PENCEGAHAN RISIKO PASIEN JATUH
No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Halaman 1-2
Ditetapkan oleh Direktur RSIA CICIK
dr. Kharisma Rosa PENGERTIAN
Pencegahan terjadinya pasien jatuh selama dalam masa perawatan di rumah sakit
TUJUAN KEBIJAKAN
PROSEDUR
Mencegah kejadian jatuh dan melindungi pasien dari cidera selama dalam masa perawatan di rumah sakit - Semua pasien baru rawat inap harus dilakukan pengkajian/ penilaian risiko jatuh dan penilaian risiko jatuh dilakukan setiap hari (Peraturan Direktur No. /PER/DIR/ /2014, tentang Kebijakan Pelayanan Instalasi Rawat Inap RS Ibu dan Anak Cicik) - Semua pasien rawat inap yang berisiko jatuh harus mendapatkan informasi tentang risiko pasien jatuh A. Persiapan Alat
a. b. c. d.
Status Rekam Medis Pasien Tanda risiko pasien jatuh (gelang kuning) Formulir asesmen risiko jatuh Formulir dokumentasi informasi risiko pasien jatuh
B. Pelaksanaan tindakan 1. Tindakan pencegahan umum (untuk semua pasien baru rawat inap)
a. Ucapkan salam “ Selamat pagi/ siang/ malam, Bapak/ Ibu” Ibu”
b. Sebut nama dan peran anda “Saya sr.......(nama), saya sebagai perawat penanggung jawab jawab terhadap perawatan terhadap perawatan Bapak/ ibu saat ini”
c. Informasikan pada pasien tentang kegiatan pengkajian risiko jatuh yang akan dilakukan beserta tujuannya “Bapak/ Ibu, sesuai prosedur keselamatan pasien, saya akan melakukan pengkajian tentang risiko jatuh pada Bapak/ Ibu, adapun tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mencegah kejadian jatuh dan melindungi bapak/ Ibu dari cidera.
a. Kaji tingkat risiko pasien jatuh (sesuai dengan format pengkajian risiko jatuh)
b. Tentukan tingkat risiko pasien jatuh (ringan, sedang , berat) c. Informasikan pada pasien tentang tindakan yang dilakukan untuk mencegah risiko jatuh (sesuai dengan format dokumentasi pemberian informasi risiko pasien jatuh) d. Orientasikan pasien terhadap lingkungan ruang perawatan dan petugas yang merawat e. Atur posisi tempat tidur dengan posisi terendah f. Pasang pagar tempat tidur pada kedua sisi (terutama untuk pasien yang risiko sedang dan risiko tinggi) g. Kunci roda tempat tidur h. Dekatkan semua kebutuhan pasien(bel, pesawat telphon, bedside cabinet, air minum, kacamata, dan barang pribadi yang dibutuhkan berada dalam jangkauan pasien) i. Berikan pencahayaan yang adekuat (disesuaikan dengan kebutuhan pasien) j. Lakukan pemantauan terhadap efek obat-obatan yang diberikan k. Beri edukasi mengenai pencegahan jatuh pada pasien dan keluarga l. Ucapkan terimakasih selesai melakukan kegiatan pencegahan dan sampaikan “ Semoga lekas sembuh” sembuh” 2. Untuk pasien yang berisiko jatuh (risiko sedang dan risiko tinggi)
a. Lakukan semua tindakan pencegahan umum b. Pasang tanda risiko pasien jatuh (gelang kuning) pada pergelangan tangan pasien untuk pasien dengan risiko sedang dan risiko tinggi (lihat SPO RSIA/ SPO/ / tentang pemasangan gelang risiko jatuh) c. Usahakan lokasi kamar tidur pasien berdekatan dengan nurse station (terutama pasien dengan risiko tinggi) d. Libatkan pasien dan keluarga dalam pencegahan risiko jatuh e. Berikan informasi risiko pasien jatuh pada pasien dan keluarga f. Dokumentasikan pemberian informasi pada formulir dokumentasi informasi risiko pasien jatuh g. Beritahu pasien untuk meminta bantuan pada saat ambulasi h. Anjurkan pasien untuk menggunakan sendal anti licin i. Observasi secara teratur kenyamanan pasien dan kebutuhan eliminasi setiap 2 jam j. Kaji ulang risiko jatuh tiap shift k. Komunikasikan risiko pasien jatuh saat timbang terima pasien antar shift l. Dokumentasikan semua kegiatan pencegahan risiko jatuh pada catatan keperawatan
C. Hal-hal yangang perlu diperhatikan
UNIT TERKAIT
- Penjelasan yang diberikan sesuai tingkat pengetahuan pasien Lakukan penjelasan tentang risiko pasien jatuh pada saat pasien pertamakali dirawat Rawat Inap dan UGD
PASIEN DENGAN KEADAAN TERMINAL No. Dokumen Tanggal Terbit STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Halaman 1-1
Ditetapkan oleh Direktur RSIA CICIK
dr. Kharisma Rosa PENGERTIAN
Keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada harapan lagi bagi pasien sakit untuk sembuh. Kematian adalah suatu keadaan terputusnya hubungan ditandai dengan tidak adanya denyut nadi, tidak bernafas selama beberapa menit dan ketiadaan segala refleks, serta ketiadaan kegiatan otak dan sudah dinyatakan oleh dokter yang berwenang.
