LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA PRAKTIKUM SIKLUS ESTRUS MENCIT
Oleh : Lie Willeon Wijaksono (1050888) Merriam Novitalia (1050897) Yenny Mayasari Liem (1050901) Emi Puspasari (1050902) Dian Nirmala Nugraha (1050930) Elisa (1050931)
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SURABAYA 2005
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA PRAKTIKUM SIKLUS ESTRUS MENCIT
Oleh : Lie Willeon Wijaksono (1050888) Merriam Novitalia (1050897) Yenny Mayasari Liem (1050901) Emi Puspasari (1050902) Dian Nirmala Nugraha (1050930) Elisa (1050931)
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SURABAYA 2005
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………………................................... i DAFTAR ISI…………………………………………………………………................................ ii BAB I : PENDAHULUAN 1.1.Uraian Materi................................................................................................................. 1 1.2.Tujuan Praktikum...........................................................................................................6 BAB II : METODE KERJA 2.1.Sarana.............................................................................................................................7 2.2.Cara Kerja...................................................................................................................... 7 BAB III : HASIL PENGAMATAN……………………………………........................................ 8 BAB IV : PEMBAHASAN………………………………………………………………............. 10 BAB V : KESIMPULAN………………………………………………………............................ 11 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….................................. 12
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Materi
Mammalia selain primata tidak menstruasi dan siklus seksnya dinamai siklus estrus. Ia dinamai bagi masa “birahi” yang menyolok pada waktu ovulasi, normalnya ia satu-satunya waktu minat seks betina terangsang. Dalam spesies berovulasi spontan dengan siklus estrus, seperti tikus, maka tidak ada perdarahan vagina episodik, tetapi kejadian endokrin yang mendasari pada hakekatnya sama seperti dalam siklus menstruasi. Dalam spesies lain, ovulasi ditimbulkan oleh kopulasi (ovulasi refleks).
Soesanto Mangkoewidjojo & John B. Smith, 1988 : Kebanyakan tikus mulai pada umur 8-9 minggu. Tetapi, biasanya lebih baik kalau tikus tidak dikawinkan sebelum umur 10-12 minggu. Estrus terjadi kira-kira tiap 4-5 hari, dan segera sesudah beranak. Biasanya periode estrus berlangsung kira-kira 12 jam, dan estrus lebih sering terjadi pada malam hari daripada siang hari. Sudah diketahui bahwa sel-sel dari dinding vagina tikus dapat diperiksa untuk mengetahui stadium siklus estrus pada waktu tertentu. o Proestrus Stadium ini berlangsung kira-kira 12 jam. Pada sediaan apus vagina (vaginal smear) dapat dilihat hanya sel-sel kecil dengan inti bulat. o Estrus Stadium ini berlangsung kira-kira 12 jam. Pada sediaan apus vagina terlihat hanya sel-sel kornifikasi (sel epitel mengalami penandukan dan seringkali intinya piknotik atau tanpa inti). Tikus betina siap kawin selama stadium ini. o Metestrus 1 Stadium ini berlangsung kira-kira 15 jam. Pada sediaan apus vagina terlihat sel-sel kornifikasi, tetapi dapat dibedakan dengan stadium 2 karena biasanya ada sumbat air mani menjedal dalam vagina (kalau hewan sudah kawin). o Metestrus 2 Stadium ini berlangsung kira-kira 6 jam. Pada sediaan apus vagina tampak sel-sel kornifikasi dan mulai tampak leukosit. o Diestrus
Stadium ini berlangsung kira-kira 57-60 jam. Pada sediaan vagina terlihat sel-sel epitel dan leukosit. Tentu saja, tidak ada batas waktu kapan suatu stadium berakhir dan stadium berikutnya mulai, tiap stadium akan surut dan kemudian perlahan – lahan beralih ke stadium berikutnya.
