SENI DALAM KEHIDUPAN KITA (ARTS IN OUR LIFE) Materi Acuan Seminar Tentang Seni UKM III Bidang Minat dan Kegemaran: Kesenian dan Keputrian Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Pada tgl. 22 Nopember 2009 _________________________________ _________________________ ________ Oleh: Suwarmin
Ars longa, vita vita brevis (Hippocrates)
Kehidupan Kehidupan dan Seni Seni Salah satu ciri manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna dan luhur adalah cita-rasa-seni. Seni tidak bisa lepas dari segi kehidupan manusia di mana saja dan kapan saja. Bagaimana keberadaan seni dalam kehidupan manusia seperti semboyan yang pernah diungkapkan seorang filosof besar tersebut di atas bahwa “seni adalah panjang dan kehidupan manusia adalah pendek”.
Hal tersebut tersebut menunjukkan adanya keabadian suatu
karya dibandingkan dengan kehidupan manusia yang begitu pendek. Suatu karya seni baik musik, lukis, drama, sastra diabadikan (baca: dilesterikan) dari generasi ke generasi menjadi seni tradisi. Karya-karya besar tidak lagi dimiliki oleh masyarakat atau bangsanya, tetapi menjadi milik masyarakat dunia. Dalam kehidupan kita sehari-hari, dalam berbagai profesi membutuhkan seni, karena dengan seni memberi nilai tambah sehingga kehidupan lebih bermakna (luhur ). ). Awal dan akhir kehidupan ditandai ditandai dengan seni (seni musik). Dalam sebuah legenda Timur mencaritakan bahwa ketika Tuhan menciptakan manusia dari tanah dan memerintahkan ruh masuk ke dalam tubuh, ruh menolak untuk masuk penjara itu. Tuhan memerintahkan para malaikat untuk menyanyi, ketika itu ruh masuk ke dalam tubuh karena dimabukkan oleh nyanyian para malaikat. Akhir dari segala kehidupan di dunia ini ditandai dengan tiupan terompet Sangkakala oleh malaikat sebagai tanda hari kimat (Inayat-Khan, 2002:8). Dalam nenjalani kehidupan manusia didunia mengikuti ritme dan metrum-metrum alam dari jam, siang-malam, hari, pasaran, minggu, bulan, selapan, musim, tahun, windhu, abad hingga milenium. Masyarakat yang hidup di pedesaan atau pedalaman ada kecenderungan masih
akrab dengan pola rutinitas tersebut.
Kehidupan
yang tenteram bila dapat melakukan
keseimbangan dengan semesta alam (sagung dumadi), hingga mencapai kehidupan yang harmonis dengan semesta alam (mamayu hayuning bawana). Seni timbul dari tingkat kecerdasan serta kesadaran (consiusness) berbudaya manusia dan atau masyarakat, meskipun kadang-kadang dilakukan secara nirsadar (inconsiusness). Dengan daya cipta-rasa-karsa yang dimiliki oleh manusia, secara naluriah ingin selalu meningkatkan peradaban kehidupannya. Bagi masyarakat yang peradabannya masih sederhana kebutuhan pokoknya sandang, pangan dan papan, tetapi bagi masyarakat yang lebih maju kebutuhannya akan meningkat seperti dalam budaya Jawa tidak hanya boga, busana dan wisma, tetapi ditambah dengan turangga, curiga dan kukila sebagai kelangenan.
Setelah kebutuhan pokok sudah terpenuhi, baru meningkat pada kebutuhan yang sifatnya hiburan hingga kenikmatan lahir dan batin yaitu seni. Seni dapat melekat pada semua bidang kehidupan berbudaya dan bisa berdiri sendiri secara substantif, sehingga sering terjadi karancuan antara pengertian istilah seni – kesenian dan seni budaya. Anak-anak di pedesaan pada saat terang bulan bermain bersama dengan gerak dan lagu (tembang dolanan), ibu-ibu menggendong untuk menidurkan bayinya dengan mendendangkan lagu tertentu agar bayinya cepat tidur. Para petani menggarap (membajak) sawah sambil mendendangkan lagu gandangan agar sapinya bekerja dengan tenang. Masyarakat suku Petalangan di Sumatra Utara, pada saat mengambil madu, berjalan mengelilingi pohon tempat madu sambil mendendangkan lagu yang syairnya memuji sang lebah yang menghasilkan madu sang sangat berguna (Turner, 1993).
