TASAWUF FALSAFI Pemikiran Tasawuf Filsafat ABSTRAKSI Sebagai Sebagai ilmu pengetahuan pengetahuan ‘Tasawuf’ ‘Tasawuf’ atau ‘Sufisme’ ‘Sufisme’ mempelajari cara dan jalan bagaimana manusia (seorang (seorang muslim) dapat berada sedekat mungkin dengan Allah SWT. Sekalipun secara tekstual tekstual tidak ditemukan ayat yang memerintahkan bertasawuf dan kata atau kalimat tasawuf dalam al Quran, namun secara secara implisit implisit terdapat terdapat ayat-ayat dalam al Quran yang memberi dorongan dorongan untuk mengamalkan mengamalkan bagian dari ajaran ajaran tasawuf tasawuf yang diartilkula diartilkulasikan sikan sebagai landasan landasan moral. moral. Dalam Dalam perkembanga perkembangannya, nnya, pemikiran pemikiran tawasuf mengalami persentuhan budaya dengan ajaran atau nilai-nilai agama yang bukan Islam, seperti dari peradaban Yunani, Romawi, Hindi, Mesir, Yahudi, dan Kristiani. Interaksi ajaran dan sistem nilai tersebut tidak bisa dihindari mengakibatkan ajaran tasawuf mengalami perkembangan pemikiran dalam penerapannya. Dalam pertemuan budaya dan peradaban tersebut Umat Islam mengenalkan, menularkan dan mengedepankan aqidah dan ibadah dalam sistem nilai ajaran Islam, sebaliknya peradaban non Islam dan budaya lokal setempat menularkan pemikiran kefilsafatan kepada umat Islam. Begitu juga pemikiran tasawuf yang pada awalnya bersifat amali atau akhlaqi, atau disebut ‘tasawuf akhlaqi’, maka dalam perkembangan perkembangannya nya memunculkan memunculkan ajaran tasawuf tasawuf dengan pola kefilsafata kefilsafatan n dalam memahami tasawuf, tasawuf, yang kemudian dikenal dengan ‘tasawuf falsafi’. Sebagaimana Tasawuf Amali, Tasawuf Falsafi juga melahi melahirka rkan n tokoh-t tokoh-toko okoh h dan pemikiran pemikirannya nya yang terken terkenal al dalam dalam kajian kajian ilmu tasawu tasawuf. f. Dan upaya mendekati Tuhan berdasarkan ‘kedekatan atau jarak’ antara manusia dengan Tuhan telah melahirkan dua aliran aliran tasawuf, tasawuf, yaitu ‘tasawuf Aliran ‘tasawuf transende transendentalis ntalisme me dan tasawuf tasawuf union mistisisme mistisisme’’ . Aliran pertama memperlihatkan bahwa masih ada garis pemisah atau pembeda antara manusia dan sedangkan aliran kedua mengatakan mengatakan bahwa garis pemisah Tuhan, sedangkan pemisah tersebut tersebut dapat dihilangkan dihilangkan sehing sehingga ga manus manusia ia dapat dapat manung manunggal gal dengan dengan Tuhan Tuhan karen karena a ada kesam kesamaan aan esens esensi. i. Dalam perkembangannya kedua aliran tersebut banyak melahirkan tokoh-tokohnya antara lain ; al-Qusyairy, al Junaid, al-Ghazali, al-Busthami, Ibnu Arabi, Ibnu Sab’in, Al Jilli, dll.
I.
