari kadang-ka kadang-kadang dang terdapatlebihdari4persalinan.Selainitu,jaminanterhadapkesehatan/keselamatankerja sepertipenambahanharilibur,penambahankaryawansertatunjangankesehatanbelum bisa bisa diberi diberika kan. n. Sehing Sehingga ga tingka tingkat t kepuas kepuasan an bidan bidan yang yang menjal menjalank ankan an progra program m jamper jampersal sal sebagi sebagian an besar besar han hanya ya dalam dalam kriteri kriteria a cukup. cukup. Nam Namun, un, masih masih ada 14 14% % mencap mencapai ai kriteri kriteria a tinggidan tinggidanhany hanyasedikitdalamkatego asedikitdalamkategorirendah.Kriteri rirendah.Kriteriakepuasa akepuasantinggiinidimungki ntinggiinidimungkinkan nkan ditunjangolehketersediaannyabangunanbaruyangcukupbersih,luasdantidakterlalu bising.Karenapenataanyangtepatdanperawatanfasilit bising.Karenapenataany angtepatdanperawatanfasilitasyangbaikolehsemu asyangbaikolehsemuapihak. apihak. Di Pusk Puskes esma mas s Ng Ngle leti tih h tida tidak k ad ada a yang yang me mera rasa saka kan n kepu kepuas asan an ting tinggi gi. . Ma Masi sih h cuku cukup p besar besar persen persentas tase e tingka tingkat t kepuas kepuasan an rendah rendah (22%). (22%). Hal ini ini terjad terjadi i salah salah satuny satunya a karena karena indi indika kator tor kepu kepuas asan an dime dimens nsi i kerj kerja a be beru rupa pa kond kondis isi i ruan ruang g kerj kerja a de deng ngan an ba bang ngun unan an yang yang sudahcukuptuadanventilasiyangkurangsehinggasirkulasiudarakurangbaik.Selain itu, itu, teruta terutama ma dikel dikeluhk uhkan an karena karena pemenu pemenuhan han dari dari jamina jaminan n keseh kesehatan atan/ke /kesel selama amatan tan kerja kerja yang yang be belu lum m ma maks ksim imal al. . Jami Jamina nan n keseh esehat atan an/k /kes esel elam amat atan an ini ini me meli lipu puti ti be belu lum m ad adan anya ya penambahanhariliburdantunjangankesehatan.Tetapisudahditambahkanbidanuntuk menjalankanprogramjaminanpersalinanini. Menu Me nuru rut t Ro Robb bbin ins s (200 (2008) 8) indi indika kato tor r kepu kepuas asan an kerj kerja a atas atas dime dimens nsi i pe peke kerj rjaa aan n yaitu yaitu tersediany tersedianya aperal peralatandan atandan perlengka perlengkapanyang panyangmendu mendukung kung pekerjaan,fasilita pekerjaan,fasilitas spenun penunjang jang sepe seperti rti kama kamar r ma mand ndi, i, tem tempa pat t pa park rkir ir da dan n kanti kantin, n, kond kondis isi i ruan ruang g kerj kerja a terut terutam ama a vent ventil ilas asi i udar ud ara, a, kebe kebers rsih ihan an da dan n kebi kebisi sing ngan an, , jami jamina nan n kese keseha hata tan n atau atau kese kesela lama mata tan n kerja erja. . Bila Bila indikatortersebutdapatterpenuhimakatingkatkepuas indikatortersebutdapatterpenu himakatingkatkepuasankerjaakansemaki ankerjaakansemakintinggi. ntinggi. Berdasarkandimensisupervisi,tingkatkepuasankerjabida Berdasarkandimensisup ervisi,tingkatkepuasankerjabidandiPuskesmasBalowerti ndiPuskesmasBalowerti yang termasuk dalam kateg tegori tinggi: 14%, cukup: 82%, dan rendah: 4%, dan di PuskesmasNgletihadalahcukup:67%,rendah:33%,dantinggitidakada.DiPuskesmas Balowe Balowerti rti, , pen pengam gambil bilan an keputu keputusan san yang yang dilaku dilakukan kan oleh oleh pe pemim mimpin pin masih masih belum belum sesua sesuai i denganharapanbidan,baikdarisegikecepatandanketepatanpengambilankeputusan. Halinimungkinsalahsatunyakarenakeputusandiambiltanpamelibatkanpendapat,kritik dansarandaribidan.Ketikabidanmemberikanpendapat,saranmaupunkritik,pemimpin akan menampungn menampungnya, ya, tetapi jarang jarang dipertimban dipertimbangkan gkan untuk digunakan digunakan. . Selain Selain itu, ketika ketika terjadi terjadi permasala permasalahan han yang berkaitan berkaitan dengan dengan pelaksana pelaksanaan an program program jaminan jaminan persalina persalinan, n, pemi pe mimp mpin in ma masi sih h kura kurang ng me memb mber erik ikan an resp respon on yang yang sesu sesuai ai. . Sehi Sehing ngga ga kepu kepuas asan an bida bidan n terhadapdimensisupervisisebagianbesarmasihdalamkriteriacukup.Hanyaada1bidan dengan den gan tingka tingkat t kepuas kepuasan an rendah rendah dan terda terdapat pat 14% den dengan gan tingka tingkat t kepuas kepuasan an tinggi tinggi, , ini dilihat dari keseriusan pemimpin dalam menjalankan tug tugasnya. Beberapa bidan merasakan merasakansang sangat at puas dengan dengan pengambil pengambilan an keputusan keputusan yangdila yang dilakuka kukan n olehpemim oleh pemimpin pin secar ecara a cep cepat dan tepa tepat t saat terj terjad adii ma mas salah alah be berk rken enaa aan n de den nga gan n pro program ram jami jamin nan persalinan persalinan. . Sesuai Sesuaidenga dengan n pernyataan pernyataan Fathoni(2006), Fathoni(2006),kepu kepuasankerja asankerjakarya karyawanbanyak wanbanyak dipeng dipengaru aruhi hi sikapsikap-sik sikap ap pimpin pimpinan an dalam dalam kepemi kepemimpi mpinan nannya nya. . Partis Partisipa ipasi si kepemi kepemimpi mpinan nan memberikanpendapatnyauntukmenentukankebijaksanaanperusahaan.Kepemimpinan otoritermengakibatkankepuasankerjakaryawanmenurun. Di Puskes Puskesmas mas Ngl Ngleti etih h masih masih ad ada a kepua kepuasan san dalam dalam kriteri kriteria a rendah rendah, , dimung dimungkin kinkan kan berh be rhub ubun unga gan n de deng ngan an kara karakt kter eris isti tik k resp respon onde den n dida didasa sark rkan an pa pada da um umur ur da dan n lama lama kerj kerja. a. 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
179
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
Bidanyangmenjadirespondendenganlamakerja>5tahunsebesar22%.Sehinggapara bidan yang telah lama bekerja tersebut memiliki standart yang lebih tinggi terhadap pemimpinyangadakarenapengalaman-pengalamannyaterhadappermasalahandimasa lalu.Selainitujugadimungkinkanadanyakebosanankarenatelahlamanyabekerjatanpa adanyatambahanmotivasiyangdiberikanolehpemimpinpuskesmas.Begitujugaseperti hasilpenelitianTubbs(1992)dalamUlfa(2011)yangmenunjukkanbahwaketikaakuntan pemeriksaan menjadi lebih berpengalaman, maka auditor menjadi sadar terhadap lebih banyakkekeliruanyangterjadi,danmemilikisalahpengertianyanglebihsedikittentang kekeliruanyangterjadi.Iniberartiketikapemahamanakuntantentangpekerjaannyasudah meningkatkarenapengalaman,makakepuasankerjamerekapunmeningkat. Menurut Moenir (2008), motivasi menjadi tanggung jawab manajemen untuk menciptakan, melaksanakan dan memantau dalam organisasi kerja, sebab dengan memperhatikan sifat dasar manusia yaitu “bosan” dan “jenuh” terhadap sesuatu yang sifatnyarutin.Motivasiitupunapabilasudahlamatanpaperubahanakanmembosankan atau membuat jenuh, sehingga fungsinya berkurang. Manajerlahyang harus senantiasa membuatmotivasiituselalubaru.Hasilakhirakandiperolehpegawaidalammotivasiialah terpenuhinyakebutuhanbaikyangbersifatmateriel/nonmateriel(rewards,satisfaction ). KepuasanmenurutdimensigajidiPuskesmasBalowertisebagianbesaryaitucukup: 77% dan rendah: 23% serta tidak ada untuk kriteria tinggi. Sementara di Puskesmas Ngletihsebagianbesardalamkriteriarendah:61%,cukup:39%,dantinggitidakada.Di PuskesmasBalowerti,parabidanmerasacukuppuasdenganpemberiangajiyangsesuai denganbebankerja,insentifyangtepatwaktu,sertainsentiftambahanatasprestasiatau kerja ekstra. Tetapi untuk jumlah insentif yang diberikan, para bidan merasa kepuasaannyarendah.Iniberkaitandenganseluruhdanaklaimjampersalyangtelahcair masuk dalam kas bersama dan dikelolauntuk kepentingan bersama,sehingga mungkin inilahyangmenunjangtidakadanyakepuasanbidandalamkriteriatinggi. DiPuskesmasNgletih,sebagianbesarbidanmerasabahwaindikatorkepuasankerja atas dimensi gaji/upah masih belum sesuai dalam pelaksanaannya. Setiap dana klaim akan diberikan sebagian besar kepada bidan yang melakukan asuhan, sehingga bidan yangmelakukanasuhanpalingbanyak,akanmendapatkaninsentifyanglebihbesarpula. Ini yang menyebabkan tingkat kepuasan bidan di Puskesmas Ngletih terhadap dimensi gaji atau upah masih dalam kriteria rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Robbins (2008)indikatoruntukdimensigajiyaitujumlahgajiyangditerimadibandingkanpekerjaan yang dilakukan, sistem penggajian yang dilakukan institusi tempat bekerja, jumlah gaji yangditerima dibandingkanpendidikanterakhir,pemberian insentiftambahan atassuatu prestasiataukerjaekstra. SesuaidenganpernyataanMangkunegara(2009)bahwakompensasiyangdiberikan kepadapegawaisangatberpengaruhpadatingkatkepuasankerjadanmotivasikerjaserta hasil kerja. Bahkan Hulin (1966) dalam As'ad (2003) mengemukakan bahwa gaji merupakanfaktor utama untuk mencapai kepuasankerja. Pendapat initidak seluruhnya salah sebab dengan mendapatkan gaji ia akan dapat melangsungkan kehidupannya sehari-hari.Tetapikenyataannyagajiyangtinggitidakselalumenjadifaktorutamaunluk mencapaikepuasankerja.Kenyataanlainbanyakperusahaantelahmemberikangajiyang cukup tinggi, tetapi masih banyak karyawan yang merasa tidak puas dan tidak senang dengan pekerjaannya. Gaji hanya memberikan kepuasan sementara karena kepuasan terhadapgajisangatdipengaruhiolehkebutuhandannilaiorangyangbersangkutan Kepuasan bidan menurut dimensi hubungan dengan rekan kerja di Puskesmas Balowertiadalah14%masukdalamkategoritinggidantidakadabidanyangmasukdalam kriteriarendah.SementaradiPuskesmasNgletih28%masukdalamkriteriarendahdan tidakadabidanyangmasukdalamkriteriatinggi.DiPuskesmasBalowerti,hubunganyang baik dengan rekan kerja terbentuk dimungkinkan karena berada dalam tingkatan 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
180
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
pendidikan terakhir yang sama yaitu D3, sehingga tingkat kepuasan bidan terhadap pekerjaannya relatif tinggi, selain itu lama kerja bidan juga mempengaruhi hubungan diantara bidan. Semakin lama masa kerja bidan tersebut maka rasa kekeluargaan juga akansemakinbaik,karenatelahlamabersamadantelahmengalamimasasulitbersama. SepertihalnyayangdikemukakanolehMangkunegara(2009)bahwaadakecenderungan pegawai yang tua lebih merasa puas dari pada yang berumur relatif muda. Hal ini diasumsikan bahwa pegawai yang lebih tua lebih berpengalaman menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan, sedangkan pegawai usia muda biasanya mempunyai harapan yang ideal tentang dunia kerjanya, sehingga bila antara harapannya dengan realita kerja terdapat kesenjangan, dapat menyebabkan mereka menjadi tidak puas. Di Puskesmas Ngletih dengan adanya kriteria kepuasan rendah dimungkinkan karena separuh dari mereka masih belum dewasa (39% berada pada umur 18-25 tahun), sehinggakecenderunganmerekamemilikiemosiyangmasihbelumstabil,sangatmudah terpancingolehsituasi,yangmemungkinkanjugaterjadipersainganantarbidan.Selainitu mungkinjugakarenamasihbanyakbidanyangbelummenjadipegawainegeri,jadimasih belumrasamemilikipekerjaanyangsedangditekuni. Ukuran organisasi perusahaan (puskesmas) dapat mempengaruhi kepuasan pegawai. Hal ini karena besar kecil suatu perusahaan berhubungan pula dengan koordinasi,komunikasidanpartisipasipegawai.Hubungankepuasankerjadenganukuran organisasi adalah berbanding terbalik. Yaitu semakin tinggi kepuasan dihasilkan oleh organisasiyangkecil,begitupulasebaliknya(Mangkunegara,2009).Tingkatpendidikan yang makin tinggi juga akan berakibat pada peningkatan kemampuan karyawan untuk menunaikankewajibannya.Peningkatankemampuankaryawanberupapenampilankerja yang memuaskan, dedikasi dan loyalitas yang tinggi, produktivitas yang sesuai dengan tuntutantugasdan harapanmanagemen,tingkatkemangkiran yang rendah,kemampuan meredam keinginan pindah serta kepuasan kerja yang terlihat dari rasa memiliki perusahaan yang mendalam dan kesediaan membuat komitmen demi keberhasilan perusahaan. Karena kemampuan berpikir secara rasional juga makin tinggi, karyawan yang melanggar disiplin organisasi akan bersedia menerima sanksi disiplin sepanjang dilakukansecaramanusiawi,adil,objektifdanditempuhsecarakonsisten(Siagian,2004). Kepuasan bidan di Puskesmas Balowerti dilihat dari empat dimensi berada dalam kriteria cukup (68,11%), begitu juga di Puskesmas Ngletih (57,81%). Untuk Puskesmas Balowerti ditunjang oleh kepuasan cukup untuk setiap dimensi. Kepuasan kerja akan cenderung terus meningkat pada karyawan profesional dengan bertambahnya umur, sedangkan pada karyawan yang nonprofesional kepuasan itu merosot selama umur setengahbayadankemudiannaiklagidalamtahun-tahunberikutnya(Robbins,2008). Untuk Puskesmas Ngletih, tiga dimensi sebagian besar cukup dan satu dimensi sebagianbesarrendahyaitugaji.Karyawanyangsudahmenikahcenderunglebihmudah puasdalampekerjaandibandingkandengankaryawanyangbelummenikah.Yamshinta (1995)dalamAnggreini,menjelaskanbahwastatusperkawinanmerupakanfaktorpenting yangberpengaruhterhadapkepuasankerja(Gatot,2005).MenurutSmither(1998)dalam Suartini dan Marlina (2008) semakin lama kerja, tingkat kepuasan kerja semakin tinggi, karena semakin lama bekerja maka kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap permasalahanditempatkerjaakansemakinkuat. SIMPULANDANSARAN SIMPULANDANSARAN Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa tingkat kepuasan bidan yang menjalankanprogramjampersaldiPuskesmasBalowertidanPuskesmasNgletihyaitu:1) menurutdimensipekerjaan,supervisi,danhubungandenganrekankerja,masing-masing dalamkategoricukup,2)menurutdimensigaji,masing-masingdalamkategoricukupdan rendah,3)secarakeseluruhan,masing-masingdalamkategoricukup. 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
181
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
Selanjutnyadiajukan saran yaitu:1) hendaknya peralatanuntukmelakukan asuhan dipenuhi sesuai dengan kebutuhan, serta diberikan jaminan keselamatan/kesehatan seperti: liburan, penambahan karyawan, tunjangan kesehatan, 2) cara kepemimpinan sebaiknya disesuaikan dengan karakteristik bidan sebagai anggota, jugabila ada saran dan kritik hendaknya dikelola sebaik mungkin semuanya, 3) dalam penyaluran insentif hendaknya diberikan secara tepat waktu dan disesuaikan dengan tingkat pendidikan terakhir, 4) diharapkan dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kepuasan bidan yang menjalankanprogramjaminanpersalinan. DAFTARPUSTAKA DAFTARPUSTAKA Andini, Rita. (2006). Alalisis Pengaruh Kepuasan Gaji, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasional terhadap Turnover Intention. www.eprints.undip.ac.id/15830/1/ Rita_Andini.pdf.Diaksestanggal29Juni2012pukul11.15PM Budiarto, Eko. (2001). Biostatika untuk Kedokteran & Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Darwito. (2008). Analisa Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan. www.eprints.undip.ac.id/16933/1/Darwito.pdf.Diakses:29Juni2012pukul10.45PM DinkesKotaKediri.(2011).LaporanPWS-KIAKotaKediri2011 .Kediri:DinkesKotaKediri DinkesProvJatim.(2010).LaporanPWS-KIAProvinsiJatim .Surabaya:DinkesProvJatim Estiwidani,Dwana.(2008).KonsepKebidanan .Yogyakarta:Fitramaya Fathoni,Abdurrahmat.(2006).ManajemenSumberDayaManusia.Jakarta:RinekaCipta Gatot, Dewi Basmala. (2005). Hubungan Karakteristik Perawat, Isi Pekerjaan dan Lingkungan Pekerjaan terhadap Kepuasan Kerja Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Gunung Jati Cirebon. www.respository.ui.ac.id/dokumen/lihat/100.pdf. Diaksestanggal29Juni2012pukul11.00PM KemenkesRI.(2011).PetunjukTeknisJaminanPersalinan.Jakarta:KemenkesRI _________.(2012).PetunjukTeknisJaminanPersalinan.Jakarta:KemenkesRI Machfoedz, Ircham. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif Bidang Kesehatan,Keperawatan,Kebidanan,Kedokteran .Yogyakarta:Fitramaya Mahesa,Deewar.(2010).AnalisaPengaruh Motivasi& KepuasanKerjaterhadap Kinerja Karyawan dengan Lama Kerja sebagai Variabel Moderating. http://www.eprints. undip.ac.id/F23448/DeewarMahesa.pdf.Diakses29-06-2012,10.30PM Mangkunegara, Anwar Prabu. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan . Bandung:RemajaRosadakarya Moenir,H.A.S.(2008).ManajemenPelayananUmumdiIndonesia.Jakarta:BumiAksara Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:SalembaMedika Pohan,ImbaloS.(2006). JaminanMutuLayananKesehatanDasar-DasarPengertiandan Penerapan.Jakarta:EGC Prasetyo, Edi. (2002). Pengaruh Kepuasan dan Motivasi Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Riyadi Palace Hotel di Surakarta. www.eprints.ums.ac.id/ 151/1/Edi_Prasetyo.pdf.Diaksestanggal29Juni2012pukul10.25PM RobbinSP.danTimothyAJ.(2008).PerilakuOrganisasi.Jakarta:SalembaEmpat Siagian,SondangP.(2004).ManajemenAbad21.Jakarta:BumiAksara Siregar, Kholijah. (2006). Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kepuasan Kerja Karyawan. www.respository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1197/A06ksi.pdf. Diaksestanggal29Juni2012pukul10.15PM Suartini,Sri.(2008).HubunganFaktorDemografidanKepuasanKerjapadaProfesiDosen di Universitas Singaperbangsa Karawang. www.jurnalfeunsika.net/wpcontent/ uploads/2012/05/JURNAL.pdf.Diaksestanggal29Juni2012pukul10.40PM 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
