2 " Page
BAB 11
ISI
SKENARIO B BLOK 4 TAHUN 2015
Seorang Ibu berusia 20 tahun datang ke RSUD di kabupaten tempat anda bertugas untuk melahirkan anak pertamanya setelah menempuh empat jam perjalanan darat dari rumahnya yang terletak di pelosok. Usia kandungan Ibu sudah cukup bulan, dan persalinannya sendiri berjalan dengan normal dan lancar. Si Ibu melahirkan seorang anak laki-laki. Segera setelah bayi dilahirkan, anda memriksa keadaan sang bayi. Berikut adalah foto si bayi :
Dari hasil anamnesa terhadap ibu dan keluarganya, diketahui bahwa selama kehamilan sang ibu tidak pernak memeriksakan kehamilannya karena jauhnya akses ke pelayanan kesehatan terdekat. Sang Ibu pun tidak pernah mengkonsumsi vitamin apapun selama masa kehamilan. Pada keluarga Ayah dan Ibu juga tidak didapati anggota keluarga lain yang mengalami kejadian serupa.
KLARIFIKASI ISTILAH
NO
ISTILAH
DEFINISI
1.
Pelosok
Tempat yang jauh dan tidak mudah di datangi
2.
Cukup Bulan
Kehamilan aterm yaitu usia kehamilan ibu diantara 38-42 minggu
3.
Persalinan
Perihal berhubungan dengan melahirkan anak
4.
Pelayanan Kesehatan
Substansi pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk prefentif dan promotif atau peningkatan kesehatan dengan sasarannya adalah masyarakat
5.
Akses
Jalan masuk
6.
Vitamin
Zat yang sangat penting bagi tubuh manusia dan hewan untuk pertumbuhan dan perkembangan
IDENTIFIKASI MASALAH
NO
MASALAH
CONCERN
1.
Seorang ibu berusia 20 tahun ke RSUD untuk melahirkan anak pertamanya setelah menempuh empat jam perjalanan darat
Keadaan Bayi setelah dilahirkan seperti foto yang ada pada scenario
VVVV
2.
Keadaan Bayi setelah dilahirkan seperti foto yang ada pada scenario
Dari hasil anamnesa, ibu tidak pernah mengkonsumsi Vitamin dan memeriksakan kehamilannya karena jauhnya akses ke pelayanan kesehatan terdekat
VVV
3.
Dari hasil anamnesa, ibu tidak pernah mengkonsumsi Vitamin dan memeriksakan kehamilannya karena jauhnya akses ke pelayanan kesehatan terdekat
VV
4.
Pada keluarga Ayah dan Ibu juga tidak didapati anggota keluarga lain yang pernah mengalami kejadian serupa
V
ANALISIS MASALAH
Keadaan bayi setelah dilahirkan seperti foto yang ada pada scenario
Apa itu spina bifida? Jelaskan!
Spina bifida berarti terbelahnya arcus vertebra yang bisa melibatkan jaringan saraf di bawahnya atau tidak. Penyebabnya adalah kegagalan penutupan tube neural dengan sempurna sehingga mempengaruhi neural dan struktur kutaneus ectodermal yang terjadi pada hari ke 17-20 kehamilan
Bagaimana ciri-ciri spina bifida?
Spina Bifida Okulta
Bentuk ini merupakan spina bifida yang paling ringan. Kelainan seperti ini biasanya terdapat didaerah lumbosacral, sebagian besar ditutupi oleh kulit dan tidak tampak dari luar kecuali adanya segumpal kecil rambut diatas daerah yang dihinggapi. Pada keadaan seperti ini medula spinalis dan saraf-saraf biasanya normal dan gejala-gejala neurologik tidak ditemukan. Lesi yang terbentuk terselubung atau tersembunyi di bawah kulit. Seringkali lesi pada kulit berupa hairy patch, sinus dermal, dimple, hemangioma atau lipoma dan kadang-kadang timbul gangguan neurologik pada regio torakal, lumbal, dan sakral. Pada masa pertumbuhan anak-anak dapat pula ditemukan paralisis spastik yang ringan.
Spina Bifida Sistika (Aperta)
Meningokel
Spina bifida jenis ini mengalami simpel herniasi dari menings melalui defek pada vertebra. Korda spinalis dan akar saraf tidak ikut mengalami herniasi melalui bagian dorsal dari dural sac.
Mielomeningokel
Spina Bifida jenis ini adalah keadaan di mana terjadi herniasi korda spinalis dan akar sarafmembentuk kantung yang juga berisi menings. Kantung ini berprotrusi melalui vertebra dan defek muskulokutaneus. Korda spinalis sering berakhir pada kantung ini dan terbuka keluar disertai ekspose dari kanalis sentralis. Pembukaan dari struktur saraf tersebut disebut neural placode. Bayi yang lahir dengan mielomeningokel memiliki orthopedic anomalies pada extremitas bawah dan anomali pada urogenital melalui keterlibatan akar saraf pada regio sakral. Tampak benjolan digaris tengah sepanjang tulang belakang. Kebanyakan mielomenigokel berbentuk oval dengan sumbu panjangnya berorientasi vertikal.Kadang mielomeningokel disertai defek kulit atau permukaan yang hanya dilapisi oleh selaput tipis.
Apa yang menyebabkan kelainan tersebut?
Penyebabnya kebanyakan multifaktorial dan penyebab utamanya hingga saat ini belum dapat dipastikan secara spesifik. Namun pada beberapa sumber, disebutkan bahwa penyebab utamanya adalah faktor genetika dan kurangnya konsumsi asam folat, ibu dengan epilepsi yang menderita panas tinggi dalam kehamilannya mengkonsumsi obat-obat asam volproic, anti konvulsan, klomifen.
Apa dampak kelainan pada si bayi tersebut?
Beberapa masalah yang paling sering muncul pada kasus spina bifida adalah:
Arnold-Chiari Malformasi, 90% kasus muncul bersamaan dengan spina bifida dimana sebagian massa otak menonjol ke dalam rongga spinal.
Hydrosefalus, 70-90% biasanya juga muncul bersamaan dengan spina bifida. Pada keadaan ini terjadi peningkatan berlebihan dari liquor cerebrospinal.
Gangguan pencernaan dan gangguan kemih, dimana terjadi gangguan pada saraf yang mempersarafi organ tersebut. Anak-anak sering mengalami infeksi kronik atau infeksi berulang saluran kemih yang disertai kerusakan pada ginjal.
Gangguan pada ekstremitas terjadi ± 30% kasus. Gangguan dapat berupa dislokasi sendi panggul, club foot. Gangguan ini dapat terjadi primer atau sekunder karena ketidakseimbangan otot atau paralisis.
Penyakit spina bifida dapat menyebabkan gejala-gejala berat seperti club foot, rudimentair foot, kelayuan pada kaki, dan sebagainya.namun jika lubang tersebut kecil, tidak akan menimbulkan keluhan.
Bagaimana penanganan pada kelainan si bayi tersebut?
Dengan ditengkurapkan, posisi tengkurap mempengaruhi aspek lain dari perawatan bayi. Misalnya, posisi bayi ini, bayi lebih sulit dibersihkan, area-area ancaman merupakan ancaman yang pasti, dan pemberian makanan menjadi masalah.
Bayi biasanya diletakkan di dalam incubator atau pemanas sehingga temperaturnya dapat dipertahankan tanpa pakaian atau penutup yang dapat mengiritasi lesi yang rapuh. Apabila digunakan penghangat overhead, balutan di atas defek perlu sering dilembabkan karena efek pengering dari panas yang dipancarkan. Sebelum pembedahan, kantung dipertahankan tetap lembap dengan meletakkan balutan steril, lembab, dan tidak lengket di atas defek tersebut. Larutan pelembab yang dilakukan adalah salin normal steril. Balutan diganti dengan sering (setiap 2 sampai 4 jam). Dan sakus tersebut diamati dengan cermat terhadap kebocoran, abrasi, iritasi, atau tanda-tanda infeksi. Sakus tersebut harus dibersihkan dengan sangat hati-hati jika kotor atau terkontaminasi. Kadang-kadang sakus pecah selama pemindahan dan lubang pada sakus meningkatkan resiko infeksi pada system saram pusat.
Latihan rentang gerak ringan kadang-kadang dilakukan untuk mencegah kontraktur, dan meregangkan kontraktur dilakukan, bila diindikasikan. Akan tetapi latihan ini dibatasi hanya pada kaki, pergelangan kaki dan sendi lutut. Bila sendi panggul tidak stabil, peregangan terhadap fleksor pinggul yang kaku atau otot-otot adductor, mempererat kecenderungan subluksasi.
Bagaimana persentase Kejadian Spina Bifida?
Risiko untuk anak kedua dari orang tua dengan anak pertama menderita spina bifida karena meningkat hingga 3-5%
Sedangkan populasi umum memiliki resiko memiliki anak spina difida adalah 0,1-0,3%. Dipicu dari banyak factor, karena spina bifida merupakan kelainan konginental yang bersifat multifactorial.
Bagaimana cara mencegah spina bifida pada bayi?
Untuk mencegah spina bifida pada bayi yaitu saing ibu harus :
Mengkonsumsi vitamin-vitamin prakonsepsi termasuk asam folat
Pemberian suplemen folic acid 400 microgram / hari sebelum hamil dan 800 microgram / hari selama kehamilan
Rutin melakukan pemeriksaan pada masa sebelum, saat & sesudah kehamilan
Termasuk jenis kelainanan apakah spina Bifida?
Kelainan yang terjadi pada si bayi adalah Spina Bifida jenis Sistika yaitu Mielomeningokel. Mielomeningokel adalah keadaan di mana terjadi herniasi korda spinalis dan akar saraf membentuk kantung yang juga berisi menings. Kantung ini berprotrusi melalui vertebra dan defek muskulokutaneus. Korda spinalis sering berakhir pada kantung ini dan terbuka keluar disertai ekspose dari kanalis sentralis. Pembukaan dari struktur saraf tersebut disebut neural placode. Neural tube defek tipe ini adalah bentuk yang paling sering terjadi
Bagaimana prognosis kelainanan spina bifida pada bayi tersebut?
Berikut beberapa presentasi tentang prognosis penderita spina bifida :
90 % Dapat tumbuh berkembang hingga dewasa (melalui dekade ketiga kehidupan mereka.)
80 % memiliki kecerdasan yang normal
75 % dari penderita dapat bertahan hidup masa dewasa awal dan dapat terus hidup selama beberapa dekade .(dengan perawatan suportif saat masa subur)
Bagaimana cara memberikan konseling pada keluarga bayi tersebut?
SUPPORT TEAM : sangat dianjurkan oleh sebagian besar profesional kesehatan mental . terdiri dari orang-orang dalam situasi yang sama
KONSELING GENETIKA :Untuk orang tua dari anak dengan spina bifida yang sedang mempertimbangkan memiliki lebih banyak anak; identifikasi faktor risiko yang mungkin menandakan kemungkinan anak tambahan spina bifida.
KONSELING GIZI : Untuk penilaian gizi dan merancang makan dan perencanaan, dengan penekanan khusus pada pertumbuhan optimal dan kontrol berat badan untuk setiap pasien.
ENDOKRINOLOGI :Untuk memantau pertumbuhan dan kemajuan perkembangan dan menyediakan metode diagnostik dan pengobatan lanjutan untuk membantu memastikan potensi pertumbuhan penuh.
Apakah penyakit lain yang menyertai kelainan Spina Bifida?
Terdapat beragam komplikasi yang mungkin disebabkan oleh spina bifida. Secara umum, gejala-gejalanya dapat dikelompokkan menjadi:
Gangguan mobilitas : Kondisi yang ditandai dengan tubuh bagian bawah yang mengalami lemah otot atau bahkan lumpuh.
Gangguan saluran kemih dan pencernaan : Pengidap spina bifida umumnya mengalami inkontinensia urine atau tinja karena adanya gangguan saraf yang mengatur saluran kemih dan pencernaan.
Hidrosefalus : Kondisi di mana terjadi penumpukan cairan dalam otak sehingga dapat menyebabkan kejang dan gangguan penglihatan.
Meningitis : Meningitis dengan organisme campuran lazim ditemukan bila kulit terinfeksi atau terdapat sinus.Pengidap spina bifida juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami meningitis serta gangguan dalam belajar di kemudian hari. Contoh gangguan dalam proses belajar yang mungkin terjadi meliputi gangguan bahasa atau menghitung serta sulit konsentrasi.
Kandung kemih dan ginjal : Banyak orang dengan spina bifida memiliki masalah menyimpan dan buang air. Ini kadang-kadang dapat menyebabkan:
infeksi saluran kemih berulang.
hidronefrosis (di mana satu atau kedua ginjal menjadi teregang dan bengkak akibat penumpukan urin di dalamnya)
jaringan parut ginjal
batu ginja
Tanda-tanda infeksi saluran kemih dapat mencakup suhu tinggi (demam) dan darah dalam urin penderita. Penderita juga mungkin memiliki sakit atau nyeri di punggung atau samping, dan rasa sakit saat buang air kecil.Karena risiko ini, mungkin harus memiliki janji rutin untuk memantau kandung kemih dan ginjal. Ini mungkin melibatkan scan ultrasound, serta tes untuk mengukur volume atau kandung kemih Anda dan tekanan di dalamnya. Dalam beberapa kasus, Anda mungkin perlu pengobatan antibiotik jangka panjang untuk mencegah infeksi saluran kemih berulang.
Masalah kulit
Penderita spina bifida, mungkin telah mengurangi sensasi di kaki karena saraf tidak dapat mengirim sinyal yang jelas ke otak. Ini bisa berarti bahwa sulit bagi penderita untuk mengetahui bahwa anda telah merusak kulit pada kaki, baik karena cedera, luka bakar, atau tekanan berkepanjangan (misalnya, dari duduk untuk jangka waktu yang panjang). Jika penderita melukai diri tanpa disadari, ada risiko kulit bisa menjadi terinfeksi atau berkembang menjadi ulkus tahan lama (luka terbuka), jadi penting untuk memeriksa kulit penderita secara teratur untuk setiap tanda-tanda cedera.
Alergi lateks
Anak-anak dan orang dewasa dengan spina bifida dapat mengembangkan alergi terhadap lateks. Lateks merupakan jenis yang terjadi secara alami karet yang digunakan untuk membuat produk seperti sarung tangan lateks, masker dan item lainnya dari pakaian, serta beberapa jenis peralatan medis. Gejala dapat berkisar dari reaksi alergi ringan - mata berair dan ruam kulit - untuk reaksi alergi yang parah, yang dikenal sebagai shock anafilaksis.Shock anafilaksis dapat mengancam jiwa dan membutuhkan perawatan segera dengan suntikan adrenalin.
Chiari malformasi II
kondisi umum pada anak-anak dengan myelomeningocele - di mana batang otak dan otak kecil ( otak belakang ) menonjol ke bawah ke daerah kanal atau leher tulang belakang . Kondisi ini dapat menyebabkan kompresi sumsum tulang belakang dan menyebabkan berbagai gejala termasuk kesulitan dengan makan , menelan , dan bernapas kontrol; tersedak ; dan perubahan fungsi lengan atas ( kekakuan , kelemahan )
Dari hasil anamnesa, ibu tidak pernah mengkonsumsi Vitamin dan memeriksakan kehamilannya karena jauhnya akses ke pelayanan kesehatan terdekat.
Apa saja Vitamin yang dibutuhkan selama kehamilan?
Asam folat
Vitamin A, B, C,D, E, K
Apa fungsi vitamin pada ibu hamil serta apa dampak kekurangan dan kelebihan konsumsi Vitamin bagi ibu dan bayi?
Asam Folat
Asam folat merupakan vitamin B9 yang memegang peranan penting dalam perkembangan embrio.Asam folat berfungsi untuk metabolisme normal makanan menjadi energi, pematangan sel darah merah, sintesis DNA, pertumbuhan sel dan pembentukan heme.Asam folat juga membantu mencegah neural tube defect, yaitu cacat pada otak dan tulang belakang.Kekurangan asam folat dapat menyebabkan kehamilan prematur, anemia, cacat bawaan, bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR), dan pertumbuhan janin terganggu.
Vitamin A
Vitamin A mempunyai fungsi untuk penglihatan, imunitas, pertumbuhan dan perkembangan embrio.Kekurangan vitamin A menyebabkan kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah.
Vitamin B
Vitamin B1, vitamin B2, niasin dan asam pantotenat yang dibutuhkan untuk membantu proses metabolisme. Vitamin B6 berperan dalam metabolisme asam amino.Fungsi dari vitamin B12 atau kobalamin untuk pertumbuhan dan perkembangan sel darah merah, sel-sel sumsum tulang, sistem persarafan dan saluran cerna. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan terjadinya hydocephalus dan NTD terbagi menjadi 3 jenis utama yakni anensefalus,ensefalokel dan spina bifida (Leveno,2003/2009;alih bahasa, Brahmn U. Pendit).
Vitamin C
Vitamin C merupakan antioksidan yang melindungi jaringan darikerusakan dan dibutuhkan untuk membentuk kolagen serta menghantarkan sinyal ke otak.Vitamin C juga membantu penyerapan zat besi di dalam tubuh.Ibu hamil disarankan mengkonsumsi 85 miligram per hari.
Vitamin D
Vitamin D berfungsi mencegah hipokalsemia, membantu penyerapan kalsium dan fosfor, mineralisasi tulang dan gigi serta mencegah osteomalacia pada ibu.
Vitamin E
Vitamin E berfungsi untuk pertumbuhan sel dan jaringan serta integrasi sel darah merah.Selama kehamilan wanita hamil dianjurkan mengkonsumsi 2 miligram per hari.
Vitamin K
Kekurangan vitamin K dapat mengakibatkan gangguan perdarahan pada bayi.Pada umumnya kekurangan vitamin K jarang terjadi, karena vitamin K terdapat pada banyak jenis makanan dan juga disintesis oleh bakteri usus.
Bagaimana tahap pemeriksaan kehamilan ?
Pada setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan perlu melakukan beberapa hal serta mendapatkan informasi yang sangat penting, yaitu:
Trimester pertama sebelum minggu ke 14
Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.
Mendeteksi masalah dan menanganinya.
Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya.
Trimester kedua sebelum minggu ke 28
Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala – gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada kehamilan ganda).
Trimester ketiga antara minggu 28-36 Sama seperti di atas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.
Trimester ketiga setelah 36 minggu
Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit. (Saifuddin, dkk., 2002).Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk "7 T" terdiri dari: (Timbang) berat badan, Ukur (Tekanan) darah, Ukur (Tinggi) fundus uteri, Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid) \, Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan, Tes terhadap penyakit menular sexual, Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. (Saifudin, 2002).
Berapa kali minimal ibu hamil harus memeriksa kehamilan?
