USULAN JUDUL I TUGAS AKHIR PERIODE 118
SOLO EXHIBITION & CONVENTION CENTER Penekanan Design Arsitektur Post Modern
Diajukan oleh :
M Hanif Rusjdi L2B008057
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012
SOLO EXHIBITION & CONVENTION CENTER Penekanan design arsitektur post modern
A. LATAR BELAKANG 1. Kebutuhan Kota Solo Akan Sebuah Convention Center Yang Representatif Dalam beberapa tahun terakhir ini Kota Solo tampak lebih semarak, selain karena banyaknya event berskala nasional maupun internasional yang semakin sering digelar, juga karena perkembangan fisik kota yang cukup pesat. Sejumlah hotel dan pusat perbelanjaan modern satu per satu hadir mewarnai berbagai sudut kota. Sektor pariwisata menunjukkan perubahan yang cukup berarti. Kini Solo telah menjadi salah satu tujuan wisata utama di Indonesia, meskipun memang masih jauh di belakang Bali dan Yogyakarta. Paling tidak upaya bersama dari para stakeholder telah terlihat membuahkan hasil. Ini terlihat dari penghargaan yang diterima Kota Solo sebagai salah satu kota tujuan wisata favorit dan kota dengan pelayanan terbaik. Potensi besar Solo di bidang pariwisata kini sudah mulai dikelola dengan baik. Selain menjadikan diri sebagai kota wisata budaya dan belanja, pemerintah kota juga mencanangkan Kota Solo sebagai kota MICE (Meeting, Incentive, Conference, and Exibition). Diantara daftar kota MICE utama di Indonesia., seperti jakarta, jogja, bandung, Medan, Kota Solo berhasil masuk didalamnya.
Sumber : DepBudPar,2009. Di akses tgl 6 desember 2011 MICE adalah kegiatan konvensi, perjalanaan intensif dan pameran dalam industri pariwisata. Secara teknis, MICE ( Meeting, Incentive, Conference(Convention), dan Ehibition ) digolongkan ke dalam industri pariwisata. Dalam peristilahan indonesia MICE diartikan sebagai wisata konvensi, dengan batasan: usaha jasa konvensi, perjalanan intensif dan pameran merupakan usaha dengan kegiatan memberi jasa pelayanan bagi pertemuan sekelompok orang ( Negarawan, usahawan, cendekiawan, dsb ) untuk membahas masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama. Pada umumnya kegiatan kovensi berkaitan dengan kegiatan usaha pariwisata lainnya, seperti transportasi, akomodasi, hiburan, perjalanan pra
SOLO EXHIBITION AND CONVENTION CONVENTION CENTER
dan pasca konferensi ( Pre and post conference tours ). MICE dapat dikatakan sebagai suatu rangkaian beberapa pariwisata yang dijadikan sebagai satu paket pariwisata yaitu wisata MICE. Pokok dari kegiatan MICE ini a dalah konvensi dan rapat – rapat sedangkan travel dan pameran adalah pelengkap ntuk mendukung kegitan konvensi tersebut. (http://id.wikipedia.org, Diakses tgl 5 Desember 2011 ) Beberapa penghargaan yang berhasil diraih kota solo dalam beberapa kurun waktu terakhir diantaranya yaitu MICE Award 2009 untuk kategori Kepala Daerah Tingkat II Terbaik 2009. Hal ini terkait pengembangan Meeting, Incentive, Conference and Exhibitions (MICE) di wilayah tersebut. Pemberian penghargaan tersebut dilakukan majalah Venue dan disaksikan
secara
langsung
oleh
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI Jero Wacik
(Kompas, 2010. Diakses tgl 6 Desember 2011) Sebelumnya, Kota Surakarta juga mendapatkan penghargaan Indonesian Tourism Award
(ITA)
2009
dalam
kategori
Indonesian
Best Destination
dari
Departemen
kebudayaan dan Pariwisata RI bekerja sama dengan majalah Swa Sembada. Kemudian, Manggala Karya Bhakti Husada Arutala dari Departemen Kesehatan . Penghargaan
juga diperoleh dari
Departemen Keuangan karena dinilai telah
melaksanakan laporan keuangan dengan baik, sehingga mendapatkan dana hibah Rp. 19, 2 miliar. Tim penilai melihat selama kinerja kepemimpinan Wali Kota Surakarta yang sekarang dinilai berhasil. Dalam beberapa kesempatan Wali Kota Surakarta juga menyatakan akan lebih mengembangkan investasi bidang MICE di Solo. Hal itu, salah satunya didasari keberhasilan kota ini menjadi tempat penyelenggaraan event kelas dunia. Seperti Konferensi dan Ekspo Kota-kota Pusaka Dunia (WHCCE), Musyawarah Nasional APEKSI, dan Festival Musik Etnik (SIEM), serta Solo Batik Carnival ( http://suaramerdeka.com, Diakses tgl 5 Desember 2011 ) Mengamati perkembangan dan potensi Kota Solo di atas, rasanya saat ini adalah saat yang tepat untuk diimplikasikannya suatu wacana dibangunnya sebuah convention centre yang standar internasional. Sekarang banyak sekali diagendakan perhelatan besar yang bertaraf nasional dan juga internasional, yang tentu saja melibatkan banyak sekali peserta. Contohnya World Heritage Cities Conference & Expo (WHCCE), Solo Batik Carnival, Festival Pasar Kumandang, Munas Apeksi, SIEM, Bengawan Solo Fair, Borobudur Travel Mart dan Munas Apeksi. Hal ini akan sangat disayangkan bila tidak didukung dengan fasilitas yang memadai, seperti ruangan yang besar dan nyaman dan perlengkapan audio visual yang memadai. Seperti dikemukakan Menteri Luar Negeri Hasan Wirayuda yang menyebut Solo minim fasilitas MICE, salah satunya ruang pertemuan berstandar internasional. Sebagaimana yang juga dikeluhkan oleh General Manager Best Western Hotel Solo Herman Corbois, "Tanpa adanya
convention hall yang memadai, bagaimana event
internasional akan digelar di Solo? Bagaimana soal transportasinya? Audio visualnya? Translator-nya? Solo ingin mempromosikan diri sebagai kota MICE, tapi tidak punya tempat
SOLO EXHIBITION AND CONVENTION CENTER