TUJUAN KEBIJAKAN
Agar pasien mendapatkan ketenangan dalam proses menuju kematian Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, profesional kepada masyarakat.
PROSEDUR
Melakukan asesmen tanda-tanda klinik menjelang kematian 1. Kehilangan Tonus Otot, yang ditandai dengan : a. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun b. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek menelan c. Penurunan kegiatan traktus gastrointertinal, ditandai: nause, muntah, perut kembung, obstipasi d. Penurunan control spinkter urinari dan rectal e. Gerakan tubuh yang terbatas 2. Kelambatan dalam sirkulasi, yang ditandai dengan : a. Kemunduran dalam sensasi b. Cyanosis pada daerah eksternitas c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan hidung 3. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital a. Nadi lambat dan lemah b. Tekanan darah turun c. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur 4. Gangguan Sensori a. Penglihatan kabur b. Gangguan penciuman dan perabaan
UNIT TERKAIT
Tanda-tanda Klinis saat meninggal 1. Pupil mata melebar 2. Tidak mampu untuk bergerak 3. Kehilangan reflek 4. Nadi cepat dan kecil 5. Pernafasan chyene-stroke dan ngorok 6. Tekanan darah sangah rendah 7. Mata dapat tertutup atau agak terbuka Tanda-tanda Meninggal secara klinis: 1. Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total 2. Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan 3. Tidak ada reflek 4. Gambaran mendatar pada EKG Tindakan pada pasien tahap terminal atau menjelang kematian A. (airways) : memastikan bahwa jalan nafas paten - Posisi head tiltchin lift - Pasang oropharyngeal tube - Pasang nasopharyngeal tube - Pasang endotracheal tube B. (breathing) : memastikan bahwa dada bisa mengembang simetris dan adekuat - Pemberian oksigen lewat selang maupun masker - Pemberian nafas bantuan bila apneu C. (circulation) : memastikan bahwa sirkulasi cukup, akral hangat, produksi urin cukup - Pemberian cairan infus - Pemberian obat-obatan jantung - Pemberian obat-obatan vasokonstrictor - Pemantauan produksi urine lewat kateter kencing Selain itu pasien juga berhak untuk : Kebutuhan-kebutuhan jasmaniah - Menghilangkan rasa nyeri dengan memberikan antinyeri, mengubah posisi tidur dan perawatan fisik - Memenuhi kebutuhan nutrisi melalui cairan infus, sonde Kebutuhan-kebutuhan emosi - Menerangkan pasien apabila mengalami ketakutan yang hebat (ketakutan yang timbul akibat menyadari bahwa dirinya tak mampu mencegah kematian) - Mendampingi pasien yang ingin memperbincangkan tentang kehidupan di masa lalu dan kemudian hari - Memberikan kesempatan kepada keluarga pasien untuk memberikan tutunan menjelang ajal sesuai agama dan kebudayaan setempat Rawat Inap, Penunjang Medis dan Rekam Medis
PENGKAJIAN NYERI No. Dokumen Tanggal Terbit STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Halaman 1-2
Ditetapkan oleh Direktur RSIA CICIK
dr. Kharisma Rosa PENGERTIAN
TUJUAN KEBIJAKAN
Menemukan adanya pengalaman sensorik dan emosional yang diakibatkan adanya kerusakan jaringan yang sedang atau akan terjadi, atau pengalaman sensorik dan emosional yang merasakan seolaholah terjadi kerusakan jaringan. Mendapatkan informasi adanya gangguan kenyamanan pada pasien SK Direktur nomor ......................, tentang .................... di Rumah Sakit Ibu dan Anak Cicik
PROSEDUR
1. 2. 3. 4. 5.