Minimal seorang ibu melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 3 kali
Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).
Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 – 28).
Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36 dan sesudah minggu ke 36) (Saifudin, dkk.,2002),
Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dirasakan ada gangguan atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam (Pusdiknakes, 2003).
Apa dampak jika seorang ibu hamil tidak memriksakan kehamilannya?
Seorang ibu tidak dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil yang mungkin ia alami selama masa kehamilan, sehingga bisa saja ia dan bayinya memderita penyakit maupun kelainan
Pada minggu kehamilan keberapa spina Bifida dapat terdeteksi ?
Pada miggu 3-4 karena pada saat ini proses pembentukan saraf tulang belakang telah selesai, sehingga bisa diamati apabila terdapat kesalahan pada janin. Tetapi seorang ibu biasanya baru bisa mengetahui spina bifida pada janinnya pada saat melakukan pemeriksaan USG yang pertama kali yaitu sekitar pada minggu ke 14.
Bagaimana cara mengetahui kelainan spina bifida ?
Tes darah
Tes maternal serum alpha-fetoprotein (MSAFP): MSAFP merupakan tes umum yang digunakan untuk memeriksa myelo meningocele. Untuk melakukan tes ini, dokter akan mengambil sampel darah untuk diuji di laboratorium untuk melihat kadar alpha-fetoprotein (AFP). Tingkat AFP tinggi yang tidak normal menunjukkan bahwa bayi memiliki cacat tabung saraf. Spina bifida dan anensefali merupakan kondisi cacat tabung saraf yang paling sering terjadi. Beberapa kasus spina bifida tidak menghasilkan tingkat AFP yang tinggi. Di sisilain, ketika tingkat AFP yang tinggi ditemukan, hanya ada sedikit kemungkinan terjadinya cacat tabung saraf. Berbagai tingkat AFPdapat disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti salah perhitungan usia janin atau bayi kembar sehingga dokter mungkin melakukan tes darah tindak lanjut untuk. Jika hasilnya masih tinggi, Anda harus memerlukan evaluasi lebih lanjut dengan bantuan tes lain seperti pemeriksaan USG.
Tes darah lain: Dokter dapat melakukan tes MSAFP dengan dua atau tiga tes darah lainnya yang dapat mendeteksi hormon lain seperti human chorionic gonadotropin (HCG), inhibin Adanestriol.
Ultrasonografi (USG)
Banyak dokter kandungan bergantung pada ultrasonografi untuk skrining spina bifida. Jika tes darah menunjukkan kadar AFP tinggi, dokter akan menyarankan pemeriksaan USG untuk membantu menentukan penyebabnya. Tes USG bekerja dengan memantulkan gelombang suara frekuensi tinggi dari jaringan dalam tubuh untuk menampilkan gambar hitam-putih pada monitor video. Informasi yang diberikan gambar-gambar tersebut dapat membantu menentukan apakah ada kemungkinan bayi kembar dan membantu mengkonfirmasi usia kehamilan. USG tingkat lanjut juga dapat mendeteksi tanda-tanda spina bifida seperti tulang belakang yang terbuka atau fitur tertentu dalam otak bayi yang menunjukkan spina bifida.Di tangan ahli, USG saat ini cukup efektif dalam mendeteksi spina bifida dan menilai keparahannya.USG juga aman bagi ibu dan bayi.
Amniosentesis
Jika tes darah menunjukkan tingginya kadar AFP dalam darah, tetapi pada saat USG menujukkan hasil normal, dokter mungkin menawarkan amniosentesis. Selama amniosentesis, dokter menggunakan jarum untuk mengangkat sampel cairan dari kantung ketuban yang mengelilingi bayi.Suatu analisis menunjukkan tingkat AFP mungkin dapat berada dalam ketuban. Cacat tabung saraf terjadi ketika cairan ketuban mengandung kadar AFP yang tinggi karena kulit sekitar tulang belakang bayi hilang dan AFP merembes ke dalam kantung ketuban.
Bagaimanakah standar pelayanan kesehatan di daerah plosok ?
Pelayanan kesehatan di daerah plosok belum makasimal atau masih di bawah standar karena beberapa faktor yang menyebabkan akses pelayanan kesehatan di daerah plosok belum maksimal seperti susahnya transportasi untuk menuju ke daerah tersebut dan tempat tinggal masyarakat di pelosok berjauhan dan pelayanan di daerah plosok lebih diutamakan bagi ibu yang sedang hamil dan bayi.
Apa nutrisi yang dibutuhkan sebelum dan sesudah kehamilan (Dosis)?
Menurut Irianto (2004), ada beberapa syarat makanan sehat bagi ibu hamil yaitu :
Menyediakan energi yang cukup (kalori) untuk kebutuhan kesehatan tubuh ibu dan pertumbuhan bayi.
Menyediakan semua kebutuhan ibu dan bayi (meliputi protein, lemak, vitamin, mineral).
Dapat menghindarkan pengaruh negatif bagi bayi.
Mendukung metabolisme tubuh ibu dalam memelihara berat badan sehat, kadar gula darah, dan tekanan darah.
Seorang Ibu ke RSUD untuk melahirkan anak pertamanya setelah menempuh empat jam perjalanan darat
Apa dampak pada kondisi ibu setelah menempuh empat jam perjalanan?
Karena factor perjalanan yang lama, jadi benturan bayi pada dinding uterus dapat meningkatkan pina bifidanya.
Pada keluarga Ayah dan Ibu juga tidak didapati anggota keluarga lain yang pernah mengalami kejadian serupa.
Apakah ada pengaruh genetik pada penyakit Spina Bifida ?
Ada, karena penyakit spina bifida adalah penyakit multifaktorial, berupa interaksi dari faktor genetik dan lingkungan.Faktor yang diturunkan dari penyakit ini adalah polimorfisme. Pada dasarnya setiap orang dapat memiliki susunan DNA yang berbeda beda, dan pada suatu saat tertentu, ada orang yang karena susunan DNA nya menyebabkan ia lebih rentan terkena suatu penyakit.Dalam kasus ini, si ibu dapat memiliki polimorfisme dari gen MTHFR yang rentan menderita defisiensi asam folat sehingga meningkatkan resiko si ibu untuk melahirkan anak dengan spina bifida.
Apakah ada kondisi tertentu dari orang tua yang dapat meningkatkan resiko Spina Bifida?
Kalau pada ibu ada pengaruh yang dapat meningkatkan resiko pada spina bifida yaitu sebelum dan selama kehamilan , sang ibu harus memenuhi nutrisi yang dibutuhkan sebelum dan selama kehamilan seperti asam folat yang sangat berpengaruh pada penyakit spina bifida.
IDENTIFIKASI LEARNING ISSUE
Pokok Bahasan
What I Know
What I don't know
What I have to prove
How will I learn
Kelainan kongenital
Pengertian
Macam-macam Kelainan Kongenital, Pengelompokan Kelainan Kongenital, Diagnosis, Pencegahan
Mengetahui Kelainan Kongenital
Embriogenesis
Pengertian
Tahap-Tahap pembentukan
Mengetahui Embriogenesis
Jurnal
Textbook
Internet
Pakar
Spina Bifida
Pengertian
Penyebab,ciri ciri,dampak, indikasi penyakit lain,prognosis, konseling,pewarisansifat,pencegahan,faktor genetik
Mengetahui Spina Bifida
Kehamilan
Pengertian
Kriteria dan Faktor risiko
Mengetahui Kehamilan Berisiko
Pelayanan Kesehatan
Pengertian
Perkembangan akses pelayanan kesehatan di daerah plosok
Mengetahui pelayanan kesehatan khusunya di daerah plosok
Nutrisi dan Vitamin
Pengertian
kegunaan, manfaat ,dampak, dosis
Mengetahui Nutrisi dan vitamin yang dibutuhkan pada ibu hamil
SINTESIS
KELAINAN KONGENITAL
Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik.Kadang-kadang suatu kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan beberapa saat setelah kelahiran bayi. Selain itu, pengertian lain tentang kelainan sejak lahir adalah defek lahir, yang dapat berwujud dalam bentuk berbagai gangguan tumbuh-kembang bayi baru lahir, yang mencakup aspek fisis, intelektual dan kepribadian.
Berdasarkan patogenesis, kelainan kongenital dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Malformasi : Malformasi adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau ketidaksempurnaan satu atau lebih proses embriogenesis.
2. Deformasi : Deformasi didefinisikan sebagai bentuk, kondisi, atau posisi abnormal
bagian tubuh yang disebabkan oleh gaya mekanik sesudah pembentukan normal
terjadi, misalnya kaki bengkok atau mikrognatia (mandibula yang kecil).
3. Disrupsi : Disrupsi adalah defek morfologik satu bagian tubuh atau lebih yang
disebabkan oleh gangguan pada proses perkembangan yang mulanya normal.
4. Displasia : Istilah displasia dimaksudkan dengan kerusakan (kelainan struktur) akibat
fungsi atau organisasi sel abnormal, mengenai satu macam jaringan di seluruh tubuh.
Malformasi
Malformasi adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau ketidaksempurnaan satu atau lebih proses embriogenesis. Perkembangan awal dari suatu jaringan atau organ tersebut berhenti, melambat, atau menyimpang sehingga menyebabkan suatu kelainan struktur yang menetap. Kelainan ini mungkin terbatas hanya pada satu daerah anatomi, mengenai seluruh organ, ataupun mengenai berbagai sistem tubuh yang berbeda.
Istilah malformasi tidak secara langsung menggambarkan etiologinya, tetapi menggambarkan bahwa penyimpangan dalam perkembangan ini terjadi pada kehamilan muda, pada saat terjadi diferensiasi jaringan atau selama periode pembentukan organ. Sebagai contoh penyimpangan pada arkus brakialis pertama dan kedua akan menyebabkan mikrotia (telinga kecil).
Beberapa contoh malformasi misalnya bibir sumbing dengan atau tanpa celah langit-langit, spina bifida.Malformasi dapat digolongkan menjadi malformasi mayor dan minor. Malformasi mayor adalah suatu kelainan yang apabila tidak dikoreksi akan menyebabkan gangguan fungsi tubuh serta mengurangi angka harapan hidup. Sedangkan malformasi minor tidak akan menyebabkan problem kesehatan yang serius dan mungkin hanya berpengaruh pada segi kosmetik. Malformasi pada otak, jantung, ginjal, ekstrimitas, saluran cerna termasuk malformasi mayor, sedangkan kelainan daun telinga, lipatan pada kelopak mata, kelainan pada jari, lekukan pada kulit (dimple), ekstra putting susu adalah contoh dari malformasi minor.
Malformasi akibat infeksi rubela, cytomegalovirus atau toxoplasmosis biasanya disertai ikterus, purpura, dan hepatosplenomegali. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya kenaikan kadar antibodi spesifik, terutama IgM. Pada infeksi rubela dan toxoplasma, infeksi dapat berulang terjadi pada fetus, imunitas ibu dapat mencegah kejadian serupa pada kehamilan berikutnya.
Berbagai penyakit ibu dapat meningkatkan risiko malformasi, di antaranya insulin-dependent diabetes mellitus, epilepsi, pengonsumsi alkohol, dan phenylketonuria (PKU). Keturunan dari ibu dengan insulin-dependent diabetes mellitus mempunyai risiko 5–5% untuk menderita kelainan kongenital terutama penyakit jantung bawaan, defek tabung saraf (neural tube defect), dan agenesis sakral. Risiko juga meningkat sekitar 6% untuk timbulnya celah bibir dan penyakit jantung bawaan pada keturunan dari ibu penderita epilepsi, meskipun di sini sulit dibedakan apakah kelainan kongenital ini meningkat disebabkan oleh epilepsi itu sendiri atau akibat obat-obat epilepsi. Ibu dengan PKU yang tidak diobati akan menyebabkan janin yang dikandungnya mempunyai risiko tinggi (25%) untuk menderita retardasi mental, mikrosefali, dan penyakit jantung bawaan.
Beberapa contoh malformasi misalnya bibir sumbing dengan atau tanpa celah langit-langit, spina bifida.Malformasi dapat digolongkan menjadi malformasi mayor dan minor. Malformasi mayor adalah suatu kelainan yang apabila tidak dikoreksi akan menyebabkan gangguan fungsi tubuh serta mengurangi angka harapan hidup. Sedangkan malformasi minor tidak akan menyebabkan problem kesehatan yang serius dan mungkin hanya berpengaruh pada segi kosmetik. Malformasi pada otak, jantung, ginjal, ekstrimitas, saluran cerna termasuk malformasi mayor, sedangkan kelainan daun telinga, lipatan pada kelopak mata, kelainan pada jari, lekukan pada kulit (dimple), ekstra putting susu adalah contoh dari malformasi minor.
Gambar 1. Bayi spina bifida
EMBRIOGENESIS
Definisi
Menurut Dorland's Illustrated Medical Dictionary, Embriogenesis adalah :1.produksi dari embrio; 2.perkembangan dari individu yang baru yang terjadi secara seksual yaitu dari zigot. Secara umum, embriogenesis adalah proses pembelahan sel dan diferensiasi sel dari embrio manusia yang terjadi pada saat tahap-tahap awal dari perkembangan manusia. Tepatnya, embriogenesis terjadi pada saat spermatozoa bertemu dan menyatu dengan ovum yang disebut fertilisasi sampai akhir dari minggu ke-8 dari perkembangan manusia.
Tahap-tahap Embriogenesis
1 .Fertilisasi
Fertilisasi adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita, yang terjadi didaerah ampulla tuba fallopii.Spermatozoa bergerak dengan cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk kedalam saluran telur.Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Sebelum spermatozoa dapat membuahi oosit, mereka harus mengalami proses kapasitasi dan reaksi akrosom.
Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita, yang pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam.Selama waktu ini, suatu selubung dari glikoprotein dari protein-protein plasma segmen dibuang dari selaput plasma, yang membungkus daerah akrosom spermatozoa.Hanya sperma yang menjalani kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan mengalami reaksi akrosom.
Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan ke zona pelusida dan diinduksi oleh protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona pelusida, antara lain akrosin dan zat-zat serupa tripsin.
Fase fertilisasi mencakup fase 3 fase:
a. Penembusan korona radiata. Spermatozoa-spermatozoa yang mengalami kapasitasi tidak akan sulit untuk menembusnya.
b. Penembusan zona pelusida. Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein yang mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi kromosom.Hanya 1 spermatozoa diantara 200-300 juta spermatozoa yang ada di saluran kelamin yang berhasil menembus zona pelusida.Saat spermatozoa masuk ke dalam membrane oosit, spermatozoa lain tidak akan bisa masuk lagi karena aktifasi dari enzim oosit sendiri.
c. Fusi oosit dan membran plasma. Spermatozoa bergerak masuk ke membrane oosit dan mencapai inti oosit.Perlu diketahui bahwa spermatozoa dan oosit masing-masing memiliki 23 kromosom (haploid), selama masa penyatuan masingmasing pronukleus melakukan sintesis DNA.Segera setelah sintesis DNA, kromosom tersusun dalam gelendong untuk melakukan pembelahan secara mitosis yang normal.Dua puluh tiga kromosom dari ibu dan dua puluh tiga kromosom dari ayah membelah sepanjang sentromer, dan kromatid-kromatid yang berpasangan tersebut saling bergerak ke kutub yang berlawanan, sehingga menyiapkan sel zigot yang masing-masing mempunyai jumlah kromosom yang normal.
2. Pembelahan
Kira-kira 24 jam setelah fertilisasi, oosit yang telah dibuahi mulai pembelahan pertamanya. Setelah zigot mencapai tingkat dua sel, ia menjalani serangkaian pembelahan mitosis yang mengakibatkan bertambahnya jumlah sel dengan cepat. Sel ini dikenal sebagai blastomer yang akan berbentuk seperti gumpalan yang padat.
Kira-kira setelah 3 hari setelah pembuahan, sel-sel embrio yang termampatkan tersebut, membelah lagi membentuk morula.Morula adalah, kumpulan dari 16-30 sel blastomere. Karena sel-sel ini muncul dari pembelahan (cleavage) dari zigot dan semua terdapat pada zona pelusida yang tidak iasmembesar, jadi pertumbuhannya tidak banyak terlihat.
Setiap sel yang baru besarnya sama dengan sel awal dan nama morula berarti mulberry, karena mirip seperti kumpulan sel-sel setengah bulat. Sel-sel bagian dari morula merupakan massasel dalam, sedangkan sel-sel di sekitar membentuk massa sel luar. Massa sel dalam akan membentuk jaringanjaringan embrio yang sebenarnya, sementara massa sel luar akan membentuk trofoblastt, yang kemudian ikut membentuk plasenta.
3. Pembentukan blastokista,embrioblast, dan rongga amnion.
Pada hari ke-4 setelah inseminasi, sel terluar dari morula yang masih diselubungi dengan zona pelucida mulai berkumpul membentuk suatu pemadatan.Sebuah rongga terbentuk pada di interior blastokista dan Kirakira pada waktu morula memasuki rongga rahim, cairan mulai menembus zona pelusida masuk ke dalam ruang antar sel yang ada di massa sel dalam (inner cell mass). Sel-sel embrio berkembang dari inner cell mass yang sekarang disebut embrioblastt. Sedangkan sel-sel di massa sel luar atau trofoblast, menipis dan membentuk dinding epitel untuk blastokista. Zona pelusida kini sekarang sudah menghilang, sehingga implantasi bisa dimulai.
Pada akhir hari ke-5 embrio melepaskan diri dari zona pelusida yangmembungkusnya.Melalui serangkaian siklus pengembangan-kontraksi embriomenembus selimut pelusida.Hal ini didukung oleh enzim yang dapat melarutkan zona pelusida pada kutub embrionik.Pelepasan embrio ini dinamakan hatching.
Polaritas dari embrio dapat terlihat pada waktu pembentukan kutub embrionik dan kutub abemrioalik. Ha ini jelas terlihat ketika meneliti blastokista dimana inner cell mass sudah terbentuk. Polaritas lebih terfokus pada satu kutub dari interior belahan blastokista yang terdiri dari blastomer.
Pada perkembangan hari ke-8, blastokista sebagian terbenam di dalam stroma endometrium.Pada daerah di atas embrioblast, trofoblast berdiferensiasimenjadi 2 lapisan: (a) sitotrofoblast ,(b) sinsitiotrofoblast. Trofoblast mempunyaikemampuan untuk menghancurkan dan mencairkan jaringan permukaan endometrium dalam masa sekresi, yaitu sel-sel decidua.
Sel-sel dari embrioblast juga berdiferensiasi menjadi dua lapisan, yaitu lapisan hipoblast dan epiblast.Sel-sel dari masing-masing lapisan mudigah membentuk sebuah cakram datar dan keduanya dikenal sebagai cakram mudigah bilaminer. Pada saat yang sama terdapat rongga kecil muncul di dalam epiblast, dan rongga ini membesar menjadi rongga amnion.