representatif," kritiknya.( http://suaramerdeka.com, Diakses tgl 5 Desember 2011 ) Hal ini bisa disikapi dengan dibangunnya suatu convention and exhibition centre yang besar dan lengkap, seperti halnya Jakarta Convention Centre yang pada tahun lalu
mampu
memfasilitasi
441
event
dalam
satu
tahun,
2007
dapat dibayangkan berapa
besar dampak yang akan kita dapatkan sebagai pelaku bisnis apabila terdapat event dengan jumlah yang sama dengan event tersebut. Begitu juga dengan kota yogya dengan Jogja Expo Centernya yang disinggung sebagai ruang pameran ideal. "Kalau bicara gedung yang ideal, ya idealnya yang bisa menyesuaikan kebutuhan. Setidaknya seperti JEC itulah, sudah representatif untuk menggelar pameran," Tegas Ketua Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo) Solo Andoko terkait masalah kebutuhan kota solo akan convention hall yang representatif.( http://suaramerdeka.com, Diakses tgl 5 Desember 2011 ) Saat ini, gedung pertemuan di Solo yang representatif untuk menggelar pameran skala besar hanya Diamond Convention Center. Selain lokasinya strategis, sarana prasarana pendukung pameran juga dimiliki pengelola gedung, sehingga pelaksana pameran tidak kerepotan mencari sarana pendukung yang memadai. Hanya saja, kapasitasnya tidak terlalu besar. Tidak menutup kemungkinan ada calon peserta pameran yang tidak kebagian tempat, karena keterbatasan area. Selain itu juga hanya berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan resepsi dan pertemuan biasa, sementara pelaku bisnis lebih memilih menyelenggarakan meeting di restoran ataupun hotel. Hal ini disebabkan oleh desakan kebutuhan akomodasi yang serba praktis dan hemat waktu yang tentunya akan membuat gedung pertemuan di kota Solo terkesan kurang populer. Wacana adanya Convention and Exhibition Centre yang ideal perlu didukung dengan adanya area yang besar, toilet yang memadai, AC, pencahayaan yang cukup, pasokan listrik dan cadangannya, telepon, kendaraan, fasilitas pemadam kebakaran, cargo dan lift serta eskalator bila diperlukan, pintu darurat, ruang sekretariat, panggung, ruang VIP, kafetaria, toko obat, klinik, dapur dan sebagainya. Apabila convention centre ini dibangun, tentu akan terwujud pula peningkatan APBD, penurunan angka pengangguran serta kenaikan pendapatan masyarakat Kota Solo. Apabila dapat dilaksanakan setidaknya 10 event dalam setahun dengan GOP sekitar 40% pada setiap event dapat dipastikan dalam empat hingga enam tahun ke depannya biaya investasi
akan
segera
didapatkan
kembali.
Untuk itu, Pemkot Solo hendaknya dapat
merangkul investor handal yang mampu merealisasikan wacana tersebut. Dengan dibangunnya convention centre seperti ini, niscaya perkembangan MICE di Kota Solo dengan sendirinya akan menunjukkan perkembangan yang signifikan. Dan tentu dengan berkembangnya MICE tersebut akan mendorong laju perekonomian Solo, dan menciptakan atmosfer budaya baru, yaitu berkembangnya Solo tak hanya melulu menjadi kota budaya dan wisata tapi juga menjadi kota metropolitan. Solo akan menjadi pusat bisnis baru di Jawa Tengah dan menjadi nadi perekonomian di Indonesia. Dengan melihat potensi kota, dan keterbatasan fasilitas konvensi yang tersedia di kota Surakarta (Solo), maka diperlukan suatu fasilitas yang mampu mewadahi berbagai
SOLO EXHIBITION AND CONVENTION CENTER
kegiatan
konvensi
memadai.
dan
Perencanaan
ekshibisi
dengan
segala
Convention
bangunan
fasilitas pendukungnya yang sangat And Exhibition Center
di Solo ini
diharapkan dapat menjadi landmark kota Solo dengan menampilkan nuansa budaya tradisional Solo sebagai citra dan karakter bangunan, dengan fleksibilitas ruang (kapasitas dapat menyesuaikan volume segala event , yang sangat fleksible, sehingga sangat mudah disetting menurut kebutuhan konsumen, dengan begitu harga lebih ekonomis). Selain itu melalui bangunan ini dapat menjadi jendela cakrawala budaya Solo bagi para pengunjung. 2. Kemunculan Arsitektur Post Modern Arsitektur post modern merupakan bagian dari arsitektur modern. Masa sebelum masa arsitektur post modern adalah masa arsitektur modern yang merupakan masa bangkitnya arsitektur. Bangunan- bangunan arsitektur yang sebelumnya mempunyai nilai seni yang sangat tinggi (memasukkan unsur tradisional) berubah menjadi sebuah karya arsitektur yang tidak memasukkan nilai seni, melainkan hanya memasukkan unsur ilmu saja dalam proses perancangannya. Kolom-kolom raksasa yang rapat dan balok- balok tebal mulai hilang dengan ditemukannya bahan-bahan bangunan baru dan sistem struktur yang baru pula melalui teknologi canggih.Karya-karya arsitektur raksasa seperti bangunan bertingkat tinggi dan bangunan
bentang
lebar
dapat
dengan
mudah
dilaksanakan
melalui
teknik-teknik
