LTM Pemicu 1 Modul Metabolik Endokrin 2014/2015 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
SINDROM METABOLIK Kamilah Haniyah Munawar 1206237441
I. PENDAHULUAN Sindrom metabolik merupakan suatu kumpulan faktor risiko metabolik yang dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, serta gangguan kesehatan lainnya, seperti diabetes, stroke, perlemakan hati, dan beberapa kanker.1,2 Sindrom metabolik memberikan manifestasi klinis berupa hipertensi, hiperglikemi, hipertrigliserida, penurunan HDL, dan obesitas sentral.2 Keadaan ini dipicu oleh overweight dan obesitas, kurangnya aktivitas fisik, dan resistensi insulin. Faktor genetik dan penuaan juga berperan dalam penyebab sindrom metabolic.1 Berdasarkan kasus pada pemicu, pasien mengalami obesitas sentral, penurunan HDL, hipertrigliseridemia, , serta jarang melakukan aktivitas fisik. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa pasien mengalami sindrom metabolik. LTM ini akan membahas mengenai diagnosis, etiologi, faktor risiko, dan tatalaksana dari sindrom metabolik.
II. PEMBAHASAN 2.1 Diagnosis 3,4 Ciri utama dari sindrom metabolik termasuk obesitas sentral, hipertrigliseridemia, rendahnya high-density lipoprotein (HDL) kolesterol, hiperglikemia, dan hipertensi.4 Pada tahun 1998, World Health Organization (WHO) pertama kali mengeluarkan kriteria untuk sindrom metabolik. WHO menekankan bahwa resistensi insulin merupakan penyebab primer dari sindrom ini.3 Kriteria tersebut terus berevolusi, organisasi – organisasi kesehatan di dunia banyak mengeluarkan kriteria untuk sindrom metabolik, antara lain, European Group for The Study of Insulin Resistance (EGIR) tahun 1999, National Cholesterol Education Program Third Adult Treatment Panel (NCEP-ATP III) tahun 2001, dan American Association of Clinical Endocrinologist (AACE) tahun 2003. The International Diabetes Federation (IDF) tahun 2005 mengeluarkan kriteria yang dianggap lebih dapat diaplikasikan berdasarkan ras dan etnik yang ada. Tabel 1. Kriteria Sindrom Metabolik menurut IDF 2005 4
Kriteria Sindrom Metabolik IDF (2005) Obesitas sentral : Lingkar pinggang Pria >90 cm (Asia) Wanita >80 cm (Asia) Ditambah dua keadaan dibawah ini: ≥ 150 mg/dL atau sedang Trigliserida dalam pengobatan Kolesterol HDL Pria <40 mg/dL Wanita <50 mg/dL ≥ 130/85 mmHg atau sedang Tekanan darah dalam pengobatan Glukosa darah puasa
≥ 100 mg/dL atau DM
Sindrom Metabolik
1
LTM Pemicu 1 Modul Metabolik Endokrin 2014/2015 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2.2 Etiologi 2.2.1 Resistensi Insulin 4,5 Patofisiologi yang mendasar dari sindrom metabolik sendiri sebenarnya masih belum diketahui secara pasti. Berdasarkan hasil berbagai hipotesis, resistensi insulin dainggap sebagai kunci faktor patogenik dalam berkembangnya ciri – ciri dari sindrom metabolik lainnya, seperti hiperglikemi, kadar kolesterol tinggi, dan hipertensi. Pada dasarnya, insulin merupakan hormon yang disekresikan oleh sel beta pancreas yang berfungsi untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah. Insulin bekerja dengan menempel dan memberikan sinyal pada sel untuk menyerap glukosa yang beredar di sirkulasi masuk ke dalam sel sehingga dapat digunakan sebagai energi. Resistensi insulin merupakan keadaan dimana interaksi insulin dengan reseptornya gagal untuk memperoleh downstream signaling events. Efek metabolik dan klinis yang paling merusak akibat resitensi insulin dikarenakan oleh kontrol glukosa insulin-mediated dan homeostasis lipid di jaringan responsif insulin utama: hati, otot rangka dan jaringan adiposa. Resistensi insulin terkait obesitas yang paling umum adalah hiperlipidemia dan keberadaan proinflamasi. Kejadian ini diawali dengan hiperinsulinemia postprandial, diikuti oleh hiperinsulinemia puasa, dan pada akhirnya menyebabkan hiperglikemi. Kontributor utama yang menyebabkan resistensi insulin adalah adanya asam lemak bebas berlebih yang beredar di sirkulasi.Asam lemak bebas ini akan menghambat jalur sinyal reseptor yang dimediasi insulin di jaringan adiposa, hati, dan otot rangka. Selain itu, terdapat pula berbagai proinflamasi yang diinduksi oleh efek toksik dari asam lemak bebas berlebih terutama pada hati dan jaringan adiposa. Sebagian besar, asam lemak bebas berasal dari jaringan adipose dalam bentuk trigliserida. Enzim lipase membantu proses lipolisis trigliserida menjadi asam lemak. Selain itu, asam lemak bebas juga berasal dari lipolisis triglyceride-rich lipoproteins di jaringan dibantu oleh lipoprotein lipase (LPL).