Pada hari ke-9, blastokista semakin terbenam di dalam endometrium, dan luka berkas penembusan pada permukaan epitel ditutup dengan fibrin, pada masa ini terlihat proses lakunaris, dimana vakuola-vakuola apa sinsitium trofoblast menyatu membentuk lakuna-lakuna yang besar. Sementara pada kutub anembrional, sel-sel gepeng bersama dengan hipoblast membentuk lapisan eksoselom (kantung kuning telur primitif).
Pada hari ke-11 dan 12, blastokista telah tertanam sepenuhnya di dalam stroma endometrium. Trofoblast yang ditandai dengan lacuna dan sinsitium akanmembentuk sebuah jalinan yang saling berhubungan, Sel-sel sinsitiotrofoblast menembus lebih dalam ke stroma dan merusak lapisan endotel pembuluhpembuluh kapiler ibu.Pembuluh-pembuluh rambut ini tersumbat dan melebar dan dikenal sebagai sinusoid. Lakuna sinsitium kemudian berhubungan dengan sinusoid, dan darah ibu mulai mengalir melalui system trofoblast, sehingga terjadilah sirkulasi utero-plasenta.
Semetara itu, sekelompok sel baru muncul di antara permukaan dalam sitotrofoblast dan permukaan luar rongga eksoselom. Sel-sel ini berasal dari kantong kuning telur dan akan membentuk suatu jaringan penyambung yang disebut mesoderm ekstraembrional; di mana pada akhirnya akan mengisi semuaruang antara trofoblastt di sebelah luar dan amnion beserta selaput eksoselom disebelah dalam.
Segera setelah terbentuk rongga-ronga besar di dalam mesoderm ekstraembrional, dan ketika rongga-rongga ini menyatu, terbentuklah sebuah rongga baru, yang dikenal dengan nama rongga khorion. Rongga khorion ini terbentuk dari sel-sel fibroblast mesodermal yang tumbuh disekitar embrio dan yang melapisi trofoblast sebelah dalam. Rongga ini mengelilingi kantung kuning telur primitive dan rongga amnion kecuali pada tempat cakram mudigah berhubungan dengan trofoblast melalui tangkai penghubung
4. Cakram mudigah trilaminer
Cakram mudigah bilaminer sendiri berdiferensiasi menjadi embrio trilaminer, terjadi proses epithelio-mesenchymal layer (gastrulasi pada vertebrata kelas bawah). Gastrulasi dimulai dengan pembentukan primitive streak (garis primitive) pada permukaan epiblast.Selama periode ini embrio mengalami perubahan-perubahan yang cukup menonjol.
Sel-sel epiblast berpindah mengikuti garis primitive untuk membentuk mesoderm dan entoderm intraembrional.Setelah tiba di daerah garis tersebut, selsel ini menjadi bentuk seperti botol, memisahkan diri dari epiblast dan endoderm yang baru saja terbentuk untuk membentuk mesoderm.Sel-sel yang tetap berada di epiblast kemudian membentuk ectoderm. Dengan demikian epiblast, walaupun terjadi proses gastrulasi, merupakan sumber dari semua lapisan germinal pada embrio (yaitu, ektoderm, mesoderm, dan endoderm).
Sel-sel prenotokord yang bergerak masuk ke dalam lubang primitif, bergerak ke depan hingga mencapai lempeng prekordal. Mereka menempatkandiri dalam endoderm sebagai lempeng notokord.Pada perkembangan selanjutnya,lempeng ini mengelupas dari endoderm, dan terbentuklah sebuah tali padat, notokord. Notokord akan menentukan Sumbu tengah dari embrio yang akan menentukan situasi ke depan mengenai dasar tulang belakang dan dapat menyebabkan diferensiasi dari ektoblast untuk membetuk neural plate. Karena itu, pada akhir minggu ke-3, terbentuklah 3 lapisan mudigah—yang terdiri dari ectoderm, mesoderm, dan endoderm—,danberdiferensiasi menjadi jaringan dan organ-organ.
5. Masa embrionik
Selama perkembangan minggu ke-3 sampai minggu ke-8, suatu massa yang dikenal sebagai massa embrionik atau masa organogenesis, masing-masing lapisan dari ketiga lapisan mudigah ini membentuk banyak jaringan dan organ yang spesifik. Menjelang masa akhir embrionik ini, sistem-sistem organ telah terbentuk. Karena pembentukan organ ini, bentuk mudigah banyak berubah dan ciri-ciri utama bentuk tubuh bagian luar sudah dapat dikenali menjelang bulan kedua
Masa mudigah berlangsung dari perkembangan minggu keempat hingga kedelapan dan merupakan masa terbentuk jaringan dan sistem organ dari masingmasing lapisan mudigah.Sebagai akibat pembentukan organ, ciri-ciri utama bentuk tubuh mulai jelas.
Lapisan Mudigah ektoderm membentuk organ dan struktur-struktur yang memelihara hubungan dengan dunia luar: (a) susunan saraf pusat; (b) sistem saraf tepi; (c) epitel sensorik telinga, hidung dan mata; (d) kulit, termasuk rambut dan kuku; dan (e) kelenjar hipofisis, kelenjar mammae, dan kelenjar keringat serta email gigi.
Bagian yang paling penting dari lapisan mudigah mesoderm adalah mesoderm para aksial, intermediat, dan lempeng lateral.Mesoderm para aksial membentuk somitomer; yang membentuk mesenkim di kepala dan tersusun sebagai somit-somit di segmen oksipital dan kaudal.Somit membentuk miotom (jaringan otot), skeletom (tulang rawan dan sejati), dan dermatom (jaringan subkutan kulit), yang semuanya merupakan jaringan penunjang tubuh.Mesoderm juga membentuk sistem pembuluh, yaitu jantung, pembuluh nadi, pembuluh getah bening, dan semua sel darah dan sel getah bening. Di samping itu, ia membentuk sistem kemih-kelamin; ginjal, gonad, dan saluran-salurannya (tetapi tidak termasuk kandung kemih). Akhirnya limpa dan korteks adrenal juga merupakan turunan dari mesoderm.
Lapisan mudigah endoderm menghasilkan lapisan epitel saluran pencernaan, saluran pernafasan, dan kandung kemih.Lapisan ini juga membentuk parenkim tiroid, paratiroid, hati dan kelenjar pankreas.Akhirnya, lapisan epitel kavum timpani dan tuba eustachius juga berasal dari endoderm.Sebagai akibat dari pembentukan sistem-sistem organ dan pertumbuhan sistem-sistem organ dan pertumbuhan sistem saraf pusa
t yang cepat, cakram mudigah yang mula-mula datar melipat kearah sefalokaudal, sehingga terbentuklah lipatan kepala dan ekor.Cakram ini juga melipat dengan arah lintang, sehingga terdapat bentuk tubuh yang bulat.Hubungan dengan kantung kuning telur dan plasenta dipertahankan masing-masing melalui duktus vitellinus dan tali pusat.
SPINA BIFIDA
Spina bifida adalah kelainan neural tube ( neural tube defect ) yang terjadi akibat kegagalan neural tube untuk menutup dengan sempurna. Spina bifida berarti terbelahnya arcus vertebrae dan bisa melibatkan jaringan saraf di bawahnya atau tidak. Spina bifida disebut juga myelodisplasia, yaitu suatu keadaan dimana ada perkembangan abnormal pada tulang belakang, spinal cord, saraf-saraf sekitar dan kantung yang berisa cairan yang mengitari spinal cord. Kelainan ini menyebabkan pembentukan struktur yang berkembang di luar tubuh.
Proses Pembentukan Neural Tube Defect
Pembentukan system saraf pusat dimulai sejak bulan pertama perkembangan
janin, dimulai dari notocord kemudian terbentuk neuroectoderm dan berkembang menjadi bentukan seperti pita pipih yang dinamakan neural plate, kemudian masuk ke dalam ke bagian belakang embrio yang dinamakan neural groove. Bagian samping dari neural groove
akan melengkung ke atas ( neural fold ) dan menyatu membentuk suatu tabung yang
dinamakan neural tube, penyatuan / fusi dari neural fold dimulai dari bagian tengah
dari embrio dan bergerak ke arah atas ( cranial ) dan bawah ( caudal ).Bagian atas
dinamakan anterior ( rostral ) neuropore dan bagian bawah dinamakan posterior ( caudal ) neuropore. Anterior neuropore menutup pada hari 26 atau sebelumnya sedangkan caudal neuropore akan menutup pada akhir minggu ke empat. Jika bagian dari tabung neural ( neural tube ) tidak menutup, tulang belakang juga tidak menutup akan menyebabkan terjadinya spina bifida.
Gambar 2. Pembentukan neural tube deffect
Stadium Perkembangan
21 hari : neural groove dan dimulainya pembentukan neural tube
25 hari : penutupan neural groove kecuali bagian akhir anterior dan posterior
30 hari : neuropores menutup, pengenalan fore, mid dan hind brain.Diferensiasi 3 lapis neural tube
5 minggu : pembentukan otak dan pembentukan lensa mata
6 minggu : dimulainya perkembangan cerebellum
7 minggu : corpus striatum dan thalamus, bertemunya komponen glandula pituitary
8 minggu : meningens, diferensiasi cortex cerebral
3-4 bulan : otak mulai menyerupai otak dewasa, terbentuknya corpus calosum dan komponen yang lain
4 bulan-lahir : timbulnya cerebral sulkus dan gyrus, myelinisasi dimulai.
Ada 3 kategori perkembangan system saraf yang abnormal :
Kelainan struktural : kesalahan dalam organogenesis
Gangguan dalam organisasi
Gangguan metabolism
Patogenesis
Defek neural tube disini yangdimaksud adalah karena kegagalan pembentukan mesoderm danneurorectoderm. Defek embriologi primer pada semua defek neural tube adalahkegagalan penutupan neural tube, mempengaruhi neural dan struktur kutaneusectodermal. Hal ini terjadi pada hari ke 17 -30 kehamilan. Selama kehamilan , otak, tulang belakang manusia bermula dari sel yang datar, yang kemudian membentuk silinder yang disebut neural tube. Jika bagian tersebut gagal menutup atau terdapat daerah yang terbuka yang disebut cacat neural tube terbuka. Daerah yang terbuka itu kemungkinan 80% terpapar atau 20% tertutup tulang atau kulit. 90% dari kasus yang terjadi bukanlah faktor genetik / keturunan tetapi sebagian besar terjadi dari kombinasi faktor lingkungan dan gen dari kedua orang tuanya.
Etiologi
Penyebab spesifik dari spina bifida tidak diketahui, kebanyakkan terjadi karena multifaktorial, tetapi menurut beberapa sumber menyebutkan bahwa spina bifida muncul akibat dari faktor genetik (keturunan), kekurangan asam folat, dan ibu dengan epilepsi yang menderita panas tinggi dalam kehamilannya mengkonsumsi obat-obat asam volproic, anti konvulsan, klomifen. Biasanya penutupan tabung saraf terjadi pada minggu ke empat masa embrio. Namun jika sesuatu yang mengganggu dan tabung gagal untuk menutup dengan baik, cacat tabung saraf akan terjadi. Terdapat kemungkinan memilki anak dengan spina bifida meningkat apabila keturunan yang dilahirkan sebelumnya sudah mengalami spina bifida.
Bahan – bahan teratogen yang dapat menyebabkan terjadinya defek neural tube adalah :
- Carbamazepin
- Valproic acid
- Defisiensi folic acid
- Sulfonamide
Seorang wanita yang mengkonsumsi valproic acid selama kehamilan mempunyai resiko kemungkinan melahirkan bayi dengan defek neural tube sebesar 1-2%, maka dari itu seorang wanita hamil yang mengkonsumsi obat-obat anti epilepsi selama kehamilannya disarankan untuk melakukan pemeriksaan AFP prenatal rutin.
Faktor maternal lain yang dapat menyebabkan defek neural tube meliputi :
- Riwayat keluarga dengan defek neural tube
- Penggunaan obat-obat anti kejang
- Overweight berat
- Demam tinggi pada awal kehamilan
- Diabetes mellitus
Pencegahan
Diperkirakan bahwa hampir 50 % defek tabung saraf dapat dicegah jika wanita yang bersangkutan meminum vitamin-vitamin prakonsepsi termasuk asam folat. Pencegahan pada spina bifida dapat dilakukan dengan mengkonsumsi 400mcg/hari asam folat sebelum kehamilan dan 800mcg/hari saat masa kehamilan. Konsumsi asam folat bertujuan untuk membantu mengurangi resiko terjadinya neural tube defek (NTD). Pencegahan lainnya adalah dengan melakukan pemeriksaan rutin pada saat sebelum hamil, saat maupun sesudah hamil. Tujuan pemeriksaan rutin ini adalah untuk menemukan kelainan sedini mungkin dan apabila sudah terkena diharapkan dapat segera ditangani agar menurunkan resiko kedepannya.
Penggunaan suplemen Folic acid 400 micrograms ( 0,4 mg ) / hari sebelum hamil dan 800 micrograms / hari selama kehamilan. Penggunaan suplemen folic acid ini penting untuk menurunkan resiko terjadinya defek neural tube seperti spina bifida. Folic acid ( folinic acid, folacin, pteroyglutamic acid ) terdiri dari bagian- bagian pteridin, asam para aminobenzoat dan asam glutamat.
Dari penelitian terbukti bahwa yang memiliki arti biologik adalah gugus PABA dan gugus asam glutamat. PmGA bersama-sama dengan konjugat yang mengandung lebih dari satu asam glutamat, membentuk satu kelompok zat yang dikenal sebagai folat. Folat terdapat dalam hampir setiap jenis makanan dengan kadar tertinggi dalam hati, ragi dan daun hijau yang segar. Folat mudah rusak dengan pengolahan ( pemasakan ) makanan.
Dipandang dari sudut biologik, defisiensi folat terutama akan memperlihatkan gangguan pertumbuhan akibat gangguan pembentukan nukleotida purin dan pirimidin. Gangguan ini akan menyebabkan kegagalan sintesis DNA dan hambatan mitosis sel.
Ciri-ciri
Ciri-ciri Spina bifida berdasarkan klasifikasinya digolongkan sebagai berikut :
Spina Bifida Okulta
Bentuk ini merupakan spina bifida yang paling ringan. Kelainan seperti ini biasanya terdapat didaerah lumbosacral, sebagian besar ditutupi oleh kulit dan tidak tampak dari luar kecuali adanya segumpal kecil rambut diatas daerah yang dihinggapi. Pada keadaan seperti ini medula spinalis dan saraf-saraf biasanya normal dan gejala-gejala neurologik tidak ditemukan. Spina Bifida Okulta sering didiagnosis secara tidak sengaja saat seseorang mengalami pemeriksaan X-ray atau MRI untuk alasan yang lain. Pada neural tube defek (NTD) jenis ini, tidak terjadi herniasi dari menings melalui defek pada vertebra. Lesi yang terbentuk terselubung atau tersembunyi di bawah kulit. Pada tipeini juga tidakdisertaidenganhidrosefalus dan malformasiChiari II.
Seringkalilesi pada kulitberupa hairypatch, sinus dermal, dimple, hemangioma atau lipoma dan kadang-kadangtimbulgangguanneurologik pada regio torakal, lumbal, dan sakral. Pada masa pertumbuhan anak-anak dapat pula ditemukan paralisis spastik yang ringan.
Deteksidini pada spina bífida okulta sangatlah penting mengingat bahwa fungsi neurologis hanya dapat dipertahankan dengan tindakan intervensi bedah secara dini dan tepat. Kelompok ini mencakup kelainan-kelainan : lipoma spinal, sinus dermal, lipomielomeningokel, diastematomielia, hipertrofi filum terminale dan meningokel sakral anterior.
Lipoma spinal
Perkembangan embriologis lipoma spinal tidak diketahui secara terperinci. Pada kasus–kasus ini, elemen spinal normal tetap ada namun lokasinya abnormal. Lipoma spinal adalah keadaan di mana terdapat jaringan lemak yang masuk di dalam jaringan saraf, sehingga terjadi kerusakan dan mengakibatkan disfungsi neurologis.
Gambar 3. Gambar MRI Lipoma Spinal
Pada umumnya tidak ada kelainan neurologis, tetapi kadang terjadi, karena dengan bertambahnya usia, lipoma akan membesar dan menekan sistem saraf. Lipoma seperti ini dapat berupa lipomeningomielokel atau melekat pada meningomielokel. Pemeriksaan radiologik dilakukan seperti pada meningokel.
b. Sinus dermal
Sinus dermal merupakan lubang terowongan (traktus) di bawah kulit mulai dari epidermis menuju lapisan dalam, menembus duramater dan sampai ke rongga subarakhnoid. Tampilan luarnya berupa lesung atau dimpel kulit yang kadang mengandung sejumput rambut di permukaannya dan kebanyakan di daerah lumbal. Biasanya kelainan ini asimptomatik, namun bila menembus duramater, sering menimbulkan meningitis rekuren.
Gambar 4. Sinus dermal
c. Lipomielomeningokel
Lipomielomeningokel sering kali terdeteksi sebagai suatu gumpalan lemak pada bagian belakang tubuh terutama di daerah lumbo-sakral. Kelainan ini kerap dikaitkan sebagai deformitas kosmetik, namun sebenarnya ia merupakan suatu kompleks anomali kongenital yang bukan hanya terdiri dari infiltrasi perlemakan jaringan saraf saja, tetapi juga mengandung meningokel atau meningomielokel yang besar.
Gamabr 5. Lipomielomeningokel
Gambar 3 (Lipomielomeningokel): (a) A tail-like cutaneous appendage on back. (b) Close-up showing a tail-like structure. (c) Computed tomography showing spina bifida (marked by arrow) along with lipo-meningocele. (d) Magnetic resonance imaging showing tethering (marked by arrow) of the spinal cord
Gambar 3 (Lipomielomeningokel): (a) A tail-like cutaneous appendage on back. (b) Close-up showing a tail-like structure. (c) Computed tomography showing spina bifida (marked by arrow) along with lipo-meningocele. (d) Magnetic resonance imaging showing tethering (marked by arrow) of the spinal cord
d. Diastematomielia
Diastematomielia merupakan salah satu manifestasi disrafisme spinal yang jarang terjadi dan terdiri atas komponen-komponen :
Ada tulang rawan yang menonjol dari korpus vertebra dan membelah kedua hemikord diatas.
Lokasi diastematomielia biasanya di daerah toraks atau torako-lumbar, dan juga biasanya ada abnormalitas vertebra (hemivertebra). Ciri khas dari kelainan ini adalah adanya sejumput rambut dari daerah yang ada diastematomielia.
