BAB II LANDASAN TEORI
A.
ANATOMI FISIOLOGI
Pada sel-sel yang tidak membelah, DNA ditemukan hampir diseluruh bagian dalam nukleus. Walaupun dengan mikroskop, molekul DNA tidak dapat lolos sebagai struktur struktur tersendiri tersendiri,, tetapi tetapi hanya sebagai bagian dari bahan dalam nukleus nukleus yang yang diwarn diwarnai ai dengan dengan jelas. jelas. Sewakt Sewaktu u sel mulai mulai membel membelah, ah, bahan bahan tersebut mulai mengatur dirinya untuk membentuk untaian kromosom. Kromosom ini mengandung banyak molekul DNA yang tersusun dalam urutan tertentu. Sel-se Sel-sell tubuh tubuh manusi manusiaa pada pada umumny umumnyaa terdir terdirii dari dari 46 kromos kromosom/ om/23 23 pasang, merupakan susunan diploid. Dari ke 23 pasang disebut sebagai otosom, dan dan 1 pasa pasang ng krom kromos osom om seks seks.. Wa Wani nita ta memi memili liki ki 2 krom kromos osom om X, dan pria pria memiliki 1 kromosom X dan 1 kromosom Y dalam setiap sel. Dalam terminologi standar, seorang wanita normal ditandai dengan 46 XX, seorang pria normal ditandai dengan 46 XY. Kromosom yang terbentuk pada setiap individu berasal dari kedua orangtua dalam porsi yang sama. Ovum dan sperma normal masing-masing mengandung 23 kromosom, merupakan susunan haploid, sehingga pembuahan menghasilkan zigot yang tersusun diploid dari 23 pasang yang homolog. Akan tetapi tetapi,, kadangkadang-kad kadang ang dijump dijumpai ai penderi penderita ta Sidro Sidrom m Down Down yang yang hanya hanya memili memiliki ki 46 kromos kromosom. om. Indivi Individu du ini ialah ialah penderi penderita ta Sidrom Sidrom Down Down translokasi 46. t(14 q 21q). setelah kromosom orang tuanya diselidiki terbukti bahwa ayahnya normal, tetapi ibunya hanya memiliki 45 kromosom, termasuk satu autosom 21, 1 autosom 14 dan satu autosom translokasi 14q 21q. jelaslah bahwa bahwa ibu itu itu merupak merupakan an “carri “carrier” er” yang yang walupu walupun n memil memiliki iki 45 kromos kromosom om 45.xx.t 45.xx.t (14q21 (14q21q) q) ai adalah adalah normal normal.. Sebali Sebalikny knyaa laki-l laki-laki aki “carri “carrier” er” Sindro Sindrom m Down translokasi tidak dikenal dan apa sebabnya demikian, sampai sekarang belum diketahui. (Suryo.Genetika Manusia. 2001) (Patofisiologi, Edisi 4. 1994)
B.
KONSEP DASAR MEDIS 1. Defi Definis nisii
Sindom Sindom Dwon adalah kelainan kelainan hereditas hereditas biasanya turun temurun, temurun, ada faktor sakit yang kronis diturunkan kepada anak. Sindrom Down merupakan kelainan dari anak sejak dilahirkan yang dapat disebabkan oleh faktor luar atau faktor hereditas, atau biasa dikatakan kelainan pada kongenital. Faktor heredi hereditas tas dit dituru urunkan nkan melalui melalui kromos kromosom. om. Pada Pada sperma spermatoc tocyit yit dan ovum ovum jumlah kromosom setengah dari somatik dan seks, sedang tiap kromosom ini terdiri dari DNA yang menyusun gen Kelainan struktur kromosom dapat dikemukakan sebagai berikut : a.)
Molleculer disease
b.)
Krom Kromos osom om bias biasan anya ya sepa sepasa sang ng-s -sep epas asan ang, g, yang yang seti setiap ap pasa pasang ng
fungsinya sama yaitu mengatur fase-fase sel tetapi sifat kemempuan kualitas atau komplikasi tidaklah sama. c.) c.)