Pelaksanaan ritus
keagamaan di Bali dengan musik dan tari, menurut William James (dalam Soedarsono, 1985:71) pelaksanaan ritus atau upacara keagamaan yang melibatkan unsur seni selain mendapatkan kekayaan imajinasi spiritual juga juga mendapatkan sentuhan pengalaman estetik (keindahan). Yang bersifat kebendaan seperti perabotan rumah (farniture), bentuk rumah (arsitektur), tempat ibadah, tata ruang, tata busana, sentuhan seni (artistik) tidak saja memberi nilai ekonomi tinggi, tetapi juga rasa bangga, rasa kagum serta memberi kepuasan batin. Bila sentuhan seninya makin tinggi, dapat lepas dari daya gunanya dan menjadi benda seni. Suatu pertunjukan musik, tari, drama (theatre), pantomime di gedung-gedung pertunjukan, juga
2
pameran lukisan, patung di galeri-galeri yang dilaksanankan d ilaksanankan secara serius semata-mata untuk dinikmati sebagai apresiasi seni untuk mendapatkan pengalaman dan atau kepuasan batin.
Pengertian Pengertian Seni Seni atau kesenian dapat dijelaskan dari berbagai sudut pandang, karena seni memiliki beberapa unsur baik secara tekstual maupun kontekstual. Secara tekstual seni atau kesenian meliputi: 1. Pencipta (pencipta seni) seni) yaitu orang yang melahirkan seni, seni, ia mengekpresikan mengekpresikan atau mengungkapkan gagasan atau idenya. Gagasan atau ide tersebut merupakan pengalaman batin yang ingin dikomunikasikan terhadap orang lain. 2. Medium, yaitu bahan yang berbentuk material (gerak, suara, cerita, garas dan warna, sastra) yang digunakan sebagai sarana mengekspresikan ide pencipta. 3. Karya seni, ide pencipta yang telah diungkapkan menggunakan garap medium tertentu menjadi karya seni 4. Penyaji dan Penyajian, bentuk seni tertentu (seni tari, musik, drama, sastra) untuk bisa dinikmati perlu disajikan atau dipertunjukkan oleh seniman penjaji. 5. Penghayat atau Apresiator, setelah karya seni itu di gelar, dipamerkan dan atau dipentaskan baru bisa dinikmati oleh penghayat atau apresiator. Dari hasil pengamatan seorang apresiator mendapatkan pengalaman seni yaitu kepuasan batin yang bersifat imajiner. 6. Komunikasi Seni, pada saat penghayat menikmati karya seni itulah terjadi komunikasi seni. Kuat lemahnya komunikasi tergantung dua hal yaitu potensi seni atau kualitas sebuah karya dan kemampuan apresiasi (sence of
aesthetic)
penghayatnya. Secara kontekstual seni atau kesenian terkait dengan ruang dan waktu, kesenian itu me-ruang dan me-waktu. Kesenian me-ruang yaitu dimana kesenian itu terjadi di kraton, di desa (rakyat), di kota dan kesenian itu untuk apa, sarana upacara, hiburan, propaganda, pendidikan dan sebagainya. Kesenian me-waktu yaitu kapan kesenian itu terjadi, pada jaman purba, pada masa penjajahan, pada masa kerajaan di Jawa dan sebagainya. Kajian kesenian dari sudut
3
waktu yaitu sejarah kesenian. Dari keterkaitan seni dengan ruang dan waktu maka terjadi berbagai jenis dan karakter kesenian.
Figur: Seni dalam Teks dan Konteks
K Tekstual: C. Pencipta M. Medium K. Karya P. Penyajian
M
P
H. Penghayat A. Komunikasi Seni
Kontekstual:
A
Bidang yang diarsir merupakan ruang, waktu
C
H
dan fungsi.