Gambar 6. Diastematomielia
e. Hipertrofi Filum Terminale (Penebalan Filum Terminalis)
Salah satu bentuk dasar yang bepotensi menjadikan tethered cord adalah penebalan filum terminalis yang berlebihan akibat adanya infiltasi jaringan lemak. Filum terminalis normal adalah struktur fibrosa yang merupakan lanjutan dari lapisan arakhnoid yang membungkus konus medulare. Medula spinalis di rusak bila pemeriksaan radiologis menunjukkan, konus medularis (pasien anak) berada di bawah atau pada usia bayi berada di bawah L3. Terapinya adalah operasi laminektomi, membuka durameter dan memotong filum yang tebal.
f. Tethered Spinal Cord
Kasus semacam ini pada awalnya asimtomatik, namun kerusakan (thetered) medula spinalis ini berpontensi menimbulkan defisit neurologis dalam pertumbuhan selanjutnya. Gejalanya dapat berupa nyeri gangguan sfingter urine dan ani, gangguan sensai kaki atau gangguan motorik. Terapi operasi ditunjukan terhadap lesi-lesi yang mengancam medula spinalis menjadi rusak.
Gambar 7. Tethered Spinal Cord
2. Spina Bifida Sistika (Aperta)
a. Meningokel
Spina bifida jenis ini mengalami simpel herniasi dari menings melalui defek pada vertebra. Korda spinalis dan akar saraf tidak ikut mengalami herniasi melalui bagian dorsal dari dural sac. Lesi yang timbul pada meningokel sangat penting untuk dibedakan dengan mielomeningokel karena penanganan dan prognosisnya sangat berbeda. Bayi yang lahir dengan meningokel biasanya pada pemeriksaan fisis memberikan gambaran yang normal. Bayi yang lahir dengan meningokel tidak memiliki malformasi neurologik seperti hidrosefalus dan Chiari II. Jenis ini merupakan bentuk yang jarang terjadi.
Gambar 8. Meningocele
b. Mielomeningokel
Mielomeningokel adalah keadaan di mana terjadi herniasi korda spinalis dan akar sarafmembentuk kantung yang juga berisi menings. Kantung ini berprotrusi melalui vertebra dan defek muskulokutaneus. Korda spinalis sering berakhir pada kantung ini dan terbuka keluar disertai ekspose dari kanalis sentralis. Pembukaan dari struktur saraf tersebut disebut neural placode. Neural tube defektipeiniadalahbentuk yang paling seringterjadi.
Gangguan neurologis seperti hidrosefalus dan malformasi Chiari II seringkali menyertai mielomeningokel. Sebagai tambahan, mielomeningokel memiliki insidens yang tinggi sehubungan dengan malformasi intestinal, jantung, dan esofagus, dan juga anomali ginjal dan urogenital. Bayi yang lahir dengan mielomeningokel memiliki orthopedicanomalies pada extremitas bawah dan anomali pada urogenital melalui keterlibatan akar saraf pada regio sakral.
Tampak benjolan digaris tengah sepanjang tulang belakang. Kebanyakan mielomenigokel berbentuk oval dengan sumbu panjangnya berorientasivertikal. Lokasi terbanyak adalah di daerah torako lumbal dan frekuensi makin berkurang kearah distal. Kadang mielomeningokel disertai defek kulit atau permukaan yang hanya dilapisi oleh selaput tipis. Kelainan neorologik bergantung pada tingkat, letak, luas dan isi kelainan tersebut, karena itu dapat berupa paraplegia, paraparesis, monoparesis, inkotinensia urin dan alvi, gangguan sensorik serta gangguan refleks.
Gambar 9. Mielomeningokel
Dampak
Beberapa masalah yang paling sering muncul pada kasus spina bifida adalah:
Arnold-Chiari Malformasi, 90% kasus muncul bersamaan dengan spina bifida dimana sebagian massa otak menonjol ke dalam rongga spinal.
Hy
drosefalus, 70-90% biasanya juga muncul bersamaan dengan spina bifida. Pada keadaan ini terjadi peningkatan berlebihan dari liquor cerebrospinal.Gangguan pencernaan dan gangguan kemih, dimana terjadi gangguan pada saraf yang mempersarafi organ tersebut. Anak-anak sering mengalami infeksi kronik atau infeksi berulang saluran kemih yang disertai kerusakan pada ginjal.
Gangguan pada ekstremitas terjadi ± 30% kasus. Gangguan dapat berupa dislokasi sendi panggul, club foot. Gangguan ini dapat terjadi primer atau sekunder karena ketidakseimbangan otot atau paralisis.
Penyakit spina bifida dapat menyebabkan gejala-gejala berat seperti club foot, rudimentair foot, kelayuan pada kaki, dan sebagainya.namun jika lubang tersebut kecil, tidak akan menimbulkan keluhan.
Konseling
Keluarga mungkin memiliki perasaan sedih, marah, shock, ketakutan dan rasa bersalah. Orang tua juga sering khawatir tentang apa yang akan terjadi pada bulan-bulan dan tahun-tahun ke depan dan, khususnya, dukungan apa yang ekstra dan perawatan anak mereka akan membutuhkan.Jika anak Anda memiliki spina bifida, diskusikan masalah dengan tim perawat keluarga. Dukungan psikologis dapat dibuat tersedia untuk membantu Anda mengatasi apa yang pasti menjadi waktu yang sulit. Berikut ini beberapa pilihan konseling :
Support Group.Kelompok dukungan terdiri dari orang-orang dalam situasi yang sama seperti Anda . Mereka datang bersama-sama untuk saling membantu dan membantu diri mereka sendiri . Kelompok dukungan memberikan jaminan , motivasi , dan inspirasi . Mereka membantu Anda melihat bahwa situasi Anda tidak unik dan tidak putus asa , dan yang memberikan Anda kekuatan . Mereka juga memberikan tips praktis tentang mengatasi spina bifida dan menavigasi sistem medis , pendidikan , dan sosial yang Anda akan mengandalkan bantuan untuk diri sendiri atau anak Anda . Berada di kelompok pendukung spina bifida sangat dianjurkan oleh sebagian besar profesional kesehatan mental .
Konseling genetika.Untuk orang tua dari anak dengan spina bifida yang sedang mempertimbangkan memiliki lebih banyak anak; identifikasi faktor risiko yang mungkin menandakan kemungkinan anak tambahan spina bifida.
Konseling Gizi.Untuk penilaian gizi dan merancang makan dan perencanaan, dengan penekanan khusus pada pertumbuhan optimal dan kontrol berat badan untuk setiap pasien.
Endokrinologi.Untuk memantau pertumbuhan dan kemajuan perkembangan dan menyediakan metode diagnostik dan pengobatan lanjutan untuk membantu memastikan potensi pertumbuhan penuh.
Progosis
Anak-anak dengan spina bifida dapat menjalani hidup aktif . Prognosis tergantung pada jumlah dan tingkat keparahan kelainan dan faktor pribadi dan lingkungan yang terkait . Sebagian besar anak-anak dengan gangguan ini memiliki kecerdasan normal dan bisa berjalan , sering dengan alat bantu . Jika masalah belajar mengembangkan , intervensi pendidikan yang sesuai sangat membantu.
Anak dengan kelainan spina bifida dapat hidup relatif normal.Prognosis, aktivitas dan partisipasi bergantung dari jumlah dan keparahan abnormalitas dan kehidupan personal dan faktor lingkungan.Banyak anak-anak dengan kelainan ini memiliki intelegensi normal dan bisa berjalan, biasanya dengan bantuan alat penunjang. Jika terjadi masalah dalam kemampuan belajar, bantuan pembelajaran awal akan sangat membantu. (National Institute of Neurological Disorders and Stroke, 2013) Prognosis untuk bayi lahir dengan Spina Bifida bergantung dari letak, ukuran dan tingkat cacat serta keberadaan dari hidrosepalus.Rentang cacat yang disebabkan oleh Spina Bifida bervariasi dan berkisar antara normal hingga cacat parah.Hal ini bergantung pada luasnya kerusakan yang terjadi pada sistem saraf dan efek dari CSF Shunt (Cerebrospinal Fluid Shunt).
Anak-anak dengan Spina Bifida cenderung memiliki masalah dalam mengontrol rasa ingin buang air kecil maupun besar. Pada kasus yang lebih serius, bayi mungkin memiliki masalah dalam berjalan atau bahkan tidak bisa berjalan sama sekali. Hidrosepalus dapat menyebabkan kesulitan dalam belajar. Umumnya kelainan pada tulang belakang yang lebih tinggi akan meningkatkan resiko lebih besar terhadap kemungkinan kelumpuhan dan komplikasi yang melemahkan lainnya. (NHS Fetal Anomaly Screening Programme, 2012).Berikut beberapa presentasi tentang prognosis penderita spina bifida :
90 % Dapat tumbuh berkembang hingga dewasa (melalui dekade ketiga kehidupan mereka.)
80 % memiliki kecerdasan yang normal
75 % dari penderita dapat bertahan hidup masa dewasa awal dan dapat terus hidup selama beberapa dekade .(dengan perawatan suportif saat masa subur)
Berikut merupakan presentasi terhadap resiko ibu melahirkan anak spina bifida :
Risiko untuk anak kedua dari orang tua dengan anak pertama menderita spina bifida karena meningkat hingga 3-5%
Sedangkan populasi umum memiliki resiko memiliki anak spina difida adalah 0,1-0,3%. Dipicu dari banyak factor, karena spina bifida merupakan kelainan konginental yang bersifat multifactorial.
Indikasi Penyakit Lain
Tingkat keparahan gejala yang dialami masing-masing pengidap spina bifida bisa bermacam-macam.Ini terjadi karena celah di tulang belakang bisa terbentuk pada lokasi yang berbeda-beda pada tiap pengidap. Selain lokasi, tingkat keparahan bergantung pada bagian apa saja yang tidak menutup sempurna.
Terdapat beragam komplikasi yang mungkin disebabkan oleh spina bifida. Secara umum, gejala-gejalanya dapat dikelompokkan menjadi:
Gangguan mobilitas.
Kondisi yang ditandai dengan tubuh bagian bawah yang mengalami lemah otot atau bahkan lumpuh.
Gangguan saluran kemih dan pencernaan.
Pengidap spina bifida umumnya mengalami inkontinensia urine atau tinja karena adanya gangguan saraf yang mengatur saluran kemih dan pencernaan.
Hidrosefalus.
Kondisi di mana terjadi penumpukan cairan dalam otak sehingga dapat menyebabkan kejang dan gangguan penglihatan.
Meningitis.
Meningitis dengan organisme campuran lazim ditemukan bila kulit terinfeksi atau terdapat sinus.Pengidap spina bifida juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami meningitis serta gangguan dalam belajar di kemudian hari. Contoh gangguan dalam proses belajar yang mungkin terjadi meliputi gangguan bahasa atau menghitung serta sulit konsentrasi.
Kandung kemih dan ginjal.
Banyak orang dengan spina bifida memiliki masalah menyimpan dan buang air. Ini kadang-kadang dapat menyebabkan:
infeksi saluran kemih berulang.
hidronefrosis (di mana satu atau kedua ginjal menjadi teregang dan bengkak akibat penumpukan urin di dalamnya)
jaringan parut ginjal
batu ginjal
Tanda-tanda infeksi saluran kemih dapat mencakup suhu tinggi (demam) dan darah dalam urin penderita. Penderita juga mungkin memiliki sakit atau nyeri di punggung atau samping, dan rasa sakit saat buang air kecil.Karena risiko ini, mungkin harus memiliki janji rutin untuk memantau kandung kemih dan ginjal. Ini mungkin melibatkan scan ultrasound, serta tes untuk mengukur volume atau kandung kemih Anda dan tekanan di dalamnya. Dalam beberapa kasus, Anda mungkin perlu pengobatan antibiotik jangka panjang untuk mencegah infeksi saluran kemih berulang.
Masalah kulit
Penderita spina bifida, mungkin telah mengurangi sensasi di kaki karena saraf tidak dapat mengirim sinyal yang jelas ke otak. Ini bisa berarti bahwa sulit bagi penderita untuk mengetahui bahwa anda telah merusak kulit pada kaki, baik karena cedera, luka bakar, atau tekanan berkepanjangan (misalnya, dari duduk untuk jangka waktu yang panjang). Jika penderita melukai diri tanpa disadari, ada risiko kulit bisa menjadi terinfeksi atau berkembang menjadi ulkus tahan lama (luka terbuka), jadi penting untuk memeriksa kulit penderita secara teratur untuk setiap tanda-tanda cedera.
Alergi lateks
Anak-anak dan orang dewasa dengan spina bifida dapat mengembangkan alergi terhadap lateks. Lateks merupakan jenis yang terjadi secara alami karet yang digunakan untuk membuat produk seperti sarung tangan lateks, masker dan item lainnya dari pakaian, serta beberapa jenis peralatan medis. Gejala dapat berkisar dari reaksi alergi ringan - mata berair dan ruam kulit - untuk reaksi alergi yang parah, yang dikenal sebagai shock anafilaksis.Shock anafilaksis dapat mengancam jiwa dan membutuhkan perawatan segera dengan suntikan adrenalin.
Chiari malformasi II
Kondisi umum pada anak-anak dengan myelomeningocele - di mana batang otak dan otak kecil ( otak belakang ) menonjol ke bawah ke daerah kanal atau leher tulang belakang . Kondisi ini dapat menyebabkan kompresi sumsum tulang belakang dan menyebabkan berbagai gejala termasuk kesulitan dengan makan , menelan , dan bernapas kontrol; tersedak ; dan perubahan fungsi lengan atas ( kekakuan , kelemahan ).
Komplikasi yang lain dari spina bifida yang berkaitan dengan kelahiran antara lain adalah:
1. Paralisis cerebri
2. Retardasi mental
3. Atrofi optic
4. Epilepsi
5. Osteo porosis
6. Fraktur (akibat penurunan massa otot)
7. Ulserasi, cidera, dikubitus yang tidak sakit.
Pada beberapa kasus, filum terminale medulla spinalis tertambat atau terbelah oleh spur tulang (diastematomielia), yang dapat menimbulkan kelemahan tungkai progresif pada pertumbuhan. Sendi charcot dapat terjadi dengan disorganisasi pergelangan kaki, lutut atau coxae yang tak nyeri.
Tingkat keparahan kondisipenderita dipengaruhi oleh :
Ukuran dan lokasi dari cacat tabung saraf.
Apakah kulit meliputi/menutupi daerah yang terkena.
Saraf tulang belakang keluar/terlibat dari daerah yang terkena dari sumsum tulang belakang.
Komplikasi dari Spina Bifida dapat berkisar dari permasalahan fisik yang kecil dengan melemahnya fungsi hingga cacat fisik maupun mental yang parah.Penting untuk dicatat, bahwa kebanyakan penderita Spina Bifida memiliki intelegensi normal.Dampak Spina Bifida ditentukan dari ukuran dan lokasi malformasi, meskipun itu tertutup dan bagian saraf tulang belakang yang bermasalah. Semua saraf yang terletak dibawah bagian yang mengalami malformasi akan terkena dampak untuk beberapa tingkat. Oleh sebab itu, semakin tinggi malformasi terjadi pada tulang belakang, semakin besar jumlah kerusakan saraf dan kehilangan kemampuan otot dan indra perasa.
Tambahan untuk abnormalitas sensasi dan kelumpuhan, komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah malformasi Chiari II, kondisi umum pada anak-anak dengan myelomeningocele (kerusakan/ kelainan spinal bawaan kompleks), dimana batang otak dan bagian cerebellum menonjol kebawah ke daerah kanal tulang belakang atau area leher. Kondisis ini dapat menyebabkan kompresi pada sumsum tulang belakang dan menyebabkan berbagai gejala termasuk kesulitan makan, menelan, dan bernapas kontrol, tersedak dan perubahan fungsi lengan atas (kekakuan, kelemahan).
Malformasi chiari II juga dapat mengakibatkan penyumbatan cairan cerebrospinal, menyebabkan kondisi yang disebut hidrosepalus, yaitu kondisi penumpukan abnormal cairan cerebrospinal didalam dan disekitar otak.Cairan cerebrospinal adalah cairan bening yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang.Penumpukan cairan menempatkan tekanan yang merusak struktur ini.Hidrosepalus biasanya diobati dengan operasi pembedahan dengan menanamkan Shunt, yaitu tabung hampa di otak untuk mengalirkan kelebihan cairan kedalam perut.
Beberapa bayi baru lahir dengan myelomeningocele dapat tumbuh meningitis, infeksi pada meninges.Meningitis dapat menyebabkan cedera otak dan mengancam jiwa.
Anak-anak dengan kedua kelainan, myelomeningocele dan hidrosepalus dapat menyebabkan ketidakmampuan belajar, termasuk sulit memberikan perhatian, bermasalah dalam bahasa dan membaca komprehensif, dan kesulitan belajar matematika.
Masalah tambahan seperti alergi latex, masalah kulit, kondisi pencernaan dan depresi mungkin saja terjadi pada anak-anak dengan Spina Bifida seiring dengan pertumbuhannya.
(National Institute of Neurological Disorders and Stroke, 2013)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari Spina Bifida hanya dapat dilakukan setelah lahir ketika jenis dan ukuran dari Spina Bifida telah dinilai. Perawatan akan bergantung pada posisi dan tingkat keparahan Spina Bifida. Sebagian besar kasus ini memerlukan waktu operasi untuk memperbaiki tabung saraf setelah lahir. Sangat mungkin bahwa beberapa kerusakan sistem saraf bayi telah terjadi dan operasi pembedahan tidak akan mampu untuk memperbaiki semua permasalahan. Jika terjadi hidrosepalus, ini perlu ditangani dengan operasi sebab peningkatan tekanan oleh kelebihan cairan dapat menyebabkan kerusakan otak.Operasi melibatkan pengurangan cairan dengan mengalirkan cairan ke perut bayi (a ventriculo-perintoneal shunt).Hal ini sering harus diganti ketika anak tumbuh karena masalah dengan penyumbatan dan infeksi. (NHS Fetal Anomaly Screening Programme, 2012)
Tidak ada obat untuk Spina Bifida.Jaringan saraf yang rusak tidak dapat diperbaiki, ataupun fungsi bisa dikembalikan dari saraf yang rusak.Pengobatan tergantung pada jenis dan tingkat keparahan gangguan.Umumnya anak-anak dengan bentuk paling ringan tidak memerlukan perawatan, meskipun beberapa mungkin memerlukan operasi saat mereka tumbuh.
Kunci utama prioritas utama dalam mengobati myelomeningocele adalah untuk mencegah infeksi dari perkembangan pada saraf yang terbuka dan jaringan melalui cacat tulang belakang, dan untuk melindungi bagian terbuka dari saraf dan struktur dari tambahan trauma. Biasanya, anak lahir dengan Spina Bifida akan mendapat operas penutupan cacat dan dapat meminimalkan resiko dari infeksi atau trauma lanjut selama beberapa hari pertama kehidupan.