Perawat ruangan ucapkan salam Pastikan identitas pasien Ciptakan suasana yang nyaman dan hindari tampak lelah Perkenalkan diri dan jelaskan tugas dan peran anda Gali adanya sensasi nyeri pada pasien mulai dari penyebab, penjalaran sifat, lama dan tingkat nyeri 6. Pada pasien dewasa dan anak >9 tahun tingkat nyeri diukur dengan skala numerik sbb: 0 (None) = tidak nyeri 1 - 3 (Mild) = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktifitas sehari-hari) 4 – 6 (Moderate) = nyeri sedang (gangguan nyeri terhadap aktifitas sehari – hari) 7 – 10 (Severe) = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktifitas sehari - hari) 7. Pada pasien (dewasa dan anak >3 tahun) yang tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka, gunakan Wong Baker Faces Pain Scale 0 – 1(No Hurt) = sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali 2 – 3 (Hurts Little Bit)= sedikit nyeri 4 – 5(Hurts Little More)= cukup nyeri 6 – 7 (Hurts Even More)= lumayan nyeri 8 – 9 (Hurts Whole Lot)= sangat nyeri 10 (Hurts Worst)= amat sangat nyeri (tak tertahankan)
8. Tawarkan bantuan kembali “Apakah masih ada yang dapat saya bantu?”
UNIT TERKAIT
9. Ucapkan terima kasih dan semoga lekas sembuh 10. Berpamitan 1. Rawat Inap 2. Rawat Jalan 3. UGD
HAK UNTUK MENDAPATKAN SECOND OPINION No. Dokumen Tanggal Terbit STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Halaman 1-1
Ditetapkan oleh Direktur RSIA CICIK
Dr. Kharisma Rosa PENGERTIAN
TUJUAN KEBIJAKAN
Yang dimaksud dengan second opinion disini adalah pandangan  dokter lain terhadap masalah kesehatan yang dihadapi pasien. Misalnya kita berobat ke dokter A jika anda ragu tentang pendapat dokter tersebut, sebelum mengambil obat atau terapi yang disarankan dokter A tidak ada salahnya untuk mengunjungi dokter B untuk mendapatkan pendapat kedua dari dokter B. Membantu pasien untuk memahami informasi yang berkaitan dengan proses penyakit tertentu 1. Semua pasien berhak untuk mendapatkan penjelasan mengenai masalah kesehatan atau proses penyakit yang dideritanya kepada dokter DPJP maupun dokter lain. 2. Petugas kesehatan Rumah Sakit wajib mendukung pasien dalam mendapatkan hak second opinion.
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit 2. Pastikan pasien sudah mendapat pendidikan pasien yang benar mengenai proses penyakit yang dideritanya dari DPJP 3. Hindari hal yang menyebabkan hati pasien/keluarga tidak tenang 4. Berikan penguatan terhadap informasi yang diberikan oleh tim kesehatan lain dengan tepat 5. Jika pasien atau keluarga masih bingung dukung pasien untuk mencari/mendapatkan second opinion sesuai kebutuhan atau indikasi 6. Fasilitas pasien untuk mendapatkan penjelasan second opinion dari dokter dengan kompetensi yang sama. Berikan telepon atau alamat yang dapat dihubungi. 1. Rawat Inap 2. UGD 3. Komite Medik
SOP PERMINTAAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN (INFORMED CONSENT) No. Dokumen Tanggal Terbit STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Halaman 2-4
Ditetapkan oleh Direktur RSIA CICIK
dr. Kharisma Rosa PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN
PROSEDUR
Suatu persetujuan dari pasien / keluarga mengenai tindakan medis / perawatan selama dirawat di Rumah Sakit Sebagai pedoman persetujuan dari pasien atau keluarga terhadap tindakan medis yang dilakukan Peraturan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Cicik Nomor : 04/PER/DIR/RSIA-C/VIII/2014 tanggal ditetapkannya 14 Agustus 2014. A. Setelah pasien diindikasikan tindakan oleh Dokter, pasien atau keluarga dijelaskan mengenai : - Pengertian tindakan medis - Tujuan tindakan - Indikasi tindakan - Komplikasi tindakan - Prosedur tindakan B. Penjelasan diberikan oleh Dokter yang merawat pasien tersebut atau perawat yang sudah mendapatkan limpahan dari Dokter yang merawat C. Yang berhak menandatangani persetujuan tindakan adalah : - Pasien itu sendiri dengan usia > 18 tahun dan dalam kondisi sadar penuh - Pasangan hidup pasien (Istri atau Suami) - Orang tua / wali - Bagi pasien usia < 18 tahun, wali orang tua atau keluarga terdekat (penanggung jawab) D. Setelah pasien dan keluarga paham tentang tindakan yang akan dilakukan, kemudian menandatangani surat persetujuan yang telah tersedia dengan disertai saksi sesuai dengan format pernyataan