Wilda Yatim, 1982 : o Daur vagina : Tak banyak perubahan yang terjadi dibandingkan dengan di uterus atau cervix. Namun perubahan itu ada, dan berkala juga, sesuai dengan daur ovarium. Pada fase folikel ovarium, kadar estrogen yang tinggi merangsang epitel vagina aktif bermitosis dan mensintesa glikogen banyak sekali. Dengan demikian lapisan mukosa vagina jadi menebal menjelang ovulasi, dan di lumen banyak glikogen. Glikogen ini oleh bakteri difermentasi jadi asam laktat, sehingga medium vagina itu asam (pH 4-5). Masih dalam penelitian, apakah itu karena berasal dari lendir cervix, tapi dekat waktu ovulasi vagina itu jadi agak alkalis, sehingga tidak demikian mengganggu kehidupan spermatozoa. Pada Primata selain manusia, dan Rodentia, penebalan epitel lapisan mukosa vagina itu disertai pula dengan proses penandukan (kornifikasi), lalu mengelupas dan jatuh ke lumen. Dalam analisa usapan vagina ditemukannya sel-sel epitel yang menanduk sebagai indikator pula akan masa ovulasi. Menjelang ovulasi leukosit pun makin banyak menerobos lamina propria, terus ke lumen. Belum jelas apakah leukosit ini berperanan sebagai perintang arus semen atau justru pelindungnya dari bakteri. Pada fase lutein, berhubung dengan naiknya kadar progesteron, sifatnya ialah menekan pertumbuhan epitel. Karena itu lapisan mukosa jadi tipis dan lapisan menanduk hilang. Menurut Papancolaou (1945), vaginal smears (usapan vagina) ditambah dengan usapan cervix dan endometrium, dapat menunjukkan waktu ovulasi wanita secara persis, sekaligus juga untuk diagnosa adanya kanker pada saluran kemih itu. Pada Rodentia sudah rutin dikerjakan orang vaginal smears untuk mengetahui masa ovulasi serta daur estrus pada umumnya. Di bawah ini dicantumkan ciri daur estrus itu, melihat pada vaginal smears.
Proestrus
:
terdapat sel epitel biasa.
Estrus
:
terdapat banyak sel epitel menanduk.
Diestrus
:
terdapat sel epitel biasa dan banyak leukosit.
Metestrus(kalau ada) :
terdapat banyak sel epitel menanduk dan leukosit, kemudian juga sel epitel biasa. Daur estrus :
o
Pada Mammalia umumnya daur pembiakan dempet dengan daur estrus. Daur ini berdasarkan perubahan berkala pada ovarium, terdiri dari 2 fase; folikel dan lutein. Banyak hewan yang memiliki daur estrus sekali setahun, disebut monoestrus. Terdapat pada rusa, kijang, harimau, serigala, kucing hutan dan sebagainya. Ada pula yang memiliki daur beberapa kali setahun, disebut polyestrus. Yang belakangan terdapat pada Rodentia dan hewan yang sudah turn – temurun dipiara, seperti kucing dan anjing. Anjing memiliki daur 2 – 3 kali setahun, kucing bisa sampai 4 kali. Daur estrus, terutama polyestrus, dapat dibedakan atas tahap berikut :
Proestrus
Estrus
Diestrus
Proestrus ialah periode pertumbuhan folikel dan dihasilkannya banyak estrogen. Estrogen ini merangsang pertumbuhan selluler pada alat kelamin tambahan, terutama pada vagina dan uterus. Estrus merupakan klimax fase folikel. Pada masa inilah betina siap menerima jantan, dan pada saat ini pula terjadi ovulasi (kecuali pada hewan yang memerlukan rangsangan sexuil lebih dulu untuk terjadinya ovulasi). Waktu ini betina jadi berahi atau panas (estrus = panas). Kalau terjadi coitus dan pembuahan, estrus diiringi oleh masa hamil. Kalau tidak terjadi pembuahan, terjadi masa haid. Di masa hamil atau haid berlangsunglah fase lutein. Pada fase ini corpus luteum dalam ovarium giat menghasilkan progesteron. Pada kebanyakan Mammalia, jika tiada kehamilan, ovarium dan alat kelamin tambahan mengalami perubahan berangsur kembali kepada suasana istirahat, tenang, yang disebut diestrus. Beberapa daur estrus memiliki masa metestrus atau anestrus. Ini ialah perpanjangan masa diestrus, yang setelah selesai satu daur estrus tak segera dimulai dengan proestrus baru daur
berikutnya. Masa istirahat atau masa non-fertil ini berlangsung 1-2 hari, berminggu, atau sampai berbulan. Tikus 1-2 hari, orang 10-15 hari, dan anjing 40-50 hari. Ada pula diestrus penyusuan, yang terjadi pada masa betina menyusukan bayi. Masa itu alat kelamin pun tidak giat menempuh daur estrus berikut. Tapi tak selalu pada masa menyusukan itu alat kelamin tak giat, seperti banyak dijumpai pada orang.