Gambar 1. Patofisiologi resitensi insulin 4
Peran hormone insulin adalah menginhibisi kedua lipolisis (antilipolitik) tersebut dan menstimulasi LPL pada jaringan adiposa. Perlu diketahui, penghamabatan lipolysis di jaringan adipose merupakan jalur yang paling sensitif dari aksi insulin. Ketika terjadi resistensi, lipolysis akan meningkat dan asam lemak akan semakin banyak diproduksi. Hal ini akan mengurangi efek insulin sebagai antilipolitik. Asam lemak yang berlebihan akan meningkatkan ketersediaan substrat dan menciptakan resistensi insulin dengan memodifikasi downstream-signaling. Asam lemak akan mengganggu penyerapan glukosa oleh insulin dan akan terakumulasi sebagai trigliserdia pada otot rangka dan otot jantung.
Sindrom Metabolik
2
LTM Pemicu 1 Modul Metabolik Endokrin 2014/2015 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Di hati, asam lemak bebas menyebabkan peningkatan produksi glukosa dan trigliserida, serta meningkatkan sekresi VLDL. Peningkatan VLDL di hati menyebabkan hipertrigliseridemia sehingga rendahnya HDL kolesterol. Kadar HDL yang mengalami penurunan, dan LDL yang meningkat menyebabkan abnormalitas lipid/lipoprotein atau dislipidemia. Selain itu, asam lemak bebas menyebabkan kurangnya sensitivitas insulin pada otot sehingga menghambat penyerapan glukosa. Defek yang terjadi meliputi berkurangnya pembagian glukosa menjadi glikogen dan penumpukan lipid dalam bentuk trigliserida. Peningkatan glukosa dan asam lemak dalam sirkulasi menyebabkan peningkatan sekresi insulin oleh pancreas (hiperinsulinemia). Hiperinsulinemia mengakibatkan peningkatan reabsopsi natrium sehingga terjadi retensi di tubulus ginjal, serta meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis yang keduanya berkontribusi terhadap hipertensi. Keberadaan mediator proinflamasi juga berperan dalam resistensi insulin yang merupakan produksi dari efek toksik asam lemak bebas berlebih. Peningkatan sekresi IL-6 dan TNF yang diproduksi oleh adiposit dan monosit-makrofag mengakibatkan bertambahnya resistensi insulin dan lipolisis jaringan adiposa penyimpan trigliserid untuk mengedarkan asam lemak bebas. IL-6 dan sitokin lainnya juga meningkatkan produksi glukosa hepatik, VLDL yang diproduksi oleh hati, dan resitensi insulin di otot. Sitokin dan asam lemak bebas juga meningkatkan produksi fibrinogen hepatik dan produksi PAI-1 sehingga menghasilkan protrombotik. Tingginya sitokin yang beredar di sirkulasi juga menstimulasi hepar untuk memproduksi CRP. Pengurangan produksi anti-inflamasi dan sensitisasi insulin sitokin adiponektin juga terkait dengan sindrom metabolik. 2.2.2 Obesitas Sentral 4,5 Lingkar pinggang merupakan komponen penting dari kriteria diagnostik dari sindrom metabolik untuk menunjukkan adanya obesitas sentral. Obesitas sentral sendiri merupakan kriteria independen dari kriteria lainnya dalam sindrom metabolik. Keadaan resistensi insulin disebabkan oleh perluasan dari jaringan adipose viseral. Jaringan adipose viseral diketahui memainkan peran penting terhadap terjadinya resistensi insulin. Hal ini dikarenakan, peningkatan jaringan adiposa viseral dapat melepaskan asam lemak bebas yang langsung menuju hati. Sebaliknya, peningkatan jaringan adipose subkutan pada abdominal akan melepaskan produk lipolisis kedalam sirkulasi dan mencegah efek langsung pada metabolisme hati. Namun, pengukuran lingkar pinggang tidak dapat digunakan untuk membedakan jaringan adipose subkutan dengan lemak visceral, perbedaan ini dapat dilihat dengan pemerikasaan CT atau MRI. 2.2.3
