HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN ILLNESS PERCEPTION PADA PASIEN KANKER PAYUDARA YANG MENJALANI KEMOTERAPI
SKRIPSI
Oleh LIANANDA INDRI PUTRI 04021481619002
Alih Program 2016
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA (JANUARI, 2018)
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN ILLNESS PERCEPTION PADA PASIEN KANKER PAYUDARA YANG MENJALANI KEMOTERAPI
SKRIPSI
Oleh LIANANDA INDRI PUTRI 04021481619002
Alih Program 2016
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA (JANUARI, 2018)
i
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: LIANANDA INDRI PUTRI
NIM
: 04021481619027 Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sriwijaya. Jika kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Sriwijaya kepada saya.
Mengetahui, Januari 2018
(LIANANDA INDRI PUTRI)
ii
iii
iv
UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Februari 2018 Liananda Indri Putri Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Illness Perception pada Pasien Kanker Payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang xv +113 + 16 tabel +3 skema+ 10 lampiran ABSTRAK Kanker payudara merupakan neoplasma ganas yang berasal dari parenkim. Penanganan kanker payudara salah satunya dengan kemoterapi Kemoterapi memiliki dampak pada fungsi fisik, seperti rambut rontok, kulit kering dan badan menjadi kaku. Efek yang ditimbulkan kemoterapi dapat menyebabkan illness perception yang negatif, sehingga diperlukan dukungan keluarga pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Desain penelitian ini menggunakan studi cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 67 responden dengan menggunakan total sampling. Analisis pada statistik pada penelitian ini menggunakan uji alternatif yaitu, uji fisher exact. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi dengan p value = 0,004. Dukungan keluarga dapat berkontribusi dalam peningkatan illness perception yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi membutuhkan dukungan keluarga. Kata Kunci
: Kanker Payudara, Family Support, Illness Perception.
Daftar Pustaka
: 113 (1984-2017)
v
UNIVERSITAS SRIWIJAYA FACULTY OF MEDICINE NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM Thesis, January 2018 Liananda Indri Putri Correlation between Family Support and Illness Perception in Breast Cancer Patients who undergo Chemotherapy at Dr. Mohammad Hoesin Hospital of Palembang xv + 113 pages + 16 tables + 3 schemes + 10 appendices ABSTRACT Breast cancer is malignant neoplasm from parenchyma. Chemotherapy is one of the treatments for breast cancer. It has impacts on physical function, such as hair fall, dry skin and stiff body. It also can cause negative illness perception that the patients undergoing it need family support. Therefore, this study aims at finding out the correlation between family support and illness perception in breast cancer patients who undergo chemotherapy. It was a cross sectional study with 67 respondents chosen using total sampling. The data were analyzed using an alternative test, fisher exact test. The results show that there is a significant correlation between family support and illness perception in breast cancer patients who undergo chemotherapy with pvalue of 0.004. Family support can contribute in increasing positive illness perception, this shows that breast cancer patients need their family support. Key words References
: breast cancer, family support, illness perception : 113 (1984-2017)
vi
Halaman Persembahan Motto : Jika seseorang percaya sesuatu itu tidak mungkin, pikirannya akan bekerja baginya untuk membuktikan mengapa hal itu tidak mungkin. Tetapi…… Jika seseorang percaya, benar-benar percaya, sesuatu dapat dilakukan maka pikirannya akan bekerja baginya dan membantunya mencari jalan untuk melaksanakannya. (David J. Schwartz)
Persembahan Kupersembahkan
skripsi
ini
khusus
untuk
:
1.
Tuhanku,
Allah
SWT
atas
ridho
yang
diberikan
2.
Kedua
orang
tuaku
tercinta
(Bapak
Dahlan
dan
Ibu
Mulihar Tristiaty)
sebagai
wujud
jawaban
atas
kepercayaannya
yang
telah
diamanatkan
kepadaku
serta
atas
kesabaran
dan dukungannya Terima
kasih
untuk
segala
curahan
kasih
sayang
yang
tulus
dan
ikhlas
serta
segala
pengorbanan
dan
do’a
yang
tiada
henti
kepada
ananda.
3.
Adikadikku
tercinta, Dava Queena Nayaka dan Kevin Olivia Indri Putri atas
dukungan,
do’a
dan
sayangnya
selama
ini
4.
Untuk dosen pembimbingku Ibu Ns. Putri Widita Muharyani S,Kep, M.Kep dan Ibu Hikayati S.Kep, Ns., M.Kep terimakasih atas saran dan n asihat yang diberikan .
5.
Untuk dosen pengujiku Ibu Mutia Nadra Maulida S,Kep, Ns., M.Kep dan Bapak Jaji S.Kep, Ns., M.Kep erimakasih atas saran dan nasihat yang diberikan terimakasih atas saran dan nasihat yang diberikan .
6.
Untuk semua dosen dan staf Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sriwijaya.
7.
Untuk sahabatku Sartika, Selvia dan Resti terimakasih untuk canda tawanya semoga persahabatan ini selalu abadi
8.
Untuk semua teman-teman satu angkatan program studi ilmu keperawatan fakultas kedokteran universitas sriwjaya angkatan alih program 2016 terimakasih untuk waktunya yang telah kita lewat bersama, semoga ini awal dari keberhasilan kita
9.
Untuk almamater dan kampus PSIK FK UNSRI.
10.
Untuk Putra Ramadhany atas
support yang
diberikan
“What seems to us as bitter trials are often bleesing in disguese”
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji dan syukur atas ke hadirat allah swt karena berkat rahmat dan karunia-nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin ”. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian skripsi sarjana keperawatan pada fakultas kedokteran Universitas Sriwijaya Indralaya. Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi masih banyak terdapat kekurangan baik teknik penulisan maupun isinya. Hal ini karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang peneliti miliki, untuk itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna perbaikan di masa yang akan datang, dan juga dalam penyusunan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta saran baik secara tertulis maupun secara tidak tertulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua dan saudara saya yang telah memberikan doa, kasih sayang, semangat serta dukungan selama proses penyusunan skripsi ini. 2. Putri Widita Muharyani, Skep., Ns., M.Kep selaku pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing, mendidik dan mengarahkan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Hikayati, Skep., Ns., M.Kep selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing, mendidik dan mengarahkan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Mutia Nadra Maulida,S.Kep.Ns. M.Kep selaku penguji I yang telah bersedia menjadi penguji, memberikan arahan, dan saran-saran sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Jaji, S.Kep. Ns. M.Kep. selaku penguji II yang telah bersedia menjadi penguji, memberikan arahan, dan saran-saran sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Semua staf dosen dan staf administrasi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 7. Rekan – rekan Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah bersuka hati menjadi tempat berbagi dan saling melengkapi dalam menyelesaikan skripsi penelitian. viii
8. Ketua Komite Etik FK Unsri yang telah melakukan uji kelayakan etik, untuk keberlangsungan penelitian di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. 9. Kepala Bagian Diklit RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang yang telah mengizinkan untuk dapat melakukan penelitian di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. 10. Kepala Instalasi Rekam Medik RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang yang telah memberikan data dan dinformasi sebagai bahan penelitian dalam menyelesaikan skripsi ini Akhirnya peneliti hanya bisa berharap semoga Allah SWT melimpahkan karunia serta rahmat-Nya untuk kita semua dan semoga skripsi ini berguna bagi kita semua. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Palembang, Januari 2018
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ……………………………………………………
i
SURAT PERNYATAAN…………………………………………………
ii
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………..
iii
LEMBAR PENGESAHAN...……………………………………………..
iv
ABSTRAK .………………………………………….............................…..
v
ABSTRACT ……………………………………...................................…..
vi
(halaman persembahan) ……………………………….............................
vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………….
viii
DAFTAR ISI……………………………………………………………....
x
DAFTAR SKEMA………………………………………………………..
xiii
DAFTAR TABEL …………………………………………………….......
xiv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………...
xv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………………..
xvi
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang……………………………………………..
1
B.
Rumusan Masalah………………………………………….
8
C.
Tujuan Penelitian…………………………………………..
8
D.
Manfaat Penelitian…………………………………………
9
E.
Ruang Lingkup Penelitian…………………………………
10
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
Konsep Keluarga dan Dukungan Keluarga………………..
12
B.
Illness Perception……………...…………………………..
24
C.
Kanker Payudara …..……………………………………..
36
D.
Konsep Kemoterapi…………………......................……...
51
E.
Keperawatan Paliatif………………....................………….
56
F.
Penelitian Terkait……………………………………………..
61
G.
Kerangka Teori…………………………………………..…..
63
BAB III METODE PENELITIAN A.
Kerangka Konsep…………………………………………..
64
B.
Variabel Penelitian…………………………………………
65
C.
Desain Penelitian…………………………………………..
65
D.
Hipotesis……………………………………………………
66
E.
Definisi Operasional………………………………………..
66
F.
Populasi dan Sampel……………………………………….
67
G.
Tempat dan Waktu penelitian………………………………
68
H.
Etika Penelitian……………………………………………..
68
I.
Alat Pengumpul Data………………………………………
71
J.
Prosedur Pengumpulan Data ……………………………..
74
K.
Uji Validitas………………………………………………..
77
L.
Uji Reabilitas……………………………………………….
78
M.
Teknik Pengolahan dan Rencana Analisis Data……………
78
xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………………....……..
83
B.
Hasil Penelitian ……………………………………....……..
84
C.
Interpretasi dan Diskusi Hasil Penelitian…………....……..
92
D. Keterbatasan Penelitian ........................................................
104
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan …...............................……………........……..
105
B.
Saran ………….........…………………………..........……..
107
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… LAMPIRAN
xii
108
DAFTAR SKEMA Skema 2.1 Pathway Kanker Payudara ..........................................................
49
Skema 2.2 Kerangka Teori ........................................................................
63
Skema 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................
64
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Stadium Kanker Payudara ..........................................................
40
Tabel 2.2 Penelitian Terkait ........................................................................
61
Tabel 3.1 Definisi Operasional ......................................................................
66
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Dukungan Keluarga.......................................
72
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner BIPQ ...................................................................... 74 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia ................................................................
84
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir ......................................
85
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan ........................................................
86
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Lama Penyakit ............................................. .
86
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Stadium Penyakit ..........................................
87
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Siklus Kemoterapi..........................................
88
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga ....................................
88
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi jenis Dukungan Keluarga ...........................
89
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Illness Perception .........................................
89
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Dimensi Illness Perception .........................
90
Tabel 4.11 Tabulasi Silang Dukungan Keluarga dan Illness Perception.........
91
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lembar Informed Consent Lembar Kuesioner Lembar Plagiarisme Sertifikat ethical clearence Lembar Surat Izin Studi Pendahuluan Lembar Surat Izin Penelitian Lembar Surat Selesai Penelitian Lembar Konsultasi Pembimbing I Lembar Konsultasi Pembimbing II Lembar Dokumentasi
xv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Liananda Indri Putri
Tempat dan Tanggal Lahir
: Kayuagung, 21 November 1996
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Perumnas Tanjung Rancing Blok H 6 Kayuagung OKI
Orang Tua Ayah
: Dahlan, S.E.
Ibu
: Mulihar Tristiaty, S.Ag, M.Si.
Saudara
: 1. Kevin Olivia Indri Putri 2. Dava Queena Nayaka
No. HP
: 081271954341
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan Tahun 2000-2001
: TK Perwanida IAIN Raden Fattah Palembang
Tahun 2001-2002
: SDN 54 Palembang
Tahun 2002-2007
: SDN Muara Baru
Tahun 2007-2010
: SMPN 1 Kayuagung
Tahun 2010-2013
: SMAN 2 Kayuagung
Tahun 2013-2016
: Poltekkes Kemenkes Palembang
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis yang memiliki angka mortalitas yang tinggi didunia disebabkan oleh kanker. Selain itu, kanker dapat didefiniskan sebagai penyakit yang tidak menular (Oemiati, 2011).Penyakit kanker ini muncul dikarenakan akibat pertumbuhan yang abnormal dari sel-sel jaringan tubuh menjadi sel-sel kanker dalam perkembangannya.Sel-sel abnormal tersebut menyebar dengan cepat, sehingga menjadi besar (Fajriati, 2013). Sel kanker adalah sel yang tidak mengetahui sinyal kapan sel kanker tersebut harus berhenti untuk melakukan pembelahan sel. Sel ini tidak mampu berinteraksi secara sinkron dengan lingkungan di sekitarnya dan membelah tanpa terkendali serta bersaing dengan sel normal dalam memperoleh bahan makanan dan oksigen dari tubuh. Tumor dapat menggantikan jaringan sehat dan terkadang menyebar ke bagian lain dari tubuh (Mambodiyanto, 2016). Proses menyebarnya kanker dimulai pada saat melisiskan membran basal, masuk ke dalam stroma, proses angiogenesis, peredaran dalam pembuluh darah atau getah bening, ekstravasasi, proses berikatannya reseptor dan ligan serta tumbuh di organ sekunder tertentu. Interaksi antara sel kanker dan sel stroma lingkungan tumor microenvironment seperti sel fibroblast, myofibroblast, sel imun dan sel pembuluh darah dapat menjadi penyebab terjadinya penyebaran kanker. Untuk terjadi perpindahan dan penyebaran dari sel kanker payudara, sel stroma mengekspresikan kemokin CXCR4
1
2
memegang peran penting sebagai pengatur dalam proses memajukan dan menyebarkan kanker, termasuk kanker payudara (Sudarsa, 2013). Kanker menjadi penyebab kematian nomor enam didunia dan menyumbang angka kematian sebesar 8,8 juta kematian di tahun 2015 (WHO, 2017). Pada tahun 2012, jumlah angka kejadian penyakit kanker payudara sebesar 1.671.149 kasus dan berada pada peringkat kedua setelah kanker paru-paru. Prevalensi kanker payudara pada tahun 2012 selama satu tahun sebesar 1.461.445 kasus dan meraih peringkat pertama untuk jumlah prevalensi terbesar didunia pada tahun 2012. Selain itu, angka mortalitas pada kanker payudara didunia sebesar 521.907 kasus pada tahun 2012 (IARC, 2012). Di negara Eropa kanker payudara menjadi penyebab kematian nomor 10 pada tahun 2015 dengan prevalensi angka kematian sebesar 161,5 dan jumlah angka kematian kasar sebesar 18 per 100.000 populasi (WHO, 2015). Penyebab kematian nomor 7 di indonesia disebabkan oleh kanker. Di Indonesia berdasarkan hasil data Riskerdas pada tahun 2013 prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk atau sekitar 330.000 orang. Penderita kanker tertinggi adalah kanker payudara dan kanker leher rahim (Anita, 2016). Di Indonesia kematian akibat dari kanker payudara menurut WHO 2014 dengan persentase 19.739 atau sebesar 1,14% dengan tingkat kejadian per 100.000 penduduk di Indonesia dan menempati rangking dunia ke 61 (World Health Rangkings, 2014). Jumlah penderita rawat jalan dan rawat inap pada kanker payudara terbanyak yaitu, 12014
3
orang (28,7%) dan kanker serviks 5349 orang (12,8%) menurut sistem informasi rumah sakit (SIRS) di Indonesia (Anita, 2016). Data yang diambil dari pusat data dan informasi kemenkes RI menunjukkan di wilayah Palembang, prevalensi penderita kanker payudara di tahun 2013 sebesar 0,2% dan jumlah estimasi sebanyak 772 penderita (Infodatin, 2015). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Palembang tahun 2009 jumlah penderita kanker pada Triwulan I berjumlah 57 (4%) kasus baru, Triwulan II berjumlah 463 (32,6%) kasus baru, pada triwulan IV meningkat menjadi 498 (35,04%) kasus baru, dan 23 orang meninggal karena, kanker payudara (Kuswita, 2013). Data rekam medik di RSUP Dr. Moh. Husein Palembang, jumlah penderita kanker payudara pada tahun 2009 terdapat 813 kasus, dengan 571 kasus lama dan 242 kasus baru. Tahun 2010 jumlah penderita kanker payudara mengalami penurunan yaitu 765 kasus, dengan 538 kasus lama dan 227 kasus baru. Pada tahun 2011 terdapat 602 kasus, dengan 421 kasus lama dan 181 kasus baru (Husni,2015). Pada tahun 2015 jumlah kejadian kanker payudara di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang berjumlah 1526 orang, sedangkan di tahun 2016 berjumlah 1632 orang dan untuk kejadian kanker payudara di ruang kemoterapi pada bulan juli, agustus dan september berjumlah 177 orang, 164 orang dan 153 orang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa angka kejadian kanker payudara di RSUP Dr. Moh. Husein Palembang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. (Rekam medik RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, 2017).
4
Kanker payudara adalah tumor ganas yang terjadi pada payudara atau menyerang salah satu payudara, kanker payudara juga merupakan benjolan atau massa tunggal yang sering terjadi biasanya pada kuadran atas bagian luar, disertai dengan adanya benjolan juga adanya perubahan bentuk yang tidak beraturan dan dapat digerakkan (Mohdari, 2016).Ditambah lagi kematian karena kanker payudara masih tinggi, terutama pada negara-negara sedang berkembang, karena keterlambatan diagnosis, yang berarti juga keterlambatan pengobatan (Setiyawati, 2016). Menurut
Persatuan
Ahli
Bedah
Onkologi
Indonesia
(2005),
Penatalaksanaan / pengobatan utama penyakit kanker meliputi pembedahan, radioterapi, kemoterapi dan hormonterapi (Anita, 2016). Pengobatan kanker pada stadium lanjut lokal yaitu, kemoterapi sering menjadi metode pilihan pengobatan yang efektif. Kemoterapi adalah salah satu bentuk terapi kanker yang menggunakan zat kimia maupun obat-obatan dan bertujuan untuk membunuh sel kanker dengan cara kandungan racun yang terdapat pada obat kemoterapi. Sering kali kemoterapi didampingi dengan radiasi. Selama menjalani proses kemoterapi pasien tidak boleh sekalipun melewatinya karena akan berakibat fatal dan sel kanker akan kebal dengan zat kimia yang dimasukkan kedalam tubuh pada saat proses kemoterapi (Taqwim, 2015). Pasien dengan kanker payudara biasanya banyak mengalami perubahan dalam dirinya dan kehidupan sehari-hari, meliputi : kondisi fisik, psikologis, sejak proses diagnosis hingga akhir hidupnya berfokus pada kesehatan, kehidupan penderita kanker dan pada saat menjalani pengobatan (Saxton & Daley, 2010). Gangguan secara fisik biasanya berasal dari rasa sakit dan
5
ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh kanker, terutama stadium akhir. Dampak psikologis yang muncul akibat kanker payudara adalah kecemasan, depresi, dan stres (Ratnaningtyas, 2013). Penanganan
penyakit
kanker
sebaiknya
bersifat
holistik
atau
menyeluruh. Bentuk penanganan pasien kanker yang bersifat holistik salah satunya adalah perawatan paliatif. Perawatan paliatif sebagai pendekatan untuk mengatasi masalah yang muncul terkait dengan penyakit yang mengancam nyawa melalui pencegahan dan pengurangan penderitaan dengan cara identifikasi dini, pemeriksaan yang baik dan terapi rasa sakit, fisik, psikososial dan spiritual (Indriatmo, 2015). Penyakit kanker dengan stadium lanjut dapat mempengaruhi persepsi penyakit yang diderita pada pasien tersebut. Persepsi penyakit atau yang disebut sebagai illness perception merupakan harapan dan keyakinankeyakinan terhadap penyakit atau gejala somatis dan dapat mempengaruhi cara mereka berpikir dalam menangani penyakitnya (Pratiwi, 2015). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hopman (2015) menyebutkan bahwa keparahan penyakit dapat berpengaruh pada pola pikir terhadap penyakit yang diderita. Hal ini membentuk suatu pemahaman dan penalaran secara internal pada pasien tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan Hopman tahun 2015 menunjukkan bahwa pasien dengan kanker payudara yang diobati dengan kemoterapi cenderung mengalami kesalahan internal, menyalahkan diri sendiri dan lingkungan serta memiliki kepercayaan bahwa penyakit yang diderita akan bertahan lebih lama dan memiliki dampak yang lebih serius. Selain itu, pasien kanker payudara dengan pengobatan kemoterapi lebih
6
cenderung menekankan pada kegiatan bersaing,melepaskan diri secara mental dan menunjukkan pengekangan terhadap pengobatan, sedangkan pasien dengan pengobatan radioterapi menunjukkan penerimaan terhadap penyakit yang diderita (Hopman, 2015). Pada penelitian Shabahang, pasien yang
menunjukkan
kepercayaan
yang
rendah
akan
kesembuhan
menunjukkan koping maladaptif seperti cemas dan berpikiran negatif. Secara teoritis, kanker payudara memiliki kemungkinan untuk mencapai kesembuhan pada stadium 1 sekitar 70% dan pada stadium 2 sekitar 40% (Diananda, 2007). Tetapi, fenomena yang terjadi kebanyakan pasien menganggap bahwa penyakit yang diderita sangatlah berat. Mereka beranggap seperti itu dikarenakan, lingkungan sekitar mereka mengatakan penyakit yang mereka derita itu berat. Para pasien yang menderita kanker payudara, mereka merasa malu untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Selain itu, saat pertama kali didiagnosis penyakit tersebut, pasien menunjukkan rasa tidak percaya diri. Pasien yang menjalani kemoterapi akan mengalami penurunan fisik, seperti kekakuan untuk sementara waktu dan alopesia, sehingga mereka berpandangan bahwa kemoterapi
merupakan
suatu pengobatan yang menyebabkan mereka menderita. Pasien yang menderita kanker payudara beranggapan bahwa penyakit kanker payudara ini tidak dapat sembuh dan jika sembuh memerlukan biaya yang mahal. Beberapa pasien mengatakan bahwa mereka tidak dapat membuat keputusan apakah mereka tetap menjalani kemoterapi atau tidak secara bertahap. Pasien memiliki keyakinan yang kurang akan pengobatan yang mereka jalani dan mereka merasa cemas dan takut akan dampak kanker payudara yang dapat
7
menyebabkan kematian dan mencoba berhenti melakukan pengobatan kemoterapi, dikarenakan sudah pasrah dan beranggapan jika penyakit yang diderita tidak akan sembuh. Ketika pasien merasa penyakit yang diderita sangatlah berat, pasien memerlukan dukungan keluarga agar terwujudnya illness perception yang positif. Dukungan keluarga yang dapat diberikan kepada pasien dapat berupa dukungan instrumen, penghargaan, informasi dan dukungan emosional. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Husni pada tahun 2012 di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang pada pasien kanker payudara, jumlah responden yang memiliki dukungan keluarga kurang baik berjumlah 24 responden yaitu, 75% dari sampel penelitian. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya ekonomi dan pengetahuan yang kurang terhadap pentingnya dukungan keluarga dalam proses penyembuhan pasien kanker payudara. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sastra tahun 2016 di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada pasien kanker payudara, dengan hasil penelitian sebesar 50,7% dukungan keluarga kurang baik. Dengan demikian fenomena-fenomena diatas menunjukkan adanya masalah yang dapat mempengaruhi illness perception pasien Berdasarkan fenomenafenomena diatas maka, peneliti ingin melihat hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara dalam menjalani pengobatan kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
8
B. Rumusan Masalah Kanker payudara merupakan salah satu penyebab tingginya akan kesakitan dan kematian didunia. Pasien kanker payudara biasanya banyak mengalami perubahan dalam dirinya dan kehidupan sehari-hari, meliputi : kondisi fisik, psikologis, sejak proses diagnosis hingga akhir hidupnya berfokus pada kesehatan, kehidupan penderita kanker dan pada
saat
menjalani pengobatan. Gangguan secara fisik biasanya berasal dari rasa sakit dan ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh kanker, terutama stadium akhir . Dampak psikologis yang muncul akibat kankerpayudara adalah kecemasan, depresi, dan stres. Dampak
fisik
dan
psikologis
pasien
kanker
payudara
dapat
mempengaruhi persepsi pasien terhadap penyakit yang diderita. Persepsi penyakit yang cenderung negatif memerlukan dukungan keluarga agar terwujudnya illness perception yang positif. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara dalam menjalani pengobatan kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang ?”. C. Tujuan Penelitian 1.Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara dalam menjalani pengobatan kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
9
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden pada pasien kanker payudara yang menjalani pengobatan kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi dukungan keluarga pada pasien kanker payudara dalam menjalani pengobatan kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi illness perception pada pasien kanker payudara dalam menjalani pengobatan kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. d. Untuk menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara dalam menjalani pengobatan kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah manfaat secara teoritis dan praktis terdiri dari: 1.