Operasi janin dilakukan dalam Rahim dan melibatkan pembukaan Rahim sang ibu dan rahim lalu menjahit menutup celah yang abnormal melalui sumsum tulang belakang bayi berkembang ini. Beberapa dokter percaya sebelum cacat dikoreksi, semakin baik hasilnya bayi.Meskipun prosedur tidak dapat mengembalikan fungsi saraf yang hilang, mungkin mencegah kehilangan lebih daripada sebelumnya.
Operasi ini dianggap eksperimental dan ada resiko bagi janin serta ibu.Resiko utama bagi janin adalah kemungkinan kelahiran prematur karena rangsangan yang mengganggu.Akibatnya bisa terjadi organ yang tidak berkembang sempurna, pendarahan otak, dan kematian.Resiko untuk ibu termasuk infeksi, kehilangan darah yang mengarah pada kebutuhan transfusi, diabetes gestasional dan kenaikan berat badan karena istirahat.
Namun, manfaat dari operasi janin yang menjanjikan, dan termasuk paparan kurang dari rentan jaringan saraf tulang belakang dan tulang belakang untuk lingkungan intrauterin, khususnya cairan ketuban yang dianggap beracun. Sebagai manfaat tambahan, dokter menemukan prosedur dapat mempengaruhi cara kerja otak belakang janin berkembang dalam Rahim, mengurangi keparahan komplikasi tertentu seperti Chiari II dan hidrosepalus dan dalam beberapa kasus, menghilangkan kebutuhan untuk operasi untuk menanamkan shunt. 20-50% anak-anak dengan myelomeningocele mengembangkan kondisi yang disebut posesif tethering, atau tethered cord syndrome. Sumsum tulang belakang mereka menjadi diikat ke sebuah struktur yang tidak bisa bergerak, menyebabkan sumsum tulang belakang akan menjadi tertarik dan melar seiring dengan pertumbuhan anak. Kondisi ini dapat menyebabkan kaki kehilangan fungsi otot serta perubahan fungsi pada reaksi buang air besar dan kecil.Operasi awal untuk penambatan sumsum tulang belakang mungkin menyebabkan anak untuk mengembalikan fungsi dasar mereka dan mencegah kerusakan neurologis lebih lanjut. Beberapa anak akan membutuhkan operasi berikutnya untuk mengelola masalah dengan kaki, pinggul, atau tulang belakang. Individu dengan hidrosepalus umumnya akan memerlukan operasi tambahan untuk menggantikan shunt yang dapat tertinggal pertumbuhannya dan menjadi tersumbat atau infeksi.
Beberapa individu dengan Spina Bifida memerlukan alat bantu seperti penyangga, tongkat, atau kursi roda. Lokasi malformasi pada tulang belakang mengindikasikan tipe dari alat bantu yang dibutuhkan. Anak-anak dengan cacat tinggi pada tulang belakang akan memiliki kelumpuhan yang lebih luas dan akan sering membutuhkan kursi roda, sementara mereka dengan cacat ringan pada tulang belakang mungkin hanya membutuhkan tongkat, penyangga kaki atau alat bantu berjalan lainnya. Awal latihan khusus untuk kaki dan pergelangannya pada awal usia dapat membantu menyiapkan anak untuk berjalan dengan penyangga atau tongkat tersebut ketika mereka dewasa.(National Institute of Neurological Disorders and Stroke, 2013)
Pembedahan mielomeningokel dilakukan pada periode neonatal untuk mencegah ruptur.Perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal dan pirau CSS pada bayi hidrosefalus dilakukan pada saat kelahiran.Pencangkokan pada kulit diperlukan bila lesinya besar.Pembedahan dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk dan untuk mengobati hidrosefalus.Kelainan ginjal dan kandung kemih serta kelainan bentuk fisik yang sering menyertai spina bifida.Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk memperkuat fungsi otot.Untuk mengobati atau mencegah meningitis, infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya diberikan antibiotik.Sedangkan untuk mengatasi gejala muskuloskeletal (otot dan kerangka tubuh) perlu 11 Universitas Indonesia campur tangan dari ortopedi (bedah tulang) maupun terapi fisik.Kelainan saraf lainnya diobati sesuai dengan jenis dan luasnya gangguan fungsi yang terjadi (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009).
Pembedahan dilakukan secepatnya pada spina bifida yang tidak tertutup kulit, sebaiknya dalam minggu pertama setelah lahir.Kadang-kadang sebagai akibat eksisi meningokel terjadi hidrosefalus sementara atau menetap, karena permukaan absorpsi CSS yang berkurang.Kegagalan tabung neural untuk menutup pada hari ke-28 gestasi, atau kerusakan pada strukturnya setelah penutupan dapat dideteksi in utero dengan pemeriksaan ultrasonogrfi. Pada 90% kasus, kadar alfa-fetoprotein dalam serum ibu dan cairan amnion ditemukan meningkat; penemuan ini sering digunakan sebagai prosedur skrining. Keterlibatan baik kranial maupun spinal dapat terjadi; terminology spina bifida digunakan pada keterlibatan spinal, apabila malformasi SSP disertai rachischisis maka terjadi kegagalan lamina vertebrata.
Posisi tengkurap mempengaruhi aspek lain dari perawatan bayi. Misalnya, posisi bayi ini, bayi lebih sulit dibersihkan, area-area ancaman merupakan ancaman yang pasti, dan pemberian makanan menjadi masalah.
Bayi biasanya diletakkan di dalam incubator atau pemanas sehingga temperaturnya dapat dipertahankan tanpa pakaian atau penutup yang dapat mengiritasi lesi yang rapuh.Apabila digunakan penghangat overhead, balutan di atas defek perlu sering dilembabkan karena efek pengering dari panas yang dipancarkan.Sebelum pembedahan, kantung dipertahankan tetap lembap dengan meletakkan balutan steril, lembab, dan tidak lengket di atas defek tersebut.Larutan pelembab yang dilakukan adalah salin normal steril.Balutan diganti dengan sering (setiap 2 sampai 4 jam).Dan sakus tersebut diamati dengan cermat terhadap kebocoran, abrasi, iritasi, atau tanda-tanda infeksi.Sakus tersebut harus dibersihkan dengan sangat hati-hati jika kotor atau terkontaminasi.Kadang-kadang sakus pecah selama pemindahan dan lubang pada sakus meningkatkan resiko infeksi pada system saram pusat.
Latihan rentang gerak ringan kadang-kadang dilakukan untuk mencegah kontraktur, dan meregangkan kontraktur dilakukan, bila diindikasikan.Akan tetapi latihan ini dibatasi hanya pada kaki, pergelangan kaki dan sendi lutut.Bila sendi panggul tidak stabil, peregangan terhadap fleksor pinggul yang kaku atau otot-otot adductor, mempererat kecenderungan subluksasi.
Pola Penurunan
Jika wanita memiliki anak dengan kelainan Spina Bifida, ada 3-4% kemungkinan anak berikutnya akan lahir dengan kondisi serupa. (Cowchock et al. 1980)
Banyak kasus Spina Bifida terisolasi.Akan tetapi, investigasi prenatal biasanya diajukan untuk mengesampingkan kelainan kromosom karena hingga 10% dari kelainan ini disebabkan kelainan kromosomal. (Sepulveda et al. 2004)
Ketika Neural Tube Defects sebagai sindrom genetic muncul, kemungkinan terkena akan semaking tinggi (hingga 25%).
NUTRISI PADA IBU HAMIL
Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan selama masa kehamilan karena faktor gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu guna pertumbuhan dan perkembangan janin.Menurut Hendrawan Nasedul yang dikutip oleh Mitayani (2010), gizi pada saat kehamilan adalah zat makanan atau menu yang takaran semua zat gizinya dibutuhkan oleh ibu hamil setiap hari dan mengandung zat gizi seimbang dengan jumlah sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan.Kondisi kesehatan ibu sebelum dan sesudah hamil sangat menentukan kesehatan ibu hamil.Sehingga demi suksesnya kehamilan, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam keadaan baik, dan selama hamil harus mendapat tambahan energi, protein, vitamin, dan mineral (Kusmiyati, 2009).
Perubahan kebutuhan gizi ibu hamil tergantung dari kondisi kesehatan si ibu. Kusmiyati (2009) mengungkapkan dasar pengaturan gizi ibu hamil adalah adanya penyesuaian faali selama kehamilan, yaitu sebagai berikut :
a. Peningkatan basal metabolisme dan kebutuhan kalori. Metabolisme basal pada masa 4 bulan pertama mengalami peningkatanan kemudian menurun 20-25% pada 20 minggu terakhir.
b. Perubahan fungsi alat pencernaan karena perubahan hormonal, peningkatan HCG, estrogen, progesteron menimbulkan berbagai perubahan seperti mual muntah, motilitas lambung sehingga penyerapan makanan lebih lama, peningkatan absorbsi nutrien, dan motilitas usus sehingga timbul masalah obstipasi.
c. Peningkatan fungsi ginjal sehingga banyak cairan yang dieksresi pada pertengahan kehamilan dan sedikit cairan dieksresi pada bulan-bulan terakhir kehamilan.
d. Peningkatan volume dan plasma darah hingga 50%, jumlah erytrosit 20-30% sehingga terjadi penurunan hemodilusi dan konsentrasi hemoglobin.
Ibu hamil harus mendapatkan gizi yang adekuat baik jumlah maupun susunan menu serta mendapat akses pendidikan kesehatan tentang gizi. Malnutrisi kehamilan akan menyebabkan volume darah menjadi berkurang, aliran darah ke uterus dan plasenta berkurang dan transfer nutrien melalui plasenta berkurang sehingga janin pertumbuhan janin menjadi terganggu.
Adapun faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam meningkatkan kebutuhan gizi pada ibu hamil adalah (Aritonang, 2010):
1. Buruknya status gizi ibu
2. Usia ibu yang masih sangat muda
3. Kehamilan kembar
4. Jarak kehamilan yang rapat
5. Tingkat aktivitas fisik yang tinggi
6. Penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan malabsorbsi
7. Konsumsi rokok dan alkohol
8. Konsumsi obat legal (antibiotik dan phenytoin) maupun obat ilegal (narkoba).
Peningkatan berat badan sangat menentukan kelangsungan hasil akhir kehamilan. Bila ibu hamil sangat kurus makan akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR) dan bayi prematur. Sebab-sebab terjadinya penurunan atau peningkatan berat badan pada ibu hamil yaitu edema, hipertensi kehamilan, dan makan yang banyak/berlebihan (Salmah dkk, 2006). Menurut Kusmiyati (2009), proporsi kenaikan berat badan selama hamil adalah sebagai berikut :
a. Pada trimester I kenaikan berat badan ibu lebih kurang 1 kg yang hampir seluruhnya merupaka kenaikan berat badan ibu.
b. Pada trimester II sekitar 3 kg atau 0,3 kg/minggu. Sebesar 60% dari kenaikan berat badan ini disebabkan pertumbuhan jaringan ibu.
c. Pada Trimester III sekitar 6 kg atau 0,3-0,5 kg/minggu. Sebesar 60% dari kenaikan berat badan ini karena pertumbuhan jaringan janin.
Energi
Seorang wanita selama kehamilan memiliki kebutuhan energi yang meningkat.Energi ini digunakan untuk pertumbuhan janin, pembentukan plasenta, pembuluh darah, dan jaringan yang baru (Almatsier, 2009). Selain itu, tambahan kalori dibutuhkan sebagai cadangan lemak serta untuk proses metabolisme jaringan baru (Mitayani, 2010). Ibu hamil memerlukan sekitar 80.000 tambahan kalori pada kehamilan.Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebesar 300 kkal/hari untuk ibu hamil trimester ketiga.Dengan demikian dalam satu hari asupan energi ibu hamil trimester ketiga dapat mencapai 2300 kkal/hari.
Kebutuhan energi yang tinggi paling banyak diperoleh dari bahan makanan sumber lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan, dan biji-bijian.Setelah itu bahan makanan sumber karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni (Almatsier, 2009).
Protein
Pada saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan protein yang disebabkan oleh peningkatan volume darah dan pertumbuhan jaringan baru (Aritonang, 2010).Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan adalah sebanyak 925 gr yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Widyakarya Pangan dan Gizi VIII 2004 menganjurkan penambahan sebanyak 17 gram untuk kehamilan pada trimester ketiga atau sekitar 1,3 g/kg/hr. Dengan demikian, dalam satu hari asupan protein dapat mencapai 67-100 gr.
Menurut Aritonang (2010), perkiraan faktorial protein terhadap komponenkomponen pertambahan pada kehamilan normal cukup bulan dapat dilihat dalam tabel 2.1.
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dalam hal jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, dan kerang. Selain sumber hewani, ada juga yang berasal dari nabati seperti tempe, tahu, serta kacang-kacangan (Almatsier, 2009).
Vitamin dan Mineral
Bagi pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin dan mineral seperti vitamin C, asam folat, zat besi, kalsium, dan zink. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi 2004 untuk tambahan gizi ibu hamil pada trimester ketiga adalah vitamin A +300 RE, vitamin C +10 mg, tiamin +0,3 mg, riboflavin +0,3 mg, niasin +4 mg, asam folat +200 µg, vitamin B12 +0,2 µg, kalsium +150 mg, magnesium +40 mg, zat besi +13 mg, zink +10,2 mg,serta iodium +50 µg.
1. Zat Besi
Selama hamil, zat besi banyak dibutuhkan untuk mensuplai pertumbuhan janin dan plasenta serta meningkatkan jumlah sel darah merah ibu. Zat besi merupakan senyawa yang digunakan untuk memproduksi hemoglobin yang berfungsi untuk :
1. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
2. Sintesis enzim yang terkait besi
3. Penggunaan oksigen untuk produksi energi sel (Aritonang, 2010).
Arisman (2004) menyatakan total besi yang diperlukan selama hamil adalah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebanyak 13 mg untuk kehamilan pada trimester ketiga.Dengan demikian, angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi ibu hamil trimester ketiga adalah 39 mg/hari.
Menurut Aritonang (2010), ada dua bentuk besi yang terdapat dalam pangan, yaitu besi heme yang terdapat dalam produk-produk hewani dan besi nonheme yang terdapat dalam produk-produk nabati. Makanan dari produk hewani seperti hati, ikan dan daging yang harganya relatif mahal dan belum sepenuhnya terjangkau oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Selain sumber hewani, ada juga makanan nabati yang kaya akan zat besi seperti singkong, kangkung, dan sayuran berwarna hijau lainnya. Namun, zat besi dalam makanan tersebut lebih sulit penyerapannya.Dibutuhkan porsi besar sumber nabati untuk mencukupi kebutuhan besi sehari (Almatsier, 2009).
Menurut Aritonang (2010), makanan-makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi selama hamil diantaranya sebagai berikut :
1. Konsumsi makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi, yaitu daging, sayur, dan buah yang kaya vitamin C.
2. Menghindari penghambat (inhibitor) absorpsi besi seperti teh dan kopi. Kebutuhan akan zat besi yang besar terutama pada kehamilan yang menginjak usia trimester ketiga tidak akan mungkin tercukupi hanya melalui diet. Oleh karena itu, suplementasi zat besi sangat penting sekali, bahkan kepada ibu hamil status gizinya sudah baik.
2. Asam Folat
Asam folat berperan dalam berbagai proses metabolik seperti metabolisme beberapa asam amino, sintesis purin, dan timidilat sebagai senyawa penting dalam sintesis asam nukleat (Aritonang, 2010). Selain itu Almatsier (2009) menyebutkan bahwa asam folat juga dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan sel darah putih dalam sum-sum tulang belakang dan untuk pendewasaannya serta sintesis nukleotida.Sekitar 24-60% wanita baik di negara berkembang maupun yang telah maju mengalami kekurangan asam folat karena kandungan asam folat di dalam makanan mereka sehari-hari tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka disaat hamil. Kekurangan asam folat berkaitan dengan tingginya insiden komplikasi kehamilan seperti aborsi spontan, toxemia, prematur, pendeknya usia kehamilan dan hemorrhage (pendarahan), (Aritonang, 2010). Defesiensi asam folat juga dapat menyebabkan anemia megaloblastik (sel darah besar) dan defek tabung saraf pada janin (spina bifida)
Widyakarya Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebanyak 200 µg untuk ibu hamil, yang dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi suplemen. Suplementasi sebaiknya diberikan sekitar 28 hari setelah ovulasi atau pada 28 hari pertama kehamilan.Besarnya suplementasi adalah 280, 660, dan 470 µg per hari, masing-masing pada trimester I, II, dan III (Arisman, 2004). Jenis makanan yang banyak mengandung asam folat antara lain ragi, hati, brokoli, sayuran hijau, kacangkacangan, ikan, daging, jeruk, dan telur.
3. Kalsium
Ibu hamil dan bayi membutuhkan kalsium untuk menunjang perrtumbuhan tulang dan gigi serta persendian janin.Selain itu kalsium juga digunakan untuk membantu pembuluh darah berkontrkasi dan berdilatasi. Jika kebutuhan kalsium tidak tercukupi dari makanan, kalsium yang dibutuhkan bayi akan diambil dari tulang ibu yang mengakibatkan tulang ibu menjadi keropos atau osteoporosis (Sophia, 2009).
Widya Karya Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebesar 150 mg kalsium untuk ibu hamil trimester ketiga.Dengan demikian kebutuhan kalsium yang harus dipenuhi oleh ibu hamil adalah 950 mg/hari. Makanan yang menjadi sumber kalsium diantaranya ikan teri, udang, sayuran hijau, dan berbagai produk olahan susu seperti keju dan yoghurt. Kekurangan kalsium selama hamil akan menyebabkan tekanan darah ibu menjadi meningkat.
Pola Makan Ibu Hamil
Keadaan kesehatan ibu hamil tergantung dari pola makannya sehari-hari yang dapat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan (Sediaoetama, 1996). Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Menurut Margaret Mead yang dikutip oleh Almatsier (2009), pola makan (food patern) diartikan sebagai cara seseorang memanfaatkan pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan sosio-ekonomi yang dialaminya dan dikaitkan dengan kebiasaan makan. Sedangkan Husada (2009) menyebutkan, pengertian pola makan pada dasarnya mendekati definisi pengertian diet dalam ilmu gizi.Diet diartikan sebagai pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan agar seseorang tetap sehat. Untuk mencapai pola makan sehat tersebut tidak terlepas dari masukan gizi yang merupakan proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ serta menghasilkan energi.
