CORPO RPORATE RATE SOCI SOCI AL RESPONSIB RESPONSIB I LI TY , KUALITAS PENGARUH CO AUDIT, LEVERAGE DAN DAN UKURAN PERUSAHAAN
AVOI DANCE TERHADAP TAX AVOI (Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar dalam BEI Tahun 2011-2017)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Permata Saimona NIM. C1C014016
AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JAMBI 2018
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas berkah dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Corporate Social Responsibility , Kualitas Audit, Leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar dalam BEI Tahun 2011-2017) .Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana (S1) pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi. ”
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun dalam cara pengungkapannya. Maka dari itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini serta dapat memberikan manfaat terutama bagi peneliti dan pembaca umumnya. Dalam penyelesaian skripsi ini peneliti banyak mendapat bantuan dari berbagai sumber baik mengenai bimbingan, dorongan, semangat, saran dan kritiknya. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Bapak Prof. Johni Najwan, S.H., M.H., Ph.D., selaku Rektor Universitas Jambi.
2.
Bapak Drs. H. Amril, ME selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, beserta Wakil Dekan Baksi, Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan, dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.
3.
Ibu Reka Maiyarni SE., M.Ak.,Ak., CA, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi, dan Ibu Dewi Fitriyani, SE,M.Sc selaku sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.
4.
Ibu Dewi Fitriyani, S.E., M.Sc selaku dosen pembimbing utama yang telah membimbing dengan sangat baik, memberikan pengarahan, kritik, saran dan waktu luang sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
5.
Bapak Salman Jumaili, SE. Ak. M. Si selaku dosen pembimbing pendamping yang telah banyak memberikan pengarahan, bimbingan, meluangkan waktu, tenaga, serta kritik dan saran yang sangat berguna dalam penyelesaian skripsi ini.
6.
Bapak Wirmie Eka Putra, S.E.,M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan masukan, motivasi dan bimbingan selama peneliti kuliah di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi.
7.
Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Jurusan Akuntansi yang berjasa mendidik peneliti. Terima kasih atas ilmu yang diberikan selama ini kepada kami.
8.
Orangtua peneliti, Ayahnda Dr. Helmi, S.H., M.H dan Ibunda Ocy Nikhita N. Terima kasih atas cinta, kasih sayang, do’a, dukungan, motivasi dan kebahagiaan yang tak terhingga yang selalu diberikan sehingga peneliti bisa menyelesaikan tugas akhir ini. Serta ketiga saudara peneliti, Gantha Yadha, Muhammad Rizki Kurniawan dan Azka Sava Satria, Kajut, Akas, serta seluruh keluarga besar yang selalu mendo’akan dan memotivasi sehingga pekerjaan peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir berjalan dengan lancar dan selesai pada waktunya.
9.
Kepada mendiang Ombai Imah dan Ninek Kosim yang saat ini sudah tiada, walaupun tidak menyaksikan proses perkembangan cucu namun peneliti
percaya apa yang sudah diberikan Alm dan Almh kepada peneliti semasa hidupnya sangat bermanfaat hingga peneliti mampu menyelesaikan tugas akhir ini. 10. Terima kasih kepada, teman-teman kelas E 2014, sahabat seperjuangan dari PMII Rayon FEB dan keluarga besar Kukerta Tematik BOPTN Desa Pantai Gading. Terima kasih terkhusus pada Marya Ulfa Qalbi, Christiani Simanungkalit, Kresna Widyasti Santoso, Imron Rosady, dan Ilham Mery Rahmat yang telah memberi dukungan semangat dan do’a. 11. Serta seluruh pihak-pihak yang telah ikut memberikan bantuan, semangat, dan motivasi dalam penelitian skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Akhirnya semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada peneliti mendapat balasan dari Allah SWT dan peneliti mengharapkan semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat. Jambi, Mei 2018 Peneliti,
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh corporate social responsibility, kualitas audit, leverage, dan ukuran perusahaan secara simultan terhadap tax avoidance, pengaruh corporate social responsibility secara parsial terhadap tax avoidance, pengaruh kualitas audit secara parsial terhadap tax avoidance, pengaruh leverage secara parsial terhadap tax avoidance dan pengaruh ukuran perusahaan secara persial terhadap tax avoidance. Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2017. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling dan diperoleh 16 perusahaan dengan periode pengamatan selama 7 (tujuh) tahun sehingga didapat 112 unit sampel dalam penelitian. Metode analisis data pada penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa corporate social responsibility, kualitas audit, leverage, dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap tax avoidance, corporate social responsibility secara parsial berpengaruh terhadap tax avoidance, kualitas audit secara parsial berpengaruh terhadap tax avoidance, leverage secara parsial berpengaruh terhadap tax avoidance dan ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap tax avoidance.
Tax avoidance, corporate social responsibility, ukuran perusahaan, leverage, ukuran perusahaan Kata
Kunci:
ABSTRAC T The purpose of this research is to analyze the influence of corporate social responsibility, audit quality, leverage, and company size simultaneously to tax avoidance, corporate social responsibility influence partially to tax avoidance, partial audit quality impact to tax avoidance, partial leverage influence to tax avoidance and the effect of firm size on the tax avoidance basis. The population in this study is a company listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) in 20112017. Sampling technique used is purposive sampling and obtained 16 companies with observation period for 7 (seven) years so that got 112 sample unit in research. Data analysis method in this research is multiple regression analysis. The results of this study indicate that corporate social responsibility, audit quality, leverage, and company size simultaneously affect tax avoidance, corporate social responsibility partially influence tax avoidance, audit quality partially influence tax avoidance, leverage partially affect tax avoidance and firm size partially affect tax avoidance.
K eywords: Tax avoidance, corporate social responsibility, audit quality, leverage, fi rm size
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI................................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
........................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................. iv KATA PENGANTAR ........................................................................................ v ABSTRAK ..........................................................................................................viii ABSTRACT ........................................................................................................ ix DAFTAR ISI ....................................................................................................... x DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiii DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ...............................................................................10 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................11 1.4. Manfaat Penelitian ..............................................................................12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ...................................................................................13 2.1.1. . Teori Keagenan.......................................................................13 2.1.2. Trade of Theory Tax Avoidance ..............................................14 2.1.3 Teori Stakeholder .....................................................................15 2.1.4. Teori Legitimasi .......................................................................18 2.1.5. Pajak .........................................................................................19 2.1.6. Tax Avoidance ..........................................................................21 2.1.7. Leverage ..................................................................................22 2.2. Penelitian Terdahulu ...........................................................................24 2.3. Kerangka Pemikiran ...........................................................................28 2.3.1. Pengaruh Corporate social responsibility terhadap Tax avoidance .....................................................................................28
2.3.2. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Tax avoidance ...................29 2.3.3. Pengaruh Leverage terhadap Tax avoidance ............................ 30 2.3.4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Tax avoidance............30 2.4. Model Penelitan .................................................................................33 2.5. Hipotesis Penelitian ............................................................................34 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian ......................................................................... 35 3.2. Jenis dan Sumber Data........................................................................35 3.3. Populasi dan Sampel ...........................................................................36 3.4. Definisi Operasional Variabel ............................................................38 3.4.1. Variabel independen (independent variable) ...........................38 3.4.2. Variabel dependen (dependent variable) ..................................42 3.5. Metode Analisis Data .........................................................................44 3.5.1. Statistik Deskriptif ...................................................................45 3.5.2. Uji Asumsi Klasik ....................................................................45 3.5.2.1. Uji Normalitas ..............................................................45 3.5.2.2. Uji Multikolinearitas ....................................................46 3.5.2.3. Uji Heteroskedastisitas .................................................46 3.5.2.4. Uji Autokorelasi ...........................................................47 3.6. Pengujian Hipotesis ............................................................................48 3.6.1. Analisis Regresi Berganda (Multiple Regression) ..........48 3.6.2. Uji Simultan (Uji F) ........................................................48 3.6.3. Uji Parsial t (Uji t) ...........................................................49 3.6.4. Koefisien Determinasi (R 2) .............................................50 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ...................................................................................52 4.1.1. Statistik Deskriptif ....................................................................52 4.2. Uji Asumsi Klasik ..............................................................................53 4.2.1. Uji Normalitas ..........................................................................53 4.2.2. Uji Multikolinearitas.................................................................54
4.2.3. Uji Heteroskedastisitas .............................................................56 4.2.4. Uji Autokorelasi .......................................................................57 4.3. Analisis Regresi Berganda .................................................................57 4.4. Pengujian Hipotesis ...........................................................................59 4.4.1. Uji Simultan (Uji F) ..................................................................59 4.4.2. Uji Parsial (Uji t) ......................................................................60 4.4.3 Koefisien Determinasi ............................................................... 62 4.5. Pembahasan ........................................................................................ 63 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan .........................................................................................72 5.2. Saran ...................................................................................................73 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................74 LAMPIRAN
...................................................................................................79
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Judul
Halaman
Tabel 1.1 Penerimaan Pajak 2011-2016 ............................................................. 2 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 24 Tabel 3.1 Proses Puposive Sampling Penelitian ................................................. 37 Tabel 3.2 Sampel Penelitian ................................................................................ 38 Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya ............................ 43 Tabel 3.4 Kriteria Penafsiran Indeks Korelasi .................................................... 51 Tabel 4.1 Statistif Deskriptif ............................................................................... 52 Tabel 4.2 Hasil Pengujian Multikolinearitas ....................................................... 55 Tabel 4.3 Hasil Pengujian Autokorelasi ............................................................. 57 Tabel 4.4 Analisis Regresi Berganda .................................................................. 58 Tabel 4.5 Hasil Uji F(Simultan) .......................................................................... 59 Tabel 4.6 Hasil Uji t (Parsial) ............................................................................. 60 Tabel 4.7 Kesimpulan Hipotesis ......................................................................... 61 Tabel 4.8 Tabel Uji Determinasi ......................................................................... 62
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Judul
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................35 Gambar 2.2 Model Penelitian .............................................................................36 Gambar 4.1 Normal P-Plot .................................................................................54 Gambar 4.2 Scatter Plot ......................................................................................56
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penelitian
Perusahaan didirikan bertujuan untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan,
memaksimalkan
kesejahteraan
pemegang
saham
(pemilik
perusahaan) dengan tuntutan agar memanfaatkan sumber daya yang terbatas dan beroperasi pada tingkatan produktivitas yang optimal. Usaha yang dilakukan perusahaan demi kesejahteraan pemegang saham cenderung dilakukan dengan berbagai cara, baik dalam batasan wajar maupun yang berindikasi kecurangan. Salah satu yang menjadi perhatian perusahaan dalam meningkatkan keuntungan yakni mengurangi biaya atau beban perusahaan. Beban atau biaya adalah pengurang pendapatan yang akan mengurangi jumlah keuntungan atau la ba dalam suatu perusahaan, salah satu beban yang banyak dihindari perusahaan yakni beban pajak (Suandy, 2013). Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan Negara yang berasal dari rakyat (Nurfadilah, dkk. 2016). Pajak yang dipungut oleh Negara difungsikan sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran pemerintah dan difungsikan sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi serta digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Damayanti dan Susanto, 2015). Dalam konteks perpajakan, perusahaan adalah wajib pajak yang memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, hal ini menunjukan besarnya peran pajak untuk menunjang
kesejahteraan dan kemajuan negara (Deiya dan Bambang, 2016). Besarnya peranan pajak untuk membiayai pembangunan nasional agar menciptakan kesejahteraan dan kemajuan negara tidak sesuai dengan kenyataan. Tabel 1.1 berikut ini menunjukkan pencapaian penerimaan pajak Negara Indonesia selama tahun 2011 sampai dengan 2017 :
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tabel 1.1 Penerimaan Pajak 2011-2017 (dalam triliun rupiah) Anggaran Realisasi Penerimaan Penerimaan Pajak Pajak 850 874 1033 980 1148 1077 1280 1147 1489 1253 1547 1284 1283 1151
Persentasi Realisasi Penerimaan Pajak 102,78% 94,96% 93,81% 89,57% 84,15% 83,08% 89,74%
Sumber: data diolah, Diretorat Jendral Pajak 2017
Pada tabel 1.1, penerimaan negara yang berasal dari sektor pajak pada Tahun 2011 mencapai 102,78% melebihi target anggaran, namun pada Tahun 2012 sampai 2016 penerimaan pajak tidak mencapai target. Realisasi penerimaan negara dari sektor pajak yang meliputi semua jenis pajak pada Tahun 2012 sebesar 94,96%, lebih rendah 7,82% daripada tahun sebelumnya, kemudian mengalami penurunan sebesar 1,15% pada Tahun 2013 menjadi 93,81%, sedangkan Tahun 2014 realisasi penerimaan pajak mengalami penurunan sebesar 4,24% dari Tahun 2013 menjadi 89,57%, Tahun 2015 sebesar 84,15%, lebih rendah 1,18% dari jumlah penurunan Tahun 2014 dan Tahun 2016 realisasi penerimaan pajak mengalami penurunan 1,12% dari Tahun 2015 sebesar 83,08% dan pada Tahun 2017 anggaran penerimaan pajak diturunkan dibanding tahun
2016 dengan realisasi penerimaan pajak sebesar 89,74%. Ini menunjukkan dari Tahun 2011 hingga Tahun 2016 persentasi penerimaan pajak negara terus mengalami penurunan karena tidak mencapai target anggaran dan pada Tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 6,6% dibanding tahun sebelumnya, meskipun secara fisik jumlah penerimaan pajak meningkat dari tahun ke tahun. Penerimaan pajak dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya yakni upaya efisiensi beban pajak oleh wajib pajak. Perusahaan memiliki ruang besar untuk melakukan efisiensi pajak. Sebagian besar perusahaan cenderung mengindentikan pajak sebagai biaya, sehingga perusahaan akan meminimalkan biaya pajak agar laba perusahaan menjadi optimal. Persaingan dunia usaha juga semakin ketat, menyebabkan perusahaan melakukan upaya agar memenangkan persaingan dengan melakukan efisiensi diberbagai bidang, salah satunya bidang perpajakan (Suarningrat dan Setiawan, 2013). Perusahaan memandang pajak sebagai biaya yang akan mengurangi penghasilan sehingga akan berusaha untuk meminimalkan beban tersebut guna mengoptimalkan laba (Suandy, 2013). Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing maka manajer wajib menekan biaya seoptimal mungkin. Demikian pula dengan kewajiban membayar pajak, karena biaya pajak akan menurunkan laba setelah pajak (after tax profit ), tingkat pengembalian (rate of return), dan arus kas (cash flows) (Suandy, 2013). Beban pajak dapat dikurangi dengan dua cara tax evasion (penggelapan pajak) dan tax avoidance (penghindaran pajak) (Sari,dkk. 2016). Tax avoidance dilakukan dengan metode dan teknik yang digunakan cenderung memanfaatkan
kelemahan-kelemahan ( grey area) yang terdapat dalam undang-undang dan peraturan perpajakan itu sendiri, untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang (Pohan, 2013). Penghindaran pembayaran pajak memang tidak melanggar hukum, tetapi secara sengaja menyembunyikan dana untuk menghindari pajak adalah suatu pelanggaran (British Broadcasting Company, 2015) Perusahaan yang berperilaku tax avoidance dianggap tidak bertanggung jawab secara sosial. Menurut World Bank Group tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) disebut sebagai komitmen bisnis berkelanjutan yang berkontribusi bagi ekonomi dan berpengaruh pada lingkungan sekitar dan masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas sarana dan keberlangsungan hidup masyarakat. Dari definisi tersebut dapat disebutkan bahwa pajak
dan
Corporate
Social
Responsibility
sama-sama
ditujukan
untuk
kesejahteraan umum. Namun bedanya adalah pajak dikelola oleh pemerintah pusat maupun daerah yang kemudian didistribusikan kepada masyarakat umum sedangkan biaya pelaksanaan Corporate Social Responsibility dikelola perusahaan untuk kemudian didistribusikan kepada masyarakat umum (Hidayati dan Fidiana, 2017). Pelaksanaan Corporate Social Responsibility di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas, namun peraturan ini hanya mewajibkan perusahaan yang berkaitan dengan sumber daya alam, sehingga perusahaan yang melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungannya hanya sebagai formalitas
(Tiarawati, 2015). Pelaksanaan Corporate Social Responsibility juga diatur dalam PSAK No. 1 P.12 Revisi Tahun 2013 yang berbunyi: “Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut di luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan.” Pada PSAK 1 tersebut penyajian laporan lingkungan bersifat sukarela, berbeda dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 yang mewajibkan penyajian laporan lingkungan walaupun dalam hal ini objek yang dituju dua peraturan tersebut sama yakni perusahaan yang berkaitan dengan sumber daya alam. Perbedaan ini menyebabkan pelaksanaan Corporate Social Responsibility di Indonesia belum optimal, selain karena inkonsistensi peraturan yang ada di Indonesia, juga disebabkan karena mayoritas perusahaan di Indonesia belum sepenuhnya percaya dengan adanya kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan yang dapat membantu dan menjamin bahwa kegiatan tersebut saling menguntungkan bagi perusahaan dan masyarakat lokal. Dalam hal pengungkapannya, perusahaan merasa terbebani oleh dua beban yang berbeda yaitu beban Corporate Social Responsibility dan beban pajak (Setiadji, 2010). Beban pajak yang ditanggung perusahaan mengenai perlakuan Pajak Penghasilan atas pengeluaran yang dikeluarkan dalam rangka Corporate Social Responsibility diatur dalam UU No. 36 Tahun 2008. Pada dasarnya kedua beban tersebut dapat digunakan untuk mensejahterakan masyarakat, namun agar perusahaan tidak terbebani dengan dua beban tersebut maka perusahaan mencari cara untuk meminimalkan pajak melalui aktifitas corporate social responsibility.