Krom Kromos osom om abnor abnorma mali lita tas, s, juml jumlah ah dan dan bent bentuk uk krom kromos osom om yang yang
berlebihan misalnya Trysomi. d.) d.)
Homo Homozi zigo gott adal adalh h sifa sifatt-si sifa fatt krom kromos osom om sama sama,, hete hetero rozy zygo gott
adalah sifat kromosom yang berlainan, dalam heterozygot yang mempunyai pengaruh banyak disebut dominan dan yang mempunyai pengaruh kecil disebut resesif. Biasanya suatu corak patologi dominan dapat timbul bila heterozygot karena ada faktor dominasi. Resesif Traits Path berlaku untuk abnormal diluar seks kromosom. Adakalanya dominan dominan turun temurun kadang-kadang kadang-kadang resesif, resesif, hal ini menimbulkan menimbulkan autosom yang inkompleks, misalnya : alkaptunori kadang-kadang resesif dsn kadang dominan. Sindro Sindrom m Down dapat dapat disebu disebutt juga juga penyaki penyakitt Mongol Mongoloid oid.. Yaitu Yaitu berupa kelainan pada kromosom no 15 dan 21, yang biasanya kedua kromos kromosom om ini berdek berdekata atan. n. Karena Karena salah salah satu satu penyebab penyebab yang yang tidak tidak seharusnya, terjadilah pemecahan yang disebut dispuntum. Karena suatu
penyebab, dapat juga keadaan ini disebut translokasi yang sifatnya sama karena jumlahnya, tetapi pada pembentukan gamet berlainan. Anak Sidrom Down ini dilahirkan dengan beberapa kelaionan, antara lain : a.)
Bentuk kepala alanya kec kecil disebut but mikkrosephali.
b. )
Penutupan fontanel yang lambat.
c.) c.)
Muka Muka bund bundar ar deng dengan an kepa kepalla dari dari sampi amping ng yang ang gepe gepeng ng..
d.)
Matanya hipertelorisma atau jarak antara kedua mata
lebar. e.)
Adanya ephikantus ata adanya lipatan di medial dari
mata. f.) f.)
Keli Kelina nan n hidu hidung ng,, tul tulang ang hidu hidung ng tida tidak k ter terbent bentuk uk sehi ehingga ngga
pangkal hidungnya rata yang memberi jarak mata jauh. g.)
Mulut k kecil d denga ngan l lidah dah y yang t tampak be bessar d dan
betendensi selalu mengeluarkan lidah. h.)
Adany anya strabimus, katarakta dan nystagmus.
i.)
Tonu Tonuss dar dari leher eher keci kecill seak seakan an-a -aka kan n kepa kepalla mau mau jatuh atuh..
j.)
Tonus dari otot perut juga kecil sehingga perut nampak
buncit dan mudah menyebabkan herisumbulicalis dan ingunalis. k.)
Pada ada thora oraks, kela elainan jantung (75% disertai kel kelainan nan
jantung kongenital) biasanya septal defect/transposisi pembuluh darah besar. l.)
Ekst Ekster erm mitas tas pend pendek ek,, telap elapak ak tanga angan n tidak dak ada ada tiga gar garis
melainkan terdapat dua garis transversal disebut siman line m.)
Genit nital, perkembanagnya nya lambat dan tidak sempur purna, na,
tanda-tanda kelamin sekunder juga lambat. n.) n.)