Manfaat Teoritis a. Hasil
penelitian ini dapat
digunakan sebagai acuan dan
pengembangan ilmu khususnya dibidang keperawatan keluarga dan paliatif. b.
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukkan kepustakaan dan informasi awal untuk melakukan penelitian selanjutnya.
10
2.
Manfaat Praktis a. Bagi Pelayanan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada pelayanan keperawatan keluarga dan keperawatan paliatif. Selain itu, dapat meningkatkan pengetahuan perawat dalam hal dukungan yang diberikan keluarga dan peran paliatif pada penderita kanker payudara dalam mempersepsikan penyakitnya secara positif dan mengatasi masalah yang muncul terkait dengan penyakit kanker payudara yang mengancam nyawa melalui pencegahan dan pengurangan penderitaan. b.
Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbang saran terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan keluarga dalam mengembangkan metode untuk meningkatkan dukungan keluarga pada penderita kanker payudara untuk mengatasi masalah terkait dengan penyakit kanker payudara yang mengancam nyawa melalui pencegahan dan pengurangan penderitaan dan penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya.
E. Ruang Lingkup Penelitian Peneliti melaksanakan penelitian tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi tahun 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien kanker payudara yang menjalani
11
kemoterapi di RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang berjumlah 78 responden dan sampel pada penelitian ini berjumlah 67 responden. Teknik pengambilan sampel adalah teknik total sampling. Waktu penelitian adalah 08 Januari 2018 s/d 18 Januari 2018. Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan menggunakan design cross sectional dengan pendekatan kuantitatif yang mencari hubungan antar dua variabel , yakni untuk melihat apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara serta pengukuran variabel independen dan dependen dilaksanakan dalam waktu yang sama. Lokasi penelitian dilakukan di ruang rambang RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Uji statistik yang digunakan adalah uji fisher exact.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga dan Dukungan Keluarga 1. Konsep Keluarga a. Definisi Keluarga Salah satu bentuk unit terkecil dari yang terdiri dari
kepala
keluarga dan beberapa individu yang berada dalam satu rumah dengan keadaan saling memerlukan satu sama lain disebut dengan keluarga. Selain itu, keluarga dapat didefinisikan sebagai dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi dan hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi sosial satu sama lain dan memiliki
peran
masing-masing,
serta
menciptakan
dan
mempertahankan suatu budaya. Konsep mengenai keluarga dapat diartikan sebagai dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta dapat mengidentifikasi sebagai bagian dari keluarga dan memiliki suatu ikatan yang legal, memiliki kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dan materiil dengan cara bertaqwa kepada Tuhan serta memiliki hubungan sosial yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (Sudiharto, 2012). Keluarga adalah sekumpulan dua individu atau lebih yang terikat oleh hubungan darah, perkawinan,maupun adopsi yang tinggal dalam
12
13
satu rumah, jika tempat tinggal terpisah tetap saling memperhatikan (Muhlisin, 2012). b. Tipe-Tipe Keluarga Menurut Leifer (2008) tipe-tipe keluarga diklasifikasikan menjadi 8 ( delapan macam) antara lain : 1)
Keluarga inti (Nuclear Family) Keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak kandung yang hidup bersama.
2)
Keluarga campuran (Blended or Reconstituted Family) Keluarga yang terdiri dari kombinasi dua keluarga dengan anakanak dari salah satu keluarga maupun dari kedua keluarga tersebut.
3)
Keluarga hidup bersama (Cohabitating Family) Keluarga yang terdiri dari pasangan yang hidup bersama tanpa adanya jalinan pernikahan dan memiliki anak kandung dari kedua pasangan tersebut, atau anak dari salah satu pasangan, atau anak hasil adopsi.
4) Keluarga Komunal (Communal Family) Keluarga yang terdiri dari beberapa keluarga yang hidup bersama yang berbagi tanggung jawab kerja maupun pengasuhan anak.
14
5) Keluarga Tambahan (Extended Family) Keluarga yang terdapat lebih dari satu generasi, yang meluas hingga termasuk saudara-saudara di luar keluarga inti (seperti kakek, nenek, bibi, paman, dan keluarganya). 6) Keluarga Gay atau Lesbian (Same-sex Family) Keluarga yang terdiri dari pasangan sesama jenis, gay maupun lesbian dengan atau tanpa anak ; anak hasil adopsi, dari hubungan sebelumnya. 7) Keluarga Orang Tua Tunggal (Single Parent Family) Keluarga yang terdiri dari individu yang tidak dalam status hubungan pernikahan,perceraian, duda atau janda yang memiliki setidaknya satu anak. 8) Keluarga Orang Tua Tiri ( Step Parent Family) Keluarga yang terdiri dari seseorang yang pernah menikah dan memiliki minimal satu anak. c. Ciri-Ciri Keluarga Ciri-ciri keluarga adalah sebagai berikut : 1)
Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2)
Keluarga berbentuk suatu organisasi yang berhubungan dengan perkawinan secara sengaja, dibentuk atau dipelihara.
3)
Keluarga mempunyai penghitungan garis keturunan dengan cara menggunakan sistem tata nama (nomenclatur).
15
4)
Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggotaanggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
5)
Keluarga mempunyai tempat tinggal bersama,rumah atau rumah tangga (Ali, 2010).
d. Fungsi Keluarga Fungsi keluarga meliputi : 1) Fungsi afektif adalah sebagai kekuatan dasar keluarga dan terkandung nilai kasih sayang, menghargai antar anggota keluarganya, dan mendukung jika ada anggota keluarga yang memiliki masalah. 2) Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga. Sejak lahir individu telah belajar cara bersosialisasi dan keluarga merupakan salah satu tempat individu untuk belajar bersosialisasi. 3) Fungsi Reproduksi adalah fungsi keturunan dalam penambahan dan kelangsungan generasi. 4) Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga dalam pemenuhankebutuhan seluruh anggota keluarganya meliputi, kebutuhan primer. 5) Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga dalam mencegah timbulnya permasalahan kesehatan serta merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan (Suprajitni, 2004).
16
2. Konsep Dukungan Keluarga a. Definisi Dukungan Keluarga Istilah dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan yang diterima seseorang dari orang lain, yaitu dari lingkungan sosial seperti, orang-orang yang dekat termasuk anggota keluarga dan orang tua. (Marliyah, 2004). Faktor kunci dalam kesembuhan klien adalah bentuk dukungan sosial dari keluarga, walaupun keluarga tidak selalu
merupakan
sumber positif dalam kesehatan klien, mereka paling sering menjadi bagian yang penting dalam penyembuhan (Videback, 2008). Hasil penelitian menyebutkan bahwa manajemen penyakit kronik memiliki hubungan dengan dukungan keluarga, kepatuhan dalam medikasi, dan adaptasi terhadap gaya hidup (Fitzpatrick, 2005). Umumnya, penderita yang berisiko tinggi membutuhkan dampingan dan pemberi asuhan keluarga terhadap jumlah dan frekuensi pengobatan, termasuk dalam pencarian informasi, pengaturan jadwal, keamanan,dan risiko polifarmasi. Pemberi asuhan keluarga harus mengetahui cara memberikan obat, jadwal pemberian obat, memantau pemberian resep dan pengaruh efek negatif dari obat (Kao dan Travis, 2005). Menurut Mahmunah (2010) dukungan keluarga merupakan turunan dari dukungan sosial. Dukungan orang tua (keluarga) merupakan bentuk dari dukungan sosial yaitu dukungan yang terdiri dari informasi atau nasihat verbal atau non verbal, bantuan yang nyata,
17
atau tindakan yang diberikan dalam bentuk keakraban sosial dan didapat karena kehadiran orang yang mendukung serta hal ini mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku penerima,selain itu penerima akan merasa dipedulikan, dihargai dan dicintai (Marliyah, 2004). b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dukungan keluarga yaitu : 1) Faktor internal a)
Tahap perkembangan Dukungan ditentukan oleh faktor usia yang dalam hal ini merupakan pertumbuhan dan perkembangan, artinya setiap rentang usia mempunyai pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.
b)
Pendidikan atau tingkat pengetahuan Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu,kemampuan kognitif akan membentuk cara berpikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit
dan menggunakan pengetahuan tentang
kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya. c)
Faktor emosi Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan dan cara melaksanakannya,Bagaimana cara
18
seseorang merespon keadaan sakitnya, tergantung bagaimana orang tersebut merespon stressor dalam tiap fase kehidupannya. Pada orang yang cenderung stress, maka ia akan merespon sakit dengan cara mengkhawatirkannya, sedangkan pada orang yang cenderung tenang,mungkin juga memiliki respon yang kecil selama ia sakit. d)
Faktor Spritual Faktor
spiritual
adalah
nilai
dan
keyakinan
yang
dilaksanakan oleh seseorang individu, meliputi hubungan sosial terhadap keluarga maupun teman, dan memiliki kemampuan dalam mencari harapan dan arti hidup. 2) Faktor Eksternal a)
Praktik di Keluarga Anggota keluarga dapat memberikan dukungan dan hal itu berpengaruh pada penderita dalam melaksanakan kesehatannya.
b)
Faktor sosio ekonomi Faktor ini dapat meningkatkan risiko adanya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan merespon penyakitnya. Variabel psikosial ini terdiri dari stabilitas perkawinan,
gaya hidup dan lingkungan kerja.Seseorang
biasanya akan mencari dukungan dari kelompok terdekatnya, hal ini akan berpengaruh pada keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya. Selain itu dalam bidang ekonomi, semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya mereka akan lebih
19
cepat berespon terhadap gejala yang dirasakan penderita dan mereka akan segera mencari pertolongan dalam menyelesaikan permasalahan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya. c)
Latar Belakang Budaya Latar belakang budaya berpengaruh pada kepercayaan dan kebiasaan individu dalam pemberian dukungan termasuk dalam pelaksanaan kesehatan (Rahayu, 2008).
c.
Macam-macam bentuk dukungan keluarga Dukungan keluarga diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu : 1)
Dukungan Fisiologis Dukungan fisiologis merupakan dukungan yang dilakukan dalam bentuk pertolongan aktivitas sehari-hari yang mendasar, seperti dalam hal mandi, menyiapkan makanan, memperhatikan gizi, toileting, menyediakan tempat tertentu atau ruangan khusus, merawat seseorang bila sakit, membantu kegiatan fisik sesuai kemampuan, seperti senam, menciptakan lingkungan yang aman, dan lain-lain.
2)
Dukungan Psikologis Dukungan psikologis yaitu ditunjukkan dengan memberikan perhatian dan kasih sayang pada anggota keluarga , memberikan rasa aman, membantu menyadari, dan memahami tentang identitas. Selain itu, meminta pendapat atau melakukan diskusi, meluangkan waktu bercakap-cakap untuk menjaga komunikasi yang baik dengan intonasi atau nada bicara jelas, dan sebagainya.
20
Selain itu, keluarga memiliki fungsi proteksi yang melingkupi selain memenuhi kebutuhan makanan dan tempat tinggal, juga memberikan dukungan dan menjadi tempat yang aman dari dunia luar . 3)
Dukungan Sosial Bentuk
dari
dukungan
sosial
yaitu,
dengan
cara
menyarankan individu untuk mengikuti kegiatan spiritual seperti pengajian, perkumpulan arisan, memberikan kesempatan untuk memilih fasilitas kesehatan sesuai dengan keinginan sendiri, tetap berinteraksi dengan orang lain, dan memperhatikan norma dan adat istiadat yang berlaku . d. Sumber Dukungan Sosial Keluarga Sumber dukungan keluarga memiliki tiga komponen , yaitu sebagai berikut : 1) Sistem pendukung informal meliputi keluarga dan teman-teman. 2) Sistem pendukung formal terdiri dari program pengobatan, kesejahteraan sosial dan sistem keamanan sosial . 3) Sistem pendukung semiformal meliputi bantuan-bantuan dan interaksi sosial yang disediakan oleh organisasi lingkungan sekitar (Indriyani, 2013). e.
Kualitas Dukungan Keluarga Dolan dkk. (2006) memaparkan bahwa dukungan keluarga dikatakan berkualitas apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
21
1) Kedekatan Seseorang lebih menyukai untuk meminta dukungan kepada seseorang yang memang sudah menjadi tempat dalam berbagi dan memiliki kedekatan satu sama lain.Wong dkk (2009) juga menyatakan bahwa jika ikatan keluarga yang kuat, kontrol sosial lebih efektif dan sebagian besar anggota keluarga dapat menjalankan perannya masing -masing dengan tulus dan penuh komitmen. 2) Hubungan timbal balik Meliputi kegiatan tolong menolong antar sesama, dan memastikan bahwa orang tersebut tidak berhutang budi terhadap individu lain. Sering kali dalam keluarga sudah terdapat adanya rasa saling mengerti satu sama lain sehingga dalam keluarga juga sudah terbentuk dukungan yang dibutuhkan dan tersedia jika memang dukungan tersebut dibutuhkan. 3) Daya tahan Berhubungan dengan berapa lama dan sejauh mana individu dalam satu keluarga mengenal satu sama lain. Idealnya anggota keluarga yang handal adalah orang yang telah mengenal dalam kurun waktu yang lama, mudah memberikan bantuan dan tidak membosankan. f. Fungsi Dukungan Keluarga Hampir setiap orang tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri, tetapi mereka memerlukan bantuan orang lain. Berdasarkan
22
hasil penelitian bahwa dukungan sosial merupakan mediator yang penting dalam menyelesaikan masalah seseorang (Nursalam & Ninuk Dian Kurniawati, 2007). Dukungan keluarga juga merupakan dukungan sosial sangat diperlukan bagi setiap individu dalam setiap siklus kehidupannya. Dukungan sosial sangat dibutuhkan pada saat seeorang menghadapi masalah atau sakit dan pada saat inilah tugas anggota keluarga dibutuhkan (Effendi & Makhfudli, 2009). g. Komponen Dukungan Keluarga Komponen-komponen dukungan keluarga menurut (Setiadi, 2008) terdiri dari : 1) Dukungan Emosional Merupakan bentuk dukungan atau bantuan yang dapat memberikan rasa aman,cinta, kasih, pembangkit semangat, mengurangi putus asa, rendah diri, keterbatasan akibat dari ketidakmampuan fisik (penurunan masalah kesehatan). Keluarga menjadi tempat yang aman untuk pemulihan dan pengotrolan terhadap emosi. Aspek-aspek dukungan emosional terdiri dari dukungan
dalam
bentuk
afeksi,
kepercayaan,
perhatian,
mendengarkan dan didengarkan. Dukungan emosional dapat berupa ungkapan perhatian dan rasa empati atau kepedulian pada pasien
kanker
dalam
menjalani
kemoterapi.
Dukungan
emosional dapat memberikan rasa nyaman ketika seseorang berada dalam situasi stress atau menjalani pengobatan. Keberadaan dukungan keluarga menjadi peranan penting pada
23
pasien kanker sehingga, merasa bebannya berkurang karena, dapat mencurahkan apa yang dirasakan. 2)
Dukungan Informasional Keluarga berfungsi sebagai pengumpul dan penyebaran informasi.
Aspek-aspek
dalam
dukungan
ini
adalah
nasehat,saran,pengetahuan,dan pemberian informasi. Dukungan informasional merupakan suatu dukungan yang diberikan oleh keluarga
berupa
nasehat,saran,pengetahuan,dan
pemberian
informasi mengenai penyakit dan pengobatan yang sesuai dan sangat dibutuhkan oleh pasien. Dukungan informasi bertujuan agar pasien tidak merasa cemas, karena dampak dari pengobatan kemoterapi. 3) Dukungan Instrumental Keluarga adalah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya kebutuhan makan, minum, istirahat dan pengobatan. Dukungan Instrumental adalah suatu bentuk dukungan penuh yang diberikan keluarga kepada anggota keluarga dalam bentuk bantuan, tenaga, dana, maupun bersedia meluangkan waktunya untuk mendengarkan perasaan anggota keluarganya. Pada dasarnya biaya pengobatan untuk kemoterapi tergolong mahal. Pemerintah telah membantu pasien dengan keadaan finansial terbatas untuk melakukan pengobatan kemoterapi, namun penderita sering tidak menuntaskan pengobatan, karena jarak rumahnya yang jauh dari rumah sakit atau biaya pengobatan yang
24
tinggi saat di rumah sakit. Dukungan ini dapat mencakup bantuan uang, bantuan dalam pekerjaan sehari-hari untuk meringankan biaya
pengobatan
yang
tinggi,
karena
hal
ini
dapat
mempengaruhi kepatuhan pasien dalam pengobatan. 4)
Dukungan Penghargaan Keluarga bertindak sebagai pembimbing dan menengahi dalam pemecahan masalah dan diwujudkan pada ungkapan rasa hormat atau sebagai sumber dan validator identitas keluarga. Diantaranya memberikan penghargaan dan perhatian saat pasien menjalani rehabilitasi. Dukungan dapat berupa penghargaan yang ditujukkan terhadap individu, seperti memberikan support kepada penderita kanker dalam menjalani pengobatan kemoterapi agar dapat menuntaskan pengobatannya. Sehingga, meningkatkan harapan dan keinginan pasien untuk sembuh.
B. Illness Perception Illness Perception adalah individu yang menderita penyakit akan membentuk suatu konsep yang akan mempengaruhi cara mereka bereaksi terhadap
penyakit
representations.