pembangunan yang baru. Para arsitek dapat dengan mudah merealisasikan rancangannya sesuai dengan keinginannya (seperti ingin membangun sebuah bangunan bentang lebar tetapi bebas kolom) karena penemuan bahan / material bangunan baru yang bisa digunakan sesuai dengan keinginan arsitek dan konsumen. Dengan tersedianya bahan-bahan baru dan dibarengi dengan teknik pelaksanaan yang cukup canggih maka arsitek seperti lebih bebas berkreasi melalui karyanya, sehingga yang timbul kemudian adalah sebuah karya arsitektur yang (jika dibaca secara arsitektural) berkuasa dan selalu ingin menjadi yang terbaik, yang nomer satu.Sebagian besar dari karya- karya arsitektur modern ini berupa bangunan tingkat tinggi (skyscraper) yang menjulang tinggi seolah-olah ingin terus mulur setinggi-tingginya.Apalagi dengan penggunaan material seperti beton, tampilan sebuah karya arsitektur modern terlihat sangat kaku.Karya-karya arsitektur modern bisa dikatakan monoton karena desainnya yang sebagian besar berbentuk kotak dari denah sampai dalam rupa tiga dimensi ditambah dengan desain facade yang diulang-ulang tanpa memasukkan unsur irama. Kesan-kesan yang ditimbulkan oleh karya-karya arsitektur modern tersebut agaknya mulai mengusik para arsitek yang dasarnya adalah orang seni. Mereka mulai merasa tidak enak dengan bentukan-bentukan yang kaku dan monoton tersebut. Mereka menganggap bahwa karya - karya arsitektur modern tidak mempunyai ekspresi seni yang menunjukkan bahwa karya tersebut adalah hasil dari kreasi seorang arsitek.Sampai kemudian (sekitar tahun 1970 an), salah seorang arsitek pada masa itu, yaitu Charles Jencks, mengumumkan matinya arsitektur modern karena arsitektur modern dianggap terlalu otoriter, terlalu lemah, dan banyak mengalami kegagalan.(www.scribd.com, diakses tgl 9 desember 2011)
SOLO EXHIBITION AND CONVENTION CENTER
Para tokoh arsitektur Post modern mulai berpikir bagaimana mengembalikan citra seorang arsitek yang mempunyai jiwa seni dan menampilkan kembali karya arsitektur yang mempunyai nilai seni, bukan karya yang kaku dan monoton seperti pada karya arsitektur modern. Pemikiran inilah yang mendorong para arsitek pada waktu itu untuk kembali memasukkan unsur seni dalam berarsitektur dan mulai memikirkan bentukan yang tidak menimbulkan kesan otoriter, melainkan sebuah bentukan yang berkesan ramah dan lebih luwes dengan façade yang seakan-akan begerak karena berirama. ( http://daukhan-arsitek.com, Diakses tgl 9 Desember 2011) Sebagai hasil koreksi atas arsitektur modern, tentu saja gaya arsitektur post modern tidak akan terlepas secara penuh dari ciri arsitektur modern. Penggunaan teknologi terbaru dan bahan – bahan bangunan baru masih tampak menjadi pilihan utama disini. Selain karena effisiensi waktu yang didapat pada saat pelaksanaan konstruksi, juga memungkinkan arsitek berkreativitas tanpa batas. Desain kontemporer yang dituju oleh para arsitek tidak akan tersandung dengan kekhawatiran akan masalah mengenai kesulitan dalam merealisasikannya ke dalam bentuk nyata yang berwujud. Berlainan dengan arsitektur tradisional yang memiliki kecenderungan sulit diterapkan pada konstruksi Bangunan bentang lebar dan tinggi. Hal ini lah yang masih dianut dan dijaga oleh ragam arsitektur post modern dari arsitektur modern. Akan tetapi, pada ragam post modern ini diwujudkan kembali beberapa unsur yang dahulu telah dikubur jauh-jauh oleh arsitektur modern seperti larangan penggunaan ornamen dekoratif yang dianggap tidak ada manfaatnya, dan meninggalkan bentuk demi mengejar fungsionalitas semata. Juga yang tidak kalah penting dalam ragam arsitektur post modern yaitu memberi tempat pada aspek iklim dan budaya regional yang memiliki nilai seni yang tinggi. Seperti
halnya
sejarah
kehidupan
manusia,
maka
arsitektur
post
modern
menginginkan untuk kembali kepada masa lalu. Arsitek sudah jenuh dengan bentuk-bentuk modern dan rindu akan elemen-elemen jaman Romawi, Renaissance atau Baroque. Sehingga mereka tidak menjadi rasional lagi, tidak mengutamakan fungsi, dan ingin memperlihatkan bangunan sebagai sculpture yang bersifat monumental. Ornamen sudah mulai dipakai untuk meramaikan bangunan yang sering disebut sebagai Art Deco, yang dulu dianggap tabu. Hanya saja ornamen yang dipakai sekarang sudah mengalami beberapa perubahan dan modifikasi baik dalam ukuran maupun skala. Tokoh – tokoh arsitek yang ada di dalam aliran arsitektur Post modern ini antara lain: Morphosis, Kishokurokawa, Richard Meier, Norman Foster, Richard Rogers, Renzo Piano.
B. TUJUAN dan SASARAN Tujuan pembahasan adalah mengadakan penyusunan data dan menganalisa potensi-potensi lingkungan untuk dijadikan landasan konseptual dan program dasar perencanaan
dan
perancangan Exhibition and Convention Center di Solo untuk mewujudkan misi Exhibition and Convention Center dan membentuk citra yang sesuai dengan konteks lingkungan berdasarkan penekanan desain arsitektur Post modern.
SOLO EXHIBITION AND CONVENTION CENTER
Sasaran pembahasan adalah menyusun program dasar perencanaan dan konsep perancangan arsitektur dari bangunan Solo Exhibition and Convention Center.
C. MANFAAT Secara Subyektif Memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Tugas Akhir di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Sebagai pegangan dan acuan selanjutnya, dalam penyusunan LP3A yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Tugas Akhir. Secara Obyektif Dapat
bermanfaat
sebagai
tambahan
pengetahuan
dan
wawasan
bagi pembaca untuk
keperluan studi mengenai Convention And Exhibition Center.
D. LINGKUP PEMBAHASAN Secara substantial, lingkup pembahasan meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan bangunan
Exhibition and Convention Center
(terkonsentrasi) dengan
titik berat
yang
merupakan bangunan
pada hal-hal yang berkaitan dengan
massa
tunggal,
disiplin ilmu
arsitektur, sedangkan hal-hal di luar ilmu arsitektur yang mempengaruhi, melatarbelakangi dan mendasari faktor-faktor perencanaan akan dibatasi, dipertimbangkan atau diasumsikan tanpa dibahas secara mendalam. Secara spatial, bangunan Exhibition and ConventionCenter ini terletak di pusat kota Solo (Surakarta).