182
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
Sugiyono.(2008).MetodePenelitianAdministrasi .Bandung:Alfabeta Suyanto,M.(2006). RevolusiOrganisasidenganMemberdayakanKecerdasanSpiritual. Yogyakarta:AndiOffset Umar,Husein.(2005). RisetSumberDayaManusiadalamOrganisasi. Jakarta:Gramedia PustakaUtama Ulfa, Maria. (2011). Perbedaan Persepsi Kepuasan Kerja Akuntansi dalam Perspektif www.eprints.undip.ac.id/28517/1/ Usia, Gender dan Pengalaman Kerja. Maria_Ulfa.pdf.Diaksestanggal29Juni2012pukul09.45PM Wawan,AdanDewiM.(2010).TeoridanPengukuranPengetahuan,SikapdanPerilaku Manusia .Yogyakarta:NuhaMedika Winarni,Yayuk.(2012).WawancaraJampersaldiKotaKediri.DinkesKotaKediri Yuniarta, Edo. (2011). Hubungan Tingkat Pendidikan Pasien terhadap Kepuasan Pemberian Informed Consent di bagian Bedah RSUP DR. Kariadi Semarang. www.eprints.undip.ac.id/32984/1/Edo_Yuniarta.pdfDiakses:29-06-2012,10.15PM
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
183
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
GAMBARANTINGKATKEPUASANIBUHAMILATASMUTUPELAYANAN GAMBARANTINGKATKEPUASANIBUHAMILATASMUTUPELAYANAN ANTENATALCAREDIPUSKESMASTAJIKARASMAGETAN ANTENATALCAREDIPUSKESMASTAJIKARASMAGETAN TutiekHerlina*,HerySumasto*,Saminten** TutiekHerlina*,HerySumasto*,Saminten** ABSTRAK ABSTRAK Pencapaian kunjugan ANC Puskesmas Taji Karas Magetan tahun 2009 baru mencapai16,52%.Hasilwawancaraterhadap5orangibuhamilyangpernahperiksake Puskesmas Taji pada kunjungan berikutnya lebih memilih ANC secara teratur di BPS, Klinikbersalin,danDokterSpesialisKebidanankarenamerekamerasalebihnyamandan lebih diperhatikan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat kepuasanibuhamilatasmutupelayananANCdiPuskesmasTaji,Karas,Magetan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dengan populasi seluruh ibu hamil yang mendapat pelayanan ANC bulan September sampai dengan Oktober 2010 sejumlah 37 dansemuanyadijadikansubyekpenelitian.Variabelpenelitianadalahtingkatkepuasan ibu hamil atas mutu pelayanan ANC di Puskesmas Taji Karas Magetan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup. Data dianalisis menggunakan importance performanceanalysis. Hasilpenelitianmenggambarkantingkatkepuasanibuhamilbedasarkan10dimensi mutu pelayanan kesehatan sebagai berikut: dimensi yang mencapai tingkat kepuasan 100%ataulebihdaridimensikompetensiteknisadalahpelayananANColehbidan100%, kemampuan petugas 104,32%, pemeriksaan laboratorium optimal 110,21%, dimensi akses adalah lokasi puskesmas strategis 118,38%, lokasi puskesmas mudah dijangkau 108%,bahasa120,49%,danbiayalayanan113,80%,dimensiefektifitasadalahkepatuhan standartlayanan102,31%,dimensiefisiensiadalahwaktutunggu115,44%,obattersedia/ tidakdipuskesmas103,20%,dimensikontinuitasadalahrekammedik106,54%,dimensi keamanan adalah efek samping 110,19%, dimensi kenyamanan adalah tersedia tempat sampah 105,34%, dimensi ketepatan waktu adalah bidan tidak menunda pelayanan 114,78%,dimensihubunganantarmanusiaadalahpenjelasan bidanjelas101,85%,mau mendengar keluhan 103,10%, petugas ramah 105,09%. Dimensi yang kurang 100% adalah dimensi informasi penjelasan sebelum dan sesudah pelayanan 99,39%, poster penyuluhan86,62%,dimensikompetensiteknispelayananolehbidanyangsama94,32%, dimensi kontinuitas rujukan 97,72%, dimensi kenyamanan toilet umum 77,30%, ruang tunggu92,13%,privasikamarperiksa87,24%,tempatparkir91,72%,dimensiketepatan waktuprosedurlayanan78,43%. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa belum semua dimensi mutu pelayanan memberikan kepuasan pada ibu hamil, sehingga disarankan kepada semua petugaskesehatanterutamabidanuntukmemberikanpenjelasansebelumdansesudah pelayanan,sertaadanyaposter-postertentangkesehatandiinstansitersebut. Katakunci:tingkatkepuasan,mutupelayanan,ANC *=PoltekkesKemenkesSurabaya,JurusanKebidanan,ProdiKebidananMagetan **=Alumnus Poltekkes Kemenkes Surabaya, Jurusan Kebidanan, Prodi Kebidanan Magetan
PENDAHULUAN PENDAHULUAN Di wilayah Puskesmas Tajiada1 orang (0,20%) meninggal saatmelahirkan (Profil Kab.Magetantahun2009).PengunjungibuhamilyangANCdiPuskesmasTajisebesar 76orang(16,52%)(RegesterKohorIbutahun2009).Hasilwawancaraterhadap5orang ibuhamil yang pernah periksa ke Puskesmas Taji kemudian kunjungan berikutnya lebih memilih ANC secara teratur di BPS, Klinik bersalin, dan Dokter Spesialis Kebidanan karena mereka merasa lebih nyaman dan lebih diperhatikan. Pelayanan ANC di 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
184
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
PuskesmasTajiantriandiloketpendaftarandandiapotiklamadansetiapibuhamilharus mengikutialurpelayananyangtelahditetapkanolehPuskesmasTaji. Mutupelayanankesehatanyangrendahakanberpengaruhpadakepuasanpasien. Kepuasanpelanggan dipengaruhi banyak faktor yaitu pendekatan dan perilakupetugas, kualitasinformasiyangditerima,prosedurperjanjian,waktutunggu,fasilitasumumyang tersedia, outcome terapi dan perawatan yang diterima (Wijono, 1999). Sebagai pemberi jasapelayanan,bidanharusmemilikiketrampilandanpengetahuanagarpelanggantetap setia, dan sudah saatnyapelayanan berkualitas menjadi keharusan bagisetiap bidan di masa mendatang dimanapun ia bekerja (Sofyan, 2005). Dalam rangka meningkatkan KunjunganibuhamildiPuskesmas,kegiatanyangsudahdilakukanadalahmeningkatkan mutu pelayanan dengan managemen yang efektif dan efisien, karena salah satu unsur keberhasilanpelayanankesehatanadalahmanagemenyangbaik(DepkesRI,2008). Tujuanpenelitianiniadalahmendeskripsikantingkatkepuasanibuhamilatasmutu pelayananANCdiPuskesmasTajikecamatanKaraskabuptenMagetan. METODEPENELITIAN METODEPENELITIAN ELITIAN Jenis penelitianiniadalahdeskriptifyang dilaksanakanpadabulanNovember2010 sampai dengan Januari 2011 di wilayah Puskesmas Taji Kecamatan Karas Kabupaten Magetan.Populasidalampenelitianiniadalahibuhamilyangsudahmendapatpelayanan ANC di Puskesmas Taji, Karas, Magetan pada bulan September dan Oktober 2010 sebanyak 37 responden, dan seluruhnya menjadi subyek penelitian. Variabel penelitian adalahtingkatkepuasanibuhamilatasmutupelayananANC.Datadiperolehdariregister kohortibutahun2010,danjawabankuesionerdariresponden. HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN 1.TingkatKepuasanpadadimensikompetensiteknis. 1.TingkatKepuasanpadadimensikompetensiteknis. Tingkat kepuasan 100% atau lebih adalah pelayanan ANC oleh bidan 100% dan kemampuanpetugas104,32%keduadimensitersebutpadakuadranIIsehinggasangat memuaskan. Menurut Pohan (2006) dimensi kompetensi teknis berhubungan dengan bagaimana pemberilayanankesehatanmengikutistandarlayanankesehatanyangtelah disepakati, yang meliputi ketepatan, kepatuhan, kebenaran dan konsistensi, mulai dari penyimpangan kecil terhadap standar layanan kesehatan, sampai pada kesalahan fatal yang dapat menurunkan layanan kesehatan dan membayakan jiwa pasien. Menurut Mochtar (2003) pelayanan ante natal harus dilaksakan tenaga profesional antara lain bidan,perawatbidan,dokterumum,dandokterspesialiskebidanan. Aspek pemeriksaan laboratorium optimal tingkat kepuasan 110,21%. berada pada kuadran III, karena kinerja masih dibawah rata-rata sehingga perlu peningkatan kinerja namun prioritasnya rendah. Tingkat kepuasan kurang dari100%padaaspek pelayanan ANColehbidanyangsama94,32%terletakpadakuadranIII.artinyapasientidakpuas. Perlupeningkatankinerjanamunprioritasyarendah. 2.Tingkatkepuasanpadadimensiakses 2.Tingkatkepuasanpadadimensiakses Tingkat kepuasan lebih 100% adalah lokasi puskesmas strategis 118,38%, mudah dijangkau 108%, berbahasadaerah120,49%,dankemampuan biaya membayarlayanan 113,80%.KeempataspekadadikuadranIVmenunjukkankinerjaminimaldipertahankan ataubilamungkinditingkatkan.MenurutPohan(2006)akses terhadappelayananartinya layanankesehatanituharusdapatdicapaiolehmasyarakat,tidakterhalangolehkeadaan geografis,sosialekonomi,organisasidanaksesgeografisdiukurdenganjarak,lamanya perjalanan,biayaperjalanan,jenistransportasi,danatauhambatanfisiklainyangdapat menghalangiseseorangmeperolehlayanankesehatan.Aksesekonomiberkaitandengan 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
185
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
kemampuan membayar biaya layanan. Akses bahasa artinya pasien harus dilayani denganmenggunakanbahasaataudialekyangdapatdipahamiolehpasien. 3.Tingkatkepuasanpadadimensie fektifitas 3.Tingkatkepuasanpadadimensiefektifitas Tingkat kepuasan mencapai 102,31%, di kuadran II, artinya sangat memuaskan. Makakinerjaharusdipertahankanbahkanditingkatkan.MenurutPohan(2006)efektifitas layanankesehatanbergantungpadabagaimanastandarlayanankesehatanitudigunakan dengantepat,konsisten,dansesuaidengansituasisetempat.Dimensiefektifitassangat berkaitan dengan dimensi kompetensi teknis, terutama dalam pemilihan alternatifdalam menghadapi relative risk dan terampil dalam mengikuti prosedur yang terdapat dalam standarlayanankesehatan.MenurutSofyan(2006)efektifitaspelayananjugamerupakan bagiandarikewajibanetiksertaprinsippokokpenerapanstandarpelayananprofesi. 4.Tingkatkepuasanpadadimensiefisiensi 4.Tingkatkepuasanpadadimensiefisiensi Tingkat kepuasan melebihi 100% adalah aspek waktu tunggu 115,44% dan obat tersedia/ tidak di puskesmas 103,20% menunjukkan pasien merasa puas. Aspek waktu tunggu di kuadran III makaperlu peningkatan kinerja namun prioritasnya rendah. Aspek obattersedia/tidakdipuskesmasdikuadranII,menunjukkankinerjapertahankanataubila mungkin ditingkatkan.Menurut Wijono (1999) efisiensi pelayanankesehatan merupakan dimensi penting dari mutu karena efisiensi mempengaruhi hasil pelayanan, apalagi sumber daya pelayanan kesehatan pada umumnya terbatas. Menurut Pohan (2006) layanan kesehatan yang efisien dapat melayani lebih banyak pasien dan masyarakat. Layana kesehatan yang tidak efisien umumnya berbiaya mahal, kurang nyaman bagi pasien,memerlukanwaktulama,danmenimbulkanresikolebihbesarpadapasien. 5. 5.Tingkatkepuasanpadadimensikontinuitas Tingkatkepuasanpadadimensikontinuitas Tingkatkepuasanpadadimensikontinuitas Tingkatkepuasan melebihi100%adalahrekammedikakuratdanlengkap106,54% berada pada kuadran II, menunjukkan kinerja pertahankan atau ditingkatkan. Dimensi kontinuitastingkatkepuasankurangseratuspersenadalahaspekrujukantepatwaktudan cepattempat97,72%namunhasilkinerjadiatasrata-ratasehinggaberadapadakuadran II, menunjukkan kinerja pertahankan. Menurut Pohan (2006) dimensi kontinuitas artinya pasienharusdilayanisesuaikebutuhan.MenurutAnonim(2010)rekammedikyangakurat danlengkapsangatpentingbaikbagipenyelengaralayanankesehatan(puskesmas)juga bagipasienkarenariwayatpemeriksaan,penyakityangdiderita serta pengobatansangat diperlukan untuk diagnosadan terapi selanjutnya.Bagi penyelengaralayanankesehatan dapat melindungi dari kemungkinan timbulnya gugatan hukum. Untuk mencegah kemungkinangugatanhukumkarenaketidakpuasanterhadappelayanankesehatanperlu diselenggarakanpelayanankesehatanyangsebaik-baiknyaatauprogrammenjagamutu. 6.Tingkatkepuasanpadadimensikeamanan 6.Tingkatkepuasanpadadimensikeamanan Tingkat kepuasan mencapai 101,19% dan berada pada kuadran II, menunjukkan kinerja pertahankan atau lebih ditingkatkan. Dimensi keamanan misalnya sterilitas terjamin,tersedia safetyboxberartimengurangiresikocidera,infeksi,efek samping,dan bahaya lain yang berkaitan dengan pelayanan. Keamanan melibatkan petugas dan pasien. Hal itu sesuai dengan Pohan (2006) Dimensi keamanan maksudnya layanan kesehatanharusaman,baikbagipasienpemberilayananmaupunmasyarakatsekitarnya. 7.TingkatKepuasanpadaDimensiKenyamanan 7.TingkatKepuasanpadaDimensiKenyamanan Tingkatkepuasandiatas100%adalahaspektersediatempatpembuangansampah 105,34%, di kuadran III, maka kinerja perlu ditingkatkan namun prioritasnya rendah. 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
186
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
Tingkat kepuasan kurang 100% adalah toilet umum 77,30%, di kuadran I, maka kinerja harus ditingkatkan dan menjadi prioritas utama. Ruang tunggu 92,13%, privasi kamar periksa 87,24%, tempat parkir 91,72%, dan ketiganya dikuadran III, maka kinerja perlu ditingkatkan namun prioritasnya rendah. Menurut Pohan (2006) kenyamanan atau kenikmatan dapat menimbulkan kepercayaan pasien kepada organisasi layanan kesehatan. Menurur Sofyan (2006) menyelenggarakan suatu pelayanan yang nyaman adalahsalahsatudarikewajibanetikuntukterselenggaranyapelayananyangberkualitas. 8.Tingkatkepuasanpadadimensiinformasi 8.Tingkatkepuasanpadadimensiinformasi Tingkat kepuasan kurang 100% adalah aspek sebelum dan sesudah pelayanan diberikanpenjelasan 99,39% artinya pasien tidakpuas, namun penilaian hasil kinerja di atasrata-ratasehinggaterletakpadakuadranII,menunjukkankinerjapertahankan.Aspek posterpenyuluhankesehatanoptimaltingkatkepuasan86,62%,dikuadranI,makakinerja harus ditingkatkan danmenjadi prioritasutama. Menurut Pohan (2006) informasi sangat penting pada tingkat puskesmas dan rumah sakit, karena layanan yang bermutu harus mampu memberikan informasi yang jelas tentang prosedur, ada poster penyuluhan kesehatan,petunjukarah,namaruangan,informasibiayalayanan,waktubukadantutup. 9.Tingkatkepuasanpadadimensiketepatanwaktu 9.Tingkatkepuasanpadadimensiketepatanwaktu Tingkat kepuasan lebih 100% adalah aspek bidan tidak menunda pelayanan 114,78%, di kuadran II, maka kinerja pertahankan. Kepuasan kurang 100% adalah prosedur layanan 78,43%, di kuadran I, maka kinerja harus ditingkatkan dan menjadi prioritasutama.MenurutPohan(2006)ketepatanwaktuagarberhasil,layanankesehatan harusdilakukandalamwaktudancarayangtepat,olehpemberilayananyangtepat. 10.TingkatkepuasanpadadimensiHubungan 10.TingkatkepuasanpadadimensiHubungan Tingkat kepuasan di atas 100% adalah aspek penjelasan bidan mudah dimengerti 101,85%, mendengarkan keluhan 103,10%, selalu ramah dan sopan 105,09%. Ketiga aspek adadikuadranII,makakinerjapertahankanatauditingkatkan.Aspekmemberikan kesempatan bertanya 102,72%, di kuadran III, maka kinerja perlu ditingkatkan namun prioritasnya rendah. Menurut Pohan (2006) hubungan antar manusia yang baik menimbulkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara saling menghargai, menjaga rahasia,salingmenghormati,responsif,memberiperhatiandll.Dimensikenyamanantidak berpengaruh langsung dengan efektifitas layanan kesehatan, tetapi mempengaruhi kepuasanpasiensehinggamendorongpasienuntukdatangkembaliketempattersebut. KESIMPULANDANSARAN KESIMPULANDANSARAN Kesimpulan Kesimpulan 1. Pada dimensi kompetensi teknis, tingkat kepuasan 100% atau lebih adalah aspek pelayanan ANC oleh bidan, kemampuan petugas, dan pemeriksaan laboratorium optimal.Artinyapasienpuasterhadaplayanan.Sedangkantingkatkepuasankurang 100%padaaspekpelayananANColehbidanyangsama artinyatimbulkekecewaan ataupasientidakpuas. 2. Pada dimensi akses, tingkat kepuasan >100% adalah aspek lokasi puskesmas strategis,mudahdijangkau,menggunakanbahasadaerahsetempat,dankemampuan biayamembayarlayanan,artinyapasienpuasataslayanan. 3. Padadimensiefektifitas,pasienpuasterhadaplayanan. 4. Padadimensiefisiensi,tingkatkepuasanmelebihi100%adalahaspekwaktutunggu danobattersedia/tidakdipuskesmasmenunjukkanpasienpuasterhadaplayanan.