(Taylor,
Dimana
2009).
pada
Istilah
beberapa
ini
dinamakan
literatur,
konsep
illness illness
representations sering kali disebut sebagai illness perception, cognitive representatitons, atau illness cognition. Pada penelitian ini menggunakan konsep illness perception. Illness Perception merupakan konsep yang terdiri dari berbagai konstruktif multidimensional dan pengalaman meliputi afektif, kognitif, dan
25
psikomotor. Dimana saat individu terdiagnosa suatu penyakit, maka dirinya berusaha menyerap informasi lalu melakukan proses pemaknaan untuk membuat keputusan yang nantinya akan mempengaruhi tingkah laku berkaitan dengan kondisi kesehatan yang dialami individu (Sutton,et.al, 2004). Illness perception merupakan inti dari Leventhal`s Self-Regulation Model. Pada awalnya illness perception terdiri dari empat dimensi yaitu identitiy, consequences,time line dan cause. Kemudian Lau and collagues (1989) menambahkan dimensi cure or controllability. Adapun cara mengukur illness perception melalui pendekatan kualitatif yaitu indepth dan semi-structure interview. Seiring dengan berjalannya waktu , banyak peneliti melakukan penelitian tentang illness perception dengan mengembangkan pengukuran secara kuantitatif. Dimana Weinnman et. Al (1996) mengembangkan alat ukur The Illness Perception Quistionaire (IPQ) untuk mengukur lima dimensi dari illness perception , yaitu identity, consequences, timeline, cause, dan cure or controllability. Kemudian Moss-Morris et. al 2002 mengembangkan alat ukur The Revised illness perception Quistionare (IPQ-R) untuk mengukur sembilan dimensi dari illness perception , yaitu consequences, timeline (acute/chronic), personal control, treatment control, identitiy, illness coherence, timeline cyclical, emotional representation dan cause.Terakhir Broadband et. al (2006), mengembangkan alat ukur The Brief illness perception Quistionare (BIPQ-R) untuk mengukur sembilan dimensi illness perception, yaitu concequences, timeline, personal control,treatment
26
control,identity,concern, illness comperehensibililty, emotions dan causal representation. Illness perception dapat mempengaruhi tingkah laku pencegahan kesehatan seseorang (preventive health behaviour), reaksi ketika mengalami gejala atau didiagnosa menderita penyakit, kepatuhan terhadap rekomendasi pengobatan dan harapan terhadap kesehatan di masa depan (Taylor, 2009). Illness perception bersifat individual , dimana setiap individu yang menderita penyakit yang sama sekalipun akan mengembangkan illness perception yang berbeda dan bervariasi, walaupun secara pribadi tidak terdeteksi (Suttan, 2004). Persepsi dari individu bersifat dinamis, dimana kemungkinan besar, individu dipengaruhi oleh pengobatan yang mereka terima dan pandangan-pandangan ini akan kembali mempengaruhi persepsi mereka terhadap pengobatan (Taylor, 2009). Illness perception didefinisikan sebagai keyakinan-keyakinan dan harapan-harapan pasien tentang penyakit atau gejala somatis (Suttan et.al, 2004). Definisi lain menyatakan bahwa illness perception merupakan harapan dan keyakinan-keyakinan terhadap penyakit atau gejala somatis dan dapat mempengaruhi cara mereka berpikir dalam menangani penyakitnya (Pratiwi, 2015). Selain itu, Illness perception juga dapat diartikan sebagai gambarangambaran penyakit yang diperoleh melalui media, pengalaman pribadi keluarga dan teman yang pernah dialaminya dengan kelainan-kelainan tertentu (Taylor, 2009). Illness perception dapat memberikan pengaruh pada respon emosional pasien terhadap penyakit dan prilaku mereka. Persepsi terhadap penyakit
27
mempengaruhi bagaimana seseorang memecahkan masalah kesehatannya sekaligus menjadi penuntun seseorang dalam memilih strategi pengendalian penyakit (manajemen diri). Apabila persepsi pasien terhadap penyakit yang dideritanya negatif maka kualitas hidup pasien akan rendah, dan jika persepsi pasien terhadap penyakit yang dideritanya positif maka kualitas hidup pasien akan tinggi atau lebih baik . Brief Illness Perception Questionnaire atau BIPQ adalah sejenis instrumen yang digunakan untuk mengetahui persepsi pasien akan penyakit yang dideritanya karena pasien akan diminta untuk menjawab pertanyaan tentang ancaman (rasa sakit) kesehatan yang dirasakannya. Instrumen B-IPQ adalah instrumen yang banyak digunakan untuk menggambarkan persepsi rasa sakit yang dialami pasien pada lima penyakit , antara lain asma, diabetes melitus (DM) tipe 2, miokardial, ginjal, dan diagnosis awal pada penyakit kronik serta sudah melewati uji validitas instrumen (Robiyanto et.al, 2016). 1. Dimensi Illness Perception Illness perception terdiri dari 9 dimensi (Moss- Morries et.al, 2002), yaitu : a.
Consequences Dimensi
consequences
termasuk
dalam
dimensi
yang
menggambarkan representasi kognitif terhadap penyakit yang diderita (Broadbent et.al, 2006). Dimensi ini merupakan dimensi illness perception yang dibuat oleh Leventhal dalam Self-Regulation Model (Weinman et.al, 1996).
28
Dimensi consequences penggambaran terhadap kepercayaan individu tentang beratnya penyakit yang dijalani dan kemungkinan besar berdampak pada keberfungsian fisik,sosial dan psikologis (Weinman,et.al, 1996). Dimensi concequences dapat juga diartikan sebagai hasil dari gejala -gejala dan pengobatan,sebaik tingkatan dimana seseorang meyakini bahwa penyakit yang dialami memiliki pengaruh terhadap kehidupannya (Taylor, 2009). Penelitian pada penderita infark miokard akut
menunjukkan
bahwa keyakinan pasien tentang kondisi penyakit berhubungan dengan keberhasilan pengobatan penyakit yaitu adanya keberfungsian mental dan fisik pada 3 bulan follow up setelah keluar dari rumah sakit (Broadband et.al, 2006). b.
Timeline Dimensi timeline adalah persepsi-persepsi mengenai lamanya permasalahan
kesehatan
yang
dihadapi
pasien
dan
dapat
diklasifikasikan menjadi akut atau jangka pendek, kronik atau jangka panjang, dan siklus atau episodik. Selain itu, definisi lain dari dimensi timeline adalah lamanya waktu dari penyakit yang diharapkan untuk sembuh (Taylor, 2009). Dimensi timeline termasuk dimensi yang menggambarkan representasi kognitif terhadap penyakit yang diderita (Taylor, 2009). Dimensi ini merupakan dimensi illness perception yang dibuat oleh
29
Leventhal dalam Self- Regulation Model (Weinman et. al, 1996). Dimensi timeline terbagi atas : 1)
Timeline Acute Penyakit yang diyakini akan bertahan dalam waktu singkat dan disebut sebagai penyakit akut.Penyakit akut kebanyakan disebabkan oleh virus dan bakteri serta berlangsung dalam jangka pendek dan tidak ada akibat yang terlalu berbahaya pada jangka panjang (Taylor, 2009).
2)
Timeline Chronic Penyakit ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan dapat disebabkan multifaktor (faktor predisposisi dan faktor presipitasi) serta dapat menyebabkan komplikasi yang berat, misalnya pada kasus infark miokard akut (Taylor, 2009).
3)
Timeline Cyclic Penyakit ini memiliki periode waktu yang berulang-ulang, dimana terkadang tidak menimbulkan gejala, menimbulkan gejala atau banyak sekali gejala yang muncul. Contoh penyakit siklus adalah herpes (Taylor, 2009).
c.
Personal Control Merupakan keyakinan terhadap diri sendiri bagaimana mampu untuk mengontrol gejala dari penyakit yang diderita atau perasaan dimana seseorang dapat membuat keputusan dan mengambil tindakan yang efektif untuk menghasilkan kegiatan yang bermanfaat (Sarafino, 1990).
30
Dimensi personal control merupakan pengembangan dimensi control yang dibuat oleh Moss- Morries et.al (2002). Dimensi ini merupakan gambaran dari representasi kognitif terhadap penyakit yang diderita. Personal control menggambarkan keyakinan tentang internal locus control. Dimana individu dapat mengontrol dengan berhasil atau gagal. Individu yang berhasil dalam mengontrol penyakitnya akan memperlihatkan adaptasi diri yang lebih baik yaitu, lebih patuh pada pengobatan (Suttan, 2004). d.
Treatment Control Merupakan bentuk kepercayaan dalam pengobatan atau nasihat yang diberikan oleh keluarga seperti harapan-harapan terhadap hasil pengobatan (Moss- Morries et.al, 2002). Dimensi ini merupakan pengembangan dari dimensi control/cue dan fungsinya dapat menggambarkan keyakinan-keyakinan tentang external locus of control.
Individu
yang
memiliki
external
locus
of
control
mempercayai bahwa kehidupannya dikontrol oleh kekuatan luar dari dirinya misalnya,takdir. Individu usia dewasa hingga lansia memiliki locus of control yang lebih eksternal. Hal ini dikarenakan mereka mempercayai bahwa kesempatan mempengaruhi kualitas hidup mereka. Dimana ketika mereka menderita penyakit yang serius, mereka lebih menyukai tenaga profesional dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kesehatannya (Sarafino, 1990).
31
e. Identity Merupakan nama atau label yang diberikan pada penyakit atau diagnosis dan gejala yang muncul. Komponen penting dari dimensi identitas adalah seringkali pasien menginterpretasikan penyakit yang berbeda dengan interpretasi medis. Hal ini berhubungan dengan bagaimana staf medis melakukan pengobatan, misalnya pada kanker payudara (Weinner, 1996). f. Concern Dimensi concern diartikan sebagai keyakinan bahwa dirinya sangat
cemas
terhadap
penyakit
yang
diderita.
Dimensi
ini
menggambarkan representasi emosi terhadap penyakit yang diderita (Broad Band, et. al, 2006). Penelitian yang dilakukan pada pasien infark miokard bahwa mereka memiliki concern yang lebih tinggi dari pada pasien penyakit lainnya.
Namun,
mereka
memiliki kemungkinan kecil
untuk
beraktivitas seperti dahulu, pada saat sebelum sakit (Broad Band et.al , 2006). g.
Illness Comprehensibility Dimensi ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengontrol aspek kognitif dan menggambarkan arah dimana pasien mengevaluasi kelogisan mereka. Selain itu, dapat didefinisikan juga sebagai gambaran pemikiran bagaimana penyakit dapat dipahami sebagai gambaran pemikiran terhadap sebuah konsep keseluruhan bagi diri pasien dan
32
memainkan peran penting dalam penyesuaian diri untuk jangka panjang agar, dapat berespon terhadap penyakit (Moss- Morries et.al, 2002). h. Emotional Dimensi ini merupakan keyakinan-keyakinan terhadap reaksi-reaksi emosi seseorang terhadap penyakit yang diderita. Dimensi emotional terdiri dari reaksi-reaksi emosi negatif seperti, takut, marah dan distress (Broad Band et.al, 2006). Selain itu dimensi ini dapat memprediksi respon-respon yang berhubungan dengan kesehatan seperti mencari perawatan untuk kesehatan. Dimensi ini menggambarkan representasi emosi terhadap penyakit yang diderita (Moss- Morries et.al, 2002). i.
Causal representation Dimensi ini menggambarkan representasi emosi terhadap penyakit yang diderita. Dimensi causal representation merupakan faktor-faktor yang diyakini menyebabkan berkembangnya penyakit oleh seseorang, seperti faktor lingkungan dan faktor tingkah laku atau pandangan para pasien mengenai apa saja penyebab dari penyakit mereka, seperti faktor gen atau diet yang buruk. Skala pada dimensi causal representation telah memperpanjang rentang tersedianya item-item dan penyebab dan hasilnya dimensi causal representation pada banyak penelitian dibagi atas (Moss- Morries et.al, 2002) :
33
1) Atribusi psikologis Merupakan
proses
mempersepsi
sifat-sifat
disposisional
(menetap) yang terjadi jika individu dihadapkan pada sejumlah sumber informasi seperti penyakit kanker payudara. Keyakinan mengenai atribusi psikologis meliputi, internal atribusi dan eksternal atribusi. Internal atribusi merujuk pada stress,cemas, mental attitude,emotional state dan kepribadian. Sementara, eksternal atribusi meliputi keadaan dari situasi lingkungan pada saat menderita penyakit,
misalnya
permasalahan
keluarga,mengkhawatirkan
penyakit yang diderita dan bekerja terlalu keras. 2) Faktor-faktor risiko Mengandung keyakinan bahwa penyebab penyakit kanker payudara
disebabkan
faktor
risiko
seperti,
usia,
kebiasaan
merokok,defisiensi zat gizi (Vit. A, C dan E), status sosial dan ekonomi rendah dan konsumsi zat-zat yang mengandung zat kimia berbahaya. 3) Faktor-faktor Imunitas Mengandung keyakinan bahwa penyebab penyakit yang diderita karena, kuman, virus polusi udara dan imunitas berubah. 4) Faktor-faktor kesempatan Mengandung keyakinan mengenai kecelakaan atau nasib buruk yang
menjadi
penyebab
kesempatan atau nasib buruk.
dari
penyakit
diderita,
contohnya
34
2.
Faktor yang mempengaruhi illness perception Pada saat individu mengalami gejala penyakit dan didiagnosa medis terhadap penyakit tersebut, mereka akan mengembangkan suatu keyakinan terhadap kondisi mereka dan mengarahkan pada perilaku untuk mengatasi penyakit yang mereka alami. Namun, tidak semua individu menanggapi dengan cara penyakit yang sama. Menurut Moos dan Schahaefer (1984), faktor-faktor yang mempengaruhi illness perception adalah : a. Faktor demografi dan faktor pribadi, seperti usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. 1)
Usia Usia dalam hal ini terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayilansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda – beda (Susanti, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Irfani tahun 2008 menunjukkan bahwa berdasarkan usia diketahui bahwa partisipan yang berada pada rentang usia dewasa akhir memiliki kecemasan yang lebih tinggi atau illness perception yang negatif dibanding rentang usia dewasa awal dan diikuti partisipan yang berada pada rentang usia dewasa madya. Hal ini mungkin disebabkan karena faktor usia yang sudah tua dan perasaan takut meninggalkan semua yang telah dimiliki
35
di dunia, seperti keluarga, teman-teman, harta benda, jabatan, dan lain sebagainya. 2)
Pendidikan Pendidikan bagi setiap orang memiliki arti masing-
masing. Pendidikan pada umumnya berguna dalam merubah pola pikir, tingkah laku dan pola pengambilan keputusan (Noto atmodjo, 2000). Tingkat pendidikan yang tinggi memiliki kemudahan dalam melakukan identifikasi stressor dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Tingkat pendidikan juga
mempengaruhi
illness
perception
terhadap penyakitnya. (Jatman, 2000) 3) Pekerjaan Faktor
pekerjaan
dapat
mempengaruhi
tingkat
pengetahuan seseorang. Selain itu, faktor keadaan dan kondisi lingkungan seperti pekerjaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Persepsi setiap orang berbeda-beda dikarenakan adanya perbedaan dari pengalaman serta lingkungan sekitar orang tersebut tinggal (Pratiwi,2011). b. Faktor fisik terdiri dari penerimaan lingkungan misalnya suasana rumah sakit yang membosankan. c. Faktor sosial misalnya dukungan sosial. Individu yang diberikan dukungan sosial yang positif oleh orang-orang sekitarnya akan
36
jauh lebih sehat dan terhindar dari penyakit berat, seperti jantung koroner,kanker dan lain-lain. d. Illness related factor seperti rasa sakit yang dihasilkan, cacat atau stigma terhadap penyakit yang diderita. C. Kanker Payudara 1. Pengertian Kanker Payudara Kanker payudara dapat didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma ganas yang berasal dari parenkim. Jadi, kanker payudara adalah pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol karena perubahan abnormal dari gen yang bertanggung jawab atas pengaturan pertumbuhan sel. Secara normal, sel payudara akan mati dan digantikan oleh sel baru, tujuan dari regenerasi sel adalah untuk mempertahankan fungsi payudara. Kanker payudara merupakan sekelompok sel yang abnormal pada payudara yang terus tumbuh dan akhirnya membentuk suatu benjolan di payudara. Jika benjolan tersebut tidak dibuang atau tidak terkontrol, sel-sel akan menyebar pada bagian tubuh lain.Penyebaran dapat terjadi pada kelelenjar getah bening, tulang, paru-paru, hati, kulit atau dibawah kulit. Biasanya kanker payudara ini dimulai pada sel-sel di lobulus, yakni kelenjar yang memproduksi susu, atau pada duktus saluran kelenjar susu, yakni saluran yang menghubungkan lobulus ke puting susu. Kanker payudara biasanya dimulai dari pada jaringan stromal, dan jarang terjadi pada jaringan lemak dan ikat, Namun kanker payudara tidak menyerang kulit payudara yang berfungsi sebagai pembungkus.
37
Tumor bisa jinak atau tidak memiliki bahaya bagi kesehatan dan ganas atau memiliki potensi berbahaya bagi kesehatan. Tumor jinak memiliki kemiripan dengan sel normal, tumbuh perlahan dan tidak menyebar ke jaringan atau bagian tubuh lain. Tumor ganas (malignan) disebut dengan kanker. Sel-sel ganas tersebut dapat menyebar kebagian tubuh lain. Secara garis besar, gambaran umum atau ciri-ciri klinis kanker payudara adalah sebagai berikut : a. Dapat diraba,irregular, terfiksasi, biasanya tidak nyeri. b. Retraksi puting dan cekungan kulit (skin dimpling). c. Eksem puting susu pada penyakit paget. d. Peau d` orange (edema kulit akibat obstruksi limfatik). e. KGB aksilla yang teraba (Putra, 2015). 2.
Anatomi dan Fisiologi Kanker Payudara a.
Anatomi Payudara Anatomi payudara terdiri dari beberapa jaringan organ dalam, yaitu alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Payudara terbagi menjadi empat kuadran. Empat itu meliputi kuadran atas luar (supero lateral), kuadran atas dalam (supero medial), kuadran bawah luar (infero lateral),dan kuadran bawah dalam (infro medial). Masa jaringan kelenjar mammae yang lebih banyak terdapat di kuadran luar atas atau langsung di belakang areola dan sering menjadi tempat neoplasia. Jaringan kelenjar lebih sedikit jumlahnya pada kuadran media atas di
38
lateral bawah, dan paling minimal terletak di kuadran medial bawah. (Putra, 2015). b. Fisiologi Payudara Payudara mengalami tiga proses perubahan dan
dipengaruhi
oleh hormon. Proses perubahan payudara dimulai pada fase pertama yaitu, dimulai dari masa anak-anak, masa pubertas, masa fertilitas sampai ke masa klimakterium dan menopause. Pada saat remaja memasuki masa pubertas, estrogen dan progesteron berpengaruh pada organ reproduksi dan hormon hipofisis menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah saat mengalami siklus menstruasi. Pada saat mengalami di hari akhir , payudara mengalami perubahan dengan menjadi lebih besar . Terkadang, timbul benjolan nyeri dan tidak rata. Saat menjelang menstruasi, payudara berubah menjadi tegang dan nyeri, sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu, pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang. Perubahan ketiga terjadi pada saat kehamilan dan menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobulus dan duktus alveolus mengalami proliferasi, serta tumbuhnya duktus baru. Hormon prolaktin mengalami sekresi dari hipofisis anterior, sehingga dapat memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh
39
sel-sel alveolus, mengisi asinus , kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu (Putra, 2015). 3.
Klasifikasi Kanker Payudara Kanker payudara merupakan bentuk kanker payudara yang paling banyak dijumpai. Sarkoma (keganasan sel jaringan ikat) payudara jarang dijumpai dan prevalensinya lebih sedikit dibanding karsinoma (Corwin,2009). Kanker payudara dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan histologinya yaitu karsinoma non invasif, karsinoma invasif dan pagets disease (Putra, 2015). Karsinoma non invasif yaitu proliferasi sel kanker yang berkembang kedalam tanpa melebihi lapisan basalnya. Karsinoma jenis ini merupakan suatu tanda peringatan dan dapat berkembang menjadi karsinoma invasif. Termasuk dalam jenis ini yaitu karsinoma intradutus non infasif/DCIS (karsinoma pada duktus lactiferous) dan karsinoma lubular in situ/LCIS (karsinoma pada kelenjar susu). Jenis kanker ini sulit untuk dideteksi karena tidak dapat di palpasi. Sel kanker terlihat sebagai bagian yang terkalsifikasi bila menggunakan mamografi (Schulz WA, 2007). Kanker ini biasanya menyerang kantong susu antara alveolus ,kelenjar yang memproduksi susu dan puting payudara. Bentuk kanker payudara yang paling umum terjadi (90%) (Putra, 2015). Karsinoma invasif adalah sel kanker yang berkembang dan mengalami proliferasi dan keluarnya lapisan basal, stroma bahkan menginvasi jaringan sekitarnya (metastasis). Pada kanker jenis ini, tanda gejala kanker payudara dapat diamati seperti kemerahan, perubahan pada puting dan perubahan bentuk payudara. Karsinoma invasif terbagi menjadi 3 yaitu karsinoma
40
duktus invasif, karsinoma lobular invasif dan kanker khusus/ jarang. Karsinoma lubular invasif dan kanker yang jarang (sel squamosa, apokrin, adenoid sistik) memiliki prevalensi yang lebih kecil dibanding karsinoma duktus invasif (70%).Karsinoma duktus invasif terdiri atas adenokasinoma dengan fibrosis produktif, karsinoma medular, karsinoma musinosum, karsinoma papiler dan karsinoma tubular (Schulz WA, 2007). Paget`s disease adalah jenis kanker yang berawal dari saluran susu, kemudian menyebar ke areola dan puting. Kanker ini hanya terjadi 1 % dari jumlah seluruh wanita. Kulit payudara pecah, memerah, dan mengeluarkan cairan. Wanita dengan kanker jenis ini memiliki tingkat kesembuhan lebih baik jika tidak disertai benjolan (Putra, 2015). 4.
Stadium Kanker Payudara Stadium pada kanker payudara dinilai dari 3 aspek yaitu besar tumor (T), keterkaitan dengan node limfa terdekat (N), dan ada/tidaknya metastasis (M). Sistem ini disebut sistem TNM dan digunakan baik dalam menilai stadium klinis maupun stadium patologik (Putra, 2015).