Dari uraian tersebut di atas dapat dibuat penjelasan atau determinasi seni (karya seni) sebagai berikut: seni (karya seni) merupakan ungkapan perasaan seseorang melalui garap medium tertentu untuk dikomunikasikan kepada orang lain. Seni mampu mengungkapkan sesuatu hal yang tidak mampu mampu diungkapkan lewat bahasa. Susanne K. Langer (.....) dalam bukunya The Phylosofi of Arts menyatakan bahwa seni adalah non-discursive symbol, yaitu simbol yang cara memaknainya tidak menggunakan logika, tetapi dengan rasa. Seni tidak menyapaikan pesan tetapi kesan.
Berbeda dengan bahasa yang menyampaikan pesan,
sehingga yang menerima mengerti secara pikir.
4
Kategorisasi Kategorisasi Seni Pada umumnya orang membuat kategorisasi kesenian berdasarkan medium yang digunakan, yaitu seni suara, seni tari, seni rupa, seni sastra, seni drama. Suatu seni yang bersifat kompleks dan memiliki beberapa unsur (medium) dipertunjukan menjadi satu kesatuan disebut seni pertunjukan seperti Wayang Purwa (kulit), Wayang Orang, Ludruk, Kethoprak, Wayang Topeng dan sebagainya. Kategorisasi dapat menggunakan dasar daerah asalnya, karena masing-masing daerah memiliki ciri dan karakter yang spesifik kesenian Kraton, kesenian rakyat, kesenian Bali, kesenian Betawi, kesenian Madura, kesenian Batak dan sebagainya. Suatu daerah dapat dikenali dari keseniannya. Dalam wacana ada anggapan bahwa terdapat perbedaan yang tajam antara seni kraton dan kesenian yang bersal dari rakyat. Seni kraton merupakan hasil karya para empu sehingga memiliki mutu yang tinggi (adhi luhung). Segala sesuatu diungkapkan secara sinamun ing samudana
(kalimat-kalimat semu). Hal-hal Hal-hal yang diungkapkan merupakan sesuatu sesuatu yang
wigati (penting) dalam kehidupan. Sangat berbeda dengan kesenian yang berasal dari rakyat
yang bersifat sederhana blak kotang (apa adanya), tidak mengenal istilah saru (tidak pantas). Hal-hal yang diungkapkan sekitar keadaan lingkungan rumah tangga. Kategori berdasarkan waktu; seni tradisi, seni modern, menurut fungsinya; seni hiburan, seni kith, seni murni ( pure arts), seni pakai (applied arts). Karya seni dapat dikelompokkan menurut dasar
penciptaannya yaitu seni tradisi, seni innovatif (tradisi berkembang) dan non-tradisi (kontemporer).
Fungsi Seni Seni Fungsi seni menurut Humardani (lihat: Rustopo... ) dibagi menjadi dua fungsi utama (primer) dan fungsi kedua (sekunder). Fungsi utama seni adalah dihayati sebagai makanan rohani atau sebagai hayatan. Penghayat seni akan mendapatkan pengalaman seni berupa kepuasan batin. Pengalaman semacam ini bersifat personal dan spesifik, tidak bisa didapat di luar kesenian. Sangat jarang orang yang mendengarkan musik klasik atau gending-gending klasik pada malam hari yang hening. Sebaliknya ada juga orang datang ke gedung konsert dengan membeli membeli tiket tiket dengan harga yang relatif relatif tinggi untuk menikmati musik.