Raven Johnson, 1992 : Pada kelinci dan banyak hewan mammalia lainnya, betinanya tidak benar-benar melepaskan telur yang matang sampai pematangannya telah terjadi. Bagi mereka, rangsangan fisik dari kopulasi menyebabkan kelenjar pituitari melepaskan sinyal yang memicu ovulasi. Ketika betina vertebrata tidak memiliki telur yang matang, dia akan menolak ajakan seksual dari pejantan.. Kebanyakan mammalia betina mau menerima ajakan seksual atau “dalam kondisi panas” hanya untuk selang waktu yang singkat setiap tahun. Periode dimana hewan “dalam kondisi panas” disebut estrus, periode estrus ini dapat disamakan dengan peristiwa ovulasi selama siklus periodik, siklus estrus. Pada umumnya, mammalia kecil mengalami banyak siklus estrus dalam rangkaian yang cepat, sebaliknya yang lebih besar mengalami siklus yang lebih sedikit dengan jarak waktu lebih lama.
1.2. Tujuan Praktikum Mengamati dan mempelajari siklus estrus mencit melalui hapusan vagina mencit yang dilihat pada mikroskop.
BAB II METODE KERJA 2.1. Sarana Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
mikroskop
object glass
cover glass
larutan saline
spuit 1 ml
mencit
2.2. Cara Kerja
Diambil larutan saline menggunakan spuit injeksi 1 ml sebanyak 0,1 ml.
Larutan saline disemprotkan ke dalam vagina dan dihisap dengan beberapa kali pengulangan.
Teteskan larutan saline yang sudah mengandung sel-sel vagina pada object glass dan tutup dengan cover glass.
Amati di bawah mikroskop sel-sel vagina yang ada dalam hapusan vagina tersebut dan gambarkan sel-sel tersebut.
Tentukan fase dalam siklus estrus yang terjadi pada mencit saat itu.
BAB III HASIL PENGAMATAN
Preparat 1 (perbesaran 400x)
Preparat 2 (perbesaran 400x)
Preparat 3 (perbesaran 400x)
Preparat 4 (perbesaran 400x)
Preparat 5 (perbesaran 1000x)
Preparat 6 (perbesaran 1000x)
Preparat 7 (perbesaran 1000x)
Preparat 8 (perbesaran 100x)
BAB IV PEMBAHASAN
Preparat 1 termasuk fase metestrus karena terdapat banyak leukosit dan ada epitel bertanduk.
Preparat 2 termasuk fase diestrus karena terdapat banyak leukosit dan ada epitel berinti.
Preparat 3 termasuk fase metestrus karena terdapat banyak leukosit dan ada epitel bertanduk.
Preparat 4 termasuk fase metestrus karena terdapat banyak leukosit dan ada epitel bertanduk.
Preparat 5 termasuk fase estrus karena terdapat banyak epitel bertanduk dan ada sedikit leukosit.
Preparat 6 termasuk fase estrus karena terdapat banyak epitel bertanduk dan ada sedikit leukosit.
Preparat 7 termasuk fase proestrus karena terdapat banyak epitel berinti dan ada sedikit leukosit.
Preparat 8 termasuk fase estrus karena terdapat banyak epitel bertanduk dan ada sedikit leukosit.
Setiap mencit berada pada fase tertentu dari siklus estrusnya. Untuk mengetahui fase tersebut dapat diamati dari hapusan vaginanya. Namun kadangkala untuk setiap mencit ‘seakan-akan’ memiliki fase estrus yang berbeda-beda jika dilihat dari hapusan vaginanya. Hal ini dikarenakan pada saat pembagian hapusan vagina tidak merata sehingga kandungan sel-sel dalam lumen vagina yang terdapat pada tiap objek glass dapat berbeda-beda (1 kali pengambilan untuk 4 preparat). Akibatnya preparat tersebut agak sukar dijadikan pegangan untuk menentukan fase yang sedang berlangsung dari siklus estrus seekor mencit.
BAB V KESIMPULAN
Ciri utama dari fase proestrus : banyak epitel berinti dan ada sedikit leukosit.
Ciri utama dari fase estrus : banyak epitel bertanduk dan ada sedikit leukosit.
Ciri utama dari fase diestrus : banyak leukosit dan ada epitel berinti.
Ciri utama dari fase metestrus : banyak leukosit dan ada epitel bertanduk.
Pada waktu tertentu setiap mencit hanya memiliki satu fase tertentu dari siklus estrusnya.
DAFTAR PUSTAKA Baker, Henry J.; Lindsey, J.Russel; Weisbroth, Steven H. 1979. The Laboratory Rat Volume I Biology and Diseases. New York : Academic Press, Inc. Johnson, Raven. 1992. Biology Third Edition. St. Louis Missoury : Mosby Year Book, Inc. Mangkoewidjojo, Soesanto & Smith, John B. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta : Penerbit UI Yatim, Wilda. 1982. Reproduksi & Ebryologi Untuk Mahasiswa Biologi dan Kedokteran. Bandung : Tarsito.