UNIT TERKAIT
-
Rawat Inap Ruang OK Ruang VK Ruang Perinatologi Ruang bayi
SOP MENANGGAPI KELUHAN No. Dokumen Tanggal Terbit STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Halaman 1-3
Ditetapkan oleh Direktur RSIA CICIK
dr. Kharisma Rosa PENGERTIAN
TUJUAN
Saran dan masukan berupa kritikan dan atau keberetan yang disampaikan secara lisan ataupun tertulis dari pihak eksternal maupun internal rumah sakit mengenai kinerja yang dihasilkan oleh rumah sakit. Untuk mengatur penanganan keluhan pasien agar dapat tercapai penyelesaian masalah secara tepat dan cepat dalam upaya mencapai tindakan perbaikan dan pencegahan yang efektif dan efisien
KEBIJAKAN PROSEDUR
1. Menyampaikan keluhan secara lisan (via telepon/data langsung) atau secara tertulis (via surat atau media masa mengenai keluhan pasien) kepada rumah sakit 2. Pihak Marketing akan melakukan langkah berikut : - Jika keluhan yang disampaikan Pasien secara Langsung, maka Terima Pasien dengan baik, tanyakan identitas, maksud dan tujuannya terlebih dahulu seta persilakan duduk di ruang tunggu kemudian beritahukan hal tersebut kepada Marketing dan PIC terkait agar dapat segera ditangani - Jika keluhan disampaikan Pasien melalui telepon, maka Terima telepon dari Pasien dengan baik tanyakan identitas, maksud dan tujuannya terlebih dahulu dan informasikan keluhan tersebut kepada Unit terkait agar dapat segera ditangani - Jika keluhan disampaikan Pasien melalui surat, terima surat dari Pasien dan teruskan surat tersebut sesuai dengan tujuannya ke Unit terkait 3. Keluhan dari pasien tersebut umumnya diterima lebih dahulu oleh pikah lain seperti resepsionis / marketing rumah sakit, sebelum diteruskan kepada bagian terkait / PIC terkait 4. Inventarisasi permasalahannya yang dibagi keadaan beberapa klasifikasi keluhan sebagai berikut, serta mengisinya kedalam Formulir Daftari Keluhan Pasien (FM-PKP-01) - Keluhan yang disebabkan oleh proses Opersasional - Keluhan yang disebabkan oleh proses pelayanan (Time delivery, administrasi dan umum)
5. Mencatat setiap keluhan pasien ke dalam Formulir Tindakan Pencegahan (FM-PAR-01) dan Formulir Tindakan Perbaikan (FM-CAR-01), untuk ditemukan solusinya. Apabila pasien telah mempunyai claim tersendiri maka pencatatan ke dalam form diatas tidak diperlukan 6. Tanda tangan formulir tersebut sebagai tanda bahwa keluhan telah diterima dan akan diproses lebih lanjut 7. Serahkan Formulir Penanganan Keluhan yang dilampirkan bersama-sama dengan berkas dokumen pendukungnya kepada PIC terkait agar dapat dilakukan ditindak lanjut 8. Menerima Laporan dari Marketing/Pelayanan Pasien berikut dengan berkas pendukungnya serta memeriksa dan mengindentifikasi pokok permasalahannya 9. Mendistribusikan permasalahan tersebut kepada pihak-pihak terkait untuk mendapatkan alternatif solusi 10. Memberikan alternatif solusi yang dianggap tepat sesuai dengan permasalahan yang ada kepada PIC terkait 11. Memutuskan solusi terbaik yang dapat ditempuh menyerahkan kepada Unit terkait untuk diperiksa
dan
12.Menerima dan memeriksa laporan/formulir penanganan keluhan seta melakukan analisa permasalahan yang ada : - Jika solusi tersebut sudah cukup memadai, maka Unit terkait langsung memberikan tanda tangan sebagai bukti bahwa formulir tersebut telah diperiksa dan menyatakan sebagai keputusan terbaik dan menyerahkan kepada Unit terkait - Jika solusi tersebut belum memadai, maka Unit terkait melakukan penyempurnaan solusi. - Meneruskan masalah tersebut kepada Unit terakit untuk mendapatkan keputusan penyelesaiannya disertai tanda tangan 13. Menerima Laporan dari Unit terkait berikut dengan berkas pendukungnya serta memeriksa dan menganalisa pokok permasalahannya. - Jika solusi tersebut sudah cukup memadai, maka Unit terkait langsung memberikan tanda tangan sebagai bukti persetujuan dan menyatakan sebagai keputusan terbaik. - Jika solusi tersebut belum memadai, maka Unit terkait melakukan penyempurnaan solusi dan memutuskan solusi terbaik yang dianggap paling tepat untuk penyelesaian masalah tersebut. 14. Menerima Formulir Tindakan Perbaikan dan formulir Tindakan Pencegahan yang telah ditanda tangani oleh Unit terkait dan telah berisi tindakan penyelesaian keluhan.