Fungsi
kedua adalah semua fungsi selain sebagai hayatan meliputi: sebagai hiburan, sarana upacara
5
keagamaan, sarana ritus adat-istiadat, sarana pendidikan, sarana bermain dan sebagainya. Masyarakat kebanyakan memandang kesenian identik dengan hiburan. Dalam kehidupan masyarakat yang masih memegang tradisi, keberadaan seni melekat dengan adat-istiadat sebagai sarana ritus-ritus sistem kepercayaan mereka. Dengan demikian seni dapat dilestarikan secara turun-temurun melalui adat-istiadat sebagai warisan budaya leluhur. Pada jaman kerajaan di Jawa keberadaan seni menjadi sarana ritus kerajaan, hiburan keluarga kerajaan dan sebagai media meditasi (semedhi) (Becker, 1993:93). Selain itu keberadaan seni juga sebagai lambang kebesaran raja. Sebagai contoh di kraton Surakarta Hadiningrat (Soetrisno, 1973) pada jaman Paku Buwono X banyak tercipta karya gendinggending yang dikenal sebagai ciri jaman itu. Para seniman diangkat menjadi pegawai kerajaan dengan pekerjaan khusus berolah seni. Mereka diberi pangkat dan gaji sesuai dengan tingkat kemampuannya. Negara-negara di seluruh dunia memiliki lagu kebangsaan sebagai identitas bangsa dan negara (Stokes, 1994:71).
Kreatifitas Kreatifitas Dalam Seni Seni Karya seni adalah hasil karsa-cipta-rasa manusia yang bersifat khas, unik dan original. Karya seni hasil tiruan mendapat predikat yang tidak menyenangkan “menjiplak” atau plagiat dan diposisikan pada tempat tidak terhormat. Salah satu alasannya adalah menghormati ciptaan dan daya kreatif seni sorang seniman pencipta. Penciptaan benda (karya) seni berbeda dengan benda non seni (pakai). Sebagai contoh lagu Bengawan Solo karya Gesang dan tidak ada lagu Bengawan Solo yang lain, dan penciptanya disebut kreator. Berbeda dengan misalnya benda piring atau sejenisnya yang bisa dibuat oleh pabrik dengan berskala besar dan tidak memiliki sifat khas, unik dan original secara signifikan. Karya seni diciptakan oleh seniman, dari idenya diungkapkan melalui garap medium secara kreatif. Sikap kreatif dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan stilirisasi, modifikasi, reposisi, dan eksplorasi untuk mendapatkan sesuatu yang baru dan original. Masing-masing jenis medium mempunyai karakter yang berbeda-beda. Seni pertunjukan merupakan kesenian yang kompleks memilki medium ganda. Dalam seni tari yang menggunakan medium pokok gerak, untuk membangun karakter tertentu menggunakan medium bantu tata busana, tata rias, musik iringan, tata p entas, tehnik pemanggungan dan tata cahaya.
6
Seorang koreografer memerlukan beberapa personal untuk menangani kebutuhan tersebut. Suatu karya yang menggambarkan suatu obyek alam atau peristiwa tertentu disebut karya seni representatif, sedangkan karya seni yang tidak menggambar apa-apa disebut disebut karya nonrepre sentatif. Sumber ide penciptaan akan menentukan hasil ciptaan apakah karya seni tradisi, karya inovatif (pengembangan tradisi), karya kontemporer atau aliran tertentu..
Perkembangan Perkembangan Seni Seni Keberadaan kesenian dari jaman ke jaman, dari generasi ke generasi selalu berubah mengikuti kondisi dan situasi jamannya. Sercara umum perubahan tersebut bersifat pasang surut, bila ada hal yang sudah dianggap usang akan ditinggalkan, sesuatu yang dianggap penting ditingkatkan, juga mengadopsi unsur dari luar yang dianggap sesuai. Untuk dapat memahami perkembangan serta pergeseran kesenian Leo Kleden (2003) membagi dalam tiga tahab secara paradigmatik yaitu pra-modern, modern dan post-modern. 1. Masyarakat pra-modern merupakan masyarakat tradisi dalam kehidupannya dilingkupi pemikiran mitis. Memandang kosmos, alam lingkungan dianggap sesuatu yang sakral ibu-bumi bapa-akasa, menyebut padi mbok Sri Sedana (Suwarmin, 2004). Manusia dan