Peta Kota Solo
SOLO EXHIBITION AND CONVENTION CENTER
E. ALUR BAHASAN 1. Alur Pikir Latar Belakang Aktualita Kota Surakarta cenderung berkembang menjadi kota perdagangan & pencanangan Solo sebagai destinasi MICE Keresahan para pelaku bisnis di kota solo akan minimnya fasilitas konvensi dan exhibisi di kota solo Semakin marak diselenggarakannya perhelatan berskala besar yang bertaraf nasional maupun internasional, World Heritage Cities Conference & Expo ( WHCCE ), Solo Batik Carnival, Festival Pasar Kumandang,SIEM, Bengawan Solo Fair di kota Solo.
Urgensi Gedung yang menampung kegiatan Konvensi dan Exhibisi yang ada di kota solo saat ini dirasa masih sangat minim kapasitas dan fasilitas. Sedangkan pertumbuhan industri dan festifal-festifal kebudayaan bertaraf international sedang mengalami perkembangan yang cukup menjanjikan. Untuk itu diperlukan kehadiran suatu gedung ekhibisi dan konvensi di kota solo yang representatif yang mampu menampung kebutuhan dari para stakeholder. Originalitas Perencanaan bangunan Exhibition and Convention Center di Solo dengan fasilitas penunjang yang representatif yang ditekankan untuk kepentingan bisnis dengan konsep ruang yang fleksibel Tujuan pembahasan mengadakan penyusunan data dan menganalisa potensi-potensi lingkungan untuk dijadikan landasan konseptual dan program dasar perencanaan dan perancangan Exhibition and Convention Center di Solo untuk mewujudkan misi Exhibition and Convention Center dan membentuk citra yang sesuai dengan konteks lingkungan berdasarkan penekanan desain arsitektur Post modern. Sasaran pembahasan menyusun program dasar perencanaan dan konsep perancangan arsitektur dari bangunan Solo Exhibition and Convention Center dengan penekanan design arsitektur post modern.
Studi Pustaka : Tinjauan convention center Tinjaun exhibition center Tinjauan fasilitas CEC Tinjauan Teori Arsitektur Post modern
Studi Lapangan Tinjauan tapak Tinjauan kota Solo Kondisi geografis kota Solo Pertumbuhan ekonomi JUmlah kegiatan konvensi dan ekshibisi Jumlah industri di Solo
Studi Banding Jakarta Convention Center Jogja Expo Center Diamond Convention Center
Analisis Analisis antara tinjauan pustaka dan data untuk memperoleh pendekatan aspek fungsional ,kontekstual ,teknis dan kinerja (program perencanaan dan citra (konsep) perancangan bangunan exhibition and convention center di Solo dengan penekanan design arsitektur post modern
Konsep Dasar dan Program Perencanaan dan Perancangan Solo Exhibition and Convention Center
SOLO EXHIBITION AND CONVENTION CENTER
2. Data Data fisik Tinjauan Umum Kota Solo Solo atau surakarta merupakan salah satu kota di propinsi Jawa Tengah. Kota ini terletak pada 110 – 111 Lintang Selatan, dengan ketinggian kota terendah 90 meter dan tertinggi 188 meter di atas permukaan laut. Daerah kota Solo ini merupakan daerah lembah, yaitu pertemuan antara daerah lereng gunung Merapi, Merabu, dan gunung Lawu. Adapun batas-batas wilayah kota Solo : 1.
Sebelah Utara : Kecamatan Kartosuro ( Kabupaten Sukoharjo ), Kabupaten Boyolali
2. Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo 3. Sebelah Barat : Kabupaten Klaten 4. Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen Kota Solo memiliki luas area sebesar 4.404,06 Ha yang terdiri dari lima kecamatan dengan luasan setiap kecamatan sebagai berikut: 1.
Kecamatan Laweyan terdiri dari 11 kelurahan dengan luas 863,83 Ha (19,62%)
2. Kecamatan Serengan terdiri dari 7 kelurahan dengan luas 319,5 Ha (7,25%) 3. Kecamatan Pasarkliwon terdiri dari 9 kelurahan dengan luas 481,52 Ha (28,57%) 4. Kecamatan Jebres terdiri dari 11 kelurahan dengan luas 1.258,18 Ha (28,57%) 5. Kecamatan Banjarsari terdiri dari 13 kelurahan dengan luas 1.481,1 Ha (33,63%)
Peta Wilayah Kecamatan di Kota Solo Sumber : http://id.wikipedia.org
Lokasi kota ini berada di dataran rendah (hampir 100m di atas permukaan laut) yang diapit Gunung Merapi di barat dan Gunung Lawu di timur. Agak jauh di selatan terbentang Pegunungan Sewu. Di sebelah timur mengalir Bengawan Solo dan di bagian utara mengalir Kali Pepe yang merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai Solo.
SOLO EXHIBITION AND CONVENTION CENTER
Tanah di Solo bersifat pasiran dengan komposisi mineral muda yang tinggi sebagai akibat aktivitas vulkanik kedua gunung api yang telah disebutkan di atas. Komposisi ini, ditambah dengan ketersediaan air yang cukup melimpah, menyebabkan dataran rendah ini sangat baik untuk budidaya tanaman pangan, sayuran, dan industri, seperti tembakau dan tebu. Namun demikian, sejak 20 tahun terakhir industri manufaktur dan pariwisata berkembang pesat sehingga banyak terjadi perubahan peruntukan lahan untuk kegiatan industri dan perumahan penduduk. Tata Guna Lahan
RUTRK 1993 - 2013 Hektare
%
1.
Wisata Budaya
99, 09
2,25
2.
Olah raga
79,27
1,80
3.
Jasa wisata
55,05
1,25
4
Perdagangan
264,24
6,00
5
Perkantoran komersial
44,04
1,00
6
Perkantoran pemerintahan
77,07
1,75
7
Pendidikan
253,23
5,75
8
Fasilitas social
121,11
2,75
9
Fasilitas transportasi
44,04
1,00
10
Industri
85,88
2,00
11
Perumahan
2.642,44
60,00
12
Ruang terbuka
22,02
0,50
13
Fasilita khusus
11,01
0,25
14
Lain-lain ( Jalan, Sungai, dsb )
605,58
13,70
4.404,07
100,00
Jumlah
Tabel Penggunaan tata guna lahan kota Solo Sumber : Rencana Umum Tata Ruang Kota Kotamadya Surakarta 1993 - 2013
Pembagian Sub Wilayah Pembangunan berdasarkan pada wilayah administrasi kecamatan, yaitu : 1.
