PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN BIDANG BINA MARGA 2016
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
KATA PENGANTAR Laporan Akhir ini disusun untuk memenuhi kewajiban pelaporan konsultan sebagaimana disebutkan dalam kontrak dengan maksud untuk memberikan hasil akhir dari proses pekerjaan Penyusunan Penyusunan Feasibility Feasibility Study Fly Over Gamping Gamping oleh konsultan konsultan di wilayah wilayah Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Sleman. Pada kesempatan ini konsultan menyajikan Laporan Akhir yang berisikan langkah-langkah yang telah dilaksanakan oleh konsultan, analisis dan rekomendasi. Laporan Akhir ini nantinya juga menjadi acuan dalam pelaksanaan pekerjaan perencanaan selanjutnya. selanjutnya. Disadari bahwa isi Laporan Akhir ini belum sempurna sehingga kami mengharapkan adanya sumbang saran dari berbagai pihak untuk penyempurnaan. Demikian Laporan Akhir ini disusun untuk digunakan pihak yang berkepentingan. berkepentingan.
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................... .................................... hal i DAFTAR ISI ............................................................. ............................................. hal ii
BAB 1. PENDAHULUAN...................................................... ................................ hal I-1 1.1. Latar Belakang Belakang .......................................... .............................................................. ......................................... ........................ ... hal I-1 1.2. Maksud Tujuan dan Sasaran ............................. .................................................. ................................... .............. hal I-3 1.3. Landasan Hukum ....................................... ........................................................... ........................................ ....................... ... hal I-3 1.4. Ruang Lingkup ......................................... ............................................................. ......................................... ......................... .... hal I-5 1.5. Pendekatan Pola Pikir ........................................ ............................................................. ................................... .............. hal III-8 1.6. Pekerjaan Persiapan ........................................ ............................................................. ..................................... ................ hal III-9
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
BAB 5. PERENCANAAN TEKNIS ...................................................... .................... hal V-1 5.1. Persilangan Dengan Dengan Jalan Rel .......................................... ............................................................... ..................... hal V-1 5.2. Desain Geometrik Geometrik .......................................... ............................................................... ....................................... .................. hal V-4 5.3. Perencanaan Flyover ......................................... .............................................................. ................................... .............. hal V-6 5.4. Perhitungan Biaya Konstruksi Konstruksi.......................................... ............................................................... ..................... hal V-12
BAB 6. ANALISIS EKONOMI ......................................................... ...................... hal VI-1 6.1. Faktor Biaya ......................................... .............................................................. .......................................... ............................ ....... hal VI-1 6.2. Faktor Manfaat Manfaat ......................................... ............................................................. ......................................... ........................ ... hal VI-8 6.3. Kelayakan Kelayakan Ekonomi Ekonomi ..................... ......................................... ......................................... ..................................... ................ hal VI-13
BAB 7. ASPEK LINGKUNGAN ....................................................... ....................... hal VII-1 7.1. Kebijaksanaan Kebijaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Hidup .................................... .................................... hal VII-1 7.2. Rona Lingkungan Obyek Studi ............................................ ............................................................ ................
hal VII-2
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
BAB I Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang Sebagai salah satu moda angkutan massal yang banyak diminati oleh masyarakat,
kereta api dalam operasionalnya tidak dapat dihindari bila jalan relnya pasti bersinggungan dengan jalan umum. Tak terkecuali jalur kereta api lintas di Kabupaten Sleman dimana pertumbuhan volume kendaraan begitu tinggi yang menyebabkan permasalahan pada pelayanan jaringan jalan yang ada. Kemacetan dapat terjadi terutama pada jaringan jalan yang terdapat terdapat persimpangan persimpangan sebidang sebidang antara antara jalan dengan rel kereta api seperti halnya pada ruas jalan Gamping – Bantulan. Dimana pada ruas tersebut terdapat persimpangan sebidang antara jalan dengan rel kereta api di dusun Patukan Ambarketawang Gamping.
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
tertentu atau dapat dikatakan tertentu walaupun sering sekali tidak tepat waktu sedangkan kendaraan yang melewati persimpangan tidak terjadwal sehingga arus kendaraan dapat melintasi perlintasan kapan saja. Dari segi akselerasi dan sistem pengereman diperoleh kendaraan bermotor lebih unggul dibandingkan kereta api dimana kendaraan dalam melakukan akselerasi (percepatan atau perlambatan) cenderung lebih singkat dari pada kereta api begitu juga sebaliknya waktu dan jarak pengereman, kendaraan bermotor mempunyai waktu pengereman dan jarak pengereman yang lebih pendek dari kereta api. Dengan demikianlah terpolalah perlintasan kereta api dengan jalan raya menganut sistem prioritas untuk kereta api dimana arus kendaraan harus berhenti dahulu ketika kereta api melewati perlintasan. Konflik kepentingan ekonomi masyarakat dengan konflik kelancaran operasional kereta api dan konflik kelancaran lalu lintas jalan raya berkumpul menjadi satu simpul di perlintasan kereta api. Perkembangan pembangunan dan pertumbuhan penduduk di sekitar rel dan perlintasan muncul karena tuntutan ekonomi masyarakat. Dengan
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
pada simpang di Gamping tersebut dengan mengidentifikasi permasalahan, bentuk penanganan, kemudian mengkaji sejauh mana kelayakan sebagai alternatif penanganan tersebut.
1.2.2. Tujuan Studi ini bertujuan untuk: 1) Melakukan identifikasi kebutuhan data rencana pembangunan fly over pada perlintasan kereta api Gamping. 2) Melakukan Studi Kelayakan rencana pembangunan fly over pada perlintasan kereta api di Gamping 3) Mendapatkan rekomendasi tentang kelayakan rencana pembangunan fly over pada perlintasan kereta api di Gamping untuk dilanjutkan atau tidak dilanjutkan ke tahap selanjutnya.
1.2.3. Sasaran Sasaran dari kegiatan ini adalah dihasilkannya dokumen studi kelayakan yang
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
Sarana Kereta Api: 8) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan. 9) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang 10) Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2011 tentang Manajemen dan
Rekayasa, Analisis Dampak Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas 11) Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan 12) Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor KM 14 Tahun 2006 tentang
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan 13) Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 22 tahun 2003 Tentang
Pengoperasian Kereta Api: 14) Keputusan Menteri Perhubungan RI Nomor KM 60 Tahun 1993 tentang
Marka Jalan Keputusan Menteri Perhubungan RI Nomor KM 61 Tahun 1993 tentang
PENY SUNAN FEASIBILITY STUDY FLY
VER GAMPING
Ga bar 1.1. Lokasi Pekerjaan Sumber : Kerangka A uan Kerja, 2016
1.4.
Lingkup kegiatan
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
melakukan analisa data teknis sebagai dasar penyusunan analisis kelayakan teknik. 5) Analisa Biaya (Tanah, Konstruksi, Operasional Pemeliharaan, dll.) Analisa biaya dilakukan meliputi perkiraan pembebasan tanah , biaya konstruksi keseluruhan, biaya operasional pemeliharaan, dan biaya tambahan lainnya. 6) Analisa Kelayakan Ekonomi ( BCR, ) Analisa kelayakan ekonomi diperlukan untuk menentukan kelayakan dari pembangunan jalan ditinjau dari segi ekonomi baik dari sisi penyelenggara jalan maupun dari pengguna jalan.
1.4.2. Keluaran Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah dokumen studi kelayakan yang mencakup aspek: 1) Kelayakan secara teknis dan ekonomi dengan mempertimbangkan aspek lingkungan; 2) Site plan sebagai dasar pepenyusunan DED (Detail Engineering Design) ke depan
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
3. Form hasil survei lapangan masing-masing tenaga ahli, Foto. 4. Gambar Site Planrencana Fly over.
c) Laporan Draft Akhir memuat: 1. Rangkuman
dan
perbaikan
sebagaimana
disampaikan
dalam
laporan
pendahuluan dan laporan Antara; 2. Hasil analisis kelayakan dari usulan proyek dari aspek teknik dan ekonomi ; 3. Gambar Site Plan rencana Fly over.
d) Laporan Akhir memuat: 1. Hasil penyempurnaan dari laporan Draft laporan akhir/Draft Final report
dengan memperhatikan berbagai masukan dan hasil diskusi / pembahasan. 2. Rekomendasi Konsultan sebagaimana kesimpulan atas hasil analisis yang
dilakukan. 3. Gambar Site Plan rencana Fly over.
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
1.5.
Pendekatan Pola Pikir
3.1.1. Penentuan Jenis Simpang Simpang merupakan titik pertemuan antara dua ruas jalan atau lebih. Karena jalan berfungsi untuk mengalirkan arus lalulintas maka pertemuan ruas jalan juga akan berakibat pada bertemunya dua arus lalulintas atau lebih. Kondisi ini akan menimbulkan konflik lalulintas. Untuk mengurangi adanya konflik arus lalulintas yang terjadi sehingga arus lalulintas dapat melalui simpang dengan lancar dan aman maka simpang perlu didesain dengan baik sesuai kondisi yang ada. Ada beberapa alternatif penanganan simpang antara lain perbaikan manajemen simpang, pembuatan bundaran bersinyal, pembuatan konstruksi underpass, pembuatan konstruksi flyover dan kemungkinan lain adalah pembangunan underpass dan flyover pada suatu simpang. Penentuan penanganan simpang yang paling sesuai pada suatu simpang mempertimbangkan beberapa faktor berikut : a) Faktor lalulintas (volume , antrian, derajat jenuh, tundaan, parkir) b) Faktor ketersediaan lahan
PENY SUNAN FEASIBILITY STUDY FLY
VER GAMPING
) Analisis elayakan l
Penyusu an lapora akhir/kesimpulan da rekomen asi.