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
187
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
5. Padadimensikontinuitas,tingkatkepuasanmelebihi100%adalahrekammedikakurat dan lengkap menunjukkan pasien puas sedangkan tingkat kepuasan kurang 100% adalahaspekrujukantepatwaktudancepattempatmenunjukkanpasientidakpuas. 6. Padadimensikeamanan,pasienpuasterhadaplayananyangditerimanya. 7. Pada dimensi kenyamanan, tingkat kepuasan diatas 100% adalah aspek tersedia tempat pembuangan sampah menunjukkan pasien puas terhadap layanan yang diterimanya. Sedangkan tingkat kepuasan kurang 100% adalah toilet umum, ruang tunggu,privasikamarperiksa,tempatparkir,menunjukkanpasientidakpuas. 8. Pada dimensi informasi, tingkat kepuasan pada aspek sebelum dan sesudah pelayanan diberikan penjelasan dan poster penyuluhan kesehatan optimal menunjukkanpasientidakpuas. 9. Pada dimensi ketepatan waktu, tingkat kepuasan pada aspek bidan tidak menunda pelayananmenunjukkanpasienpuasterhadaplayananyangditerimanya.Sedangkan tingkatkepuasanpadaprosedurlayananmenunjukkanpasientidakpuas 10. PadadimensiHAM,tingkatkepuasanaspekpenjelasanbidanmudahdimengerti,mau mendengarkankeluhan,petugasramah,menunjukkanpasienpuasterhadaplayanan. Saran Saran Sebagai pemberi jasa pelayanan seorang bidan harus memiliki ketrampilan dan pengetahuan agar pelanggan tetap setia, dan sudah saatnya pelayanan berkualitas menjadikeharusanbagisetiapbidandimasamendatangdimanapuniabekerja. DAFTARPUSTAKA DAFTARPUSTAKA Anonim,2008.ModulPeningkatanKinerjaPuskesmas ,Magelang:DepkesRI ______,2010.Makalah Konsep Dasar Mutu Pelayanan. http://diarl3=midyuin08. blogspot.comdiaksestanggal15oktober2010 AndhiniAmaliafitri,2010. WaspadaiAngkaKematianIbuDiIndonesia .www.Flyfreedfor Healthcom.Diaksestanggal20Oktober2010-10-24 Arikunto,Suharsimi.2006.ProsedurPenelitian .Jakarta:RinekaCipta Gaspersz, Vincent. 2001. Metode Analisis Untuk Peningkatan Kualitas . Jakarta: PT . GramediaPustakaUtama ______, 2006. TotalQualityManagemenuntukPraktisiBisnisdanIndustri .Jakarta:PT. GramediaUtamaPustaka NotoatmodjoSoekidjo,2005. MetodologiPenelitianKesehatan .EdisiKedua.Jakarta:PT. RinekaCipta Nursalam. 2001. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan . Edisi Pertama.Jakarta:SalembaMedika ______,2009.KonsepdanPenerapanMetodologiPenelitianIlmuKeperawatan Edisi2.Jakarta:SalembaMedika PohanIS.2006.JaminanMutuLayananKesehatan.Jakarta:EGC Rangkuti, Freddy. 2002. Tehnik Mengukur dan Strategi meningkatkan Kepuasan Pelanggan .Jakarta:GramediaPustakaUtama Riduwan,2004.Metode&TeknikMenyusunTeses .AlfabetaBandung. Suprapto,J.2001.PengukuranPenelitianKesehatan .Jakarta:RinekaCipta SimamoraB.2001.RemarketingForBusinesRecovery.Jakarta:GramediPustakaUtama Sofyan,Mustika.2006.BidanMenyongsongMasaDepan .CetakanV.Jakarta:PPIBI Sugiono,2002.StatistikUntukPenelitian .Bandung:CV.Alfabeta Saifuddin.2006.PelayananKesehatanMaternalDanNeonatal.Jakarta:JNPKKR–POGI Saputra.2010.AnteNatalCareblog.frendster.com/36/,diaksestanggal25Oktober2010 Tjiptono,fandy,2007.Manajemenjasa edisiIV.Yogyakarta:Andi ______,2003.Prinsip-prinsipTGSedisiIII 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
188
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
HUBUNGANANTARAPENGETAHUAN, HUBUNGANANTARAPENGETAHUAN,SIKAPPENDERITA SIKAPPENDERITA PENDERITA DANTINDAKAN DANTINDAKANPETUGASKESEHATANDENGANKEJADIANTBPARU TINDAKANPETUGASKESEHATANDENGANKEJADIANTBPARU PETUGASKESEHATANDENGANKEJADIANTBPARU DIWILAYAH KERJAPUSKESMASSIMPANGKATISKABUPATENBANGKATENGAH DIWILAYAHKERJAPUSKESMASSIMPANGKATISKABUPATENBANGKATENGAH DedekSutinbuk* DedekSutinbuk* ABSTRAK ABSTRAK TuberkulosisadalahpenyakitmenularyangdisebabkanolehkumanMycobacterium Tuberculosa, yang menyerang organ terutama paru yang sering disebut TB Paru. Di wilayahkerjaPuskesmasSimpangkatispadatahun2009ditemukankasusTBParuBTA (+) sebanyak 45 orang (16,01%), tahun 2010 sebanyak 45 orang (15,74%), dan tahun 2011 sebanyak 51 orang (17,23%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antarapengetahuan,sikappenderitadantindakanpetugaskesehatandengankejadianTB ParudiwilayahkerjaPuskesmasSimpangkatisKabupatenBangkaTengahTahun2011. Jenis penelitian yang digunakan case control dengan jumlah kasus 51 dan kontrol 102.PenelitiandilakukandiPuskesmasSimpangkatisKabupatenBangkaTengahdengan populasikasusyaitumerekayangmenderitaTBParuBTA(+)danpopulasikontrolyaitu pasien yang datang berkunjung ke Puskesmas Simpangkatis yang belum pernah menderitaTBParuBTA(-). Hasilpenelitianiniterdapathubunganyangbermaknaantarapengetahuanpenderita dengan(p=0,001)dan(OR=3,510),sikappenderitadengan(p=0,000)dan(OR=6,985) dantindakanpetugaskesehatandengan(p=0,001)dan(OR=3,272)dengankejadianTB Parudi wilayahkerjaPuskesmas SimpangkatisKabupatenBangkaTengahTahun2011. Oleh karena itu, disarankan agar petugas kesehatan meningkatkan penyuluhan tentang TB Paru dan diharapkan mampu meningkatkan motivasi masyarakat untuk berperilaku hidupbersihdansehat. Katakunci:TBParu,pengetahuan,sikap,tindakan,petugaskesehatan Katakunci: *=StikesAbdiNusaPangkalpinang
PENDAHULUAN PENDAHULUAN MenurutdataDinkesProv.KepulauanBangkaBelitungtahun2009,ditemukan821 orang dengan BTA positif. Tahun 2010 ditemukan 958 orang dengan BTA positif. Pada tahun 2011 ditemukan kasus sebanyak 955 orang dengan BTA positif. Sementara itu, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Bangka Tengah pada tahun 2009 ditemukan sebanyak201kasusbarudenganBTApositif.Tahun2010ditemukan221kasusdengan BTApositifdanpadatahun2011ditemukan218kasusdenganBTApositif. Berikut adalah data dari setiap Puskesmas dari tahun 2009-2011. Di Puskesmas Koba ditemukan kasus TB Paru dengan BTA positif sebanyak 40 (16,09%) pada tahun 2009, 47 (18,4%) pada tahun 2010, dan 38 (16,2%) pada tahun 2011. Di Puskesmas Pangkalan Baru ditemukan kasus TB Paru dengan BTA positif sebanyak 37 orang (11,04%)padatahun2009,38orang(10,8%)padatahun2010,dan35orang(9,7%)pada tahun 2011. Di Puskesmas Benteng ditemukan kasus TB Paru dengan BTA positif sebanyak19orang(8,03%)padatahun2009,23orang(7,3%)padatahun2010,dan21 orang(7,08%)padatahun2011.DiPuskesmasSimpangkatisditemukankasusTBParu dengan BTA positif sebanyak 45 orang (16,01%) pada tahun 2009, 45 orang (15,74%) padatahun2010,dan51orang(17,23%)padatahun2011.DiPuskesmasSungaiselan ditemukan kasus TB Paru dengan BTA positif sebanyak 11 orang (8,12%) pada tahun 2009, 13 orang (7,93%) pada tahun 2010, dan 17 orang (9,22%) pada tahun 2011. Di Puskesmas Namang ditemukan kasus TB Paru dengan BTA positif sebanyak 21 orang (6,79%)padatahun2009,29orang(8,02%)padatahun2010,dan27orang(7,4%)pada tahun 2011. Di Puskesmas Lubuk Besar ditemukan kasus TB Paru dengan BTA positif 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
189
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
sebanyak28orang(7,22%)padatahun2009,26orang(6,87%)padatahun2010,dan29 orang(7,17%)padatahun2011. Berdasarkan data dari tujuh Puskesmas, terbanyak terdapat di Puskesmas Simpangkatisyangmanapadatahun2009ditemukankasussebanyak45orangTBParu dengan BTA positif, pada tahun 2010 ditemukan kasus sebanyak 45 orang TB Paru dengan BTA positif dan pada tahun2011meningkat menjadi 51orang TBParudengan BTApositif.(LaporanTBparuPuskesmasSimpangkatis,2011). KejadiankasusTBParusangatterkaitdenganfaktorperilaku.Faktorperilakusangat berpengaruhpadakesembuhandanpencegahandariinfeksikumanTBParu.Dimulaidari perilakuhidupsehat(makanmakananyangbergizidanseimbang,istirahatyangcukup, olahraga teratur, menghindari rokok, alkohol, obat bius, hindari stres), memberikan vaksinasidanimunisasibaikpadabayi,balita,maupunorangdewasa(Mustangin,2008). METODEPENELITIAN METODEPENELITIAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain kasus kontrol, dengan tujuan menganalisis apakah ada hubungan antar variabel-variabel yang diteliti dengan kejadian TB Paru sebagai variabel dependen dan faktor risiko sebagai variabel independen. HASILPENELITIAN HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN PENELITIANDANPEMBAHASAN DANPEMBAHASAN HasilPenelitian HasilPenelitian JumlahPenderitaTB ParuBTA(+)diWilayahKerjaPuskesmasSimpangkatisKab. BangkaTengahdaritahun2009s/d2010jumlahnyatetap,sedangkanpadatahun2011 adapeningkatanjumlahpenderitaTBParuBTA(+)sebanyak51kasus(Tabel1). Tabel1 .JumlahPenderitaTBParuBTA(+) JumlahPenderitaTBParuBTA(+) Tabel1. JumlahPenderitaTBParuBTA(+) diWilayahKerja PuskesmasSimpangkatisKab.BangkaTengahTahun2009s/d2011 Kab.BangkaTengahTahun2009s/d2011 diWilayahKerjaPuskesmasSimpangkatis No No 1. 2. 3.
TBParuBTA(+) TB Paru BTA (+) TBParuBTA(+) Tahun2009 Tahun2010 Tahun2011
Jumlah Jumlah 45 45 51
Dalampenelitianinijumlahkasusdankontrolberbeda.Perbandinganantarakasus dankontroladalah1:2.KasusadalahpenderitaTBParuBTA(+)tahun2011sebanyak51 orang dan kontrol adalah suspek TB Paru tahun 2011 sebanyak 102 orang, jadi besar sampeladalah153orang(Tabel2). Tabel2 .JumlahKasusTBParuBTA(+) JumlahKasusTBParuBTA(+)danKontrol Tabel2. JumlahKasusTBParuBTA(+)danKontrol danKontrol diWilayahKerjaPuskesmasSimpangkatis Tahun2011 diWilayahKerjaPuskesmasSimpangkatisKabupatenBangkaTengah KerjaPuskesmasSimpangkatisKabupatenBangkaTengah KabupatenBangkaTengahTahun2011 No No 1. 2.
TBParuBTA(+) TB Paru BTA (+) TBParuBTA(+) Kasus Kontrol Jumlah
Jumlah Jumlah 51 102 153
Persentase(%) Persentase (%) Persentase(%) 33,3 66,7 100
Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan dan sikap responden adalah hampir berimbang antara kategori baik dan kurang baik (Tabel 3 dan Tabel 4). Untuk tindakan petugas,sebagianbesardalamkategoribaik(Tabel5). Sedangkan hasil analisisbivariat berupaujiChisquareα=0,05danORdisajikanpadaTabel6.
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
190
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
Tabel3 .DistribusiFrekuensiTingkatPengetahuan DistribusiFrekuensiTingkatPengetahuan RespondenPenelitian Tabel3. DistribusiFrekuensiTingkatPengetahuanRespondenPenelitian diWilayahKerjaPuskesmasSimpangkatis iWilayahKerjaPuskesmasSimpangkatisKabupatenBangkaTengah KabupatenBangkaTengah Tahun2011 Tahun 2011 Tahun2011 No No 1. 2.
KejadianTBParu KejadianTBParu KurangBaik Baik Jumlah
Jumlah Jumlah 68 85 153
Persentase(%) Persentase (%) Persentase(%) 44,4 55,6 100
Tabel4 .DistribusiFrekuensiRespondenBerdasarkanSikap DistribusiFrekuensiRespondenBerdasarkanSikapPenderita Tabel4. DistribusiFrekuensiRespondenBerdasarkanSikapPenderita Penderita diWilayahKerja iWilayahKerjaPuskesmasSimpangkatis PuskesmasSimpangkatisKabupatenBangkaTengah KabupatenBangkaTengahTahun2011 Tahun2011 No No 1. 2.
KejadianTBParu KejadianTBParu KurangBaik Baik Jumlah
Jumlah Jumlah 65 88 153
Persentase(%) Persentase (%) Persentase(%) 42,5 57,5 100
Tabel5. Tabel5.DistribusiFrekuensiRespondenBerdasarkan .DistribusiFrekuensiRespondenBerdasarkanTindakan DistribusiFrekuensiRespondenBerdasarkanTindakanPetugasKesehatan TindakanPetugasKesehatan PetugasKesehatan diWilayahKerjaPuskesmasSimpangkatis diWilayahKerjaPuskesmasSimpangkatis KerjaPuskesmasSimpangkatisKabupatenBangkaTengahTahun2011 KabupatenBangkaTengahTahun2011 No No 1. 2.
KejadianTBParu KejadianTBParu KurangBaik Baik Jumlah
Jumlah Jumlah 61 92 153
Persentase(%) Persentase (%) Persentase(%) 39,9 60,1 100
Tabel6 Tabel6. SikapPenderita Penderitadan 6.Hubungan .HubunganAntara HubunganAntaraPengetahuan, AntaraPengetahuan, Pengetahuan,Sikap Penderitadan dan TindakanPetugas TindakanPetugasK PetugasKesehatanDenganKejadian esehatanDenganKejadianTuberkulosisParu KejadianTuberkulosisParu TuberkulosisParu diWilayahKerjaPuskesmas iWilayahKerjaPuskesmasSimpangkat Simpangkatis SimpangkatisKabupatenBangkaTengahTahun2011 isKabupatenBangkaTengahTahun2011 KabupatenBangkaTengahTahun2011 No
Variabel Variabel
1 Pengetahuan -KurangBaik -Baik 2 SikapPenderita KurangBaik Baik 3 TindakanPetugas KurangBaik Baik
∑Kasus ∑Kasus n %
∑Kontrol ∑ Kontrol ∑Kontrol n %
Total Total n %
Nilai Nilai p p
OR OR (95%CI) (95%CI)
33 18
64,7 35,3
35 67
34,3 68 44,4 0,001 65,7 85 55,6
37 14
72,5 27,5
28 74
27,5 65 42,5 0,000 6,985 72,5 88 57,5 (3,289-14,834)
30 21
58,8 41,2
31 71
30,4 61 39,9 0,001 69,6 92 60,1
3,510 (1,,734-7,102)
3,272 (1,626-6,584)
Pembahasan Pembahasan
Pada Tabel 6 terlihat proporsi responden yang pengetahuannya kurang baik lebih banyak pada kelompok kasus yang berjumlah 33 orang dengan persentase (64,7%) dibandingkan dengan kontrol yang berjumlah 35 orang dengan persentase (34,3%), sedangkanproporsirespondenyangpengetahuannyabaikpadakasusyangberjumlah18 orangdenganpersentase(35,3%)lebihkecildibandingkandengankontrolyangberjumlah 67 orang dengan persentase (65,7%). Dari hasil uji Chi square nilai p = 0,001 berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan penderita dengan kejadian TB Paru.Pengetahuan (knowledge) adalahmerupakanhasildaritahu,daniniterjadisetelah orangmelakukanpengindraanterhadapsuatuobjektertentu.Pengindraanterjadimelalui pancaindramanusia,yakniindrapenglihatan,pendengaran,penciuman,rasa,dan,raba. Sebagianbesar pengetahuan manusia diperolehmelalui matadantelinga. Darihasil uji Chisquare nilaip = 0,001berartiterdapathubunganyangbermaknaantarapengetahuan 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
191
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
penderita dengan kejadian TB Paru. Hasil analisis lebih lanjut didapat nilai Odds Ratio (OR)sebesar3,510haliniberartibahwakasusdankontrolyangpengetahuannyakurang baik berisiko 3,510 kali lebih tinggi untuk menderita TB Paru dibandingkan yang pengetahuannyabaik. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suprapto (2007) di KabupatenKarobahwaadahubunganantarapengetahuandengankejadianTBParu.Hal ini diperkuatolehdatapengetahuan responden yang belum mengetahui carapenularan penyakitTBParudanmediapenularankumantuberkulosis.Darihasilpenelitianyangdi lakukan, didapatkan bahwa pengetahuan penderita masih rendah atau kurang baik, merekakebanyakantidaktahuapaituTBparu,gejalanyasepertiapa,apadampakyang dapat ditimbulkan, apakah penyakit tersebut bisa menular apa tidak, serta mereka juga tidak tahu bagaimana cara penanganan atau pencegahan penyakit tersebut. Ketidaktahuan penderita mengenai TB Paru dikarenakan kurangnya penyuluhan yang seharusnyadilakukanolehpetugaskesehatandanjikapunadapenyuluhan,adasebagian darimasyarakatyangtidakmaudatangmengikutipenyuluhan. Pada Tabel 6 terlihat proporsi responden yang sikapnya kurang baik lebih banyak padakelompokkasusyangberjumlah37orangdenganpersentase(72,5%)dibandingkan dengankontrolyangberjumlah28orangdenganpersentase(27,5%),sedangkanproporsi respondenyangsikapnyabaikpadakasusyangberjumlah14orangdenganpersentase (27,5%) lebih kecil dibandingkan dengan kontrol yang berjumlah 74 orang dengan persentase (72,5%). Dari hasil uji Chi square nilai p = 0,000 berarti terdapat hubungan yangbermaknaantarasikappenderitadengankejadianTBParu. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatustimulusatauobjek,sikapmerupakankesiapanataukesadaranuntukbertindakdan belum merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan tindakan atau aktifitas,akantetapipredisposisitindakansuatuperilaku.Dalampembentukansikapyang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting, dengan sikap yang positif seseorang akan berpikir dan berusaha untuk mencegah agar dirinya tidakmenderitaTBParusetelahmengetahui(setelahdiberikanpengetahuan)mengenai akibatdaripenyakitTBParu(Sagie,2009). Dari hasiluji Chi square nilai p = 0,000 berarti terdapat hubunganyang bermakna antara sikap penderita dengan kejadian TB Paru.Hasil analisislebih lanjut didapat nilai Odds Ratio (OR) sebesar 6,985, hal ini berarti bahwa kasus dan kontrol yang sikapnya kurang baik berisiko 6,985kali lebihtinggi untuk menderita TBParu dibandingkan yang sikapnya baik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang menyatakanbahwasikapmerupakanfaktoryangpentingdalamkesehatankarenaakan mempengaruhi seseorang dalam bertindak. Intervensi dalam rangka mengubah sikap masyarakat yang kurang mendukung menjadi sikap yang mendukung dapat dilakukan sejalan dengan upaya peningkatan pengetahuan masyarakat melalui media penyuluhan (promosikesehatan)yangmelibatkanperansertaaktifmasyarakat. HalinisejalandenganpenelitianTobing(2009),diKabupatenTapanuliUtarabahwa adahubunganantarasikapdengankejadianTBParu.SikapmasyarakatdiTapanuliUtara yangmenganggapbahwaapabilaadaorangyangterkenapenyakitTBParumerupakan penyakitturunan(genetik),penyakityangmemalukan,danpenyakityangdisebabkanoleh guna-guna. Dari hasil penelitian yang dilakukan, masih banyak yang beranggapan bahwa penyakit TB paru adalah penyakit menular seperti halnya bersin sehingga penderitanya harusdijauhi,tetapiadajugayangberanggapanpenyakitTBparusebagaipenyakityang biasa-biasa saja dantidak perlu di waspadai, sehinggamemungkinkan kontak langsung antara penderita dengan tertular terbuka, tanpa ada usaha bagi tertular untuk menutup hidungataumulutnya. 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
192
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
PadaTabel6terlihatproporsipetugaskesehatanyangtindakannyakurangbaiklebih banyak pada kelompok kasus yang berjumlah 30 orang dengan persentase (58,8%) dibandingkan dengan kontrol yang berjumlah 31 orang dengan persentase (30,4%), sedangkanproporsipetugaskesehatanyangtindakannyabaikpadakasusyangberjumlah 21 orang dengan persentase (41,2%) lebih kecil dibandingkan dengan kontrol yang berjumlah71orangdenganpersentase(69,6%).DarihasilujiChisquare nilai p =0,001 berarti terdapat hubungan yang bermakna antara tindakan petugas kesehatan dengan kejadianTBParu. Berdasarkan segi biologis, tindakan adalah suatu kegiatan atau aktivitas organism (makhlukhidup)yangbersangkutan.Olehsebabitu,darisudutpandangbiologissemua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu bertindak,karenamereka mempunyai aktivitasmasing-masing.Sehinggayangdimaksud dengantindakanmanusia,padahakikatnyaadalahtindakanatauaktivitasdarimanusiaitu sendiriyangmempunyaibentangansangatluasantaralain:berjalan,berbicara,menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud tindakan (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati olehpihakluar(Notoatmodjo,2007). Dari hasiluji Chi square nilai p = 0,001 berarti terdapat hubunganyang bermakna antara tindakan petugas kesehatan dengan kejadian TB Paru.Hasil analisislebih lanjut didapatnilai OddsRatio (OR)sebesar3,272,haliniberartibahwakasusdankontrolyang tindakannya kurang baik berisiko 3,272 kali lebih tinggi untuk menderita TB Paru dibandingkanyangtindakannyabaik. Hal ini sejalan dengan pendapat Ismail Ahmad (2010) yang menyatakan bahwa penularanTBParuberkaitandengantindakansepertiapakahpetugaskesehatanpernah menjelaskan untuk menutup mulut saat batuk atau bersin serta menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang. Menurut Depkes RI (2008) bahwa tindakan petugas kesehatan sangat mempengaruhi kesembuhan dan kepuasan pasien, diantaranyamenghargaikeluhanpasiendengankebaikan.Penelitianyangdilakukanoleh Winarso (2010) menyatakan bahwa ada hubungan antara tindakan petugas kesehatan dengan kejadian TB Paru. Tindakan sebagian petugas kesehatan di Puskesmas II PurwokertoTimurjugabelum mempunyai kebiasaan yang baik yaitu,petugaskesehatan tidak pernah memberikan peyuluhan tentang bahayanya penyakit TB Paru dan petugas kesehatantidakpernahmemberikanpenjelasan kepadarespondenuntukmenutup mulut padasaatbatukdanbersin-bersin.HalinijugasejalandenganpenelitianNiko(2010)di Puskesmas Mentok Kabupaten Bangka Barat, bahwa ada hubungan yang bermakna antaratindakanpetugaskesehatandengankejadianTBParu. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, didapatkan bahwa petugas kesehatan yangmemilkitindakanyangkurangbaikakanlebihmudahuntukrespondenmengalami kejadian penyakit TB Paru dibandingkan dengan petugas kesehatan yang memiliki tindakanyangbaikterhadapresponden.Halini dikarenakantindakan petugaskesehatan tidakpernahmemberikanpenyuluhanatausosialisaitentangbahayanyapenyakitTBParu dan petugas kesehatan tidak pernah untuk memberikan penjelasan kepada responden untuk menutup mulut pada saat batuk dan bersin, selain beberapa alasan di atas kurangnyakunjunganrumahdalamfasepengobatanyangseharusnyadilakukanpetugas kesehatan,halinijugamempengaruhitingginyapenyakitTBParu. SIMPULANDANSARAN SIMPULANDANSARAN DANSARAN Simpulanpenelitianadalah: 1. AdahubunganyangbermaknaantarapengetahuanpenderitadengankejadianTBParu 2. AdahubunganyangbermaknaantarasikappenderitadengankejadianTBParu 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
193
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
3. AdahubunganyangbermaknaantaratindakanpetugaskesehatandengankejadianTB Paru 4. FaktoryangpalingdominanyangberhubungandengankejadianTBParuadalahSikap Penderita Saranberdasarkanhasilpenelitianiniadalahdiharapkan: 1. MasyarakatdiwilayahkerjaPuskesmasSimpangkatis: a. MeningkatkanpengetahuantentangTBParudengancarahadirkepenyuluhanyang dilaksanakan oleh Puskesmas dan melihat atau mencari informasi lainnya dari televisi,koran,leaflet. b. MeningkatkanPHBSagardapatterhindardaripenyakitTBParu. c. JanganlahmenganggappenyakitTBParuadalahpenyakityangpenderitanyaharus dijauhi,tetapijanganpulamenganggappenyakitinitidakberbahayakarenapenyakit inidapatmenyebabkankematian. 2. DinasKesehatanKabupatenBangkaTengahdanPuskesmasSimpangkatis: a. UntukDinasKesehatan,perlunyaupayauntukmeningkatkankualitaspelayanandan derajatkesehatansecarakhususmengenaipenyakitTBParudengancaramembuat programkhususuntukmengurangiangkakejadianTBParu. b. Untuk petugas kesehatan di Puskesmas perlu memberikan penyuluhan tentang penyakit TB Paru baik langsung maupun tidak langsung (leaflet, poster, spanduk) secara berkala. Hal ini agar dapat menumbuhkan sikap yang peduli terhadap informasitentangpenyakitTBParusehinggaapabilaadamasyarakatyangterkena penyakitTBParuagarsegeramemeriksakandirikepelayanankesehatan. c. Petugas kesehatan diharapkan dapat meningkatkanpengetahuan masyarakat agar masyarakat tahu apa itu TB Paru paru, gejalanya seperti apa, apa dampak yang dapat ditimbulkan, apakah penyakit tersebut dapat menular apa tidak, dan bagaimanacarapenanganandanpencegahanpenyakitTBParu. d. Petugas kesehatan diharapkan mampu meningkatkan motivasi masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dengan memelihara dan meningkatkan status kesehatan. e. Petugas kesehatan juga diharapkan lebih sering dalam memantau keteraturan pasienTBParudalamminumobat,dengancaralebihrutindalamkunjunganrumah padafasepengobatan. DAFTARPUSTAKA DAFTARPUSTAKA DepkesRI.2008.PedomanNasionalPenanggulanganTuberkulosis.Jakarta:DepkesRI. NotoatmodjoS.2007.PromosiKesehatanDanIlmuPerilaku.Jakarta:PTRinekaCipta Mustangin. 2008. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua Tentang Tuberkulosis Paru dengan kejadian TB Pada Anak DiBalai Besar Kesehatan Paru Masyarakat. (online).http://etd.eprints.ums.ac.id/18951/1/J220060037. Sagie,Irvan.2010.HubunganAntaraPerilaku,PengetahuanDanSikapDenganKejadian TBParudiPuskesmasMuaraPaneh.(online).http://pusdiknakes-tuberkulosa.or.id NotoatmodjoS.2003.IlmuKesehatanMasyarakat.Jakarta:PTRinekaCipta. Tobing. 2009. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Dengan Potensi TB Paru (online).http://pusdiknakes.or.id/2012/06/23 Ahmad, Ismail. 2010. Lingkungan Sehat Untuk TB Paru. (online). http://www.bbkpmska.com/artikel/kesehatan-paru/81 Winarso.2010.PengaruhTindakanPetugasTerhadapKejadianTBParu.Purwokerto. Niko.2010.Faktor-faktorYangBerhubunganDenganKejadianTBParudiWilayahKerja PuskesmasMentok2010.Pangkalpinang:STiKESAbdiNusa.