Dalam hal meminimalkan beban pajak melalui aktifitas corporate social responsibility, perusahaan menggunakan strategi khusus pada Pajak Penghasilan (PPh) sehingga biaya yang dikeluarkan untuk program
corporate social
responsibility dapat dibebankan sebagai biaya yang dapat mengurangi laba kena pajak (Tiarawati, 2015).
Dapat disimpulkan bahwa pengungkapan Corporate
Social Responsibility dalam laporan tahunan perusahaan bisa menjadi salah satu cara perusahaan untuk melakukan tax avoidance. Penelitian yang dilakukan Deiya dan Bambang (2016) dan Prasista dan Setiawan (2016) membuktikan corporate social responsibility berpengaruh terhadap tax avoidance sedangkan penelitian yang dilakukan Winarsih, dkk (2013) membuktikan corporate social responsibility tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Deiya dan Bambang (2016) manyatakan hubungan antara corporate social responsibility dengan tax avoidance menunjukan bahwa perusahaan yang sadar sosial tidak akan melakukan tindakan menurunkan beban pajak. Hal ini terjadi karena perusahaan menyadari bahwa prinsip tanggung jawab sosial yang dijalankannya tidak sesuai dengan tindakan perusahaan dalam menurunkan beban pajak. Peningkatan transparansi terhadap pemegang saham dalam hal pajak semakin dituntut oleh otoritas publik. Asumsinya bahwa dampak dari perilaku tax avoidance dari suatu perusahaan membuat pemegang saham sadar agar tidak ingin perusahaan mereka turut agresif dalam hal pajak dan segera mencegah tindakan tersebut jika mereka tahu sebelumnya karena pengawasan dari otoritas publik (Annisa dan Kurniasih, 2012). Oleh karena tuntutan otoritas publik terhadap
transparansi dalam pelaporan, membuat pemegang saham berpikir bahwa kualitas audit dalam suatu perusahaan merupakan hal yang vital. Kualitas audit merupakan kemampuan untuk menemukan dan melaporkan ketidakwajaran maupun kecurangan dalam laporan keuangan auditan. Indikator yang tepat untuk mengukur kualitas audit belum ada kesepakatan hingga saat ini. Namun penelitian yang dilakukan oleh Aditama (2017) menggunakan dicretionary accruals untuk mengukur kualitas audit suatu perusahaan. Telah terbuti dari penelitian Deiya dan Bambang (2016), dan Khairunisa, dkk (2017) kualitas audit berpengaruh terhadap tax avoidance. Kualitas audit yang diproksikan dengan dicretionary accruals dan telah digunakan beberapa peneliti sebelumnya (Myers et al ., 2003; Manry et al ., 2008; dan Giri, 2010). Aditama (2017) menjelaskan tingginya tingkat akrual berhubungan positif dengan kegagalan audit serta kurangnya konservatisme auditor. Tingkat akrual yang rendah diasosiaskan dengan tingginya tingkat konservatisme yang dimiliki seorang auditor sehingga dipandang dapat meningkatan kualitas audit. Variabel lain yang juga mempengaruhi tax avoidance adalah leverage. Leverage merupakan rasio yang menunjukkan besarnya komposisi utang suatu perusahaan. Pada umumnya perusahaan menggunakan utang kepada pihak ketiga dalam menjalankan aktivitas operasi perusahaan. Penambahan sejumlah utang suatu perusahaan akan menimbulkan beban bunga yang menjadi pengurang beban pajak perusahaan (Nurfadilah, 2016). Hal ini berkaitan dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 46/PJ.4/1995. Penelitian yang dilakukan oleh Dewinta dan Setiawan (2016) dan Kuriah dan Asyik (2016) menunjukan bahwa
leverage berpengaruh terhadap tax avoidance, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurfadilah, dkk (2016) yang menyatakan
leverage tidak
berpengaruh terhadap tax avoidance. Variabel lain yang mempengaruhi
tax avoidance adalah ukuran
perusahaan. Penelitian yang dilakukan Rinaldi dan Charoline (2015), Sari, dkk (2016) menunjukan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap tax avoidance, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rusyidi (2013) dan Khairunisa, dkk (2017) menunjukkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Menurut Rusyidi (2013) bahwa semakin besar perusahaan maka efektif tax rate (ETR) semakin kecil, data tersebut menunjukkan semakin meningkatnya tindakan tax avoidance. Dapat disimpulkan bahwa ukuran sebuah perusahaan akan menentukan prilaku perpajakannya. Perusahaan besar akan menjadi sorotan pemerintah, sehingga akan menimbulkan kecenderungan bagi para manajer perusahaan untuk berlaku agresif atau patuh. Semakin besar ukuran perusahaan, maka perusahaan akan lebih mempertimbangkan risiko dalam hal mengelola beban pajaknya. Penelitian ini merujuk pada penelitian Khairunisa, dkk (2017) yang meneliti tentang pengaruh kualitas audit, corporate social responsibility, dan ukuran perusahaan terhadap tax avoidance. Hasil penelitian Khairunisa, dkk (2017) menunjukkan bahwa kualitas audit dan corporate social responsibility berpengaruh terhadap tax avoidance, sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Ada tiga perbedaan penelitian ini dengan penelitian Khairunisa, dkk (2017). Pertama, penelitian Khairunisa, dkk (2017)
menemukan bahwa variabel kualitas audit dan corporate social responsibility berpengaruh terhadap tax avoidance, sedangkan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap tax avoidance. Penelitian ini memiliki koefisien determinasi yang cukup tinggi, namun masih dapat ditingkatkan lagi. Oleh karena itu, peneliti menambahkan satu variabel independen, yaitu leverage karena peningkatan leverage akan memberikan keuntungan bagi perusahaan berupa t ax shield sesuai trade off theory dimana tax shield secara tidak langsung adalah salah satu tindakan tax avoidance melalui struktur modal perusahaan. Peneliti mengharapkan dengan adanya penambahan satu variabel independen akan meningkatkan koefisien determinasi terhadap variabel dependen. Kedua, penelitian Khairunisa, dkk (2017) menggunakan periode penelitian 2011 – 2015 (lima tahun), sedangkan penelitian ini memperpanjang periode penelitian mulai 2011 – 2016 (enam tahun). Hal ini bertujuan agar data sampel penelitian lebih banyak sehingga hasil penelitian diharapkan lebih baik dan akurat. Selain itu, data yang digunakan lebih baru sehingga lebih menggambarkan aktivitas dan kondisi perusahaan terkini. Ketiga, Khairunisa, dkk (2017) menggunakan perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman, sedangkan penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Alasan pemilihan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia karena tanggung jawab sosial perusahaan tidak terbatas pada
Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2012
dimana setiap perseroan selaku subjek hukum mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan. Kewajiban ini berlaku bagi perseroan yang menjalankan bidang
usahanya berkaitan dengan sumberdaya alam. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut PP Corporate Social Responsibilty). Dalam UU PT, pengaturan mengenai Corporate Social Responsibilty terdapat dalam Pasal 74. Pasal 74 menegaskan Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, yang mana kewajiban tersebut dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Namun, melalui penelitian pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ini, dapat diperoleh informasi sejauh mana perusahaan merasa terlibat dan bertanggung jawab pada sosial dan lingkungan. Dengan adanya perbedaan hasil penelitian - penelitian sebelumnya, maka penelitian ini berjudul: “Pengaruh Corporate Social Responsibility , Kualitas Audit, Leverage, dan Ukuran Perusahaan terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 – 2017)”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat dituliskan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah corporate social responsibility, kualitas audit, leverage, dan ukuran
perusahaan
avoidance?
berpengaruh
secara
simultan
terhadap
tax
2. Apakah corporate social responsibility berpengaruh terhadap tax avoidance? 3. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap tax avoidance? 4. Apakah leverage berpengaruh terhadap tax avoidance? 5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance? 1.3. Tujuan Penelitian
Bertolak pada latar belakang permasalahan diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk
memberikan
bukti
empiris
responsibility, kualitas audit,
pengaruh
corporate
social
leverage, dan ukuran perusahaan
berpengaruh secara simultan terhadap tax avoidance. 2. Untuk memberikan bukti empiris seberapa besar pengaruh corporate social responsibility berpengaruh terhadap tax avoidance. 3. Untuk memberikan bukti empiris seberapa besar pengaruh kualitas audit berpengaruh terhadap tax avoidance. 4. Untuk memberikan bukti empiris seberapa besar pengaruh leverage berpengaruh terhadap tax avoidance. 5. Untuk memberikan bukti empiris seberapa besar pengaruh ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat memberi pemahaman tentang tata kelola perusahaan yang baik agar diterapkan dengan tujuan menghindari praktik tax avoidance. 2. Bagi Pemerintah Diharapkan menjadi salah satu bahan pertimbangan pemerintah dalam mendeteksi dan meminimalisir praktik tax avoidance. 3. Bagi Peneliti Diharapkan berguna dalam pengembangan teori dan pengetahuan di bidang akuntansi, dan menjadi referensi tambahan pada penelitian selanjutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori agensi menjelaskan bahwa organisasi merupakan jaringan hubungan kontraktual antara manajer (agent ) dengan pemegang saham, kreditur, dan pihak lainnya ( principal ). Dalam teori ini, agen diasumsikan sebagai individu yang rasional, memiliki kepentingan pribadi dan berusaha memaksimalkan kepentingan pribadinya. Manajer sebagai agen bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik, namun di sisi lain manajer juga memiliki kepentingan memaksimalkan kesejahteraan mereka sehingga ada kemungkinan besar agen tidak selalu bertindak demi kepentingan pribadi (Rinaldi dan Charoline, 2015). Keputusan manajer melakukan aktivitas tax avoidance merupakan salah satu masalah keagenan. Keputusan manajer untuk melakukan tax avoidance mungkin dilakukan untuk kepentingan pribadi manajer (misalnya kepentingan terhadap laba tinggi). Namun demikian, bisa saja keputusan ini bukan keputusan yang paling sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Manajer mungkin saja hanya mengambil keputusan tax avoidance berdasarkan kepentingan jangka pendek. Di sisi lain pemegang saham akan memandang dari sudut pandang kepentingan jangka panjang. Dari sinilah muncul masalah keagenan di mana kepentingan manajer berbeda dengan kepentingan pemegang saham (Purwanto, 2016). Hal tersebut menimbulkan asimetris informasi antara pemegang saham dengan manajer perusahaan.
2.1.2
Trade-off Theory Trade-off Theory mengasumsikan bahwa struktur modal perusahaan
merupakan hasil trade-off dari keuntungan pajak dengan menggunakan hutang dengan biaya yang akan timbul sebagai akibat penggunaan hutang tersebut (Jogiyanto, 2003). Esensi trade off theory dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih besar, tambahan hutang masih diperkenankan. Apabila pengorbanan karena penggunaan hutang sudah lebih besar, maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan. Teori ini menjelaskan sebuah perusahaan yang struktur modalnya tanpa menggunakan hutang dan yang keseluruhan menggunakan hutang. Perusahaan tanpa menggunakan hutang dalam modalnya akan membayar pajak yang lebih besar daripada perusahaan yang menggunakan hutang. Hal tersebut akan mempengaruhi nilai perusahaan. Nilai perusahaan dengan menggunakan hutang akan lebih besar dibanding perusahaan tanpa menyertakan hutang dalam modalnya. Perusahaan dengan modal keseluruhan hutang dikatakan buruk karena dalam setiap hutang terdapat bunga hutang yang dibayarnya. Dengan keseluruhan hutang dalam modal perusahaan, dalam setiap keuntungan perusahaan tersebut akan menggunakan labanya untuk membayar bunga. Tentu keadaan tersebut tidak menguntungkan
bagi
sebuah
perusahaan.
Perusahaan
dapat
melakukan
perhitungan mengenai struktur modal optimal dengan mempertimbangkan peningkatan nilai perusahaan dan biaya yang akan muncul.
Trade-off theory pada struktur modal dapat menjelaskan perbedaan struktur modal yang ditargetkan perusahaan. Teori ini menyatakan, kemampuan perusahaan untuk membayar bunga menunjukkan kapasitas hutang yang lebih besar. Brigham dan Houston (2010) menjelaskan mengenai ringkasan teori pertukaran (trade-off theory) yakni adanya fakta bahwa bunga yang dibayar sebagai beban pengurangan pajak membuat hutang menjadi lebih murah dibandingkan dengan saham biasa atau saham preferen. Secara tidak langsung, perusahaan membayar sebagian biaya hutang atau dengan kata lain hutang memberikan manfaat perlindungan pajak. 2.1.3
Teori Stakeholder
Stakeholder merupakan semua pihak yang keberadaannya sangat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh suatu perusahaan, seperti : karyawan, masyarakat, perusahaan pesaing dan pemerintahan. Hidayati dan Fidiana (2017) berpendapat bahwa kelompok tersebut menjadi pertimbangan paling penting untuk perusahaan mengungkapkan informasinya. Perusahaan merupakan entitas yang beroperasi bukan hanya untuk kepentingan perusahaan itu sendiri melainkan juga harus memberikan manfaat kepada stakeholder -nya. Oleh sebab itu, dukungan dari stakeholder sangat mempengaruhi keberadaan suatu perusahaan. Menurut teori stakeholder , perusahaan melakukan Corporate Social Responsibilty untuk memenuhi ekspektasi dari stakeholder perusahaan seperti karyawan, supplier , customer , dan masyarakat. Dengan demikian perusahaan sudah seharusnya memberikan kontribusi kepada para stakeholder nya melalui aktivitas Corporate
Social
Responsibilty.