Di dalam susunan pola makan seseorang ada satu bahan makanan yang dianggap penting, dimana satu hidangan dianggap tidak lengkap apabila bahan makanan tersebut tidak ada, bahan makanan tersebut adalah bahan makanan pokok.Di Indonesia bahan makanan pokok adalah beras dan di beberapa daerah menggunakan jagung, sagu, dan ubi jalar (Almatsier, 2009).
Pola makan di suatu daerah berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor ataupun kondisi setempat yang dapat dibagi dalam dua bagian :
1. Faktor yang berhubungan dengan persediaan atau pengadaan bahan pangan. Dalam kelompok ini termasuk geografi, iklim, kesuburan tanah yang dapat mempengaruhi jenis tanaman dan jumlah produksinya di suatu daerah.
2. Faktor adat istiadat yang berhubungan dengan konsumen. Taraf sosio-kultural setempat memegang peranan penting dalam konsumsi pangan penduduk. Menurut Den Hartog dan Hautvast (1980) dalam Almatsier (2009), fungsi makanan menurut aspek sosio-kultural adalah sebagai fungsi kenikmatan (gastronomik), untuk menyatakan jati diri, fungsi religi (magis), fungsi komunikasi, dan status ekonomi. Jumlah penduduk adalah kunci utama yang menentukan tinggi rendahnya jumlah konsumsi bahan pangan di suatu daerah. Demikian juga dalam hal keluarga, jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi pola konsumsi anggota keluarga. Apalagi dengan pengetahuan, pendapatan yang rendah dan jumlah anak yang banyak cenderung pola konsumsi berkurang pula (Khumaidi, 1994).
Adapun aspek-aspek yang dapat mempengaruhi pola makan seseorang yaitu :
1. Jumlah makanan, yaitu banyaknya makanan yang dimakan atau diminum yang dihitung untuk mendapatkan gambaran secara kuantitatif mengenai asupan zat gizi tertentu.
2. Jenis makanan, yaitu bahan makanan yang diolah, disusun, dan dihidangkan yang dibagi kedalam kelompok makanan pokok, kelompok lauk-pauk, kelompok sayur, dan kelompok buah cuci mulut (Sediaoetama, 1993).
3. Frekuensi makanan, yaitu tingkat keseringan mengkonsumsi sejumlah bahan makanan tertentu atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan, dan tahun. Frekuensi makanan menggambarkan pola konsumsi makanan secara kualitatif (Supariasa, 2002).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Krisnawati pada tahun 2010, terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan ibu dengan kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil. Hasil Riskesdas tahun 2010 menunjukkan persentase ibu hamil yang mengkonsumsi energi dibawah kebutuhan minimal adalah sebesar 44,4%, sedangkan untuk persentase ibu hamil yang mengkonsumsi protein dibawah kebutuhan minimal sebesar 49,5%.
Pola makan merupakan hal yang penting diperhatikan pada masa kehamilan, sebab apa yang dikonsumsi oleh ibu akan mempengaruhi janin di dalam kandungan (Devi, 2010). Oleh karena itu ibu hamil harus memiliki pola makan yang baik diantaranya harus memenuhi sumber karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan mineral demi tercapainya kesehatan ibu dan bayi. Senada dengan hal itu, Husada (2009) juga menyatakan bahwa salah satu pedoman pola makan sehat adalah makanan triguna, yaitu:
1. Mengandung zat tenaga seperti beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, roti, dan mie yang mengandung karbohidrat serta minyak dan lemak yang mengandung lemak.
2. Mengandung zat pembangun yang berguna untuk pertumbuhan dan mengganti jaringan yang rusak. Bahan makanan sumber zat pembangun yang berasal dari hewan mengandung protein hewani adalah telur, ikan, ayam, daging, kerang, udang, kepiting, susu, serta hasil olahannya. Sedangkan jenis makanan yang mengandung protein nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan adalah kacang tanah, kacang merah, kacang ijo, kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tempe, tahu, dan lain sebagainya.
3. Mengandung zat pengatur yang berguna untuk mengatur semua fungsi tubuh dan melindungi tubuh dari penyakit. Bahan makanan sumber zat pengatur adalah semua jenis sayur-sayuran dan buah-buahan.Bahan makanan ini mengandung berbagai macam vitamin dan mineral.
Thorn (2003) mengungkapkan, cara termudah untuk menjamin pola makan yang sehat adalah dengan memilih berbagai makanan segar secara keseluruhan, karena makanan yang telah mengalami pemrosesan tinggi akan kehilangan banyak zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Makanan ibu selama hamil diharapkan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi karena dengan diet yang tepat saat hamil, akan dapat mengurangi resiko pembentukan janin abnormal dan membantu menjamin bayi tumbuh dengan baik.
Untuk memperoleh pengaruh yang lebih baik dari pola makan ibu hamil, perlu diperhatikan prinsip ibu hamil, yaitu jumlah lebih banyak, mutu lebih baik, selain itu susunan menu juga harus seimbang. Ibu hamil harus mengkonsumsi makanan yang bervariasi setiap hari, minimal mengandung 5 porsi buah dan sayur, 5 porsi karbohidrat kompleks, 5 porsi protein dan lemak, dan dilengkapi dengan kombinasi makanan produk susu (Thorn, 2003).
Menurut Irianto (2004), ada beberapa syarat makanan sehat bagi ibu hamil yaitu :
1. Menyediakan energi yang cukup (kalori) untuk kebutuhan kesehatan tubuh ibu dan pertumbuhan bayi.
2. Menyediakan semua kebutuhan ibu dan bayi (meliputi protein, lemak, vitamin, mineral).
3. Dapat menghindarkan pengaruh negatif bagi bayi.
4. Mendukung metabolisme tubuh ibu dalam memelihara berat badan sehat, kadar gula darah, dan tekanan darah.
Sophia (2009) menyatakan, kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak daripada kebutuhan untuk wanita yang tidak hamil, kegunaan makanan tersebut adalah :
1. Untuk pertumbuhan janin dalam kandungan
2. Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan ibu sendiri
3. Agar luka-luka akibat persalinan cepat sembuh dalam masa nifas
4. Sebagai cadangan untuk masa laktasi.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kekurangan Asupan Zat Gizi Pada Ibu Hamil
Masalah gizi pada masyarakat Indonesia sangat berkaitan erat dengan pangan, karena gizi seseorang sangat terpengaruh pada kondisi pangan yang dikonsumsinya. Masalah pangan antara lain menyangkut ketersediaan pangan dan kerawanan konsumsi pangan yang disebabkan kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan adat kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan (Baliwati dkk, 2004).
Tabu Makanan (Pantangan)
Pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu karena terdapat ancaman bahaya terhadap barang siapa yang melanggarnya (Sediaoetama, 1999). Beberapa alasan tabu diantaranya khawatir terjadi keracunan, tidak biasa, takut mandul, kebiasaan yang bersifat pribadi, khawatir menimbulkan penyakit, larangan agama, pembatasan makanan hewani karena disucikan oleh adat/budaya.
Penelitian yang dilakukan oleh Hartati Bahar pada tahun 2010, menyimpulkan bahwa kepercayaan berpantang makanan tertentu memiliki kontribusi terhadap kejadian anemia pada ibu hamil. Diantara makanan yang menjadi pantangan adalah makanan yang kaya akan zat besi baik golongan hewani, nabati, dan gabungan dari keduanya. Golongan makanan hewani seperti cumi-cumi, udang, kepiting, gurita, telor bebek, dan beberapa jenis ikan.Golongan nabati meliputi daun kelor, rebung, tebu, nenas, durian, terong, serta beberapa jenis buah-buahan.
Di beberapa negara berkembang umumnya masih ditemukan larangan, pantangan atau tabu tertentu bagi makanan ibu hamil, tidak terkecuali di Indonesia.Walaupun demikian, harus diakui bahwa tidak semua tabu itu berakibat negatif terhadap kondisi gizi dan kesehatan. Tabu yang tidak jelas pengaruhnya bagi kesehatan dibiarkan saja, sambil terus dipelajari pengaruhnya untuk jangka panjang (Sediaoetama, 1999).
Rendahnya Penghasilan dan Pendidikan
Pendidikan kurang merupakan salah satu faktor yang mendasari penyebab gizi kurang. Pendidikan yang rendah akan menyebabkan seseorang kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal ini akan menyebabkan rendahnya penghasilan seseorang yang akan berakibat pula terhadap rendahnya seseorang dalam menyiapkan makanan baik secara kualitas maupun kuantitasnya (Supariasa, dkk, 2002).
Studi tentang perilaku makan telah dilakukan oleh Jerome yang dikutip oleh Soeharjo, menemukan bahwa jumlah uang belanja untuk makan erat kaitannya dengan serentetan karakteristik masyarakat daripada dengan pendapatan keluarga. Analisis Jerome menyimpulkan bahwa pendapatan bukan sebagai faktor penentu dalam perilaku konsumen, tetapi faktor-faktor gabungan antara pendapatan dan gaya hidup dapat memberikan andil bagi perilaku kelompok yang kebudayaannya cenderung berubah (Suharjo, 2003).
Adapun faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam meningkatkan kebutuhan gizi pada ibu hamil adalah (Aritonang, 2010):
Buruknya status gizi ibu
Usia ibu yang masih sangat muda
Kehamilan kembar
Jarak kehamilan yang rapat
Tingkat aktivitas fisik yang tinggi
Penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan malabsorbsi
Konsumsi rokok dan alkohol
Konsumsi obat legal (antibiotik dan phenytoin) maupun obat ilegal (narkoba).
Menurut Kusmiyati (2009), proporsi kenaikan berat badan selama hamil adalah sebagai berikut:
Pada trimester I kenaikan berat badan ibu lebih kurang 1 kg yang hampir seluruhnya merupaka kenaikan berat badan ibu.
Pada trimester II sekitar 3 kg atau 0,3 kg/minggu. Sebesar 60% dari kenaikan berat badan ini disebabkan pertumbuhan jaringan ibu.
Pada Trimester III sekitar 6 kg atau 0,3-0,5 kg/minggu. Sebesar 60% dari kenaikan berat badan ini karena pertumbuhan jaringan janin.
Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui empat cara yaitu :
Secara Klinis
Penilaian status gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah pertama untuk mengetahui keadaan gizi penduduk.Karena hasil penilaian dapat memberikan gambaran masalah gizi yang nyata.Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral.
Secara Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Salah satu ukuran yang sangat sederhana dan sering digunakan adalah pemeriksaan haemoglobin sebagai indeks dari anemia.
Secara Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda dan gejala kurang gizi.Pemeriksaan dengan memperhatikan rambut, mata, lidah, tegangan otot dan bagian tubuh lainnya.
Secara antropometri
Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia.Penilaian secara antropometri adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa dkk, 2001).
Pola Asupan Makanan Sehari Ibu Hamil
Tambahan kalori
Ibu hamil memerlukan tambahan kalori sebanyak 300 kal/hari pada trimester kedua dan ketiga. Kebutuhan ini terpenuhi dengan menambahkan 1 porsi ekstra pada setiap makanan yaitu tambahan 1 porsi nasi/roti, 1 porsi sayuran, 1 porsi daging kurus, sepotong buah segar dan segelas susu.
Tiga porsi protein
Kebuthan protein ibu hamil bertambah besar. Untuk mencukupi kebutuhan protein 60-75 g /hari pilih 3 porsi dari kombinasi makanan dibawah ini :
100 g daging sapi kurus 21 g
1 ekor ikan kembung besar 14 g
1 buah tahu besar + 2 potong tempe sedang 21 g
2 gelas susu 21 g
Tiga porsi atau lebih sumber vitamin C
Ibu hamil dan janin membutuhkan vitamin C untuk berbagai proses metabolisme, membangun dan memperbaiki sel-sel, pertumbuhan tulang serta gigi janin. Untuk mencukupi kebutuhan vitamin C ibu hamil dapat memilih 3 porsi dari :
1 buah jeruk
1 gelas jus jeruk segar
1 mangkuk papaya
1 buah mangga ukuran sedang d. Empat porsi sumber kalsium
Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil 1200 mg/hari.Setiap porsi dibawah ini mengandung 300 mg kalsium.
200-250 ml susu
1 buah tahu
1 gelas susu kedelai
85 g ikan sardine bertulang
Tiga porsi atau lebih sayuran dan buah segar
Sayuran hijau dan buah berwarna kuning merupakan sumber vitamin A yang mengandung betakarotein yang sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel kulit, tulang dan mata. Ibu hamil memerlukan 3 porsi atau lebih setiap hari :
1 buah apel
1 potong nanas
8-10 lembar daun selada hijau segar f. Perbanyak kacang-kacangan dan biji-bijian
Vitamin dan mineral
Kandungan vitamin B, zat besi, seng, selenium, dan magnesium pada biji-bijian dan kacang-kacangan ini sangat diperlukan janin dan juga ibu hamil terutama pada trimester I karena dapat meredakan mual dan muntah. Ibu hamil dianjurkan untuk mengasup 7-11 porsi/hari bahan makanan di bawah ini :
½ gelas nasi merah
½ gelas pasta
½ cangkir kacang polong
Empat porsi lemak
Batasan asupan 25 % lemak dari seluruh jumlah kalori seharinya.Bila berat badan sudah berlebih sebaiknya asupan dikurangi.
Makanan berlemak sedang
2 kuning telur
100 g daging merah
1 scoop es krim
½ gelas susu fullcream
Makanan berlemak tinggi
1 sdm minyak goring
1 sdm margarine
1 sdm mayones
Batasi garam
Garam diperlukan untuk mempertahankan tekanan darah tapi bila berlebihan dapat menyebabkan penyakit.Acar, kecap asin, keripik kebentang sangat tinggi kandungan garamnya. Bila sering dikonsumsi akan menaikkan tekanan darah yang merupakan komplikasi kehamilan yang berbahaya.
Minum air putih
Ibu hamil minum untuk dirinya dan janin.Cairan yang cukup dalam tubuh ibu membantu mengatasi sembelit.
PEMERIKSAAN KEHAMILAN
Pengertian
Pemeriksaan kehamilan atau yang lebih sering disebut antenatal care adalah kegiatan yang diberikan untuk ibu sebelum melahirkan atau dalam masa kehamilan.
Jumlah Pemeriksaan Normal
Pemeriksaan kehamilan dilakukan sesuai jadwal selama kehamilan, pada trimester pertama dan kedua pemeriksaan dilakukan 1 bulan sekali, trimester ketiga usia kehamilan 7 sampai 9 bulan pemeriksaan dilakukan 2 minggu sekali dan usia kehamilan 9 bulan pemeriksaan dilakukan seminggu sekali sampai terjadi persalinan (Manuaba, 2006).
Pada Negara berkembang pemeriksaan kehamilan cukup dilakukan 4 kali yaitu minimal 1 kali pada trimester pertama dan trimester kedua, dan minimal 2 kali pada trimester ketiga (DEPKESRI,2004 dan WHO).
Manfaat Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan atau antenatal are bertujuan untuk :
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.
Mengenalisecara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
Mempersiapkan persalinan cukup bulan,melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan penberian ASI eksklusif.
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
Penelitian Nurul Mahasiswa FK UNS " Hubungan Frekuensi Atenatal Care dengan Kematian prenatal Di RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA . Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi antenatal care dengan kematian perinatal dan ibu hamil yang melakukan antenatal care kurang dari empat kali selama masa kehamilannya berpeluang tiga kali lipat bayinya akan mengalami kematian perinatal dibandingkan dengan ibu hamil yang melakukan antenatal care empat kali ataupun lebih.
Faktor – Faktor Pengaruh Pemeriksaan Kehamilan
Green dan Kreuter dalam Notoatmodjo (2007), berpendapat perilaku seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu: 1) faktor-faktor predisposisi (predisposingfactors) meliputi pengetahuan, pendidikan, kepercayaan, nilai dan sikap terhadappelayanan kesehatan; 2) faktor-faktor pendukung (enabling factors) terwujud dalam bentuk fasilitas pelayanan kesehatan dan jarak tempuh kefasilitas kesehatan; 3) faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) terwujud dalam sikap, perilaku orang lain yang mendukung seperti petugas kesehatan, tokoh masyarakat dan keluarga yang merupakan kelompok referensi.
Dukungan Sosial
Dukungan sosial dapat berasal dari orang-orang yang penting yang dekat (significant others) bagi individu yang membutuhkan bantuan.Dukungan sosial bisa berasal dari partner, anggota keluarga, teman.
Pendidikan Ibu
Status Pendidikan seseorang akan memengaruhi seseorang dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan layanan kesehatan meningkat seiring dengan peningkatan jenjang pendidikan.Peningkatan pendidikan juga meningkatkat pengetahuan dan kepedulian serta akses terhadap informasi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi (Thaddeus dan Maine, 2004).
Pekerjaan Ibu
Perempuan yang bekerja lebih memanfatkan pelayanan antenatal care dibandingkan ibu rumah tangga dan ibu yang tidak bekerja (Kabir et al. 2005).Wanita yang bekerja cenderung memulai antenatal care lebih awal (Magadi et al., 2002). Wanita yang bekerja di luar rumah selama kehamilan secara signifikan berhubungan terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan (Erci, 2003).
Usia Ibu
Ciceklioglu et al., (2005) menyatakan ada hubungan yang signifikan antara usia dengan pemeriksaan kehamilan. Penelitian Mathole et al (2004), juga menunjukkan bahwa perempuan di bawah 35 tahun lebih sering melakukan kunjungan ke klinik untuk meyakinkan bahwa bayi mereka tumbuh, sedangkan wanita yang lebih tua yang tidak mengalami masalah, tidak peduli mereka menganggap hal tersebut hal biasa.
Penelitian Lebih Lanjut
1. Studi pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh paritas, dukungan emosional dan dukungan instrumental terhadap pemeriksaan kehamilan. Tidak terdapat pengaruh usia, pendidikan, pekerjaan ibu, dukungan informasional dan dukungan penghargaan/ penilaian terhadap terhadap pemeriksaan kehamilan. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap pemeriksaan kehamilan adalah dukungan emosional.
2. Hasil penelitian Ratna Mahasiswa FK UNS " Hubungan Tingkat Ekonomi Ibu Hamil dan Tingkat Kepuasan dengan Keteraturan Pemeriksaan KehamilanDi RB & BP ASY-SYIFA' PKU Muhammadiyah Wedi Klaten"
Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat ekonomi dan tingkat kepuasan dengan keteraturan pemeriksaan kehamilan yang mana tingkat ekonomi dan tingkat kepuasan memberikan sumbangan terhadap keteraturan pemeriksaan kehamilan sebesar 57,7%.
3. Hasil Penelitian Angelika Mahasiswa FK Universitas Khatolik Widya Mandala
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang pemeriksaan kehamilan dengan kepatuhan kunjungan pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil trisemester ketiga.