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
194
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
KESULITANMAKANPADAANAKDENGANKEKURANGANENERGIPROTEIN(KEP) KESULITANMAKANPADAANAKDENGANKEKURANGANENERGIPROTEIN(KEP) OTEIN(KEP) DIDESASUSUHBANGOKECAMATANRINGINREJOKABUPATENKEDIRI DIDESASUSUHBANGOKECAMATANRINGINREJOKABUPATENKEDIRI ErnaRahmaYani*,RE.Wijanti* ErnaRahmaYani*,RE.Wijanti* ABSTRACT ABSTRACT Malnutrisionoftenaffectsofinfants.Directcausesofmalnutritionarelessnutritionintake andpresenceofdiseases.Eatingdisordersweremuchexperiencedbyinfantisdifficultto eat. Hard to eat for long and repetitive, can cause complications of Protein Energy Deficiency (PED). The purpose of this research is determine the relationship between difficultieseatingwithPEDintheSusuhbangovillageRinginrejo-KediriDistrict. This research method is analitic observasional. Design of this research is case control. Sampleforthisreseacrhisapartcoupleofmotherandinfant.Samplingtechnicusedin this research is proportionate stratified random sampling and simple random sampling. This research instrument in the form of questionnaire to measure eating problems and tablesoftheWHO-NCHSstandardanthropometry(BW/A)tomeasurethePED.Research beganon6-20June2011. Theresultsofthisresearchfrom13childwithPED,obtain9child(69.23%)isdifficultto eatand4childdidnot(30.77%).From42childwithoutPED,thereare9child(21.43%)is difficulttoeatand33(78,57%)childwhogoodtoeat.ByusingSPSS16statisticallyfisher test exact, the significans value of 0.002 or 0.2%. The relationship between feeding difficultieswithPED.WhilethestrengthoftherelationshipfromOdssRatio’svalue=8,250 withavalueofCI(ConfidenceInterval)on(2056:33101)sothedifficultyeatingisafactor mayincreasetheriskofPEDby8,25times.Advisedhealthworkerstodocounselingin theinfant’smothertobewaryofeatingdifficultiesininfant. Keywords:Child,EnergyProteinDeficiency(PED),andEatingDifficulties Keywords: *=PoltekkesKemenkesMalang,JurusanKebidanan,ProgramStudiKebidananKediri
PENDAHULUAN PENDAHULUAN Sulitmakanseringterjadipadausiabalitakarenaterlaluaktifbermainsehinggasulit diajakmakan(Judarwanto,2004).Selainitujugaakibatgangguanfisiksepertiinfeksibaik akut atau kronis, gangguan pertumbuhan gizi, dan psikologik (Adiningsih, 2011). Sulit makan yang berlangsung lamadan sering berulang, bisa menimbulkan komplikasi yaitu gangguan asupan gizi seperti Kekurangan Energi dan Protein (KEP). KEP pada balita ditandai dengan gangguan pertumbuhan atau gagal tumbuh. Tampilan klinisnya adalah terjadi gangguan dalam peningkatan berat badan bahkan terjadi kecenderungan berat badan tetap dalam keadaan yang cukup lama (Judarwanto, 2009). KEP disebabkan karenatidakseimbangnyapemasukandanpengeluaranenergidanproteindalamtubuh. Data Dinkes Kab. Kediri pada tahun 2010 menunjukkan bahwa, 2476 balita mengalami KEP sedang/BGM dari seluruh total balita yang datang dan ditimbang (D). JumlahakumulatifbalitayangmengalamiKEPsedangterbanyakpadabulanJanuari2011 di Puskesmas Sambi yaitu 98 (3,59%) balita dari seluruh balita ditimbang (D) 2732. Sedangkan di lokasi lain seperti Puskesmas Mojo, angka penderita KEP sedang juga masihtinggiyaitu3,12%dariseluruhbalitayangdatangdanditimbang(D).Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Sambi diketahui jumlah balita yang mengalami masalahgizibanyakditemukandidesaSusuhbango.Didapatkandatadari234balitayang datangdanditimbang(D),terdapat15balitayangmengalamiKEPsedang.
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
195
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
METODEPENELITIAN METODEPENELITIAN Penelitianinimenggunakanmetode analitikobservasional dengandesainpenelitian case control study dengan kelompok kasus adalah balita yang mengalami KEP, sedangkan kelompok kontrol adalah balita yang tidak mengalamiKEP. Populasi adalah semuabalitayangberusia1-5tahundiDesaSusuhbangoyangdatangdanditimbang(D) bulanMaret2011yangberjumlah175balita.Populasiterdiriatasbalitayangmengalami KEPsebanyak41orang,sedangsisanyatidakmengalamiKEP.Penentuanjumlahsampel dilakukan secara proportionate stratified random sampling, selanjutnya teknik pengambilan sampel pada masing-masing kelompok dengan cara simpel random sampling dengancaraundian.Sampelberjumlah55balita,yangdibagidalamkelompok kasussebanyak13balitayangmengalamiKEP,dankelompokkontrolsebanyak42balita yangtidakmengalamiKEP.Pengumpulandataprimeruntukmengetahuikesulitanmakan pada balita dengan instrumen kuesioner dan wawancara terpimpin menggunakan pedoman wawancara. Status balita KEP, ditentukan berdasarkan kohort badan trhadap umurbalita(BB/U)<80%bakumedianWHONCHS. HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN KejadianKEP KejadianKEP Tabel1.InsidensKEPdiDesaSusuhbangoKediri Tabel1.InsidensKEPdiDesaSusuhbangoKediri KekuranganEnergiProtein(KEP) KekuranganEnergiProtein(KEP) EnergiProtein(KEP) KEP TidakKEP Jumlah
Frekuensi Frekuensi 13 42 55
Persentase Persentase 23,64% 76,36% 100 %
Hasil penelitian menunjukkan insidens KEP di Desa Susuhbango sebesar 23,41% dari total55balita. Dari jumlah tersebut, 8 balita KEP (61,5%) hanya mau minumsusu, biskuit (snack) saja. Ada 10 balita (84,6%) jumlah konsumsi makanannya sedikit (2-3 sendok).Bilakebutuhanbalitadiperhatikansetiapharitidakakanmungkiniahanyamau makan snack dan atau susu saja. Walaupun makanan tersebut sehat, kalau sering diberikan pada anak dapat menyebabkan kebiasaan makan anak yang kurang baik. Menurut Kepala Dinas Kabupaten Kediri, Adi Laksono gizi buruk dikarenakan banyak masyarakatyangkurangmemperhatikankebutuhangizibalitamerekamemberikanmakan ringanatautidakmempunyaikandungangiziyangcukup(Widianto2010). KesulitanMakanpadaBalita KesulitanMakanpadaBalita Tabel1DistribusiRespondenberdasarkanKesulitanMakan Tabel1DistribusiRespondenberdasarkanKesulitanMakan Kesulitanmakan Kesulitanmakan Sulit makan Tidak sulit Jumlah
9 4 13
Kasus Kasus 9,23% 0,77% 100%
Kontrol Kontrol 9 21,43% 33 78,57% 42 100%
Σ(Jumlah) Σ (Jumlah) Σ(Jumlah) 18 32,73% 37 67,27% 55 100%
Kesulitan makan dialami oleh balita, baik pada kelompok kasus maupun pada kelopok kontrol. Namun proporsi kesulitan makan pada kelompok dari kedua kelompok berbeda, pada kelompok kasus, sulit makan dialami oleh 69,23% balita, sedang pada kelompokkontrolsulitmakandialamioleh32,73%balita.Distribusikesulitanmakanpada balita digambarkan dalam Tabel 1. Ditinjau dari segi usia balita yang sering mengalami sulitmakan,10(55,6%)balitaberusia2-4tahun.Kemungkinankarenamerekaterlaluaktif bermain. Menurut Akhmadi (2008), ruanggerak balita di usia 24-48 bulan semakinluas sehingga ia tidak memikirkan lapar dan haus. Pada umumnya mereka sibuk bermain, 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
196
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
sehinggaseringmelupakanataumengabaikanwaktumakan.Balitausiainimenganggap bahwakegiatanmakanmengganggudirinyauntukmenikmatidunianya. Salah satu penyebab sulit makan pada balita adalah suasana yang kurang menyenangkan saat makan. Menurut Santoso (2004) salah satu penyebab balita sulit makan adalah cara pemberian makan yang kurang tepat (dipaksa). Dari 18 ibu yang memilikibalitadengankesulitanmakan,10ibu(55,6%)menyatakanmemaksabalitanya untuk menghabiskan makanan. Menurut Ahira (2007) balita yang makan dengan cara dipaksaakansemakinberkurangnafsumakannya. Padabalitasulitmakanditemukan,13balita(72,2%)tidakpernahmakanbersama keluarga.Ibumengatakankebiasaanmakanpadabalitanyayaitumakansambilbermain dandisuapi.MenurutJudarwanto(2007)makanbersamakeluargadapatmembuatanak lebih bersemangat daripada menyuruhnya makan sendiri atau disuapi, sebab saatanak melihat ibunya makan dan merasakan suasana santai bersama anggota keluarga yang lainkeinginan/nafsumakannyameningkat. Penyajikanmakananmerupakanfaktorpentingdalamkesulitanmakanpadabalita. Dari18balitayangmengalamikesulitanmakan,12ibubalita(66,7%)menyatakantidak pernah dan jarang membuat variasi / kreasi makanan untuk balita. Ibu mengatakan ia memasak untuk satu keluarga sehingga makanan balita menyesuaikandengan anggota keluarga yang lain. Menurut Winarsho (2009) penyajian makanan yang kurang menarik dan jenis makanan yang tidak sesuai dengan umur dapat membuat nafsu makan balita semakinmenurunsehinggamenambahmasalahgangguanmakan. Statuskesehatananakjugadapatmempengaruhikesulitanmakanpadabalita.Pada kelompokkasus,didapatkan3balita(16,67%)mengalamisakit,berupaalergidandiare. MenurutAkhmadi(2008)kesulitanmakanbisadisebabkankarenapenyakit.Saatmakan berbagaiunsurfisikterlibatdalamprosesmakan.Olehkarenaitu,jikaterdapatpenyakit atau kelainan pada unsur-unsur organik tersebut, pada umumnya akan disertai dengan gangguanataukesulitanmakan. HubunganAntara HubunganAntaraKesulitanMakandanKekuranganEnergiProtein(KEP)padaBalit AntaraKesulitanMakandanKekuranganEnergiProtein(KEP)padaBalit KesulitanMakandanKekuranganEnergiProtein(KEP)padaBalit Pada9balitaKEPyangsebelumnyamengalamisulitmakan,tentuasupankaloridan proteinnya semakin kurang, sehingga tidak sesuai dengan pertambahan umurnya. Dari data tentang lama sulit makan, 8 ibu balita (88,8%) mengatakan lamanya > 2 minggu bahkanadayanghampir1bulan. MenurutAkhmadi(2008)jikajumlahmasukanmakanansumberenergidanprotein kuranguntukjangkawaktulama,ataumengalami kesulitan makanpadaanakyang lebih dari 2 minggu hingga lebih 1 bulan disertai dengan gangguan kenaikkan berat badan, mungkin terjadi hambatan pertumbuhan dan perkembangan yang pada masa muda disebutgagaltumbuh(failuretothrive).Jikahaliniterjadi dapatberakibatmalnutrisienergi protein(MEP)ataukurangkalori(energi)protein(KKP/KEP).Kesulitanmakanyangberat danberlangsunglamaakanberdampaknegatifpadakeadaankesehatananak,keadaan tumbuh kembang dan aktivitas sehari-harinya. Menurut Judarwanto (2008) dampak kesulitan makan pada umumnya merupakan akibat gangguan masukan zat gizi yang terjadi.Beberapamacamzatgizi,berapaberatkekurangannya,jangkawaktusingkatatau lama. Pada anak yang tidak mau atau tidak dapat makan untuk beberapa hari saja mungkinterjadikeadaandepresienergiyangakut(hipoglikemia). SIMPULANDANSARAN SIMPULANDANSARAN Berdasarkanhasilpenelitian yang berjudulhubungankesulitanmakandenganKEP pada balita di Desa Susuhbango Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri diperoleh kesimpulansebagaiberikut:1)terdapatsebagiankecilbalitayangmengalamisulitmakan, 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
197
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
2)terdapatsebagiankecilbalitayangmengalamiKEP,3)adahubunganantarakesulitan makandengankekuranganenergiproteindanresikokesulitanmakanterhadapkejadian KEPadalah8,25kali. Berdasarkan hasil penelitian penulis menyarankan bagi tempat penelitian perlunya menanamkanpolapikirmasyarakattentanggangguanmakanterutamakesulitanmakan padabalitakarenadapatmeningkatkanresikoKEP.Bagipenelitiselanjutnya,disarankan melanjutkanpenelitianinidenganmengetahuikarakteristikbalitayangmenderitaKEPdan tidakKEP(darisegikeluarga,lingkunganrumah,danpengasuh)sehinggaakanleihjelas perbedaannya. DAFTARPUSTAKA DAFTARPUSTAKA Adiningsih,Sri.(2008) SulitmakansebagaideteksidiniKurangEnergidanProtein(KEP) . 28Februari2011
< < Akhmadi.(2010)Kesulitanmakanpadaanak.12Maret2011 http://akhmadi.multiply.com/journal/item/13/Kesulitan_makan_pada_anak Almatsier,Sunita.(2001)PenuntunDiet .P.TGramediaPustakaUtama,Jakarta. .(2001)PrinsipDasarIlmuGizi.P.TGramediaPustakaUtama, Jakarta. DinkesKabupatenKediri.(2011)BidangGiziMasyarakat.17Februari2011.Kediri. Judarwanto,Widodo.(2005)TampilanklinisdankomplikasiKEP.14Maret2011 . .(2007)Kesulitanmakanpadaanak6Maret2011 < http://dranak.blogspot.com/2007/02/kesulitan-makan-pada-anak.html>. .(2008)Kesulitanmakanpadaanak(part.1).25februari2011 .(2009)Kesulitanmakanpadaanak:Penanganandan Permasalahannya(part2) 6Maret2011 . Nunggee. (2008)Kenalibalitasulitmakan .6Februari2011 . Santoso, Soegeng dan Anne Lies Ranti. (2004) Kesehatan dan Gizi. Rineka Cipta, Jakarta. Winarsho,Endang.(2009)AgarsiKecilMauMakan.INAzNaBooks,Yogjakarta.