Untuk
mendapatkan
legitimasi
dari
stakeholder nya, aktivitas Corporate Social Responsibilty perusahaan yang dilakukan sepanjang tahun pada umumnya akan dilaporkan dan diungkapkan dalam laporan tahunan, laporan keberlanjutan, atau pada situs perusahaan. Perusahaan melakukan aktvitas Corporate Social Responsibilty yang memiliki nilai tambah, seperti pegawai, pemasok, pelanggan dan masyarakat sekitar. Ghozali (2016) dalam stakeholder theory, perusahaan tidak hanya melakukan kegiatan usaha untuk kepentingan perusahaan sendiri, tetapi juga harus bermanfaat bagi para stakeholder yang ada di perusahaan. Corporate social responsibility merupakan salah satu kegiatan yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang menginginkan agar kegiatan usaha yang dilaksanakan dapat berjalan lancar dan berkisanambungan. Landasan yang mendasari tanggung jawab sosial adalah bagaimana perusahaan memberi perhatian kepada lingkungan, terhadap dampak yang akan terjadi akibat aktivitas operasional perusahaan. Corporate Social Responsibilty merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa CSR merupakan komitmen berkelanjutan dari perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, sekaligus meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat luas (Kuriah dan Asyik, 2016). Corporate Sosial Responsibility adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepudulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan
dalam interaksi mereka dengan stakeholder s berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. Dalam hal ini, Corporate Social Responsibilty merupakan bentuk timbal balik terhadap masyarakat sekitar terhadap aktifitas operasi perusahaan agar mendapatkan respons baik dari masyarakat. Implementasi Corporate Social Responsibilty merupakan wujud komitmen yang dibentuk perusahaan untuk memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas kehidupan (Susiloadi, 2008). Lanis dan Richardson (2012) menyatakan bahwa Corporate Social Responsibilty merupakan faktor kunci dalam keberhasilan dan kelangsungan hidup perusahaan. Tax Avoidance perusahaan di sisi lain dapat dianggap sebagai aktivitas yang tidak bertanggung jawab secara sosial (Lanis dan Richardson, 2012). Corporate Sosial Responsibility adalah suatu bentuk kepedulian sosial sebuah perusahan untuk melayani kepentingan organisasi eksternal dan publik. Corporate Sosial Responsibility juga dapat diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak operasi dalam dimensi sosial, ekonomi serta lingkungan. Perusahaan yang mempunyai peringkat yang rendah dalam Corporate Sosial Responsibility dianggap sebagai perusahaan yang tidak bertanggung jawab secara sosial sehingga dapat melakukan strategi pajak yang lebih agresif dibandingkan perusahaan yang sadar sosial, jika suatu perusahaan diidentifikasi sebagai perusahaan yang agresif terhadap pajak, perusahaan dapat menanggung biaya reputasi sosial dan politik akibat dicap sebagai warga korporasi yang buruk. Lanis dan Richardson (2012) menyatakan bahwa Corporate Sosial Responsibility dianggap sebagai faktor kunci dalam keberhasilan dan kelangsungan hidup
perusahaan, tetapi tingkat keterlibatan perusahaan dalam pengungkapkan Corporate Sosial Responsibility adalah tidak wajib. Corporate Sosial Responsibility yang meningkatkan membuat perusahaan lebih menarik bagi konsumen karena itu Corporate Sosial Responsibility harus dilakukan oleh semua perusahaan. Teori stakeholder merupakan hasil dari perubahan filosofi pengelolaan organisasi entitas bisnis yang didasarkan pada teori keagenan (agency theory) yaitu tanggung jawab perusahaan yang hanya berorientasi kepada pengelola (agent) dan pemilik (principle), pada pandangan manajemen modern yang didasarkan pada teori stakeholder . Teori stakeholder menjelaskan terdapatnya perluasan tanggung jawab perusahaan dengan dasar pemikiran bahwa pencapaian tujuan perusahaan berhubungan erat dengan pola (setting) lingkungan sosial dimana perusahaan berada (Kholis dan Maksum, 2003). Stakeholder mengacu pada setiap individu atau kelompok yang mempertahankan andil atau kepentingannya di sebuah organisasi sama seperti cara shareholder yang memiliki saham atau obligasi di organisasi tersebut (Fassin, 2008). 2.1.4
Teori Legitimasi
Lako (2011:5) mengatakan bahwa dalam perspektif teori legitimasi, perusahaan dan komunitas sekitarnya memiliki relasi sosial yang erat karena keduanya terikat dalam suatu “ social contract ”. Teori kontrak sosial ( social contract ) menyatakan bahwa keberadaan perusahaan dalam suatu area karena didukung secara politis dan dijamin oleh regulasi pemerintah yang juga merupakan representasi dari masyarakat. Perusahaan harus membuat masyarakat
yakin bahwa aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi sudah sesuai dengan aturan dan kaidah yang dipercayai oleh masyarakat, sehingga membuat perusahaan memperhatikan analisis perilaku dengan memperhatikan lingkungan sosial. Barkemeyer (2007) menjelaskan pengungkapan tanggungjawab sosial dalam konteks teori legitimasi dan ketika masyarakat menerima informasi tersebut maka akan meningkatkan nilai perusahaan. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility merupakan salah satu mekanisme yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan perusahaan dengan stakeholder dan disarankan bahwa Corporate Sosial Responsibility merupakan jalan masuk dimana beberapa organisasi menggunakannya untuk memperoleh keuntungan atau memperbaiki legitimasi. Perusahaan melakukan aktivitas Corporate Sosial Responsibility untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat untuk keberlanjutan usahanya. Menurut teori stakeholder , perusahaan melakukan Corporate Sosial Responsibility untuk memenuhi ekspektasi dari stakeholder perusahaan seperti karyawan, supplier, customer , dan masyarakat. Dengan demikian perusahaan sudah seharusnya memberikan kontribusi kepada para stakeholder nya melalui aktivitas-aktivitas Corporate Sosial Responsibility.
2.1.5
Pajak
Pengertian pajak menurut Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 2009, pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara
bagi
sebesar-besarnya
kemakmuran
rakyat.
Rochmat
Soemitro
mendefinisikan pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang
(yang
dapat
dipaksakan)
dengan
tiada
mendapat
jasa
timbal
(kontraprestasi) langsung yang dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2013). Wajib pajak di Indonesia dapat dibagi menjadi dua, yakni wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan. Bagi wajib pajak, pajak merupakan perwujudan pengabdian dan peran untuk berkontribusi dalam peningkatan pembangunan nasional.
Fenomena mengenai
pemungutan pajak
menjadi
fenomena penting yang menjadi fokus pemerintah dan harus dikelola dengan baik. Pelaksanaan pemungutan pajak oleh pemerintah, tidak selalu mendapat sambutan baik dari perusahaan. Perusahaan berusaha untuk membayar pajak serendah mungkin karena pajak akan mengurangi pendapatan atau laba bersih, sedangkan bagi pemerintah menginginkan pajak setinggi mungkin guna untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan (Darmawan dan Sukartha, 2014). Menurut peraturan Direktorat Jendral Pajak, jenis pajak terbagi atas: 1.
Pajak pph atau pajak penghasilan
2.
Pajak bumi dan banguana atau PBB
3.
BM atau bea materai
4.
Pajak pertambahan nilai atau PPN dan pajak atas penjualan barang mewah atau PPNBM
5.
Bea perolehan hak tanah atau bangunan atau BPHTB
(sumber data dari web direktorat jendral pajak)
2.1.6
Tax A voidance Tax avoidance (penghindaran pajak) adalah suatu strategi pajak yang
agresif dilakukan oleh perusahaan dalam rangka meminimalkan beban pajak. Dewi dan Sari (2015) berpendapat tax avoidance merupakan upaya penghindaran pajak dengan memenuhi ketentuan perpajakan dan menggunakan strategi di bidang perpajakan dengan memanfaatkan grey area pada peraturan perpajakan. Menurut Pagone (2010) dalam bukunya (tax avoidance in australia) penghindaran (avoidance) terutama melibatkan komersialisasi dan pemanfaatan secara efektif kebijakan pajak yang legitimate dan defiasi teknis dan ambiguitas dalam peraturan.perundang-undangan. Pagone (2010) menyebutkan bahwa tax avoidance mempunyai beberapa karakteristik,
antara
lain:
Transaksinya
seringkali
semu,
transaksi
yang
dilaksanakan tidak mempunyai makna secara ekonomis yang berarti, tidak terdapatnya unsur risiko dan adanya usaha-usaha untuk mengeksploitasi celahcelah dalam peraturan perpajakan. Penghindaran pajak dapat dilakukan dengan 3 cara, yakni, pertama menahan diri, yaitu wajib pajak tidak melakukan sesuatu yang bisa dikenai pajak. Kedua pindah lokasi adalah memindahkan lokasi usaha atau domisili yang tarif pajaknya tinggi ke lokasi yang tariff pajaknya renda. Ketiga penghindaran pajak secara yuridis. Perbuatan ini dilakukan dengan cara sedemikian rupa sehingga perbuatan – perbuatan yang dilakukan tidak terkena pajak. Biasanya dilakukan dengan memanfaatkan kekosongan atau ketidakjelasan undang-undang ( loophles ).
Ada berbagai macam proksi pengukuran agresivitas pajak, antara lain Effective Tax Rates (ETR), Book Tax Differences, Discretionary Permanent BTDs (DTAX), Unrecognize Tax benefit , Tax Shelter Activity, dan Marginal tax rate. Penelitian yang dilakukan Hidayati dan Fidiana (2017), Rinaldi dan Charoline (2015) serta Sari, dkk (2016) menggunakan ETR untuk mengukur agresivitas penghindaran pajak. Alasan lain penggunaan ETR sebagai proksi untuk mengukur tax avoidance karena penelitian terdahulu seperti penelitian yang dilakukan oleh Slemrod (2004) menggunakan ETR untuk mengukur tax avoidance. Proksi ETR paling banyak digunakan dalam literatur, dan nilai yang rendah dari ETR dapat menjadi indikator adanya tax avoidance. Secara keseluruhan, perusahaan perusahaan yang menghindari pajak perusahaan dengan mengurangi penghasilan kena pajak mereka dengan tetap menjaga laba akuntansi keuangan dan memiliki nilai ETR yang lebih rendah. Maka dari itu, ETR dapat digunakan untuk mengukur tax avoidance. 2.1.7 Leverage
Leverage merupakan rasio yang menandakan besarnya modal eksternal yang digunakan perusahaan untuk melakukan aktivitas operasi. Hasil perhitungan rasio leverage menandakan seberapa besar aset yang dimiliki perusahaan berasal dari modal pinjaman perusahaan tersebut. Apabila perusahaan memiliki sumber dana pinjaman tinggi, maka perusahaan akan membayar beban bunga tinggi kepada kreditur. Beban bunga akan mengurangi laba, sehingga dengan berkurangnya laba maka mengurangi beban pajak dalam satu periode berjalan.
Perusahaan dapat menggunakan tingkat leverage untuk mengurangi laba dan akan berpengaruh terhadap berkurangnya beban pajak (Brigham & Houston, 2010). Leverage dapat didefinisikan sebagai rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang (Kasmir, 2015). Tingkat leverage perusahaan dapat menggambarkan risiko keuangan perusahaan. Hal ini disebabkan karena leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan bergantung pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage tinggi berarti sangat bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage rendah, berarti perusahaan tersebut lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri. Pada umumnya, perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan berusaha menyampaikan lebih banyak informasi sebagai instrumen untuk mengurangi monitoring costs bagi investor. Teori Akuntansi Positif dengan hipotesis debt covenant menjelaskan semakin tingginya hubungan perusahaan dengan pihak ketiga (kreditur) maka perusahaan akan lebih menjaga laba periode berjalan dengan tujuan untuk menjaga stabilitas kinerja perusahaan yang dijelaskan melalui laba karena semakin tingginya kepentingan perusahaan dengan kreditur maka kreditur akan lebih mengawasi perusahaan dengan alasan kelangsungan pinjaman modal eksternal. Sehingga perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi tidak akan agresif dalam hal perpajakan karena diharapkan mampu menjaga stabilitas laba periode berjalan, salah satunya dengan mengalokasikan laba periode mendatang ke laba periode berjalan.
Perusahaan terindikasi melakukan tax avoidance dapat dilihat dari kebijakan pendanaan yang diambil. Salah satu kebijakan pendanaan yakni kebijakan leverage, adalah kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi (Harahap, 2010). DER merupakan indikator dari leverage. Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan antar seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Penambahan jumlah hutang akan menyebabkan adanya beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan. Beban bunga yang timbul atas hutang tersebut akan menjadi pengurang laba bersih perusahaan yang nantinya akan mengurangi pembayaran pajak sehingga tercapainya keuntungan yang maksimal, maka semakin tinggi tarif bunga maka akan semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan dari penggunaan hutang tersebut sebagaimana diatur dalam UU Nomor 36 Tahun 2008 pasal 6 ayat 1a dan pasal 18 ayat 3 (Darmawan dan Sukartha, 2014). 2.2
Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu terkait variabel Corporate social responsibility,
kualitas
audit,
leverage,
dan
ukuran
perusahaanterhadap
penghindaran pajak seperti penelitian yang dilakukan oleh Hidayati dan Fidiana (2017) yang menyatakan bahwa Corporate social responsibility berpengaruh terhadap tax avoidance. Penelitian selanjutnya dijelaskan oleh
Deiya dan
Bambang (2016) dimana corporate social responsibility berpengaruh signifikan sedangkan kualitas audit berpengaruh positif signifikan terhadap tax avoidance.
Penelitian yang dilakukan Khairunisa, dkk (2017) menyatakan corporate social responsibility dan kualitas audit berpengaruh terhadap tax avoidance, sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Hal berbeda ditunjukan pada penelitian Sari, dkk (2016) bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap tax avoidance dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Hal berbeda di tunjukan pada penelitian Kuriah dan Asyik (2016) menjelaskan bahwa leverage berpengaruh terhadap tax avoidance. Penelitian terdahulu yang dipaparkan diatas dapat diringkas sebagai berikut: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No
1.
2.
3.
Peneliti dan Tahun Winarsih, Rina, dkk, (2013)
Judul Penelitian
Variabel
Pengaruh Good Independen : Good Corporate Corporate Governance Governance dan dan Corporate Social Corporate Social Responsibility Dependen : Tindakan Responsibility Terhadap Pajak Agresif Tindakan Pajak Alat Uji : Analisis Agresif regresi linear berganda, Uji asumsi klasik. Fitri Damayanti Pengaruh komite Independen: komite & audit, kualitas audit, kualitas audit, Tridahus audit, kepemilikan kepemilikan Susanto (2015) institusional, institusional, risiko risiko perusahaan perusahaan dan ROA dan return on Dependen: Tax assets terhadap avoidance tax avoidance Alat Uji: Regresi linier berganda I Gede Hendy Pengaruh Independen : corporate Dermawan dan I penerapan governance, leverage, made Sukartha corporate return of assets, dan (2014) governance, ukuran perusahaan leverage, return of Dependen : assets, dan ukuran Penghindaran pajak perusahaan pada Alat Uji : Analisis penghindaran regresi linear berganda, pajak. Uji asumsi klasik.
Hasil Penelitian
Pengungkapan Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak
Kualitas audit tidak berpengaruh terhadap tax avoidance
Leverage tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
No
4.
Peneliti dan Tahun Jessica dan Agus Arianto Toly (2014)
dan
Judul Penelitian
Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibilty Terhadap Agresivitas Pajak.
Variabel
Hasil Penelitian
Independen : Pengungkapan Pengungkapan Corporate Social Corporate Social Responsibility tidak Responsibilty berpengaruh terhadap Dependen : Agresivitas agresivitas pajak. Pajak Alat Uji : Analisis regresi linear berganda, Uji asumsi klasik.
5.
Rinaldi Charoliene (2015)
Pengaruh Independen: Ukuran perusahaan Profitabilitas, Profitabilitas, Ukuran berpengaruh terhadap Ukuran Perusahaan Dan tax avoidance. Perusahaan Dan Kompensasi Rugi Kompensasi Rugi Fiskal Fiskal Terhadap Dependen: Tax Tax Avoidance Avoidance Alat Uji: Regresi linier berganda.
6.
Ida Bagus, Putu Pengaruh Independen : likuiditas, Leverage tidak Fajar likuiditas, leverage, Intensitas berpengaruh pada Adisamartha dan leverage, persediaan dan tingkat agresivitas Naniek Noviari Intensitas intensitas aset tetap wajib pajak badan. (2015) persediaan dan Dependen : Agresivitas intensitas aset pajak tetap pada tingkat Alat ukur: Regresi agresivitas pajak. linier berganda.
7.
Ni Putu Deiya dan Bambang (2016)
Pengaruh corporate social responsibility, kualitas audit dan kepemilikan institusional pada agresivitas pajak.
Independen: Pengaruh corporate social responsibility, kualitas audit dan kepemilikan institusional Dependen: Agresivitas pajak Alat Uji: Regresi linier berganda.
Corporate social responsibility berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Kualitas audit berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
8.
Agus Purwanto (2016)
Pengaruh Independen : likuiditas, Leverage berengaruh likuiditas, leverage, manajemen terhadap agresifitas leverage, laba, dan kompensasi pajak. manajemen laba, rugi fiskal dan kompensasi Dependen : Agresivitas rugi fiskal pajak terhadap Alat Uji : Regresi agresivitas pajak. Linear berganda dan Uji koefisien determinasi
No
9.
10.
11.
12.
13.
Peneliti dan Judul Penelitian Tahun Ida Ayu Rosa Pengaruh ukuran Dewinta dan perusahaan, umur Putu Ery perusahaan, Setiawan (2016) prifitabilitas, leverage, dan pertumbuhan penjualan terhadap tax avoidance.
Variabel
Hasil Penelitian
Independen: ukuran Leverage berpengaruh perusahaan, umur terhadap tax perusahaan, avoidance. prifitabilitas, leverage, dan pertumbuhan penjualan Dependen: tax avoidace Alat Uji: Regresi linear berganda.
Nila Sari, Pengaruh Independen : Nawang konservatisme konservatisme Kalbuana. akuntansi, kualitas akuntansi, kualitas SE.,M.Ak dan audit, ukuran audit, ukuran Agus Jumadi perusahaan perusahaan (2016) terhadap Dependen : penghindaran penghindaran pajak pajak. Alat Uji : Regresi Linear berganda. Nurfadilah, Pengaruh Independen: leverage, Henny Mulyati, leverage, ukuran ukuran perusahaan dan SE.M.Com, perusahaan dan kualitas audit Merry kualitas audit, Dependen: Purnamasari dan terhadap Penghindaran pajak Hastri Niar penghindaran (2016) pajak. Alat Uji: Regresi linier berganda. Hanik Lailatul Pengaruh Independen: Kuriah dan Nur karakteristik Profitabilitas, Fadjrih Asyik perusahaan dan Leverage, Corporate (2016) Corporate social social responsibility responsibility Dependen: Agresivitas terhadap Pajak agresivitas pajak. Alat Uji: Regresi Linear berganda. Putu Meita Pengaruh Independen: Prasista dan Ery profitabilitas, dan profitablitas, dan Setiawan (2016) pengungkapan pengungkapan corporate social corporate social responsibility responsibility terhadap agresivitas pajak. Dependen: agresivitas pajak Alat Uji: Uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokolerasi, analisis regresi linear berganda.
Kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Leverage dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak, sedangkan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Leverage dan corporate social responsbility berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
Corporate social responsibility berpengaruh terhadap agresifitas pajak.
No
14.