Tahap – Tahap Pemeriksaan Kehamilan
4 tahap pemeriksaan kehamilan antara lain (Dr Narulita Dewi SpKFR) :
Pemeriksaan kehamilan pertama yaitu pemeriksaan kehamilan saat usia kehamilan antara 0-3 bulan. Memang biasanya ibu tidak menyadari kehamilan saat awal masa kehamilan, tetapi sangat diharapkan agar kunjungan pertama kehamilan dilakukan sebelum usia kehamilan < 12 minggu. Pemeriksaan kehamilan ini cukup dilakukan sekali dan mungkin berlangsung 30-40 menit. Pemeriksaan kehamilan trimester pertama kalinya anda akan diperiksa :
Mengetahui riwayat kesehatan untuk mengetahui adanya kelainan genetic, kondisi kesehatan anda (adakah penyakit kronis), riwayat kehamilan sebelumnya dan keadaan psikososial anda.
Penentuan usia kehamilan sebenarnya. Hal ini bisa dilakukan dengan USG transvaginal atau transabdominal sekalian memastikan adanya janin dalam kandungan atau dengan menanyakan HPHT (hari pertama haid terakhir) anda.
Pemeriksaan fisik secara umum misalnya tekanan darah, berat badan dan pemeriksaan fisik lainnya.
Pemeriksaan dalam yaitu pemeriksaan vagina dan leher rahim anda.
Pemeriksaan laboratorium untuk kadar hemoglobin darah, urinalisis (pemeriksaan urin), golongan darah dan rhesus, TORCH dan tes hepatitis.
Pemeriksaan kehamilan kedua yaitu pemeriksaan kehamilan saat usia kehamilan antara 4-6 bulan. Biasanya kunjungan kehamilan dilakukan sebelum usia kehamilan mencapai 26 minggu. Pemeriksaan ini mungkin berlangsung 20 menit.Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
Anamnesa. Akan ditanyakan mengenai kondisi selama kehamilan, keluhan-keluhan yang muncul dan tanda-tanda pergerakan janin.
Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan tekanan darah, berat badan, tinggi fundus uteri (puncak rahim), detak denyut janin dan pemeriksaan fisik menyeluruh serta pemeriksaan dalam bila pada kunjungan pertama tidak dilakukan.
Pemeriksaan laboratorium. Urinalisis, cek protein dalam urin bila tekanan darah tinggi, gula darah dan hemoglobin terutama bila kunjungan pertama anda dinyatakan anemia. Anda juga bisa melakukan serangkaian pemeriksaan lainnya yang berguna dalam mendeteksi dini kelainan dalam janin misalnya alpha feto protein (AFP), Chorion Villius Sample (CVS), dan amniosintesis.
Pemeriksaan ultrasonografi. Pemeriksaan USG ini berguna untuk mendeteksi kelainan bawaan janin, jumlah janin, pergerakan jantung janin, lokasi plasenta (ari-ari), dll.
Pemeriksaan kehamilan ketiga yang dilakukan saat usia kehamilan mencapai 32 minggu. Pemeriksaan ini mungkin memakan waktu 20 menit dengan komposisi pemeriksaan hampir sama dengan pemeriksaan kedua yaitu :
Anamnesa. Anda akan ditanyakan mengenai kondisi selama kehamilan, keluhan-keluhan yang muncul dan tanda-tanda pergerakan janin.
Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan tekanan darah, berat badan, tinggi fundus uteri (puncak rahim), detak denyut janin, pemeriksaan Leopold (pemeriksaan kandungan melalui perut) dan pemeriksaan fisik menyeluruh.
Pemeriksaan laboratorium. Urinalisis, cek protein dalam urin bila tekanan darah tinggi, gula darah dan hemoglobin.
Pemeriksaan kehamilan keempat. Merupakan pemeriksaan kehamilan terakhir dan dilakukan pada usia kehamilan antara 32-36 minggu Pada pemeriksaan ini akan dilakukan pemeriksaan :
Anamnesa. Anda akan ditanyakan mengenai kondisi selama kehamilan, keluhan-keluhan yang muncul, pergerakan janin, dan tanda kontraksi rahim.
Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan tekanan darah, berat badan, tinggi fundus uteri (puncak rahim), detak denyut janin, pemeriksaan Leopold (menentukan letak janin dalam kandungan), dan pemeriksaan fisik menyeluruh.
Pemeriksaan laboratorium. Urinalisis, cek protein dalam urin bila tekanan darah tinggi, gula darah dan hemoglobin terutama bila kunjungan pertama anda dinyatakan anemia.
Antenatal Care (ANC) / Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil.Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998). Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, dkk., 2002).
Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (Wiknjosastro, 2005). Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi pelayanan antenatal rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan antenatal.
Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan antenatal terintegrasi meliputi:
a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)
b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)
c. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)
d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia
e. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)
f. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)
g. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kusta
h. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)
i. Penanggulangan Gangguan Intelegensia pada Kehamilan (PAGIN).
(Depkes RI, 2009)
Tujuan, Manfaat, dan Cara Antenatal Care
Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil secara teratur dan tertentu.Dengan usaha itu ternyata angka mortalitas serta morbiditas ibu dan bayi jelas menurun. Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. Ini berarti dalam antenatal care harus diusahakan agar :
Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang – kurangnya harus sama sehatnya atau lebih sehat
Kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan sejak dini dan diobati
Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik dan metal. (Wiknjosastro, 2005)
Tujuan Asuhan Antenatal yaitu:
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dan tumbuh kembang bayi
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi
Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan,
Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, Ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin,
Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Saifuddin, dkk., 2002).
Keuntungan Antenatal Care
Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit. (Manuaba,1998)
Fungsi Antenatal Care
Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan.
Melakukan screening, identifikasi wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan merujuk bila perlu.
Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi.
Cara Pelayanan Antenatal Care
Cara pelayanan Antenatal care disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :
Kunjungan Pertama, kedua, ketiga dan keempat
Catat identitas ibu hamil
Catat kehamilan sekarang
Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
Pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium
Pemeriksaan obstetri
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi. \
Penyuluhan/konseling.
Jadwal Kunjungan Ibu Hamil
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal yang terdiri dari:
Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).
Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 – 28).
Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36 dan sesudah minggu ke 36) (Saifudin, dkk.,2002),
Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dirasakan ada gangguan atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam (Pusdiknakes, 2003).
Pada setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan perlu melakukan beberapa hal serta mendapatkan informasi yang sangat penting, yaitu:
Trimester pertama sebelum minggu ke 14
Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.
Mendeteksi masalah dan menanganinya.
Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya.
Trimester kedua sebelum minggu ke 28
Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala – gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada kehamilan ganda).
Trimester ketiga antara minggu 28-36
Sama seperti di atas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.
Trimester ketiga setelah 36 minggu
Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit. (Saifuddin, dkk., 2002)
Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk "7 T" terdiri dari:
(Timbang) berat badan
Ukur (Tekanan) darah
Ukur (Tinggi) fundus uteri
Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)
Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
Tes terhadap penyakit menular sexual
Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. (Saifudin, 2002).
Intervensi dalam Pelayanan Antenatal
Intervensi dalam pelayanan antenatal adalah perlakuan yang diberikan kepada ibu hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan. Adapun intervensi dalam pelayanan antenatal adalah:
Intervensi Dasar
Pemberian Tetanus Toxoid
Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum, pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan bila diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dengan interval minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya ibu telah mendapatkan TT 2 kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka TT cukup diberikan satu kali (TT ulang). Untuk menjaga efektifitas vaksin perlu diperhatikan cara penyimpanan serta dosis pemberian yang tepat. Dosis dan pemberian 0,5 cc pada lengan atas
Pemberian Vitamin Zat Besi
Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat. Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi 60 Mg) dan Asam Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak di minum bersama teh atau kopi, karena mengganggu penyerapan. (Saifudin, 2002)
Intervensi Khusus
Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu hamil sesuai dengan faktor resiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi:
Faktor resiko, meliputi:
Umur
Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun
Terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun
Paritas
Paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan)
Paritas > 3
Interval
Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurang – kurangnya 2 tahun.
Tinggi badan kurang dari 145 cm
Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
Komplikasi Kehamilan
Komplikasi obstetri langsung
Perdarahan
Preeklamasi/eklamsia
Kelainan letak lintang, sungsang primi gravid
Anak besar, hidramnion, kelainan kembar
Ketuban pecah dini dalam kehamilan.
Komplikasi obstetri tidak langsung: Penyakit jantung, Hepatitis, TBC (Tuberkolosis), Anemia, Malaria, Diabetes militus
Komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi akibat kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran). (Mochtar R, 1998)
Pemeriksaan Spina Bifida saat kehamilan
Tes darah
Tes maternal serum alpha-fetoprotein (MSAFP): MSAFP merupakan tes umum yang digunakan untuk memeriksa myelo meningocele. Untuk melakukan tes ini, dokter akan mengambil sampel darah untuk diuji di laboratorium untuk melihat kadar alpha-fetoprotein (AFP). Tingkat AFP tinggi yang tidak normal menunjukkan bahwa bayi memiliki cacat tabung saraf. Spina bifida dan anensefali merupakan kondisi cacat tabung saraf yang paling sering terjadi. Beberapa kasus spina bifida tidak menghasilkan tingkat AFP yang tinggi. Di sisilain, ketika tingkat AFP yang tinggi ditemukan, hanya ada sedikit kemungkinan terjadinya cacat tabung saraf. Berbagai tingkat AFPdapat disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti salah perhitungan usia janin atau bayi kembar sehingga dokter mungkin melakukan tes darah tindak lanjut untuk. Jika hasilnya masih tinggi, Anda harus memerlukan evaluasi lebih lanjut dengan bantuan tes lain seperti pemeriksaan USG.
Tes darah lain: Dokter dapat melakukan tes MSAFP dengan dua atau tiga tes darah lainnya yang dapat mendeteksi hormon lain seperti human chorionic gonadotropin (HCG), inhibin Adanestriol.
Ultrasonografi (USG)
Banyak dokter kandungan bergantung pada ultrasonografi untuk skrining spina bifida. Jika tes darah menunjukkan kadar AFP tinggi, dokter akan menyarankan pemeriksaan USG untuk membantu menentukan penyebabnya. Tes USG bekerja dengan memantulkan gelombang suara frekuensi tinggi dari jaringan dalam tubuh untuk menampilkan gambar hitam-putih pada monitor video. Informasi yang diberikan gambar-gambar tersebut dapat membantu menentukan apakah ada kemungkinan bayi kembar dan membantu mengkonfirmasi usia kehamilan. USG tingkat lanjut juga dapat mendeteksi tanda-tanda spina bifida seperti tulang belakang yang terbuka atau fitur tertentu dalam otak bayi yang menunjukkan spina bifida.Di tangan ahli, USG saat ini cukup efektif dalam mendeteksi spina bifida dan menilai keparahannya.USG juga aman bagi ibu dan bayi.
Amniosentesis
Jika tes darah menunjukkan tingginya kadar AFP dalam darah, tetapi pada saat USG menujukkan hasil normal, dokter mungkin menawarkan amniosentesis. Selama amniosentesis, dokter menggunakan jarum untuk mengangkat sampel cairan dari kantung ketuban yang mengelilingi bayi.Suatu analisis menunjukkan tingkat AFP mungkin dapat berada dalam ketuban. Cacat tabung saraf terjadi ketika cairan ketuban mengandung kadar AFP yang tinggi karena kulit sekitar tulang belakang bayi hilang dan AFP merembes ke dalam kantung ketuban.
STANDAR PELAYANAN KESEHATAN DAERAH
Pengertian
Standar pelayanan minimal ( SPM) bidang kesehatan merupakan tolak ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Daerah Kabupaten/Kota.Salah satu fokus prioritas pembangunan pemerintah adalah upaya percepatan dan/atau perlakuan khusus antara lain untuk pembangunan kesehatan Daerah Terpencil Perbatasan (DTP), terutama diarahkan pada wilayah Indonesia bagian timur. Hal ini tertuang secara eksplisit dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 331/MENKES/SK/V/2006 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2005–2009, serta 7 (tujuh) kegiatan unggulan dari Kementerian Kesehatan tahun 2011 antara lain tentang keberpihakan pada daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan (www.depkes.go.id, 2011).
Arah tujuan pembangunan kesehatan antara lain untuk meningkatkan jangkauan dan pemerataan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi masyarakat di daerah terpencil perbatasan dan kepulauan khususnya di puskesmas prioritas nasional DTP. Dalam rangka meningkatkan jangkauan dan pemerataan pelayanan kesehatan tersebut, telah disusun rencana aksi dan rencana pengembangan. Terdapat 6 (enam) strategi yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI., 2010 yaitu: 1) Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat di DTPK, 2)Meningkatkan akses masyarakat DTPK terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, 3) Meningkatkan pembiayaan pelayanan kesehatan di DTPK, 4) Meningkatkan pemberdayaan SDM Kesehatan di DTPK, 5) Meningkatkan ketersediaan obat dan perbekalan serta strategi, 6) Meningkatkan manajemen Puskesmas di DTPK, termasuk sistem surveilans, monitoring dan evaluasi, serta Sistem Informasi Kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Kementerian Kesehatan RI mengembangkan rencana aksi dan rencana pengembangan secara operasional untuk penerapan di lapangan meliputi pemberdayaan masyarakat berupa Desa Siaga, Poskesdes, Posyandu, peningkatan pelayanan rogram Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Gizi, Pencegahan Penyakit Menular, Dokter Terbang, Dokter Plus, Rumah Sakit Bergerak, peningkatan pembiayaan kesehatan berupa Dana Alokasi Khusus (DAK), Tugas Pembantuan (TP), dana dekonsentrasi, Program Bansos, Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), Jaminan Persalinan (Jampersal), peningkatan SDM khususnya SDM Kesehatan berupa Pegawai Tidak Tetap (PTT), Penugasan Khusus, Tugas Belajar, peningkatan pemenuhan obat dan peralatan kesehatan, peningkatan manajemen kesehatan (termasuk pelatihan manajemen Puskesmas, program Survailance); pengembangan Pelayanan Obstetri Neonatus Esensial Dasar (PONED) di Puskesmas dan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) dan Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit; peningkatan penampilan dan Kinerja Puskesmas di daerah perbatasan antar negara; serta pengembangan Flying Health Care; dan Pendukung transport antarpulau dengan Puskesmas Keliling Perairan (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Dalam Pedoman Pelayanan Kesehatan Puskesmas Terpencil dan sangat Terpencil di DTPK, dikemukakan bahwa dengan keterbatasan tenaga di DTPK, maka upaya pelayanan wajib yang ditetapkan yaitu: 1) Promosi kesehatan 2) Kesehatan lingkungan 3) Kesehatan Ibu dan Anak serta KB 4) Perbaikan gizi masyarakat 5) Pencegahan penyakit 6) Pengobatan, kesiapsiagaan dan kegawatdaruratan. Terdapat tiga kelompok sasaran yaitu bayi, balita dan ibu hamil/nifas/menyusui.
Peraturan Pemerintah
Standar Ideal pelayanan Kesehatan
tenaga kesehatan di Indonesia dibatasi pada 13 (tiga-belas) jenis tenaga, yaitu dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, perawat gigi, apoteker, asisten apoteker, sanitarian,tenaga gizi, tenaga kesehatan masyarakat, tenagaketerapian fisik, dan tenaga keteknisian medis.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/Menkes/Per/VII/ 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota maka jenis pelayanan yang wajib diselenggarakan oleh Kabupaten/Kota ada 4 (empat) jenis, yaitu;
1. Pelayanan Kesehatan Dasar
2. Pelayanan Kesehatan Rujukan
3. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan
Kejadian Luar Biasa, dan
4. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
C. Dalam Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN disebutkan bahwa tantangan pembangunan bidang kesehatan jangka panjang yang dihadapi antara lain adalah mengurangi kesenjangan status kesehatan masyarakat dan akses terhadap pelayanan kesehatan antar wilayah, tingkat sosial ekonomi, dan gender; meningkatkan jumlah dan penyebaran tenaga kesehatan yang kurang memadai; meningkatkan akses terhadap fasilitas kesehatan.
D. Cakupan desa siaga Aktif (promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat)
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan gawat darurat secara mandiri.
Desa siaga aktif adalah desa yang mempunyai pos kesehatan desa yang buka setiap hari.
% target desa siaga aktif =Jumlah desa siaga Kabupaten A seluruhnyaJumlah desa siaga yang dibentuk x 100%
Target Indonesia 2015 = 80%
Sumber daya manusia yang dibutuhkan :
Bidan atau tenaga kesehatan lainnya
Kader
Tokoh masyarakat
Permasalahan Pelayanan Kesehatan Indonesia
Rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk tak sesuai harapan
Rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk belum memenuhi target yang ditetapkan sampai dengan tahun 2010. Sampai dengan tahun 2008, rasio tenaga kesehatan untuk dokter spesialis per 100.000 penduduk adalah sebesar 7,73 dibanding target 9; dokter umum 26,3 dibanding target 30; dokter gigi 7,7 dibanding target 11; perawat 157,75 dibanding target 158; dan bidan 43,75 dibanding target 75.
Kekurangan tenaga kesehatan daerah dan puskesmas
Dengan memperhatikan standard ketenagaan rumah sakit yang berlaku,maka pada tahun 2010 masih terdapat kekurangan tenaga kesehatan di rumah sakit milik pemerintah (Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Daerah), sejumlah 2.098 dokter spesialis, 902 dokter umum, 443 dokter gigi, 6.677 perawat/bidan, 84 orang S-1 Farmasi/Apoteker, 979 asisten apoteker, 149 tenaga kesehatan masyarakat, 243 sanitarian, 194 tenaga gizi, 800 tenaga keterapian fisik, dan 2.654 tenaga keteknisian medis.
Dengan memperhatikan standard ketenagaan Puskesmas yang berlaku, maka pada tahun 2010 masih terdapat kekurangan tenaga kesehatan di Puskesmas, sejumlah 149 dokter umum, 2.093 dokter gigi, 280 perawat gigi, 21.797 bidan, 5.045 asisten apoteker, 13.019 tenaga kesehatan masyarakat, 472 sanitarian, 303 tenaga gizi, dan 5.771 tenaga keteknisian medis. Sedangkan untuk Puskesmas DTPK juga masih dihadapi kekurangan tenaga kesehatan sejumlah 64 dokter umum, 59 dokter gigi, 48 perawat gigi, 35 asisten apoteker, 249 tenaga kesehatan masyarakat, 25 sanitarian, 34 tenaga gizi, dan 47 tenaga keteknisian medis.
Akses ke tempat daerah terpencil jauh
Sistem Pemberian Inisiatif yang Berpihak Pada SDM Kesehatan di Daerah terpencil: Studi Kasus Provinsi Lampung
Studi memperlihatkan hampir di semua unit kerja dan dinkes kabupaten/kota di Provinsi Lampung kekurangan jumlah SDM kesehatan. Rasio antara jenis tenaga kesehatan (dokter, dokter gigi, bidan, perawat dan lain-lain). terhadap seratus ribu penduduk yang harus dilayani masih kurang dan di bawah rasio nasional. Seperti angka rasio dokter 5,6 (nasional 10,73).