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
198
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
HUBUNGANANTARAKETUBANPECAHDINI HUBUNGANANTARAKETUBANPECAHDINI DENGANKEJADIANPERSALINANPREMATUR DENGANKEJADIANPERSALINANPREMATUR KEJADIANPERSALINANPREMATUR Subagyo*, gungSuharto*, *,MegaPratiwi** Subagyo*,A *,AgungSuharto *,MegaPratiwi** MegaPratiwi** ABSTRAK ABSTRAK Pada persalinan fisiologis ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir atau telah lengkap, kondisi ini akan berubah menjadi patologis apabila ketuban pecah sebelum waktunya. Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan, sehingga apabila pecahnya selaput ketuban terjadi sebelum usia kehamilan aterm dapat mengakibatkan terjadinya persalinan prematur. Berdasarkan studi pendahuluanyangtelahdilakukandi RSUD dr.SayidimanMagetan,penelitimenemukan adanya peningkatan persentase kejadian persalinan prematur dan ketuban pecah dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan hubungan antara ketuban pecah dini dengankejadianpersalinanprematurdiRSUDdr.SayidimanMagetan. Penelitianinimerupakanpenelitiananalitikyangmenggunakanrancanganpenelitian studikasuskontrol.Sampelterdiridari30kelompokkasusdan30kelompokkontrolyang diambil dengan teknik simple random sampling. Variabel independent ialah kejadian ketuban pecah dini, sedangkan variabel dependent ialah kejadian persalinan prematur. Data diambil dari register persalinan periode Februari 2011-Februari 2012 di Ruang BersalinRSUDdr.SayidimanMagetan.Untukmenganalisisadanyahubungandigunakan ujiChiSquaredengandengantarafsignifikansi(α=0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada 37 ibu bersalin yang mengalami KPD, terdapat 23 (62,2%) ibu yang mengalami persalinan prematur. Dari hasil analisis menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p=0,017, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara kejadian ketuban pecah dini dengan kejadian persalinan prematur. Besarnya nilai koefisien kontingensi (C)=0,295, hal ini menunjukkan tingkat hubungan rendah.Setelahdilakukanperhitungansecaramanualdiperolehnilaioddsratio(OR)=4, jadi ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini berisiko 4 kali lebih besar untuk mengalamipersalinanprematur. Dariuraiandiatasdapatdisimpulkanbahwaadahubunganyangsignifikanantara ketuban pecah dini dengan kejadian persalinan prematur dengan tingkat hubungan rendah.Ibubersalinyangmengalamiketubanpecahdiniberisiko4kalilebih besaruntuk mengalami persalinan prematur. Untuk mengurangi angka kejadian ketuban pecah dini danpersalinanprematur,ibuhamildisarankanagarmelakukanpemeriksaanANCsecara rutinsesuaistandard. KataKunci:KetubanPecahDini,PersalinanPrematur KataKunci *=PoltekkesKemenkesSurabaya,JurusanKebidanan,ProdiKebidananMagetan **= Alumnus Poltekkes Kemenkes Surabaya, Jurusan Kebidanan, Prodi Kebidanan Magetan
PENDAHULUAN PENDAHULUAN Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari perut ibu (Depkes RI, 2008:37). Pada persalinan fisiologis ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir atau telah lengkap, namun kondisi ini akan berubah menjadipatologisapabilaketubanpecahsebelumwaktunyayangdisebutdenganketuban pecah dini (Wiknjosastro, 2007:183). Apabila pecahnya selaput ketuban terjadi sebelum awitanpersalinandansebelumaterm(prematur),makadikenalistilahketubanpecahdini prematur atau Preterm Premature Rupture Of the Membrane (PPROM) (Yudha, 2009:469).Halinitentunyadapatmengakibatkanterjadinyapersalinanprematur.Menurut Meiliya (2010:195), persalinan prematur adalah persalinan yang berlangsung pada usia 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
199
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
kehamilan 20-37 minggu. Temuan klinis pada persalinan prematur meliputi kram seperti kram menstruasi, nyeri pada punggung bawah, nyeri atau tekanan pada suprapubis, tekanan atau rasa berat pada panggul, perubahan karakter atau jumlah rabas vagina, diare, kontraksi uterus setiap 10menitselama 1 jam atau lebih yangtidakreda setelah istirahat,danKPD(Meiliya,2010:196). BerdasarkanSurveiDemografidanKesehatanIndonesia(SDKI)tahun2007angka kematian bayi baru lahir sebesar 19/1000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2005). Menurut hasilrisetkesehatandasartahun2007,tigapenyebabutamakematianbayibarulahirdi Indonesia adalah gangguan pernapasan (35,9%), prematuritas (32,4%), dan sepsis neonatorum (12,0%) (Depkes RI, 2008). Insidensi ketuban pecah dini prematur terjadi pada 1 % kehamilan dan pada usia kehamilan 28-34 minggu, 50% persalinan terjadi dalam24jam(Wiknjosastro,2009:677-678).Sekitar75%wanitaPPROMsudahberada dalampersalinan,5%bayidilahirkankarenapenyulitlain,10%dilahirkansetelahawitan persalinanspontandalam48jam,danhanya7%persalinanyangdapatditundahingga48 jamataulebihsetelahketubanpecah(Yudha,2009:469). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di RSUD dr. Sayidiman Magetan, peneliti menemukan adanya peningkatan persentase kejadian persalinan prematurdanketubanpecahdini.Padatahun2009angkakejadianpersalinanprematur sebesar 5,9% (11 dari 185 persalinan), pada tahun 2010 sebanyak 6,2% (11 dari 177 persalinan) dan sepanjang tahun 2011 sebanyak 7,5% (36 dari 480 persalinan). Pada tahun 2009angka kejadianketubanpecahdinisebesar17,84%(33dari185 persalinan), pada tahun2010sebanyak19,77% (35 dari 177 persalinan)dan sepanjang tahun2011 sebanyak 20,21% (97 dari 480 persalinan). Angka tersebut menunjukkan terjadi peningkatan yang cukup konstan setiap tahunnya terhadap angka kejadian persalinan prematurdanketubanpecahdinidiRSUDdr.SayidimanMagetansepanjangtahun20082011(BukuRegisterRuangBersalinRSUDdr.SayidimanMagetan,2008-2011). Ketuban pecah dini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu serviks inkompeten, grandemulti,sefalopelvikdisproporsi,kelainanletakjanin,pendularabdomen,overdistensi uterus,faktorketurunan,pengaruhdariluar,danpanjangfaselaten(Manuaba,2008:119). MenurutMeiliya(2010:196),persalinanprematurdapatdisebabkanolehbeberapafaktor antara lain faktor demografis, kesehatan umum, pekerjaan, kondisi uterus, dan faktor obstetrik.Ketubanpecahdinidenganpersalinanprematurdapatmengakibatkanberbagai masalahbaikpada ibumaupunjanin.MenurutWiknjosastro(2009:678),komplikasiyang timbul akibat ketuban pecah meliputi infeksi maternal ataupun neonatal, meningkatnya insiden seksio sesarea, hipoksia, deformitas janin, dan persalinan prematur. Apabila terjadi persalinan prematur, maka dapat mengakibatkan berbagai masalah pada bayi, yaitubayiprematursangatmudahterkenainfeksidanrentanterhadapkehilanganpanas badan,bahkandapatterjadikematianakibathipotermidaninfeksi(Manuaba,2007:432). Permasalahan yang terjadi pada persalinan preterm bukan hanya pada kematian perinatal,melainkanbayiprematuriniseringpuladisertaidengan kelainan,baikkelainan jangkapendekmaupunjangkapanjang(Wiknjosastro,2009:668). Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat ketuban pecah dini dan persalinan prematur, maka diperlukan penatalaksanaan yang tepat dan koordinasi yang baik antara petugas kesehatan. Upaya lain yaitu perlu dilakukan deteksi dini terhadap faktor resiko, sehingga masalah tersebut dapat diantisipasi dan diintervensi sedini mungkin.UpayainidapatterwujuddenganmelakukanpemeriksaanANCsesuaistandard minimalempatkaliselamahamilyaitumasing-masingsekalipadatrimestersatudandua, sertaduakalipadatrimestertiga(Saifuddin,2009:90). Tujuanpenelitianiniadalahmenganalisisbesar resikoketubanpecahdiniterhadap kejadianpersalinanprematurdiRSUDdr.SayidimanMagetan.
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
200
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
METODE PENELITIAN METODEPENELITIAN Penelitian analitikinimenggunakanrancangankasuskontrol.Populasipenelitian ini adalah semua ibu bersalin di RSUD dr. Sayidiman Magetan, selama periode Februari 2011–Februari 2012 dengan kriteria yaitu usia reproduksi sehat (20-35 tahun), saat kehamilan maupun persalinannya tidak ada riwayat penyakit jantung, diabetes, asma, anemia, infeksi, plasenta previa, oligohidramnion, dan preeklampsia/eklampsi. Populasi kasus sejumlah 32 ibu bersalin yang mengalami persalinan prematur, populasi kontrol sejumlah32ibubersalinyangtidakmengalamipersalinanprematur.Besar sampelkasus sebanyak30ibubersalindenganpersalinanprematurdanbesarsampelkontrolsebanyak 30 ibu bersalin tanpapersalinan prematur,yang diambil dengan teknik Simple Random Sampling . Variabel independent adalah kejadian ketuban pecah dini dan variabel dependent ialahkejadianpersalinanprematur. Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Sayidiman Magetan dimulai bulan April 2012 sampaiJuli2012.Jenisdatayangdikumpulkanpadapenelitianiniadalahdatasekunder melalui studi dokumentasi terhadap register persalinan di Ruang Bersalin. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen berupa format isian untuk mengkaji data kejadian KPD dengan persalinan prematur pada register persalinan di Ruang Bersalin RSUDdr.SayidimanMagetan,periodeFebruari2011-Februari2012.Analisisstatistik:Uji ChiSquare,KoefisienKontingensidanmencariOddsRatio(Pratiknya,2007:181).
HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN DANPEMBAHASAN HasilPenelitian HasilPenelitian KEJADIANKETUBANPECAHDINI Dari60ibubersalindidapatkanibuyangmengalamiketubanpecahdinisebanyak37 ibu(61,7%).SelengkapnyadapatdilihatpadaGambar1. 100
MengalamiKPD
61.7 % 38.3 %
50
TidakMengalamiKPD
0
Gambar1.DistribusiFrekuensiKejadianKetubanPecahDini Gambar1.DistribusiFrekuensiKejadianKetubanPecahDini diRSUDdr.SayidimanperiodeFebruari2011diRSUDdr.SayidimanperiodeFebruari2011-Februari2012 Februari2012 KEJADIANPERSALINANPREMATUR Dari 60 ibu bersalin, ibu yang mengalami persalinan prematur sebanyak 30 ibu (50%).KeteranganlebihlanjutdapatdilihatpadaGambar2. Mengalami Persalinan Prematur
50% 50%
Tidak Mengalami Persalinan Prematur
Gambar2. Gambar2.DistribusiFrekuensi 2.DistribusiFrekuensiKejadianPersalinanPrematur DistribusiFrekuensiKejadianPersalinanPrematur KejadianPersalinanPrematur diRSUDdr.Sayidimanper diRSUDdr.SayidimanperiodeFebruari2011 Februari2012 SayidimanperiodeFebruari2011iodeFebruari2011-Februari2012
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
201
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
KEJADIANPERSALINANPREMATURMENURUTKEJADIANKETUBANPECAHDINI Pada37ibubersalinyangmengalamiKPD, terdapat23(62,2%)ibuyangmengalami persalinan prematur. Sejumlah 23 ibu bersalin yang tidak mengalami KPD, terdapat 7 (30,4%)ibuyangmengalamipersalinanprematur(Tabel1). Tabel1.D Tabel1.DistribusiFrekuensiKejadianPersalinanPrematurMenurutKejadian .DistribusiFrekuensiKejadianPersalinanPrematurMenurutKejadianKPD istribusiFrekuensiKejadianPersalinanPrematurMenurutKejadianKPD KPD diRSUDdr.SayidimanMagetan diRSUDdr.SayidimanMagetanpada SayidimanMagetanpadaFebruari2011 padaFebruari2011Februari2011-Februari2012 Februari2012 KejadianKetuban KejadianKetuban PecahDini PecahDini MengalamiKPD TidakMengalamiKPD Jumlah
KejadianPersalinanPrematur KejadianPersalinanPrematur inanPrematur Prematur TidakPrematur Tidak Prematur Prematur TidakPrematur 23(62,2%) 14(37,8%) 7(30,4%) 16(69,6%) 30 (50%) 30 (50%)
Total Total 37(100%) 23(100%) 60 (100%)
HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN PERSALINANPREMATUR Hasiluji chisquare denganα=0,05,diperolehnilaip=0,017,makaHo ditolakartinya adahubunganantarakejadianketubanpecahdini dengankejadianpersalinanprematur. Dari hasil analisis dengan uji chi-square (X²) dapat ditunjukkan besarnya nilai koefisien kontingensi(C)=0,295,halinimenunjukkantingkathubunganrendah. FAKTORRISIKOKETUBANPECAHDINITERHADAPPERSALINANPREMATUR Berdasarkan analisis kejadian KPD terhadap kejadian persalinan prematur didapatkan hasil hitung secara manual odd ratio= 4 , jadi ibu bersalin yang mengalami ketubanpecahdiniberisiko4kalilebihbesaruntukmengalamipersalinanprematur. Pembahasan embahasan KEJADIANKETUBANPECAHDINI Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebagian besar ibu bersalin mengalami ketubanpecahdinidanrata-rataterjadipadamultipara.Halinisesuaidenganteoriyang dikemukakanolehManuaba(2004:72),bahwasalahsatufaktorpenyebabketubanpecah diniialahmultiparitas. DiagnosisKPDtidaksulitditegakkandengan keteranganterjadipengeluarancairan pervaginammendadakdisertaibauyangkhas.Selainketeranganyangdisampaikandapat puladilakukanbeberapapemeriksaanyangmenetapkanbahwacairanyangkeluaradalah air ketuban, di antaranya tes ferning, nitrazine tes, dan USG (Moeloek, 2006:52). Jadi, untuk mengurangi tingginya angka kejadian ketuban pecah dini, masyarakat khususnya ibuhamilperludiberikanpenyuluhansertainformasimendalammengenaiketubanpecah diniterutamasehubungandengandeteksidinidanmenghindarifaktorrisiko. KEJADIANPERSALINANPREMATUR Hampir setengah ibu mengalami persalinan prematur. Penyebab persalinan prematurterdiriatasfaktordemografis,kesehatanumum,pekerjaan,kondisiuterus,dan faktorobstetrik(Meiliya,2010:196).Faktamenunjukkanbahwasebagianbesarpersalinan prematurterjadipadamultipara.Sesuaidenganteorimenurut RaymonddalamYulaikhah (2008:117),persalinan preterm lebihseringterjadipadawanitamultipara,karenaadanya jaringanparututerusakibatkehamilandanpersalinansebelumnya(berulang). Menurut Meiliya (2010:196) salah satu faktor penyebab persalinan prematur ialah usia<18tahunatau>40tahun,namunkenyataanyapersalinanprematurdapatpulaterjadi pada usia reproduksi sehat. Memperhatikan berbagai faktor yang dapat menimbulkan 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
202
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
persalinan prematur, maka dalam hal ini pemeriksaan antenatal merupakan kunci yang sangatpentingbagikesejahteraanibuhamildanjanindalamkandungannya. KEJADIANPERSALINANPREMATURMENURUTKEJADIANKETUBANPECAHDINI Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pada ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini sebagian besar mengalami persalinan prematur. Hal ini diperkuat oleh Mansjoer(2002:313)yangmenyatakanbahwa,salahsatukomplikasiyangtimbulakibat ketubanpecahdiniyaitupersalinanpreterm . Jadi,persalinanprematurdapatdiakibatkanolehterjadinyaketubanpecahdini,yaitu jikapecahnyaselaputketubanterjadipadausiakehamilankurangbulan.Oleh karenaitu, penatalaksanaan yang tepat serta koordinasi yang baik antara petugas kesehatan sangatlahdibutuhkanuntukmencegahterjadinyakomplikasiakibatketubanpecahdini. HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN PERSALINANPREMATUR Setelahdianalisismenggunakanuji chisquare(x 2 )diperolehkesimpulanbahwa,ada hubungan yang bermakna antara ketuban pecah dini dengan kejadian persalinan prematur. Selanjutnya pada hasil analisis koefisien kontingensi menunjukkan tingkat hubungan rendah. Meiliya (2010:196) menyebutkan bahwa, salah satu faktor penyebab persalinanprematurialahketubanpecahdini.SelainituWiknjosastro(2007)menyebutkan bahwafaktorrisikolainyangmungkinmenimbulkanpersalinanprematur,misalnyausia, tinggibadan,sosioekonomi,riwayatprematur,riwayatlahirmatidanperokokberat. Jadi,KPDmerupakanfaktorrisikotimbulnyapersalinanprematur,tapibukanberarti setiap persalinan prematur disebabkan oleh KPD. Maka, tidak dapat dilihat hanya dari salah satu faktor saja dan yang terpenting ialah bagaimana menemukan kasus risiko tinggi,kemudianmemberikanpenyuluhanpadaibuagarrisikotambahandapatdicegah. FAKTORRISIKOKETUBANPECAHDINITERHADAPPERSALINANPREMATUR Ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini berisiko 4 kali lebih besar untuk mengalamipersalinanprematur.Halinidiperkuat olehteoriyangdikemukakanYulaikhah (2008:116)bahwa,kejadianketubanpecahdinimerupakanpenyebabterbesarpersalinan prematur dengan segala akibatnya. Oleh karena itu, deteksi dini faktor risiko perlu dilakukan pada ibu hamil dengan melakukan ANC sesuai standard, minimal empat kali selamahamilyaitumasing-masingsekalipadatrimestersatudandua,sertaduakalipada trimester tiga, sehingga kejadian persalinan prematur maupun penyulit kehamilan serta persalinanyangberhubungandenganketubanpecahdinidapatdihindari. SIMPULANDANSARAN SIMPULANDANSARAN Berdasarkandatadanhasilpenelitianyangtelahdilakukanterhadap60ibubersalin dapatditariksimpulansebagaiberikut: 1.AngkakejadianKPDdiRSUDdr.SayidimanMagetanperiodeFebruari2011–Februari 2012ialah61,7%. 2.AngkakejadianpersalinanprematurdiRSUD dr.SayidimanMagetanperiodeFebruari 2011–Februari2012ialah50%. 3. Pada ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini terdapat 62,2% ibu yang mengalamipersalinanprematur. 4. Adahubunganyang signifikan antara ketuban pecah dini dengan kejadian persalinan prematur,dengantingkathubunganrendah. 5. OR >1(4),makaKPDmerupakanfaktorrisikoterjadinyapersalinanprematur,yaituibu bersalindenganKPDberisiko4kalilebihbesarmengalamipersalinanprematur. 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
203
Volume II Nomor 4, November 2012
1. 2.
3. 4.
ISSN: 2089-4686
Selanjutnyaberdasarkanhasilpenelitiandisarankanagar: Perlunyaperanaktifdaritenagakesehatanuntukmengembangkanasuhankebidanan ibu hamil, terutama pentingnya prediksi dan diagnosis dini ketuban pecah dini dan persalinanprematurmelaluianamnesisdanpemeriksaanfisiksecaraumum. Diharapkan institusi pendidikan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk bahan referensidi perpustakaanguna meningkatkankualitasbagipengembanganakademik, khususnya dalam perbaikan pembelajaran mengenai asuhan kebidanan pada ibu bersalindenganKetubanPecahDini,danpersalinanprematur. Diharapkanpenelitimenggaliinformasilebihmendalammengenaiketubanpecahdini danpersalinanprematursehinggadapatmendukunghasilpenelitian. Diharapkan dilakukan penelitian lanjutan tentang hubungan KPD dengan kejadian prematurdandapatdikembangkandenganmengikutsertakanvariabelperanculainnya sertamemperbanyakkarakteristikdatasehinggapembahasanlebihluas.