Peneliti dan Tahun Nurul Hidayati dan Fidiana (2017)
Judul Penelitian
Variabel
Hasil Penelitian
Pengaruh Independen : Corporate corporate social corporate social social responsibility responsibility responsibility dan dan good corporate berpengaruh terhadap good corporate governance penghindaran pajak. governance Dependen : terhadap Penghindaran pajak penghindaran Alat Uji : Regresi pajak. Linear berganda. 15. Kartika Pengaruh kualitas Independen : Corporate Kualitas audit dan Khairunisa, Dini audit, corporate social responsibility corporate social Wahjoe dan social kualitas audit, dan responsibility Wiwin Aminah responsibility dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ukuran Dependen : Tax tax avoidance, perusahaan avoidance sedangkan terhadap tax Alat Uji : Regresi ukuran perusahaan avoidance. Linear berganda. tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Sumber: diolah oleh peneliti
2.3
Kerangka Pemikiran
2.3.1
Pengaruh Corporate Social Responsbility terhadap Tax Avoidance
Tanggung jawab sosial atau Corporate sosial responsibility adalah suatu bentuk kepedulian sosial sebuah perusahan untuk melayani kepentingan organisasi eksternal dan publik. Corporate social responsibility yang selanjutnya disebut CSR juga dapat diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak operasi dalam dimensi sosial, ekonomi serta lingkungan (Mardikanto, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Hidayati dan Fidiana (2017) menemukan bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap tax avoidance. Hal ini dikarenakan beberapa item CSR yang dilakukan oleh perusahaan merupakan pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya (deductible expenses), contohnya program beasiswa, program kesehatan untuk masyarakat, pelestarian
lingkungan, dukungan terhadap UMKM, dan lain-lain. Jadi tidak dapat dipungkiri bahwa banyak perusahaan melakukan CSR yang dapat dibebankan sebagai biaya untuk mengurangi penghasilan bruto. Selain itu, perusahaan yang melakukan tanggung jawab sosial semata-mata hanya menggunakan tindakan yang socially responsible untuk dapat memperoleh image yang positif agar perusahaan dapat menutupi tindakan mereka yang socially irresponsible seperti penghindaran pajak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Deiya dan Bambang (2016) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pengungkapan CSR maka semakin meningkat pula penghindaran pajak suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan beberapa item CSR yang dapat mengurangi Penghasilan Kena Pajak. Watson (2011) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai peringkat yang rendah dalam CSR dianggap sebagai perusahaan yang tidak bertanggung jawab secara sosial sehingga dapat melakukan strategi pajak yang lebih agresif dibandingkan perusahaan yang sadar sosial. Hanlon dan Slemrod (2009) menambahkan, jika suatu perusahaan diidentifikasi sebagai perusahaan yang agresif terhadap pajak, perusahaan dapat menanggung biaya reputasi sosial dan politik akibat dicap sebagai warga korporasi yang buruk. Lanis dan Richardson (2012) menyatakan bahwa CSR dianggap sebagai faktor kunci dalam keberhasilan dan kelangsungan hidup perusahaan, tetapi tingkat keterlibatan perusahaan dalam pengungkapkan CSR adalah tidak wajib. 2.3.2
Pengaruh Kualitas Audit terhadap Tax Avoidance
Kualitas audit adalah segala kemungkinan yang dapat terjadi saat auditor mengaudit laporan keuangan klien dan menemukan pelanggaran atau kesalahan
yang terjadi dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan. Penelitian yang dilakukan Deiya dan Bambang (2016) menunjukan kualitas audit mempunyai pengaruh terhadap ETR perusahaan. Perusahaan dengan discretionary accuals abnormal dianggap tidak memiliki kualitas yang baik maka auditor harus memastikan bahwa laporan keuangan bebas dari kecurangan. Tugas auditor saat ini, menurut mereka, beralih kepada aspek legal (dalam hal ini adalah GAAP), salah satu ukuran kecurangan di dalam akuntansi adalah besaran akrual diskresioner. Nurfadilah, dkk (2017) juga menunjukan hasil penelitian yang sama, bahwa kualitas Audit berpengaruh terhadap tax avoidance. Nurfadilah, dkk (2017) menyatakan bahwa variasi variabel kualitas audit secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penghindaran pajak. Perbedaan hasil penelitian ditunjukan pada penelitian Aditama (2017) bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak, karena penghindaran pajak bukan merupakan pelanggaran tapi tindakan penekanan pajak dengan mencari celah undang-undang namun tetap tidak melanggar undang-undang. 2.3.3
Pengaruh Leverage terhadap Tax A voidance
Leverage atau solvabilitas merupakan suatu ukuran seberapa besar aset yang dimiliki perusahaan dibiayai oleh utang. Leverage menunjukkan penggunaan utang untuk membiayai investasi (Harahap, 2010). Penelitian yang dilakukan Annisa (2017) dan Dewinta dan Setiawan (2016) menunjukan
leverage
berpengaruh terhadap tax avoidance. Annisa (2017) menyatakan perusahaan yang memiliki kewajiban pajak tinggi akan memilih untuk berutang agar mengurangi
pajak. Perusahaan yang memiliki nilai rasio leverage yang tinggi menunjukkan semakin tinggi jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga yang digunakan perusahaan akan semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari utang tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh berkurangnya laba yang dapat mengurangi beban pajak perusahaan. Penelitian lain dari Nurfadilah, dkk (2017) menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. (mengapa) 2.3.4
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Tax A voidance
Secara umum ukuran perusahaan (organization size) dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar atau kecilnya suatu objek. Ukuran perusahaan merupakan suatu pengklasifikasian sebuah perusahaan berdasarkan jumlah aset yang dimilikinya. Aset dinilai memiliki tingkat kestabilan yang cukup berkesinambungan (Rinaldi dan Charoline, 2015). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Rinaldi dan Caroline (2015) dan Sari, dkk (2016) menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance. Sari dkk (2016) menyatakan perusahaan besar cenderung memiliki aset yang besar juga memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan besarnya aset perusahaan, maka dapat dilakukan manajemen pajak yang maksimal. Pihak manajemen akan memanfaatkan beban penyusutan dan amortisasi dari total aset yang dimiliki perusahaan sebagai strategi pengurang laba kena pajak hal tersebut sesuai dengan undang-undang perpajakan dimana beban penyusutan dan amortisasi dapat digunakan sebagai pengurang laba kena pajak, sehingga pajak terutang akan semakin kecil. Hasil penelitian Rinaldi dan
Charoline
(2015)
menunjukkan
bahwa
besarnya
aset
perusahaan
akan
menimbulkan beban-beban yang semakin meningkat yang menunjukkan prilaku tax avoidance. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusydi (2013) bahwa perilaku perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk semakin melakukan tax avoidance tidak dipengaruhi besar kecilnya perusahaan. Pemikiran bahwa pajak merupakan beban, saat ini masih menjadi fokus pemikiran pengusaha di Indonesia, salah satu yang dapat di jelaskan dalam penelitian ini adalah tindakan tax avoidance menjadi suatu strategi bagi semua perusahaan di Indonesia.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Perusahaan yangyang Perusahaan terdaftar di BEI
terdaftar di BEI
Teori Stakeholder
Teori Legitimasi
Teori Agency
Trade off Theory
Ukuran Perusahaan
Kualitas Audit
Corporate Social Responsibility
Kualitas Audit KAP
Corporate social CSRDI responsibility
KAP
Tax Avoidance ETR)
Leverage
DER
DER
Ukuran Perusahaan SIZE
SIZE
2.4
Model Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, dapat digambarkan model penelitian sebagai berikut: Gambar 2.2 Model Penelitian Variabel Independen
Variabel Dependen
Corporat Corporate Social Social Responsibility (CSRDI) Responsibility (CSDRI) (X1) (X1) H1 KualitasKualitas Audit Audit (X2) (X2) Leverage (DER) (X3)
H2
Keterangan: : Simultan : Parsial
H2
H3
H3 H4
Leverage (DER) Ukuran Perusahaan (SIZE) (X3) (X4)
H1 Tax Avoidance Tax Avoidance (ETR) (ETR)
(Y)
H4 e
(Y)
2.5
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan model penelitian di atas, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: Corporate social responsibility, kualitas audit, leverage, dan ukuran perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap Tax Avoidance. H2: Corporate social responsibility berpengaruh terhadap Tax Avoidance. H3: Kualitas Audit berpengaruh terhadap Tax Avoidance. H4: Leverage berpengaruh terhadap Tax Avoidance. H5: Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Tax Avoidance.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian eksplanatoris (explanatory research). Cakupan eksplanasi penelitian ini termasuk penelitian kausalitas. Kuncoro (2013) menyatakan bahwa jenis penelitian eksplanatoris merupakan penelitian yang dilakukan dengan maksud penjelasan (explanatory), sedangkan penelitian kausalitas adalah penelitian yang ingin mencari penjelasan dalam bentuk hubungan sebab akibat. Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu Penghindaran Pajak yang merupakan variabel dependen dan corporate social responsbility, leverage, kualitas audit dan ukuran perusahaan merupakan variabel independen. Subjek Penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 - 2017. 3.2.
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang bersumber dari catatan yang ada pada perusahaan dan dari sumber lainnya (Kuncoro,2013). Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan tahunan, laporan keberlanjutan dan ringkasan kinerja perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011 - 2017 yang di akses dari www.idx.co.id dan website masing-masing perusahaan. Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data keuangan serta angka-angka yang diperlukan untuk menghitung Effective Tax Rates (ETR), Corporate Social Responsibility Index (CSRDI), kualitas audit, Debt
To Equity Ratio (DER) dan size sedangkan data kualitatif adalah daftar perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2011 - 2017.
3.3.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Kuncoro, 2013). Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik penarikan sampel penelitian menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang ditentukan. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Kuncoro, 2013). Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat di BEI dengan kriteria sebagai berikut : 1.
Perusahaan yang terdaftar di BEI dari Tahun 2011 - 2017.
2.
Perusahaan menerbitkan laporan tahunan berturut-turut untuk tahun pelaporan dari Tahun 2011 - 2017.
3.
Perusahaan menerbitkan laporan keberlanjutan berturut-turut untuk tahun pelaporan dari Tahun 2011 - 2017
4.
Perusahaan yang tidak memiliki kompensasi rugi fiskal, agar tidak menyebabkan distorsi dalam pengukuran penghindaran pajak (Darmawan dan Sukartha, 2014). Perusahaan yang memiliki kompensasi rugi fiskal tidak di masukkan
dalam
sampel
untuk
menghindari
kesalahan
pengukuran
penghindaran pajak. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang
Pajak Penghasilan di atur kerugian fiskal tersebut dikompensasikan dengan penghasilan neto fiskal atau laba neto fiskal dimulai tahun pajak berikutnya sesudah tahun didapatnya kerugian tersebut berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun. (www.dirjenpajak.go.id) Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 575 perusahaan per 2017. Dari 575 perusahaan sampel yang memenuhi kriteria perusahaanyang diambil menjadi sampel penelitianadalah 25 perusahaan. Berikut disajikan proses purposive sampling dalam penelitian ini : Tabel 3.1 Proses Purposive Sampling Penelitian
Purposive Sampling
No
1. 2. 3. 4.
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari Tahun 2011-2016 Dikurangi perusahaan yang tidak menerbitkan laporan tahunan berturut-turut untuk tahun pelaporan dari 2011 – 2016 Dikurangi perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keberlanjutanberturut-turut untuk tahun pelaporan dari 2011 – 2016 Dikurangi perusahaan yang memiliki kompensasi rugi fiskal Jumlah Pengamatan data selama 6 tahun (2011 - 2017)
Jumlah
575 0 (542) (17) 16 112
Sumber: Data diolah penulis
Berdasarkan data kualifikasi di atas, maka terdapat 16 perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini seperti yang ditampilkan pada tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Sampel Penelitian NO Nama Perusahaan 1. Astra Agro Lestari Tbk 2. Adhi Karya (Persero) Tbk 3. PT Adaro Energi Tbk 4. Astra International. Tbk 5. PT Vale Indonesia Tbk 6. PT. Indah Kiat Pulp & Paper. Tbk 7. Indocement Tunggal Prakasa Tbk 8. PT Indo Tambang Raya Megah Tbk 9. PT. Jasa Marga (Persero) Tbk 10. Multi Bintang Indonesia. Tbk 11. PT. Perusahaan Gas Negara. Tbk 12. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk 13. PP (Persero) Tbk 14. Semen Indonesia (Persero) Tbk 15. Total Bangun Persada. Tbk 16. Unilever Indonesia. Tbk Sumber : www.idx.co.id
3.4.
Kode AALI ADHI ADRO ASII INCO INKP INTP ITMG JSMR MLBI PGAS PTBA PTPP SMGR TOTL UNVR
Definisi Operasional Variabel
3.4.1. Variabel Independen a.
Corporate social responsibility Corporate Social Responsibility (CSR) adalah variabel independen yang
dipakai dalam penelitian ini. Kategori pengungkapan sosial yang digunakan menggunakan CSRDI berdasarkan pada kriteria Global Reporting Index yang terdiri dari tiga aspek utama yaitu aspek economic, environmental , dan social . Penelitian ini menggunakan GRI 4.0 Penghitungan CSRDI dilakukan dengan memberi skor 1 Jika perusahaan mengungkapkan item sesuai kriteria dan memberi skor 0 jika perusahaan tidak diungkapkan (Lanis dan Richardson, 2011).
= = 100% 100% 84 91 91
b.
Kualitas Audit
Kualitas audit diukur dengan discretionary accruasl . Discretionary accruals diambil sebagai proksi untuk kualitas audit karena dapat mengukur kualitas informasi akuntansi (Fitriany, dkk, 2015). Discretionary accrual (DA) merupakan tingkat akrual yang tidak normal yang berasal dari kebijakan manajemen untuk melakukan rekayasa terhadap laba sesuai dengan yang mereka inginkan. Dalam penelitian ini, discretionary accruals sebagai proksi atas manajemen laba diukur dengan menggunakan Modified Jones Model, karena model ini mempunyai standar error dari εit (error term) hasil regresi estimasi nilai total aktual yang paling kecil dibandingkan model-model yang lainnya. (Wahyuningsih, 2007 dalam Yuda dkk, 2016). Discretionary accruals menghitung perbedaan antara total accruals dan non discretionary accruals. Total accruals dapat dihitung melalui cash flow statement approach: TAt = N.It - CFOt dimana : TAt N.It CFOt
total accruals di tahun t = net income di tahun t = cash flows dari aktivitas operasi di tahun t =
Total akrual kemudian dirumuskan oleh Jones (1991) yang dimodifikasi oleh Dechow et al (1995) sebagai berikut : TAit/Ait-1 = α1(1/Ait-1) + α2(ΔREVit/Ait-1) + α3(PPEit/Ait-1) + εit dimana :
TAit ΔREVit PPEit Ait-1 εit
= Total akrual perusahaan i pada tahun t = Pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi pendapatan tahun t-1 = Aktiva tetap perusahaan i pada tahun t = Total aktiva perusahaan i tahun t-i = Error term perusahaan i tahun t
Penelitian ini menggunakan cash flow statement approach untuk mengitung total accruals. Setelah menghitung total accruals, selanjutnya adalah menghitung non discretionary accruals dengan menggunakan rumus berikut : NDAt = α1 ( 1 / At-1) + α2 [(∆REVt - ∆RECt) / At-1] + α3 (PPEt / At-1) dimana : NDAt
= non discretionary accruals
At-1
= total assets pada akhir tahun t-1
∆REVt
= revenue di tahun t dikurangi revenue di tahun t-1
∆RECt
= net receivables di tahun t dikurangi receivable di tahun t-1
PPEt
= gross property plant and equipment pada akhir tahun t
α1, α2, α3 = parameter-parameter spesifik perusahaan ℰ = residual, yang menggambarkan porsi discretionary spesifik perusahaan dari total accruals. Discretionary accruals dihitung dengan mengambil perbedaaan antara total accruals dan non discretionary accruals. DAt = TAt - NDAt dimana : DAt
= komponen discretionary accruals
TAt
= total accruals di tahun t
NDAt
= non discretionary accruals
c.
Leverage Leverage merupakan rasio yang menggambarkan hubungan antara utang
perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage adalah Debt To Equity Ratio (DER). Rasio ini menggambarkan perbandingan kewajiban dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Annisa, 2016). Adapun pengukurannya dengan menggunakan rumus:
DER =
Total Kewajiban X 100% Ekuitas Pemegang Saham
d.
Ukuran perusahaan
Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat ukuran perusahaan adalah total aset karena ukuran perusahaan diproksi dengan Ln total asset . Penggunaan natural log (Ln) dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengurangi fluktuasi data yang berlebihan tanpa mengubah proporsi dari nilai asal yang sebenarnya.
SIZE = Ln (total asset)
3.4.2. Variabel Dependen
a.
Tax A voidance
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tax avoidance. Tax avoidanceadalah keinginan perusahaan untuk meminimalkan beban pajak yang dibayar dengan cara yang legal, ilegal, maupun kedua-duanya. Tax avoidance bisa diukur dalam beberapa proksi pengukuran. Adapun yang menjadi proksi utama dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Annisa (2016) yakni Effective Tax rates (ETR) yang dihitung dari:
ETR
= Beban Pajak Penghasilan Laba Sebelum Pajak Penghasilan .
Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini dapat diringkas dan disajikan seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 3.3 Tabel Definisi Operasional Variabel Dan Pengukurannya Variabel
Definisi Operasional
Penghindaran pajak merupakan Dependen Tax Avoidance salah satu upaya meminimalisasi beban pajak yang sering (Y) dilakukanoleh perusahaan, (Annisa:2016) karena masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan yang berlaku (Annisa: 2016) Kategori pengungkapan sosial Independen yang digunakan dalam CSR (X1) penelitian ini menggunakan GRI (Totok versi 4.0 Mardikanto, 2014) Kualitas Audit (X2) (Fitri dan Tridahus, 2015)
Kualitas audit adalah segala kemungkinan yang dapat terjadi saat auditor mengaudit laporan keuangan klien dan menemukan pelanggaran atau kesalahan yang terjadi dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan (Fitri dan Tridahus, 2015)
Pengukuran
ETR = Beban Pajak Penghasilan Pendapatan sebelum pajak penghasilan
CSRDI =
n x 100% 91
DAt = TAt - NDAt
Skala
Rasio
Rasio
Rasio
Variabel
Definisi Operasional
Pengukuran
Leveragemerupakan jumlah utang yang digunakan untuk Leverage (X3) membiayai/membeli aset-aset perusahaan. Dalam penelitian ini (Annisa, 2016) leveragediukur menggunakan DER = Total Kewajiban X 100% Debt to Equity Ratio, Ekuitas Pemegang Saham menunjukkan suatu upaya untuk memperlihatkan proporsi relatif dari klaim pemberi pinjaman terhadap hak-hak kepemilikan dan digunakan sebagai ukuran peranan kewajiban (utang). (Annisa, 2016) Ukuran Ukuran perusahaan dapat dilihat perusahaan (X4) dari total aset yang dimiliki perusahaan. Nilai aset dipakai (Reinaldi dan sebagai ukuran perusahaan SIZE = Ln (total asset) Charoline, karena perusahaan yang besar 2015) selalu diidentikkan dengan nilai aset yang besar pula, sehingga dapat mempengaruhi suatu keputusan terhadap perusahaan dikarenakan perusahaan bernilai miliyaran rupiah (Reinaldi dan Charoline, 2015)
Skala
Rasio
Rasio
3.5. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Bila serangkaian observasi atau pengukuran data dalam angka-angka, maka pengumpulan angka-angka hasil observasi atau pengukuran sedemikian itu dinamakan data kuantitatif (Dajan, 2008). Analisis kuantitatif dapat dipergunakan untuk membantu memecahkan masalah dengan alat bantu yang berhubungan dengan statistik dan matematika sehingga keputusan yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan maka dapat disimpulkan bahwa analisis kuantitatif adalah
analisis data yang menggunakan angka-angka dan perhitungan statistik untuk menguji suatu hipotesis dengan bantuan alat analisis. Untuk mempermudah dalam menganalisis data, digunakan SPSS versi 22.0 (Statistical Package for Social Science), yaitu software yang berfungsi untuk menganalisis data dan melakukan perhitungan statistik baik parametrik maupun non parametrik dengan basis Windows (Ghozali, 2016). Metode analisis statistika yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan analisis regresi berganda.
3.5.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis dan menyajikan datakuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui gambaran perusahaan yang dijadikansampel penelitian. Dengan menggunakan statistik deskriptif maka dapat diketahui nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,kurtosis dan skewness (Ghozali, 2016). Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean, standar deviasi, maksimum, dan minimum. Mean digunakan untuk mengetahui rata-rata data yang bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata. Maksimum digunakan untuk mengetahui jumlah terbesar data yang bersangkutan. Minimum digunakan untuk mengetahui jumlah terkecil data yang bersangkutan.
3.5.2.
Uji Asumsi Klasik
3.5.2.1. Uji Normalitas Data
Menurut Ghozali (2016), uji normalitas data dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui
sebaran
atau
apakah
distribusi
sampel yang diambil
normal.
Uji
normalitas
menggunakan kolmogorov-smirnov goodness of
telah data
memenuhi kriteria dilakukan dengan
fit test . Dengan uji ini dapat
diketahui distribusi nilai-nilai sampel teramati terdistribusi normal. Kriteria yang digunakan dengan dua arah (two tailed test ), yaitu dengan membandingkan probabilitas ( p value) yang diperoleh dengan tarif signifikansinya adalah 0,05. Jika pvalue> 0,05, maka data tersebut berdistribusi normal dan sebaliknya. Menurut Ghozali (2016), apabila terjadi gejala normalitas pada model regresi dapat dihilangkan dengan transformasi data.
3.5.2.2. Uji Multikolinieritas
Uji ini dimaksudkan untuk mendeteksi gejala korelasi antara variabel independen yang satu dengan variabel independen yang lain. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi di antara variabel independen. Uji Multikolinieritas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan melihat VIF (Variance Inflation Factors) dan nilai tolerance. Jika VIF > 10 dan nilai tolerance < 0,10 maka terjadi gejala Multikolinieritas (Ghozali, 2016).
3.5.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regesi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang berjenis homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1.
Uji Scatter Plot Dasar
analisisnya
adalah
jika
gambar
menunjukkan
titik-titik
yang
menandakan komponen-komponenvariabel-variabel menyebar secara acak pada bidang scatter maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas(Ghozali, 2016). 2.
Uji Glejser Uji ini digunakan untuk memberikan angka-angka yang lebih detail untuk
menguatkan apakah data yang akandiolah terjadi gangguan heteroskedastisitas atau tidak. Ada tidaknya gangguan heteroskedastisitas dapat dilihat dari nilaisignifikansi variabel bebas terhadap variabel terikat. Apabila hasil dari uji Park kurang dari atau sama dengan 0,05 makadisimpulkan data mengalami gangguan heteroskedastisitasdan sebaliknya (Ghozali, 2016).
3.5.2.4. Uji Autokorelasi
Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi.Masalah autokorelasi baru timbul jika ada korelasi secara linier antara kesalahan pengganggu periode t (berada) dengan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya).Dengan demikian dapat dikatakan bahwa uji asumsi klasik autokorelasi dilakukan untuk data time series atau data yang mempunyai seri waktu, misalnya data dari tahun 2000 s/d 2012 (Sunyoto, 2013).
Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan uji Durbin-Waston (DW) dengan ketentuan sebagai berikut :
Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2 (DW<-2)
Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan +2 atau -2 < DW < +2
Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW diatas +2 atau DW > +2
3.6. Pengujian Hipotesis 3.6.1. Analisis Regresi Berganda (Multiple Regression)
Metode statistik untuk menguji hubungan antara satu variabel terikat (metrik) dan satu atau lebih variabel bebas (metrik) adalah regresi. Regresi berganda (multiple regression) untuk menguji pengaruh lebih dari satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat (metrik) (Ghozali, 2016). Untuk menguji hipotesis, digunakan model berikut : = + + 2 2 + 3 3 + + Keterangan: Y : Effective Tax rates ⍺ : Konstanta : Koefisien regresi variabel independen X1 : Corporate Social Responcibility X2 : Kualitas Audit X3 : Leverage X4 :Ukuran Perusahaan e :residual of error
3.6.2. Uji Simultan (Uji F)
Untuk menjawab rumusan masalah nomor 1 digunakan uji signifikasi simultan (uji F). Uji statistik F digunakan untuk menjawab pengaruh semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model secara bersama-
sama terhadap variabel dependen/terikat. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau hipotesis alternatifnya ( ) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol. Merumuskan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif ( ): a.
Menentukan formulasi hipotesis Ho : b1 = 0 artinya, semua variabel bebas (X) secara simultan tidak mempengaruhi variabel terikat (Y) Ha : b1 > 0 artinya, semua variabel bebas (X) secara simultan mempengaruhi variabel terikat (Y)
b.
Menentukan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05)
c.
Menentukan signifikansi Nilai signifikansi (P value) ≤ 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai signifikansi (P value) > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Kriteria pengujian: Ho diterima bila Fhitung< F tabel Ho ditolak bila Fhitung F tabel Ho akan diterima (Hi ditolak) pada tingkat kepercayaan tertentu jika F hitung
lebih kecil dari Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh variabel-variabel bebas yang diuji tidak mempengaruhi variabel tidak bebas. Dengan kata lain variabelvariabel bebas tidak signifikan scara statistik. Ho akan ditolak (Hi diterima) pada tingkat kepercayaan tertentu jika Fhitung lebih besar dari Ftabel sehingga variabel bebas ke-i yang diuji mempengaruhi variabel tidak bebas. Dengan demikian
variabel-variabel bebas yang diuji mempengaruhi variabel tidak bebas sehingga dapat dikatakan bahwa variabel-variabel tersebut signifikan secara statisik.
3.6.3. Uji Parsial (Uji t)
Untuk menjawab rumusan masalah nomor 2 sampai 5 digunakan uji signifikansi parameter individual (Uji t).Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2016). Adapun prosedur pengujiannya adalah setelah melakukan perhitungan terhadap t hitung, kemudian membandingkan nilai t hit ung dengan t tabel. Kriteria pengambilan keputusan, seperti berikut : a. Apabila t hitung > t tabel dan tingkat signifikansi (α = 5%) < 0,05 maka Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen ditolak. Ini berarti secara parsial variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. b. Apabila t hitung < t tabel dan tingkat signifikansi ( α ) > 0,05 , maka Ho diterima, yang berarti secara parsial variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Ho akan diterima (Hi ditolak) pada tingkat kepercayaan tertentu jika t hitung lebih kecil dari ttabel. Dengan demikian variabel bebas ke-i yang diuji tidak mempengaruhi variabel tidak bebas. Dengan kata lain variabel bebas ke-i tidak signifikan secara statistik. Sebaliknya Ho akan ditolak (Hi diterima) pada tingkat kepercayaan tertentu jika thitung lebih besar dari t tabel sehingga variabel bebas ke-i yang diuji mempengaruhi variabel tidak bebas.
3.6.4. Koefisien Determinasi (R 2)
Uji koefisien deerminasi (R 2) digunakan unuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi dependen (Ghozali, 2016). Menurut Ghozali (2016) kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi (R 2) adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R 2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 Square pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Nilai Adjusted R 2 Square dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model. Adjusted R 2 berkisar antara nol sampai 1 (0 ≤ adjusted R 2 ≤ 1). Hal ini berarti bila digunakan adjusted R 2 = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila adjusted R 2 semakin besar mendekati 1, menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila adjusted R 2 semakin kecil mendekati 0, maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2016). Kriteria penafsiran koefisien korelasi menurut Ghozali (2016) sebagai berikut : Tabel 3.4 Kriteria Penafsiran Indeks Korelasi No. 1 2 3 4 5 6
Indeks 0,00-0,20 0,21-0,40 0,41-0,70 0,71-0.90 0,91-0,99 1
Sumber : Ghozali, 2016
Korelasi Keeratan Sangat lemah Lemah Kuat Sangat kuat Sangat kuat sekali Sempurna
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis regresi linear berganda. Analisis tersebut memanfaatkan software SPSS versi 22 for windows. Data yang digunakan untuk analisis statistik deskriptif dan analisis regresi linear berganda adalah nilai masing-masing indikator di setiap variabel yang bersumber dari hasil perhitungan formulasi dari indikator bersangkutan. 4.1.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif mempunyai tujuan untuk memberikan gambaran mengenai variabel – variabel penelitian. Hasil analisis deskriptif dengan menggunakan bantuan Software SPSS versi 22 for windows adalah sebagai berikut. Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Statistik
X1 X2 X3 X4 Y Valid N (listwise)
N Minimum Maximum 112 ,65 ,91 112 ,00 ,47 112 ,13 5,67 112 13,96 19,50 112 -,55 3,93 112
Sumber: diolah oleh Peneliti
Keterangan: Y : Effective Tax rates X1 : Corporate Social Responcibility X2 : Kualitas Audit X3 : Leverage X4 :Ukuran Perusahaan e :residual of error
Mean ,7681 ,0844 1,4453 16,9164 ,3685
Std. Deviation ,04448 ,09285 1,29197 1,22333 ,58739
Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa jumlah data penelitian (n) berjumlah 112 data. Variabel corporate social responsibility (X1) memiliki nilai minimum sebesar 0,65 dan nilai maksimum sebesar 0,91. Nilai rata-rata corporate social responsibility (CSRDI) sebesar 0,7618 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,04448. Variabel kualitas audit (X 2) memiliki nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai maksimum sebesar 0,47. Nilai rata-rata kualitas audit (KA) sebesar 0,0844 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,09285. Variabel leverage (X3) memiliki nilai minimum sebesar 0,13 dan nilai maksimum sebesar 5,67. Nilai rata-rata leverage (DER) sebesar 1,4453 dengan nilai standar deviasi sebesar 1,29197. Variabel ukuran perusahaan (X4) memilik nilai minimum sebesar 13,96 dan nilai maksimum sebesar 19,50. Nilai rata-rata variabel ukuran perusahaan (SIZE ) sebesar 16,9164 dengan standar deviasi sebesar 1,22333. Variabel tax avoidance (ETR) memiliki nilai minimum sebesar -0,55 dan nilai maksimum sebesar 3,93. Nilai rata-rata ETR sebesar 0,3685 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,58739 Berdasarkan tabel 4.1 di atas, nilai standar deviasi seluruh variabel lebih kecil dibandingkan nilai rata-ratanya, kecuali variabel kualitas audit (X2) dan tax avoidance (Y). Ini mengandung arti bahwa variasi data variabel-variabel dalam penelitian adalah rendah dan data bersifat homogen sehingga baik untuk mewakili populasi (Aczel, 2008). 4.2. Uji Asumsi Klasik 4.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang
baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Ghozali, 2016). Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan uji grafik yaitu normal p-plot . Berikut merupakan hasil pengujian normalitas menggunakan bantuan program SPSS versi 22. Gambar 4.1 Normal P-Plot
Gambar 4.1 di atas menunjukkan data tersebar di s ekitar garis diagonal dan mengikuti sepanjang garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. 4.2.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen (Ghozali, 2016). Dalam pengertian sederhana setiap variabel bebas menjadi variabel terikat dan
diregresi terhadap variabel bebas lainnya. Multikolinearitas terjadi apabila antar variabel bebas terdapat hubungan yang signifikan. Jadi Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/ tolerence) dan menunjukan kolinieritas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF di atas 10. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas (independen). Berikut merupakan hasil pengujian multikolinearitas. Tabel 4.2 Hasil Pengujian Multikolinearitas
Collinearity Statistics Model
Tolerance
VIF
(Constant) X1
,677
1,477
X2
,259
3,857
X3
,901
1,110
X4
,281
3,558
Sumber: diolah oleh Peneliti
Keterangan: X1 : Corporate Social Responcibility X2 : Kualitas Audit X3 : Leverage X4 : Ukuran Perusahaan Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukan semua variabel bebas memiliki nilai tolerance lebih 0,10. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukan semua variabel bebas memiliki nilai VIF < 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi. 4.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residu satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji scatter plot dan uji Glejser. Dengan asumsi jika variabel independen signifikan secara statistic mempengaruhi
variabel
dependen
(absolute)
maka
ada
indikasi
terjadi
heteroskedastisitas dan sebaliknya. Dari hasil pengolahan SPSS diperoleh sebagai berikut:
Gambar 4.2 Scatter Plot
Berdasarkan uji heterokedastisitas dengan scatter plot seperti yang disajikan pada gambar 4.2 di atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heterokedastisitas pada model regresi.
4.2.4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2016). Berikut merupakan hasil pengujian autokorelasi. Uji autokorelasi untuk penelitian ini menggunakan Durbin Watson test ¸ dimana dikatakan tidak terjadi autokorelasi jika nilai durbin watson lebih besar dari -2 dan lebih kecil dari +2 (-2 < DW < +2). Dari hasil pengolahan diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 4.3 Hasil Pengujian Autokorelasi
Model
DurbinWatson
1 ,863 Sumber: diolah oleh Peneliti Tabel 4.3 di atas menunjukkan nilai DW sebesar 0,863. Nilai DW lebih besar dari nilai -2 dan lebih kecil dari nilai +2 (-2 < DW < +2), sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. 4.3. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 22.0 didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 4.4 Analisis Regresi Berganda
Model 1
(Constant)
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
-14,959
2,112
X1
10,212
1,674
X2
-8,744
X3 X4
Beta
T
Sig.
-7,084
,000
,378
6,102
,000
1,364
-,642
-6,413
,000
-,138
,052
-,142
-2,639
,010
,390
,094
,398
4,141
,000
Sumber: diolah oleh Peneliti
Keterangan: X1 : Corporate Social Responcibility X2 : Kualitas Audit X3 : Leverage X4 : Ukuran Perusahaan Tabel 4.4 di atas menunjukkan persamaan regresi berganda yang diperoleh adalah sebagai berikut: Y = – 14,959 + 10,212 X 1 – 8,744 X2 – 0,138 X3 + 0,390 X4 + e Keterangan: Y : Tax Avoidance ⍺ : Konstanta : Koefisien regresi variabel independen X1 : Corporate Social Responcibility X2 : Kualitas Audit X3 : Leverage X4 : Ukuran Perusahaan : Residual error e
Persamaan regresi linier berganda di atas dapat diartikan bahwa: 1.