Dislipidemia 6,7
Dislipidemia atau hyperlipidemia merupakan suatu keadaan abnormal lipid/lipoprotein. Abnormalitas dapat berupa elevasi dari kolesterol plasma, trigliserida, ataupun keduanya, atau penurunan HDL yang dimana semua itu berkontribusi dalam perkembangan aterosklerosis. Etiologi dari dyslipidemia dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor primer (genetic) dan sekunder (gaya hidup dan yang lainnya).6 Penyebab paling sering adalah akibat diabetes melitus. Pada sindrom metabolik terdapat tiga komponen utama yang berhubungan dengan dyslipidemia : peningkatan triglyceride-rich lipoproteins (TRLs) pada saat puasa dan postprandial, penurunan
Sindrom Metabolik
3
LTM Pemicu 1 Modul Metabolik Endokrin 2014/2015 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
high-density lipoprotein (HDL), serta peningkatan kecil low-density lipoprotein (LDL). Resistensi insulin dan kompensasi dari hiperinsulinemia menyebabkan produksi berlebih very low-density lipoprotein (VLDL). 7 2.2.4 Intoleransi Glukosa 4 Defek pada insulin akan mengakibatkan gangguan dari produksi glukosa oleh hati dan ginjal, mereduksi penyerapan glukosa pada jaringan sensitive insulin (otot, hati, dan jaringan adipose). Hubungan antara gangguan glukosa puasa (IFG) atau gangguan toleransi glukosa (IGT)dan resistensi insulin diketahui dari beberapa studi. Dalam mengkompensasi defek aksi insulin, sekresi dan/atau bersihan insulin harus dimodifikasi untuk mempertahankan euglycemia. Pada akhirnya, mekanisme kompensasi ini gagal pada pasien – pasien intoleransi glukosa, dikarenakan defek pada sekresi insulin sehingga sering kali menyebabkan IFG dan/atau IGT berkembang menjadi DM. 2.2.5 Hipertensi 4 Hubungan resistensi insulin dengan hipertensi telah dijelaskan sebelumnya. Pada keadaan normal, insulin merupakan vasiodilator yang berperan dalam reabsorpsi natrium di ginjal. Pada keadaan resisten, kemampuan insulin sebagai vasodilator menghilang, tetapi kemampuan ginjal untuk mengabsorpsi natrium masih dapat dilakukan. Pada orang kulit putih yang menderita meatabolik sindrom, reabsorpsi natrium meningkat, tetapi tidak untuk orang Afrika dan Asia. Insulin juga meningkatakan aktivitas dari sistem saraf simpatis, dan efek ini tetap ada pada saat keadaan resisteni insulin. Akhirnya, resistensi insulin ditandai dengan gangguan jalur spesifik pada phosphatidylinositol-3-kinase signaling. Di endothelium, hal ini akan menyebabkan ketidakseimbangan produksi nitrit oksida (NO) dengan sekresi endotelin 1, yang mengakibatkan penurunan aliran darah. Mekanisme ini sebenarnya masih diperdebatkan, berdasarkan studi yang dilakukan oleh HOMA, resistensi insulin memeberikan sedikit kontribusi untuk peningkatan prevalensi hipertensi pada sindrom metabolik. 