DAFTARPUSTAKA DAFTARPUSTAKA Depkes,RI.2008.AsuhanPersalinanNormal.Jakarta:JNPKKR. Hidayat, AA. 2003. Riset Keperawatan & Teknik Penelitian Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. .2007.MetodePenelitianKebidananTeknikAnalisaData.Jakarta:SalembaMedika. Kurnia, Ike. 2011. Hubungan Antara Kejadian Ketuban Pecah Dini dengan Persalinan PretermdiRSUDdr.M.SoewandhieSurabaya .Skripsi:FKUNAIR. Mansjoer,Arif.2002.KapitaSelektaKedokteranJilid1.Jakarta:MediaAesculapius. Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2008. Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.Jakarta:EGC. ManuabaIBG.2004.PenuntunKepaniteraanKlinikObstetri&Ginekologi.Jakarta:EGC. .2007.PengantarKuliahObstetri.Jakarta:EGC. Meiliya,Eny.2010.BukuSakuKebidanan.Jakarta:EGC. Moeloek,F.A.2006.StandarPelayananMedikObtetridanGinekologi.Jakarta:POGI. Notoatmodjo,S.2005.MetodologiPenelitianKesehatan .Jakarta:RinekaCipta. .2010.MetodologiPenelitianKesehatan .Jakarta:RinekaCipta. Nugroho, H.S.W. 2012. Konsep Dasar Statistika Umum. Bersumber dari : http://www.medikes.webs.com(diaksestanggal18Maret2012) Nursalam. 2003. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. . 2008. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pedoman Skripsi,Tesis,danInstrumenPenelitianKeperawatan .Jakarta:SalembaMedika. Pratiknya, Ahmad Watik. 2007. Dasar–Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan .Jakarta:PT.RajaGrafindoPersada. Saifuddin, A.B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta:YBPSP. .2009.BukuAcuanNasionalPelayananKesehatanMaternal&Neonatal.Jakarta: YBPSP. Sastrawinata,Sulaiman.2004.ObstetriPatologi.Jakarta:EGC. Setiadi,2007.KonsepdanPenulisanRisetKeperawatan.Yogyakarta:GrahaIlmu. Sugiyono.2007.StatistikaUntukPenelitian.Bandung:Alfabeta. Wiknjosastro,Hanifa.2007.IlmuKebidanan .Jakarta:YBPSP. .2009.IlmuKebidanan .Jakarta:YBPSP. Yudha,E.K.2009.ObstetriWilliams:PanduanRingkas.Jakarta:EGC. Yulaikhah,Lily.2008.Kehamilan:SeriAsuhanKebidanan.Jakarta:EGC.
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
204
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
HUBUNGANANTARAKEHAMILANPOSTTERM DAN DAN DAN KEJADIANKETUBANPECAHDINIDENGANKEJADIANASFIKSIABAYIBARULAHIR KEJADIANKETUBANPECAHDINIDENGANKEJADIANASFIKSIABAYIBARULAHIR IDENGANKEJADIANASFIKSIABAYIBARULAHIR AgungSuharto* AgungSuharto*,Subagyo*, ,Subagyo*,IraIndahPuspitaDewi** *,IraIndahPuspitaDewi** IraIndahPuspitaDewi** ABSTRAK ABSTRAK Menurut Kamisah (2010) sekitar 23% angka kematian bayi baru lahir di dunia disebabkan oleh asfiksia. Kehamilan postterm dan kejadian ketuban pecah dini merupakanbagiandarifaktorpenyebabasfiksiapadabayibarulahir.Tujuanpenelitianini adalahmengetahuihubunganantarakehamilanposttermdankejadianketubanpecahdini dengankejadianasfiksiapadabayibarulahir. Jenispenelitianiniadalahanalitikdenganrancangancasecontrol.Variabelbebas adalah kehamilan postterm dan kejadian ketuban pecah dini, variabel terikat adalah kejadian asfiksia pada bayi baru lahir. Populasi: seluruh bayi baru lahir di RSUD dr. Sayidiman Magetan periode 1 Februari 2011-29 Februari 2012. Sampel: 97 kelompok kasus dan 100 kelompok kontrol, teknik simple random sampling, menggunakan data sekunderyangdiperolehdariBukuRegisterPersalinan.Analisisdatamenggunakanujichi square(x 2 )denganα=0,05,koefisienkontingensidanoddratio. Hasilpenelitian:Padakehamilanpostterm63,6%bayiyangdilahirkanmengalami asfiksia. Pada ketuban pecah dini 60% bayi yang dilahirkan mengalami asfiksia. Hasil analisis korelasi chi square antara kehamilan postterm dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir didapatkan nilai p=0,019 (p<0,05), C=0,169 dan OR = 2 artinya ada hubungansangatrendahantarakehamilanposttermdengankejadianasfiksia.Kehamilan posttermmemilikiresiko2kalimenimbulkanasfiksiabayibarulahir.Hasilanalisiskorelasi chi square antara kejadian ketuban pecahdini dengan kejadianasfiksia pada bayi baru lahirdidapatkannilaip=0,018(p<0,05),C=0,166danOR=2artinyaadahubungansangat rendah antara kejadian ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia. Kejadian ketuban pecahdinimemilikiresiko2kalimenimbulkanasfiksiabayibarulahir. Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan antara kehamilan postterm dan kejadian ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir, dengan kekuatanhubungansangatrendah.Peluangterjadinyaasfiksiapadabayibarulahir2kali lebihbesar pada kehamilan postterm dan kejadian ketubanpecah dini. Disarankan ibu hamilmemeriksakankehamilannyasecarateraturagarfaktorresikoasfiksiaterdeteksidini dan segera ditindaklanjuti, sehingga tidak akan terjadi asfiksia pada bayi yang dilahirkannya. Katakunci:kehamilanpostterm,ketubanpecahdini,asfiksia Katakunci: *=PoltekkesKemenkesSurabaya,JurusanKebidanan,ProdiKebidananMagetan **= Alumnus Poltekkes Kemenkes Surabaya, Jurusan Kebidanan, Prodi Kebidanan Magetan
PENDAHULUAN PENDAHULUAN Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 angka kematian bayi baru lahir sebesar 19/1.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2009). Menurut hasil Riskesdas tahun 2007, tigapenyebabutama kematianbayibaru lahir di Indonesia adalah respiratory disorders (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis neonatorum (12,0%) (Depkes RI, 2008). Asfiksia intrapartum dan aspirasi mekonium terjadi pada hampir 3/4 kematian bayi baru lahir akibat kehamilan postterm (Hartono, 2006:812). Sindromdistresspernapasanberkisar10-40%akibatkomplikasiketuban pecahdini/KPD (Kamisah,2010).Diperkirakan1jutaanakyangbertahansetelahmengalamiasfiksiasaat lahirkinihidupdenganmorbiditasjangkapanjangseperti cerebralpalsy ,retardasimental dangangguanbelajar(DepkesRI,2008). 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
205
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
DatakejadianasfiksiabayibarulahirdiRSUDdr.SayidimanMagetan,menunjukkan padatahun2009sebanyak59,01%kasusdari161kelahiranhidup,terjadipadaketuban pecah dini (24,21%) dan pada kehamilan postterm (9,47%). Tahun 2010 sebanyak 67,26%kasusasfiksiabayibarulahirdari168kelahiranhidup,terjadipadaKPD(21,24%) danpadakehamilan postterm (3,54%).Tahun2011terdapat69,80%kasusasfiksiabayi baru lahir dari 464 kelahiran hidup, terjadi pada KPD (20,82%) dan pada kehamilan postterm (11,02%).Daridatadiatasdapat disimpulkanbahwakejadianasfiksiadi RSUD dr. Sayidiman Magetan mengalami peningkatan, dan sering terjadi pada kehamilan postterm danKPD(RegisterpersalinanRSUDdrSayidimanMagetantahun2009-2011). Beberapafaktorpenyebabterjadinyaasfiksiapadabayibarulahirdiantaranya,1). Faktordaripihakjaninsepertigangguanalirandarahdalamtalipusatkarenatekanantali pusat, depresi pernapasan, perdarahan intrakranial dankelainanbawaan 2). Faktor dari pihakibusepertigangguanhis,hipotensimendadakpadaibukarenaperdarahanmisalnya padaplasentaprevia,hipertensipadaeklampsiadangangguanmendadakpadaplasenta sepertisolusioplasenta(Wiknjosastro,2007:709-710).Bilaasfiksiabayibarulahirterjadi, bisamenyebabkankomplikasiperdarahanotakdanhidrosefalus.Akibatpendarahanotak, maka bayi bisa mengalami kelumpuhan, yaitu dapat mengenai dua anggota gerak atau keempat anggota gerak. Organ lain yang bisa terpengaruh oleh kekurangan oksigen adalahjantung,ginjal,hati,saluran pencernaan,paru-parudansumsumtulangbelakang. Jikahatiterganggu,bayimenjadikuning(Agus,2009).Bilaprosesasfiksiaberlanjutdapat mengakibatkankerusakanotakataukematian(Saifuddin,2010:347). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara kejadian KPD dengan kejadianasfiksiabayibarulahirdiRSUDdr.SayidimanMagetan METODEPENELITIAN METODEPENELITIAN Penelitian di RSUD dr. Sayidiman Magetan pada bulan Maret s/d Juli 2012 ini menggunakanrancangankasuskontrol.Populasipenelitianadalahseluruhbayibarulahir di RSUD dr. Sayidiman Magetan pada bulan Februari 2012, dengan kriteria saat kehamilan maupun persalinannya tidak ada riwayat hipertensi, kehamilan prematur, preeklampsia/eklampsia,partuslama,plasentaprevia,retensioplasenta,dalampengaruh obatnarkosamaupunmalposisijanin.Populasikasussejumlah127bayibarulahirdengan asfiksia,populasikontrolsejumlah132bayibarulahirtidakasfiksia.Datadiperolehdari BukuRegisterPersalinanRSUDdr.SayidimanMagetan.Analisisdatamenggunakanuji Chikuadrat,denganα=0,05,koefisienkontingensi,danoddratio (OR). HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN HasilPenelitian HasilPenelitian KEJADIANKEHAMILANPOSTTERM ,KPD,DANASFIKSIABAYIBARULAHIR Distribusikejadiankehamilanposterm,kejadianKPD,dankejadianasfiksiabayibarulahir, masing-masingditampilkanpadaGambar1,Gambar2,danGambar3.
56
200
141
0
postterm Tidak postterm Gambar1. ejadianK KehamilanPostterm P ostterm ambar1.DistribusiFrekuensi .DistribusiFrekuensiK DistribusiFrekuensiKejadian P diRSUD diRSUDdr.SayidimanMagetanperiodeFebruari2011 dr.SayidimanMagetanperiodeFebruari2011--Februari2012 Februari2012
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
206
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
Tidak ketuban pecah dini
3 8,1%
Ketuban pecah dini
6 1,9%
Gambar2.DistribusiFrekuensi Gambar2.DistribusiFrekuensiKejadian DistribusiFrekuensiKejadianKPD KejadianKPD KPD diRSUD dr.SayidimanMagetanperiodeFebruari2011--Februari2012 diRSUDdr.SayidimanMagetanperiodeFebruari2011 Februari2012 105 100 95
100
97
Tidak asfiksia
Asfiksia
Gambar3 .DistribusiFrekuensi DistribusiFrekuensiKejadianAsfiksiapadaBayiBaruLahir Gambar3. DistribusiFrekuensiKejadianAsfiksiapadaBayiBaruLahir KejadianAsfiksiapadaBayiBaruLahir diRSUD dr.SayidimanMagetanperiodeFebruari2011--Februari2012 diRSUDdr.SayidimanMagetanperiodeFebruari2011 Februari2012 Hasiluji Chisquare antarakehamilan postterm dengankejadianasfiksiapadabayi barulahirdidapatkannilaip=0,019,C=0,169 danOR=2,artinyaadahubungansangat rendahantarakehamilan postterm dengankejadianasfiksia.Kehamilan postterm memiliki resiko2kalimenimbulkanasfiksiabayibarulahir. Hasil uji Chi square antara kejadian KPD dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahirdidapatkannilaip=0,018,C=0,166danOR=2artinyaadahubungansangatrendah antara kejadian ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia. Kejadian KPD memiliki resiko2kalimenimbulkanasfiksiabayibarulahir. Pembahasan Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kehamilan postterm di RSUD dr. Sayidiman Magetan periode Februari 2011 sampai Februari 2012 sebesar 28,4%. Menurut Sastrawinata (2005:12) kira-kira 10% kehamilanberlangsung terus sampai 42 minggu,4% berlanjutsampaiusia43minggu.Halinidiperkuatolehhasilpenelitianyang dilakukanWidyawati(2010)diRSUDdr.HarjonoPonorogodenganpersentasekejadian kehamilanpostterm sebesar46,7%. HasilpenelitianmenunjukkanbahwajumlahkejadianKPDdiRSUDdr.Sayidiman Magetan periode Februari 2011 sampai Februari 2012 sebesar 38,7%. Menurut Wiknjosastro (2008:678) dalam kehamilan 8-10% perempuan hamil akan mengalami ketuban pecah dini. Pernyataan di atas diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan Widuri (2010) di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta pada Tahun 2007-2009 yaitusebesar56,8%ibuhamilmengalamikejadianketubanpecahdini. HasilpenelitianmenunjukkanbahwajumlahkejadianasfiksiabayibarulahirdiRSUD dr. Sayidiman Magetan periode Februari 2011 sampai Februari 2012 sebesar 49,2%. Menurut Kamisah (2010) diperkirakan bahwa sekitar 23% seluruh angka kematian bayi baru lahir di dunia disebabkan oleh asfiksia, dengan proporsi lahir mati lebih besar. Pernyataan ini diperkuat dengan laporan dari World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa sejak tahun 2000-2003 asfiksia menempati urutan ke-6, yaitu sebanyak 8% sebagai penyebab kematian bayi diseluruh dunia setelah pneumonia, malaria,sepsisneonatorumdankelahiranprematur. Hasilpenelitianmenunjukkanbahwapadakehamilan postterm sebagianbesarbayi yangdilahirkanmengalamiasfiksia.Setelahdianalisismenunjukkanadahubunganyang bermakna antara kehamilan postterm dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir, 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
207
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
dengan tingkat hubungan sangat rendah danpeluang terjadinya kejadian asfiksia pada bayi baru lahir 2 kali lebih besar pada kehamilan postterm . Menurut Wiknjosastro (2008:686)kehamilan postterm mempunyairesikolebihtinggidaripadakehamilanaterm, terhadap kematian perinatal berkaitan asfiksia bayi baru lahir, karena fungsi plasenta mencapai puncak pada usia kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun terutamasetelah42minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kejadian ketuban pecah dini sebagian besar bayi yang dilahirkan mengalami asfiksia. Setelah dianalisis menunjukkan ada hubunganyangbermaknaantarakejadianketubanpecahdinidengankejadianasfiksia pada bayi baru lahir dengan tingkat hubungan sangat rendah dan peluang terjadinya kejadianasfiksiapadabayibarulahir2kalilebihbesarpadakejadianketubanpecahdini. HasilpenelitianinisesuaidenganpenelitianterdahuluyangdilakukanolehWiduri(2010), bahwa adahubunganantara kejadian ketubanpecahdini dengankejadianasfiksiapada bayi baru lahir. Namun besar faktor resiko yang diperoleh tidak sama karena adanya perbedaanjumlahsampeldanlokasipenelitian. KESIMPULANDANSARAN KESIMPULANDANSARAN Kesimpulan Kesimpulan impulan 1. Sebesar 28,4% ibu bersalin di RSUD dr. Sayidiman Magetan periode Februari 2011 sampaiFebruari2012mengalamikehamilanpostterm. 2. Sebesar 38,7% ibu bersalin di RSUD dr. Sayidiman Magetan periode Februari 2011sampaiFebruari2012mengalamikejadianketubanpecahdini. 3. Sebesar49,2%bayibarulahirdiRSUDdr. Sayidiman Magetanperiode Februari2011 sampaiFebruari2012mengalamiasfiksia. 4. Adahubungansangatrendahantarakehamilanpostterm dengankejadianasfiksiapada bayibarulahir,denganpeluangterjadinyakejadianasfiksiapadabayibarulahir2kali lebihbesarpadakehamilan posttermdibandingkanpadakehamilanaterm . 5. Ada hubungan sangat rendah antara kejadian ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir, dengan peluang terjadinya kejadian asfiksia pada bayi baru lahir 2 kali lebih besar pada kejadian ketuban pecah dini dibandingkan pada kejadiantidakketubanpecahdini. Saran Saran 1. Diharapkaninstitusipelayanankesehatanmeningkatkanpelayanan antenatalcare agar dapat mendeteksi dini adanya kehamilan postterm dan ketuban pecah dini sehingga terhindardariresikobayilahirdenganasfiksia. 2. Diharapkan masyarakat/ ibu hamil lebih aktif melakukan pemeriksaan kehamilan sehinggabilaadafaktorresikodarikehamilan postterm danKPDdapatterdeteksilebih dinisehinggabisasegeraditanganidanterhindardarikomplikasiyangmenyertainya. 3. Diharapkanhasilpenelitianinidigunakansebagaibahanmasukandanbahansumber untukmelakukanpenelitiantentanghubungankehamilan postterm ,ketubanpecahdini dengankejadianasfiksiabayibarulahir. 4. Diharapka para peneliti melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengikutsertakan variabellainnya. DAFTARPUSTAKA DAFTARPUSTAKA Agus.2009. AsfiksiaPentingnya Tangis Pertama Bayi . http://czdyne.blogspot.com/2009/ 03/asfiksia-pentingnya-tangis-pertama-bayi.html.diakses03-04-2012,12.45WIB. Alimul,Aziz.2008. PengantarIlmuKesehatanAnakuntukPendidikanKebidanan .Jakarta: SalembaMedika. 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
208
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
Anggarini.2011. KetubanPecahDini .http://anggarini.staff.uns.ac.id/2011/06/20/ketubanpecah-dini/.diaksestanggal3April2012,pukul12.50WIB. Aprillia,Yessie.2011.Ketuban PecahDini(KPD)atauPrematureofTheMembrane. http:// www.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=216:ketubanpecah-dini-kpd-atau-premature-rupture-of-the-membrane-prom&catid=47:all-aboutchildbirth&Itemid=59.diaksestanggal3April2012,pukul13.19WIB. Arikunto.2006.ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktek .Jakarta:RinekaCipta. Azwar,Saifuddin.2008.SikapManusiaTeoridanPengukuran .Jakarta:PustakaPelajar. Cunningham.2005.ObstetriWilliams .Jakarta:EGC. Depkes RI, 2008. Pencegahan dan Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum . Jakarta: DepkesRI. Hartono,Andri.2006.WilliamsObstetrics,21ed .Jakarta:EGC. KemenkesRI,2007. AngkaKematianNeonatalBayidanBalita .www.infodokterku.com, diaksestanggal2April2012,pukul18.30WIB. Kamisah. 2010. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini pada Kehamilan Preterm . http://www.tanyadokteranda.com,diaksestanggal2April2012,pukul17.55WIB. Kuncara.2006.AsuhanKebidananPersalinandanKelahiran .Jakarta:EGC. Manuaba, Chandranita. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga BerencanauntukPendidikanBidanEdisi2 .Jakarta:EGC. Marmi,dkk.2011.AsuhanKebidananPatologi .Yogyakarta:PustakaPelajar Maryunani.2008.AsuhanBayiBaruLahirNormal .Jakarta:TransInfoMedia. Mochtar,Rustam.1998.SinopsisObstetriFisiologidanPatologi .Jakarta:EGC. Mursyid,2010. KetubanPecahSebelumWaktunya .http://medlinux.blogspot.com,diakses tanggal11April2012pukul19.30WIB. Notoatmodjo,Soekidjo.2002.MetodologiPenelitianKesehatan .Jakarta:RinekaCipta. Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta:SalembaMedika. Praktiknya, Watik. 2007. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokterandan Kesehatan . Jakarta:PTRajaGrafindoPersada. Rahayu,Indah.2009.HubunganantaraLamaKetubanPecahDiniterhadapNilaiAPGAR pada Kehamilan Aterm di Babadan Rumah Sakit Daerah Cepu . Skripsi: FK UniversitasMuhammadiyahSurakarta. Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonata l.Jakarta:YayasanBinaPustakaSarwonoPrawirohardjo SastrawinataS.2005.ObstetriPatologiIlmuKesehatanReproduksi .Jakarta:EGC. Sastroasmoro S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis . Jakarta: Binarupa Aksara. Setiadi.2007.KonsepdanPenulisanRisetKeperawatan .Yogyakarta:GrahaIlmu. Sugiyono.2010.StatistikauntukPenelitian .Bandung:Alfabeta. Varney,Hellen.2003.BukuAjarAsuhanKebidananVolume1Edisi4 .Jakarta:EGC Waspodo D. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini . Jakarta: JNPKKR. Widuri,Retno.2010.HubunganKetubanPecahDinidenganAsfiksiapadaBayiBaruLahir diRSUPKUMuhammadiyahBantulYogyakartapadaTahun2007-2009 .Skripsi:Prodi IlmuKesehatanMasyarakatFKMUniversitasAhmadDahlan. WidyawatiR.2010. Hubunganantarakejadianpostdatedenganasfiksiapadabayibaru lahir di RSUD dr. Harjono S. Ponorogo . KTI: Prodi Kebidanan Magetan Poltekkes DepkesSurabaya. Wiknjosastro,Hanifa.2002.IlmuBedahKebidanan .Jakarta:YBPSP. ________.2008.IlmuBedahKebidanan .Jakarta:YBPSP. Yanti.2010.BukuAjarAsuhanKebidananPersalinan .Yogyakarta:PustakaRihama. 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