Konstanta sebesar – 14,959 menyatakan bahwa tanpa ada pengaruh dari keempat variabel independen, maka variabel tax avoidanace (Y) pada perusahaan pertambangan sebesar – 14,959 satuan.
2.
Koefisien regresi variabel corporate social responcibility (CSRDI) bernilai 10,212 (positif). Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan corporate social responcibility (X1) sebesar satu satuan, maka akan meningkatkan tax avoidance (Y) sebesar 10,212 satuan tanpa dipengaruhi faktor lainnya.
3.
Koefisien regresi variabel kualitas audit (X2) bernilai 8,744 (negatif). Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan kualitas audit sebesar satu satuan, maka akan menurunkan tax avoidance (Y) sebesar 8,744 satuan tanpa dipengaruhi faktor lainnya.
4.
Koefisien regresi variabel leverage (X3) bernilai -0,138 (negatif). Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan leverage sebesar satu satuan, maka akan menurunkan tax avoidance (Y) sebesar 0,138 satuan tanpa dipengaruhi faktor lainnya.
5.
Koefisien regresi variabel ukuran perusahaan (X 4) bernilai 0,390 (positif). Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan ukuran perusahaan sebesar satu satuan, maka akan menaikkan tax avoidance (Y) sebesar 0,390 satuan tanpa dipengaruhi faktor lainnya.
4.4. Pengujian Hipotesis 4.4.1. Uji F (Simultan)
Hasil uji F pengaruh variabel corporate social responsibility, leverage, kualitas audit dan ukuran perusahaan secara simultan terhadap variabel kinerja perusahaan disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5 Hasil Uji F (Simultan)
Sum of Model Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 109,081 4 27,270 70,167 ,000 b Residual 40,419 104 ,389 Total 149,500 108 Sumber: diolah oleh Peneliti Hasil Uji F di atas menunjukkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel dimana 70,167 > 2,46 (df = 109 - 5 = 104; k = 5 – 1 = 4) dan nilai signifikansi pengujian di atas sebesar 0,000 < 0,05 (α = 5%). Hal ini membuktikan bahwa variabel corporate social responsibility, leverage, kualitas audit dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap tax avoidance (H1 diterima).
4.4.2. Uji t (Parsial)
Hasil uji t atau uji parsial pengaruh variabel profitabilitas, leverage dan corporate social responsibility secara simultan berpengaruh terhadap agresivitas pajak (ETR) disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.6 Hasil Uji t (Parsial) Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant) -14,959 2,112 X1 10,212 1,674 ,378 X2 -8,744 1,364 -,642 X3 -,138 ,052 -,142 X4 ,390 ,094 ,398 Sumber: diolah oleh Peneliti Keterangan: X1 : Corporate Social Responcibility X2 : Kualitas Audit X3 : Leverage X4 : Ukuran Perusahaan
t -7,084 6,102 -6,413 -2,639 4,141
Sig. ,000 ,000 ,000 ,010 ,000
Tabel 4.6 di atas nilai t-hitung variabel corporate social responsibility (X1) terhadap tax avoidance (Y) sebesar 6,102 lebih besar dari t-tabel 1,98238 (df = 112 – 5 = 107; α = 5%) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 (α = 5%). Hasi l ini menjelaskan bahwa corporate social responsibility berpengaruh terhadap tax avoidance (H2 diterima). Nilai t-hitung variabel kualitas audit (X2) terhadap tax avoidance (Y) sebesar -6,413 lebih kecil dari -t-tabel -1,98238 (df = 112 – 5 = 107; α = 5%) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 (α = 5%). Hasil ini menjelaskan bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap tax avoidance (H3 diterima). Nilai t-hitung variabel leverage (X3) terhadap tax avoidance (Y) sebesar 2,369 lebih kecil dari -t-tabel -1,98238 (df = 112 – 5 = 107; α = 5%) dan nilai signifikansi 0,010 < 0,05 (α = 5%). Hasil ini menjelaskan bahwa leverage berpengaruh terhadap tax avoidance (H4 diterima). Nilai t-hitung variabel ukuran perusahaan (X4) terhadap tax avoidance (Y) sebesar 4,141 lebih besar dari t-tabel 1,98238 (df = 112 – 5 = 107; α = 5%) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 (α = 5%). Hasil ini menjelaskan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance (H5 diterima). Hasil pengujian hipotesis dengan uji F dan uji t di atas, dapat diringkas seperti pada tabel 4.7 di bawah ini.
Tabel 4.7 Kesimpulan Hipotesis Perbandingan Variabel Bebas
H1: Corporate social responsibility, kualitas audit, leverage dan ukuran perusahaan terhadap tax avoidance
Kesimpulan Fhitung
70,167
Ftabel
2,46
thitung
–
ttabel
–
H2: Corporate social responsibility terhadap tax avoidance
–
–
6,102
1,98238
thitung < ttabel yang menyatakan bahwa H2 diterima
1,98238
thitung > ttabel yang menyatakan bahwa H3 diterima
1,98238
thitung < ttabel yang menyatakan bahwa H4 diterima
1,98238
thitung < ttabel yang menyatakan bahwa H5 diterima
H3: Kualitas audit terhadap tax avoidance
–
–
6,413
H4 : Leverage terhadap tax avoidance
–
–
-2,369
H5 : Ukuran perusahaan terhadap tax avoidance
–
Sumber: diolah oleh Peneliti
–
4,141
Fhitung > Ftabel yang menyatakan bahwa H1 diterima
4.4.3. Koefisien Determinasi
Uji determinasi adalah uji yang digunakan untuk mengetahui besaran dalam persen pengaruh variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen (Ghozali, 2016). Dari uji determinasi dihasilkan nilai adjusted R 2 sebagaimana dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.8 Tabel Uji Determinasi
Model
R
R Square
1 ,854a ,730 Sumber: diolah oleh Peneliti
Adjusted R Square ,719
Std. Error of the Estimate ,62341
DurbinWatson ,863
Tabel 4.8 di atas menunjukkan hasil uji determinasi bahwa nilai adjusted R square sebesar 0,719 yang mengandung arti bahwa 71,9% besarnya tax avoidance bisa dijelaskan oleh variabel corporate social responsibility, kualitas audit, leverage, dan ukuran perusahaan sedangkan sisanya 28,1% lainnya dijelaskan oleh variabel lain di luar model. 4.5 Pembahasan
Penelitian ini menguji pengaruh corporate social responsibility, kualitas audit, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap tax avoidance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2017. Penelitian ini menguji lima hipotesis. Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah pengaruh corporate social responsibility, kualitas audit, leverage, dan ukuran perusahaan secara simultan terhadap tax avoidance. Hipotesis kedua hingga kelima pengaruh corporate social responsibility, kualitas audit, leverage, dan ukuran perusahaan secara parsial terhadap tax avoidance.
1.
Pengaruh corporate social responsibility , kualitas audit, leverage, dan ukuran perusahaan secara simultan terhadap tax avoidance.
Hasil Uji F di atas menunjukkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel dimana 70,167 > 2,46 (df = 109 - 5 = 104; k = 5 – 1 = 4) dan nilai signifikansi pengujian di atas sebesar 0,000 < 0,05 (α = 5%). Hal ini membuktikan bahwa variabel corporate social responsibility, leverage, kualitas audit dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap tax avoidance sehingga H1 dalam penelitian ini diterima. Hasil dari persentase pengaruh variabel independen secara simultan terhadap tax avoidance menunjukkan hasil uji determinasi bahwa nilai adjusted R square sebesar 0,791 yang mengandung arti bahwa 71,9% besarnya tax avoidance bisa dijelaskan oleh variabel corporate social responsibility, kualitas audit, leverage, dan ukuran perusahaan sedangkan sisanya 28,1% lainnya dijelaskan oleh variabel lain di luar model. 2.
Pengaruh corporate social responsibility terhadap tax avoidance
Hasil pengujian menunjukkan nilai t-hitung variabel corporate social responsibility (X1) terhadap tax avoidance (Y) sebesar 6,102 lebih besar dari ttabel 1,98238 (df = 112 – 5 = 107; α = 5%) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 (α = 5%). Hasil ini menjelaskan bahwa corporate social responsibility berpengaruh terhadap tax avoidance yang dapat diartikan apabila terjadi peningkatan atau penurunan nilai pengungkapan corporate social responsibility juga akan mempengaruhi peningkatan atau penurunan perusahaan dalam tax avoidance. Koefisien regresi variabel corporate social responcibility (CSRDI) bernilai 10,212
(positif). Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan corporate social responcibility sebesar satu satuan, maka akan meningkatkan tax avoidance sebesar 10,212 satuan tanpa dipengaruhi faktor lainnya. Hal ini berarti perusahaan dengan peringkat yang tinggi dalam hal pengungkapan CSR dianggap melakukan strategi pajak yang lebih agresif dibandingkan dengan perusahaan dengan peringkat rendah dalam hal pengungkapan CSR. Perusahaan yang bertindak tax avoidance akan menaikkan nilai rupiah pada pelaporan CSR sehingga dimata umum perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungannya dengan baik namun pada kenyataannya perusahaan tersebut meningkatkan nilai rupiah pada pelaporan CSR karena ingin mengurangi beban pajak. CSR bagi perusahaan adalah pengeluaran, begitu pula dengan pajak yang harus mereka bayarkan. Sederhananya, membayar pajak sekaligus mengeluarkan anggaran untuk kegiatan CSR berarti pengeluaran ganda bagi perusahaan, sehingga perusahaan akan berupaya mengurangi salah satu dari dua pengeluaran tersebut baik pengurangan anggaran CSR maupun meminimalkan jumlah beban pajak. Di Indonesia peraturan yang mengatur tentang pengurangan beban pajak apabila perusahaan sudah melaksanakan CSR masih berupa Rancangan Peraturan Pemerintah yang merupakan turunan dari Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas
Undang-Undang No 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan. Hasil ini didukung oleh penelitian Deiya dan Bambang (2016) dan Nurul dan Hidayati (2017), Nurul dan Hidayati (2017) menyatakan bahwa corporate social responsibility berpengaruh terhadap tax avoidance dimana semakin tinggi
tingkat pengungkapan CSR suatu perusahaan, semakin rendah tingkat agresivitas pajaknya. Semakin besar kegiatan corporate social responsibility yang dilakukan oleh perusahaan, maka akan semakin meningkat tindakan penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan dikarenakan beberapa item
corporate social
responsibility yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak. Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR suatu perusahaan, semakin rendah tingkat agresivitas pajaknya. Perusahaan dengan agresivitas pajak yang rendah akan mengungkapkan CSR yang lebih luas sehingga memiliki ETR yang lebih rendah. Salah satu bentuk kewajiban sosial perusahaan adalah membayar pajak. Perusahaan telah turut serta berkontribusi dalam melakukan pembangunan nasional dengan membayar pajak. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Jessica dan Toly (2014) yang menemukan bahwa corporate social responsibility tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil penelitian Jessica dan Toly (2014) tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa apabila nilai pengungkapan corporate social responsibility besar maka belum tentu perusahaan akan semakin tidak agresif. 3.
Pengaruh kualitas audit terhadap tax avoidance.
Hasil pengujian menununjukkan nilai t-hitung variabel kualitas audit (X 2) terhadap tax avoidance (Y) sebesar -6,413 lebih kecil dari -t-tabel -1,98238 (df = 112 – 5 = 107; α = 5%) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 (α = 5%). Hasil ini menjelaskan bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap tax avoidance. Penelitian ini mengukur kualitas audit menggunakan Discresionary Accrual . Nilai Discresionary Accrual yang tinggi mengindikasikan adanya kecurangan akuntansi atau manajemen laba. Koefisien regresi variabel kualitas audit bernilai 8,744
(negatif). Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan kualitas audit sebesar satu satuan, maka akan menurunkan tax avoidance sebesar 8,744 satuan tanpa dipengaruhi faktor lainnya. Kualitas audit yang baik tentu akan dapat mendeteksi adanya tindakan pelanggaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan. Kualitas audit dalam penelitian ini dilihat dari nilai discretionary accrual pada perusahaan, perusahaan dengan nilai discretionary accrual yang tinggi menandakan perusahaan tersebut melakukan manajemen laba. Perusahaan melakukan manajemen laba karena berbagai alasan seperti manajemen laba dengan meningkatkan laba karena ingin menarik minat investor atau bertujuan agar perusahaan dinilai bagus oleh kreditur, dalam hal yang berkaitan dengan beban pajak maka perusahaan akan melakukan penurunan laba dengan tujuan agar beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan juga kecil karena pajak penghasilan dinilai berdasarkan jumlah laba perusahaan. Maka dari itu, perusahaan dengan kualitas audit yang baik atau dengan nilai discretionary accrual yang rendah menandakan perusahaan kecil kemungkinan melakukan tax avoidance sedangkan perusahaan dengan nilai discretionary accrual yang tinggi makan dinilai sebagai perusahaan yang melakukan tax avoidance. Data penelitian menunjukkan bahwa nilai discretionary accrual pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki rata – rata 0,0844. Hal ini menunjukkan bahwa masih adanya kecenderungan perusahaan dalam melakukan tindakan manajemen laba yang diindikasikan dengan rendahnya kualitas audit. Ketika ada manipulasi laba dalam perusahaan tentu hal ini akan
berdampak pada tax avoidance perusahaan. Oleh karena itu, kualitas audit berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Deiya dan Bambang (2016) dan Nurfadilah, dkk (2016) yang menyatakan kualitas audit berpengaruh terhadap tax avoidance yang artinya apabila nilai kualitas audit semakin besar maka tingkat tax avoidance akan semakin kecil. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Khairunisa, dkk (2017). Khairunisa, dkk (2017) menyatakan bahwa auditor yang berkualitas tidak menghendaki manajemen perusahaan kliennya melakukan tindakan tax avoidance yang dapat mengurangi pendapatan Negara, jika nantinya ketahuan oleh aparat pajak maka auditor juga akan menerima risiko khususnya risiko reputasi karena meskipun dilakukan secara legal akan tetapi tetap saja mendapat sorotan kurang baik dari otoritas pajak karena dianggap memiliki konotasi negatif. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vidiyanti (2017) yang menemukan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil penelitian Vidiyanti (2017) didasarkan bahwa audit yang dilakukan oleh KAP lebih tertuju pada audit laporan keuangan. Dimana audit laporan keuangan tersebut bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan
4.
Pengaruh leverage terhadap tax avoidance.
Hasil pengujian menunjukkan nilai t-hitung variabel leverage (X3) terhadap tax avoidance (Y) sebesar -2,369 lebih kecil dari -t-tabel -1,98238 (df = 112 – 5 = 107; α = 5%) dan nilai signifikansi 0,010 < 0,05 (α = 5%). Hasil ini
menjelaskan bahwa leverage berpengaruh terhadap tax avoidance. Koefisien regresi variabel leverage bernilai -0,138 (negatif). Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan leverage sebesar satu satuan, maka akan menurunkan tax avoidance sebesar 0,138 satuan tanpa dipengaruhi faktor lainnya. Data penelitian menunjukkan bahwa rata – rata tingkat leverage perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menjadi sampel penelitian memiliki rasio DER sebesar 1,4453. Nilai ini menunjukkan bahwa penggunaan hutang lebih besar dari penggunaan modal sendiri dimana untuk setiap Rp 1 rupiah modal sendiri, ada
Rp 1,4453 hutang. Hal ini membuktikan
bahwa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menjadi sampel penelitian cenderung untuk menerapkan Trade off Theory dalam mendanai perusahaan. Hal ini disebabkan penggunaan hutang menimbulkan beban bunga yang dapat dijadikan pengurang pajak sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan dari penambahan hutang berupa tax shield . Oleh karena itu, leverage berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Kuriah dan Asyik (2016),
Dewinta dan Setiawan (2016) dan Purwanto (2016) yang
menyatakan leverage berpengaruh terhadap tax avoidance. Menurut Kuriah dan Asyik (2016) selama periode pengamatan, perusahaan sampel memanfaatkan utang untuk meminimalkan beban pajak perusahaan bahkan cenderung mengarah agresif terhadap pajak perusahaan. Keputusan perusahaan melakukan utang didasarkan pada keinginan untuk mengurangi beban pajak perusahaan. Pengaruh leverage terhadap tax avoidance, dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang
memiliki hutang tinggi akan mendapatkan insentif pajak berupa potongan atas bunga pinjaman tersebut. Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) huruf a UU No.36 tahun 2008 menyebutkan bahwa bunga utang adalah beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan perhitungan pajak, sehingga perusahaan yang memiliki beban pajak tinggi dapat melakukan penghematan pajak dengan cara menambah utang perusahaan. Dengan menambah utang guna memperoleh insentif pajak yang besar maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut agresif terhadap pajak. Hasil penelitian ini membuktikan kebenaran trade-off theory bahwa bunga yang dibayar sebagai beban pengurangan pajak membuat hutang menjadi lebih murah dibandingkan dengan saham biasa atau saham preferen. Secara tidak langsung, perusahaan membayar sebagian biaya hutang atau dengan kata lain hutang memberikan manfaat perlindungan pajak. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Darmawan dan Sukartha (2014) yang menemukan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil penelitian Darmawan dan Sukartha (2014) tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa Keputusan pendanaan perusahaan dapat menjadi gambaran penghindaran pajak terkait dengan tarif pajak efektif, hal tersebut dikarenakan ada peraturan perpajakan terkait kebijakan struktur pendanaan perusahaan Keputusan pendanaan yang dimaksud adalah perusahaan lebih menggunakan pendanaan internal atau eksternal.Utang yang mengakibatkan munculnya beban bunga dapat menjadi pengurang laba kena pajak, sedangkan dividen yang berasal dari laba ditahan tidak dapat menjadi pengurang laba kena pajak.Perusahaan sampel memiliki utang yang sebagian
besar berasal dari pinjaman modal kepada pemegang saham atau pihak yang berelasi, sehingga pada beban bunga yang ditimbulkan tidak dapat digunakan sebagai pengurang laba kena pajak perusahaan. Beban bunga yang dapat digunakan sebagai pengurang laba kena pajak adalah beban bunga yang muncul akibat adanya pinjaman kepada pihak ketiga/ kreditur yang tidak memiliki hubungan dengan perusahaan, hal ini diatur dala m UU No. 36 Tahun 2008 pasal 6 ayat 1a dan pasal 18 ayat 3.