41
Tabel 2.1. Stadium Kanker Payudara
Stadium Klinis
Tumor
Stage 0 Stage I A
Tis T1 T0 T1 T0 T1 T2 T2 T3 T0 T1 T2 T3 T4 T4 T4 T4 Any T Any T
Stage I B
Stage II A
Stage II B
Stage III A
Stage III B Stage III C Stage IV
Nodus Limfa N0 N0 N1mi N1mi N1 N1 N0 N1 N0 N2 N2 N2 N1 N2 N0 N1 N2 N3 Any N
Keterangan: Tumor Primer (T) TX = tumor primer tidak dapat dikaji. T0 = Tidak ada tanda-tanda tumor primer. Tis = Carsinoma in situ. Tis (DCIC) = Ductal Carsinoma in situ. Tis (LCIS) = Lobular Carsinoma in situ. Tis (Paget’s) = tanda penyakit paget. T1 = ukuran tumor ≤20 mm. T1mi = ukuran tumor ≤1 mm.
Metastasis M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M1
42
T1a = ukuran tumor >1 mm dan ≤5 mm. T1b = ukuran tumor >5 mm dan ≤10 mm. T1c = ukuran tumor >10 mm dan ≤20 mm. T2 = ukuran tumor >20 mm dan ≤50 mm T3 = ukuran tumor >50 mm. T4= tumor ukuran berapapun, ulserasi atau skin nodules. T4a= pelebaran atau invasi pada otot pectoralis pada dinding dada. T4b= ulserasi dan atau ipsilateral nodul dan atau edema kulit yang tidak termasuk dalam kriteria inflammatory carcinoma. T4c = tanda gejala pada T4a dan T4b tampak. T4d = inflammatory carcinoma. Nodus Limfa Regional (N) NX = nodus limfa regional tidak dapat dikaji. N0 = tidak ada tanda metastasis pada nodus limfa regional. N1 = metastasis nodus limfa aksila ipsilateral (dapat digerakkan). N2 = metastasis nodus limfa aksila ipsilateral (terfiksasi) atau internal mammary ipsilateral tetapi kurang dapat dibuktikan secara klinis. N2a = metastasis pada nodus limfa aksila ipsilateral (terfiksasi) atau internal mammary ipsilateral yang saling melekat dengan struktur lainnya. N2b = metastasis hanya tampak pada internal mammary ipsilateral tanpa bukti klinis adanya metastasis ke nodus limfa aksila ipsilateral. N3 = metastasis ke nodus limfa infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan nodus limfa aksilla; atau metastasis pada nodus limfa internal mammary ipsilateral tetapi secara klinis terbukti terdapat
43
metastasis ke nodus limfa aksilla ipsilateral; atau metastasis pada nodus limfa supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan nodus limfa infraklavikula atau aksilla ipsilateral. N3a = metastasis pada nodus limfa infrakalvikula ipsilateral. N3b = metastasis pada nodus limfa internal mammary dan aksila. N3c = metastasis pada nodus limfa supraklavikula ipsilateral. Metastasis Jauh (M) M0 = Tidak ada tanda metastasis jauh. cM0(i+) = Tidak ada tanda metastasis jauh tetapi pemeriksaan deposit molekuler mendeteksi sel tumor bersirkulasi dalam darah, sumsum tulang, atau jaringan nodal lain yang ≤0.2 mm pada pasien. M1 = Terdapat metastasis jauh.
5. Faktor Risiko dan Penyebab Kanker Payudara Faktor risiko adalah sesuatu yang dapat menyebabkan seseorang menderita kanker payudara. Beberapa faktor resiko tersebut adalah : a. Umur/ Usia Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada wanita berusia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun. b. Pernah menderita kanker payudara Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki resiko tinggi untuk menderita kanker payudara. Setelah payudara
44
yang terkena kanker dioperasi, maka resiko terjadinya kanker payudara meningkat sebesar 0,5%-1%/ tahun. c.
Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko tiga kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.
d. Faktor genetik dan hormonal Dua varian gen yang dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara, yaitu BRCA 1 dan BRCA 2 . Jika seorang wanita memiliki salah satu gen tersebut, resiko kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar. Gen lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara adalah p53, BARD 1, BRCA 3 dan Noey2. Faktor hormonal juga berperan penting karena, hormon merupakan pemicu pertumbuhan sel. Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif (terutama jika tidak diseling oleh perubahan hormonal karena, kehamilan), tampaknya meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang secara genetik telah mengalami kerusakan sehingga menyebabkan munculnya kanker. e. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker Resiko wanita yang pernah menderita kanker payudara lebih besar dibanding wanita yang pernah menderita penyakit payudara non-kanker yang hanya menyebabkan bertambahnya jumlah saluran air susu dan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara (hiperplasia atipik). f. Menarke (menstruasi pertama), menopause dan kehamilan pertama Semakin cepat seseorang mengalami menstruasi pertama, semakin lama seseorang terkena menopause, dimana individu mengalami menopause
45
setelah usia 55 tahun, maka semakin besar resiko menderita kanker payudara. Selain itu, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil dapat menyebabkan resiko terjadinya kanker payudara. g. Pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen Faktor yang dapat meningkatkan terjadinya resiko terjadinya kanker payudara adalah pemakaian pil KB dan tergantung pada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama efek pil KB yang dapat menimbulkan kanker payudara setelah pemakaian dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun juga meningkatkan resiko terkena kanker payudara. h. Obesitas pasca menopause Obesitas dapat berperan sebagai faktor resiko kanker payudara karena, kemungkinan akibat dari tingginya kadar estrogen. i.
Pemakaian alkohol Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas/ hari bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
j.
Bahan kimia Bahan kimia yang terpapar, terhirup pada tubuh manusia dan terdapat didalam pestisida dan produk industri lainnya
mengandung
kadar estrogen yang lebih tinggi, sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. k. DES (dietilstilbestrol) Faktor resiko tinggi untuk menderita kanker payudara adalah wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah terjadinya keguguran.
46
l.
Penyinaran Pemaparan terhadap penyinaran terutama pada masa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
m. Faktor resiko lainnya Beberapa penelitian menunjukkan bahwa riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, kanker rahim, ovarium, dan kanker usus besar (Sastrosusdarmo, 2008). 6. Tanda Dan Gejala Kanker Payudara Sel kanker payudara berbentuk tidak teratur dan merupakan sekumpulan sel yang membelah secara abnormal. Kulit menjadi keras sebagai akibat dari desakan sel kanker dan berubah warna, batasannya tidak jelas dan terasa benjolan yang terfiksasi di satu tempat. Restraksi puting dan kerutan pada areola mengindikasikan adanya adenokasinoma pada duktus. Rasa gatal dan nyeri sering terjadi. Keganasan yang lebih berat ditandai dengan inflamasi, mengkerut dan terjadi penyusutan pada kulit payudara, pertambahan pada massa payudara yang keras dan edema. Nyeri tulang, penyakit kuning dan pengurangan berat badan dapat terjadi apabila kanker telah bermetastasis. Apabila telah bermetastasis, kelenjar getah bening akan bereaksi sehingga menyebabkan rasa sakit di ketiak atau klavikula (Shulz WA, 2007). Gejala yang muncul pada kanker payudara adalah puting susu mengerut kedalam, puting susu berubah warna yang tadinya berwarna merah muda menjadi kecoklatan, adanya edema (bengkak) disekitar puting, perubahan
47
kulit disekitar benjolan dan sering keluar cairan dari puting susu ketika tidak menyusui (Tim Cancer-Helps, 2010). 7. Patofisiologi Kanker Payudara Payudara terletak pada dinding depan facia superficial. Panjangnya dapat bervariasi, mulai dari kuadran lateral atas hingga aksila. Payudara tersusun atas lapisan kulit, jaringan lemak, lobus dan lobulus. Setiap kelenjar susu terdiri dari 15-25 lobus dan setiap lobus terdiri dari bagian-bagian kecil yang disebut lobulus. Kelenjar susu menghasilkan ASI yang dialirkan melalui ductus lactiferous menuju puting. Terdapat pula jaringan ikat, pembuluh darah, dan sistem limfatik. Posisi dari papilla mammae tersusun secara radial dengan lobus-lobus parenkim dan duktus. Apabila dilihat, duktus tampak seperti barisan sentral pada papilla seperti jari-jari roda berakhir secara terpisah di puncak dari papilla. Bagian duktus yang tersempit merupakan segmen dari kelenjar dalam papilla. Oleh karena itu, sekresi atau pergantian sel-sel cenderung berkumpul pada bagian duktus yang berada dalam papilla. Hal ini menyebabkan ekspansi duktus saat pembuluh darah melebar akibat penumpukan sekret. Lokasi ini dinamakan lactiferous sinuse. Dibawah aerola terdapat area bebas lemak, bagian yang berdilatasi dari duktus laktiferus (lactiferous sinuses) merupakan satu-satunya tempat untuk menyimpan susu. Intraductal papillomas sering terjadi bagian ini. Ligamentum suspensori cooper membentuk jalinan yang kuat. Pada lapisan dalam dari fascia superfisial yang menghubungkan dermis terdapat pita jaringan ikat berbentuk ireguler. Jaringan ini melewati lobus-lobus
48
parenkim dan menempel ke elemen parenkim dan duktus. Kadang-kadang, fascia superfisial terfiksasi hingga ke kulit.Sebagian tanda-tanda keganasan nampak sebagai akibat perubahan pada jaringan ini. Contoh yang sederhana yaitu apabila terjadi invasi keganasan, sebagian dari ligamentum Cooper akan mengalami kontraksi, menghasilkan retraksi dan fiksasi atau lesung dari kulit yang khas.Peau d'orangeadalah penampilan kulit yang kasar dan ireguler, dimana pada peau d'orange perlekatan subdermal
dari
folikel-folikel
rambut
dan
kulit
yang
bengkak
menghasilkan gambaran cekungan dari kulit. Kanker payudara terjadi bila terjadi perubahan genetik pada sel sehingga terus-menerus berproliferasi. Gen onkosupresor seperti BRCA1 dan BRCA2 bertugas sebagai pengontrol integritas dan perbaikan DNA. Pada sebagian besar kasus kanker payudara dan herediter, gen-gen ini mengalami kerusakan sehingga tidak berfungsi. Penyebab lainnya adalah reaksi berlebihan dari reseptor ERα yang kemudian mengirimkan sinyal proliferasi tanpa adanya estrogen. Reseptor ERβ yang bertugas menghambat proliferasi tidak diproduksi atau tidak aktif pada sel kanker. Tidak aktifnya gen onkosupresor menyebabkan proses proliferasi terjadi dan berkembang menjadi sel kanker (Corwin, 2009).
49
8. Pathway Kanker Payudara Skema 2.1 Pathway Kanker Payudara Faktor predisposisi
Faktor genetik
Lingkungan
Hormonal
Faktor resiko
Hiperplasma sel
Perkembangan sel atipik
Kanker Payudara Cemas
Krisis situasi
Terbentuk massa
Penanganan
Penekanan syaraf
Peningkatan aliran vena dan limfe
Interupsi sel syaraf
Edema
Keterbatasan rentang gerak
Resiko integritas kulit
Dekstrusi jaringan
Rambut rontok
Resiko integritas kulit
Perlindungan pertahanan tubuh
Tidak punya payudara
Mual, muntah
Kulit kering
Gangguan mobilitas fisik Jaringan terputus
Radiasi
Kemoterapi
Operasi mastektomi
Gangguan citra diri
Kulit kering
Kerusakan kulit
Risiko perubahan nutrisi kurang dari
Penekanan
kebutuhan tubuh
bone marrow
Perubahan fungsi dan bentuk payudara
Sistem hemolitik terganggu
Resiko infeksi Anemia
leukopenia
Sumber : (Guyton, 1996 ; Long, 1996 ; Price, 1997). Risiko infeksi
trombo sitopeni Risiko perdarahan
50
9.
Penanganan Kanker Payudara a. Pembedahan Prosedur pembedahan dan pengangkatan kanker payudara disebut masektomi. Terapi ini ditujukan untuk pasien stadium I, II dan III sebagai terapi konservasi. Terdapat 2 jenis masektomi yaitu Modified Radical Masectomy dan Partial Masectomy (Breast Conservation). b. Kemoterapi Kemoterapi yaitu pengobatan dengan memasukkan obat dosis tinggi langsung dalam pembuluh darah. Adjuvant kemoterapi diberikan
setelah
pembedahan
dan
sebelum
terapi
Neoadjuvant Chemoteraphy diberikan sebelum operasi.
radiasi. Efek
samping dari kemoterapi diantaranya pusing, mual, selera makan menurun, kerontokan rambut, lemas, gangguan pada metabolisme tubuh dan penurunan berat badan. c. Terapi Hormon Terapi hormon merupakan terapi kuratif dengan memberikan antibodi atau hormon yang berguna untuk menekan pertumbuhan kanker. Antibodi ini buatan dan diproduksi diluar tubuh manusia. Adjuvant terapi hormon diberikan untuk mengatasi kanker payudara yang memiliki reseptor estrogen positif. d. Pengawasan Pengawasan dilakukan untuk mencegah dan mendeteksi dini adanya kanker payudara. Pada pasien yang telah mengalami kanker payudara sebelumnya, pengawasan dilakukan untuk mencegah dan
51
mendeteksi ada/tidaknya kanker payudara yang lain. Pengawasan juga dilakukan untuk melihat perkembangan dan efek samping yang mungkin muncul atas pengobatan yang diberikan (Schulz WA, 2007). D. Konsep Kemoterapi 1. Pengertian Kemoterapi Kemoterapi adalah terapi dengan memasukkan obat-obatan anti kanker (sitostatika) kedalam pembuluh untuk menghancurkan sel kanker (Perry MC, 2008).Obat ini umumnya bekerja dengan menghambat atau mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel. Pengobatan kemoterapi bersifat sistemik (menyeluruh), berbeda dengan pembedahan atau radiasi yang lebih bersifat lokal/setempat. Obat ini dibawa melewati aliran darah atau dapat diberikan secara langsung ke dalam tumor, namun obat ini jarang menembus bloodbrain barrier sehingga obat ini sulit mencapai sistem saraf pusat. Pemberian kemoterapi dapat dilakukan sebelum maupun sesudah proses pengobatan utama yaitu pembedahan.Kemoterapi dapat digunakan sebegai terapi kuratif maupun paliatif, tergantung dari stadium kanker dan kondisi pasien. Beberapa macam kanker seperti kanker payudara membutuhkan terapi kemo yang beragam atau cukup dengan satu jenis kemoterapi saja (Schulz WA, 2007).
52
2. Prinsip Kerja Kemoterapi Cara kerja pengobatan kemoterapi adalah dengan membunuh atau meracunisel-sel kanker, mengontrol pertumbuhan sel kanker, dan pertumbuhannya
dihentikan
agar
tidak
menyebar,
atau
untuk
mengurangi gejala-gejala yang disebabkan oleh kanker. Kemoterapi kadang-kadang merupakan pilihan pertama untuk menangani kanker. Penanganan radiasi atau pembedahan berbeda dengan kemoterapi, dikarenakan kemoterapi bersifat
sistemik dan radiasi/pembedahan
yang bersifat setempat, karenanya kemoterapi dapat menjangkau sel-sel kanker yang mungkin suddah menjalar dan menyebar ke bagian tubuh yang lain (Perry M.C, 2008). Penggunaan kemoterapi pada setiap pasien berbeda-beda jenisnya, kadang-kadang sebagai pengobatan utama, atau pada kasus penyakit yang lain dilakukan pre atau post operasi dan radiasi. Tingkat keberhasilan kemoterapi juga berbeda-beda tergantung jenis kankernya. 3. Metode Pemberian Kemoterapi Berdasarkan pemberian tujuan, cara dan pemberiannya, kemoterapi dibedakan menjadi: a. Kemoterapi primer kemoterapi diberikan sebagai terapi yang utama pada tumor ganas dan sifatnya chemosensitive. Biasanya diberikan terlebih dahulu sebelum pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi.
53
b. Kemoterapi adjuvant Kemoterapi
ini
diberikan
setelah
melakukan
proses
pembedahan. Obat-obatan pada kemoterapi adjuvant diberikan dengan tujuan menghancurkan sel kanker yang tersisa/metastase kecil dan mencegah kekambuhan. c. Kemoterapi neoadjuvant Kemoterapi
ini
diberikan
sebelum
melakukan
proses
pembedahan. Neoadjuvant digunakan untuk memperkecil ukuran kanker sehingga hasil pembedahan menjadi lebih efektif. d. Kemoterapi kombinasi Dua atau lebih obat sering digunakan sebagai suatu kombinasi pada kemoterapi. Obat dapat bekerja pada bagian yang berbeda dari proses metabolisme sel dengan menggunakan terapi kombinasi, sehingga akan meningkatkan kemungkinan penghancuran jumlah sel-sel kanker. e. Kemoterapi Induksi Pengobatan ini digunakan untuk massa tumor atau jumlah sel kanker dengan cara mengecilkannya, contoh pada tumor ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor) atau pada keganasan darah seperti leukemia (Perry M.C, 2008). 4. Obat-obatan Kemoterapi Obat-obat kemoterapi diklasifikasikan berdasarkan aktivitas farmakologis dan pengaruhnya terhadap reproduksi sel. Kelompok dasar dan aksi potensial mereka adalah sebagai berikut:
54
a. Alkalyting agents Alkalyting
dapat
mempengaruhi
molekul
DNA
dengan
melakukan pengubahan struktur atau fungsinya sehingga tidak dapat melakukan reproduksi. Contoh obat golongan ini yaitu busolvon dan cisplatin. Efek pemakaian obat ini adalah mual; muntah; rambut rontok; iritasi kandung kemih (sistitis) disertai terdapatnya darah dalam dalam air kemih; jumlah sel darah putih, sel darah merah, dan trombosit menurun. b. Antimetabolit Sekumpulan
obat
yang
dapat
mempengaruhi
sintesis
(pembuatan) DNA atau RNA dan mencegah perkembangbiakan sel disebut antimetabolt. Efek samping tambahan terjadinya ruam kulit, warna kulit menjadi lebih gelap (meningkatkan pigmentasi), atau gagal ginjal. methotrexate dan gemcitabine merupakan contoh dari obat ini yang biasa digunakan pada kanker leukimia serta tumor payudara, ovarium dan saluran pencernaan. c. Antitumor Obat ini juga memengaruhi DNA dan mencegah tumor berkembang biak dan dengan cara kimiawi mencegah produksi enzim-enzim serta mengubah membran sel. Contohnya adalah Pleomycin dan Idarubicin yang digunakan untuk berbagai macam jenis kanker. Efek dari pengobatan tersebut berupa reaksi alergi yang
55
bisa berakibat fatal, hilangnya nafsu makan, mual, muntah, demam, kadar gula darah tinggi. d. Analog Platinum Analog platinum adalah senyawa-senyawa yang mengandung unsur logam platinum. Senyawa-senyawa ini dapat berfungsi dengan cara membentuk rantai silang antara DNA dengan platinum sehingga sel kanker tidak dapat melakukan pembelahan dengan benar dan proses perkembangbiakannya menjadi terhambat. Contohnya adalah carboplatin, cisplatin dan oxaliplatin. e.
Senyawa Alami Ada beberapa senyawa alami yang dapat mengikat DNA sehingga menimbulkan kerusakan pada krosom dari sel kanker dan menghambat pembelahan sel kanker. Contoh dari senyawa semacam ini adalah dactinomycin dan mitomycin (Schulz WA, 2007).
5. Efek Samping Kemoterapi Efek jangka panjang dari kemoterapi meliputi karsinogenitas dan infertilitas. Perubahan pada kondisi kulit, kerontokan rambut, dan penurunan berat badan merupakan efek jangka panjang kemoterapi yang mudah diamati. Efek jangka pendek meliputi depresi sumsum tulang, efek gastroinstestinal (mual-muntah dengan derajat bervariasi), gangguan fungsi
hati
dan
ginjal,
kardiotoksisitas,
neurotoksisitas,
pulmotoksisitas, dan reaksi alergi. Gangguan lain juga dapat terjadi,
56
misalnya pemberian bleomisin, asparaginase, taksol, taksotere dapat menimbulkan menggigil, demam, syok anafilaktik dan edema. Pemberian infus kontinu 5-FU, xeloda peropral dapat menimbulkan sindroma tangan kaki (eritroderma plantar) dengan manifestasi telapak tangan dan kaki nyeri, bercak merah, bengkak, eksudasi, deskuamasi, ulserasi (Schulz WA, 2007). E. Keperawatan Paliatif 1.
Pengertian Perawatan Paliatif Perawatan paliatif adalah suatu komponen penting dalam perawatan yang diberikan untuk pasien kanker dan dapat dilakukan dengan rangkaian yang sederhana. Sebenarnya prioritas utama pasien terminal adalah kualitas hidup yang baik dan bukan kesembuhan dari penyakitnya. Kehidupan yang singkat namun bahagia lebih berarti bagi pasien dari pada hidup yang lama tapi, penuh keterbatasan. Kebanyakan pasien yang terdiagnosis kanker berada pada stadium lanjut. Pasien beranggapan bahwa pilihan terapi yang realistis hanyalah penghilang nyeri dan perawatan paliatif. Peningkatan kualitas hidup pada pasien kanker adalah suatu pendekatan perawatan paliatif yang paling efektif. Perawatan paliatif berkaitan dengan pengurangan dan penghilangan rasa nyeri dan keluhan lain yang menganggu, membuat pasien mengerti bahwa proses hidup dan mati adalah sesuatu yang wajar, tidak bermaksud untuk menunda atau mempercepat kematian, mengintegrasikan aspek psikologi dan spiritual dari perawatan pasien, menawarkan sistem pendukung untuk membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai saat
57
kematian dan membantu keluarga agar dapat menerima kenyataan dan menyikapi pasien dengan baik, peningkatan kualitas hidup manusia dan pengaruh perjalanan penyakit secara positif, menerapkan secara dini perjalanan penyakit, digabung dengan terapi lainnya yang berusaha untuk memperpanjang hidup seperti, kemoterapi dan radioterapi, termasuk usaha untuk mengetahui dan mengatasi komplikasi klinis yang mengganggu ( Rasjidi, 2010). 2.