Diagram alir akt ivitas peke jaan diperlihatkan pa a Gambar .1.
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
1.6.
Pekerjaan Persiapan
3.2.1. Persiapan Awal Pekerjaan persiapan meliputi kegiatan : a) Ruangan Kantor & Fasilitas Kerja Konsultan akan menyiapkan ruangan kantor lengkap dengan fasilitasnya, dimana ruangan tersebut akan digunakan untuk melakukan aktivitias pelaksanaan proyek bagi seluruh anggota tim b) Kelengkapan Administrasi Kelengkapan administrasi meliputi :
Surat penugasan personil Surat pengantar ke Instansi terkait Surat menyurat lainnya c) Penyusunan Rencana Kerja Terinci Konsultan akan menyusun rencana kerja dan metode pendekatan studi pada tahap awal pekerjaan agar seluruh tahapan kegiatan dapat diketahui oleh setiap
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
untuk menjamin baiknya rekomendasi yang dihasilkan data ini harus baik.
3.2.2. Survai Pendahuluan Konsultan akan mengadakan peninjauan lapangan untuk mengidentifikasi daerah studi dan
membandingkannya
dengan
data-data
sekunder
yang
diperoleh
untuk
dipergunakan sebagai bahan analisis data. Survai dilakukan terhadap beberapa aspek yang meliputi hal-hal sebagai berikut : a)
Topografi
Keadaan topografi b) Geologi dan Geoteknik
Sifat-sifat fisik tanah; Ciri-ciri geologi dan geoteknik. c)
Transportasi
Identifikasi tata guna lahan;
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
Instansi-instansi terkait, baik pada lingkungan Kabupaten Sleman maupun instansi lainnya. Adapun instansi yang terkait dalam pelaksanaan pekerjaan ini antara lain : a) Departemen Pekerjaan Umum b) Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi dan Kabupaten c) Dinas Pekerjaan Umum Provinsi dan Kabupaten d) Bappeda Provinsi dan Kabupaten e) BPS f) Lain-lain
3.3.2. Review Data a) Kajian Studi Terdahulu Mengingat bahwa wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah memiliki serangkaian studi yang berkaitan dengan penataan sistem transportasi, baik untuk jaringan secara keseluruhan maupun ruas-ruas tertentu maka sangat memungkinkan studi
ini
terkait
dengan
studi
terdahulu.
Diharapkan
dengan
memahami
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
5) Biaya konstruksi yang murah 6) Menghindari bangunan umum dan swasta, seperti sekolah, rumah sakit, masjid, perkantoran, fasilitas militer, monumen budaya dan sejarah, pabrik, perumahan. 7) Fungsi sungai eksisting, saluran pembuangan/drainase, saluran irigasi serta fasilitas umum (jalan, rel kereta api dan utilitas lain yang akan terpotong jalan) harus tetap dipertahankan.Seluruh lokasi tersebut akan digambarkan dalam peta topografi dan selanjutnya akan dilakukan penilaian terhadap seluruh lokasi fly over yang direkomendasikan.
3.3.3. Pengumpulan Data Primer a)
Survai Lalu Lintas Traffic Counting Survey, Survai ini dilakukan untuk mengetahui jumlah volume lalu lintas yang melewati pada satu titik/lokasi tertentu pada jangka waktu tertentu. Metode yang akan dipergunakan dalam survai volume lalu lintas adalah metode survai CTMC ( Classified Turning Movement Count ) yang dilakukan secara manual
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
3.4.1. Supply Analysis (Analisis Sosial Ekonomi) Semua data yang telah diinventarisasi kemudian dianalisis dan diperkirakan perkembangannya, analisis yang dilakukan meliputi: a) Tata guna lahan. b) Populasi, pertumbuhan dan penyebaran penduduk. c) Produk domestik regional bruto. d) Tenaga kerja. e) Pertumbuhan ekonomi. f) Kepemilikan kendaraan. g) Angka pertumbuhan sosial ekonomi di masa mendatang. Hasil proses ini berupa perkiraan perubahan pola lalulintas sebagai akibat dari perubahan aktivitas dan pertumbuhan sosial ekonomi pada daerah studi, selanjutnya dilakukan proyeksi kebutuhan lalulintas dikoridor studi (future travel demand).
Demand Analysis
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
lewat pada ruas jalan tersebut dilakukan dalam skala tahun hingga akhir umur rencana. Biaya operasi kendaraan melalui jalan baru harus lebih rendah dari pada biaya operasi kendaraan melalui alternatif jalan umum yang ada. Biaya operasi kendaraan meliputi antara lain bahan bakar, pelumas, komponen-komponen lain serta nilai waktu. a. Metodologi
PCI (Pacific Consultant International ) telah mengembangkan model empiris untuk perhitungan BOK. Secara garis besar model PCI ini menyatakan bahwa Biaya operasi kendaraan adalah penjumlahan dari biaya gerak (running cost) dan biaya tetap (standing cost). Elemen dari kedua biaya tersebut adalah: 1. Biaya gerak (running cost ), terdiri dari:
Konsumsi bahan bakar.
Konsumsi oli mesin.
Pemakaian ban. Biaya pemeliharaan suku cadang kendaraan dan pekerjaannya (montir).
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
BKBOK = Besar keuntungan biaya operasi kendaraan (Rp). BOKa = Biaya operasi kendaraan di jalan yang ada (Rp). BOKb = Biaya operasi kendaraan di jalan baru (Rp). Da
= Panjang jalan yang ada (km).
Db
= Panjang jalan baru (km).
Va
= Kecepatan di jalan yang ada (km/jam). Vb = Kecepatan di jalan baru (km/jam).
Tv
= Nilai waktu kendaraan (Rp/jam).
b. Pengumpulan data
Data yang diperlukan untuk perhitungan BOK meliputi: a) Jumlah kendaraan, dalam hal ini kendaraan digolongkan menjadi tiga:
Golongan I Golongan II A
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
Biaya pemakaian bahan bakar ditentukan dengan menghitung bahan bakar yang digunakan (liter/1000 km) dikalikan dengan harga tiap liternya.
Jalan Arteri: mobil penumpang
: Y = 0,05693 S2 – 6,42593 S + 269,18567
bus
: Y = 0,14461 S2 – 16,10285 S + 636,50343
truk
: Y = 0,13485 S2 – 15,12463 S + 592,60931
Jalan Lama: mobil penumpang
: Y = 0,07629 S2 – 8,45703 S + 349,79116
bus
: Y = 0,21692 S2 – 24,15409 S + 954,78824
truk
: Y = 0,21557 S2 – 24,17699 S + 947,90882
dengan: Y = konsumsi bahan bakar (liter/1000 km) S = kecepatan (km/jam) 2. Pemakaian oli/minyak pelumas
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
Y = penggunaan ban tiap 1000 km S = kecepatan (km/jam)
4. Biaya perawatan kendaraan
Jalan Arteri dan Jalan Lama: mobil penumpang
: Y = 0,00362 S + 0,36267
bus
: Y = 0,02311 S + 1,97733
truk
: Y = 0,01511 S – 1,21200
dengan: Y = jasa buruh (jam setiap 1000 km) S = kecepatan (km/jam) 5. Pemakaian suku cadang
Jalan Arteri dan Jalan Lama: mobil penumpang
: Y = 0,0000064 S + 0,0005567
bus
: Y = 0,0000332 S + 0,0020891
truk
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
8. Asuransi
Jalan Arteri dan Jalan Lama: mobil penumpang
: Y = (0,035*1000*0,5)/(500 S)
bus
: Y = (0,040*1000*0,5)/(2500 S)
truk
: Y = (0,060*1000*0,5)/(1750 S)
dengan: Y = biaya asuransi setiap 1000 km S = kecepatan (km/jam) 9. Waktu perjalanan
Jalan Arteri dan Jalan Lama: bus
: Y = 1000/S
truk
: Y = 1000/S dengan:
Y = waktu perjalanan setiap 1000 km S = kecepatan (km/jam)
Overhead
10.
bus
subtotal dari
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
1. Pra rencana geometrik jalan
Pada tahap ini, Konsultan akan membuat pra rencana geometric jalan pendekat fly over.Adapun peraturan dan standar/ketentuan-ketentuan teknis yang dipergunakan sebagai dasar perencanaan, antara lain:
Petunjuk Perencanaan Geometrik untuk Jalan Antar Kota, September 1997; Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Ditjen Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, Maret 1992;
A Policy on Geometric Design of Highway and Streets 2001, AASHTO; Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 74 Tahun 1990 tentang Angkutan Peti Kemas di Jalan;
Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.p/14/MPE/1992 tentang ruang bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) untuk penyaluran tenaga listrik;
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
3. Pra rencana fly over
Pada tahap ini, Konsultan akan melakukan :
Penentuan lokasi fly over Penentuan bentuk fly over Pra desain struktur atas dan struktur bawah Adapun peraturan dan standar/ketentuan-ketentuan teknis yang dipergunakan sebagai dasar perencanaan, antara lain:
Pedoman Pembebasan untuk Perencanaan Jembatan Jalan Raya, Departemen Pekerjaan Umum SKBI 1.3.28.1987;
Tata
Cara
Perencanaan Ketentuan
Gempa untuk Jembatan
Jalan
Raya, Departemen Pekerjaan Umum, SKSNI T-14-1990-03;
Tata
Cara
Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Jembatan
Jalan
Raya, Departemen Pekerjaan Umum, SNI 03-2833-1992;
Bridge Management System, Direktorat Jenderal Bina Marga : Bridge Design
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
c)
Kelayakan Ekonomi 1. Perkiraan Biaya Konstruksi
Perkiraan biaya konstruksi dihitung berdasarkan :
Gambar tipikal Perhitungan kuantitas untuk tiap item pekerjaan Harga satuan (daerah) untuk tiap item pekerjaan
2. Analisis Kelayakan Proyek
Pada tahap ini, Konsultan akan melakukan analisis kelayakan ekonomi proyek. Hasil analisis kelayakan ini akan diketahui tingkat kelayakan pembangunan dan pada akhirnya akan menentukan layak atau tidaknya pembangunan fly over tersebut. Indikator Kelayakan yang bisa dipergunakan dalam studi ini, adalah Benefit Cost
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
BAB II Gambaran Wilayah Studi
2.1.