5.
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap tax avoidance
Hasil pengujian menunjukkan nilai t-hitung variabel ukuran perusahaan (X4) terhadap tax avoidance (Y) sebesar 4,141 lebih besar dari t-tabel 1,98238 (df = 112 – 5 = 107; α = 5%) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 (α = 5%). Hasil ini menjelaskan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance. Koefisien regresi variabel ukuran perusahaan bernilai 0,390 (positif). Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan ukuran perusahaan sebesar satu satuan, maka akan menaikkan tax avoidance sebesar 0,390 satuan tanpa dipengaruhi faktor lainnya. Ukuran perusahaan diukur dengan total aset yang dimiliki perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki aset besar lebih berpotensi untuk mempunyai laba yang besar pula karena skala usaha dari perusahaan tersebut lebih luas dibanding perusahaan skala kecil. Oleh karena itu, perusahaan besar akan cenderung meminimalkan beban pajak penghasilan, sehingga perusahaan dengan total aset yang besar cenderung lebih agresif dalam melakukan tax avoidance, sebaliknya perusahaan berukuran kecil menghasilkan laba yang lebih kecil
daripada laba yang dihasilkan oleh perusahaan berukuran besar, maka perusahaan berukuran kecil cenderung tidak meminimalkan beban pajak karena laba yang dihasilkan sudah kecil pada dasarnya. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Sari, dkk (2016) dan Rinaldi dan Caroline (2015). Rinald dan Caroline (2015) menyatakan perusahaan dengan ukuran besar akan lebih stabil dan lebih mampu dalam menghasilkan laba dan membayar kewajibannya dibanding perusahaan dengan total aktiva yang kecil. Sari, dkk (2016) menyatakan besarnya aset perusahaan akan
menimbulkan
beban-beban
yang
juga
semakin
meningkat
yang
menunjukkan adanya pengindaran pajak. Untuk mengidentifikasi ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset dan sumberdaya yang dimiliki perusahaan, perusahaan besar cenderung memiliki aset yang besar juga memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan besarnya aset perusahaan, maka dapat dilakukan
manajemen
pajak
yang
maksimal.
Pihak
manajemen
akan
memanfaatkan beban penyusutan dan amortisasi dari total aset yang dimiliki perusahaan sebagai strategi pengurang laba kena pajak hal tersebut sesuai dengan undang - undang perpajakan dimana beban penyusutan dan amortisasi dapat digunakan sebagai pengurang laba kena pajak, sehingga pajak terutang akan semakin kecil. Hasil ini mendukung teori agensi bahwa sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dapat digunakan oleh agent untuk memaksimalkan kompensasi kinerja agent , yaitu dengan cara menekan beban pajak perusahaan untuk memaksimalkan kinerja perusahaan
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusyidi (2013) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil penelitian Rusyidi (2013) didasarkan pada pemikiran bahwa pajak dianggap beban bagi perusahaan sehingga menimbulkan tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan, selain karena lemahnya pengawasan pihak fiskus terhadap pelaku bisnis, khusunya perusahaan kecil sehingga menyebabkan perilaku tax avoidance menyebar pada seluruh ukuran perusahaan baik kecil maupun besar. Di Indonesia, Tax Avoidance banyak terpublikasi pada perusahaan-perusahaan besar, seperti kasus Asian Agri karena besarnya kerugian negara akibat perilaku Tax Avoidance yang dilakukan oleh Asian Agri. Namun demikian adanya PP No 46 tahun 2013 mengenai pajak UMKM, makin menyiratkan bahwa selama ini pihak fiskus masih kesulitan untuk menggali potensi pajak dari sektor UMKM, oleh karena itu fiskus mendorong untuk UMKM dapat membayarkan pajak penghasilannya hanya 1% dari omset.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
analisis
tentang
pengaruh
corporate
social
responsibility, kualitas audit, leverage, dan ukuran perusahaan tehadap tax avoidance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011 – 2017, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Corporate social responsibility, kualitas audit, leverage, dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2.
Corporate social responsibility berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3.
Kualitas audit berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4.
Leverage berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
5.
Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indoensia.
5.2 Keterbatasan
Penelitian ini memiliki keterbatasan sebagai berikut : 1. Pada penelitian ini hanya menggunakan modified jones model sebagaisalah satu model dari discretionary accruals sebagai alat ukur variabel kualitas
audit, sedangkan masih banyak model dari discretionary accruals yang accruals yang dapat digunakan 2. Sampel yang digunakan pada penilitian ini merupakan perusahaan yang terdiri dari berbagai sektor usaha tidak berfokus pada salah satu sektor usaha
5.3. Saran
Berdasarkan berbagai keterbatasan penelitian ini menghasilkan beberapa saran yang diharapkan dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya, antara lain : 1.
Bagi perusahaan, disarankan untuk tidak melakukan tindakan tax avoidance karena menyebabkan legitimasi perusahaan dan nilai perusahaan akan buruk
2.
Bagi pemerintah, agar lebih memperhatikan kegiatan tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan melalui variabel corporate social responsibility, kualitas audit, leverage, audit, leverage, dan ukuran perusahaan.
3.
Bagi
penelitian
selanjutnya,
disarankan
menambah
proksi
variabel
independen lain yang terkait dengan tax avoidance avoidance seperti profitabilitas (Dewinta dan Setiawan, 2016) dan konservatisme akuntansi (Sari, 2016). Penelitian selanjutnya dapat menggunakan alat uji yang berbeda agar memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat, seperti analisis jalur ( path analyss). analyss). Penelitian selanjutnya dapat memfokuskan penelitian pada salah satu sektor usaha agar hasil penelitian lebih detail.
DAFTAR PUSTAKA
Aczel, Amir D. Complete Business Statistics. Third Edition. Irwin. America Aditama, Ahmad. 2017. “Pengaruh “Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga, Corporate Governance, Governance, Leverage, Leverage, Ukuran Perusahaan, Kualitas Audit, Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Penghindaran Pajak (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2013- 2015)”, Jurnal UMY 2017. Annisa .2017. “Pengaruh Return On Asset , Leverage, Ukuran Perusahaan Dan Koneksi Politik Terhadap Penghindaran Pajak (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Periode Tahun 20122015”,JOM 2015”,JOM Fekon, Vol. 4 No.1. Annisa, N.A., dan Kurniasih, L .2012. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance. Avoidance. Jurnal Akuntansi & Auditing, Volume 8, No. 2, 95-189 . Barkemeyer, Ralf, 2007, Legitimacy as a Key Driver and Determinant of CSR in Developing Countries, Countries, Paper Marie Curie Summer School on Earth System Governance, 28 May – May – 06 06 June 2007, Amsterdam Brigham dan Houston. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Buku 1 (edisi II).Salemba Empat: Jakarta British
Broadcasting Company,“HSBC Company,“HSBC bantu penghindaran pajak”,dalamhttp://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/02/150209_hsbc pajak”,dalamhttp://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/02/150209_hsbc _pajak, diakses _pajak, diakses tanggal 9 Februari 2018.
Dajan, Anto .2008. Pengantar .2008. Pengantar Metode Statistik (Jilid 1). 1). Jakarta: Salemba Damayanti, Fitri dan Susanto, Tridahus.2015.“Pengaruh Komite Audit, kualitas audit, kepemilian institusional, risiko perusahaan dan return on asset terhadap tax avoidance”,Esensi avoidance”,Esensi Jurnal Bisnis dan ManajemenVol.5 ManajemenVol.5 No. 2. Darmawan, I Gede Hendy dan Sukartha, I Made. 2014. “Pengaruh “ Pengaruh Penerapan Corporate Governance, Leverage, Return on Assets dan Ukuran Perusahaan pada Penghindaran Pajak ”, ”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 9.1 Hal. 143-161. Deiya, Ni Putu dan da n Bambang .2016. “Pengaruh corporate social responsibility, responsibility, kualitas audit dan kepemilikan institusional pada agresivitas pajak”, EJurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol.19.2. Mei ( 2017): 1349-1377 Dewi, Gusti Ayu Pradnyanita dan Sari, Maria M Ratna..2015. Ratna..2 015. “Pengaruh “Pengaruh Insentif Eksekutif, Corporate Risk Dan Corporate Governance Pada Tax Avoidance”, Avoidance”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 13.1 Hal. 50 -67.
Dewinta, Ida Ayu Rosa dan Setiawan, Putu Ery. 2016. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 14(3): h:1584-1613. Direktorat Jendral Pajak .1995. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE 46/PJ.4/1995 Tentang Perlakuan Biaya Bunga yang Diabayr atau Terutang dalam halm Wajib Pajak Menerima atau Memperoleh Penghasilan Berupa Bunga Deposito Atau Tabungan Lainnya (Seri Pph Umum No. 20), Direktur Jendral Pajak. Jakarta. Dyreng, Scott, Michelle Hanlon, dan Edward L.M. 2008. Long Run Corporate Tax Avoidance. The Accounting Review 83. pp. 61-82. Eskandy, Arry .2017. “Pengaruh “Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kualitas Audit Terhadap PenghindaranPajak (Tax ( Tax Avoidance)Studi Avoidance)Studi Empiris Pada Sektor Industri Barang Konsumsi YangTerdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014”, 2010- 2014”, Competitive, Competitive, Vol. 1 No. 1. Fassin, Yves. 2008. The Stakeholder Model Refined. Journal of Business Ethics, D/7012/13. Ghozali, Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi 2016. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS. 23, Badan 23, Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang Hanlon, Micelle dan Slemrod, Joen .2009. ”What does tax aggressiveness signal, Evidence from stock price reactions to news about tax shelter involvement”, involvement”, Journal of Public Economics Vol.93 Hal. 126 – 126 – 141 141 Harahap, Sofyan Syafri. 2010 . Analisa Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Keuangan . Cet 11. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta Hayati, Nurul .2010. “Faktor -faktor -faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio Sebagai Salah Satu Kriteria Keputusan Investasi Saham Perusahaan Real Estet dan Properti di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen dan Akuntansi Vol. 11 No. 1. Hidayati, Nurul dan Fidiana .2017. “Pengaruh Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Terhada p Penghindaran Pajak”, Jurnal J urnal Ilmu dan Riset Akuntansi Volume 6, Nomor 3. Ida Bagus, Putu Fajar Adisamartha dan Naniek Noviari. 2015. “Pengaruh likuiditas, leverage, leverage, Intensitas persediaan dan intensitas aset tetap pada tingkat agresivitas pajak”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol.13.3: 973-1000. Ikatan Akuntan Indonesia Global. 2013. “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1 Paragraf 12 revisi Tahun 2013”,
http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sak-7 psak-1-penyajian-laporan-keuangan, diakses tanggal 21 Februari 2018 Jessica dan Toly, Agus Arianto.2014. “Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibilty Terhadap Agresivitas Pajak ”, Tax & Accounting Review, Vol. 4, No.1, 2014 Jogiyanto, Hartono. 2003. Pengenalan Komputer . Andi Ofset Lesmono: Yogyakarta. Kasmir. 2015. Analisis Laporan Keuangan, Rajawali Pers: Jakarta Khairunisa, Kartika, Hapsari, Dini Wahjoe dan Aminah, Wiwin.2017. “Pengaruh Kualitas Audit, Corporate Social Responsibility, Dan Ukuran Perusahaan terhadap Tax Avoidance”, Jurnal Riset Akuntansi Kontemporer (JRAK) Volume 9, No 1. Kuncoro, Mudrajat. 2013. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi, Edisi Keempat , Erlangga:Jakarta.
Kuriah, H. L. dan Asyik, N. F .2016. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak ”. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi 5(3): 1-19. Lanis, R dan Richardson, G. 2012. Corporate Social Responsibility and Tax Aggressiveness: An Empirical Analysis. Journal of Account Public Policy .Vol.31, 86-108 Lako, Andreas. 2011. Dekonstruksi CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis dan Akuntansi. Jakarta. Erlangga. Mardiasmo. 2013. Perpajakan, Penerbit Andi: Yogyakarta Mardikanto, Totok. 2014. Corporate Social Responsibility Tanggungjawab Sosial Korporasi. Alfabeta:Bandung. Margaretha, Farah dan Witedjo, Chandra Gunadi,.2014.”Corporate Social Responcibility, Nilai Perusahaan dan Kinerja Keuangan Perusahaan pada Industri Pertambangan dan Manufaktur di Indonesia”,Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol.14 No.1. Nurfadilah, Mulyati Henny, Purnamasari, Merry dan Nur, Hastri.2016. “Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan Dan Kualitas Audit, Terhadap Penghindaran Pajak Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015”,ISSN 2460-0784. Pagone. G.T .2010. Tax Avoidance in Australia. The Federation Press: Australia Pohan, Chairil Anwar. 2013. Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis. Jakarta : Gramedia.
Prasista, Putu Meita dan Setiawan, Ery. 2016. Pengaruh Profitabilitas dan Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility terhadap Agresivitas Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan. Jurnal Akuntansi Vol.17, No.3 Desember. Bali : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Purwanto, Agus. 2016. ”Pengaruh Likuiditas, Leverage, Manajemen Laba dan kompensasi Rugi Fiskal terhadap Agresivita s Pajak”, JOM Fekon, Vol. 3 No. 1 Hal 580-594 Reinaldo, Rusli. 2017. “Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan, Roa, Kepemilikan Institusional, Kompensasi Kerugian Fiskal, Dan CSR t erhadap Tax Avoidance ada Perusahaan Manufaktur Subsektor Makanan Dan Minuman Terdaftar Di Bei 2013 – 2015”. JOM Fekon, Vol. 4 No. 1
Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012, No. 89. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Jakarta. Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-UndangNomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan,Sekretariat Negara. Jakarta. Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,Sekretariat Negara. Jakarta. Rinaldi dan Charoline, Cheisviyanni.2015. “Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Dana Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Tax Avoidanc” , SNEMA Padang ISBN: 978-602-17129-5-5. Rusydi, Khoiru.2013. “Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Aggressive Tax Avoidance Di Indonesia”,Jurnal Akuntansi Multiparadigma JAMAL Volume 4 Nomor 2 Halaman 165-329. Sari Nila, Nawang Kalbuana dan Agus Jumaidi .2016. “ Pengaruh Konservatisme Akuntansi, Kualitas Audit, Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak”.ISSN 2460-0784. Securities Exchange Commision, “Skandal Penyuapan Pajak Kantor Akuntan KPMG Indonesia digugat di AS”, dalam http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol3732/font-size1colorff0000bskandal-penyuapan-pajakbfontbr-kantor-akuntan-kpmgindonesia-digugat-di-as, diakses tanggal 12 Februari 2018. Setiadji, Bambang. 2010.”Diusulkan Ada Pemotongan Pajak”. Harian SeputarIndonesia.http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&i d=10431&q&hlm=3. Diakses 23 September 2013.