15. Menjalankan penyelesaian masalah sesuai dengan keputusan yang telah diambil, serta menyerahkan jawaban tertulis mengenai penanganan keluhan kepada Pelanggan terkait untuk mendapatkan umpan balik. 16.Mendapatkan umpan balik dari Pasien terkait mengenai tindakan penyelesaian masalah tersebut, sebagai alat mencegah terjadinya masalah yang sama dan sebagai bahan masukan untuk perbaikan kinerja Unit terkait atau rumah sakit secara menyeluruh lebih lanjut. 17.Melakukan Pencatatan Penilaian Pasien ke dalam formulir Survey Kepuasan Pelanggan (FM-MKT-01) dan pengarsipan atas dokumen penanganan keluhan serta umpan balik Pasien dari berkas terkait lainnya UNIT TERKAIT
- Marketing - Resepsionis
SOP PELAYANAN DOA & BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL / KEROHANIAN ISLAM SOP PEMBERIAN PELAYANAN No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman 3-4
Ditetapkan oleh Direktur RSIA CICIK
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
dr. Kharisma Rosa PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
Serangkaian aktifitas yang dirancang dalam memberikan pelayanan bimbingan spiritual/kerohanian terhadap pasien yang dirawat di RSIA Cicik sebagai bagian dari asuhan keperwatan komprehensif 1. Memberikan pelayanan doa bagi pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit. 2. Menggali kekuatan bathin (mental spritual & jiwa) pasien untuk membantu proses kesembuhan pasien. 1. QS. Al-Baqoroh (2) : 186: QS. Al-Mukminun (40) : 60; 2. Standar Akreditasi Rumah Sakit Tahun 2012 Bab II : Hak Pasien & Keluarga. 3. Surat
Keputusan
Direktur
Utama
RSIA
Cicik
Nomor
:..../SK/RSIA-C/VII/2014 Tentang Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di RSIA Cicik tanggal ...............................2014 PROSEDUR
1. Pelaksanaan bimbingan rohani dilaksanakan secara profesional oleh Pembimbing Rohani sesuai dengan agama & kepercayaan pasien. 2. Mengkonfirmasi kondisi pasien dari perawat jaga untuk mengetahui kondisi objektif pasien (boleh diajak bicara/tidak, kategori penyakit, kondisi mental, dll) 3. Mengajak komunikasi awal (jika memungkinkan) sebagai kesan pertama dengan pasien yang mengetahui kondisi mental & kejiwaan, latar belakang sosio kultur, kesulitan-kesulitan dalam beribadah, dll. 4. Gunakan salam, tutur kata yang baik, kesan simpati & empati yang besar terhadap pasien 5. Memberikan nasihat, tausiyah, sugesti, saran & wawasan lain-lainya melalui komunikasi terapeutik/dialog tentang pentingnya doa, konsep sabar, tawakal, qona’ah, ikhtiar,
dll. 6. Pelayanan doa/bimbingan spiritual bukan bermaksud mengubah keyakinan agama pasien, melainkan menguatkan kekuatan bathin pasien untuk membantu proses kesembuhan bersama-sama tindakan medis/terapi lainnya. 7. Bekerjasama dengan dokter yang merawat, perawat jaga ruangan,
keluarga penderita atau secara mandiri dalam melaksanakan bimbingan spiritual/rohani 8. Menandatangani daftar kegiatan bimbingan kerohanian setelah melaksanakan bimbingan kerohanian yang ditandatangani oleh Kepala Ruangan/ Perawat jaga. 9. Kriteria Pembimbing Spiritual / Kerohanian Islam : a. Pembimbing / Perawat Rohani mampu & fasih melafalkan dan mendoakan pasien b. Memiliki kepribadian yang bersih & sopan berwibawa c. Memiliki kesungguhan dalam berdoa dengan ikhlas dan yakin d. Memahami hal-hal yang terkait dengan proses berdoa yang meliputi : syarat-syarat diterimanya doa, sebab tertolaknya doa, pengabulan doa, mengetahui waktu & tempat mustajabah doa. 10. Mekanisme/Cara memberikan pelayanan doa, antara lain : a. Pasien dituntut untuk bersama-sama melafalkan doa oleh pembimbing rohani b. Pasien hanya mengamini doa yang dibacakan pembimbing c. Pasein sendiri disuruh berdoa yang ia bisa, pembimbing mengamini d. Pasein diberi berbagai tulisan doa oleh pembimbing untuk ia pilih melafalkannya sesuai kebutuhan, sekaligus dibimbing e. Pasein diberi tulisan/buku doa untuk dibaca tanpa disaksikan oleh pembimbing f. Pembimbing mendoakan pasein baik perorangan maupun secara bersama-sama g. Pelayanan doa dapat mengambil waktu khusus, aktifitas khusu atau kejadian khusus