SWP I dengan pusat pertumbuhan di kelurahan pucang sawit, Meliputi 6 kelurahan ( Pucang sawit, Jagalan, Gandekan, sangkrah, Semanggi, dan Sewu ) seluas 487,52 Ha; merupakan rencana kawasan industri
2. SWP II dengan pusat pertumbuhan di kelurahan Kampung baru, Meliputi 12 kelurahan ( Kampung baru, Kepatihan kulon, kepatihan wetan, Purwodiningratan, Gilingan, Kestalan, Keprabon, Ketelan, Timuran, Punggawan, Stabelan, dan Sudiroprajan ) seluas
SOLO EXHIBITION AND CONVENTION CENTER
430,90 Ha; merupakan rencana kawasan pariwisata, Kebudayaan, perdagangan, dan perkantoran / pusat administrasi. 3. SWP III dengan pusat pertumbuhan di kelurahan Gajahan, Meliputi 12 kelurahan ( Joyotakan, Danukusuman, Serengan, Kratonan, ayengan, Kemplayan, Pasar kliwon, Gajahan, Kauman, Baluwarti, Kedung lumbu, dan Joyosuran ) seluas 494,31 Ha; merupakan rencana kawasan pariwisata, kebudayaan, dan perdagangan. 4. SWP IV dengan pusat pertumbuhan di kelurahan Sriwedari, Meliputi 8 kelurahan ( Tipes,
Bumi,
Panularan,
Penumping,
Sriwedari,
Purwosari,
Manahan,
dan
Mangkubumen ) merupakan rencana kawasan pariwisata dan olah raga. 5. SWP V dengan pusat pertumbuhan di kelurahan Sondakan, Meliputi 3 kelurahan ( Pajang, Laweyan, dan Sondakan ) seluas 258,50 Ha; merupakan rencana kawasan industri. 6. SWP VI dengan pusat pertumbuhan di kelurahan Jajar, Meliputi 3 kelurahan ( Karang asem, Jajar, dan Kerten ) seluas 327,60 Ha; merupakan rencana kawasan perkantoran / pusat administrasi dan perumahan. 7.
SWP VII dengan pusat pertumbuhan di kelurahan Sumber, Meliputi 2 kelurahan ( Sumber, dan Banyuanyar ) seluas 258,30 Ha; merupakan rencana kawasan perumahan.
8. SWP VIII dengan pusat pertumbuhan di kelurahan Jebres,
Meliputi 2 kelurahan (
Jebres, Tegalharjo) seluas 349,50 Ha; merupakan rencana kawasan pariwisata, pendidikan, dan perdagangan. 9. SWP IX dengan pusat pertumbuhan di kelurahan Kadipiro, Meliputi 2 kelurahan ( Kadipiro, Nusukan ) seluas 715,10 Ha; merupakan rencana kawasan industri dan penidikan. 10. SWP X dengan pusat pertumbuhan di kelurahan Mojosongo, Meliputi 1 kelurahan ( Mojosongo ) seluas 532,90 Ha; merupakan rencana kawasan perumahan. Data non fisik Perkembangan Potensi dan Fungsi Kota Solo Pertumbuhan penduduk kota solo sekitar 0.775 per tahun, Sedang perkembangan penduduk kota solo akan mencapai 602.901 jiwa, sehingga strategi perkembangan kota mengacu pada kota metropolitan. Proyeksi pertumbuhan penduduk kota solo Tahun
Luas
Jumlah penduduk Tk.Kepadatan
(Km2)
(Jiwa)
(Jiwa/Km2)
1991
44.040
516.957
11.699
1992
44.040
519.997
11.807
SOLO EXHIBITION AND CONVENTION CENTER
1993
44.040
527.767
11.984
1998
44.040
568.280
12.904
2003
44.040
602.910
13.690
2008
44.040
639.650
14.524
2013
44.040
678.620
15.409
Sumber : Biro Pusat Statistik Kota Solo
Perkembangan fungsi kota solo Wilayah kota solo merupakan kota yang sudah dapat dikatakan mapan, mempunyai banyak peranan dan fungsi sebagai kota pemerintahan, perdagangan, industri, pendidikan, pariwisata, olah raga serta sosial budaya. Seperti ditunjukan tabel berikut ini: Proyeksi pertumbuhan penduduk kota solo No
Fungsi kota
Skala pelayanan
1
Pemerintahan
Lokal dan regional
2
Industri
Lokal, regional, nasional
3
Pendidikan
Lokal, regional, nasional
4
Pariwisata dan sosial budaya
Lokal, regional, internasional
5
Perdagangan
Lokal, regional
6
Pusat olah raga
Lokal, regional, nasional Sumber : Perda No.8/1993 dan pengolahan studio
Bicara tentang MICE tentunya tidak lepas dari dukungan sektor pariwisata, dalam hal ini kota solo dapat dikatakan potensial untuk sektor pariwisata yang ditunjukan dari jumla kunjungan wisatawan di objek-objek wisata di kota solo, yaitu sebagai berikut: Peningkatan perekonomian Kota Solo Berdasarkan kode ISIC ( 2 digit ) industri kota Solo terdapat 12 jenis industru dengan jumlah industri besar/sedang sebanyak 115 buah. Industri besar adalah industri pengolahan dengan jumlah tenaga kerja 110 orang atau lebih, sedangkan industri sedang adalah industri pengolahan dengan tenaga kerja sebesar 20-99 orang.
SOLO EXHIBITION AND CONVENTION CENTER
Laju inflasi tahun 2010 – September 2011 Tahun/Bulan
Laju inflasi
2010
Tahun/Bulan
Laju Inflasi
2011
Januari
0,63
Januari
0,63
Februari
0,29
Februari
-0,66
Maret
-0,24
Maret
-0,80
April
0,19
April
-0,30
Mei
0,16
Mei
-0,30
Juni
1,23
Juni
0,62
Juli
1,34
Juli
0,71
Agustus
0,16
Agustus
0,64
September
0,40
September
0,24
Oktober
0,10
November
0,47
Desember
1,75
Sumber : Biro Pusat Statistik Kota Solo
Pertumbuhan ekonomi kota solo Tahun
Pertumbuhan ( % )
2000
4,16
2001
4,12
2002
4,97
2003
6,11
2004
5,80
2005
5,15
2006
5,43
2007
5,82
2008
5,69
2009
5,90
2010
5,94
Sumber : Biro Pusat Statistik Kota Solo
Potensi kota solo sebagai lokasi CEC Kota solo sangat potensial sebagai lokasi MICE dibuktikan dengan perkembangan sektor industri, baik industri besar maupun kecil. Berikut ini adalah data pertumbuhan industri di kota solo.