Peranan perawatan paliatif pada penyakit kanker Mayoritas pasien dengan penyakit stadium lanjut tidak mendapatkan perawatan yang kompleks,karena berakar pada konsep terapi yang eksklusif dan dapat menyembuhkan penyakit serta
memperpanjang
nyawa dari pada peningkatan kualitas hidup dan pengurangan penderitaan. Hal itulah yang menyebabkan tindakan paliatif baru dilakukan setelah segala usaha penyembuhan penyakit ternyata tidak efektif dan kematian tidak dapat terelakkan. Padahal, seharusnya perawatan paliatif harus bersifat integral dengan tindakan kuratif dan rehabilitatif baik saat fase dini ataupun terminal. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahua, perawatan paliatif yang hanya terfokus pada pemberian kenyamanan penderita, sekarang telah menjadi perawatan holistik yang mencakup aspek sosial , fisik, psikologis dan spiritual dalam menghadapi kanker ( Rasjidi, 2010). Perubahan sudut pandang ini dikarenakan semakin hari semakin banyak penderita kanker sebagai sebuah penyakit kronis, sehingga
58
tuntutan untuk suatu perkembangan adalah mutlak adanya ( Rasjidi, 2010). 3.
Prinsip dasar dari perawatan paliatif Perawatan paliatif memiliki kaitan dengan seluruh bidang perawatan, mulai dari medis, perawatan, psikologis, sosial, budaya, dan spritual. Sehingga secara praktis, prinsip dasar perawatan paliatif dapat dipersamakan dengan prinsip pada praktek medis yang baik. Prinsip dasar perawatan paliatif adalah : a. Sikap peduli terhadap pasien Termasuk sensitivitas dan empati. Perlu pertimbangan segala aspek
dari
penderitaan
pasien,
bukan
hanya
masalah
kesehatan.Pendekatan tidak boleh bersikap menghakimi. Faktor karakteristik, kepandaian, suku, agama atau faktor individual lainnya tidak boleh memengaruhi perawatan. b. Menganggap pasien sebagai seorang individu. Setiap pasien adalah unik. Meskipun memiliki penyakit dan gejala yang sama, namun tidak ada satupun pasien yang sama dengan pasien lain. Keunikan ini dapat menjadi pertimbangan dalam perencanaan perawatan paliatif tiap individu. c.
Pertimbangan kebudayaan Hal-hal yang dapat mempengaruhi penderitaan pasien adalah faktor etnis, ras, agama dan faktor budaya lainnya. Perbedaanperbedaan ini harus diperhatikan dalam perencanaan keperawatan.
59
d. Persetujuan pasien Persetujuan dari pasien merupakan hak mutlak yang diperlukan sebelum perawatan dimulai dan diakhiri. Kebanyakan pasien ingin dilibatkan dalam pengambilan keputusan, namun dokter cenderung meremehkan hal ini. Pasien yang telah diberikan informasi dan setuju dengan perawatan yang akan diberikan serta akan lebih patuh mengikuti segala usaha perawatan. e.
Memilih tempat yang dilakukan perawatan pasien Pasien dan keluarga harus ikut serta dalam menentukan tempat perawatan. Pasien dengan penyakit terminal sebisa mungkin diberikan perawatan dirumah.
f.
Komunikasi Hal yang sangat penting dan mendasar dalam pelaksanaan perawatan paliatif adaah komunikasi yang baik antar pasien, dokter dan keluarga.
g.
Aspek klinis terhadap perawatan yang sesuai Semua perawatan paliatif harus sesuai dengan stadium dan prognosis dari penyakit yang diderita pasien. Hal ini penting, karena pemberian perawatan yang tidak sesuai, hanya akan menambah penderitaan pada pasien. Pemberian perawatan yang berlebihan akan beresiko memberikan perawatan palsu kepada pasien.Sedangkan, pemberian perawatan yang dibawah standard mengakibatkan kondisi pasien memburuk.
60
h. Perawatan komperehensif dan terkoordinasi dari berbagai bidang profesi Perawatan paliatif adalah perawatan yang bersifat holistik dan terintegratif. Sehingga dibutuhkan sebuah tim yang mencakup keseluruhan aspek hidup pasien serta terkoordinasi dari masingmasing anggota tim untuk memberikan hasil yang maksimal pada pasien dan keluarga. i.
Kualitas perawatan yang sebaik mungkin Perawatan
medis
secara
konsisten,
terkoordinasi,
dan
berkelanjutan. Perawatan medis yang konsisten akan mengurangi kemungkinan terjadinya perubahan kondisi yang tidak terduga, dimana hal ini akan sangat mengganggu baik pasien ataupun keluarga. j.
Perawatan yang berkelanjutan Dasar tujuan dari perawatan paliatif adalah memberikan perawatan yang simtomatis dan suportif dari awal hingg akhir. Masalah yang sering terjadi adalah pasien dipindahkan keruangan lain
k. Mencegah terjadinya kegawatan Perawatan paliatif yang tepat adalah perencanaan dengan teliti dalam pencegahan kejadian kegawatan fisik dan emosional yang mungkin terjadi dalam perjalanan penyakit. Informasi yang diberikan oleh tenaga medis mengenai masalah-masalah yang sering terjadi pada pasien dan keluarga harus diinformasikan sebelumnya ,agar
61
dapat membentuk rencana untuk meminimalisasi stres fisik dana emosional. l.
Bantuan kepada sang perawat Keluarga pasien dengan penyakit lanjut sering kali rentan terhadap stress fisik dan emosional, terutama apabila pasien dirawat dirumah, sehingga perlu diberikan perhatian khusus kepada mereka mengingat keberhasilan dari perawatan paliatif juga bergantung pada pemberi perawatan tersebut.
m. Pemeriksaan ulang Pasien harus dilakukan pemeriksaan mengenai kondisinya mengingat pasien dengan penyakit lanjut kondisinya cenderung menurun dari waktu ke waktu ( Rasjidi, 2010). F. Penelitian Terkait Nama Peneliti Dwita P. dan Devi W. (2015)
Judul Penelitian Pengaruh Illness Perception, Dukungan Sosial, dan Health Locus of Control terhadap Kepatuhan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Metode Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian cross sectional survey dengan menggunakan desain penelitian kuantitatif.
Hasil Penelitian Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor protektif yang berperan dalam kepatuhan pasien gagal ginjal kronis adalah powerful others dan treatment control dan faktor resiko yang beperan dalam kepatuhan pasien gagal ginjal kronik adalah berjenis kelamin perempuan, dukungan sosial, timeline cylical dan emotional representation.
62
Makmuroh Sri Rahayu & Aditya Aksani Taqwim (2015)
Lina (2014).
Hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker serviks stadium awal dan menengah di RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Metode penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional.Pengol ahan data menggunakan uji korelasi Rank Sperman.
Indrawati Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, Persepsi, Motivasi, Dukungan Keluarga Dan Sumber Informasi Pasien Penyakit Jantung Koroner Dengan Tindakan Pencegahan Sekunder Faktor Risiko (Studi Kasus Di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta)
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.
Penelitian ini menunjukkan bahwa p value = 0,041 <α0,05 . Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker serviks stadium awal dan menengah di RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap, persepsi, motivasi, dukungan keluarga dan sumber informasi dengan kemampuan melakukan pencegahan sekunder faktor risiko penyakit jantung koroner, bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kemampuan melakukan pencegahan sekunder faktor risiko (p value = 0,010).
63
G. Kerangka Teori Pasien Kanker Payudara
Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga : Faktor internal : - Tahap perkembangan pendidikan dan keluarga - Faktor emosi -Faktor spiritual Faktor eksternal : -Menerapkan fungsi keluarga - Faktor sosio ekonomi - Latar belakang budaya (Rahayu, 2008)
Komponen dukungan keluarga meliputi : -Dukungan Emosional -Dukungan informasional -Dukungan penghargaan -Dukungan instrumental (Setiadi,2008)
Sumber :
Dukungan Keluarga
Illness Perception
Faktor yang mempengaruhi illness perception : -Faktor demografi dan faktor pribadi, seperti usia, jenis kelamin, pendidikan dan agama. -Faktor fisik -Faktor sosial (Moss dan Schahaefer, 1984)
Pengobatan: 1. Terapi pembedahan 2. Kemoterapi 3. Radiasi 4. Terapi Hormon (Schulz WA, 2007).
Efek samping kemoterapi : -Efek jangka panjang dari kemoterapimeliputi karsinogenitas dan infertilitas. - Efek jangka pendek : Perubahan pada kondisi kulit, kerontokan rambut, dan penurunan berat badan. (Schulz WA, 2007). 9 dimensi persepsi Penyakit: 1. Concequences 2. Timeline 3. Personal Control 4. Treatment Control 5. Identity 6. Concern 7. Illness Comprehensibilty 8. Emotional 9. Causal representation (Moss-Morries et.al, 2002).
Moss-Morries et.al, 2002 ; Moss dan Schahaefer, 1984; Schulz WA, 2007 ; Rahayu, 2008: Setiadi,2008.
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian dapat dijelaskan dengan skema sebagai berikut : Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independen
Variabel Dependen
Dukungan Keluarga
Illness Perception
Faktor Perancu :
- Usia -Tingkat Pendidikan
Keterangan : : Diteliti
: Tidak Diteliti
64
65
B.
Variabel Penelitian Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah : 1.
Variabel Independen Variabel
independen
merupakan
variabel
yang
dapat
memengaruhi variabel dependen (terikat) dan merupakan variabel penyebab atau risiko (Notoadmojo,2010). Pada penelitian ini yaitu, dukungan keluarga sebagai variabel independen. Komponen dari dukungan
keluarga
adalah
dukungan
emosional,
dukungan
penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasional. 2.
Variabel Dependen Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (independen) dan merupakan variabel akibat atau efek (Notoadmojo,2010). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah illness perception yang terdiri dari concequences, timeline, personal control, treatment control, identitiy, concern, illness comprehensibility, emotional, causal representation.
C. Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional, karena penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi atau menggambarkan hubungan antar variabel. Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga (informasi,emosional,penghargaan dan instrumental), sedangkan variabel terikat adalah illness perception.
66
D. Hipotesis Hipotesis adalah hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkap dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji dan merupakan jawaban sementara atas pernyataan penelitian (Noor,2011). Ho : Tidak adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Ha : Adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. E. Definisi Operasional Definisi operasional adalah variabel penelitian yang bertujuan untuk memahami arti setiap variabel penelitian sebelum dilakukan analisis (Sujarweni,2014). Tabel 3.1 Definisi Operasional No
Definisi Operasional
Cara ukur
Alat ukur
1. Variabel Independen
Suatu bentuk sikap, tindakan dan penerimaan terhadap pasien kanker payudara yang diberikan keluarga dalam bentuk dukungan informatif, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional Sebagai keyakinan -keyakinan dan harapan
Responden mengisi kuesioner dukungan keluarga dengan skala likert
Kuesioner
Responden mengisi kuesioner Brief Illness
Kuesioner
Dukungan Keluarga
2. Variabel Dependen Illness
Hasil Ukur 1.
2.
1.
Skala
.Kurang jika skor total jawaban < median (106)) Baik, jika skor total jawaban ≥ median(106)
Ordinal
Kurang, jika skor total jawaban < median (53)
Ordinal
67
Perception
pasien kanker payudara tentang penyakit kanker payudara atau gejala somatis yang dialami pasien kanker payudara.
Perception Questionairet terdiri dari 8 pertanyaan dalam bentuk interval dengan rentang nilai interval 0-10.
2.
Baik, jika skor total jawaban ≥ median (53)
F. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah semua objek yang akan ditetapkan oleh peneliti sebagai objek peneliti dan memenuhi karakteristik yang ditentukan dan untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Riyanto, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien kanker payudara yang sedang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Populasi penelitian ini adalah 78 orang yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang pada bulan Desember 2017-Januari 2018 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi sehingga sampel yang diambil harus benar-benar representatif atau mewakili (Sugiyono,2013).Penelitian ini mengambil sampel penelitian dengan teknik non probability sampling, yaitu dengan menggunakan total sampling. Total sampling adalah sampel teknik penentuan sanpel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel dan pengambilan sampel dipilih dengan pertimbangan yang telah ditentukan oleh peneliti, dengan kriteria inklusi. Dimana ada 11 pasien yang tidak memenuhi kriteria inklusi. Jadi, jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 67 sampel.
68
1.
Kriteria Subjek Penelitian Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini, yaitu : a. Kriteria Inklusi 1) Pasien kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi. 2) Bersedia menjadi responden. 3) Pasien yang pernah menjalani pendidikan formal. 4) Pasien kanker payudara yang berusia 18 tahun keatas. b. Kriteria Eksklusi Dalam penelitian ini kriteria eksklusi adalah: 1) Penderita kanker payudara yang mengalami gangguan psikosis. 2) Penderita kanker payudara yang tidak mempunyai keluarga. 3) Penderita yang mengalami kesakitan hebat sehingga mengalami penurunan kesadaran.
G. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan 08 Januari 2018 s/d 18 Januari 2018, bertempat di ruang rambang di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. H. Etika Penelitian Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian. Peneliti Setelah mendapatkan persetujuan barulah
69
dilaksanakan
penelitian
dengan
memperhatikan
etika-etika
dalam
melakukan penelitian yaitu : 1. Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect for Human Dignity) Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak responden penelitian untuk mendapatkan informasi tentang tujuan melakukan penelitian tersebut. Peneliti juga memberikan kesempatan bagi responden untuk memberikan
informasi
ataupun
menolak
informasi.
Peneliti
mempersiapkan formulir persetujuan yang berisikan penjelasan mengenai penelitian baik berupa manfaat, bahkan jaminan kerahasiaan data dan informasi yang disepakati, bisa disebut sebagai informed consent untuk melakukan pengambilan data dari responden. Informed consent berisi penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian, penjelasan tentang informasi mengenai responden yang harus dirahasiakan dan persetujuan responden untuk melakukan wawancara dan pengisian kuesioner pada dukungan keluarga dan illness perception. 2. Menghormati Privasi dan Kerahasiaan Subjek Peneliti (Respect for Privacy and Confidentiality) Pada pelaksaanan penelitian, peneliti menjaga hak-hak privasi responden dan merahasiakan identitas pasien yang akan diteliti. Informasi yang didapatkan dari responden dirahasiakan oleh peneliti dengan cara menuliskan kode pada lembar kuesioner. Data responden telah dijaga kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Hasil dokumentasi pada pasien kanker payudara
70
juga dirahasiakan oleh peneliti apabila, tidak diberikan izin oleh responden untuk ditampilkan. 3. Keadilan dan Keterbukaan (Respect for Justice and Inclusiveness) Pada pelaksanaan penelitian, peneliti mengimplementasikan nilainilai dan prinsip tentang keadilan dan keterbukaan. Prinsip keterbukaan
dimana,
penelitian dilakukan
secara
jujur
dan
lingkungan penelitian dikondisikan sesuai dengan prinsip terbuka yaitu kejelasan prosedur penelitian,dimana prosedur penelitian yang dilakukan yaitu, pemberian kuesioner dukungan keluarga dan illness perception. Prinsip keadilan dimana, subyek penelitian memperoleh perlakuan yang sama tanpa membedakan gender, umur, ataupun agama. 4.
Memperhitungkan Manfaat dan Kerugian yang ditimbulkan Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian guna semaksimal mungkin mendapatkan hasil yang bermanfaat bagi subyek penelitian dan dapat disimpulkan secara umum pada tingkat populasi. Peneliti juga menimalisir hal-hal yang dapat merugikan responden. Contoh dampak yang merugikan responden pada penelitian ini adalah pada saat pengisian kuesioner pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi, biasanya pasien kelelahan saat pengisian kuesioner dikarenakan efek dari kemoterapi, sehingga peneliti membacakan kuesioner tersebut dan mendengar jawaban dari responden atau penelitian terlebih dahulu jika, pasien membutuhkan istirahat.
dihentikan
71
2. Lembar Persetujuan Responden yang terlibat dalam penelitian akan diminta untuk mengisi surat persetujuan menjadi responden atau informed consent Lembar informed consent ini menjelaskan : a. Penjelasan tujuan penelitian. b. Penjelasan manfaat penelitian. c. Penjelasan mekanisme penelitian yang akan dilakukan. d. Persetujuan responden untuk mengisi pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan peneliti. e. Jaminan kerahasiaan terhadap identitas dan informasi yang diberikan oleh responden. I. Alat Pengumpulan data Dalam penelitian ini cara pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Data Primer a. Data Responden Pengumpulan data primer yang diperoleh langsung dari responden dilakukan dengan cara pengisian lembar kuisioner dan lembar persetujuan (informed consent). Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuisioner. Data responden meliputi nama responden (inisial), alamat, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, status dalam kelurga, kemoterapi yang keberapa dan awal dimulai sakit pasien. b. Instrumen Penelitian Kuesioner
dukungan
keluarga
mengadopsi dari kuesioner
penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Putra (2015), yang meliputi:
72
dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan instrumental dan dukungan penghargaan menggunakan skala Likert. Kuesioner tersebut telah dimodifikasi oleh peneliti dan melakukan uji validitas dan reliabilitas kembali dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pernyataan) dengan skor total kuesioner tersebut. Teknik korelasi yang digunakan yaitu, korelasi product moment (r) (Notoatmodjo, 2012). Alternatif jawaban terdiri dari pertanyaan yang bersifat positif favorable selalu diberi 4, jika jawaban sering diberi skor 3, jika menjawab jarang diberi skor 2, jika menjawab tidak pernah 1. Sedangkan kriteria penilaian pernyataan negatif (unfavorable) adalah skor nilai 1 jika memberikan jawaban selalu, skor nilai 2 jika memmberikan jawaban sering, skor nilai 3 jika memberikan jawaban jarang dan skor nilai 4 jika memberikan jawaban tidak pernah.Total skor maksimal pada kuesioner adalah 112 dan skor minimal adalah 28. Tabel 3.2 KISI-KISI KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA Variabel
Sub Variabel
Dukungan 1.Dukungan informasional Keluarga 2.Dukungan emosional 3.Dukungan instrumental 4.Dukungan penghargaan Jumlah pertanyaan
Nomor pertanyaan 1,2,3,6 4,5,7 8,10,12,13 9,11,14 15,18,20,21 16,17,19 22,24,26,27,28 23,25 28
Jenis pernyataan Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable Favorable Unfavorable
Kuesioner untuk alat ukur illness perception dalam peneliti ini, peneliti memilih untuk mengadopsi alat ukur illness perception yang
73
mengacu kepada kuisioner Brief Illness Perception Questionnaire (BIPQ)yang berasal dari London dan disusun oleh Elizabeth Broadbent tahun 2006 digunakan untuk mengukur persepsi pasien terhadap penyakit yang sedang dialaminya. Kuesioner ini sudah diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia oleh Robiyanto. Skala kuesioner B-IPQ terdiri dari 8 pertanyaan mengenai dimensi durasi akut-kronis, durasi siklis, konsekuensi, kontrol pribadi, kontrol pengobatan, koherensi, emosi, dan identitas, sedangkan 1 pernyataan dalam bentuk essay. Kuesioner ini menggunakan tipe skala interval dengan rentang nilai 0-10. Lima dari pertanyaan tersebut mengukur representasi kognitif penyakit dalam hal konsekuensi, dimensi waktu, pengendalian pribadi, pengendalian pengobatan dan identitas. Dua pertanyaan mengukur representasi emosional sebagai perhatian dan emosi sementara satu pertanyaan langsung menuju pemahaman penyakit . Total skor maksimal pada kuesioner adalah 80 dan skor minimal adalah 0 dan skor yang lebih tinggi mencerminkan tingkat persepsi terhadap ancaman penyakit ( Nordbo,2014).
74
Tabel 3.3 KISI-KISI KUESIONER B-IPQ Variabel Illness Perception
Sub Variabel 1. Consequnces 2. Timeline 3.Personal control 4.Treatment control 5.Identity 6.Concern 7.Coherence 8.Emotional Jumlah pertanyaan
Nomor pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 8
Jenis pernyataan Unfavorable Unfavorable favorable favorable Unfavorable Unfavorable favorable Unfavorable
2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang secara tidak langsung diperoleh dari sumbernya,
tetapi melalui pihak kedua.
Dalam
hal
ini peneliti
mempergunakan data yang diambil dari rekam medik RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Data yang diambil adalah berupa jumlah pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. J.
Prosedur Pengumpulan Data Pada prosedur penelitian ini dilakukan melalui tahap persiapan dan tahap pelaksanaan penelitian. 1. Tahap persiapan a.
Persiapan Peneliti Pada tahap persiapan, peneliti mempersiapkan instrument untuk pengumpulan data Peneliti melakukan persiapan data dengan melakukan serangkaian kegiatan sebagai berikut : 1) Melakukan klasifikasi data dan pemberian kode pada data yang berskala ordinal, kemudian menyusun kuesioner.
75
2) Menguji coba kuisioner dukungan keluarga terhadap validitas dan reabilitas pertanyaan. b.