UNIT TERKAIT
Instalasi Hukum, Humas, Informasi Publik & Promkes
SOP MEMBERIKAN BANTUAN HIDUP DASAR No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Halaman 1-1
Ditetapkan oleh Direktur RSIA CICIK
dr. Kharisma Rosa PENGERTIAN
TUJUAN
Merupakan usaha yang pertama kali dilakukan untuk mempertahankan kondisi jiwa seseorang pada saat mengalami kegawatdaruratan. Mengetahui resusitasi jantung paru, mengenali tanda – tanda gangguan airway & breathing pada penderita gawat darurat, teknik mempertahankan jalan nafas dan memberikan bantuan pernapasan.
KEBIJAKAN PROSEDUR
OBTRUKSI JALAN NAPAS
Obstruksi jalan napas dapat total atau parsial. A. Obstruksi total Berawal dari obstruksi parsial yang kenudian menjadi total. Membebaskan sumbatan karena benda asing pada orang dewasa : 1. Lakukan Hemlich Manuver 2. Penderita Obesitas & Wanita hamil dengan chest thrust 3. Hubungi SPGDT 4. Lakukan Abdominal thrust 5. Bila benda terkihat lakukan dengan sapuan jari Pada anak / bayi : 1. Jika sumbatan ringan. biarkan penderita membersihkan jalan napasnya sendiri dengan batuk 2. Jika sumbatan berat, lakukan Hemlich manuver. pada bayi, lakukan back follow diikuti chest trust berulang sampai benda keluar 3. Jika penderita tidak sadar lakukan RJP. Perhatikan sebelum melakukan ventilasi apakah terdapat benda atau tidak pada mulut penderita. B. Obstruksi Parsial : Pertolongan untuk obstruksi parsial biasanya dilakukan dengan pemasangan alat di Rumah Sakit.
I. BUKA JALAN NAPAS (AIR WAY) MANUAL. Membuka jalan napas dengan manuver Head Tilt Chin bila tidak ada taruma kepala atau leher. Jika curiga ada trauma servikal, gunakan manuver Jaw Trust tanpa Ekstensi kepala. II. BREATHING DAN PEMBERIAN OKSIGEN. Bila Air Way udah baik, belum tentu pernapasan baik sehingga perlu selalu dilakukan pemeriksaan apakah pernapasan penderita sudah kuat, adekuat atau belum. 1. Pemeriksaan fisik penderita. 2. Pemeriksaan oksigen. III. CIRCULATION. Sirkulasi meliputi jantung & pembuluh darah. Sedangkan jantung, paru-paru dan otak yang saling bekerjasama untuk mempertahankan kehidupan. Fungsi dari ketiganya saling ketergantungan. Saat jantung berhenti berdenyut, Kematian klinis terjadi pada penderita henti napas dan henti jantung. Kejadian ini terjadi selama 4-6 menit, sel otak mulai mengalami kematian BILA PENDERITA HENTI NAPAS BELUM TENTU HENTI JANTUNG. BILA PENDERITA HENTI JANTUNG SECARA OTAMATIS PENDERITA PENDERITA MENGALAMI HENTI NAPAS. LAKUKAN RJP SEGERA. 1. UMUM Sirkulasi terdiri dari jantung, pembuluh darah dan darah :
Frekuensi denyut jantung
Tekanan darah
Denyut nadi
2. SYOK Dapat disebabkan oleh beberapa hal. Gejala syok adalah kulit pucat, dingin, takikardi, berkurangnya urine, gangguan kesadaran dan turunnya tekanan darah. 3. RESUSITASI JANTUNG PARU Anda dapat mengetahui penderita membutuhkan tindakan RJP dengan memastikan penderita tidak sadar, tidak bernapas dan nadi tidak berdenyut. Kompresi dada berhasilkarena menekan jantung diantara sternum & tulang belakang yang memaksa darah keluar. RJP terus dilakukan sampai :
Petugas kelelahan.