2.3 Faktor Risiko 4 Berat badan berlebih/ obesitas namapaknya menjadi faktor risiko utama dari sindrom ini. Obesitas sentral yang menjadi ciri utama sindrom metabolik. Berdasarkan hasil studi prevalensi sindrom metabolic didukung oleh hubungan yan gkuat antara lingkar pinggan dan peningkatan jaringan adipose. Namun, terlepas dari obesitas, pasien yang memiliki berat badan normal juga memnugkinkan mengalami resistensi insulin dan memiliki sindrom metabolic. Sidnrom ini sering kali dihubungkan dengan penyakit kardiovaskular. Penyebab utamanya adalah gaya hidup yang sedenter atau kurangnya aktivitas fisik. Hal tersebut, tentunya akan berpengaruh terhadap peningkatan jaringan adipose (terutama bagian abdominal), penurunan HDL, peningkatan trigliserida dan tekanan darah. Penuaan nampaknya juga berpengaruh terhadap kejadian sindrom metabolic. Dalam suatu survey yang dilakukan di Amerika Serikat, 44% populasi usia di atas 50 tahun memiliki sindrom metabolic. Sebagain besar adalah wanita. Ketergantungan usia dari prevalensi sindrom ini terlihat di sebagian besar populasi. Faktor risiko lainnya dari sindrom metabolic ini adalah DM, PJK, dan lipodistrofi.
Sindrom Metabolik
4
LTM Pemicu 1 Modul Metabolik Endokrin 2014/2015 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2.4 Tatalaksana2 Tujuan dan fokus penanganan sindrom metabolik adalah untuk mencegah risiko terhadap penyakit jantung, menurunkan kadar LDL dan tekanan darah, serta menangani diabetes (jika kondisi ini ada). Manajemen awal sindrom metabolik melibatkan perubahan gaya hidup, termasuk perubahan diet dan kebiasaan olahraga. Terdapat bukti bahwa, diet, olahraga, dan terapi obat dapat menghambat perkembangan sindrom metabolic menjadi DM.2 2.4.1 Mengubah Gaya Hidup 8 Menurunkan berat badan Apabila seorang pasien mengalami sindrom metabolic disertai berat badan berlebih atau obesitas, hal yang paling utama yang dapat dilakukan adlah dengan menurunkan berat badan.Target minimal berat badan disesuaikan dengan IMT normal (dibawah 25). IMT kurang dari dari 25 merupakan salah satu tujuan untuk mencegah dan menangani sindrom metabolik. Mengikuti Diet Jantung Sehat Diet jantung sehat sangat penting untuk menciptakan gaya hidup yang sehat. Diet sehat meliputi berbagai macam sayuran dan buah – buahan. Hal terbaik adalah, membagi setengah porsi makan anda dengan sayuran dan buah – buahan. Makanan – makannan tinggi serat, bebas lemak atau lema rendah, makanan mengandung protein, seafood, kacang – kacangan, termasuk kedalam die sehat. Cobalah untuk mencegah makanan yang mengandung tinggi, garam, gula, dan batasi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh (lemak trans). Jangan minum terlalu banyak alcohol karena alcohol dapat meningkatkan tekanan darah dan trigliserida. Alkohol juga menambahkan kalori ekstra sehingga dapat menaikkan berat badan. Seimbangkan asupan kalori dengan penggunaannya saat melakukan aktivitas fisik. Melakukan Aktivitas Fisik Melakukan aktivitas fisik diketahui dapat meningkatkan kesehatan jantung dan paru – paru. Semakin kita aktif, semakin banyak keuntungan yang kita dapatkan. Sebelum melakukan atau mengikuti program aktivitas fisik, ada baiknya untuk berkonsultasi pada dokter mengenai aktivitas yang cocok dan seberapa banyak yang baik untuk anda. Aktivitas fisik dapat dilakukan mulai dari intensitas yang paling ringan hingga berat. Tingkatan intensitas tersebut bergantung pada seberapa banyak usaha yang dilakukan untuk melakukan aktivitas tersebut. Pasien dengan sindrom metabolik dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik pada tahap ringanmoderat. Mencegah Rokok Rokok dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit jantung dan memperburuk keadaan. Berhentilah merokok dan cobalah untuk mencegah menjadi perokok pasif. Sindrom Metabolik