Tinjauan Umum Kabupaten Sleman Kecamatan Gamping
Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa, memiliki luas wilayah 3.185,80 km2, yang berarti berkepadatan 1.025 jiwa per km2. Secara administrative wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
dibagi
menjadi
empat
Kabupaten
yaitu
:
Kabupaten
Gunungkidul,
Kulonprogo,Bantul dan Sleman dengan satu kota, yaitu Kota Yogyakarta. 2.1.1. Kabupaten Sleman
a)
Letak Geografis Secara geografis, Kabupaten Sleman terletak diantara 107o 15’ 03’’dan 107o 29’
30” Bujur Timur, 7o 47’ 51’’ dan 7o 47’ 30’’ Lintang Selatan dengan batas – batas wilayah
PENY SUNAN FEASIBILITY STUDY FLY VER GAMPING
PENY SUNAN FEASIBILITY STUDY FLY VER GAMPING
ters but cend rung ber embang s ecara org nis di se itar pusa pendidik n dan perumahan bar . f)
Klimatologi
Wilayah Kabupate Sleman b eriklim tr pis denga curah hu jan berkiar antara 1.50 -4.000 m /th yang ipengaruhi oleh musim kemara dan musi m hujan.
enurut
data Stasiun Meteorologi s hu udara r ata-rata m nunjukkan angka 22o -35oc.
2.1. . Kecamatan Gamping
Kecama an Gampi g terletak pada ko rdinat 42 939,97 – 428058,34 E dan 913 006,4 – 9144657,05 Zona 49 . Kecamat n Gampin memiliki luas daera seluas 29,2 Km2. Se ara administratif Kec amatan G mping memiliki bata s – batas sebagai beri ut :
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Mlati.
Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Godean.
Sebelah timur berbatasan dengan Kodya Yogyakarta.
Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kasihan (Kabupaten Bantul).
Kecamatan Gamping terdiri atas 5 Desa, yaitu : Desa Ambarketawang, Desa Balecatur, Desa Banyuraden, Desa Nogotirto, Desa Trihanggo.
a)
Kondisi Wilayah Kecamatan Gamping
Kecamatan Gamping adalah salah satu kecamatan di kabupaten Sleman dengan kode wilayah 34.04.050 yang berada di dalam propinsi D.I. Yogyakarta, yang terletak sekitar 6 km dari kota propinsi ke arah barat, atau sekitar 13 km ke arah barat daya dari kota kabupaten Sleman. Alamat kantor kecamatan Gamping di Pedukuhan Patukan, desa Ambarketawang atau sekitar 1 km arah utara pasar Gamping.
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
dibayarkan setiap 3 bulan sekali. Topografi wilayah kecamatan Gamping sebagian besar adalah dataran, dengan ketinggian dari permukaan laut 94 – 153 m, tanah sebagian besar berpasir dan bagian sebelah selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Bantul tanah liat pegunungan bercampur batu putih atau gamping. Luas wilayah kecamatan Gamping 29,25 km2, terdiri dari desa Balecatur 9,86 km2, Ambarketawang 6,28km2, Banyuraden 4,00 km2, Nogotirto 3,49 km2 dan Trihanggo 5,62 km2. Kecamatan Gamping terdapat 59 Pedukuhan, 187 Rw dan 542 RT. Administrasi kependudukan kelahiran, kematian, datang dan pindah serta mutasi kartu keluarga sudah berjalan secara teratur yaitu dikerjakan oleh kepala pedukuhan dilaporkan ke desa sampai tanggal 5 bulan berikutnya yang dikerjakan oleh Kepala Urusan Pemerintahan desa, kemudian dari desa dilaporkan ke kecamatan sampai tanggal 10 bulan berkutnya. b)
Kependudukan
Kondisi
kependudukan
di
kecamatan
Gamping,
menurut
hasil
registrasi
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
dan rumah dibawah jaringan listrik tegangan tinggi tidak ada, karena di Gamping tidak ada jaringan listrik tegangan tinggi. Ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat dalam membangun rumah sudah relatif baik, memenuhi tingkat keamanan dan kesehatan. Penerangan jalan umum desa telah ada disetiap desa yaitu menggunakan listrik PLN, yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Sleman dan swadaya masyarakat.
d)
Lingkungan Hidup
Menjaga lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama antara masyarakat dan pemerintah. Di kecamatan Gamping sebagian besar penduduk membuang sampah di tempat yang dibuat sendiri di masing-masing rumah tempat tinggalnya yaitu dibuang di lubang yang tersedia kemudian dibakar. Sebagian pedukuhan ada yang telah mampu mengolah sampah untuk pupuk organik. Akan tetapi masih ada sebagian kecil rumahtanga membuang sampah ke kali seperti yang terjadi di pinggiran kali. Jamban dengan tangki septip di kecamatan Gamping belum semuanya menggunakan, walaupun sebagian besar
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
e)
Lahan dan Penggunaannya
Luas wilayah kecamatan Gamping 29,25 km2, dengan luas sawah 1118 ha, tanah bukan sawah atau ladang dan pemukinan serta perkantoran 1.585,3 ha dan lainnya seperti lapangan, jalan sungai kuburan dsb 221,7 ha. Proporsi lahan bukan sawah dengan lahan sawah relatip besar, disamping pertumbuhan perumahan wilayah gamping selatan merupakan perbukitan yang hanya bisa ditanami pohon tahunan sebagian juga ladang untuk tanaman polowijo,
hortikultura
berupa sayuran dan sebagian besar tanaman perkebunan rakyat. Pohon kayu-kayuan seperti jati, mahoni 20 tahun mendatang akan menjadi aset yang relatip besar dikemudian hari. Adanya penyuluhan dan proyek pohon kayu-kayuan mendorong wilayah selatan gamping terutama desa Balecatur tumbuh tanaman kayu-kayuan, walapun masih perlu ditingkatkan karena masih adanya lahan yang belum dimanfaatkan dengan baik. Maka kesinambungan proyek ini sebagai investasi dan pemanfaatan lahan rakyat. Wilayah gamping merupakan wilayah pengembangan, sehingga selama 3 tahun terakhir terjadi
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
2.2.
Pemanfaatan Ruang Dalam RTDR Gamping
Program pemanfaatan ruang prioritas merupakan program perwujudan rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana dalam bentuk program pembangunan. Rencana pola ruang dan jaringan prasarana disusun untuk mencapai tujuan pengembangan BWP. Oleh karena itu, program-program pembangunan akan menjadi sarana untuk mencapai tujuan tersebut. 2.2.1
Perwujudan Rencana Pola Ruang
Perwujudan rencana pola ruang dibagi menjadi perwujudan pola ruang kawasan lindung dan pola ruang kawasan budidaya. a. Kawasan Lindung
Perwujudan pola ruang lindung di Kecamatan Gamping secara umum diwujudkan dengan program technical assistance bagi masyarakat berupa sosialisasi lebih mendetail mengenai kawasan lindung baik lindung untuk wilayah bawahan, lindung setempat, dan kawasan rawan bencana. Program perwujudan kawasan lindung ditekankan untuk tidak dilakukan dengan penggusuran namun
dengan asistensi
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
perumahan
dapat
disamakan
dengan
perwujudan
zona
perumahan
serta
perwujudan fasilitas pada skala perumahan. Perwujudan zona perumahan kepadatan sedang di luar zona resapan air dapat dilakukan
secara
swadaya
oleh
masyarakat,
sementara
perwujudan
zona
perumahan sedang di zona resapan air dianjurkan untuk diarahkan oleh pemerintah dalam bentuk perumnas atau oleh swasta dalam bentuk penyediaan rumah yang terjangkau oleh masyarakat. Acuan yang dikejar disini adalah adanya persiapan sarana dan infrastruktur yang dibutuhkan di zona perumahan tersebut. Untuk perwujudan zona perumahan kepadatan lainnya diserahkan kepada swadaya masyarakat maupun pihak swasta selama sesuai dengan aturan perumahan yang berlaku serta mengikuti ketentuan zonasi. Untuk penyediaan fasilitas di kawasan permukiman, hasil survey dan perhitungan secara statistik maupun spasial menyatakan tidak diperlukan tambahan fasilitas kecuali fasilitas pendidikan.