Ter Terdapa dapatt kela kelam mbata batan n per perkem kembang bangan an : der derajat ajat ment entalny alnyaa
menurun, imbisil, debil, dan idiosi. (Suryo. Genetika Manusia. 2001) 2. Etio Etiolog logii
Penyebab Penyebab kelainan kelainan kromosom kromosom adalah terjadinay terjadinayaa pemecahan pemecahan kromosom dan pecahnya hilang/melekat pada kromosom lain. Kejadian ini
disebut translokasi. Pengaturan kembali yang dilakukan sel dapat enghasilkan keseimbangan normal tetapi dapt juga menjadi tidak seimbang. Jika terjadi keseimbangan keseimbangan normal, total materi materi genetik genetik didalam didalam sel dengan kromosom kromosom normal. Pengaturan Pengaturan semacam ini biasanya tidak akan menimbulkan sindrom sindrom klinis. Apabila Apabila terjadi ketidakseimbangan ketidakseimbangan maka maka terjad terjadii kelebi kelebihan han atau atau kekuran kekurangan gan materi materi geneti genetik k dalam dalam barisa barisan n sel-se sel-sell tersebut. Pengaturan semacam ini biasanya menimbulkan perubahan dalam fenotif klinis. Dijumpai penderita Sindrom Down yang hanya memiliki 46 kromos kromosom. om. Indivi Individu du ini ialah ialah pender penderit itaa Sindro Sindrom m Down Down transl translokas okasii 46.t (14q21q). Setelah kromosom dari orang tuanya diselidiki terbukti bahwa ayahnya normal, tetapi ibunya hanya memiliki 45 kromosom, termasuk satu autoso autosom m 21, 1 autoso autosom m 14 dan 1 autosom autosom translok translokasi asi 14q21q. 14q21q. Jelasl Jelaslah ah bahwa bahwa ibu merupakan “carrier” yang walaupun memiliki 45 kromosom 45.XX.t (14q21q) ia adalah normal. Sebaliknya, laki-laki “carri “carrier” er” Sindr Sindrom om Down Down transl transloka okasi si tidak tidak dikenal dikenal dan apa sebabny sebabnyaa , sampai sekarang belum diketahui. (Suryo. Genetika Manusia. 2 001). 3. Patofis Patofisiol iologi ogi
Sindrom Down dapat terjadi karena umur ibu yang berumur lebih dari 30 tahun. Mungkin karena suatu ketidakseim ketidakseimbangan bangan hormonal. Umur ayah tidak berpengaruh. Kelainan kehamilan dan kelainan endokrin (pada usia tua dapat terjadi terjadi infertili infertilitas tas relatif. relatif. Kelainan Kelainan tiroid/ov tiroid/ovarium) arium),, juga memegang memegang peranan dalam terjadinya kelainan kromosom atau Sindrom Down. Seorang perempuan lahir dengan semua oosit yang pernah dibentuknya, yaitu yaitu berjum berjumlah lah hampir hampir 7 juta, juta, semua semua oosit oosit tadi tadi berada berada dalam dalam keadaan keadaan istirahat pada profase I dari meiosis, sejak sebelum ia lahir sampai mengada mengadakan kan ovulasi ovulasi.. Dengan Dengan demiki demikian an maka maka suatu suatu oosit oosit dapat dapat tingga tinggall dalam keadaan istirahat untuk 12-45 tahun. Selama waktu yang panjang itu, oosit dapat mengalami Nondisjungction, yaitu adanya virus, adanya
pengandungan antibodi tiroid tinggi, sel telur akan mengalami kemunduran apabila setelah satu jam berada di dalam saluran fallopi tidak dibuahi. Sebaliknya, testis menghasilkan ±200 juta spermatozoa sehari dan meosis di dalam spermatosi spermatositt keseluruhann keseluruhannya ya membutuhkan membutuhkan 48 jam/kurang. jam/kurang. Berhubu Berhubunga ngan n dengan dengan itu Nondis Nondisjun juncti ction on boleh boleh dikata dikatakan kan ti tidak dak pernah pernah berlangsung selama spermatogenesis. 4. Manifes Manifestasi tasi klinis klinis