Slemrod, Joel. (December, 2004). The Economics of Corporate Tax Selfishness. National Tax Journal, National Tax Association, vol. 57(4), pages 877-99. Suandy, Erly. 2013. Perencanaan Pajak . Salemba Empat: Jakarta Suaningrat, Liana Fatni dan Setiawan, Putu Ery.2013. “Manajemen Pajak Sebagai Upaya Untuk Efisiensi Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol. 5.2 Tahun 2013: 291-306. Susiloadi, P. 2008. “Implementasi Corporate Social Responsibility untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan”, Spirit Publik.Vol: 4.No. 2. Hal. 123-130. Tiarawati, Winda Agustina.2015. “Analisis Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Tax Avoidance (Penghindaran Pajak) Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Periode 2009-2013”,Jurnal Akuntansi Indonesia, Vol. 4 No. 2 Juli 2015, Hal. 123 – 142. Vidiyanti, Evi. 2017. “Pengaruh Komite Audit, Kualitas Audit, Kepemilikan Institusional, Return On Assets, Dan Leverage Terhadap Tax Avoidance ”, Jurnal Ilmiah STIE Surabaya Watson, L. 2011. Corporate Social Responsibility, Tax Avoidance, and Tax Aggresiveness. Pennsylvania : The Pennsylvania State University. Winarsih Rina, Prasetyo dan Syam, Kusuf Muhammad.2013. “Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility Terhadap Tindakan Pajak Agresif Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI Tahun 2009-2012”,https://pta.trunojoyo.ac.id/welcome/detail. World
Bank Group, “Corporate responsibility”, dalam http://www.worldbank.org/en/about/what-we-do/crinfo, diakses tanggal 21 Februari 2018.
Lampiran 91 indikator berdasarkan GRI G4
KATEGORI EKONOMI
-Kinerja Ekonomi
-Keberadaan Pasar
EC1
Nilai ekonomi langsung
EC2
Implikasi finansial dan risiko serta peluang
EC3
Cakupan kewajiban organisasi atas program
EC4
Bantuan financial yang diterima dari
EC5
Rasio
upah
standar
yang dihasilkan
pegawai
pemula
(entry level) menurut gender dibandingkan dengan upah minimum regional di lokasi-lokasi operasional yang signifikan EC6
Perbandingan manajemen senior yang dipekerjakan dari masyarakat lokal di lokasi operasi yang signifikan
-Dampak Ekonomi Tidak
EC7
Pembangunan
dan
dampak
dari
investasi infrastruktur dan jasa yang diberikan
Langsung EC8
Dampak ekonomi tidak langsung yang signifikan, termasuk besarnya dampak
-Praktek Pengadaan
EC9
Perbandingan dari pembelian pemasok lokal di operasional yang signifikan
KATEGORI LINGKUNGAN
-Bahan
EN1
Bahan yang digunakan berdasarkan berat atau Volume
EN2
Persentase bahan yang digunakan yang merupakan bahan input daur ulang
-Energi
-Air
EN3
Konsumsi energi dalam organisasi
EN4
Konsumsi energi diluar organisasi
EN5
Intensitas Energi
EN6
Pengurangan konsumsi energi
EN7
Konsumsi energi diluar organisasi
EN8
Total pengambilan air berdasarkan sumber
EN9
Sumber air yang secara signifika dipengaruhi oleh pengambilan air
EN10 Persentase dan total volume air yang didaur ulang dan digunakan kembali -Keanekaragaman Hayati
EN11 Lokasi-lokasi
operasional
yang
dimiliki,
disewa, dikelola didalam, atau yang berdekatan dengan, kawasan lindung dan kawasan dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi diluar EN12 Uraian dampak signifikan kegiatan, produk, dan jasa terhadap keanekaragaman hayati di kawasan lindung dan kawasan dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi diluar kawasan lindung EN13 Habitat yang dilindungi dan dipulihkan
EN14 Jumlah total spesies dalam iucn red list dan spesies dalam daftar spesies yang dilindungi nasional dengan habitat di tempat yang dipengaruhi operasional, berdasarkan tingkat risiko kepunahan -Emisi
EN15
Emisi gas rumah kaca (GRK) langsung (cakupan 1)
EN16
Emisi gas rumah kaca (GRK) energi tidak langsung (Cakupan 2)
EN17
Emisi gas rumah kaca (GRK) tidak langsung lainnya (Cakupan 3)
EN18
Intensitas emisi gas rumah kaca (GRK)
EN19
Pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK)
EN20
Emisi bahan perusak ozon (BPO)
EN21 NOX, SOX, dan emisi udara signifikan lainnya -Efluen dan Limbah
EN22
Total air yang dibuang berdasarkan kualitas dan tujuan
EN23
Bobot total limbah berdasarkan jenis dan
EN24
metode pembuangan Jumlah dan volume total tambahan signifikan
EN25
Bobot
limbah
yang
dianggap
berbahaya
menurut ketentuan konvensi basel 2 lampiran I, II, III, dan VIII yang diangkut, diimpor, diekspor, atau diolah, dan persentase limbah yang diangkut untuk pengiriman internasional
EN26
Identitas,
ukuran,
status
lindung,
dan
nilai keanekaragaman hayati dari badan air dan habitat terkait yang secara signifikan terkait dampak dari pembuangan dan air limpasan dari organisasi -Produk dan Jasa
EN27
Tingkat
mitigasi
dampak terhadap
lingkungan produk dan jasa EN28
Persentase kemasannya
produk yang
yang
terjual
direklamasi
dan
menurut
kategori -Kepatuhan
EN29 Nilai moneter denda signifikan dan jumlah total sanksi
non-moneter
atas
ketidakpastian
terhadap UU dan peraturan lingkungan
-Transportasi
EN30 Dampak
lingkungan
signifikan
dari
pengangkutan produk dan barang lain serta bahan untuk operasional organisasi dan pengangkutan tenaga kerja -Lain-lain
EN31 Total pengeluaran dan invenstasi perlindungan perlindungan lingkungan berdasarkan jenis
-asesmen pemasok atas
EN32 Persentase
lingkungan
penapisan
pemasok
baru
menggunakan kriteria lingkungan EN33 Dampak lingkungan negatif signifikan aktual dan potensial dalam rantai pasokan
-mekanisme pengaduan
dan
tindakan yang diambil EN34 Jumlah pengduan tentang dampak lingkungan
masalah lingkungan
yang diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme pengaduan resmi
KATEGORI SOSIAL
SUB-KATEGORI: PRAKTEK K E T E N A G A K E R J A A N DAN KENYAMANAN BEKERJA
-Kepegawaian
LA1
Jumlah total dan tingkat perekrutan karyawan baru dan turnover karyawan menurut kelompok umur, gender, dan wilayah
LA2
Tunjangan yang diberikan bagi karyawan purnawaktu yang tidak diberikan bagi karyawan sementara atau paru waktu, berdasarkan lokasi operasi yang signifikan
LA3
Tingkat kembali bek er ja da n ti ng ka t r etensi setela h cu ti mela hirk a n, menu r u t jender
-Hubungan industrial
LA4
Jangka waktu minimum pemberitahuan mengenai perubahan operasional, termasuk apakah hal tersebut tercantum dalam perjanjian bersama
-kesehatan dan Keselamatan
LA5
Kerja VV
Persentase total tenaga kerja yang diwakili dalam komite bersama formal manjemen pekerja yang membantu mengawasi dan memberikan saran program kesehatan dan keselamatan kerja
LA6
Jenis dan tingkat cedera, penyakit akibat kerja, hari hilang, dan kemangkiran, serta jumlah total kematian akibat kerja, menurut daerah dan gender
LA7
Pekerja yang sering terkena atau beresiko tinggi terkena penyakit yang terkait dengan pekerjaan mereka
LA8
Topik kesehatan dan keselamatan yang tercakup dalam perjanjian formal dengan serikat pekerja
-Pelatihan dan Pendidikan
LA9
Jam pelatihan rata-rata per tahun per karyawan menurut gender dan menurut kategori karyawan
LA10
Program untuk manajemen keterampilan dan pembelajaran seumur hidup yang mendukung keberlanjutan kerja karyawan dan membantu mereka mengelola purna bakti
LA11
Persentase karyawan yang menerima review kinerja dan pengembangan karier secara reguler, menurut gender dan kategori karyawan
-keberagaman dan kesetaraan
LA12
peluang
Komposisi badan tata kelola dan pembagian karyawan per kategori karyawan menurut gender, kelompok usia, keanggotaan kelompok minoritas, dan indikator keberagaman lainnya
-Kesetaraan Remunerasi
Perempuan dan Laki-laki
LA13
Rasio gaji pokok dan remunerasi bagi perempuan terhadap laki-laki menurut kategori karyawan, berdasrkan lokasi operasional yang signifikan
-Asesmen Pemasok Terkait
LA14
Praktik Ketenagakerjaan
Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria praktik ketenagakerjaan
LA15
Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap praktik ketenagakerjaan dalam rantai pemasok dan tindakan yang diambil
LA16
Jumlah pengaduan tentang praktik ketenagakerjaan yang di ajukan, di tangani, dan di selesaikan melalui pengaduan resmi.
SUB-KATEGORI: HAK ASASI MANUSIA
-Investasi
HR1
Jumlah total dan persentase perjanjian dan kontrak investasi yang signifikan yang menyertakan klausul terkait hak asasi manusia atau penapisan berdasarkan hak asasi masnusia
HR2
Jumlah waktu pelatihan karyawan tentang kebijakan atau prosedur hak asasi manusia terkait dengan aspek hak asasi manusia yang relevan dengan operasi, termasuk persentase karyawan yang dilatih
-Non-diskriminasi
HR3
Jumlah total insiden diskriminasi dan tindakan korektif yang diambil
-kebebasan berserikat dan
HR4
Operasi pemasok teridentifikasi yang mungkin melanggar atau beresiko tinggi
Perjanjian Kerja Bersama
melanggar
hak
untuk
melaksanakan
kebebasan berserikat dan perjanjian kerja sama, dan tindakan yang diambil untuk mendukung hak-hak tersebut
-pekerja anak
HR5
Operasi dan pemasok yang diidentifikasi beresiko tinggi melakukan eksploitasi pekerja anak dan tindakan yang diambil untuk berkontribusi dalam penghapusan pekerja anak yang efektif
-pekerja paksa atau Wajib Kerja HR6
Operasi dan pemasok yang diidentifikasi berisiko tinggi melakukan pekerja paksa atau wajib kerja dan tindakan untuk berkontribusi dalam penghapusan segala bentuk pekerja paksa atau wajib kerja
-praktik pengamanan
HR7
Persentase petugas pengamanan yang dilatih dalam kebijakan atau prosedur hak asasi manusia diorganisasi yang relevan dengan operasi
-hak adat
HR8
Jumlah total insiden pelanggaran yang melibatkan hak-hak masyarakat adat dan tindakan yang diambil
-Asesmen
HR9
Jumlah total dan persentase operasi yang telah melakukan review atau asesmen dampak hak asasi manusia
-asesmen pemasok atas hak asasi HR10
Persentase penapisan pemasok baru
manusia
menggunakan kriteria hak asasi manusia
HR11
Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan terhadap hak asasi manusia dalam rantai pemasok dan tindakan yang diambil
-Mekanisme Pengaduan
Masalah Hak Asasi
HR12
Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap hak asasi manusia yang diajukan, ditangani, dan diselesaikan
Manusia
melalui mekanisme pengaduan formal
SUB-KATEGORI: MASYARAKAT -Masyarakat Lokal
SO1
Persentase operasi dengan pelibatan masyarakat lokal, dampak,
asesmen
dan
program
pengembangan yang diterapkan SO2
Operasi aktual
dengan
dampak
negatif
dan potensial yang signifikan
terhadap masyarakat lokal -Anti-Korupsi
SO3
Jumlah total dan persentase operasi yang dinilai terhadap risiko terkait dengan korupsi dan risiko signifikan yang teridentifikasi
SO4
Komunikasi dan pelatihan mengenai kebijakan dan prosedur anti-korupsi
SO5
Insiden korupsi yang terbukti dan tindakan yang diambil
-Kebijakan Publik
SO6
Nilai total kontribusi politik berdasarkan negara dan penerima/penerima manfaat
-Anti Persaingan
SO7
Jumlah terkait
total
tindakan
hukum
Anti Persaingan, anti-trust, serta
praktik monopoli dan hasilnya -Kepatuhan
SO8
Nilai moneter denda yang signifikan dan jumlah total atas
sanksi
non-moneter
ketidakpatuhan terhadap undang-
-Asesmen Pemasok Atas
S09
Persentase penapisan pemasok baru menggunakan kriteria untuk dampak
Dampak Terhadap Masyarakat
terhadap masyarakat SO10
Dampak
negatif
potensial
yang signifikan
masyarakat
aktual
dalam
dan terhadap
rantai pasokan dan
tindakan yang diambil
-Mekanisme Pengaduan
SO11
Jumlah
pengaduan
terhadap masyarakat
Dampak Terhadap Masyakat
ditangani,
tentang
dampak
yang
diajukan,
dan diselesaikan melalui
mekanisme pengaduan resmi
SUB-KATEGORI: TANGGUNGJAWAB ATAS PRODUK
-kesehatan keselamatan
PR1
pelanggan
Persentase kategori produk dan jasa yang signifikan dampaknya terhadap kesehatan dan keselamatan yang dinilai untuk peningkatan
PR2
Total jumlah insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan koda sukarela terkait dampak kesehatan dan keselamatan dari produk dan jasasepanjang daur hidup, menurut jenis
-Pelabelan Produk dan Jasa
PR3
Jenis
informasi
produk
dan
jasa
yang diharuskan oleh prosedur organisasi terkait dengan informasi dan pelabelan produk dan jasa, serta persentase kategori produk dan jasa yang signifikan harus mengikuti persyaratan informasi sejenis PR4
Jumlah total Insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan koda sukarela terkait dengan informasi dan pelabelan produk dan jasa, menurut jenis hasil
PR5
Hasil
survei
untuk
mengukur
kepuasan pelanggan -Komunikasi Pemasaran
PR6
Penjualan produk yang dilarang atau disengketakan
PR7
Jumlah total Insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan dan koda sukarela tentang komunikasi pemasaran, termasuk iklan,
promosi, dan sponsor, menurut
jenis hasil
-Privasi Pelanggan
PR8
Jumlah total keluhan yang terbukti terkait dengan pelanggaran privasi pelanggan dan hilangnya data pelanggan
-Kepatuhan
PR9
Nilai moneter denda yang signifikan atas ketidakpatuhan terhadap undangundang dan peraturan terkait
LAMPIRAN HASIL OUTPUT SPSS Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CSR
112
,65
,91
,7681
,04448
KA
112
,00
,47
,0844
,09285
DER
112
,13
5,67
1,4453
1,29197
SIZE
112
13,96
19,50
16,9164
1,22333
ETR
112
-,55
3,93
,3685
,58739
Valid N (listwise)
112
Variables Entered/Removed a Variables Model
Variables Entered
1
SIZE, DER, CSR,
Removed
Method . Enter
KAb a. Dependent Variable: Ln_ETR b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model
R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square ,854a
1
Adjusted R
,730
,719
Durbin-Watson
,62341
a. Predictors: (Constant), SIZE, DER, CSR, KA b. Dependent Variable: Ln_ETR
ANOVAa Sum of Model 1
Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
109,081
4
27,270
40,419
104
,389
149,500
108
a. Dependent Variable: Ln_ETR b. Predictors: (Constant), SIZE, DER, CSR, KA
F
Sig.
70,167
,000 b
,863
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
(Constant)
Std. Error
Beta
t
Sig.
-7,084
,000
Tolerance
VIF
-14,959
2,112
CSR
10,212
1,674
,378
6,102
,000
,677
1,477
KA
-8,744
1,364
-,642
-6,413
,000
,259
3,857
DER
-,138
,052
-,142
-2,639
,010
,901
1,110
SIZE
,390
,094
,398
4,141
,000
,281
3,558
a. Dependent Variable: Ln_ETR
Coefficient Correlations a Model
SIZE
Correlations
Covariances
DER
CSR
KA
SIZE
1,000
-,161
,034
,792
DER
-,161
1,000
-,265
-,002
CSR
,034
-,265
1,000
-,307
KA
,792
-,002
-,307
1,000
SIZE
,009
-,001
,005
,102
DER
-,001
,003
-,023
,000
CSR
,005
-,023
2,801
-,700
KA
,102
,000
-,700
1,859
a. Dependent Variable: Ln_ETR
Collinearity Diagnostics a Variance Proportions Model
Dimension
Eigenvalue
Condition Index
(Constant)
1
1
4,147
1,000
,00
,00
,00
,02
,00
2
,539
2,774
,00
,00
,18
,20
,00
3
,312
3,648
,00
,00
,07
,70
,00
4
,002
46,792
,01
,71
,48
,02
,26
5
,001
88,968
,99
,29
,27
,06
,74
a. Dependent Variable: Ln_ETR
CSR
KA
DER
SIZE
Residuals Statistics a Minimum
Maximum
-5,4090
,7306
-1,4172
1,00499
109
-3,972
2,137
,000
1,000
109
,068
,373
,120
,058
109
-4,3805
,8124
-1,4135
,96247
109
-3,21269
1,47349
,00000
,61176
109
Std. Residual
-5,153
2,364
,000
,981
109
Stud. Residual
-5,921
2,415
-,003
1,052
109
-4,24115
1,63967
-,00367
,70795
109
-7,237
2,474
-,016
1,141
109
Mahal. Distance
,287
37,615
3,963
5,959
109
Cook's Distance
,000
2,245
,036
,222
109
Centered Leverage Value
,003
,348
,037
,055
109
Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual
Deleted Residual Stud. Deleted Residual
a. Dependent Variable: Ln_ETR
Charts
Mean
Std. Deviation
N