Tidak ada kebijakan pemberian insentif bagi berbagai jenis tenaga kesehatan (bidan, perawat dokter umum) di kota dan kabupaten di Provinsi Lampung. Hanya ada pemberian insentif yang ditujukan khusus bagi dokter spesialis di Provinsi Lampung Utara sebesar Rp250.000,00/bulan dan Provinsi Lampung Barat Rp1.000.000,00/ bulan. Meski terdapat perbedaan situasi kemampuan antarkabupaten/ kota di Provinsi Lampung namun belum ada pembedaan pemberian insentif yang akomodati.
VITAMIN BAGI IBU HAMIL
Wanita hamil membutuhkan lebih banyak vitamin dibandingkan wanita tidak hamil. Kebutuhan vitamin diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin serta proses diferensiasi sel. Kebutuhan vitamin meliputi :
Asam Folat
Asam folat merupakan vitamin B yang memegang peranan penting dalam perkembangan embrio.Asam folat juga membantu mencegah neural tube defect, yaitu cacat pada otak dan tulang belakang.Kekurangan asam folat dapat menyebabkan kehamilan prematur, anemia, cacat bawaan, bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR), dan pertumbuhan janin terganggu.Kebutuhan asam folat sekitar 600-800 miligram.Menurut Widyakarya Pangan dan Gizi VI 2004 menganjurkan mengkonsumsi asam folat sebesar 5 mg/kg/hr (200 mg).Asam folat dapat didapatkan dari suplemen asam folat, sayuran berwarna hijau, jeruk, buncis, kacang-kacangan dan roti gandum.
Gambar 10. Makanan yang mengandung asam folat
http://www.google.co.id/source-images/kesehatan-ibu-dan-anak-makanan-yang-mengandung-asam-folat
Vitamin
Vitamin A
Vitamin A mempunyai fungsi untuk penglihatan, imunitas, pertumbuhan dan perkembangan embrio.Kekurangan vitamin A menyebabkan kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah. Sumber vitamin A antara lain: buah-buahan, sayuran warna hijau atau kuning, mentega, susu, kuning telur dan lainnya.
Gambar 11. Makanan bervitamin A
http://encrypted-tbn2.gstatic.comimages=tbn:vitA
Vitamin B
Vitamin B1, vitamin B2, niasin dan asam pantotenat yang dibutuhkan untuk membantu proses metabolisme. Vitamin B6 dan B12 diperlukan untuk membentuk DNA dan sel-sel darah merah.Vitamin B6 berperan dalam metabolisme asam amino.
Gambar 12. Makanan bervitamin B
http://www.google.co.id/source-images/slideshare.banuman-vitamin-b
Vitamin C
Vitamin C merupakan antioksidan yang melindungi jaringan darikerusakan dan dibutuhkan untuk membentuk kolagen serta menghantarkan sinyal ke otak.Vitamin C juga membantu penyerapan zat besi di dalam tubuh.Ibu hamil disarankan mengkonsumsi 85 miligram per hari.Sumber vitamin C didapat dari tomat, jeruk, strawberry, jambu biji dan brokoli.
Gambar 13. Makanan bervitamin C
http://dianatoddbanks.com/lifecoach/vitamin-c-and-swine
Vitamin D
Vitamin D berfungsi mencegah hipokalsemia, membantu penyerapan kalsium dan fosfor, mineralisasi tulang dan gigi serta mencegah osteomalacia pada ibu. Sumber vitamin D terdapat pada susu, kuning telur dan dibuat sendiri oleh tubuh dengan bantuan
sinar matahari.
Gambar 14. Makanan bervitamin D
http://www.dermaharmony.com/skinnutrition/vitamind3.aspx
Vitamin E
Vitamin E berfungsi untuk pertumbuhan sel dan jaringan serta integrasi sel darah merah.Selama kehamilan wanita hamil dianjurkan mengkonsumsi 2 miligram per hari.
Gambar 15. Makanan bervitamin E
http://naturalsociety.com/vitamin-e-succinate-destroy-breast-cancer-cells/
Vitamin K
Kekurangan vitamin K dapat mengakibatkan gangguan perdarahan pada bayi.Pada umumnya kekurangan vitamin K jarang terjadi, karena vitamin K terdapat pada banyak jenis makanan dan juga disintesis oleh bakteri usus.
MINERAL BAGI IBU HAMIL
Wanita hamil juga membutuhkan lebih banyak mineral dibandingkan sebelum hamil. Kebutuhan mineral diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin serta proses diferensiasi sel. Kebutuhan mineral antara lain:
Zat Besi
Zat besi dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin, yaitu protein di sel darah merah yang berperan membawa oksigen ke jaringan tubuh.Selain itu, zat besi penting untuk pertumbuhan dan metabolism energi dan mengurangi kejadian anemia. Kebutuhan zat besi akan meningkat 200-300 miligram dan selama kehamilan yang dibutuhkan sekitar 1040 miligram. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840
mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan. Defisiensi zat besi akan berakibat ibu hamil mudah lelah dan rentan infeksi, resiko persalinan prematur dan berat badan bayi lahir rendah. Untuk mencukupi kebutuhan zat besi, ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi 30 miligram tiap hari.Efek samping dari zat besi adalah konstipasi dan nausea (mual muntah). Zat besi baik dikonsumsi dengan vitamin C, dan tidak dianjurkan mengkonsumsi bersama kopi, teh, dan susu karena merupakan penghambat (inhibitor) absorbsi zat besi. Sumber alami zat besi dapat ditemukan pada daging merah, ikan, kerang, unggas, sereal, dan kacang-kacangan.
Zat Seng
Zat seng digunakan untuk pembentukan tulang selubung syaraf tulang belakang.Resiko kekurangan seng menyebabkan kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah.Kebutuhan seng pada ibu hamil sekitar 20 miligram per hari. Sumber makanan yang mengandung seng antara lain: kerang, daging, kacang-kacangan, sereal.
Kalsium
Ibu hamil membutuhkan kalsium untuk pembentukan tulang dan gigi, membantu pembuluh darah berkontraksi dan berdilatasi, serta mengantarkan sinyal syaraf, kontraksi otot dan sekresi hormon.Kebutuhan kalsium ibu hamil sekitar 1000 miligram per hari. Sumber kalsium didapat dari ikan teri, susu, keju, udang, sarden, sayuran hijau dan yoghurt.
Yodium
Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi yodium sekitar 200 miligram dalam bentuk garam beryodium.Kekurangan yodium dapat menyebabkan hipotirodisme yang berkelanjutan menjadi kretinisme.
Fosfor
Fosfor berperan dalam pembentukan tulang dan gigi janin serta kenaikan metabolism kalsium ibu. Kekurangan fosfor akan menyebabkan kram pada tungkai.
Fluor
Fluor diperlukan tubuh untuk pertumbuhan tulang dan gigi.Kekurangan fluor menyebabkan pembentukan gigi tidak sempurna.Fluor terdapat dalam air minum.
Natrium
Natrium berperan dalam metabolisme air dan bersifat mengikat cairan dalam jaringan sehingga mempengaruhi keseimbnagan cairan tubuh pada ibu hamil.Kebutuhan natrium meningkat seiring dengan meningkatnya kerja ginjal. Kebutuhan natrium ibu hamil sekitar 3,3 gram per minggu. Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun yang sering kali menjadi kekurangan adalah energy protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium.Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 84.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari.Hal ini perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil. Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh zat gizi dari makanan lainnya.
Dibawah ini tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) perorang/hari yang dianjurkan bagi ibu hamil
Daftar Angka Kecukupan Gizi (AKG) per orang/hari yang dianjurkan
Kehamilan akan meningkatkan metabolism energy karena itu kebutuhan energy dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energy dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk tumbuh kembang janin, penambahan ukuran organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolism tubuh sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan pertumbuhan janin yang tidak sempurna.
Salah satu gizi yang diperlukan oleh sang ibu ketika hamil adalah vitamin. Vitamin dibutuhkan untuk memperlancar proses biologis yang berlangsung dalam tubuh ibu dan janin. Misalnya, vitamin A diperlukan untuk pertumbuhan, vitamin B1dan B2 sebagai penghasil energi, vitamin B6sebagai pengatur pemakaian protein tubuh, vitamin B12membantu kelancaran pembentukan sel-sel darah merah. Vitamin C membantu penyerapan zat besi guna mencegah anemia, dan vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium.
Vitamin D Berguna untuk mencegah gangguan tulang dan membantu penyerapan kalsium.Bumil musti mengonsumsi vitamin D Sebanyak 5 μg perhari (200 IU).Bila kekurangan vitamin D selama hamil, dapat menyebabkan gangguan perkembangan enamel gigi dan kekurangan kalsium pada janin.Sumber vitamin D dapat ditemukan di susu dan produk susu lainnya, telur, daging, beberapa jenis ikan seperti salmon, trout, mackerel, sarden, dan tuna segar
Kerangka KonsepSpina BifidaNeural Tube Defect (Posterior)Bagian PosteriorEmbriogenesis TergangguMalformasiMultifaktorialHemosistein TergangguMetabolisme Folat TergangguPolimorfisme Gen MTHFREnzim MTHFRDefisiensi Asam Folat
Spina Bifida
Neural Tube Defect (Posterior)
Bagian Posterior
Embriogenesis Terganggu
Malformasi
Multifaktorial
Hemosistein Terganggu
Metabolisme Folat Terganggu
Polimorfisme Gen MTHFR
Enzim MTHFR
Defisiensi Asam Folat
RESUME
Pada masa kehamilan sang ibu tidak pernah mengkonsumsi vitamin dan memeriksakan kehamilannya karena jauhnya akses pelayanan kesehatan sehingga sang ibu tidak mendapatkan pengetahuan tentang kehamilannya. Jadi, pada bayi tersebut didiagnosis Spina bifida cystica tipe myelomeningocele, penyakit ini disebabkan karena Neurulation adalah suatu fase dalam embryogenesis yang merupakan puncak pembentukan neural tube, yang merupakan prekursor otak dan spinal cord. Penutupan neural tube bergantung pada koordinasi dari beberapa mekanisme : ekstensi konvergen dari neural plate, apoptosis neuroepithelial, migrasi sel neural crest , proliferasi dan diferensiasi. Perkembangan dan penutupan neural tube selesai 28 hari setelah konsepsi. Jika penutupan neural tube gagal, embrio mengidap Neural Tube Defects (NTD). Neural Tube Defects sendiri merupakan penyakit multifaktorial, yaitu penyakit yang dihasilkan dari beberapa interaksi faktor secara bersamaan dan dalam kasus ini merupakan interaksi faktor lingkungan dan faktor genetik sang ibu. Defisiensi asam folat merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh dalam kasus ini. Asam folat merupakan nutrisi esensial yang berfungsi secara umum untuk pembentukan nukleotid dan proliferasi sel yang sangat dibutuhkan bagi bayi. Dalam tubuh, tanggung jawab atas metabolisme asam folat dipegang oleh gen MTHFR yang kemudian mensintesis enzim MTHFR untuk metabolisme asam folat. Asam folat juga berpengaruh dalam methylation dan siklus remetilasi homosistein. Karena folat juga terlibat dalam siklus methylation, beberapa peneliti berpendapat bahwa siklus methylation yang terganggu juga berhubungan dengan folat dan NTD.
Dalam beberapa penelitian, didapat bahwa ibu yang memiliki bayi dengan NTD memiliki kadar homosistein yang tinggi dalam darah dan ini menunjukkan bahwa NTD berkaitan dengan siklus remetilasi homosistein. Dalam tubuh,homosistein diubah menjadi metionin dan sebaliknya. abnormalitas dari enzim yang mengontrol metabolisme homosistein berpengaruh pada kehamilan. Enzim yang berpengaruh dalam metabolisme homosistein adalah methionine synthase dan penelitian menunjukkan bahwa vitamin B-12 dapat menstimulasi dan memperbaiki abnormalitas enzim tersebut.
Faktor genetik yang mempengaruhi kelahiran bayi dengan NTD adalah gen MTHFR yang dimiliki ibu.Gen MTHFR yang bertanggung jawab atas metabolisme folat dapat saja mengalami polimorfisme sehingga lebih berisiko terkena defisiensi asam folat dan meningkatkan resiko bayi lahir dengan NTD. Jadi hubungan antara polimorfisme dan NTD dapat juga dipengaruhi oleh interaksi antar gen, faktor nutrisi dan kondisi tubuh ibu, atau dari kadar asam folat
\
DAFTAR PUSTAKA
Sadler, T. W. Langman : Embriologi Kedokteran. Ed. 7. Jakarta : EGC. 2000
Dewanti. 2013. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada Pasien Spina Bifida di Ruang Bedah Anak Lantai III Utara RSUP Fatmawati. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Ernawati. 2009. Spina Bifida. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kesuma Surabaya.
http://gizi.depkes.go.id/permenkes-tentang-angka-kecukupan-gizi diakses pada 26 Oktober 2015 pukul 19.10 WIB.
Lestari, Rina. 2012. Pemenuhan Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta.
Mulyanigrum, Sri. 2009. Faktor- faktor yang Memengaruhi Kesehatan Ibu Hamil. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Nur, Nik Kasfyun. 2011. Gambaran Pengetahuan Ibu- Ibu Hamil Tentang Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan Tindakan Pengambilan Imunisasi TT di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Tahun 2010. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Sianipar, Amalia N.. 2011. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan Ultrasonografi selama Masa Kehamilan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Tahun 2010. Medan; Universitas Sumatera Utara.
Simanjuntak, David H. dan Etti Sudaryati. 2005. Gizi Ibu Hamil dan Menyusui. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Sitepu, Eva Sari Dewi. 2012. Pengaruh Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care (ANC) terhadap Kejadian Anemia pada Kehamilan Usia Remaja di Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat tahun 2012. Medan: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Tangkilisan, Helena Anneke dan Debby Rumbajan. 2002. Defisiensi Asam Folat. Jurnal Sari Pediatri Vol.4 No.1, Juni 2002:21-25.
www.wnpg.org diakses pada 26 Oktober 2015 pukul 18.15 WIB.
www.repository.usu.ac.id diakses pada tanggal 27 Oktober 2015 pukul 18.30 WIB
www.lib.ui.ac.id diakses pada tanggal 27 Oktober 2015 pukul 18.20 WIB
www.nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id diakses pada tanggal 27 Oktober 2015 pukul 18.45 WIB
www.books.google.co.id diakses pada tanggal 27 Oktober 2015 pukul 19.30 WIB
James, Joyce dkk. 2008. Prinsip Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Erlangga
Dewanti. 2013.Analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada pasien spina bifida di Ruang Bedah Anak Lantai III Utara RSUP Fatmawati. Jakarta: Perpustakaan Universitas Indonesia
Suharmiati,s et al. 2013. REVIEW KEBIJAKAN TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PUSKESMAS DI DAERAH TERPENCIL PERBATASAN. Vol 16 (2) :109–116.
Yulia , C. n,d. Gizi Seimbang Bagi Wanita Hamil dan Menyusui. Retrieved from http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/198007012005012-CICA_YULIA/Gizi_Seimbang_bagi_Wanita_Hamil_dan_Menyusui.pdf
Putri,DD. 2014. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil. Universitas Sumatera Utara. Retrieved from http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41225/3/Chapter%20II.pdf
Lestari,N. 2013.MAKALAH PEMENUHAN GIZI PADA IBU HAMIL.Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta. Retrieved from http://rinayarina.pun.bz/files/pemenuhan-gizi-ibu-hamil.pdf
http://dokterindonesiaonline.com/2013/04/08/jenis-dan-tahapan-pemeriksaan-kehamilan (Diakses tanggal 26 Oktober 2015)
Depkes RI.(2004). Pedoman Pelayanan Antenatal Ditingkat PelayananDasar Puskesmas. Jakarta: Depkes RI.
Notoatmodjo Soekidjo.(2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni.
Jakarta : Rineka Cipta.
Fithriany.2012 .Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar, Program stuid S2 FKM USU Medan.
Ciceklioglu M., Soyer M.T., Ocek Z.A. (2003). Factor Associated With The Utilization and Content of Prenatal Care In a Western Urban Distric of Turkey. International Journal Of Quality In Health Care.
Erci B. (2003). Barrier To Utilization of Prenatal care Service In Turkey, Journal In Nursing Scholarship.
Kabir M., Iliyasu Z., Abu Bakar I.S & Sani A.A., (2005), Determinant of Utilization of Antenatal Care Service in Kumbotso Village, Northern Nigeria. Tropical Doctor.
Manuaba, IBG.(1998). Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.
Mathole T., Lindmark G., Majoko F., Ahlberg B.M., (2004). A Qualitative Study ofWoman Perspectives of Antenatal Care In a Rural Area of Zimbabwe. Midwifery.
Hanna, Angelika Dhuy Nyaga. 2014. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan Kehamilan dengan Kepatuhan Kunujngan Pemeriksaan Kehamilan Di Puskesmas Dukuh Kupang Surabaya, Fakultas Keperawatan UWIMA Surabaya.
Ramadhani, Nurul.2010.Hubungan antara Frekuensi Antenatal Care dengan Kematian Perinatal di RSUD Dr. Moewardi Surakarta , Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Fitria, Ratna Umayah.2010. Hubungan Tingkat Ekonomi Ibu Hamil dan Tingkat Kepuasan dengan Keteraturan Pemeriksaan Kehamilan Di RB &BP ASY-SYIFA' PKU MuhammadiyahWedi Klaten, Fakultas Kedokteran Universits Sebelas Maret.
http://jtptunimus-gdl-emilianaay-6720-3-babii.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/chapterII%252011.pdf
Ayuningtyas, Dumilah.2006. Sistem Pemberian Inisiatif yang Berpihak Pada SDM Kesehatan di Daerah terpencil:Studi Kasus Provinsi Lampung, Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Vol. 09 Halaman 87-93.
Keputusan menteri kesehatan RI nomor 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang petunjuk teknis standar pelayanan minimal bidang kesehatan di Kabupaten/kota.
Menteri Kesehatan.2011. RencanaPengembanganTenagaKesehatan 2011-2013 , Jakarta
Trisnantoro,Laksono, 2006. StandarPelayanan Minimal (SPM) Di SektorKesehatan. JurnalManajemenPelayananKesehatan, Vol. 09, No. 4 Desember 2006.
Jurnal. Ernawati (Dosen Fak Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya). Spina Bifida.
https://id.wikipedia.org/wiki/Spina_bifida (diakses tanggal 26 Oktober 2015)