SOLO EXHIBITION AND CONVENTION CENTER
Pertumbuhan indutri di kota solo dalam beberapa tahun terakhir No
Tahun
Jumlah
industri
Jumlah
industri
Jumlah
industri
Jumlah tenaga
kecil
sedang
besar
kerja
1
2008
1225
115
1225
47493
2
2009
1310
100
1310
43506
3
2010
1437
106
1437
44565
Sumber : Biro Pusat Statistik Kota Solo
Menurut data dari Biro Pusat Statistik Kota Solo, perusahaan industri pengolahan besar/sedang dibagi dalam beberapa kelompok berdasarkan jenis pengolahannya yaitu sebagai berikut: .1. Kelompok industri makanan dan minuman 2. Kelompok industri pengolaan tembakau 3. Kelompok industri tekstil 4. Kelompok industri pakaian jadi 5. Kelompok industri kulit dan barang kulit 6. Kelompok industri kertas dan barang dari kertas 7. Kelompok industri penerbitan, percetakan dan reproduksi media rekaman 8. Kelompok industri kimia dan barang industri kimia 9. Kelompok industri karet dan barang dari karet 1o. Kelompok industri barang dari logam kecuali mesin dan pelengkapanya 11. Kelompok industri mesin dan perlengkapannya 12. Kelompok industri furniture dan pengolahan lainnya Sedangkan unit usaha kecil atau mikro yang terdapat di kota solo diklasifiasikan menjadi beberapa jenis antara lain: 1.
Industri hasil pertanian dan kehutanan Tahu
Karak
Tempe
Kue basah
Kerupuk
Mebel
Karak
Sangkar burung
2. Industri logam, mesin, logam Gitar
Sepatu
Batik
Dop
Pakaian jadi
Shuttle cocks
Kain perca
Letter
Cindera mata
Ubin semen
Dandang
Timbangan
SOLO EXHIBITION AND CONVENTION CENTER
Las Jenis produk industri yang berpotensi menjadi materi pamer pada kegiatan ekhibisi regional di kota solo Jenis Industri
Kelompok
hasil
industri Kecil
Produk
yang
potensial
untuk Keterangan
bahan pamer
Industri hasil pertanian
Makanan Tradisional
Peserta
dan kehutanan
Mebel / Furniture
pada
Agrobisnis
adalah perwakilan dari
Industri logam, Mesin,
Gitar
Kimia
Batik
Garmen
Cinderamata
pameran umumnya
sekelompok
industri berdasarkan hasil produksi
yang
sejenis atau lokal industri. Peserta
pameran
kurang lebih 30% Menengah besar
/
Indistri Mesin, Kimia,
Makanan dan minuman
Peserta
hasil
Pengolahan tembakau
pada
Tekstil
adalah perwakilan
Pakaian jadi
dari
Kulit dan barang dari kulit
industri
Kertas dan barang dari
pertanian
kehutanan
dan
Penerbitan, dan
percetakan,
reproduksi
media
sekelompok
berdasarkan hasil
Kimia dan barang industri
yang
sejenis atau lokal industri. Peserta
rekaman
umumnya
produksi
kertas
pameran
pameran
kurang lebih 60%
kimia
Karet
dan
barang
dari
karet
Barang dari logam kecuali mesin
dan
perlengkapannya
Mesin
dan
perlengkapannya
Furniture dan pengolahan lainnya
Sumber : Biro Pusat Statistik Kota Solo
SOLO EXHIBITION AND CONVENTION CENTER
Jenis kegiatan pameran temporer di kota solo No
Jenis kegiatan temporer
No
Jenis kegiatan temporer
1
Pameran komputer
7
Pameran tekstil
2
Pameran elektronik
8
Pameran makanan tradisional
3
Pameran telepon seluler
9
Pameran barang-barang kerajinan
4
Pameran properti
10
Pameran multi produk
5
Pameran kendaraan bemotor
11
Pameran buku
6
Pameran agrobisnis
12
Pameran pendidikan
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota solo
Jenis Event berkala pemerintahan kota solo yang menjadi daya tarik MICE dalam sektor seni budaya No
Jenis event berkala
1
Wiyosan
No
Jumenengan
SP
KGPAA 13
Jenis event berkala Wiyosan tingalandem jumenengan PB XIII
Mangkoenagara IX 2
Peringatan
adeging
Nagari
surakarta
14
Pemilihan putera & puteri solo
15
Solo International Performing Art & CJIBF
Hadiningrat 3
Grebeg Sudiro
( Central Java Infrastructure ) 4
Carnival peringatan hari jadi Kota Solo
16
Grebeg pasa
5
Sekatenan
17
Malem selikuran
6
Mahesa lawung
18
Grebeg besar
7
Solo
19
Kirab apem sewu
Batik
Carnival
dan
Seminar
Internasional Kepariwisataan ( BIF ) 8
Pameran Gebyar wisata nusantara
20
Kirab pusaka satu suro
9
Mangkunegaran Perform art
21
Pagelaran wayang kulit
10
Java expo
22
Pagelaran wayang orang
11
Solo batik fashion
23
Festival nemlikuran
12
Keraton festival
24
Festival selawenan di kampung batik laweyan
Sumber : Dinas Pariwisata Kota Solo
Data potensi wisata sebagai destinasi MICE di Kota Solo No
Potensi wisata
No
Potensi wisata
1
Kraton Kasunanan
13
Grojogan sewu
2
Pura Mangkunegaran
14
Cetho temple
3
Museum Radya Pustaka
15
Sukuh temple
SOLO EXHIBITION AND CONVENTION CENTER