alam merupakan kesatuan yang harmonis. Masyarakat memperlakukan sangat hati-hati melakukan ritus-ritus sebagai penghormatan. Dalam bermasyakat mementingkan kebersamaan “mangan ora mangan wanton ngumpul” (makan atau tidak yang penting berkumpul). Keberadaan kesenian merupakan “aesthetic celebration of life”, yaitu perayaan bersama sebagai ungkapan religius dan kebersamaan bermasyarakat. Di dalam kesenian tersimpan nilai-nilai kearifan lokal (local genius) sebagai pedoman hidup bermasyarakat secara turun temurun. 2. Masyarakat modern ditandai dengan ditemukannya media komunikasi menjelang abad 20 melahirkan budaya modern dengan pola pemikiran ontologis. Ke-Aku-an menjadi subyek, alam menjadi obyek berbagai kepentingan manusia. Perilaku didasarkan pada logika. Alam dieksploitasi dengan dalih modernisasi. Hidup kebersamaan mulai pudar beralih ke individualistik. Dalam berkesenian muncul karya-karya pribadi yang bersifat personal dan unik. Kemerdekaan berkreasi mencari originalitas sehingga muncul konsep ko nsep
7
seni untuk seni. Keinginan untuk keluar dari konsep seni tradisi mencari yang kekinian (kontemporer) dengan menyerap unsur dari luar. 3. Masyarakat post-modern, istilah ini mulai populer sekitar tahun 1980-an. Pemikiran postmodern didasarkan pada kesadaran bahwa logika memiliki keterbatasan dan melihat alam secara fungsional. Tidak ada sesuatu ciptaan yang original, pasti ada keterkitan dengan yang lain yang sudah ada. Manusia tidak bisa hidup sendirian tanpa ikatan apapun, namun mengikuti hukum yang berlaku pada masyarakat serta merta lingkungan di mana dan kapan ia berada. Dalam berkesenian pemikiran post-modern berpandangan bahwa suatu karya seni yang sama sekali lepas dari tradisi akan kehilangan nilai. Karya cipta baru merupakan proses berbudaya, sehingga terjadi transformasi nilai lama dan menemukan nilai baru. Untuk itu diperlukan masukan (elaborasi) dari unsur budaya antar daerah dan bangsa serta kerja sama seniman seniman antar daerah maupun negara (kolaborasi).
Kreatifitas Kreatifitas Menuju Seni Seni Profesional Profesional Di Indonesia seniman profesional masih sangat jarang, karena untuk menjadi seniman profesional sangat berat. Lulusan Lu lusan pendidikan pe ndidikan seni belum tentu menjadi seniman profesional. Sangat jarang seniman yang menghasilkan karya besar yang monumental. Karya besar hanya dilahirkan oleh seniman profesional yang memiliki daya kreatif yang tinggi. Daya kreatif adalah kecerdasan logika imajinatif, berbeda dengan kecerdasan logika intelek, dalam arti orang yang memiliki kecerdasan logika intelek tinggi belum tentu memiliki daya kreatif tinggi (Gandadiputra, 1980). Sikap kreatif atau kreativitas adalah kecerdasan, kemampuan atau kepandaian seseorang untuk menciptakan atau menemukan hal-hal baru atau hubungannya dengan hal baru. Proses pada manusia untuk sampai pada menemukan cara-cara baru dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupan, kreasi-kreasi baru untuk menghasilkan obyekobyek atau bentuk-bentuk baru. Ada yang mengkaitkan istilah kreativitas dengan inkonvensional, yaitu daya cipta manusia yang berbeda dengan manusia yang lain pada
lazimnya. Sikap kreatif cenderung bebas berpikir dan bertindak, sehingga secara bebas mencetuskan kreasi-kreasi yang original, kerja mandiri mampu memecahkan permasalahan
8
yang dihadapi dengan baik, tidak mudah menyerah, mencari alternatif untuk mendapatkan solusi. Hasil penelitian Guilford (Gandadiputra, 1980) menyatakan bahwa terdapat faktor-faktor penting dalam perencanaan dan kemampuan kreatif sebagai berikut: 1. Fluency ; sigap, lancar, dalam kemampuan untuk menghasilkan gagasan- gagasan baru. 2. Flexibility ; kemampuan untuk menggunakan alternatif yang beragam. beragam. 3. Originality ; kemampuan untuk memutuskan gagasan-gagasan asli 4. Elaboration . Elaboration ; kemampuan dalam melakukakan hal secara rinci. 5. Redefinition; kemampuan untuk merumuskan batasan dari pemikiran berbeda. Memahami kreatifitas dan penciptaan seni selain memiliki potensi kecerdasan tersebut di atas juga harus memahami seluruh kompleksitas konsep yang melingkupinya dan juga unsur unsur keberanian sangat menentukan.