Fasilitas
pendidikan
yang
akan
dibangun
dapat
membebaskan lahan-lahan pertanian yang dan diletakkan di sekitar atau di dalam
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
industri. Zona industri diwujudkan oleh swasta dengan mengikuti kaidah perwujudan zona industri semisal kebutuhan untuk buffer suara, penyediaan pengolahan limbah yang terintegrasi dengan
zona
industri serta antisipasi kepadatan saat jam
pergantian shift karyawan pabrik dengan penyediaan halte dan area penjemputan.
Zona Sarana Pelayanan Umum Sub zona sarana pelayanan umum pendidikan diwujudkan dengan pembuatan zona selamat sekolah, pemeliharaan zona yang ada dan peningkatan jumlah sekolah sesuai dengan
kebutuhan.
Sub
zona
sarana
pelayanan
umum
olahraga
perlu
mengembangkan fasilitas pendukung prasarana olahraga seperti ruang ganti, pagar maupun jaring untuk mengamankan kegiatan olahraga serta sarana peradagangan untuk memenuhi kebutuhan olahraga. Sementara untuk sub zona transportasi, penghidupan kembali rel dan stasiun kereta api akan membutuhkan pembebasan lahan yang biayanya perlu dibagi antara pemerintah daerah, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat serta untuk
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
telepon kabel dan nirkabel, jaringan listrik, jaringan air minum serta jaringan lainnya yang mendukung optimasi kegiatan perkantoran dan perdagangan.
2.2.2
Perwujudan Rencana Jaringan Prasarana
a. Rencana jaringan pergerakan
Rencana jaringan pergerakan terbagi menjadi jaringan jalan, jalur pejalan kaki dan jaringan rel
kereta api. Jaringan pergerakan baru yang akan melayani warga
merupakan jalan lingkungan dan jalan lokal. Jalan lingkungan dapat menggunakan dana swadaya masyarakat serta, kerjasama dengan pihak swasta setempat ataupun dengan mengajukan ke pemerintah daerah. Untuk rencana jaringan jalan lokal akan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Untuk jaringan pejalan kaki, jaringan yang direncanakan merupakan bagian dari jalan arteri nasional. Untuk pemeliharaan dan jaringan jalan yang sudah ada serta perbaikan kelengkapan jalan supaya sesuai
dengan
arahan,
suk pemelihar
perlu
dilakukan pemeliharaan oleh jaringan bina an drainase. Perlu dilakukan pula pemeliharaan
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
pertimbangan perusahaan swasta tersebut. Pemerintah berperan dengan melakukan pengendalian sesuai dengan kaidah yang tertera di peraturan zonasi. d. Rencana jaringan air minum
Perwujudan rencana jaringan air minum diprioritaskan pada kawasan Sub BWP I dimana kegiatan perkotaan utama dan permukiman ada disana. Perwujudannya dilakukan oleh PDAM dengan identifikasi mata air yang ada di kawasan hulu dari Kecamatan Gamping dan mampu untuk melayani 85% Sub BWP I terutama untuk mendukung kegiatan agroindustri yang ada di sub zona industri kecil. e. Rencana jaringan drainase
Perwujudan rencana jaringan prasarana drainase terintegrasi dengan perwujudan jaringan jalan. Penambahan jaringan drainase tidak direncanakan. f.
Rencana jaringan air limbah
Kecamatan Gamping belum memerlukan jaringan air limbah yang terpadu, cukup menggunakan jaringan air limbah kommunal.
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
BAB III Acuan Normatif
3.1.
Definisi Berkaitan Dengan Perlintasan Kereta Api Dalam beroperasi tidak bisa dihindari bahwa jalan rel kereta api bersinggungan
atau berpotongan dengan beberapa ruas jalan umum yang dilewati trayek perjalanannya. Perlintasan kereta api merupakan daerah pertemuan konflik antara kereta api dengan moda transportasi darat yang lain. Keselamatan dan keamanan transportasi di perlintasan kereta api perlu ditingkatkan kualitasnya untuk mengurangi resiko adanya kecelakaan antara kereta api yang melintas dengan pengguna jalan umum. Pengurangan jumlah perlintasan sebidang di daerah yang memiliki trafik lalu lintas tinggi perlu dilakukan untuk menekan jumlah angka kecelakaan maupun untuk menghindari adanya kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas.
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
memberikan peringatan bahaya kepada pemakai jalan. 8) Isyarat suara adalah isyarat lalu lintas yang berupa suara yang menyertai isyarat lampu lalu lintas satu warna yang memberikan peringatan bahaya kepada pemakai jalan.
3.2.
Peraturan dan Undang-Undang Mengenai Perlintasan Kereta Api
Di bawah ini adalah perundang-undangan yang berkaitan dengan perlintasan kereta api dengan jalan umum: 1)
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan: Pasal 63 ayat 1 : Pada persimpangan sebidang yang tidak dikendalikan dengan
alat isyarat lalu lintas, pengemudi wajib memberikan hak utama kepada : a. kendaraan yang datang dari arah depan dan atau dari arah cabang persimpangan yang lain jika hal itu dinyatakan dengan rambu-rambu atau
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
Pasal 65 ayat 1 : Pemakai jalan wajib mendahulukan sesuai urutan prioritas sebagai berikut:
a. kendaraan
pemadam
kebakaran
yang
sedang melaksanakan tugas;
b. ambulans mengangkut orang sakit; c. kendaraan
untuk memberi
pertolongan
pada kecelakaan lalu lintas;
d. kendaraan Kepala Negara atau Pemerintah Asing yang menjadi tamu negara; e. iring-iringan pengantaran jenazah; f. konvoi, pawai atau kendaraan orang cacat; g. kendaraan yang penggunaannya untuk keperluan khusus atau mengangkut barang-barang khusus. Pasal 65 ayat 2 : Kendaraan yang mendapat prioritas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dengan pengawalan petugas yang berwenang atau dilengkapi dengan isyarat atau tanda-tanda lain. Pasal 65 ayat 3 : Petugas yang berwenang melakukan pengamanan apabila mengetahui adanya pemakai jalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
menteri. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 53 tahun 2000 Tentang Perpotongan dan/atau Persinggungan Antara Jalur Kereta Api dengan Bangunan Lain :
Pasal 4 ayat 1 : Perlintasan sebidang sebagaimana dimaksud dalamPasal 3 ayat (2) dapat dibuat pada lokasi dengan ketentuan : a. kecepatan kereta api yang melintas pada perlintasan kurang dari 60 km/jam; b. selang waktu antara kereta api satu dengan kereta api berikutnya (head way) yang melintas pada lokasi tersebut minimal 6 (enam) menit; c. jalan yang melintas adalah jalan kelas III; d. jarak perlintasan yang satu dengan yang lainnya pada satu jalur kereta api tidak kurang dari 800 meter; e. tidak terletak pada lengkungan jalan kereta api atau tikungan jalan; f. terdapat kondisi lingkungan yang memungkinkan pandangan bebas bagi masinis kereta api pada jarak minimal 500 meter maupun pengemudi kendaraan
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
gradien peralihan. f. lebar perlintasan untuk satu jalur maksimum 7 meter; g. sudut perpotongan antara jalan rel dengan jalan harus 90 dan panjang jalan yang lurus minimal harus 150 meter dari as jalan rel; h. harus dilengkapi dengan rel lawan (dwang rel) atau konstruksi lain untuk menjamin tetap adanya alur untuk flens roda.
Pasal 6 ayat 1 : Untuk melindungi keamanan dan kelancaran pengoperasian kereta api pada perlintasan sebidang, kereta api mendapatkan prioritas berlalu lintas. Pasal 6 ayat 2 : Untuk mendapatkan perlindungan keamanan dan kelancaran pengoperasian kereta api pada perlintasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap perlintasan sebidang wajib dilengkapi dengan : a. rambu peringatan yang terdiri dari :
rambu peringatan persilangan datar dengan lintasan kereta api berpintu; atau
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
Pasal 6 ayat 4 : Rambu, marka dan alat pemberi isyarat lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) huruf c, dipasang sesuai ketentuan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan.
3)
Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor 22 tahun 2003 Tentang Pengoperasian
Kereta Api:
Pasal 3 ayat 1 : Perlintasan jalur kereta api dengan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dibuat dengan prinsip tidak sebidang. Pasal 3 ayat 2 : Pengecualian terhadap prinsip tidak sebidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya bersifat sementara yang dapat dilakukan dalam hal : a. Letak geografis yang tidak memungkinkan membangun perlintasan tidak sebidang; dan b. Tidak membahayakan, tidak membebani serta tidak mengganggu kelancaran
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
Pasal 4 ayat 2 : Jarak pandangan bebas minimal 500 meter bagi masinis kereta api dan 150 meter bagi pengemudi kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dimaksudkan bagi masing-masing untuk memperhatikan tanda-tanda atau rambu-rambu, dan khusus untuk pengemudi kendaraan bermotor harus menghentikan kendaraannya. Pasal 6 ayat 1 : Untuk melindungi keamanan dan kelancaran pengoperasian kereta api pada perlintasan sebidang, kereta api mendapatkan prioritas berlalu lintas. Pasal 6 ayat 2 : Untuk mendapatkan perlindungan keamanan dan kelancaran pengoperasian kereta api pada perlintasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap perlintasan sebidang wajib dilengkapi dengan : a.
Rambu peringatan yang terdiri dari :
Rambu peringatan persilangan datar dengan lintasan kereta api berpintu; atau
Rambu peringatan persilangan datar dengan lintasan kereta api tanpa pintu;
Rambu peringatan hati-hati.