Anak Anak denga dengan n Sind Sindro rom m Down Down sanga sangatt miri mirip p satu satu deng dengan an yang yang lain lainny nya, a, seakan-akan kakak beradik. Retardasi mental sangat menonjol disamping juga terdapat retardasi retardasi jasmani. jasmani. Kemampuan Kemampuan berpikir berpikir dapat digolongkan pada idiot dan imbisil imbisil serta tidak akan mampu melebihi melebihi seorang anak yang berumu berumurr 7 tahun. tahun. Mereka Mereka berbic berbicara ara dengan dengan kalima kalimat-ka t-kali limat mat sederh sederhana, ana, biasanya sangat tertarik oada musik dan kelihatan sangat gembira. Wajah anak sangat khas, kepala kecil dan brakhisephalis dengan daerah oksipital mendatar. mendatar. Muka lebar, tulang pipi, hidung pesek, mata letaknya berjauhan, berjauhan, serta sipit miring ke atas dan samping (seperti Mongol). Iris mata menunjukkan menunjukkan bercak-berca bercak-bercak k (Bronsfiel (Bronsfield d Spots). Spots). Lipatan Lipatan epikantus epikantus jelas sekali, telinga agak aneh, bibir tebal dan lidah besar, kasar dan bercelahcelah (Scrotal tongue). tongue). Pertumbuhan Pertumbuhan gigi geligi geligi sangat terganggu. terganggu. Kulit halus dan longgar, tetapi warnanya normal. Di leher terdapat lipatan-lipatan yang yang berleb berlebiha ihan. n. Pada Pada jari jari tangan tangan tampak tampak keling kelingkin king g yang yang pendek pendek dan memben membengkak gkak ke dalam. dalam. Pada Pada pemeri pemeriksa ksaan an radiol radiologi ogiss sering sering ditemu ditemukan kan falang tengah dan distal rudimenter. Jarak antara jari I dan II, baik pada tangan maupun kaki agak besar melintang (Simian crease). Alat kelamin biasanya kecil. Otot hipotonik dan pergerakkan sendi-sendi berlebihan. berlebihan. Kelainan jantung bawaan seperti defek septum ventrikel ventrikel sering sering ditemukan. Penyakit infeksi terutama saluran pernapasan sering mengenai anak dengan kelainan Sindrom Down. Angka leukimia timggi. Pertumbuhan bayi kadang-kadang baik tetapi kemudian menjadi lambat.
5. Pemeriksaan Pemeriksaan Diagnostik Diagnostik
Amniosentesis Yaitu Yaitu pemeri pemeriksa ksaan an kemung kemungkin kinan an adanya adanya kelain kelainan an kromos kromosom om pada bayi bayi yang yang masih masih terdap terdapat at di dalam dalam kandunga kandungan n ibunya ibunya.. Cairan Cairan amnion amnion berikut sel-sel bebas dari fetus (bayi dalam kandungan) diambil sebanyak 10-20 cc dengan menggunakan jarum injeksi. Waktu yang paling baik untuk melakukan amniosentesi ialah pada kehamilan 14-16 minggu. Jika terlalu awal dilakukan, dilakukan, cairan cairan amnion amnion belum cukup banyak, sedang jika terlambat terlambat melakuk melakukanny annya, a, maka maka akan akan lebih lebih sulit sulit untuk untuk membuat membuat kultur kultur dari dari sel-se sel-sell fetus yang ikut terbawa amnion. Sel-sel fetus setelah melalui suatu prosedur tertentu lalu dibiakkan dan 2-3 minggu kemudian diperiksa kromosomnya untuk dibuat kariotipenya. Apabila pada kariotipe terlihat adanya 3 buah autosom nomor 21, maka secara secara prenat prenatal al Sindro Sindroma ma Down Down sudah sudah dapat dapat dipast dipastika ikan n pada bayi bayi itu. itu. Resiko adanya bayi Sindrm Down bagi ibu-ibu yang berumur kurang dari 25 th ialah kira-kira satu dalam 1500 kelahiran, pada usia 40 tahun dalam 100 kelahiran, sedangkan pada usia 45 tahun satu dalam 45 kelahiran. Ini berarti bahwa apabila ibu-ibu yang hamil pada usia 45 tahun diperiksa, maka maka satu satu dari dari 40 ibu-ib ibu-ibu u dapat dapat diduga diduga mengan mengandung dung bayi bayi Trisom Trisomi-2 i-21. 1. dengan dengan diadak diadakanny annyaa progra program m Keluar Keluarga ga Berenca Berencana na Lestar Lestari, i, maka maka resiko resiko mendapatkan anak cacat Sindrom Down dan lain-lain yang disebabkan oleh kelainan kromosom dapat ditekan amat rendah. Amniosentesis dilakukan pula untuk mengetahui apakah bayi dalam kandungan mengalami gangguan biokimia. 6. Penatal Penatalaksa aksanaan naan
Penatalaksanaan untuk penyakit Sindrom Down terdiri dari
a.Pengobatan/therapi Yang tersedi tersediaa adalah berbag berbagai ai macam antibi antibiotika. otika. Dengan Dengan adanya adanya antibiotika, maka usia mereka kini dapat diperpanjang.