Menggunakan Menggunakan Seni Dalam Dalam Kehidupan Kehidupan Sehari-hari Sehari-hari Secara Secara Positif Positif Pada dasarnya semua orang adalah seniman, serperti bagai mana setiap hari menggunakan tata rias dan busana yang bagus, menata ruang dan lingkungan rumah bersih dan rapi. Hal tersebut merupakan naluri bahwa manusia adalah human aesthetic. Namun biasanya hal tersebut dianggap sebagai suatu kebiasaan dan dilakukan secara nirsadar (inconsiusness). Masalah
keindahan adalah masalah kesadaran manusia (Cassirer,
1987:208), keindahan tidak semata-mata melekat pada benda seni, tetapi melibatkan hubungan dengan kesadaran estetik. Kesadaran estetik berbentuk sensa estetik (sence of aesthetic) merupakan gejala jiwa (rasa) yang setiap saat perlu dilatih agar memiliki kepekaan
atau kecerdasan sensa. Orang menghayati seni dan berlatih seni tidak selalu menjadi pekerja seni, tetapi untuk mengasah sensa estetik supaya memiliki kecerdasan rasa. Kecerdasan
rasa akan
berpengaruh pada semua segi kehidupan. Berpikir indah, berbicara indah, bertingkah laku indah, berbusana indah menjadi kepribadian yang indah dan hidup menjadi indah, inilah “seniman sejati”. Berpikir yang indah melalui proses seperti yang dikatakan mbah-mbah: bener – pener – perlu – kepareng kep areng (benar atau logis, tepat, diperlukan, diperkenankan-NYA). Segala tingkah
9
laku atau perbuatan yang didasari dengan pola berpikir seperti demikian akan menghasilkan sesuatu yang positif. Berpikir kualitatif menggunanakan pertimbangan yang indah menjadikan kepribadian dan hidup menjadi indah. ...logika imajinasi tidak menuntut menuntut martabat yang sederajat dengan logika intelek murni, murni, ada yang menilai rendah dan ada yang menilai tinggi... (Ernst Cassirer)
Kepustakaan Kepustakaan
Becker, Judith 1993 Gamelan Stories: Tantrism, Islam and Aesthetics in Central Java . Arizona State University. Program for Southeast Asian Studies. Cassirer, Ernst 1987 Manusia dan dan Kebudayaan: Kebudayaan: Sebuah Sebuah Esei Tentang Tentang Manusia Manusia . Penterjemah: AA Nugraha, Penerbit: PT Gramedia Jakarta Gandadiputra, Muljono, DR. 1980 “Kreatifitas, Kebebasan Berpikir dan Bertindak” . Bertindak” . Kertas kerja Seminar Budaya di IKJ taggal, 29 Oktober 1980 Kleden, Leo 2003 Mencari Wajah Wajah Indonesia Indonesia Dalam Pergesera Pergeseran n Paradigma Paradigma Kebudayaan Kebudayaan (dalam) Mencermati Seni Pertunjukan I. Penerbit: Kerja Sama The Ford Foundation dan Pasca Sarjana STSI Surakarta. Stokes, Martin 1994 Ethnicity, Identity Identity and Musik: The The Musical Constructio Construction n of Place. Place . Berg Publishers, USA Sumardjo, Jakob 2000 Filsafat Seni Seni.. Penerbit : ITB Press Suwarmin 2004 Sandur Tuban: Sebuah Pertunjukan Ritual. (dalam) Majalah Bende Media Informasi Seni dan Budaya. Edisi 9 Januari 2004 Taman Budaya Jawa Timur Turner, Ashley Masyarakat Petalangan Petalangan Riau Riau,, (dalam) Seni Pertunjukan Indonesia, 1993 Musik Masyarakat Jurnal Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI). Penerbit: Kerja sama MSPI dengan PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Buduran, Nopember 2009
10