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
dan/atau persinggungan
dengan
jalur
kereta
api
umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 91 ayat (2) harus dilaksanakan dengan ketentuan untuk kepentingan umum dan tidak membahayakan keselamatan perjalanan kereta api. Pasal 94 ayat 1 : Untuk keselamatan perjalanan kereta api dan pemakai jalan, perlintasan sebidang yang tidak mempunyai izin harus ditutup. Pasal 94 ayat 2 : Penutupan perlintasan sebidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
5)
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Tata Ruang Pasal 65 ayat 1 : Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan peran masyarakat. Pasal 65 ayat 2 : Peran masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan, antara lain, melalui: a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang; b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
c. pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak lingkungan akibat lalu lintas kereta api di sepanjang jalur kereta api; d. pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan jalur kereta api dan jalan; dan e. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan jalur kereta api dengan memperhatikan dampak lingkungan dan kebutuhan pengembangan jaringan jalur kereta api.
3.3.
Perencanaan Simpang Tak Sebidang Fly Over Perlintasan Kereta Api
2.3.1. Desain Jembatan/Jalan Layang Sistem jembatan/jalan layang direncanakan berdasarkan kriteria sebagai berikut :
Estimasi biaya konstruksi ekonomis.
Kemudahan pelaksanaan.
Kenyamanan.
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
Pembebanan rencana jalan layang kabupaten mengacu kepada 70 % beban.
b.
Spesifikasi pembebanan
Klasifikasi pembebanan : Pembebanan kelas I adalah aplikasi pembebanan sebesar 100 % beban T (beban truck) dan 100 % beban D (beban lajur). Pembebanan kelas sebagian besar sistem jalan layang utama.
Aplikasi beban D.
Kejut.
Beban angin.
Gaya sentrifugal.
Gaya thermis.
Gaya gempa. Gaya rem dan traksi.
I ini adalah untuk
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
jalan layang . Jalan layang tidak boleh diletakkan didasar suatu lengkung cekung (sag curve) atau dipuncak suatu lengkung cembung ( crest curve).
e.
Persyaratan lingkungan Sistem jalan layang yang direncanakan, estetikanya harus harmonis dengan
lingkungan sekitarnya baik dipandang dari jarak jauh maupun dipandang dari bawah. Standarisasi jalan layang juga dibuat untuk pandangan estetis yang lebih baik. f.
Pemilihan jenis bangunan atas jembatan jalan layang Bentang maksimum bangunan atas jalan layang tergantung pada jenis
konstruksi yang akan dipilih. Bila panjang keseluruhan jalan layang memerlukan lebih dari satu bentang untuk suatu jenis konstruksi maka diperlukan satu pilar atau lebih. Pada dasarnya jenis bangunan atas jalan layang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Balok beton bertulang dan pelat : bentang 9
PENY SUNAN FEASIBILITY STUDY FLY VER GAMPING
h.
Pemilihan jenis ondasi
Pemilihan konst uksi ponda si dipengaruhi oleh :
Gaya-gaya dari k onstruksi j mbatan jalan layang .
Kapasitas daya d ukung tan h.
Stabilitas tanah ang mend kung pondasi.
Ters dianya alat transportasi, kemung inan adan a bahan p ndasi dan elaksanaa nya.
Jenis pondasi :
Pondasi dangkal (Pondasi l ngsung/ Sp ead found tion )
Pondasi dalam : pondasi s muran, pondasi tian pancang eton atau baja.
2.3. . Bentuk- entuk Si pang Tak S ebidang Fl Over
Persilang n seringk li merup kan bottle neck (bagian yan g mempu yai
PENY SUNAN FEASIBILITY STUDY FLY VER GAMPING
Gambar 4. 2.
Persilan ga gan n Ti Tida dakk Se Seb bidang Bentuk Teromp Terompet et (b)
Bentuk- entuk yan lain adala h seperti di bawah ini
PENY SUNAN FEASIBILITY STUDY FLY VER GAMPING
) Peremp tan Bentuk- entuk per mpatan ta sebidang dalah seb gai berikut ini. Jika arus menerus cukup be sar, sedangkan arus belok han a kecil : bentuk diamon .
PENY SUNAN FEASIBILITY STUDY FLY VER GAMPING
Jika rus lalulint as untuk k semua ara h seimban : bentuk s manggi.
Gambar . 7.
Jika ada arus lalulintas
Persi lan langa gan n Ta Takk Sebidang Bentuk Sema Semangg nggii
ang berbe lok dengan volume yang sangat sang at besar :
jem atan sema ggi yang dimodifikasi.
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
BAB IV Aspek Lalu Lintas 4.1.
Gambaran Umum Analisa kapasitas jalan digunakan untuk menentukan tingkat pelayanan suatu ruas
jalan dimana lebar dan jumlah lajur yang dibutuhkan tidak dapat direncanakan dengan baik walaupun LHR telah ditentukan. Hal ini disebabkan oleh karena tingkat kenyamanan dan keamanan yang akan diberikan oleh jalan rencana belum ditentukan. Lebar lajur yang dibutuhkan akan lebih lebar jika pelayanan jalan diharapkan lebih tinggi. Kebebasan bergerak yang dirasakan pengemudi akan lebih baik pada jalan-jalan dengan kebebasan samping yang memadai. Pada keadaan volume lalu lintas rendah, pengemudi akan merasa lebih nyaman mengendarai kendaraan dibandingkan jika berada pada daerah dengan volume lalu lintas besar. Kenyamanan berkurang sebanding dengan bertambahnya volume lalu lintas.
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
NO.
JENIS KENDARAAN
NILAI SMP
1.
Kendaraan Ringan (LV)
1,0
2.
Bus Besar (LB)
1,5
3.
Truck Besar (LT)
3,0
Tabel Error! No text of specified style in document..1. Nilai Satuan Mobil Penumpang
2. Lebar Jalur Lebar jalur untuk berbagai klasifikasi perencanaan dapat dilihat pada tabel 4.2. Hubungan Kelas Perencanaan dan Lebar Jalur. KELAS PERENCANAAN Tipe I
Tipe II
LEBAR JALUR LALU LINTAS (M)
Kelas 1
3,50
Kelas 2
3,50
Kelas 1
3,50
Kelas 2
3,25
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
Jumlah jalur pada jalan-jalan lainnya yang tidak termasuk dalam paragraf diatas sebaiknya 4 jalur atau lebih. Jumlah jalur haruslah ditentukan oleh perbandingan antara volume kendaraan untuk perencanaan (DTV) dengan standar perencanaan LHR per jalur pada tabel 4.4.
KELAS PERENCANAAN Tipe I
Tipe II
STANDAR RENCANA LALU LINTAS HARIAN PER JALUR (SMP)
Kelas 1
15.000
Kelas 2
15.000
Kelas 1
13.000
Kelas 2
13.000
Kelas 3
12.000
Tabel Error! No text of specified style in document..4. Standar Rencana Lalu Lintas Harian Per Jalur
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
ROAD TYPE /TERRAIN TYPE
BASE CAPACITY ( SMP / JAM )
COMMENT
Four – Lane Divided - Flat Terrain - Rolling Terrain - Hilly Terrain
1900 1850 1800
Four- Lane Undivided - Flat Terrain - Rolling Terrain
1700 1650
Per lane
Two – Lane Undivided - Flat Terrain - Rolling Terrain - Hilly Terrain
3100 3000 2900
Total in both directions
Per lane
Tabel Error! No text of specified style in document..5. Kapasitas Dasar
Faktor koreksi untuk lebar jalan ( FCw ) Faktor koreksi untuk lebar jalan ditentukan berdasarkan lebar efektif jalur jalan dan dapat dilihat pada tabel 4.6.
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
8
1,08
9
1,15
10
1,21
11
1,27
Tabel Error! No text of specified style in document..6. Faktor Koreksi Untuk Lebar Jalan
Faktor koreksi untuk pemisahan arah ( FCsp ) Hanya untuk jalan yang tanpa pemisah, dalam menentukan faktor koreksi untuk pemisahan arah didasarkan atas kondisi lalu lintas. Tabel 4.7. menunjukkan faktor koreksi untuk jalan dua arah dan 4 jalur 2 arah pada jalan tanpa pemisah.