b.
Pengasuhan
Anak-an Anak-anak ak penderi penderita ta Sindr Sindrom om Down Down diasuh diasuh dalam dalam suatu suatu lembaga/yayasan khusus penderita Sindrom Down dengan asuhan yang sudah ada. c.Tes amniosentesis Amnion berikut sel-sel bebas dari fetus (bayi dalam kandungan) diambil 10-20 cc dengan menggunakan jarum injeksi. Dilakukan pada kehamilan 14-16 minggu. minggu. Sel Sel-sel sel fetus setelah setelah melal melalui ui prose prosedur dur tertentu tertentu lalu lalu dibiak dibiakkan kan dan 2-3 minggu minggu kemudi kemudian an diperi diperiksa ksa kromos kromosomn omnya ya untuk untuk dibuat kariotipenya. Bila pada kariotipe dilihat adanya tiga buah autosom nomor 21 maka secara prenatal Sindrom Down sudah dapat dipastikan pada bayi itu. 7. Komplik Komplikasi asi
1).
Hipotiroidime
Kadang Kadang sulit sulit dibeda dibedakan. kan. Secara Secara kasar kasar dapat dapat diliha dilihatt dari dari aktivi aktivitas tasnya nya karena anak dengan hipotiroidisme sangat lambat dan malas, sedangkan anak dengan Sindrom Down biasanya sangat efektif. 2).
Akondroplasia
3).
Rakitis
4).
Sindrom Turner
5).
Retardasi Mental
6).
Kelain Kelainan an Jantun Jantung g sepert sepertii defek defek septum septum ventri ventrikel kel
7). 7).
Peny Penyak akit it infe infeks ksii teru teruta tama ma pern pernap apas asan an
8).
Leukimia tinggi
C. KONSEP DASAR KEPERAWATAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Pengkajian (Doengoes, (Doengoes, et all, 1999)
a.
Akti Aktivi vittas/ as/isti stiraha rahatt Data subyektif 1) Ibu klien mengatak mengatakan an “anak “anak saya saya tidak tidak ada aktivita aktivitass selain selain baring dan menggerakkan tubuhnya” Data obyektif 1) Klien tampak tampak takipnea pada keadaan baring rata rata 2) Perubahan posisi klien klien tampak seutuhnya seutuhnya dilakukan oleh oleh keluarga 3) Tampak Tampak terpasang terpasang O2 1 liter/ja liter/jam m b. Sirku Sirkulas lasii Data subyektif 1) Ibu klien mengatakan “anak lahir dengan kepala kecil” 2) Ibu klien klien mengat mengataka akan n “saya “saya duga anak saya saya duga penyakit penyakit
paru- paru” 3) Ibu klien klien mengatakan mengatakan “pertumbuhan “pertumbuhan anak saya berbeda berbeda dengan anak yang lainnya” Data obyektif 1)
Lingkar kepala
2)
Napa Napass terd terdeb ebga garr Rale Raless deng dengan an frek frekue uens nsii napa napass 48x/ 48x/me meni nitt
3)
Kli Klien tampa ampak k tida tidak k ada ada pert pertah ahan anan an tubu tubuh h yang ang kuat kuat c. Integr Integrita itass Ego Data subyektif 1) Ibu klien mengatakan “anak saya tergantung tergantung pada kami” d.