Persiapan Administrasi Pada tahap administrasi peneliti menyerahkan surat ke pihak Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sriwijaya ( PSIK FK UNSRI), untuk dapat melakukan kegiatan yang berkaitan dengan penelitian, kemudian mengajukan surat permohonan izin studi pendahuluan di bagian umum RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang untuk mendapatkan surat rujukan dan persetujuan dari direktur utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.Dalam penelitian ini sebelum peneliti mendatangi calon partisipan untuk meminta kesediaan menjadi partisipan penelitian. Peneliti harus melalui beberapa tahap pengurusan perijinan surat ethical clearance sebagai berikut: peneliti mengurus surat ijin etik penelitian dari Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya untuk diajukan ke Fakultas Kedokteran. Pada saat mengajukan surat ethical clearance peneliti harus membawa persayaratan pengajuan surat etik penelitian yaitu, satu buah proposal untuk diajukan ke bagian etikal penelitian Fakultas Kedokteran. Kemudian, proposal tersebut akan diperiksa oleh ketua komite etik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya untuk dilakukan uji etik. Apabila, sudah dilakukan uji etik dan ketua komite etik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya menyetujui penelitian tersebut karena, sesuai dengan etika penelitian, maka
76
peneliti akan mendapatkan sertifikat etik untuk diajukan ketempat penelitian yaitu, RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. . Setelah peneliti mendapatkan sertifikat etik dan surat izin penelitian, peneliti menemui bagian diklit, kemudian dari diklit di beri surat yang harus diberikan kepada kepala instalasi ruangan yang akan peneliti ambil untuk mengambil sampel. Setelahnya surat tersebut dibawa kembali lagi ke diklit dan menyelesaikan administrasi pembayaran uang penelitian, setelahnya barulah dari diklit dikeluarkan surat pengantar penelitian ke ruangan tersebut, setelah selesai peneliti meminta surat rujukan telah selesai melakukan penelitian di ruangan dan instalasi untuk di serahkan ke diklit dan bagian diklit memproses surat bahwa telah selesai melakukan penelitian di RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang. c. Tahap Pelaksanaan Penelitian
ini
dilaksanakan
pada
bulan
Januari
2018.
Sebelumnya peneliti memperkenalkan diri dilanjutkan dengan menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian kepada responden, kemudian responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian serta menandatangani informed consent, memberikan kuisioner pada responden, dan setelah kuisioner ada di peneliti kemudian peneliti melakukan
penghitungan
data,
barulah
peneliti
melakukan
pengolahan data dengan program komputer, setelah didapatkan hasil penelitian, maka dilakukan pembahasan dan penyusunan laporan penelitian.
77
K. Uji Validitas Uji validitas merupakan ketepatan dan kecermatan pengukuran, valid maksudnya alat tersebut mengukur apa yang ingin di ukur. Ada dua syarat yang berlaku pada sebuah kuisioner, yaitu keharusan sebuah kuisioner untuk valid dan reliable. Kuisioner dikatakan valid apabila pernyataan kuisioner mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuisioner tersebut. Untuk mengetahui validitas suatu instrument kuisioner dilakukan dengan cara melakukan korelasi antara skore masing-masing variabel dengan skor totalnya. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan uji validitas korelasi pearson product moment yaitu suatu variabel (pertanyaan) dikatakan valid bila skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Keputusan uji validitas ini bila r dihitung (r pearson) ≥ r tabel artinya
pertanyaan
tersebut valid, sedangkan bila r hitung (r person) < r tabel artinya pertanyaan tersebut valid (Riyanto, 2011). Uji validitas merupakan merupakan indeks yang menunjukan alat ukur benar-benar mengukur variabel yang diukur. Jumlah sample minimum yang harus dipenuhi untuk uji validitas (Notoatmoedjo, 2010). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari Putra (2015) dan dilakukan modifikasi pada kuesioner, sehingga perlu dilakukan uji validtas. Uji validitas dengan corrected item total correlation dengan derajat kepercayaan 95%. Apabila skor r hitung > r tabel berarti data tersebut valid dan apabila skor r hitung < r tabel berarti data tidak valid. Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan kepada 22 responden yang terdapat di ruang Kelingi 2 RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Skor r tabel yaitu, 0,423. Hasil
78
validitas pada tiap butir soal dukungan keluarga menunjukkan bahwa r tabel lebih besar dari r hitung Pada kuesioner dukungan keluarga dengan jumlah 28 soal setelah dilakukan uji validitas semua kuesioner tidak ada yang dihapus. L.Uji Realiabilitas Uji reabilitas yaitu kestabilan pengukuran, alat dikatakan reliabel jika digunakan berulang-ulang pada waktu sama. Sedangkan pertanyaan dikatakan realiabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji realibilitas menggunakan metode cronbah’s alpha. Standar yang digunakan dalam menentukan reabilitas adalah dengan membandingakn nilai cronbah’s alpha pernyataan yang diuji dengan tabel konstanta. Nilai cronbah’s alpha yang reliabel (0,6). Keputusan uji reabilitas yaitu bila nilai cronbah’s alpha lebih > konstanta (0,6) maka pertanyaan reliable. Sedangkan nilai cronbah ‘s alpha < konstanta (0,6) maka pernyataan tidak reliabel (Riyanto,2011). Hasil uji realibilitas pada dukungan keluarga diperoleh skor sebesar 0,945 yang artinya data realiabel. M. Teknik
Pengolahan dan Rencana Analisa Data
1. Teknik Pengolahan Data Menurut Notoadmodjo ( 2010) beberapa teknik pengolahan data dengan computer yang dapat dipergunakan : a. Pengolahan Data (Editing) Peneliti melakukan pemeriksaan kembali jawaban responden pada kuisioner penelitian, jika sudah tepat, sehingga dapat diproses lebih lanjut. Editing dilakukan setelah sampel minimal yang dibutuhkan terpenuhi. Tujuan dari editing ini adalah untuk
79
memastikan bahwa data yang diperoleh yaitu kuisionernya semua telah diisi, relevan dan dapat dibaca dengan baik. b. Pengkodean (Coding) Semua kuisioner dilakukan pengeditan atau penyuntingan, selanjutnya, dilakukan pengkodean atau coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau data tersebut dikategorikan menjadi berkelompok. Koding yaitu hasil jawaban kuesioner dari setiap pertanyaan kuesioner diberi kode sesuai petunjuk. Kegunaan koding adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data. Pada data demografi responden, usia diberi kode 1 apabila 18-40 tahun, 2 apabila 41-60 tahun dan 3 apabila >60 tahun. Pada jenis kelamin diberi kode 1 apabila jenis kelamin laki-laki, apabila 2 berjenis kelamin perempuan. Pada tingkat pendidikan diberi kode 1 apabila SD, kode 2 apabila SMP, kode 3 apabila SMA, dan kode 4 apabila perguruan tinggi. Pada pekerjaan diberi kode 1 apabila tidak bekerja, kode 2 apabila pegawai negeri/TNI/Polri, di beri kode 3 apabila petani, kode 4 apabila pensiunan, dan kode 5 apabila lain-lain. Pada jumlah kemoterapi diberikan kode 1 jika responden menjalani 1 kali kemoterapi, kode 2 jika responden menjalani 2 kali kemoterapi, kode 3 jika responden menjalani 3 kali kemoterapi, kode 4 jika responden menjalani 4 kali kemoterapi, kode 5 jika responden menjalani 5 kali kemoterapi, kode 6 jika responden menjalani 6 kali kemoterapi, kode 7 jika responden menjalani > 6 kali kemoterapi.
80
Lama penyakit diberikan kode 1 apabila responden menderita penyakit < 6 bulan dan kode 2 , jika responden menderita penyakit ≥ 6 bulan. Pada stadium kanker diberi kode 1 apabila responden berada pada stadium 1, diberi kode 2 apabila responden berada pada stadium 2, diberi kode 3 apabila responden berada pada stadium 3 dan diberi kode 4 apabila responden berada pada stadium 4. Pada lembar kuisioner dukungan keluarga untuk pernyataan positif atau favorable diberi skor 4 apabila selalu, skor 3 apabila sering, skor 2 apabila kadang-kadang dan skor 1 apabila tidak pernah. Sedangkan untuk pernyataan negatif (unfavorable) adalah diberi skor 1 apabila selalu, skor 2 apabila sering, skor 3 apabila kadang-kadang dan skor 4 apabila tidak pernah. Pada lembar kuisioner illness perception untuk pernyataan positif atau favorable diberi skor 10 apabila responden menjawab 10. Untuk pernyataan negatif atau unfavorable diberi skor 10 apabila responden menjawab 1. c. Pemasukan Data (Entry Data) Data yang telah diolah dan diberi kode secara manual kedalam tabel dimasukan kedalam program atau “software” computer. Software computer bermacam-macam mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah satu analisa data yang paling sering dilakukan untuk “entry data” penelitian adalah dengan menggunakan program Analysis computer .
81
d. Pembersihan Data (Cleaning) Peneliti melakukan pemeriksaan kembali untuk memastikan kemungkinan ada kesalahan dalam pengkodean, ketidak lengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pengkoreksian jawaban responden. Proses ini disebut dengan pembersihan data (cleaning) Pengecekan dilakukan secara komputerisasi dan menilai adanya jumlah responden yang valid dan mengetahui missing data dalam spss. 2. Analisis Data Analisis data dilakukan menggunakan analisis komputer, data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dijelaskan dengan bentuk narasi. a. Analisis Univariat (Analisi Deskriptif) Analisis univariat adalah analisis yang berisi tentang penjelasan atau deskripsi terhadap karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis univariat bentuknya tergantung dari jenis datanya (Notoadmodjo, 2010). Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari semua variabel yang diteliti sehingga dapat memahami karakteristik dari suatu data (Dahlan, 2012). Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan dukungan keluarga dan illness perception pada pasien kanker payudara dalam menjalani kemotarapi dalam bentuk distribusi frekuensi tentang karakteristik responden (usia, tingkat pendidikan terakhir, siklus kemoterapi, dan stadium penyakit).
82
b. Analisis Bivariat Analisis bivariat ini dilakukan untuk mengetahui diduganya berhubungan atau berkorelasi antara dua variabel yaitu faktor independen dengan faktor dependen (Notoatmodjo, 2012). Sebelum analisis bivariat terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan kolmogorov smirnov. Uji kolmogorov smirnov memilki syarat yaitu, data dengan skala interval dan rasio, data tunggal/ belum dikelompokkan pada tabel frekuensi dan bisa digunakan untuk sampel besar/kecil. Hasil dari uji kolmogorov smirnov yaitu, <0,05. Sehingga, data dikatakan tidak normal. Untuk membuktikan adanya hubungan antara variabel dukungan keluarga dengan illness perception, peneliti menggunakan uji Alternatif yaitu Fisher Exact, dikarenakan data yang didapat tidak normal. Sehingga, diperoleh nilai p-value 0,004 (p<0,05) hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang berada di wilayah Kota Palembang dan kepemilikkan oleh pemerintah pusat provinsi Sumatera Selatan. Rumah sakit ini terdiri dari beberapa ruang rawat inap termasuk unit kemoterapi di lantai 1. Pada lantai 2 terdapat ruang rawat inap pasien yang akan menjalani proses kemoterapi dan ruang inap pasien yang telah menjalani proses pemulihan pasca kemoterapi. Ruangan ini terdiri dari satu kepala ruangan dan terbagi atas dua tim. Tim pertama berperan sebagai petugas untuk menangani pasien yaitu pada tahap persiapan seperti memberkan obat anti mual muntah dan anti alergi, memberi imformasi untuk setiap efeksamping obat kemoterapi yang akan masuk kedalam tubuh pasien serta berperan saat pemberian obat kemoterapi. Tim kedua bertugas menangani pasien pasca pemulihan kondisi pasien, mengatur jadwal kemoterapi selanjutnya serta memberi pendidikan kesehatan pada pasien rawat jalan.. Bab ini menguraikan hasil penelitian yang meliputi analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat akan menguraikan gambaran karakteristik responden, sedangkan analisis bivariat akan menguraikan hubungan antara dukungan keluarga yang meliputi : dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.
83
84
Penelitian ini dilakukan pada pasien kanker yang pernah menjalani kemoterapi di ruang rambang kemoterapi lantai 1 dan lantai 2 RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang secara umum semua responden kooperatif, meskipun ada juga sebagian responden yang merasakan kurang nyaman, akibat beberapa efek samping yang mulai muncul pada saat proses kemoterapi berlangsung seperti mual muntah, lemas dan ketidakmampuan untuk menjawab sendiri pernyataan kuesioner yang diajukan peneliti, sehingga peneliti ikut berperan dalam membaca pernyataan pada kuesioner dan responden hanya mengungkapkan jawabannya. B. Hasil Penelitian 1. Karakteristik
Responden
Berdasarkan
Usia,
Pendidikan
Terakhir,
Pekerjaan, Lama Penyakit, Stadium Penyakit dan Siklus Kemoterapi a. Usia Survey penelitian yang dilakukan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang pada bulan Januari 2018 di ruang Rambang, pada survey tersebut didapatkan sampel sebanyak 67 responden dari rentang usia dewasa muda, dewasa akhir dan lanjut usia. Berikut hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Usia 18-40 41-60 >61 Total
n 26 32 9 67
% 38,8 47,8 13,4 100
85
Berdasarkan data pada tabel 4.1 menunjukan bahwa hasil distribusi frekuensi dari 67 responden terbanyak dengan usia 41-60 yaitu sebanyak 32 orang ( 47,8%). b. Pendidikan Terakhir Pendidikan merupakan syarat untuk dapat mencari pekerjaan dan biasanya diutamakan untuk pendidikan tinggi namun tidak menutup kemungkinan pencari pekerja / karyawan justru mensyaratkan atau memilih tenaga kerja dengan tingkat pendidikan menengah. Tabel 4.2 disajikan mengenai jumlah responden menurut pendidikan. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir SD SMP SMA Perguruan Tinggi Total
n 16 14 25 12 67
% 23,9 20,9 37,3 17,9 100
Berdasarkan data pada tabel 4.2 menunjukan bahwa hasil distribusi frekuensi dari 67 responden pendidikan terakhir terbanyak yaitu SMA dengan 25 orang (37,3 %). c. Pekerjaan Manfaat dari pekerjaan adalah untuk memenuhi kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarga. Secara umum definisi bekerja adalah kegiatan yang menyita waktu serta dapat memberikan pengalaman maupun pengetahuan baik secara langsung ataupun tidak. Berikut distribusi frekuensi pekerjaan disajikan dalam bentuk tabel :
86
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pekerjaan Tidak Bekerja PNS/TNI/POLRI Petani Pensiun Lain-lain Total
n 44 5 7 2 9 67
% 65,7 7,5 10,4 3,0 13,4 100
Berdasarkan data pada tabel 4.3 menunjukan bahwa hasil distribusi frekuensi dari 67 responden pekerjaan responden terbanyak yaitu tidak bekerja dengan jumlah 44 orang (65,7%). d. Lama Penyakit Data lama menderita penyakit kanker payudara diperoleh dari rekam medik dan konfirmasi dengan pasien saat melakukan pembagian kuesioner. Lama menderita penyakit kanker payudara dikateogorikan menjadi dua yaitu, durasi pendek kurang dari 6 bulan dan durasi panjang lebih dari 6 bulan. Berikut ini distirbusi frekuensi lama penyakit pasien kanker payudara : Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Lama Penyakit Lama Penyakit < 6 bulan > 6 bulan Total
n 14 53 67
% 20,9 79,1 100
Berdasarkan data pada tabel 4.4 menunjukan bahwa hasil distribusi frekuensi dari 67 responden untuk lama penyakit pada responden yang mengalami kanker payudara yaitu dengan mayoritas terbanyak > 6 bulan dengan jumlah 53 orang (79,1%).
87
e. Stadium Penyakit Pada tahap awal saat kanker berada pada stadium satu, kanker telah berada pada lapisan sekitarnya. Ketika kanker berada pada stadium
dua,
kanker mengalami penyebaran ke jaringan terdekat tetapi belum sampai ke kelenjar getah bening. Tahap lanjut atau stadium lanjut apabila kanker memasuki stadium tiga. Pada stadium tiga, kanker telah melakukan penyebaran ke kelenjar getah bening terdekat tetapi belum sampai ke organ tubuh yang letaknya lebih jauh. Tahap akhir atau disebut stadium akhir apabila telah masuk pada stadium empat. Stadium empat menunjukkan bahwa kanker telah menyebar ke organ tubuh atau jaringan lain.Berikut ini distirbusi frekuensi stadium penyakit pasien kanker payudara : Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Stadium Penyakit Stadium Penyakit I II III IV Total
n 0 31 28 8 67
% 0 46,3 41,8 11.9 100
Berdasarkan data pada tabel 4.5 menunjukan bahwa hasil distribusi frekuensi dari 67 responden pada stadium penyakit kanker payudara, jumlah terbanyak yaitu sebesar 31 orang (46,3%) dengan stadium penyakit II. f. Siklus Kemoterapi Siklus kemoterapi adalah pemberian kemoterapi yang diperlukan dalam satu waktu. Masing-masing angka menunjukkan bahwa pasien menjalankan kemoterapi pada siklus tertentu dengan 6 tahap pemasukan obat kemoterapi pada
88
masing-masing siklus dan jarak interval antar siklus adalah 3-4 minggu. Berikut ini tabel distribusi frekuensi siklus kemoterapi : Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Siklus Kemoterapi Siklus Kemoterapi I II III IV V VI Total
n 0 47 8 5 2 5 67
% 0 70,1 11,9 7,5 3 7,5 100
Berdasarkan data pada tabel 4.6 menunjukan bahwa hasil distribusi frekuensi dari 67 responden. Siklus kemoterapi mayoritas responden berada pada siklus kemoterapi II sebanyak 47 responden (70,1%). 2. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga dan Illness Perception Pada penelitian ini untuk mengetahui tinggi rendahnya dukungan keluarga dan illness perception pada pasien kanker payudara dengan menggunakan pengisian kuesioner. Berikut ini distribusi frekuensi dukungan keluarga, jenis dukungan keluarga, illness perception dan dimensi illness perception sebagai berikut : Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Dukungan Keluarga pada Pasien Kanker Payudara yang menjalani Kemoterapi Di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Tahun 2018 Dukungan Keluarga Kurang Baik Total
n 24 43 67
% 35,8 64,2 100
89
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dukungan keluarga pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi adalah mayoritas baik yaitu sebanyak 43 responden (64,2%). Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Dukungan Keluarga pada Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi Di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Tahun 2018 Jenis Dukungan Keluarga
n
%
Total
Dukungan informasional Dukungan emosional Dukungan instrumental
Kurang 13 32 24
Baik 54 35 43
Kurang 19,4% 47,8% 35,8%
Baik 80,6% 52,2% 64,2%
n 67 67 67
% 100% 100% 100%
Dukungan penghargaan
21
46
31,3%
68,7%
67
100%
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa dukungan informasional pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi adalah mayoritas baik yaitu sebanyak 54 responden (80,6%). Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Illness Perception pada Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi Di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Tahun 2018 Illness Perception Kurang Baik Total
n 29 38 67
% 43,3 56,7 100
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa illness perception atau persepsi penyakit pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang mayoritas baik sebesar 38 responden
90
(56,7%) dan terdapat 29 responden (43,3%) dengan persepsi penyakit yang kurang. Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Dimensi Illness Perception pada Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi Di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Tahun 2018 Dimensi Illness n Perception Kurang Baik Concequences 30 37 Timeline 21 46 Personal Control 29 38 Treatment Control Identity Concern Illness Comprehensibility Emotional
%
Total
Kurang 44,8% 31,3 % 43,3%
Baik 55,2% 68,7% 56,7%
n 67 67 67
% 100% 100 % 100%
33 31 18 23
34 36 49 44
49,3% 46,3% 26,9% 34,3%
50,7% 53,7% 73,1% 65,7%
67 67 67 67
100% 100% 100% 100%
19
48
28,4%
71,6%
67
100%
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa pada dimensi illness perception yaitu, concern pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang berjumlah 49 orang dengan persentase 73,1%. 3. Analisa Bivariat Analisa bivariat adalah digunakan untuk menganalisis hubungan pada tiap variabel independen dan dependen yang diteliti. Hasil analisis disajikan dalam tabel berikut :
91
Tabel 4.11 Tabulasi Silang Dukungan Keluarga Dengan Illness Perception Pada Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi Di RSUP Dr. Mohammad Hoesin palembang Tahun 2018 Dukungan keluarga Kurang Baik Total
Illness Perception Kurang 16 (23,8%) 13 (19,40 %) 29 (43,28)
Baik 8 (11,94 %) 30 (44,7%) 38 (56,71)
Total
P Value
24 (35,8%) 0,004 43 (64,17%) 67 (100%)
OR (95% CI) 4,615 (1,58413,449).