Penderita sudah diserahkan ke petugas Rumah Sakit.
Penderita sedang di Resusitasi.
Penderita telah dinyatakan meninggal oleh pihak yang berwenang (dokter)
TAHAPAN RJP. 1. Cek kesadaran 2. Aktifkan SPGDT (Sistem Penanganan Gawat Darurat Terpadu) 3. Periksa pernapasan (breathing) 4. Pemberian pernapasan bantuan 5. Pemeriksaan nadi 6. Bantuan pernapasan tanpa kompresi dada 7. Kompresi dada TEHNIK Untuk memaksimalkan keefektifan kompresi dada, dilakukan cara : 1. Dengan meletakkan pada posisi terlentang pada alas yang keras 2. Penolong berlutut di samping penderita sejajar dengan toraks (dada) penderita 3. Tekan pada pertengahan bagian bawah sternum penderita, diantara puting susu 4. Letakkan tumit tangan di atas sternum pada bagian tengah dan letakkan tangan kedua diatasnya 5. Tekan Sternum lebih kurang 1.5 sampai 2 Inchi ( lebih kurang 4 - 5 cm) dan kemudian biarkan dada kembali pada posisi normal.
UNIT TERKAIT
UGD
SOP PEMBAYARAN HUTANG USAHA No. Dokumen Tanggal Terbit STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Halaman 1-1
Ditetapkan oleh Direktur RSIA CICIK
dr. Kharisma Rosa PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR UNIT TERKAIT
Kasir dan Keuangan
SOP PROSEDUR ADMINISTRASI PASIEN TAGIHAN ASURANSI No. Dokumen Tanggal Terbit STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Halaman 1-1
Ditetapkan oleh Direktur RSIA CICIK
dr. Kharisma Rosa PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR UNIT TERKAIT
SOP PROSEDUR ADMINISTRASI PASIEN TAGIHAN ASURANSI No. Dokumen
No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman 1-1
Ditetapkan oleh Direktur RSIA CICIK
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR dr. Kharisma Rosa PENGERTIAN TUJUAN
Proses dalam administrasi pasien tagihan asuransi. Untuk memperlancar administrasi pasien tagihan asuransi.
KEBIJAKAN PROSEDUR
Cara Kerja
:
ALUR PELAYANAN PASIEN ASURANSI Pasien Datang
Resepsionis
Pendataan Pasien
Tidak
Pasien Asuransi ?
Lanjutkan Prosedur Perawatan
Ya
Konfirmasi kekasir Kasir Meminta kartu Asuransi Ke pasien/Keluarganya
Kasir melakukan Konfirmasi Pasien masuk ke perusahaan Asuransi terkait
UNIT TERKAIT
Kasir dan Keuangan
SOP PENAGIHAN PIUTANG No. Dokumen Tanggal Terbit STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
No. Revisi
Halaman 1-1
Ditetapkan oleh Direktur RSIA CICIK
dr. Kharisma Rosa PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR
Proses penagihan piutang yang terdiri atas piutang bidan, asuransi/perusahaan dan piutang pasien umum. Untuk memperlancar proses penagihan piutang
a. Piutang Bidan 1. Jatuh tempo piutang bidan adalah 2 minggu sejak tanggal faktur. 2. Dua hari sebelum tanggal jatuh tempo, bagian piutang wajib mengirimkan pesan singkat ke bidan yang bersangkutan untuk memberitahukan jatuh tempo hutangnya. Pesan tersebut berbunyi: “ Ibu Bidan Yth. tagihan a/n pasien xxx No faktur. 2027xxx jatuh tempo tgl xx/xx/201x sebesar IDR xxx. Abaikan pesan ini apabila telah dilakukan pembayaran . Hormat Kami RSIA CICIK “Kepuasan adalah Parameter Kerja Kami ”