Eliminasi
Data subyektif 1) Bapak klien klien mengatakan mengatakan “anak “anak ngompol ngompol 5x” 2) Bapak klien mengatakan “anak saya sudah BAB hancur 4x” 3) Orangtua klien mengatakan “banyak dahak putih di mulut anak”
Data obyektif 1) Urine tampak encer, pucat dan ngompol, feses warna warna kuning 2) Abdomen rata 3) Bising Bising usus usus 30x/menit 30x/menit 4) Tampak ada asepto asepto menghis menghisap ap lendir lendir e. Makana Makanan/C n/Cair airan an Data subyektif 1)
Keluarga Keluarga klien mengat mengatakan akan “anak saya saya tidak mampu mampu
makan/minum” Data obyektif 1) BB=5,5 kg. BB BB turun turun 2 kg 2) Ada SH dan IV 3) Kulit Kulit DBN f. Hygi Hygien enee Data subyektif 1) Bapak klien mengatakan “saya “saya selalu membersihkan anak saya” Data obyektif 1) Klien tampak tampak bersih bersih g.
Neurosensori Data subyektif 1) Ibu klien klien mengatakan “klien kadang kejang-kejang sebentar Data obyektif 1) Otot seluru seluruh h tubuh tubuh tampak tampak spasme spasme 2) Tangan tampak tampak mengepal mengepal 3) Tampak tegang
h.
Pernapasan
Data subyektif 1) Keluarga mengatakan “anak saya saya susah bernapas dan sering batuk” Data obyektif 1) Napas terdengar Rales kuat dengan frekuensi napas 48x/menit 2) Terpasang Terpasang O2 O2 dan dan SH SH 3) Mulut selalu selalu terbuka terbuka 4) Tampak sputum putih di dalam mulut klien
i.
Nyeri/tidak nyaman Tidak dikjai j.
Seksualitas
Tidak dikaji k.
Interaksi sosial Data subyektif 1) Ibu klien klien mengat mengataka akan n “anak “anak saya saya bisa bisa meliha melihatt kepada kepada orang yang berbicara pada anaknya” Data obyektif 1) Tampak melihat kearah suara yang memanggil nama klien 2) Klien tampak tampak sangat disayangi oleh keluarga
2. Diagnosa Keperawatan Keperawatan
a.Bersihan jalan napas takefektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum b. Perubah Perubahan an nutris nutrisii kurang kurang dari dari kebutuh kebutuhan an tubuh tubuh berhub berhubunga ungan n dengan dengan penurunan status mental/tingkat kesadaran c.Kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan penurunan masukan oral d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik e.Kurang pengetahuan pengetahuan mengenai mengenai kondisi kondisi dan kebutuhan kebutuhan tindakan tindakan berhubungan dengan kurang informasi
3. Rencana/Interven Rencana/Intervensi si Keperawatan Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan. Berikut ini akan disajikan rencana keperawatan berdasarkan masing-masing diagnosa (Doengoes, et all, 1999): a. Untuk Untuk diagnosa diagnosa no.a
Tujuan: Ventilasi dan oksigen adekuat untuk kebutuhan individu Kriteria: Menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan napas Intervensi: 1) Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada R/: Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru. (Doengoes 1999, hal.166). 2) Penghisapan Penghisapan sesuai sesuai indikas indikasii R/: Merangsang batukpembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk takefektif atau penurunan tingkat kesadaran(Doengoes 1999, hal.166). 3)
Bantu mengawasi efek pengobatan nebuliser dan
fisioterapi lain, mis., spirometer insentif, IPPB, tiupan botol, perkusi, drainase postural. Lakukan diantara waktu makan dan batasi cairan bila mungkin. R/: Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret. Koordinasi pengobatan/jadwal dan majukan oral mengurangi muntah karena batuk, pengeluaran sputum. (Doengoes 1999, hal.166). 4) Berikan obat sesuai indikasi; mukolitik, ekspektoran, brongkodilator,
R/: alat untuk mengurangi spasme bronkus de ngan mobilisasi sekret. Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan mengurangi ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat mengurangi upaya batuk/menekan pernapasan. (Doengoes 1999, hal.166).