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa dari 24 responden (35,8%) dengan dukungan keluarga kurang terdapat, 16 responden (23,8%) dengan illness perception kurang, 8 responden (11,94 %) dengan illness perception baik. Dari 43 responden (64,17%) dengan dukungan keluarga baik terdapat 13 responden (19,40 %) illness perception kurang, 30 responden (16,9%) dengan illness perception baik. Hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai pvalue 0,004 (p<0,005) hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang. Nilai untuk OR (Odds Ratio) dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang adalah 4,615 (CI : 95% :1,584-13,449). Hal ini menunjukkan bahwa pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi dengan dukungan keluarga yang rendah memiliki 4,615 kali untuk mengalami illness perception yang negatif dibandingkan dengan responden yang mendapatkan dukungan keluarga tinggi.
yang
92
C. Interpretasi dan Diskusi Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden a. Usia Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi mayoritas terbanyak adalah berusia 41-60 tahun. Sesuai dengan teori Papalia (2008), bahwa batasan usia dewasa awal yaitu 18-40 tahun, dewasa menengah yaitu 41-65 tahun, dan dewasa akhir yaitu > 65 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa, sebagian besar kasus kanker payudara terjadi pada wanita usia > 40 tahun keatas (Smeltzer & Bare, 2002). Menurut Sihombing (2011) melakukan penelitian di Kecamatan Bogor Tengah menunjukkan bahwa responden pada kelompok kasus kanker payudara yang berumur di bawah 40 tahun persentasenya lebih rendah dibandingkan dengan yang berumur 40 tahun atau lebih. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mayoritas usia yang mengalami kanker payudara berusia 41 tahun sampai 60 tahun keatas. Penelitian yang dilakukan oleh Irfani tahun 2008 menunjukkan bahwa berdasarkan usia diketahui bahwa partisipan yang berada pada rentang usia dewasa akhir memiliki kecemasan penyakit yang dihadapinya atau concern yang lebih tinggi dibanding rentang usia dewasa awal dan diikuti partisipan yang berada pada rentang usia dewasa madya. Hal ini mungkin disebabkan karena faktor usia yang sudah tua dan perasaan takut meninggalkan semua yang telah dimiliki di dunia, seperti keluarga, teman-teman, harta benda,
93
jabatan, dan lain sebagainya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Taha tentang prevalensi dan karakteristik kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan bahwa semakin tinggi usia seseorang maka, stress yang akan dialami akan semakin ringan. Sumber, jumlah dan intensitas stresor akan berbeda pada setiap tingkatan manusia.
Menurut
asumsi peneliti berdasarkan teori diatas dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi usia maka stress yang dirasakan akan semakin ringan. Selain itu, usia akan mempengaruhi illness perception pasien terhadap stressor yang ada. Jika stressor dipersepsikan buruk maka stress yang dialami akan semakin berat dan semakin matang usia seseorang, persepsi dan respon terhadap stressor akan semakin baik. b. Pendidikan Terakhir Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan terakhir pada pasien kanker payudara yaitu mayoritas terbanyak adalah pendidikan SMA. Menurut Hanifah (2008) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan lebih antisipatif (berpikir panjang), sehingga penanganan penyakit yang lebih cepat dan illness perception yang lebih baik dari pada yang berpendidikan rendah. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanifah (2008) bahwa semakin rendah pendidikan seseorang maka, ketakutan akan kematian semakin rendah. Hal tersebut dikarenakan responden yang berpendidikan rendah memiliki pengetahuan tentang kematian yang sederhana, sehingga menyebabkan rasa takut yang muncul
94
juga sederhana atau rendah. Menurut asumsi peneliti bahwa tingkat pendidikan dapat berpengaruh dalam pengambilan keputusan terhadap pengobatan dan semakin rendah pendidikan seseorang maka, ketakutan akan kematian semakin rendah, sehingga illness perception pada dimensi concern dan emotional semakin tinggi. c. Pekerjaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan pada pasien kanker payudara mayoritas terbanyak adalah tidak bekerja. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiyati pada gambaran kejadian kanker payudara di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2014 menunjukkan bahwa mayoritas responden merupakan Ibu Rumah Tangga (IRT) atau tidak bekerja ada 29 orang (44,6%). Pekerjaan akan mempengaruhi kesibukan seseorang dan mempengaruhi akses untuk memperoleh pengetahuan. Orang yang bekerja biasanya mempunyai pola pikir yang lebih luas dibandingkan yang tidak bekerja. Hal ini dipengaruhi oleh interaksi sosial yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan pengalaman dan tingkat pengetahuan. Selain itu, Lingkungan fisik dimana seseorang bekerja dapat meningkatkan kemungkinan terjadinnya penyakit tertentu (Potter dan Perry, 2002). Hal ini sesuai dengan teori Lee (2008) yang menyatakan bahwa tingkat pekerjaan mempunyai pengaruh terhadap kanker payudara, padatnya aktivitas seorang wanita mengakibatkan kurangnya olahraga atau aktivitas fisik yang kurang. Menurut
asumsi
peneliti bahwa pekerjaan dapat mengakibatkan pola hidup menjadi tidak
95
sehat yaitu, pola konsumsi makanan yang junk food ataupun kurang olahraga banyak,dikarenakan menghabiskan waktu dengan pekerjaan. d.
Lama Penyakit Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyakit pada responden kanker payudara yaitu dengan mayoritas terbanyak > 6 bulan. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Irfani (2008) menjelaskan bahwa partisipan dengan lama menderita kanker kurang dari 6 bulan memiliki ketakutan akan kematian yang paling tinggi, dibandingkan dengan partisipan dengan lama menderita kanker >6 bulan Partisipan dengan lama menderita kanker payudara kurang dari satu tahun (< 1 tahun) merupakan pasien yang baru mengetahui bahwa dirinya mengalami penyakit kanker payudara dimana berdasarkan informasi yang diketahui dari lingkungan diketahui bahwa penyakit kanker payudara merupakan penyakit yang mematikan.Sehingga, apabila ketakutan atau kecemasan terhadap penyakit rendah, maka illness perception pun cenderung baik. Menurut asumsi peneliti bahwa lama penyakit dapat mempengaruhi illness perception pasien.
e.
Stadium Penyakit Hasil penelitian menunjukkan bahwa stadium penyakit pada responden kanker payudara yaitu bahwa hasil distribusi frekuensi dari 67 responden pada stadium penyakit kanker payudara dengan stadium penyakit II. Hasil penelitian ini mendukung hasil temuan dari Depkes RI yang menyebutkan bahwa lebih dari 50% pasien datang pada stadium
96
lanjut. Penyebab keterlambatan pasien kanker untuk datang ke rumah sakit masih belum banyak diteliti lebih jauh namun diduga disebabkan karena kurangnya pemahaman pasien tentang kanker dan pengobatannya (operasi, kemoterapi), pemeriksaan rutin mammografi, dan masih tingginya minat masyarakat untuk pergi ke pengobatan alternatif dan mengesampingkan terapi medis.Selain itu, menurut asumsi peneliti pada stadium dini sering tidak disadari oleh pasien bahwa
ia
sedang
menderita penyakit kanker, karena gejala pada stadium dini sering tidak khas dan tidak ditemukan sehingga pasien kanker sering
datang
terlambat untuk berobat, biasanya ketika sudah stadium dua. Hal – hal tersebut masih sebatas dugaan dan memerlukan penelitian yang lebih lanjut. f. Siklus Kemoterapi Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada responden kanker payudara yaitu bahwa hasil distribusi frekuensi dari 67 responden pada data siklus kemoterapi pasien kanker payudara, mayoritas responden berada pada siklus kemoterapi II. Ketika responden berada pada siklus kemoterapi II hal ini membuat responden memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam menjalani kemoterapi yang dimungkinkan membuat responden terbiasa dengan kemoterapi. sehingga, tidak lagi menganggap kemoterapi sebagai sesuatu yang menakutkan. Peneliti beranggapan bahwa pengetahuan dan pengalaman responden dalam menjalani kemoterapi lebih memberikan kontribusi yang berarti terhadap dimensi concern pada illness perception,
97
sehingga responden tidak merasakan cemas terhadap penyakitnya dan illness perception menjadi semakin lebih baik. 2. Dukungan Keluarga Pada Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2018 Berdasarkan hasil penelitian ini mayoritas dukungan keluarga baik sebesar 56,7 %. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2015) di RSUD dr. Pringdadi Medan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi bahwa mayoritas dukungan keluarga baik sebesar 27 responden dan 9 responden (15,3%) dengan dukungan kurang. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014) di RSUD Panembahan Senopati Bantul pada pasien kanker yang menjalani terapi bahwa paling banyak keluarga memberikan dukungan baik yaitu 16 orang (51.6%). Keluarga memberikan dukungan paling sedikit dalam kategori kurang yaitu 2 orang (6.5%). Namun, hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Husni pada tahun 2012 di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi sebanyak 24 responden (75%) dan 8 responden (25%). Menurut Husni bahwa dukungan keluarga yang diberikan kepada pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah dukungan keluarga, dan sosial ekonomi keluarga ( pekerjaan, dan pendidikan). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa dukungan keluarga yang negatif merupakan faktor yang berperan dalam mempengaruhi hasil kesehatan klien, utamanya dengan penyakit kronis. Dukungan keluarga adalah suatu bantuan yang dapat diberikan kepada anggota keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasihat yang mampu membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan tenteram. Selain
98
itu, salah satu tindakan keluarga dalam penerimaan terhadap anggota keluarga yang sakit. Anggota keluarga berpendapat jika anggota keluarga yang selalu mendukung akan selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan yang diperlukan. Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa dukungan keluarga dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 4 macam yaitu, dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan instrumental dan dukungan penghargaan. Pada hasil penelitian ini bahwa dukungan informasional adalah mayoritas dukungan keluarga terbesar. Dukungan informasional adalah dukungan ini tampak dalam penyediaan saran atau petunjuk, nasihat, bimbingan dan arahan atau umpan balik terhadap pemecahan masalah. Menurut asumsi peneliti dukungan keluarga yang tinggi dapat disebabkan karena keluarga memahami akan efek yang ditimbulkan oleh obat kemoterapi dan hal ini berkaitan dengan pendidikan anggota keluarga. sehingga, pada saat pasien sangat membutuhkan dukungan keluarga, keluarga berperan serta dalam kesembuhan pasien dan memotivasi pasien agar tetap berusaha untuk mencapai kesembuhan penyakitnya. Selain itu, pasien merasa keluarga
memberikan
informasi yang cukup mengenai penyakit kanker, keluarga memberikan perhatian lebih kepada pasien dan keluarga peduli dengan kondisi kesehatan pasien, sehingga keadaan seperti ini dapat meringankan gejala yang muncul pada pasien dan terciptanya illness perception yang lebih baik.
99
3. Illness Perception Pada Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2018 Berdasarkan hasil penelitian bahwa illness perception pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi mayoritas baik. Menurut asumsi peneliti hal ini disebabkan karena selain dukungan keluarga yang baik, tingkat pendidikan yang dimiliki responden juga berperan dalam membentuk illness perception yang baik . Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gultom tahun 2012 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh pada persepsi penyakit pasien. Selain itu, penelitian di Iran juga menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki pemahaman yang lebih tinggi terhadap penyakit. Hal ini sepemikiran dengan peneliti yang menunjukkan bahwa data responden yang memiliki pendidikan SMA sebesar 25 responden (37,3%), sehingga illness perception pada pasien cenderung baik. 4. Hubungan dukungan keluarga dengan Illness Perception Pada Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2018 Dukungan keluarga yang kurang disebabkan karena, dukungan emosional mayoritas lebih rendah dari pada dukungan informasional, instrumental dan penghargaan. Pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi menyatakan bahwa mereka belum merasakan kepedulian yang diberikan terhadap anggota keluarga dan pada saat responden merasakan sakit dalam situasi yang tertekan, maka mereka tidak merasakan kenyamanan dan rasa aman dalam situasi tersebut. Hal ini dikarenakan dukungan emosional yang diberikan keluarga kepada pasien
100
dapat mempengaruhi kesehatan jiwa. Secara umum dukungan emosional kurang begitu diperhatikan, dukungan keluarga lebih berorientasi kepada masalah materi. Hal ini dibuktikan dengan kurangnya keluarga dalam memperhatikan lingkungan dan kenyamanan rumah. Adanya anggota keluarga yang mengalami kanker payudara akan menimbulkan stressor terhadap anggota keluarga tersebut. Anggota keluarga akan mengalami tahap adaptasi stress berupa gejala interpersonal, antara lain sikap acuh tak acuh pada lingkungan, apatis, agresif, minder, hilangnya kepercayaan pada orang lain dan mempermasalahkan orang lain (Safaria, 2009). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tasripiyah tahun 2012 pada pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi didapatkan bahwa 50% responden memiliki dukungan emosional yang rendah. Kurangnya perhatian yang diberikan oleh keluarga terhadap jadwal kontrol pengobatan pasien membuat pasien terabaikan. Perhatian terhadap stressor dan pengobatan yang dijalani pasien membuat pasien merasa termotivasi
untuk
sembuh. Menurut Allen (2006) menjelaskan bahwa dukungan emosional terkait dengan monitoring kemoterapi dan diet untuk meningkatkan keberhasilan dalam perawatan diri sendiri. Perawatan diri yang baik akan menciptakan kualitas hidup yang tinggi. Menurut asumsi peneliti bahwa dengan adanya dukungan emosional yang baik akan meningkatkan keyakinan akan kemampuan dalam melakukan tindakan perawatan diri. Pasien kanker payudara yang berada di lingkungan keluarga dan mendapat perhatian dari anggota keluarga dapat menimbulkan perasaan nyaman dan aman sehingga akan tumbuh rasa perhatian terhadap diri sendiri dan akan
101
menimbulkan
motivasi
dalam
melaksanakan
pengobatan.
Ketika
pasien
mendapatkan dukungan emosional yang kurang dari keluarganya, maka muncul perasaan emosi negatif, seperti cemas dan stress. Kondisi yang dapat menimbulkan stress pada pasien kanker payudara dapat menurunkan imunitas tubuh dan mengganggu fungsi kelenjar endokrin yang dapat meningkatkan ukuran sel kanker. Hal ini disebabkan pada saat individu mengalami stress, hipotalamus melepaskan hormon adrenocorticotropic yang mendorong kelenjar adrenal untuk memproduksi glucorcotiroid yang menghasilkan hormon kortisol dan disebut sebagai stress. Terlalu tingginya kadar hormon kortisol dalam tubuh dapat mengganggu sistem metabolisme tubuh. Dukungan keluarga yang baik dapat disebabkan karena, dukungan informasional yang baik. Komunikasi penting bagi pasien, perawat ataupun keluarga untuk merawat pasien dan mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh pasien. Pasien sangat membutuhkan informasi atau penjelasan baik dari keluarga, perawat ataupun teman. Apabila informasi dimengerti dan diikuti oleh pasien. Sehingga akan optimal dalam memahami program pengobatan. Pasien menyatakan bahwa anggota keluarga cenderung memberikan nasihat, saran atau petunjuk pengobatan terhadap pemecahan masalah yang ada. Penelitian yang dilakukan oleh Taqwim menyebutkan bahwa aspek dukungan informasi memiliki kolerasi dengan illness perception dan artinya bahwa aspek dukungan informasi sangat erat dengan keluarga dan pasien mengenai penyakit yang dideritanya, dengan mengetahui banyaknya informasi mengenai kanker payudara, pasien dengan mudah mengetahui cara mengantisipasi agar
102
penyakit kanker tidak bertambah parah. Keluarga berperan aktif dalam memberikan informasi kepada pasien dan menyampaikan saran dan nasihat yang diberikan tenaga kesehatan kepada pasien, agar pasien tetap memiliki semangat yang optimis dan terciptalah illness perception yang positif. Menurut asumsi peneliti bahwa anggota keluarga menjadi tempat bertukar informasi mengenai pengobatan kanker payudara,walaupun hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa keluarga responden lebih banyak tidak memberikan dukungan emosional. Oleh karena itu,walaupun keluarga memberikan informasi, nasehat pengobatan, saran dan petunjuk mengenai masalah kesehatan yang dihadapi pasien. Namun, kepedulian dan perhatian kepada responden dirasa kurang sehingga, pasien cenderung malas menerapkan saran,nasehat dan pengobatan tersebut. Penyebab dari illness perception kurang adalah pada dimensi illness perception yaitu, treatment control menyatakan mereka tidak memiliki keyakinan terhadap hasil pengobatan tersebut, sehingga menyebabkan illness perception tersebut kurang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Samsarga tahun 2012 menyebutkan bahwa 21% responden berani untuk melakukan pengobatan kemoterapi, 53% responden takut untuk melakukan pengobatan kemoterapi dan sebesar 26% pasrah terhadap pengobatan kemoterapi. Selain itu, penyebab dari illness perception yang kurang adalah stadium terbanyak pada responden yaitu, stadium dua sebesar 70,1%. Hal ini membuktikan bahwa pasien datang untuk berobat bukan pada stadium dini. Jadi, menurut asumsi peneliti bahwa kurangnya pemahaman terhadap pengobatan terhadap kemoterapi,masih kurangnya deteksi dini di Indonesia seperti gerakan SADARI dan pemeriksaan mamografi dan
103
masih tinggi minat masyarakat untuk ke pengobatan alternatif dibandingkan dengan terapi medis. Pemahaman yang kurang terhadap tindakan kemoterapi ini dapat mengakibatkan timbulnya persepsi yang negatif dan hal ini dapat membuat pasien ragu-ragu dalam mengambil keputusan untuk menjalani tindakan tersebut. Pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi dengan illness perception baik. Hal ini dapat disebabkan karena concern yaitu, kecemasan terhadap penyakit kanker payudara masih dalam batas normal, sehingga illness perception pasien kanker payudara baik. Menurut Greeno (2003) bahwa individu yang mengalami kematangan lebih sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu yang matur memiliki daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan. Dari teori tersebut menunjukkan usia sangat berpengaruh terhadap tingkat kecemasan, hal ini sesuai dengan distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia 41-60 sebesar 47,80%. Hasil uji statistik menggunakan uji Fisher Exact diperoleh nilai p-value 0,004 (p<0,05) hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Taqwim pada tahun 2015 di RSUP Dr. Hasan Sadiqin Bandung menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker serviks stadium awal dan menengah di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung karena diperoleh nilai korelasi sebesar 0,715.
104
D. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu: pada penelitian ini responden penelitian antar stadium penyakit tidak dapat dibedakan, sehinggahasil penelitian pada stadium penyakit ini tidak terlalu spesifik. Selain itu, peneliti menyadari pelaksanaan penelitian ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang menjadi hambatan dalam penelitian yaitu ada variabel yang belum terkaji pada illness perception yaitu, komplikasi penyakit dan status sosial ekonomi.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di lakukan tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr . Mohammad Hoesin Palembang dapat disimpulkan bahwa: 1.
Pada karakteristik responden pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang berusia 41-60 yaitu sebanyak 47,8%, pendidikan terakhir yaitu SMA dengan persentase 37,3 %, pekerjaan responden yaitu tidak bekerja dengan persentase 65,7%, lama penyakit pada responden yang mengalami kanker payudara yaitu terbanyak > 6 bulan dengan persentase 79,1%, pada stadium penyakit kanker payudara, jumlah terbanyak yaitu 46,3% dengan stadium penyakit II dan siklus kemoterapi responden berada pada siklus kemoterapi II sebanyak 70,1%.
2. Dukungan keluarga pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang adalah baik dengan persentase 64,2%. 3. Illness Perception pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang adalah illness Perception baik dengan persentase 56,7%. 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan illness Perception pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dengan nilai p-value 0,004 (p< 0,05).
105
106
B. Saran 1. Bagi Pasien Kanker Payudara Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan akan hasil pengobatan kurang. Pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi diharapkan untuk memiliki keyakinan positif terhadap hasil pengobatan yang telah dilakukan, sehingga pasien patuh terhadap pengobatan dan memiliki sikap yang optimis terhadap pengobatan yang dijalani. 2. Bagi Keluarga Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan emosional kurang pada pasien kanker payudara yang mengalami efek dari kemoterapi diharapkan keluarga memberikan perhatian dan rasa simpati lebih kepada pasien kanker payudara dikarenakan , sehingga pasien merasa aman dan nyaman saat menjalani pengobatan kemoterapi. Perasaan positif inilah yang pada akhirnya mampu menghindarkan pasien dari persepsi negatif. 3.
Bagi Perawat Diharapkan bagi perawat agar memberikan penyuluhan atau informasi kepada keluarga pasien kanker tentang pentingnya dukungan keluarga terhadap pasien kanker dalam menjalani proses kemoterapi, agar pasien dapat lebih termotivasi dalam menjalani kemoterapi.
4.
Bagi Rumah Sakit Diharapkan kepada Manajemen Rumah Sakit agar mengembangkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam peningkatan kualitas pelayanan, khususnya bagi pasien kanker dalam menjalani kemoterapi karena pasien memerlukan perhatian yang lebih dan memberikan informasi yang terbaru tentang kemoterapi dan penyakit kanker agar bisa meningkatkan illness perception yang baik di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
3. Bagi Penelitian Selanjutnya Pada penelitian selanjutnya disarankan agar peneliti meneliti perbedaan antar stadium kanker dan siklus kemoterapi, sehingga diharapkan pada
107
penelitian selanjutnya stadium penyakit terhadap illness perception harus dispesifikan. Selain itu, diharapkan pada penelitian selanjutnya lebih mengkaji variabel yang belum terkaji pada illness perception penyakit dan status sosial ekonomi.
yaitu,
komplikasi
DAFTAR PUSTAKA Ali, Z. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta :EGC. Anita. (2016). Perawatan Paliatif dan Kualitas Hidup Pasien Kanker.Jurnal Kesehatan, Vol 7, No (3), 508-513
Azwar, Saifuddin. ( 2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Broadbent, E., Petrie K.J., Main, J., & Weinmann, J. (2006). The Brief Illness Perception Questionaire (BIPQ). Journal of Pyshchomatic Research, 60. 631637. Corwin, E J. (2009).Buku saku patofisiologi. Jakarta; EGC.