4
Wuryaningratan batik gallery
16
Pengging bathing pool
5
Kauman batik village
17
Selo pass
6
Laweyan batik village
18
Sangiran museum
7
Klewer market
19
Gaja mungkur dam
8
Pagelaran ketoprak di auditorium RRI
20
Wirun vilage
9
Pagelaran wayang orang di sriwedari
21
Taman sriwedari
10
Pagelaran dan pembuatan wayang kulit
22
Monumen pers
11
Pagelaran dan pembuatan wayang beber di
23
Taman satwataru
24
Taman balekambang
Jebres 12
Balai agung Sumber : Dinas Pariwisata Kota Solo
Data fasilitas gedung exhibisi dan konvensi di kota solo No
Nama gedung
Kapasitas
No
Nama gedung
Kapasitas
( orang )
( orang )
1
Graha saba buana
2000
24
Langen parikrama
1000
2
Wuryaningratan
800
25
Cempaka
500
3
Batari
800
26
Bakti pertiwi
800
4
Sasana krida kusuma
1000
27
Sriwijaya
1000
5
Hotel dana
800
28
Gedung persaudaraan haji
600
6
Warastratama
1000
29
Golden
600
7
Dewa dewi
1000
30
Boga
800
8
Diamond
1400
31
Kusuma kartikasari
1000
9
PMS
1000
32
Langen sari kopti
750
10
Mekar kusuma
800
33
TBS
1500
11
Nikmat rasa
600
34
ISI
600
12
GRHA Nikmat rasa
800
35
Hotel Sahid Kusuma
800
13
Sam sat
800
36
Hotel Sahid Raya
300
14
Mawar
600
37
Quality
1000
15
Pusponugroho
700
38
Novotel
1500
16
Griya kalitan
200
39
Asia
900
17
Sasono gondopuri
600
40
Grand Setya kawan
400
18
Akasia puspa taruna
300
41
Baron indah
750
19
Wisma karwuyan
400
42
Purohamijayan
500
20
Atina
1000
43
Fatimah
750
21
Lestari rahayu
600
44
Hotel Sahid jaya
500
22
Kusuma sari
350
45
Sunnan hotel
1400
23
Al irsyad
700
SOLO EXHIBITION AND CONVENTION CENTER
Kalender Event tahun 2012 No
Tanggal
Event
Lokasi
No
Tanggal
Event
Lokasi
1
15
Grebeg
Pasar Gedhe
24
22-23 Juli
Wayang
Gedung
Januari
Sudiro
Bocah
Wayang Orang Sriwedari
2
30 – 5
Sekaten
Alun-alun
Febuari
3
Utara
25
8 Agustus
Keraton
Malem
Keraton
Selikuran
Kasunanan-
Kasunanan
Taman
Surakarta
Sriwedari
5
Gerbeg
Keraton
26
Febuari
Mulud
kasunanan
19 Agustus
Grebeg Poso
Kraton Kasunanan
Surakarta 4
17-21
Festival
Gedung
Febuari
ketoprak
kesenian
27
19-26
Bakdaning
Taman
Agustus
Balekamban
Balekambag
Balekambang 5
18
Solo Carnaval
Febuari
Jalan
Slamet
g 28
Riyadi
22-29
Pekan
Taman Satwa
Agustus
Swalayan
Taru Jurug
Jurug 6
19
Gunungan
Maret
Carity
Bengawan solo
29
Boat
6-9
Federation
September
Asian
Race
Solo
Cultural Promotiaon Conference
7
22
Mahesa
Keraton
30
Maret
Lawung
Kasunanan
29-30
Solo
Mangkunega
September
Keroncong
ran
Surakarta 8
18-22
Pesona
Taman
April
Balekambang
Belekambang
Festival 31
8
Grand Final
September
Pemilihan
Ngarsopuro
Putra-Putri Solo 9
29 April
Solo Menari
Jalan
Slamet
32
Riyadi
10
11
11-12
Mangkunegar
Pura
Mei
an perfoming
mangkunegara
art
n
Festival
Kawasan
18-20
33
34
14-15
Solo
Kawasan
September
Keroncong
Mangkunega
Festival
ran
21-22
Solo
September
Jazz
28-30
SIPA
City Ngarsopuro
Solo
SOLO EXHIBITION AND CONVENTION CENTER
Mei
Dolanan
Gladak
September
Bocah 12
22-24
Asia
Mei
Hisorian
PasificSolo
35
11-14
Solo
Oktober
Investation
Conference
Solo
Tourism and Trade Expo
13
8-10
Kemah
Lapangan Kota
Juni
Budaya
Barat
36
13-14
Solo
-
Oktober
Internasion al
Tea
Festival 14
13-14
Keraton
Juni
Festival
Art
Keraton
37
14 Oktober
Grebeg
Purwosari-
Pangan
Sriwedari
14-16
Solo
Solo
Oktober
Culinary
Kasunanan Surakarta
15
15 Juni
Tingalan
Keraton
Jumenengan
Kasunanan
Dalem
Surakarta
ke-7
38
Festival
SISSKS XIII 16
16-20
Solo
Solo
Juni
Kampung Art
39
25-28
Pasar
Seni
Oktober
Balekamban
Taman Balekambang
g 17
19 Juni
Parade
Jalan
Hadrah
Riyadi
Slamet
40
26 Oktober
Grebeg
Keraton
Besar
Kasunanan Surakarta
18
24-26
Kreasso
Juni
Kawasan
41
Mangkunegara
9-11
Javanese
Solo
November
Theatrical
11
Kirab Apem
Kampung
November
Sewu
Sewu
11
Bengawan
Bengawan
November
Solo
n 19
20
30 Juni
4-8 Juli
Solo
Batik Jalan
Carnival
Riyadi
SIEM
Taman
Slamet
42
43
Balekambang
Getek Solo
Festival 21
13-16
Solo
Juli
Fashion
Batik Kompleks
44
Balaikota
26-27
Kirab
November
Malam Sura
Keraton 1
KasunananPura Mangkunega ran
22
19-22
Pentas
Gedung
Juli
Wayang
Wayang Orang
Orang
Sriwedari
46
25
Wiyosan
Pura
November
Jumenenga
Mangkunega
n SP KGPAA ran
SOLO EXHIBITION AND CONVENTION CENTER
Gabungan
Mankoe Nagoro IX
23
22-23
Festival
Juli
Dalang Bocah
Joglo Sriwedari
47
31
Pesta
Solo
November
Budaya dan Kembang Api
Malam
Tahun Baru Sumber : www.surakarta.go.id
Study preseden 1.