5)
Berikan cairan tambahan, mis., IV, Oksigen
humidifikasi, dan ruang humidifikasi. R/: Cairan diperlukanuntuk menggantikan kehilangan (termasuk yang tak tampak) dan memobilisasikan sekret(Doengoes 1999, hal.166). b.
Untu Untuk k diag diagno nosa sa no. no. b
Tujuan: Masukan nutrisi adekuat untuk kebutuhan individu Kriteria: BB progresif kearah tujuan dengan nilainya bebas dari nutrisi. Intervensi: 1)
Kaji Kaji stat status us nutr nutris isii seca secara ra kont kontin inue ue,, sela selama ma pera perawa wata tan n
setiap hari, perhatikan tingkat energi; kondisi kulit, kuku, rambut, rongga mulut, keinginan untuk makan/anoreksia. R/: memberikan kesempatan untuk mengobservasi penyimpangan dari normal/dasar pasien dan mempengaruhi pilihan p ilihan intervensi (Doengoes 1999, hal. 1024). 2)
Timb Timban ang g BB seti etiap hari hari dan dan band bandin ingk gkan an deng dengan an BB
saat penerimaan. R/: Membuat data dasar, membantu dalam memantau keefektifan aturan terapeutik, dan menyadarkan perawat terhadap ketidaktepatan kecendrungan dalam penurunan/penambahan BB (Doengoes 1999, hal. 1024). 3)
Doku Dokume ment ntas asik ikan an masu masuka kan n oral oral slam slamaa 24 ja, ja, riwa riwaya yatt
makanan, jumlah kalori dengan tepat. R/: Mengidentifikasikan ketidakseimbangan antara perkiraan kebutuhan nutrisi dan masukan aktual (Doengoes 1999, hal. 1024). 4)
Beri Berika kan n larut arutan an nut nutrisi isi pada pada kece kecepa pata tan n yang ang
dianjurkan melalui alat kontrol infus sesuai kebutuhan. Atur
kecepatan pemberian setiap jam sesuai anjuran. Jangan meningkatkan kecepatan untuk “mencapai”. R/: Ketentuan dukungan nutrisi didasarkan pada perkiraan kebutuhan kalori dan protein. Kecepatan konisten dari pemberian nutrisi akan menjamin penggunaan tepat dengan efek samping lebih sedikit, seperti hiperglikemia/sindrom dumping. Infus secara umum lebih baik ditoleransi dari pada pemberian makan bolus dan mengakibatkan perbaikan absorvasi (Doengoes 1999, hal. 1024). 5)
Pert Pertah ahan anka kan n rete retens nsii sela selang ng pemb pember eria ian n maka makan n ente entera rall
dengan membilas air hangat, sesuai indikasi. R/: Formula enteral mengandung protein yang menghambat selang pemberian makan (silikon) mungkin daripada selang poliuretan yang memerlukan pembuangan/pergantian selang (Doengoes 1999, hal. 1024). c.Untuk diagnosa no. c
Tujuan: Memperbaiki keseimbangan cairan Ktiteria: Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikkan dengan parameter individual yang tepat, mis., membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, TTV stabil. Intervensi: d.
Untu Untuk k diag diagno nosa sa no. no. d
Tujuan: Adanya peningkatan toleransi aktivitas Kriteria: Melaporkan/menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentang normal. Intervensi: 1)
Eval Evalus usii resp respon on terh terhad adap ap akti aktivi vita tas. s. Cata Catatt lapo lapora ran n
dispnea, peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan TTV selama dan aktivitas.