3. Pada hari sabtu pertama setelah tanggal jatuh tempo, bagian piutang menelpon bidan yang bersangkutan untuk mengkonfirmasi mengenai jatuh tempo pembayaran piutangnya. 4. Jika setelah 1 bulan piutang tersebut belum dibayar, maka: - Bagian piutang mengirimkan surat penagihan piutang kebidan yang bersangkutan. - Pasien berikutnya yang dikirim oleh bidan yang bersangkutan menjadi pasien rumah sakit. Hal ini ditandai dengan memo internal yang dikeluarkan oleh bagian keuangan kepada bagian keperawatan, resepsionis dan kasir. Dimana yang mengkonfirmasi ke bidan mengenai perubahan status pasien tersebut adalah perawat Pengawas/Karu yang dinas saat itu. 5. Jika dalam jangka waktu 2 bulan piutang bidan belum juga diterima, maka bagian piutang menagih langsung piutang ke rumah bidan. 6. Maksimal pasien yang pembayarannya belum dilunasi adalah 2 orang b. Piutang Asuransi/ Perusahaan 1. Jatuh tempo pembayaran piutang asuransi/ perusahaan paling lama 1 bulan sejak tanggal faktur. 2. Jika dalam satu bulan pembayaran belum diterima, bagian piutang harus mengkonfirmasi kepada perusahaan asuransi atau i nstansi yang bersangkutan, untuk memastikan tanggal pembayaran dilakukan. UNIT TERKAIT
Kasir, bagian piutang, perawat, bagian keuangan
SOP PENAGIHAN PIUTANG No. Dokumen Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman 1-1
Ditetapkan oleh Direktur RSIA CICIK
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR dr. Kharisma Rosa PENGERTIAN TUJUAN
Proses dalam administrasi pasien tagihan asuransi. Untuk memperlancar administrasi pasien tagihan asuransi.
KEBIJAKAN PROSEDUR
UNIT TERKAIT
c. Piutang Pasien Umum 1. jangka waktu piutang untuk pasien umum selambat-lambatnya 2 minggu sejak tanggal faktur. 2. Apabila pada tanggal jatuh tempo piutang belum dilunasi, maka bagian piutang menelpon pasien yang bersangkutan untuk melakukan konfirmasi dan memastikan kapan pembayaran dapat diterima. 3. Jika dalam waku satu bulan pembayaran belum juga diterima, maka bagian piutang mengeluarkan surat penagihan piutang, dan mengirimkan atau mengantarkan langsung kerumah pasien yang bersangkutan.
Kasir, bagian piutang, perawat, bagian keuangan
SOP PEMBERIAN INFORMASI No. Dokumen Tanggal Terbit
No. Revisi
Halaman 1-1
Ditetapkan oleh Direktur RSIA CICIK
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR dr. Kharisma Rosa PENGERTIAN
TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR
UNIT TERKAIT
Suatu proses kegiatan menyampaikan informasi tentang kebijakan- kebijakan Pimpinan RSIA CICIK agar informasi tersebut sampai kepada seluruh masyarakat RSIA CICIK. Yang dimaksud masyarakat RSIA CICIK adalah seluruh pegawai, pasien, dan pengunjung RSIA CICIK. Sebagai acuan dalam penyebarluasan informasi di RSIA CICIK, agar informasi tersebut sampai kepada seluruh masyarakat RSIA CICIK . SK Direktur No.445. /RSUD/VI/2011 tentang Pemberian Informasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Cicik kepada masyarakat RSIA CICIK. 1. Adanya Kebijakan atau Peraturan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Cicik tentang informasi yang akan diberikan. 2. Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Cicik menyampaikan Kebijakan dan Peraturan melalui rapat bulanan RSIA CICIK atau melalui rapat koordinasi dengan penanggung jawab fungsional dan pejabat struktural. 3. Pejabat struktural dan fungsional menyampaikan kembali informasi tentang Kebijakan dan Peraturan yang ada dan berlaku di Rumah Sakit Ibu dan Anak Cicik kepada seluruh staf Unit kerja masing-masing. 4. Yang bertanggungjawab terhadap penyebarluasan informasi adalah Kepala divisi masing-masing unit Rumah Sakit Ibu dan Anak Cicik. 5. Kebijakan Pimpinan yang bersifat khusus dilaksanakan melalui rapat bulanan atau rapat koordinasi penanggung jawab fungsional dan pejabat struktural RSIA CICIK. 6. Kebijakan Pimpinan yang bersifat umum diinformasikan melalui pengumuman di papan, leaflet, brosur, spanduk dan poster yang diletakkan di tempat-tempat yang mudah terlihat dan terjangkau oleh masyarakat. Kepala Divisi masing-masing Unit