Zhengzhou International Convention dan Exhibition Center
Zhengzhou International Convention and Exhibition Center ( ZZICEC ) ini merupakan salah satu dari tiga bangunan ikonik di daerah pusat bisnis Zhengzhou yang didesain oleh Arsitek kelas dunia Kisho Kurokawa yang dimana sering kita kenal sebagai arsitek yang dalam penerapan setiap design bangunannya mengarah pada konsep design arsitektur post modern. Konstruksi baja dan beton dari bangunan utama menggunakan sistem kabel dengan suspensi tetap untuk mendukung atap. ZZICEC adalah bangunan konvensi & kompleks pameran dengan luas bangunan 227.600 meter persegi. Disewakan ruangan dengan luas total 74.000 meter persegi yang sangat ideal untuk konvensi, pameran, acara hiburan, resepsi, perjamuan dan acara seremonial. Convention center sebagai Bagian dari ZZICEC terdiri dari 6 lantai dgn luas bangunan 60.800 meter total persegi. Luas Ini termasuk Grand Hall dengan tempat duduk hingga 3160 untuk rapat dan 1.660 untuk perjamuan, 1090 tempat duduk untuk Teater Internasional, dan dua teater dengan tempat duduk 400 pada masing-masing teater. Juga termasuk tujuh belas
SOLO EXHIBITION AND CONVENTION CENTER
ruang pertemuan dengan ukuran yang bervariasi, ruang resepsi VIP, restoran Cina, restoran Barat, dan kafe. Interpretasi simultan dapat diberikan hingga 8 bahasa dalam Teater Internasional. Exhibition center sebagai Bagian dari ZZICEC terdiri dari dua (2) ruang pameran utama dan luas bangunan total 166.800 meter persegi. Ada 6 lantai dengan fasilitas pendukung tambahan termasuk ruang pertemuan, stan makanan, kantor dan toko-toko. Sampai dengan 3.560 stan pameran yang masing-masing memilki luas 9 meter persegi dapat ditampung dalam dua ruang pameran. Setiap ruang pameran memiliki rentang 102 meter dengan 5 dinding bergerak yang dapat membagi ruang menjadi 6 ruang untuk digunakan pameran yang lebih independen. Hall 2 pada tingkat atas adalah kolom-bebas. Kedua ruang dapat diakses secara langsung oleh kendaraan untuk bongkar muat. Area pameran terbuka atau di luar ruangan memiliki luas sekitar 38.000 meter persegi. Beberapa area pameran outdoor berlokasi diantara pusat pameran dan danau Naga. Untuk area parkir memiliki luas 45.000 meter persegi yang dapat menampung hingga 1.800 kendaraan. (http://www.zzicec.com, Diakses tgl 9 desember 2011 ) 2.
Scottish Exhibition and Conference Center.
Gedung Scottish Exhibition and Conference Centre (SECC) ini terletak di sebelah utara Sungai Clyde yang berbatasan dengan Bells Bridge, Tampak luar dari
Gedung SECC ini
memiliki bentuk yang sangat unik, yang mirip dengan Sydney Opera House. Gedung SECC ini merupakan gedung pameran dan konferensi paling megah di Skotlandia. Gedung yang didesain oleh Sir Norman Foster Arsitek kelas dunia yang pada setiap designnya juga menggambarkan konsep design arsitektur post modern ini sering disebut “Armadillo.” Berbagai event internasional seperti konser, pameran, dan konferensi pernah digelar di sini. Gedung utama
SOLO EXHIBITION AND CONVENTION CENTER
SECC selesai dibangun pada tahun 1985. Gedung ini menempati area seluas 260.000 meter persegi. SECC dibagi menjadi lima ruang pameran utama (exhibition halls), dengan luas area mencapai 22.355 meter persegi. (http://www.fosterandpartners.com, Diakses tgl 9 desember 2011 ).
3. Aspek-aspek Panduan Perencanaan dan Perancangan
Skema garis besar dari aspek-aspek panduan perencanaan tentang Solo Convention and Exhibition Center: - Dasar-dasar pendekatan Aspek Fungsional meliputi pendekatan terhadap pelaku aktifitas, perilaku aktifitas, untuk dapat menentukan kapasitas besaran ruang, hubungan antar ruang dan sirkulasi. Struktur organisasi pengelola dapat digunakan sebagai kebutuhan ruang untuk pengelola. - Dasar-dasar pendekatan Aspek Kontekstual berkaitan dengan kondisi lingkungan kawasan berupa analisa tapak baik makro maupun mikro yang mempengaruhi perencanaan dan perancangan. - Dasar-dasar pendekatan Aspek Teknis meliputi persyaratan struktur, modul, pemilihan struktur. Disamping itu bahan bangunan harus mudah dalam pelaksanaan, perawatan, dan bahan bangunan diusahakan berasal dari produk lokal. - Dasar-dasar pendekatan Aspek Kinerja meliputi jaringan instalasi listrik, jaringan pengkondisian udara, jaringan air (bersih dan kotor), jaringan sampah, jaringan komunikasi (eksternal dan internal), jaringan sirkulasi didalam maupun diluar bangunan, jaringan penerangan dan maintenance. Pengolahan tapak harus memperhatikan kondisi sekitarnya, sedang keadaan bangunan harus mampu merespon keadaan lingkungan dan bangunan sekitar. Mengoptimalkan penghawaan alami guna meminimalisir penggunaan pengkondisian udara buatan (AC) kecuali untuk ruang-ruang khusus.
4. Pustaka -
http://id.wikipedia.org
-
http://suaramerdeka.com
-
www.scribd.com
-
Referensi buku, media cetak, elektronik dan internet yang berkaitan dengan proses penyusunan Laporan Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Kantor PT. Wahana Honda di Jakarta Barat.
5. Penutup Demikian usulan judul 1 Tugas Akhir Solo Exhibition and Convention Center pendekatan design arsitektur post modern. Guna mendukung penyusunan, apabila judul disetujui dan dianggap layak, maka akan dilkukan survey lebih lanjut ke lapangan. Survey tersebut untuk melengkapi data-data yang telah diperoleh sebelumnya baik dari literatur maupun survey pendahuluan.
SOLO EXHIBITION AND CONVENTION CENTER
SOLO EXHIBITION AND CONVENTION CENTER