Faktor koreksi untuk kendaraan sepeda motor Untuk menentukan faktor koreksi kendaraan sepeda motor didasarkan atas perbandingan jumlah sepeda motor dengan jumlah kendaraan, dan dihitung dengan rumus :
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
ROAD TYPE
SIDE FRICTION CLASS
ADJUSMENT FACTOR FOR SIDE FRICTION ( FCSF) SHOULDER WIDTH ( WS )
4/2 D
2/2 UD 4/2 UD
VL
0,98
1,00
1,02
1,04
L
0,92
0,95
0,99
1,02
M
0,86
0,90
0,96
0,99
H
0,80
0,85
0,93
0,96
VH
0,75
0,80
0,90
0,94
VL
0,96
0,98
1,00
1,03
L
0,90
0,92
0,95
0,99
M
0,83
0,86
0,90
0,96
H
0,76
0,80
0,85
0,93
VH
0,70
0,74
0,80
0,90
Tabel Error! No text of specified style in document..8. Faktor Koreksi Untuk Gesekan Samping
PENY SUNAN FEASIBI ITY STUDY FLY
VER GAMPING
Terdapa dua buah definisi te tang tingk t pelayanan suatu ru s jalan yang perlu dipa ami.
a. Ti gkat Pela anan (terg ntung-arus) H l ini berkaitan deng an kecepatan opera i atau fa ilitas jalan, yang tergantung
ada perb ndingan
ntara aru terhadap kapasitas. Oleh
karena itu, tingkat pel ayanan pada suatu alan terga ntung pada arus lalulintas. D finisi ini di unakan ol h MKJI, diilustrasikan dengan G mbar 6. yang m mpunyai nam buah tingkat pel yanan, yai u:
1. Tingkat p layanan A − arus beb s 2. Tingkat p layanan B − arus stabil (untuk m rancang jallan antarkota)
PENY SUNAN FEASIBI ITY STUDY FLY
VER GAMPING
b. Ti gkat Pela anan (terg ntung-fasilitas) Menurut Bla k (Perenc naan dan Pemodelan Transport asi, 2007), tingkat pelayanan s ngat terg ntung pada jenis fa ilitas, buk n arusnya. Jalan bebas hamb tan memp unyai tingkat pelaya an yang t inggi,
sedangkan
jalan yang sempit me punyai ti gkat pela anan yan rendah. Hal ini diilustrasikan pada Gam ar 7.
) l a u t k a ( ) s n a a b e n b a l s a j u r r e ( a p n a u n t a k l a a j w r e p n u
Ti gkat Pela anan Buru
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
4.4.
Kondisi Eksisting
a. Data Existing : 1 Lebar Jalur
=
2,5
m
2 Lebar Jalan
=
5
m
3 Jarak Antara Perlintasan
=
27
m
4 Jarak Antara Perlintasan
=
342
m
dengan Segmen Jalan (Patukan - Krajan)
b. Data Lalu Lintas : 1 DS Rencana Co
=
DS = 2900
pcu/h ----->
0,8
Dua jalur tak terbagi
2 Faktor penyesuaian ( F ) ; Fcw
=
0,56
----->
Faktor Penyesuaian Lebar Jalur Lalu-lintas
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
BAB VIII Perencanaan Teknis 5.1.
Persilangan Dengan Jalan Rel
Berdasarkan
Kepmen
53
Tahun
2000
tentang
Perpotongan
dan/atau
Persinggungan Antara Jalur Kereta Api dengan Bangunan Lain hal-hal yang berkaitan dengan bangnan persilangan jalan dengan jalan rel adalah sebagai berikut : BAB II PERPOTONGAN Pasal 2
(1)
Perpotongan antara jalur kereta api dengan bangunan lain, dapat berupa perpotongan sebidang atau perpotongan tidak sebidang.
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
Pasal 4
(1)
Perlintasan sebidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dapat dibuat pada lokasi dengan ketentuan : a. Kecepatan kereta api yang melintas pada perlintasan kurang dari 60 kmjam; b. Selang waktu antara kereta api satu dengan kereta api berikutnya (head way) yang melintas pada lokasi tersebut minimal 6 (enam) menit; c. Jalan yang melintas adalah jalan kelas III; d. Jarak perlintasan yang satu dengan yang lainnya pada satu jalur kereta api tidak kurang dri 800 meter; e. Tidak terletak pada lengkungan jalan kereta api atau tikungan jalan; f.
Terdapat kondisi lingkungan yang memungkinkan pandangan bebas bagi masinis kereta api pada jarak minimal 500 meter maupun
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
(3)
Jalan layang (fly over) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : (a) tinggi gelagar fly over minimal 6,50 meter dari kepala rel; (b) jarak pondasi pilar dari as rel jalur tunggal (single track) minimal 10 meter dan untuk jalur ganda (double track) 10 meter dihitung dari as rel paling luar; (c) saluran air harus dibuat tertutup; (d) aliran air tidak boleh dialirkan pada jalur kereta api; (e) pondasi pilar harus ditanam minimal 1,50 meter di bawah permukaan tanah; (f) pemasangan pilar jalan layang (fly over) harus mengantisipasi rencana jalur ganda (double track) jalan kereta api dan rencana eletrifikasi; (g) jalan layang (fly over) harus dipasang
minmal di
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
c. letak sisi teratas konstruksi under pass minimal 1 meter di bawah kepala rel; d. pembangunan lintas di bawah jalur kereta api diperhitungkan ruang bebas untuk mengantisipasi rencana pembangunan jalur ganda kereta api. Kondisi persilangan jalan di lokasi Bantulan adalah sebagai berikut : 1. Kelas jalan adalah II yaitu kolektor primer. 2. Terletak di tikungan jalan raya. 3. Frekwensi perjalanan kereta api yang melintas jalan Gamping – Bantulan dapat dilihat pada halaman berikut. 4. Lokasi sangat memungkinkan dibangun persimpangan tidak sebidang. Sehingga disimpulkan bahwa perlunya dibangun persilangan tidak sebidang. Bentuk persilangan dapat berupa jalan layang (flyover)
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/14/MPE/1992 tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra tinggi (SUTET) untuk penyaluran tenaga listrik
Undang-undang No 38 Tahun 2004 tentang Jalan
Adapun kriteria desain geometrik jalan yang akan dipergunakan adalah seperti pada tabel berikut. No
1. 2.
Uraian
Kecepatan rencana Potongan Melintang Lebar lajur lalu-lintas Lebar bahu luar Kemiringan melintang normal jalan Superelevasi maksimum Kemiringan melintang normal bahu luar Tinggi ruang bebas vertikal minimum Ting g i ruang bebas ve rtik al terhada p Saluran Udara Teg ang an Ting g i/Ekstra Ting g i : SUTT 66 kilovolt
Standar Desain
Standar Desain
Ja lan Kab
kpj
Nasional / Propinsi 60
m m % % % M
2 @ 3,5 2,00 2 8 4 5,10
2 @ 3,0 1,00 2 6 4 4,60
m
8 00
8 00
Satuan
40
PENY SUNAN FEASIBI ITY STUDY FLY
5.3.
VER GAMPING
Perencanaan Flyover Gambar perencanaan FO Gamping-Bantulan dapat dilihat pada gambar be ikut.
PENYUSUNAN FEASIIBILITY STUDY FLY OVE GAMPING
Gambar 0.1. Situasi Topografi FlyOver Gamping
V - 7 | Laporan Ak hir
PENYUSUNAN FEASIIBILITY STUDY FLY OVE GAMPING
Gambar 0.2. ituasi Rencana FlyOver Gampi g
V - 8 | Laporan Ak hir
PENYUSUNAN FEASIIBILITY STUDY FLY OVE GAMPING
Ga bar 0.5. Situasi Pembebasan ahan FlyOver Gamping
V - 9 | Laporan Ak hir
PENYUSUNAN FEASIIBILITY STUDY FLY OVE GAMPING
Gambar 0.6. Tipikal Poton an Memanjang
V - 10 | Laporan Ak hir
PENYUSUNAN FEASIIBILITY STUDY FLY OVE GAMPING
Gambar 0.7. Tipikal Potongan Melintang FlyOver
V - 11 | Laporan Ak hir
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
5.4.
Perhitungan Biaya Konstruksi
Perhitungan Estimasi Biaya FO Gamping-Bantulan dapat dilihat pada tabel berikut.
REKAPITULASI PERKIRAAN HARGA PEKERJAAN Kegiatan
: FS Pembangunan Fly Over Gamping
Pekerjaan
:FS Fly Over Gamping
Kabupaten
: Kabupaten Sleman
Jumlah Harga No. Divisi
Uraian
Pekerjaan (Rupiah)
1
Umum
260.327.390,00
2
Drainase
627.015.339,64
3
Pekerjaan Tanah
4
Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
5
Pekerasan Non Aspal
1.275.523.190,05 49.792.348,27 1.448.158.604,60
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
BAB VI Analisis Ekonomi
6.1.
Biaya Pada pelaksanaan pembangunan mulai dari ide, studi kelayakan, perencanaan,
pelaksanaan sampai pada operasi dan pemeliharaan membutuhkan bermacam-macam biaya. Dalam melakukan analisis kelayakan ekonomi biaya-biaya dikelompokkan menjadi beberapa komponen. Menurut Kuiper (1971) semua biaya itu dikelompokkan menjadi dua yaitu biaya modal (capital cost) dan biaya tahunan (annual cost).
6.1.1. Biaya Proyek Biaya proyek dalam hal ini adalah semua pengeluaran yang dibutuhkan mulai dari pra studi sampai proyek Fly Over Gamping selesai dibangun.
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
Tabel 6.1. Biaya Pemeliharaan
Biaya Pemeliharaan Tahun
Biaya Pembangunan
Jumlah Rutin
Berkala
(Rp.)
(Rp.)
(Rp.)
(Rp.)
35.377.032.000
7.075.406
0
35.384.107.406
2019
7.075.406
0
7.075.406
2020
7.075.406
0
7.075.406
2021
7.075.406
0
7.075.406
2022
7.075.406
0
7.075.406
2023
7.075.406
1.768.851.600
1.775.927.006
2024
7.075.406
0
7.075.406
2025
7.075.406
0
7.075.406
2026
7.075.406
0
7.075.406
2027
7.075.406
0
7.075.406
2028
7.075.406
1.768.851.600
1.775.927.006
2018
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
6.1.2. Biaya Pengguna Jalan Biaya bagi pengguna jalan terdiri atas biaya operasi kendaraan dan biaya waktu perjalanan akibat tundaan. Biaya pengguna jalan dalam hal ini adalah biaya operasi kendaraan, dimana pada setiap jarak tempuh yang dilakukan memerlukan biaya bagi sarananya. Sistematika perhitungan biaya operasi kendaraan ini mengacu kepada Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 89 Tahun 2002 . Walaupun dalam komponen biayanya didalam KepMenHub tersebut merinci secara detail untuk kendaraan angkutan umum, tetapi sistematika dan beberapa komponen biaya operasi kendaraan dapat dimanfaatkan dalam perhtiungan biaya operasi kendaraan pribadi (mobil penumpang).