R/: Menetapkan kemampuan/kebutuhan klien dan memudahkan pilihan intervensi (Doengoes 1999, hal. 170). 2)
Beri Berika kan n ling lingku kung ngan an tena tenang ng dan dan bata batasi si peng pengun unju jung ng
selama fase akut sesuai indikasi. R/: Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat (Doengoes 1999, hal. 1024). 3)
Bant Bantu u klie klien n memi memili lih h posi posisi si nyam nyaman an untu untuk k isti istira raha hatt
dan tidur. R/: Klien mungkun nyaman dengan kepala tinggi (Doengoes 1999, hal. 1024). 4)
Bant Bantu u akti aktivi vita tass pera perawa wata tan n diri diri yang yang dipe diperl rluk ukan an..
R/: Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai oksigen (Doengoes 1999, hal. 1024). e.
Untu Untuk k diag diagno nosa sa no. no. e
Tujuan: memahami penyakit/prognosis penyakit/prognosis Kriteria: Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan intervensi. Intervensi: 1)
Jela Jelask skan an pros proses es peny penyak akit it indi indivi vidu du.. Doro Dorong ng oran orang g
terdekat menanyakan pertanyaan. R/: Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan (Doengoes 1999, hal. ). 2)
Tekank ankan penti ntingny gnya perawa awatan oral.
R/: Menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut, dimana dapat menimbulkan infeksi pernapasan atas (Doengoes 1999, hal. ). 3)
Disk Diskus usik ikan an pent pentin ingn gnya ya meng menghi hind ndar arii oran orang g yang yang
sedang infeksi pernapasan aktif. Tekankan perlunya vaksinasi, influenza/pnemokokal rutin. R/: Menurunkan pemajanan dan insiden mendapatkan infeksi saluran napas atas dan bawah (Doengoes 1999, hal. ).
4.
Pelaksanaan
Menurut (Nursalam, 2001, hal. 62) dikutip dari Iyer et all., 1996, ada beberapa tahap dalam tindakan keperawatan, yaitu: a.
Tahap ahap pe perriapa iapan, n, ya yang ng me menu nunt ntut ut pe perrawat awat mem memper persiap siapka kan n se sega gala la
sesuatu yang diperlukan dalam tindakan. b.
Tahap ahap inter nterve vens nsi, i, adal adalah ah kegi kegiat atan an pela pelaks ksan anaa aan n dari dari pere perenc ncan anaa aan n yang ang
meliputi kegiatan independen (mandiri), dependen (pelaksanaan dari tindakan medis) dan interdependen (kerjasama dengan tim kesehatan lain). c.
Tahap ahap doku dokume ment ntas asi, i, adal adalah ah penc pencat atat atan an yang ang l lengk engkap ap dan dan ak akur urat at
terhadap kejadian dalam proses keperawatan. Dalam melakukan asuhan keperawatan klien Sindrom Down yang perlu diperhatikan adalah ventilasi dan oksigen adekuat, masukan nutrisi adekuat, adekuat, memperbaiki memperbaiki keseimbangan keseimbangan cairan, cairan, meningkatka meningkatkan n toleransi toleransi aktivitas, memahami prognosis penyakit, (Doengoes, 1999). Dalam melaksanakan melaksanakan asuhan keperawatan, keperawatan, perawat perawat harus mampu bekerja sama dengan klien, keluarga serta anggota tim kesehatan yang lain sehingga asuhan yang diberikan dapat optimal dan komprehensif.
5.
Evaluasi
Evaluasi Evaluasi dan penilaian penilaian asuahn keperawatan keperawatan adalah untuk mengetahui mengetahui keberhasil keberhasilan an atas tindakan yang akan dilaksanakan. dilaksanakan. Ada empat empat kemung kemungkin kinan an yang yang akan terjad terjadii yaitu yaitu masala masalah h dapat dapat diatas diatasi, i, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi, atau mungakin timbul masalah baru, (Nuarasalam, 2001).