5
LTM Pemicu 1 Modul Metabolik Endokrin 2014/2015 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2.4.2 Terapi Obat 5,8 Apabila perubahan gaya hidup tidak cukup untuk menanganinya. Terapi obat diperlukan untuk menangani tingginya kadar kolesterol, trigliserid, gula darah, serta tekanan darah. Sindrom metabolik terdiri dari berbagai macam keadaan faktor risiko metabolik. Sehingga, hal ini berfungsi untuk menginatkan dokter bahwa tujuan terapi tidak hanya untuk meperbaiki hiperglikemia, tetapi juga untuk mengelola keadaan lainnya, seperti hipertensi dan hiperleipidemia yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit jantung. Selain itu, hal yang juga dapat perlu diingat oleh para dokter bahwa ketika memilih obat antihipertensi atau obat penurun lipid untuk mengelola keadaan dari sindrom ini, efek buruk yang mungkin saja terjadi pada terhadap keadaan lain dari sindrom ini harus dipertimbangkan secara cermat.
III. KESIMPULAN Sindrom metabolik merupakan kumpulan faktor risiko metabolik yang dapat berisiko terhadap penyakit kardiovaskular. Resistensi insulin merupakan faktor patogenik utama dari sindrom metabolic, yang saat ini telah diketahui Pola hidup sedenter serta berat badan berlebih/obesitas, terutama obesitas sentral menjadi faktor risiko terhadap sindrom metabolik. Intervensi dapat dilakukan sedini mungkin dengan mengubah gaya hidup dan penggunaan terapi obat apabila diperlukan. Hal ini untuk mencegah terjadinya komplikasi atau progesifitas dari sindrom metabolik. IV. REFERENSI 1. Explore Metabolic Syndrome: What is Metabolic Syndrome? [Internet]. Bethesda: National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI). 2011 Nov 3 [cited 2014 Sept 2]. Available from: http://www.nhlbi.nih.gov/health/healthtopics/topics/ms/ 2. Wang Stanley S. Metabolic Syndrome [Internet]. 2014 Apr 23 [cited 2014 Sept 2]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/165124-overview#a0101 3. Beilby J. Definition of Metabolic Syndrome: Report of the National Heart, Lung, and Blood Institute/American Heart Association Conference on Scientific Issues Related to Definition [Internet]. Clin Biochem Rev. 2004 Aug [cited on 2014 Sept 2] ; 25(3): 195–198. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1880831/ 4. Eckel RH. Chapter 242: The Metabolic Syndrome. In: Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, et al. eds. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 18th ed. New York: Mc Graw-Hill; 2012. 5. Gardner DG, Shocback D. Greenspan’s Basic & Clinical Endocrinology. 8th ed. New York: Mc Graw-Hill; 2007 6. Goldberg AC. Dyslipidemia [Internet]. 2013 Oct [cited on 2014 Sept 3]. Available from: http://www.merckmanuals.com/professional/endocrine_and_metabolic_disorders/lipid_disorders/dyslipidemia.html 7. Ruotolo G, Howard BV. Dyslipidemia of the metabolic syndrome [Internet]. Curr Cardiol Rep. 2002 Nov [cited on 2014 Sept 3];4(6):494-500. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12379172 8. Explore Metabolic Syndrome: How Is Metabolic Syndrome Treated? [Internet]. Bethesda: National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI). 2011 Nov 3 [cited 2014 Sept 3]. Available from: http://www.nhlbi.nih.gov/health/healthtopics/topics/ms/treatment.html
Sindrom Metabolik
6