A.
Biaya Operasi Kendaraan
Komponen biaya operasi kendaraan antara lain:
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
Biaya Bahan bakar minyak Biaya bahan bakar minyak per km =
()
Biaya ban Biaya penggantian ban kendaraan =
()
() ()
Biaya pemeliharaan kendaraan Biaya pemeliharaan kendaraan meliputi: ()
-
Service kecil per km =
-
Service besar per km =
-
Overhaul mesin
()
() ()
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
Tabel 6.2. Biaya Operasi Kendaraan
Komponen Biaya Operasi Kendaraan
( Rp/Km-Kend)
a.
Biaya Penyusutan
b.
Biaya Bunga Modal
c.
Biaya Awak Truk
d.
Biaya BBM
650,00
e.
Biaya Ban
92,00
f.
Biaya pemeliharaan
g.
Biaya Terminal
h.
Biaya PKB (STNK)
I.
Biaya Keur trUK
-
j.
Biaya Asuransi
617,99
Jumlah
1.977,56 807,69 -
3.000,83 321,35
7.467,43
Biaya operasi kendaraan adalah biaya untuk kendaraan penumpang dimana pada
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
Tabel 6.3. Biaya Pengguna Jalan Berdasarkan BOK Di Ruas Jl. Sidoarum Bantulan LHRT Ruas
BOK Tanpa FO
i=10%/th
Rp. 7.467,-/km-kend
(smp)
(Rp)
2019
1.831.388
32.956.678.815
2020
2.014.527
36.252.356.594
2021
2.215.979
39.877.592.253
2022
2.437.577
43.865.351.478
2023
2.681.335
48.251.886.626
2024
2.949.469
53.077.075.289
2025
3.244.416
58.384.782.818
2026
3.568.857
64.223.261.099
2027
3.925.743
70.645.587.209
2028
4.318.317
77.710.145.930
2029
4.750.149
85.481.160.523
Tahun
2018
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
kendaraan yang tertunda adalah 1.330 smp/hari. Rata-rata waktu kendaraan tertunda adalah 7,98 detik/smp.
Tundaan sangat berkaitan dengan waktu sehingga parameter utama dalam perhitungan tundaan adalah nilai waktu (travel time value). Dalam kajian ini nilai waktu dihitung dengan pendekatan pendapatan (income approach), yang menurut (Ofyar Z Tamim,2000) dipengaruhi oleh: pendapatan perkapita, jumlah penduduk dan waktu kerja tahunan.
Nilai Waktu =
/
Dimana: PDRB = Produk domestik brutto (perkapita/Rp) JP = Jumlah penduduk
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
2024
1.172.751
2.600
20.453.637
2025
1.290.026
2.860
22.499.001
2026
1.419.029
3.146
24.748.901
2027
1.560.932
3.460
27.223.791
2028
1.717.025
3.806
29.946.170
2029
1.888.727
4.187
32.940.787
2030
2.077.600
4.605
36.234.865
2031
2.285.360
5.066
39.858.352
2032
2.513.896
5.572
43.844.187
2033
2.765.285
6.130
48.228.606
2034
3.041.814
6.743
53.051.467
2035
3.345.995
7.417
58.356.613
2036
3.680.595
8.159
64.192.275
2037
4.048.654
8.975
70.611.502
2038
4.453.520
9.872
77.672.652
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
Dalam studi ini analisis dilakukan hanya pada manfaat langsung yang nyata yaitu manfaat yang dapat diukur dengan uang dan pilihan yang tidak berubah-ubah. Walaupun tidak tertutup kemungkinan manfaat yang lain dapat digunakan sebagai justifikasi subyektif. Variabel utama nilai manfaat dalam studi kelayakan ini adalah:
- Adanya selisih nilai manfaat berdasar biaya operasi kendaraan pada kondisi adanya fly over Gamping dan kondisi eksisting (tidak adanya fly over),
- Adanya pengurangan atau peniadaan biaya yang diakibatkan oleh sejumlah nilai waktu tundaan di perlintasan kereta api.
6.2.1. Nilai Manfaat Dari Pengurangan Biaya Operasi Kendaraan Biaya operasi kendaraan pada kondisi adanya Fly Over Gamping akan mengakibatkan jarak tempuh di ruas menjadi lebih pendek yaitu sekitar 2,17 km dimana biaya operasi kendaraan sebesar Rp.7.467/km-kend, maka karakteristik biaya dengan adanya fly over dan biaya kondisi tanpa fly over adalah sebagai
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
2029
4.750.149
85.481.160.523
76.968.513.832
8.512.646.691
2030
5.225.164
94.029.276.575
84.665.365.215
9.363.911.360
2031
5.747.680
103.432.204.233
93.131.901.737
10.300.302.496
2032
6.322.448
113.775.424.656
102.445.091.910
11.330.332.746
2033
6.954.693
125.152.967.122
112.689.601.102
12.463.366.020
2034
7.650.162
137.668.263.834
123.958.561.212
13.709.702.622
2035
8.415.178
151.435.090.218
136.354.417.333
15.080.672.885
2036
9.256.696
166.578.599.239
149.989.859.066
16.588.740.173
2037
10.182.366
183.236.459.163
164.988.844.973
18.247.614.191
2038
11.200.602
201.560.105.080
181.487.729.470
20.072.375.610
2039
12.320.663
221.716.115.588
199.636.502.417
22.079.613.171
2040
13.552.729
243.887.727.146
219.600.152.659
24.287.574.488
2041
14.908.002
268.276.499.861
241.560.167.925
26.716.331.936
Dari kondisi dengan adanya Fly Over Gamping dan kondisi tanpa Fly Over terdapat
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
Tabel.6.6 Nilai Manfaat Tidak Adanya Tundaan
Nilai Manfaat Tahun (Rp) 2018 2019
12.700.096
2020
13.970.109
2021
15.367.120
2022
16.903.832
2023
18.594.215
2024
20.453.637
2025
22.499.001
2026
24.748.901
2027
27.223.791
2028
29.946.170
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
Nilai pada tabel 6.4 dan tabel 5.7 adalah sama dengan pengertian bahwa pengurangan atau penghematan dari biaya terhadap nilai waktu menjadi nilai manfaat yang didapat.
6.2.1. Manfaat Langsung Manfaat langsung yang didapat dengan dibangunnya Fly Over Gamping merupakan jumlah dari nilai manfaat pada pengurangan biaya operasi kendaraan dan penghematan waktu perjalanan. Sejumlah nilai manfaat diatas adalah nilai manfaat sebelum dipengaruhi tingkat inflasi. Inflasi merupakan faktor yang menyebabkan nilai mata uang turun dan menyebabkan kenaikan harga barangbarang. Berdasarkan sumber data sekunder dari BPS Kabupaten Sleman tingkat inflasi yang dipakai sebagai analisis adalah sebesar 7% per tahun. Penghitungan nilai manfaat yang dipengaruhi tingkat inflasi menurut persamaan (Kodoatie,1995) adalah:
(1
)
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
2021
15.367.120
3.971.212.507
3.986.579.627
4.487.043.564
2022
16.903.832
4.368.333.757
4.385.237.589
5.199.794.576
2023
18.594.215
4.805.167.133
4.823.761.348
6.002.303.955
2024
20.453.637
5.285.683.846
5.306.137.483
6.904.841.367
2025
22.499.001
5.814.252.231
5.836.751.231
7.918.794.011
2026
24.748.901
6.395.677.454
6.420.426.355
9.056.784.715
2027
27.223.791
7.035.245.199
7.062.468.990
10.332.802.280
2028
29.946.170
7.738.769.719
7.768.715.889
11.762.345.339
2029
32.940.787
8.512.646.691
8.545.587.478
13.362.581.101
2030
36.234.865
9.363.911.360
9.400.146.226
15.152.520.526
2031
39.858.352
10.300.302.496
10.340.160.848
17.153.211.586
2032
43.844.187
11.330.332.746
11.374.176.933
19.387.952.481
2033
48.228.606
12.463.366.020
12.511.594.626
21.882.526.848
2034
53.051.467
13.709.702.622
13.762.754.089
24.665.463.190
2035
58.356.613
15.080.672.885
15.139.029.498
27.768.321.023
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
Tabel. 6.8 Karakteristik Biaya & Manfaat Biaya FS Tahun
Biaya Pengadaan Lahan
Biaya DED
Biaya Pembangunan
Biaya Pemeliharaan
& Supervisi
Rutin
Berkala
Biaya
Manfaat
(Rp.)
(Rp.)
(Rp.)
(Rp.)
(Rp.)
(Rp.)
(Rp.)
(Rp.)