209
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
KELANGSUNGANPEMAKAIANALATPELINDUNGDIRI(APD) KELANGSUNGANPEMAKAIANALATPELINDUNGDIRI(APD)PADAPEKERJABATU (APD)PADAPEKERJABATU KAPURDIDESASAMPUNGKECAMATANSAMPUNGKABUPATENPONOROGO KAPURDIDESASAMPUNGKECAMATANSAMPUNGKABUPATENPONOROGO AriesPrasetyo* ,H.DjokoWinduP.Irawan** AriesPrasetyo*,Sujangi* ,Sujangi*,H.DjokoWinduP.Irawan ABSTRAK ABSTRAK Pekerjaanmenambangbatukapurmerupakanpekerjaanyangberisikomenimbulkan gangguan kesehatan. Penelitian bertujuan untuk mengukur kualitas lingkungan kerja pekerjabatukapur,melakukanpenyuluhankesehatan dankeselamatankerja,mengukur tingkat kelangsungan pemakaian APD,mendapatkandata faktor-faktor yang mendukung danmenghambatkelangsunganpemakaianAPD,merekomendasikanmodelpendekatan yangpalingefektifdalampemberdayaanpemakaianAPD. Jenispenelitianadalah,deskriptifdenganpopulasisemuapekerjabatukapuryang tinggaldiKecamatanSampungKabupatenPonorogo.JumlahSampelsebanyak40orang pekerjayangdiambilsecaraacak.Pengumpulandatadengancaraobservasi,pengukuran kualitas lingkungan dan wawancara langsung. Hasil penelitian diketahui bahwa kualitas lingkungankerjatemperatur:35,98 0 C,Kelembaban66,10%,pencahayaan:9771,17Lux, Kebisingan 63,21 dB, Kecepatan angin: 1,92 km/jam. Kelangsungan pemakaian APD selama tiga pengamatan menunjukkan kenaikan dan kestabilan dalam pemakaian APD dan faktor yang mendukung kelangsungan pemakaian APD, yaitu: motivasi kerja yang cukup tinggi, adanya kemauan menerimamotivasibaru. Dari hasil penelitian ini peneliti menyarankankepadaPemdauntukterusmembinadanmemfasilitasikelompokK3,bagi pengusahauntukmendukungkelangsunganpeminatK3. Katakunci:alatpelindungdiri,pekerja,tambangbatukapur Katakunci: *= Poltekkes Kemenkes Surabaya, Jurusan Kesehatan Lingkungan, Prodi Kesehatan LingkunganMagetan
PENDAHULUAN PENDAHULUAN Setiappekerjaanmerupakanbebanbagitenagakerja.Setiappekerjaanmempunyai potensirisikoterjadikecelakaandanpenyakitakibatkerja.Pekerjaanbatukapurtermasuk mempunyai risiko pekerjaan yang harus ditanggungnya. Usaha informal pekerja batu kapurtradisionalberkembangmakinmeluassejalandenganperkembanganusahaformal. Menurut hasil penelitian Agus dkk.(2003), pemakaianAPDsangat rendah 32,00% yangmemakaimasker ataupenutup hidung dengan kain seadanya, 86% memakai alas kaki/sepatudan2%memakaipenutupkepala.Waktukerja2x24jamdanadashifkerja selang 4 hari. Risiko lingkungan sebagai pekerja batu kapur, yaitu partikel debu kapur yangsecaraakumulatifakanmengganggujalannafasdanpenglihatan. Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengukur kualitas lingkungan kerja pekerja batu kapur,2)melakukanpenyuluhankesehatandankeselamatankerja,3)mengukurtingkat kelangsunganpemakaianAPD,4)mendapatkandatafaktor-faktoryangmendukungdan menghambatkelangsunganpemakaianAPD,5)merekomendasimodelpendekatanyang palingefektifdalampemberdayaanpemakaianAPD. METODEPENELITIAN METODEPENELITIAN Jenis penelitian iniadalahdeskriptif,dilaksanakanpadabulan Mei-November2004, denganpopulasi:pekerjabatukapurdiDesaSampung,Kec.Sampung,Ponorogo.Besar sampeladalah40orangyangdiambildengancararandomsampling. Langkah-langkahpenelitianadalahsebagaiberikut: 1. Persiapan:penyusunanproposal,seminar,pengurusanijindanpenyiapanbahan. 2. Pelaksanaan: a) menentukan sampel, b) mengukur kualitas lingkungan kerja (debu, temperaturdankelembaban),untukmenentukanAPD,c)memberiAPDpadaseluruh 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
210
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
sampel,d)melakukanpenyuluhan/PartisipatoryRuralAprai-sal (PRA)terhadappekerja batu kapur yang menjadi sample untuk mempergunakan APD, e) mengamati pekerja batukapurdalammempergunakanAPD,f)melakukanwawancaradenganpekerjabatu kapur, untuk mendeteksi hambatan-hambatan dalam selalu memakai APD, g) merancangmodelpendekatanefektifdalammemacupemakaianAPD. 3. Penyelesaian:editing,analisis,penyusunanlaporanakhirdanseminar. Datadikumpulkanmelalui observasi langsung terhadapobyek,pengukurankualitas lingkungandanwawancaralangsungterhadapresponden,dipandudenganmenggunakan kuesioner.Selanjutnyadatadianalisissecaradeskriptifberupadistribusifrekuensi. HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN TIANDANPEMBAHASAN KarakteristikResponden KarakteristikResponden Usia responden secara keseluruhan masih dalam kelompok usia produktif. Usia terendah29tahun dan tertinggi54 tahun, Usia terbanyakpada kelompok 35– 40tahun (35,00%) atausecaraglobalsebanyak77,50%berusiaantara30–45tahun.Kelompok usia tersebut merupakan kelompok usia yang relatif aktif bekerja, yang berarti selalu bersentuhandenganlingkungankerja.Risikolingkungankerjaselalumenghadangsetiap langkahpekerjabatukapur,untukitusetiappekerjasebaiknyaselalumenggunakanAPD. Tingkat pendidikan responden maupun anggota keluarga responden terbanyak masihberadapadatingkatpendidikandasar,responden(92,50%)masihbelumtamatSD danSD,dananggotakeluargarespondenterbesar(47,50%)adalahtamatanSD.Anggota keluarga memiliki peran dalam menentukan keputusan keluarga, sehingga pendidikan yang rendah pada anggota keluarga kurang berperan dalam memutuskan masalah keluarga. Rendahnya pendidikan ini kurang mendukung pemberian suatu inovasi baru. Masyarakat yang berpendidikan rendah pada umumnya tingkat pendapatannya rendah dansulitmenerimainformasi. Sumberinformasi yang palingdisukairespondenpekerjabatukapur adalahtelevisi, diikutiradiodanmediacetak.Sebanyak57,50%respondensetiapharimenontontelevisi, 47,50% setiap hari mendengarkan radio dan 5,00% setiap hari membaca media cetak. Mediatelevisimerupakanmediaaudiovisualyangindahuntukdinikmatidaripadahanya mendengarataumencermatidengancaramembaca.Disampingitumendapatkanmedia cetak memerlukan biaya, harus membeli, sedangkan tingkat pendapatan responden umumnya rendah. Acara media massa yang paling disukai dari media televisi (57,50%) danradio(40,00%)adalahhiburan,diikutiberitadarimedialain-lain. Tingkatpengetahuanrespondendiobservasisebanyaktigakalidenganselangwaktu sepuluh hari. Tingkat pengetahuan diukur dengan kemampuan responden menjawab enam buah pertanyaan yang diajukan tentang K3. Pada observasi pertama, kedua dan ketiga, tingkat pengetahuan respondenpaling banyak padakategori sedang diikuti baik. Kondisi pengetahuan ini identik dengan tingkat pendidikan responden (92,50%) SD dan belum tamat SD, sehingga untuk meningkatkan dalam waktu yang relatif singkat agak sulit. Perlu pengulangan berkali dengan pendalaman materi yang lebih intensif. Metode ceramah dengan peragaan dan demontrasi nampaknya kurang mampu meningkatkan penerimaan pesan, termasuk diskusi, namun ada sedikit perubahan ketika observasi kedua setelah dilalukan diskusi berulang dengan rekan sekerja, terdapat pemahaman yangmeningkat. Mata pencaharian erat kaitannya dengan pendidikan da pendapatan Pekerjaan sebagai pekerja batukapur memiliki beban kerja terasa cukup berat, disampingbekerja sebagai pekerja batu kapur juga memiliki pekerjaan sampingan. Hal ini dikarenakan tuntutan biaya kebutuhan hidup dan beban tanggungan keluarga (tiga orang 47,50%), sedangkanpenghasilandaripekerjabatukapursajakurangmemadai.Tingkatpendaptan 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
211
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
responden umumnya (50,00%) berkisar antara Rp.185.000,00 – kurang dari Rp. 370.000,00, dan 35% kurang dari Rp. 185.000,00. Tingkat pendapatan tersebut selaras dengantingkatpendidikanyangrendah. KualitasLingkunganPekerjaBatuKapur KualitasLingkunganPekerjaBatuKapur Tabel .KualitasLingkunganPekerjaBatuKapur Tabel1.KualitasLingkunganPekerjaBatuKapur diDesaSampungKecatanSampungKabupatenPonorogoTahun2004 diDesaSampungKecatanSampungKabupatenPonorogoTahun2004 SampungKecatanSampungKabupatenPonorogoTahun2004 No No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kualitaslingkungan Kualitas lingkungan Kualitaslingkungan Temperatur (0 C ) Kelembaban ( % ) Pencahayaan ( Lux ) Debu Bau Kebisingan (dB) Kecepatan angin (m/detik) Tekanan udara Radiasi matahari Luaslingkupkerja(m2 ) Kondisi tempat kerja Keamanan alat bantu Ergonomi alat
Minimal Maximal RataMinimal Maximal Rata-rata rata 34,50 37,50 35,98 56,20 74,80 66,10 736,00 1.229 971,17 +++ ++++ +++ ++ +++ ++ 50,50 74,20 63,12 0,19 1 0,53 30,60 30,80 30,72 375,00 1.250 629,17 Semi permanen beratap genting dan seng Sekop dan cangkul serta linggis Panjang gagang cangkul/sekop 3 m
+:TidakBerbau/berdebu,++:CukupBerbau/berdebu,+++:Berbau/berdebu, ++++:SangatBerbau/berdebu Risikolingkungankerjabatukapursecarakeseluruhantidakberbeda.Halinikarena lokasipekerjabatukapurtidakjauh,masihdalamsatudesa.Temperaturrata-ratadilokasi pekerjaan35,98 °C,kondisiiniagaksedikitberbedadengantemperatursekitarnya,yaitu: 30,00°C. Temperatur yang tinggi tersebut berasal dari pembakaran batu kapur yang meradiasikesekitartempatkerja.Tingginyatemperaturinimembuatpekerjamenjadiagak gerah, namun tidak sampai kepanasan. Kondisi temperatur ini kurang dirasakan oleh pekerja, karena pekerja sudah terjadi adaptasi yang cukup lama terlihat masa kerja responden sebagian besar (90,00%) sudah bekerja lebih dari lima tahun. Disamping itu kondisitempatkerjayangterbukadidukungdengantiupan angin dengankecepatan1,92 km/jam,sehinggatemperaturyangtinggitidakterasa. Kelembaban rata-rata 66,10%, kondisi cukup layak untuk suatu pekerjaan batu kapur, karena tenpat pekerjaan batu kapur disekitar perbukitan dengan ketinggian dari permukaanairlautsekitar+1017m.Demikianjugadengantekananudaracukupaman melakukan aktivitas pekerjaan.Pencahayaan memang cukup tinggi (971,17 lux), karena memang daerah Sampung merupakan daerah yang cukup banyak mendapat sinar mataharilangsungdanditempatkerjaditambahdenganpantulanwarnaputihdaribubuk kapuryangberserakansebagailantai. Pekerja batu kapur umumnya sudah terbiasadengan kondisi ini, kelopak dan pupil mata sudah terbiasa dengan untuk mengurangi cahaya yang masuk mata. Kesilauan akibatpencahayaaninidapatdikurangidenganpemakaiankaca,namunjarangresponden yang menggunakannya. Tingkat kebisingan sekitar tempat kerja hampir tidak ada. Suasana tempat kerja cukup tenang dengansuara kebisisngan (rata-rata 66,10 dB) dar resikopekerjaanmemangtidakmemilikimasalah, bahkankadang-kadang adabeberapa pekerjamembawaradiotapeuntuksekedarhiburanmenghilangkankebosananbekerja. Banyaknya debu disertaidenganbaukhaskapur selalumengitari pekerja,terutama pada saat menyiram batu kapur setelah dibakar dan pada saat mewadahi bubuk kapur kedalam karung. Kadang-kadangdebutersebut diterbangkan angin. Tebaran debubatu 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
212
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
kapur maupun bubuk kapur bukan hal aneh, umumnya pekerja batu kapur dengan mensiasatidenganpindahtempatkearahangindatangatauketempatyangtidakberdebu ataulebihmerapatkanmasker. Luas tempat kerja secara nyata tidak dibatasi dengan dinding, karena memang merupakanlahan terbuka dilindungi atap.Secara efektif luas lingkup kerja rata-rata 629 m2. Luas lingkup kerja tersebut yang terlindungi atap hanya sekitar 10% - 20%. Penggunaan atap tersebut berfungsi untuk melindungi pekerjaan/pekerja dari gangguan hujanmaupunpanasmatahari.Kondisitempatkerjaumumnyamerupakanbangunansemi permanenterbukadenganbahanatapgentingatausengataudedaunanyangdianyam. Bahan tersebut cukup bagus untuk menahan radiasi matahari, kecuali bahan seng. Walaupun bahan atap berasal seng, namun temperatur karena radiasi matahari tidak mencolok tinggi, karena umumnya lokasi bekerja dikelilingi tumbuh-tumbuhan yang rindang,sehinggaradiasimataharibanyakberkurang. Alat bantu pekerjaan hanya cangkul dan sekop. Ergonomi alat bantu sangat tergantung dari pekerjanya. Umumnya pekerja mengganti pegangan sekop maupun cangkuldenganpeganganyangpanjangnyasekitar2msesuairasakenyamananmasingmasing pekerja. Disamping ada rasa kenyamanan dalam menggunakan sekop dan cangkul, pekerja juga tidak terlalu berdekatan dengan debu pada saat bubuk kapur disekopmaupundicangkul. PemakaianAlatPelindungDiri(APD) PemakaianAlatPelindungDiri(APD) PemakaianAPDolehrespondenselamapenelitianyangdiobservasiselamatigakali, didapatkanhasilsebagaimanadisajikanpadaTabel2. Tabel2. Tabel2.PemakaianAPD(Tutup epala)padaPekerjaBatuKapur PekerjaBatuKapur .PemakaianAPD(TutupK PemakaianAPD(TutupKepala)pada PekerjaBatuKapur diDesaSampungKecamatanSampungKabupatenPonorogoTahun2004 iDesaSampungKecamatanSampungKabupatenPonorogoTahun2004 No No
Pemakaian Pemakaian APD Pemakaian APD
1. TutupKepala • Ya • Kadang-kadang • Tidak 2. Kacamata • Ya • Kadang-kadang • Tidak 3. Tutuphidung(masker) • Ya • Kadang-kadang • Tidak 4. Sarungtangan • Ya • Kadang-kadang • Tidak 5. Sepatu • Ya • Kadang-kadang • Tidak 6. Pakaiankerja • Ya • Kadang-kadang • Tidak
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
I
Observasi(%) Observasi(%) (%) II III II III
55 20 25
100
100
17,5 15 67,5
50 35 15
26 27,5 46,5
35 22,5 42,5
22,5 22,5 55
35 25 40
32,5 27,5 40
70 22,5 7,5
100
80 12,5 7,5
100
100
9 7,5 83,5
10 7,5 82,5
15 10 75
213
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
APDmerupakansalahsatusaranauntukmelindungipekerjadaririsikolingkungan, yang berupa kecelakaan maupun penyakit akibat pekerjaan. APD harus memenuhi persyaratan:enakdipakai(nyaman),tidakmengganggupekerjaandanefektifmemberikan perlindungan.PadaumumnyapekerjabatukapurdidesaSampungbelummenggunakan APDsecaralayaknyauntukmelindungi diridaririsiko lingkungan.Kenyataaninisungguh dilematis,karenasemuarespondendiberisecaraCuma-CumaAPDtersebut.Responden umumnyamasihmenggunakanAPDnyayanglama,yangkurangmemenuhipersyaratan sebagai APD. Umumnya responden masih merasa sayang APD yang masih baru, sehinggaengganmemakainya.Disampingitutingkatpendidikan(90,00%)SDdantingkat pengetahuan umumnya dalam kategori sedang serta faktor lingkungan rekan sekerja umumnyamenggunakanAPDyangtidaklengkap. Pada observasi ke dua, setelah kunjungan diskusi tahap pertama terdapat peningkatan pemakaian APD. Semua responden sudah mulai menggunakan APD tutup kepaladansepatu, kacamata, masker,sarungtangandanpakaian kerja.Hasil observasi ke dua ini terjadi peningkatan pemakaian APD namun juga ada yang mengalami penurunan. PeningkatanpemakaianAPDpadajenis tutupkepala,sepatu,sarungtangan dan kaca mata, yang menurun pemakaian masker dan yang tetap pemakaian pakaian kerja.Pemakaianmaskermengalamipenurunan,karenadirasakanolehrespondenbahwa masker yang dipakai (penelitian) kurang memberikan leluasa untuk bernafas, terasa sesak untuk bernafas ketika menggunakan masker, padahal pada saat bekerja memerlukan pergantian oksigen yang cepat. Kondisi ini yang menyebabkan masker penelitian dilepas dan umumnya responden kembali memakai maskernya dengan cara menutupkan pakaian kasa pada daerah hidung atau tidak memakai masker. Pada pemakaianpakaiankerjamemangmasihrendah. Hasil observasi ke tiga menunjukkan peningkatan pemakaian APD. Semua respondenselalumenggunakantutupkepala,sarungtangandansepatu.Padapemakaian kaca mata terjadi penurunan, karena berdasarkan informasi diskusi tahap ke tiga atau pembentukan kelompok,kacamatapenelitian kurang praktis dipakai dan beberapakaret penyangga sudah tidak nyaman dipakai. Pemakaian kacamata sangat diperlukan untuk mengurangikesilauankarenapencahayaanyangcukuptinggi(971,17lux)danadanya debububukkapuryangbeterbangandisekitarpekerja. ModelPendekatanPemberdayaanPemakaianAPD ModelPendekatanPemberdayaanPemakaianAPD 1. Penyuluhan. Dilaksanakan di Balai Desa (+ 90 menit), dengan metode ceramah ditambah alat peraga, poster, flipchart dan demonstrasi pemakaian APD. Materi meliputi K3, pemberian APD kepada 40 sampel dan praktek pemakaian APD dengan benar. APD yangdiberikanyaitu:tutupkepala,kacamata,masker,sarungtangandansepatu. 2. DiskusiI. SepuluhharipascapenyuluhandilakukanobservasipemakaianAPD.Sambilistirahat dilakukan diskusi tentang K3 Diskusi II. Tujuan kunjungan ke dua, mengobservasi pemakaian APD dan diskusi K3. Kunjungan ke dua ini, disertai pemberian stimulan, namunbelumsemua,barutigakelompokdiskusi(tobong)daritujuhtobong. 3. Pembentukankelompokpekerja. KunjunganketigamengamatipemakaianAPDdanjugamenindaklanjutihasilkegiatan diskusiII.AcarameliputidiskusidanpembentukankelompokpeminatK3. KESIMPULANDANSARAN KESIMPULANDANSARAN Kesimpulanpenelitianiniadalah: 1. Kualitaslingkunganpekerjabatukapurreratatemperatur(35,980C),kelembaban (66,10%),pencahayaan(971,17lux),Kebisingan(63,21dB),Kecepatanangin(1,92 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
214
Volume II Nomor 4, November 2012
2. 3.
4.