Dahlan, Sopiyudin. (2011). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5. Jakarta, Salemba Medika. Diananda, Rama. (2009). Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta : Katahati Dolan, Pat, John Canavan, & John Pinkerton.(2006).Family Support as Reflective Practice. London : Jessica Kingsley Publisher. Effendi, Ferry & Makhfudli (2009).Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam Kepeawatan.Jakarta : Salemba Medika. Fajriati, A. (2013). Hubungan Dukungan Sosial Dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi di R.S Roemani Muhammadiyah Semarang. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keperawatan. Universitas Muhammadiyah Semarang. Finfgeld-Connett, D. (2007), Meta-synthesis of caring in nursing, Journal of Clinical Nursing, vol. 17, no. 0, hal. 196-204. Fitzpatrick, R., Stanton N., Tracey, R., Suzanne, S., Williams dan Gareth. (2005). Understanding Rheumatoid Arthritis.Newyork :Routledge. Green and Kreuters. (2005). Health program planning, An Educational and Biological Approach. Fourth Edition. New York : Mc Graw-Hills Avenur Gultom, Y.T., 2012, Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Tentang Manajemen Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta Pusat, Skripsi, Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia, Depok. Hubungan kualitas hidup dan persepsi pasien tentang penyakit diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi. Available from: https://www.researchgate.net/publication/322797403_Hubungan_kualitas_hi
108
dup_dan_persepsi_pasien_tentang_penyakit_diabetes_mellitus_tipe_2_deng an_komplikasi. Hanifah, Maryam. (2015). Kualitas Hidup pada Penderita Kanker dengan Status Sosial Ekonomi Rendah.Skripsi. Fakultas Psikologi.Universitas Muhamadiyah Surakarta. Hidayat, A.A. (2014). Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data. Jakarta : Salemba Medika. Hopman P, Rijken M..( 2015). Illness perception of cancer patients; relationship with illness perception and coping. Psycho-Oncology 24(1); 11-18 Diakses pada tanggal 31 Juli 2016. http://nivel.eu Husni, M. , Romadani, S. , Rukiyati, D. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara di Instalasi Rawat Inap Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Vol 2, No. 2, 77-83. Indriatmo,W., Muharyati, A., Setiajati, A.(2015). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Untuk Sembuh Pada Pasien Kanker Yang Menjalani Kemoterapi Di Ruang One Day Care RSUD dr Moewardi. Fakultas Ilmu Keperawatan. STIKES Kusumahusada Surakarta. Indriyani, Diyan. (2013). Aplikasi Konsep & Teori Keperawatan Maternitas Pospartum dengan Kematian Janin. Jakarta:Ar-ruz media. Infodatin. (2015). Pusat Data dan Informasi Kementrian RI, Stop Kanker. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2017 http://www.depkes.go.id/download.php%3Ffile%3Ddownload/pusdatin/info datin/infodatin-kanker.pdf International Agency for Research on Cancer. (2012). Mortality and Prevalence World Wide. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2017 http://globocan.iarc.fr/default.aspx Irfani, Nabila. (2008). Hubungan Antara Persepsi dengan Kematian dengan Ketakutan Akan Kematian Pada Wanita Penderita Kanker Payudara. Jurnal Psikologi. Diakses pada tanggal 24 Januari 2018 Jatman, D. (2000). Psikologi Jawa. Yogyakarta: Bentang budaya Kao, H.F., dan Travis S.S. (2005). Effects of Accultiration and Social Exchange on the Expectation of Filial Piety Among Hispanic/Latino Parents of Adult Children. Nursing & Health Sciences, 7(4), 226-234 Kementrian Kesehatan. (2015).Situasi Penyakit Kanker.Data dan Informasi Kesehatan. Diakses pada tanggal 16 Januari 2018
109
Kusuma, D.K .(2011).Metodologi Penelitian Keperawatan : Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta :Trans InfoMedia. Kuswita, P. & Jaji. (2013). Pengaruh Psikoedukasi Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Kanker Payudara di RSUP. Dr. Mohammad Heosin Palembang Tahun 2013. Jurnal Keperawatan Bina Husada, Vol 1 , No. 2 , 375-379 Lee, R. (2008). Kanker Payudara Pencegahan Dan Solusinya. Jakarta: PT Daras Book. Leifer. (2008).Maternity Nursing : An Introductory Text, Tenth Edition. Canada : Saunder Elsevary Inc. Mahmunah, Dedeh. (2010). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Religiusitas dengan Kecemasan Melahirkan pada Ibu Hamil Anak Pertama (Primigravida). Skripsi S1 Fakultas Psikologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mambodiyanto & Prima, M. (2016). Pengaruh Pengobatan Alternatif Sebagai Faktor Penyebab Keterlambatan Penanganan Medis Penderita Kanker Payudara di Puskesmas Lumbir Kabupaten Banyumas.Jurnal ilmiah ilmu kesehatan, Vol 14, No (3), 1-7.
Marliyah, L., Fransisca I. R.D. & P. Tommy Y.S.Suyasa. (2004). Persepsi terhadap Dukungan Orang tua dan Pembuatan Keputusan Karir Remaja.Jurnal Propitae No. 1, hal 51. Mohdari , Rahmayani, D. ,Muhsin, M. (2016). Dukungan Suami dalam Peningkatan Kualitas Hidup pada Pasien dengan Kanker Payudara diruang Edelweis RSUD Ulin Banjarmasin. Jurnal Dinamika Kesehatan, Vol. 07 No. 1 , 58-68 Moos R.H. dan Schaefer, J.A.(1984).The Crisis Of Physical Illness : an Over View and Conceptual Approach. Newyork : Plenum Press, vol. 2, 3-25. Moss-Morris R.,Weinman J., Petrie K.J., Home,R., Cameron, L.D., & Buick,D.(2002). The Revised Illness Perception Questionaire (IPQR).Psychologi and Health. 17,1-16 Muhlisin, Abi. 2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Noor, Juliansyah. (2011). Metodelogi Penelitian : Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah. Jakarta : Kencana. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
110
Notoatmodjo,S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nordbo, Emma Charlot Andersson. (2014). Helse og livskvalitet ved hudlidelser. Universitet Fakultet for Samfunnsvitenskap Institutt for landskapsplanlegging Seksjon for folkehels (27). Susanti.M.E. dan Sulistyarini T. (2013). Dukungan Keluarga Meningkatkan Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus di Ruang Rawat Inap RS. Baptis Kediri.Jurnal STIKES Vol. 6 No.1. Oemiati, R. , E. Rahajeng , A.Y. Kristanto . (2011). Prevalensi Tumor dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, Vol 39, No (4), hal 190-204.
Nursalam, M. Nurs & Ninuk Dian Kurniawati. (2007).Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta : Salemba Medika. Papalia, D.E., Old, S.W., dan Feldman, R.D. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan).Jakarta: Kencana Perry M C. The chemotherapy sources book 4th ed. Philladelphia; Lipp William&Wilkins, 2008. Diakses pada tanggal 15 Mei 2016. http://books.google.co.id Potter, P.A, Perry, A.G.(2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk.Jakarta:EGC. Pratiwi, E.I., (2011). Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Penderita Kanker Payudara Dalam Memeriksakan Diri Ke Pelayanan Kesehatan (Studi Dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya). Undergraduate Thesis . Surabaya: Universitas Airlangga Pratiwi, F.D. (2015). Hubungan antara Illness Perception dengan Intensi Berolahraga Rutin Pada Mahasiswa Penderita Asma Di Kota Bandung.Fakultas Psikologi. Universitas Padjadjaran. Putra, Sitiatava R, (2015). Buku Lengkap Kanker Payudara. Yogyakarta : Laksana. Rahayu, Sara Revi. (2008). Hubungan Antara Pengetahuan Keluarga dengan Dukungan Keluarga dalam Perawatan DM di Desa Pamongan Kecamatan Guntur Kabupaten Demak.Diakses pada tanggal 15 Oktober 2017 http://www.digilib.unimus.ac.id
111
Rasjidi, I. (2010). Perawatan Paliatif Suportif dan Bebas Nyeri pada Kanker. Jakarta: Sagung Seto. Ratnaningtyas, A.W. & Sudiantara, Y.(2013). Hardiness Pada Wanita Penderita Kanker Payudara. Fakultas Psikologi. Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta. Robiyanto, Ammi Okta Prayudha & Esy Nansy.(2016).Uji Validitas Instrumen BIpq Versi Indonesia Pada Pasien Hipertensi Di Rsud Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak. Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal Vol. 1, No.1,ISSN ONLINE: 2502-8413 RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang (2017).Medical Record RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Safaria, T.E. (2009). Manajemen Emosi. Jakarta : PT. Bumi Aksara Sarafino, Edward P. (1990). Health Psychology :Biopsychosocial Interaction. Seventh Ed.Canada :John Wiley & Sons Inc. Saxton, J. & Daley, A 2010. Exercise and Cancer Survivorship: Impact. Setiadi.(2008).Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.Yogyakarta : Graha Ilmu Setiawati, A.,Dwiatmaka, Y. (2015).Efek Sitotoksik Ekstrak Dietil Eter Herba Pegagan Embun (Hydrocotyle Sibthorpioides Lmk.) Terhadap Sel Kanker Payudara Mcf-7. Jurnal Farmasi Sains Dan Komunitas, Vol. 12 No. 1, . 1-5 ISSN : 1693-5683 Shabahang H, Panahi G, Noferesti G, Sahebghalam H, Robubiat S, Bolurian M. (2011). Illness representation of breast cancer in affected women undergoing chemotheraphy. Medical Jurnal Islamic Republic Iran. 25(2);76-81. Diakses pada 10 Oktober 2017 http://mjiri.iums.ac.ir Sihombing. 2011. Faktor Risiko Tumor Payudara Pada Perempuan Umur 25-60 tahun di Lima Kelurahan Kecamatan Bogor Tengah. Jurnal Kesehatan Reproduksi. Diakses Januari 2018 Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2).Jakarta :EGC Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC.
112
dengan
Pendekatan
Sudarsa, I. W. , Yasa I. W. P. S. (2013). C-X-C Receptor 4 (CXCR4) Metastasis Kanker Payudara. Indonesian of Journal Clinical Pathology and Medical Laboratory, Vol 19, No (2), 126-131 Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Suprajitni.(2004). Asuhan praktik.Jakarta: EGC.
Keperawatan
Keluarga
:
Aplikasi
dalam
Suttan, S. A. B. & Marie Johnson. (2004). The SAGE Handbook of Health Psychology. London : SAGE Publication Ltd. Taha. (2011). Prevalensi dan Karakteristik Penderita Kanker Payudara di Dapertemen Bedah RSUP Haji Adam Malik Medan.. Taqwim, Aditya A., Rahayu, S. M.(2015). Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Illness Perception Pada Pasien Kanker Serviks Stadium Awal dan Menengah di RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Prosiding Psikologi, Gelombang 2, ISSN : 2460-6648 Taylor, S.E. (2009).Health Psychology Ed. Newyork : McGraw-Hill. Tim Cancer-Helps.(2010). Stop Kanker. Jakarta: Agro Media Pustaka. Videback, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. World Health Organization. (2017). Cancer. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2017 http://who.int/cancer/en World Health Organization. (2015). Mortality and Global Health Estimates In Europa. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2017 http://who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/ World Health Organization. (2014). Health Profil Indonesian. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2017 http://www.worldlifeexpectancy.com/country-health-profile-indonesia World Health Organization. (2017). Palliative Care. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2017 http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs402/en/
Weinman J, Petrie KJ, Moss-Morris R, Horne R.(1996). The illness perception questionnaire: a new method for assessing the cognitive representation of illness. Psychol Health.;11:431–435. doi: 10.1080/08870449608400270.
113
LAMPIRAN I LEMBAR INFORMED CONSENT Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Liananda Indri Putri
NIM
: 04021481619002
Alamat
: Perumnas Tanjung Rancing Blok H 6 Kayuagung
Sehubungan dengan tugas akhir saya, saya mohon kesediaan saudara/saudari untuk menjadi responden dalam penelitian saya tentang “ Hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi”. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Penelitian ini dilakukan tanpa unsur paksaan, bersifat sukarela dan tidak menimbulkan kerugian bagi responden. Jawaban yang saudara/saudari berikan akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika saudara/saudari bersedia untuk berpartisipasi, saya mohon kesediaan saudara/saudari untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent) ini dan menjawab seluruh pertanyaan dalam lembar kuesioner yang telah disediakan dan sesuai dengan petunjuk yang ada. Atas kesediaan dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih. Palembang, Januari 2018 Menyetujui (.....................................) 14 11
Lampiran 2 LEMBAR KUESIONER PENELITIAN A. Petunjuk Pengisian 1.
Responden diharap mengisi pertanyaan/pertanyaan sesuai petunjuk pengisian dan keadaan yang dirasakan sebenar-benarnya.
2.
Beri tanda (untuk pilihan dengan saudara/saudari lakukan ketika menghadapi masalah dengan ketentuan sebagai berikut.
3.
Bila saudara/i menjawab pertanyaan/pernyataan yang salah cukup memberi tanda (=) kemudian tentukan lagi jawaban yang anda inginkan dan beri tanda check list (√) pada jawaban yang anda anggap benar.
4.
Semua pertanyaan/pernyataan yang terdapat pada kuesioner merupakan tindakan hal yang anda rasakan ketika mengalami masalah dalam penanganan kanker dalam menjalani kemoterapi. No. Responden ......... (diisi oleh peneliti)
B. Identitas Responden Nama (Inisial )
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
□Laki-laki
Pendidikan Terakhir
:
□ SD □ SMP □ SMA □ PT
Pekerjaan
Jumlah kemoterapi
:
Tahun
□ Perempuan
□ Tidak Bekerja □ PNS/TNI/POLRI □ Petani □ Pensiun □ Lain-lain :
□ Siklus I
□ Siklus II 115
□ Siklus III
□ Siklus IV
□ Siklus V
□ Siklus VI
□ > Siklus VI Lama menderita penyakit : Stadium Penyakit
□I
:
□ II
□ III □ IV Keluarga yang selama ini merawat : Suami
□
Istri
□
Anak
□
Ibu
□
Yang lain sebutkan .... C. Kuesioner Dukungan Keluarga Petunjuk pengisian : berikan tanda check list (√) pada setiap kolom jawaban yang tersedia di bawah ini sesuai dengan kondisi dan situasi yang anda alami, dengan keterangan sebagai berikut :
No.
1.
1.
Selalu
2.
Sering
3.
Kadang-kadang
4.
Tidak Pernah
Pernyataan
Selalu
Keluarga saya menunjukkan kepedulian kepada saya dengan mengajak saya untuk membicarakan keluhan yang berhubungan dengan penyakit yang saya hadapi.
116
Sering
Jarang
Tidak Pernah
2.
Keluarga mengingatkan saya untuk jadwal kemoterapi selanjutnya.
3.
Keluarga memberikan informasi tentang pengobatan alternatif dan tradisional untuk membantu saya dalam penyembuhan penyakit
4.
Keluarga tidak memberitahukan hasil pemeriksaan dan pengobatan dari dokter/ perawat yang merawat saya
5.
Keluarga tidak menjelaskan kepada saya setiap saya menanyakan hal-hal yang tidak jelas tentang penyakit.
6.
Keluarga mengingatkan saya tentang perilaku-perilaku yang dapat memperburuk keadaan saya.
7.
Keluarga tidak memberikan dukungan dalam mengatasi dampak akibat kemoterapi.
8.
Keluarga memberikan semangat pada saya untuk tetap mengikuti pengobatan kemoterapi secara teratur
9.
Keluarga keluh
tidak
kesah
mendengarkan saya
terhadap
penyakit yang saya hadapi 10.
Keluarga menghibur bila saya terlihat
sedang
sedih
akibat
penyakit yang saya hadapi 11.
Keluarga tidak melibatkan saya dalam
pengambilan
keputusan
mengenai pengobatan/ perawatan
117
yang akan saya jalani 12.
Keluarga melibatkan saya dalam pengambilan keputusan tentang hal-hal yang menyangkut masalah keluarga.
13.
Keluarga
memberikan suasana
nyaman saat saya berada dalam situasi stress atau menjalani pengobatan. 14.
Keluarga melarang saya untuk menjalin hubungan sosial dengan lingkungan sekitar
15.
Keluarga mendampingi saya saat saya menjalani pengobatan
16.
Keluarga tidak peduli terhadap makanan dan minuman yang saya konsumsi.
17.
Keluarga tidak menemani dan mengunjungi saya waktu sakit
18.
Keluarga
membantu
saya
melakukan aktivitas yang tidak bisa saya lakukan 19.
Keluarga tidak mengantar dan menjemput saya saat saya ingin menjalani pengobatan.
20..
Keluarga
bersedia
membiayai
biaya perawatan dan pengobatan penyakit saya. 21.
Keluarga berusaha untuk mencari kekurangan kebutuhan
akan
setiap
dalam
proses
118
pengobatan saya 22.
Keluarga memahami jika sakit yang saya derita adalah suatu musibah
23.
Keluarga melarang saya untuk menjalankan hobi/kegiatan saya, karena
ditakutkan
akan
berdampak terhadap penyakit saya. 24.
Keluarga memberikan pujian bila saya
mengikuti
kemoterapi
dengan teratur sesuai jadwal 25.
Keluarga tidak melibatkan saya dalam aktivitas social
26.
Keluarga siap membantu saya dalam melakukan aktifitas seharihari bila saya masih merasa lelah akibat proses kemoterapi
27.
Keluarga memberikan semangat pada
saya
untuk
melakukan
aktivitas seharihari 28.
Keluarga saya membantu saya agar saya selalu tetap berfikir positif terhadap penyakit yang saya alami.
119
Untuk pertanyaan berikut ini, mohon lingkari nomor yang paling sesuai dengan pandangan Anda/Bapak/Ibu/Saudara/Saudari: Petunjuk pengisian: Untuk soal no. 1-8 beri lingkaran pada angka sesuai pilihan anda. Untuk soal no. 9 diisi dengan jawaban singkat dan jelas.
1. Seberapa besar penyakit yang anda derita mempengaruhi hidup anda ?
Sama sekali
Sangat Berat
Tidak berpengaruh
Mempengaruhi saya
2. Menurut Anda, berapa lama penyakit Anda akan berkelanjutan?
Hanya dalam
Selamanya
Waktu singkat
3. Menurut Anda, seberapa besar Anda dapat mengendalikan penyakit Anda?
sama sekali
saya punya
tidak punya
kendali yang sangat
kendali
besar
120
4. Menurut Anda, seberapa besar pengobatan yang Anda terima dapat membantu penyakit Anda?
sama sekali
sangat
tidak membantu
membantu
5. Seberapa berat gejala yang Anda alami sebagai akibat dari penyakit Anda?
tidak ada gejala
banyak gejala
sama sekali
yang berat
6. Seberapa besar Anda mengkhawatirkan penyakit Anda?
sama sekali
sangat khawatir
tidak khawatir
7. Menurut Anda, seberapa baik Anda memahami penyakit Anda?
tidak paham
memahami
sama sekali
dengan sangat jelas
8. Menurut Anda, seberapa besar penyakit Anda mempengruhi Anda secara emosional? (misalnya apakah membuat Anda marah, takut, kecewa atau tertekan?)
secara emosional
secara
sama sekali tidak berpengaruh
emosional sangat berpengaruh
121
BAB I Kanker s/d (Indriatmo,2015).
Perawatan s/d Uji chi-square
BAB 2
Menurut Depkes s/d selama ia sakit
d. Faktor spiritual s/d (Taylor,2009).
Istilah ini s/d misalnya, takdir
Individu s/d neoplasia
Jaringan kelenjar s/d 5. Faktor risiko penyebab kanker payudara
Faktor resiko adalah sesuatu s/d mastektomi
Prosedur pembedahan s/d paliatif
Peningkatan kualitas hidup s/d (Rasjidi,2010).
BAB III Kerangka konsep s./d informed consent
Lembar informed consent s/d uji validitas
Uji reabilitas s/d illness perception
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING I
Nama
: Liananda Indri Putri
Nim
: 04021481619002
Judul Skripsi
: Hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.
Pembimbing I
: Ns. Putri Widita Muharyani, S.Kep. M.Kep
LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI PEMBIMBING I Nama
: Liananda Indri Putri
Nim
: 04021481619002
Judul Skripsi
: Hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.
Pembimbing I
: Ns. Putri Widita Muharyani, S.Kep. M.Kep
No.
Hari, Tanggal, Bulan dan Uraian Tahun Kegiatan/Bimbingan
1.
Senin, 18 Desember 2017
Perbaikan seminar BAB III
2.
Selasa, 19 Desember 2017
ACC Perbaikan koreksi seminar proposal BAB III
3.
Jumat, 19 Januari 2018
4.
Senin, 22 Januari 2018
koreksi proposal
Perbaikan Etika Penelitian dan definisi operasional
Perbaikan BAB IV (Pembahasan Univariat dan Bivariat) dan perbaikan BAB V
5.
Selasa, 23 Januari 2018
ACC Skripsi
perbaikan
Tanda Tangan
LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING II
Nama
: Liananda Indri Putri
Nim
: 04021481619002
Judul Skripsi
: Hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.
Pembimbing II : Hikayati, S.Kep. Ns. M.Kep
LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI PEMBIMBING II
Nama
: Liananda Indri Putri
Nim
: 04021481619002
Judul Skripsi
: Hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.
Pembimbing II : Hikayati, S.Kep., Ns., M.Kep No.
Hari, Tanggal, Bulan dan Uraian Tahun Kegiatan/Bimbingan
1.
Senin, 18 Desember 2017
Perbaikan seminar BAB III
2.
Selasa, 19 Desember 2017
ACC Perbaikan koreksi seminar proposal BAB III
3.
Jumat, 19 Januari 2018
4.
Senin, 22 Januari 2018
5.
Selasa, 23 Januari 2018
koreksi proposal
Perbaikan BAB IV (Pembahasan Univariat dan Bivariat
Perbaikan BAB IV (Pembahasan Univariat dan Bivariat) dan perbaikan BAB V
ACC Skripsi
Perbaikan
Tanda Tangan
LEMBAR DOKUMENTASI