2016
183.960.566
0
0
0
0
0
183.960.566
0
2017
0
8.662.500.000
735.842.266
0
0
0
9.398.342.266
0
2018
0
0
0
36.792.113.280
7.358.423
0
36.799.471.703
0
2019
0
0
0
0
7.075.406
0
7.075.406
3.294.693.007
2020
0
0
0
0
7.075.406
0
7.075.406
3.854.791.807
2021
0
0
0
0
7.075.406
0
7.075.406
4.487.043.564
2022
0
0
0
0
7.075.406
0
7.075.406
5.199.794.576
2023
0
0
0
0
7.075.406
1.839.605.664
1.846.681.070
6.002.303.955
2024
0
0
0
0
7.075.406
0
7.075.406
6.904.841.367
2025
0
0
0
0
7.075.406
0
7.075.406
7.918.794.011
2026
0
0
0
0
7.075.406
0
7.075.406
9.056.784.715
2027
0
0
0
0
7.075.406
0
7.075.406
10.332.802.280
2028
0
0
0
0
7.075.406
1.768.851.600
1.775.927.006
11.762.345.339
2029
0
0
0
0
7.075.406
0
7.075.406
13.362.581.101
2030
0
0
0
0
7.075.406
0
7.075.406
15.152.520.526
2031
0
0
0
0
7.075.406
0
7.075.406
17.153.211.586
VI - 14 | Laporan Akhir
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
2032
0
0
0
0
7.075.406
0
7.075.406
19.387.952.481
2033
0
0
0
0
7.075.406
1.768.851.600
1.775.927.006
21.882.526.848
2034
0
0
0
0
7.075.406
0
7.075.406
24.665.463.190
2035
0
0
0
0
7.075.406
0
7.075.406
27.768.321.023
2036
0
0
0
0
7.075.406
0
7.075.406
31.226.006.444
2037
0
0
0
0
7.075.406
0
7.075.406
35.077.120.140
2038
0
0
0
0
7.075.406
1.768.851.600
1.775.927.006
39.364.341.119
2039
0
0
0
0
7.075.406
0
7.075.406
44.134.849.823
2040
0
0
0
0
7.075.406
0
7.075.406
49.823.281.119
2041
0
0
0
0
7.075.406
0
7.075.406
55.885.786.422
53.690.669.337
VI - 15 | Laporan Akhir
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
Gambar 6.1 Grafik Biaya-Manfaat 60.000.000.000 Biaya 50.000.000.000 40.000.000.000
Manfaat
) , p R (
30.000.000.000 20.000.000.000 10.000.000.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Dari gambar diatas tampak bahwa garis biaya pada awal umur konstruksi menanjak kemudian relatif landai dengan jumlah biaya sampai tahun ke-26 sebesar
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
Gambar 6.2 Grafik Benefit Cost Ratio 1,20 Benefit Cost Ratio, 1,04
1,00
0,93 0,82
0,80
0,73 0,68 R C B
0,60
0,60 0,54 0,48 0,42 0,39 0,34 0,30 0,27 0,210,23
0,40
0,20 0,120,14 0,07 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
BAB VII Aspek Lingkungan
7.1
Kebijaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kebijaksanaan Pembangunan yang saat ini dilaksanakan di Indonesia adalah Pembangunan
Berkelanjutan Yang Berwawasan Lingkungan yaitu membangun tetapi
tetap menjaga kelestarian lingkungan. Untuk ini pemerintah telah membuat UndangUndang dan Peraturan yang mengatur masalah pengelolaan lingkungan hidup. Adapun undang-undang dan peraturan tersebut sebagai berikut : 1. Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang ketentuan ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Didalam undang-undang ini disebutkan bahwa setiap rencana kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup wajib dilengkapi dengan Analisis Dampak
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
7.2
Rona Lingkungan Obyek Studi
a)
Iklim
Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, kondisi iklim di sebagian besar wilayah Kabupaten Sleman termasuk tropis basah, hari hujan terbanyak dalam satu bulan 24 hari. Kecepatan angin maksimum 10,8 m/s dan minimum 0,00 m/s, rata-rata kelembaban nisbi udara tertinggi 100% dan terendah 19,9%. Temperatur udara tertinggi 34,4°C dan terendah 16,4°C. Kondisi agroklimat di atas menunjukkan bahwa iklim di wilayah Kabupaten Sleman pada umumnya cocok untuk pengembangan sektor pertanian. b)
Fisiografi dan Geologi
Topografi wilayah kecamatan Gamping sebagian besar adalah dataran, dengan ketinggian dari permukaan laut 94 – 153 m, tanah sebagian besar berpasir dan bagian sebelah selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Bantul tanah liat pegunungan bercampur batu putih atau gamping.
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
7.3 Prakiraan Dampak a)
Identifikasi Dampak
Untuk mengidentifikasi dampak yang mungkin akan timbul akibat dari adanya rencana kegiatan Pembangunan Fly Over di bawah ini akan disajikan suatu matriks interaksi antara komponen rencana kegiatan dan komponen lingkungan. Dari matriks ini akan terlihat kegiatan-kegiatan mana yang berpotensi menimbulkan dampak.
N o.
Kegiatan Komp. Lingkungan
PraKonstruksi 1
2
3
Konstruksi
P-K Keterangan
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1=Penentuan Lokasi Proyek
I
FISIKA – KIMIA
a
Kualitas Udara
-
-
-
X
-
-
X
X
-
-
X
-
2=Pengukuran
b
Kebisingan
-
-
-
X
-
-
-
-
-
X
X
-
3=Pengadaan Lahan
c
Genangan
-
-
-
-
-
-
X
-
-
X
-
-
d
Kualitas Air
-
-
-
-
-
X
X
X
-
-
-
-
4=Mobilisasi Material & AB
X
X
Kondisi Alam
X
5=Mobilisasi Tenaga Kerja
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
2) Tahap Konstruksi Dampak yang terjadi pada saat konstruksi antara lain : a. Dampak terhadap Aspek Kualitas Udara Pengukuran alat-alat berat akan mengakibatkan penurunan kualitas udara karena emisi yang dikeluarkan Aspek kualitas udara disini termasuk juga kebisingan terutama apabila ada pemancangan selain itu dampak terhadap aspek kualitas udara akan timbul akibat pekerjaan tanah, hal ini akan lebih besar dampaknya pada waktu kemarau (timbul debu). Dimana aspek ini kalau tidak dikelola akan mengakibatkan munculnya dampak lain yaitu menurunnya kesehatan masyarakat b. Dampak terhadap Aspek lalu lintas Selama masa konstruksi diperkirakan akan terjadi sedikit gangguan sehubungan dengan adanya pelaksanaan konstruksi (kurang lebih diperkirakan
tahun)
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
Pada tahap konstruksi jenis dampak terhadap komponen sosial adalah terbukanya kesempatan kerja (dampak positif), tetapi apabila proyek tidak melibatkan tenaga setempat ada kemungkinan dampak ini menjadi dampak negatif yaitu kecemburuan sosial. Hal ini mengingat jumlah angkatan kerja cukup besar di wilayah studi.
f.
Dampak Terhadap Kesehatan Masyarakat Dampak ini merupakan dampak turunan karena adanya penurunan kualitas udara (peningkatan debu pada waktu musim kemarau).
3) Tahap Pasca Konstruksi Dampak yang akan muncul pada tahap ini adalah penurunannya kualitas udara karena adanya penambahan jumlah volume lalu lintas yang tertampung di wilayah studi, begitu juga dengan kebisingan akan mengalami penambahan. Dampak ini apabila tidak dikelola akan menimbulkan dampak turunan yaitu
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
a. Penurunan kualitas udara b. Gangguan Lalu Lintas (banyak anak sekolah) c. Peningkatan kebisingan Rencana kegiatan Pembangunan Fly Over Gamping termasuk dalam daftar kegiatan wajib AMDAL Bidang Pekerjaan Umum (Lampiran I). Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor : Kep-II/MENLH/3/94 tentang jenis usaha atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL), oleh karenanya rencana kegiatan ini wajib dilengkapi dengan dokumen AMDAL
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
BAB VIII Kesimpulan Dan Rekomendasi
8.1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil dari studi lalu lintas, studi teknis dan studi ekonomi untuk studi
simpang tidak sebidang KA Patukan dengan ruas jalan Gamping – Bantulan, dapat disimpulkan hal – hal sebagai berikut :
Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 23 tahun 2007 Tentang Perkeretaapian Pasal 91 ayat 1 : Perpotongan antara jalur kereta api dan jalan dibuat tidak sebidang.
Berdasarkan analisis kapasitas jalan maka alternatif Pembangunan Fly over memberikan hasil yang paling unggul baik dari sisi derajat kejenuhan, kecepatan aktual maupun waktu perjalanan, hal ini disebabkan hilangnya
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING
8.2.
Rekomendasi Rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil – hasil dari studi simpang tidak sebidang KA Gamping – Bantulan, dapat diuraikan sebagai berikut :
Pembangunan Flyover sebagai bentuk penanganan simpang KA Gamping – Bantulan, merupakan salah satu alternatif yang layak untuk dipertimbangkan walaupun dari sisi ekonomi masih kurang feasible, dibandingkan dengan kedua alternatif lainnya, tetapi dari sisi teknis dan kinerja ruas jalan paling feasible
dibandingkan
dengan
kedua
alternatif
lainnya.
Sehingga
pertimbangan ekonomi dapat diabaikan.
Fly Over berada di Kecamatan Gamping salah satu Kecamatan di Kabupaten Sleman merupakan kawasan penyangga kota Yogyakarta. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2011 – 2031 maka Kecamatan
PENYUSUNAN FEASIBILITY STUDY FLY OVER GAMPING