5.
1.
2. 3.
ISSN: 2089-4686
km/jam),tekanan(30,72),debubertebaranbebas,radiasimataharirendah,luaslingkup kerja(629,17m2),tempatkerjasemipermanenterbukadenganatapbahansengatau ataugenting,alatbantuberupasekopdancangkuldenganpanjangpegangan2m. Peningkatan pengetahuan ditempuh dengan penyuluhan bermetode ceramah disertai peraga,demonstrasi,flipchart,diskusidanpembentukankelompokpeminatK3pekerja batukapur.Tingkatpengetahuanrespondenterbesarpadakategorisedangdanbaik. Kelangsungan pemakaian APD selama tiga pengamatan menunjukkan kenaikan kestabilan responden dalam memakai APD. Pengamatan ke tiga, responden selalu menggunakantutupkepala,sarungtangan,sepatu,sedangkanmaskerdankacamata kadang-kadangkarenakondisiAPDkurangmemberikenyamananpekerja. Faktor yang mendukung kelangsungan pemakaian APD, yaitu: motivasi kerja yang cukup tinggi, ada kemauan menerima inovasi baru, tidak stagnan, bersifat terbuka, sedangkanfaktoryangmenghambat,yaitu:tingkatpendidikanresponden92,50%dan tingkatpendapatanyangrelatifrendah85,00%dibawahUM ModelpendekatanyangtepatuntukpemberdayaanpemakaianAPDyaitudiskusidan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok peminat K3 pekerja batu kapur. Masyarakat secara mandiri menginventarisasi masalah K3, berusaha memecahkan masalahnyasesuaidengankemampuandansumberdayayangada. Saranyangdiajukanadalah: BagiPemerintahDaerahdisarankanuntukterusmembina danmemfasilitasikelompok peminat K3 pekerjabatukapur yang sudah mulai terbentuk, agar dapat berkembang, sehingga masyarakat pekerja batu kapur mampu menentukan masalahnya sendiri, memecahkannya, merencanakan dan mengevaluasi kegiatannya berdasarkan kemampuandansumberdayayangdimiliki. Bagipengusahakecilpengelolabatukapurdisarankanuntukmendukungkelangsungan kelompokpeminatK3pekerjabatukapur. BagiMasyarakat pekerjabatukapurdisarankanuntuk ikutbergabungdalam kelompok peminatK3pekerjabatukapurdanmengaktifkankegiatan-kegiatandalamkelompok
DAFTARPUSTAKA DAFTARPUSTAKA Achmadi, U.F, U.F 1994, Kesehatan Lingkungan Kerja, Lingkungan Fisik, Upaya Kesehatan KerjaSektorInformaldiIndonesia ,Jakarta:DepkesR.I. ArikuntoS.,1993, ArikuntoS. ProsedurPenelitian ,Jakarta:PT.RinekaCipta. DepkesRI,1994, UpayaKesehatanKerjaSektorInformaldiIndonesia ,Jakarta:Dep.Kes DepkesRI RI,PusatPembinaanKesehatanMasyarakat. DinasKesehatanKabupaten,2003, ProfilKesehatanKabupatenPonorogoro ,Tahun2002, DinasKesehatanKabupaten Ponorogoro:DinasKesehatanKabupatenPonorogoro. Mantra IB, IB 1985, Buku Pedoman Penyuluhan Kesehatan Masyarakat ( PKM ) Bagi Petugas Puskesmas , Surabaya : Sub Dinas Penyuluhan Kesehatan, Dinas KesehatanTK.IJatim. Rachman,A,dkk,1991, PedomanBidangStudiHigienePerusahaandanKesehatanKerja Rachman,A,dkk Pada Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi , Jakarta: Depkes RI, Pusat Pendidikan TenagaKesehatanProyekPengembanganPendidikanSanitasiPusat. Siswanto,A. Siswanto,A AlatPelindungdiri ,JawaTimur,BalaiHiperkesKeselamatanKerja. Sayuti, Sayuti, M, M 1991, Alat Pelindung Diri , Surabaya : Makalah disampaikan pada pelatihan peningkatankemampuanGuru/DosenSPPHdalambidangHiperkes. Suma’mur PK, PK 1987, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan , Jakarta, Masagung. SupriyantoS.,1985, PenggunaanStatistikdalamRisetdanEvaluasi ,Surabaya:FKUnair. SupriyantoS
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
215
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
HUBUNGANANTARA HUBUNGANANTARAUMUR ANTARAUMUR, UMUR,PARITASDANKEJADIANKPD PARITASDANKEJADIANKPD DANKEJADIANKPD DENGANPERSALINANPREMATUR DENGANPERSALINANPREMATURDIRSUDKOTAMADIUNTAHUN2011 PERSALINANPREMATURDIRSUDKOTAMADIUNTAHUN2011 DIRSUDKOTAMADIUNTAHUN2011 HerySumasto* ,OshintiaAnggunPertiwi OshintiaAnggunPertiwi** HerySumasto*, OshintiaAnggunPertiwi**,NurweningTyasWis **,NurweningTyasWisnu ,NurweningTyasWisnu* nu* ABSTRAK ABSTRAK Persalinan prematur berbahaya sebab dapat meningkatkan kematian perinatal sebesar65-75%.Penyebabpersalinanprematurmultikompleksdiantaranyaumur,paritas dankejadianKPD.Tujuanpenelitianinimengetahuihubunganantaraumur,paritasserta kejadian KPD dengan persalinan prematur. Penelitian ini menggunakan metode survey analitikdenganrancanganCrossSectional.Populasinyaadalah46ibubersalinprematur, diambilsampel42orangdenganmenggunakanteknikSimpleRandomSampling.Variabel bebas adalah umur, paritas dan Kejadian KPD, variabel terikat adalah persalinan prematur. Pengumpulan data menggunakan data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi. Analisa untuk mencari hubungan umur dan paritas dengan persalinan prematurdigunakanuji PearsonProduct Momentdengan =0,05, sedangkan untukKPD dengan persalinan prematur dengan persalinan prematur digunakan uji Chi Square dengan =0,05dandf=7. Hasilpenelitianmenunjukkanumuribubersalinprematurpalingseringterjadipada usia22tahundan31tahunsebanyak11,9%.Paritasterbanyakadalahparitas1sebanyak 48% dan sebanyak 57% ibu bersalin prematur mengalami KPD. Kejadian persalinan prematur tertinggi pada usia kehamilan 34 minggu (21,5%). Hasil analisis menunjukkan Significancy sebesar 0,584 dan nilai korelai pearson product moment sebesar 0,087, berartitidakadahubunganumurdenganpersalinanprematur.Tidakadahubunganantara paritas dengan persalinan prematur diperoleh Significancy 0,499 dan nilai korelasi Spearmansebesar 0,107.SedangkanhasilujiChi-square,didapatkanhasilSignificancy sebesar0.260berartitidakadahubunganKejadianKPDdenganpersalinanprematur. Kesimpulan darihasilpenelitianinimenunjukkanbahwatidakadahubunganantara umur,paritasdankejadianKPDdenganpersalinanprematurdiRSUDKotaMadiunTahun 2011. Maka diharapkan baik petugas kesehatan maupun masyarakat memperhatikan faktorrisikoterjadinyapersalinanprematurdanpelayananANCyangoptimal. Katakunci:Umur,Paritas,kejadianKPD,PersalinanPrematur Katakunci *=PoltekkesKemenkesSurabaya,JurusanKebidanan,ProdiKebidananMagetan **= Alumnus Poltekkes Kemenkes Surabaya, Jurusan Kebidanan, Prodi Kebidanan Magetan
PENDAHULUAN PENDAHULUAN Persalinan prematur merupakan masalah penting dalam obstetri dan perinatologi, sebabmerupakanpenyebabmorbiditasdanmortalitasneonatusterbanyak.Kira-kira75% kematianneonatusberasaldaribayiyanglahirprematur(Nuada,2004).Angkakejadian persalinan prematurdanangkakematianbayiprematurdiduniamasihcukup tinggi,kirakira16%pertahun(lebihdari200juta).DiIndonesiaangkakejadiankelahiranprematur berkisarantara10-20%(Nuadaetal.,2004). BerdasarkandatadariBukuLaporanPartusdiKamarBersalinRSUDKotaMadiun selama periode 1 Januari-31 Desember2011 terdapat 675 persalinan, sebanyak8,59% prematur,postdatedanatermmasing-masingsebanyak4,44%dan86,97%. Penyebab persalinan prematur adalah multikompleks (Rompas, 2004). Secara keseluruhanpenyebabyangterseringadalahmultifaktorial(Saifuddin,2002:300). Ruptura membrane sebelumkehamilan38minggumerupakanpenyebabmortalitasdanmorbiditas yangpentingbaik maternalmaupunperinatal(Cunningham, 2006).Usiayangdipandang memilikirisikosaatmelahirkanadalahdibawah20tahundandiatas35tahun. 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
216
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
Berdasarkan hasil kajian Health Technology Assessment (HTA) Indonesia 2009, diperkirakan10%dariseluruhbayibarulahiryangdirawatdiNeonatalIntensiveCareUnit (NICU) disebabkan oleh persalinan prematur. Persalinan prematur mempunyai dampak negatifkematianperinatal,morbiditas,memperburukpotensigenerasiakandatang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara umur, paritas serta kejadianKPDdenganpersalinanprematurdikamarbersalinRSUDKotaMadiun. METODEPENELITIAN METODEPENELITIAN JenispenelitiandiRSUDKotaMadiuniniadalahsurveianalitikdenganrancangan penelitiancrosssectional .PopulasipenelitianadalahdataseluruhIbubersalinprematurdi Ruang Bersalin RSUD Kota Madiun selama tahun 2011 yang tidak mengalami pre eklampsia-eklampsia, hidramnion, hipertensi, serta perdarahan antepartum. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 46 orang. Besar sampel adalah 42 orang yang ditentukandengantekniksimplerandomsampling . Untuk menganalisishubunganantaraumurdanparitasdenganpersalinanprematur digunakanuji PearsonProductMomentdengan =0,05danterlebihdahulu dilakukan uji normalitas Shapiro Wilk ., sedangkan untuk KPD dengan persalinan prematur digunakan ujiChiSquaredengan =0,05dandf=7. HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN DANPEMBAHASAN HasilPenelitian HasilPenelitian Rerata usia ibu bersalin prematur di RSUD Kota Madiun adalah 27 tahun, dengan rentang usia 17-41 tahun, angka kejadian tertinggi pada usia 22 tahun dan 31 tahun. Distribusi paritas ibu adalah paritas 1: 20 orang (48%), 2: 14 orang (33%), 3: 5 orang (12%)dan4:3orang(7%). DistribusikejadianKPDadalah24orang(57%)mengalamiKPDdan18orang(43%) tidakmengalamiKPD. Rata-rata persalinan prematur terjadi pada usia kehamilan 34 minggu, kejadian persalinanprematurtertinggiterjadipadausiakehamilan34minggu=9orang(21,5%). Hasil uji Shapiro-Wilk , diperoleh nilai p = 0,605, maka data berdistribusi normal, sehinggadapatdilakukanuji PearsonProduct Moment ,denganhasilp=0,584,makaH0 diterimaatautidakadahubunganantaraumurdenganpersalinanprematur. Hasil uji Shapiro-Wilk untuk hipotesis kedua, didapatkan data tidak berdistribusi normal.Telahdilakukantransformasidata,namuntetaptidaknormal.Sehinggadigunakan ujihipotesis korelasiSpearman, dengan p=0,499yangberartiH0diterimaatautidakada hubunganantaraumurdenganpersalinanprematur. Hasiluji Chi-square adalahp= =0.260,makaH0diterima,berartitidakadahubungan antarakejadianKPDdenganpersalinanprematur. Pembahasan Pembahasan Hasilpenelitianmenunjukkanbahwa90,4%persalinanprematurterjadidalamkurun reproduksisehatyaituantara20sampai35tahun.Sedangkanumuribubersalinprematur diRSUDKotaMadiuntahun2011yangpalingbanyakterjadipadausia22tahundan31 tahun sebanyak 11,9%. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada menurut Suyanto (2008)untukusiamudakurangdari20tahundanterlalutuadiatas35tahun.Dalamhalini penyebabpersalinanprematurbukantunggaltetapimultikompleks.Sehinggatidakdapat dilihathanyadarisalahsatufaktorsaja. Paritasterbanyakadalahparitas1sebanyak48%.MenurutNurdiana(2008)jumlah paritasibumerupakansalahsatufaktorpredisposisi terjadinyakelahiranprematursebab jumlahparitasdapatmempengaruhikeadaankesehatan ibudalamkehamilan(Nurdiana, 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
217
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
2008).Wanitayangpernahmelahirkanlebihdari1kaliatauyangtermasukparitastinggi mempunyairisiko lebih tinggi mengalamipersalinan prematur sebab menurunnya fungsi alat reproduksi dan meningkatkan pula risiko terjadinya perdarahan antepartum yang dapatmenyebabkanterminasikehamilanlebihawal(Yulida,2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu bersalin prematur di RSUD Kota Madiun tahun2011sebanyak57%mengalamiKPD.Halinisesuaidenganteoriyangadamenurut Bararah (2009), Prematur Rupture of Membrane (PROM) atau pecahnya membran prematur adalah penyebab kelahiranprematur yang paling umum. Ini bisa terjadi ketika kantungyangberisibayidancairanamniotikpecahataumenyembursebelumwaktunya untuklahir.GejalautamadariPROMiniadalahkeluarnyacairandarivaginabaiklangsung maupunsecaraperlahan-lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian persalinan prematur di RSUD Kota Madiun tahun 2011 tertinggi terjadi pada usia kehamilan 34 minggu. Menurut Rompas (2009) panjang serviks yang > 3 cmpadausiagestasi 34minggu memilikinilai prediksi yangbesarmengalamipersalinanprematur. Hasilpenelitianmenunjukkanbahwapersalinanprematurmenunjukkanbahwatidak ada hubungan antara umur dengan persalinan prematur dengan Significancy sebesar 0,584 dan nilai korelasi ( ) sebesar 0,087 menunjukkan bahwa korelasi antara umur denganpersalinanprematursangatrendah.Dimanaarahkorelasinyanegatifyangartinya semakin kecil nilai variabel umur maka semakin besar angka kejadian persalinan prematur,demikianjugasebaliknya. Hal ini disebabkan sebab luasnya faktor yang mempengaruhi persalinan prematur. Padakebanyakankasus,penyebabpersalinanprematurtidak diketahui. Berbagaisebab dan faktor demografik diduga sebagai penyebab persalinan prematur, seperti solutio plasenta, kehamilan ganda, kelainan uterus, polihidramnion, kelainan kongenital janin, ketuban pecah dini dan lain-lain. Penyebab persalinan prematur bukan tunggal, tetapi multikompleks(Rompas,2004). Setelah dilakukan uji normalitas Shapiro-Wilk , didapatkan data berdistribusi tidak normal, sehingga tidak dapat dilakukan uji Pearson Product Moment . Maka dilakukan transformasi data, kemudian uji normalitas dan hasilnya tidak normal. Sehingga, digunakanujihipotesis korelasiSpearman .Hasilpenelitianmenunjukkanbahwatidakada hubunganantara umur dengan persalinan prematur dengan Significancy 0,499dannilai korelasi ( ) sebesar 0,107 menunjukkan bahwa korelasi antara paritas dengan persalinanprematursangatrendah.Dimanaarahkorelasinyanegatifyangartinyasemakin kecil nilai variabel paritas maka semakin besar angka kejadian persalinan prematur, demikianjugasebaliknya. Hal ini disebabkan sebab luasnya faktor yang mempengaruhi persalinan prematur. Pada kebanyakan kasus, penyebab persalinan prematur tidak diketahui. Wiknjosastro (2007) juga menyebutkan bahwa ada pula faktor risiko lainnya yang mungkin menimbulkan persalinan prematur, misalnya usia, tinggi badan, tingkat sosio-ekonomi, riwayat prematur, riwayat lahit mati dan perokok berat. Demikian pula ditentukan oleh penelitidiInggrisdanAmerikaBaratibuyangmenunjukkankemungkinankuranggizijuga mempunyairisikomeningkat dibandingkandenganyangbergizi baik. Adapulahubungan yangbermaknaantarakerjafisik(mengangkatbendaberat,kerjaberatdansebagainya) dengankejadianprematur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian KPD tertinggi terjadi pada usia kehamilan 34 minggu. Setelah dianalisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kejadian KPD dengan persalinan prematur. Hal ini disebabkan sebab luasnya faktor yang mempengaruhi persalinan prematur. Penyebab persalinan prematur bukantunggal,tetapimultikompleks(Rompas,2004).
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
218
Volume II Nomor 4, November 2012
ISSN: 2089-4686
KESIMPULANDANSARAN KESIMPULANDANSARAN Berdasarkandatadanhasilpenelitianyangtelahdilakukandapatditarikkesimpulan sebagaiberikut: 1. Tidakadahubunganantaraumurdengankejadianpersalinanprematur 2. Tidakadahubunganantaraparitasdengankejadianpersalinanprematur 3. TidakadahubunganantarakejadianKPDdengankejadianpersalinanprematur. Berdasarkan hasil penelitian dan mengingat akan bahaya yang ditimbulkan akibat persalinanprematur,makadisarankan: 1. Masyarakat meningkatkan pengetahuan tentang upaya pencegahan persalinan prematur yaitu bagi ibu hamil agar mempertimbangkan faktor risiko terjadinya persalinanprematur. 2. Pelayanan kesehatan perlu meningkatkan peran aktif tenaga kesehatan untuk mengembangkan asuhan kebidanan pada ibu hamil, terutama pentingnya prediksi, diagnosis dini serta pencegahan persalinan prematur melalui anamnesis dan pemeriksaanfisiksecaraumumsertaANCyangoptimal,sehinggamampumenurunkan morbiditasdanmortalitasibudanbayi. 3. Institusipendidikandiharapkanmenggunakanhasilpenelitianiniuntukbahanreferensi diperpustakaanagardapatbermanfaatbagiinstitusidanmahasiswa. 4. Para peneliti melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor risiko lain yang menyebabkan terjadinya persalinan prematur sehingga dapat dikembangkan dengan mengikutsertakan variabel perancu lainnya dan untuk meminimalkan kelemahan dari datasekundermakadiharapkanuntukmenggunakandataprimer. DAFTARPUSTAKA DAFTARPUSTAKA PUSTAKA AprilianingrumA.2011.HubunganAntaraParitasIbuDenganStatusPersalinanDiRumah SakitUmumKotaMadiunTahun2011.KTI,Magetan:ProdiKebidananMagetan. Arikunto,S.2006.ProsedurPenelitanSuatuPendekatanPraktek.Jakarta:RinekaCipta. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Macro Intern. 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia2007.Calverton,Mayland,USA:BPSdanMacroInternasional. Bararah, Vera Farah. 2009. Penyebab Bayi Lahir Prematur . http://health.detik.com/read/ 2009/08/11/100754/1180968/764/penyebab-bayi-lahir-prematur. Diakses 05-042012,10.43WIB. Bobak,JensendanLowdermilk.2005.BukuAjarKeperawatanMaternitas .Jakarta:EGC. Botefilia. 2008. persalinan preterm. http://botefilia.com/index.php/archives/2008/11/9/ persalinan-preterm/#more-274.Diakses5April2012,pukul10.48. Chapman,Vicky.2006.AsuhanKebidanan:PersalinanDanKelahiran .Jakarta:EGC. Cunningham,F.Gary.ObstetriWilliamsEdisi21volume1 .Jakarta:EGC. DahlanS.2009.StatistikuntukKedokterandanKesehatan.Jakarta:SalembaMedika. Effendi, Jusuf Sulaiman.2012. Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia Masih Tinggi .http://www.unpad.ac.id/archives/35629.Diakses10-03-2012,09.15WIB. Indonesia, Health Technology Assesment. 2009. Prediksi Persalinan Preterm . Jakarta : DirektoratJenderalBinaPelayananMedik. Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri GinekologidanKB .Jakarta:EGC. _____.2007.PengantarKuliahObstetri .Jakarta:EGC. Notoatmodjo,Soekidjo.2002.MetodologiPenelitianKesehatan .Jakarta:RinekaCipta. _____.2010.MetodologiPenelitianKesehatan .Jakarta:EGC. Nugroho,Taufan.2010.KasusEmergencyKebidanan .Jakarta:PenerbitBukuKompas. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:SalembaMedika. 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
219