PENDAHULAN Sebagai Sebagai aspek mistisisme mistisisme dalam Islam, Tasawuf Tasawuf memiliki memiliki inti kesadaran kesadaran adanya adanya hubungan hubungan kedekatan dengan dengan Tuhan, Tuhan, yang selanjutny selanjutnya a mengambil mengambil bent bentuk uk rasa rasa ke kede deka kata tan n deng dengan an Tuha Tuhan n seba sebaga gaii bagi bagian an dari dari peng pengam amal alan an ‘dzauqiyah manusia’ dengan Tuhan. Kedekatan dengan Tuhannya tersebut menumb menumbuhk uhkan an kesada kesadaran ran bahwa bahwa segala segala sesuat sesuatu u adalah adalah kepuny kepunyaan aan Nya. Nya. Segala eksistensi yang relatif dan nisbi tidak ada artinya dihadapan eksistensi Yang Absolut, Allah SWT. Hubungan kedekatan dan hubungan penghambaan sufi dan khaliq-nya telah melahirkan perspektif dan pemahaman yang berbeda-beda antara sufi yang satu dengan yang lainya. Sejauh ini hubungan tersebut telah melahirkan dua kelomp kelompok ok besar/ besar/ali aliran ran.. Kelomp Kelompok ok pertam pertama a mendas mendasark arkan an pengal pengalama aman n kesufi kesufiann annya ya dengan dengan pemaha pemahaman man yang yang sederh sederhana ana dan dapat dapat difaha difahami mi oleh oleh manusi manusia a pada pada tatara tataran n awam, awam, dan pada pada pada pada kelomp kelompok ok kedua kedua melahi melahirk rkan an pemahaman yang kompleks dan mendalam, dengan bahasa-bahasa simbolik filosofis dan metafisis. Pada pemahaman yang pertama kemudian melahirkan tasawu tasawuff akhlaq akhlaqi/a i/amal malii , kemudi tasawuf sunni . kemudian an sering sering juga juga disebu disebutt tasawuf Dala Dalam m per perke kemb mban anga gann nnya ya tasa tasawu wuff sunn sunnii juga juga dise disebu butt seba sebaga gaii tasa tasawu wuf f ‘Dualistik’ yaitu yaitu tasawu tasawuff yang yang telah telah dimodi dimodifik fikasi asi dan disesu disesuaik aikan an dengan dengan teologi Asy’ariyah dan Syariah (baca ‘fiqih ahlussunah’).Tokoh-tokohnya antara lain Al Junaid, Abu Bakar Muhammad al-Kalabazi, Al Qusyairi, Al Ghazali, dll. Tasawuf sunni berupaya mendamaikan tasawuf dengan syariat sejak 1 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
pertengahan abad ke 3 H / 9 M, yang mencapai kematangan dan keberhasilannya pada pemikiran Abu Hamid al-Ghazali1. Sedangkan pemahaman kelompok kedua adalah tasawuf falsafi , yang Monistik’ , dimana ajaran tasawuf ini memadukan visi juga disebut ‘Tasawuf Monistik’, mistis mistis dan rasion rasional al dengan dengan ungkap ungkapan an dan termin terminolo ologi gi filsaf filsafat. at. Tasawu Tasawuf f falsafi ini pada umumnya didasarkan pada konsep wahdatul wujud, al-Hulul dan al-Ittihad . Tokoh-toko Tokoh-tokohnya hnya antara antara lain Abu Yazid Yazid Al Busthami, Busthami, Al Hallaj, Hallaj, Ibnu Arabi, Ibn Masarra, Masarra, Al Jilli, Ibn Ibn Sab’in, Suhrawardi Suhrawardi al-Maqtul, al-Maqtul, Mulla Sadra, Sadra, dll. Dalam tasawuf falsafi lahirlah beberapa teori-teori pemikiran tasawuf, diantarany diantaranya a seperti seperti ; fana, baqa dan ittihad adalah hasil pemikiran Abu Wahdat at Al Wuju Wujud d dinisbahkan Yazid Al Busthami, Hulul oleh oleh Al Hall Hallaj, aj, Wahd kepada Ibnu Arabi, Insan Kamil dikembangkan oleh Al Jilli, dan Wihdatul alMutlaqah digagas oleh pemikiran Ibn Sab’in. Tasawuf falsafi muncul pada sekitar abad ke 6 dan 7 H, ditandai dengan diperkenalkannya tokoh-tokoh pemikiran sufi yang filosof dan filosof yang sufi keti ke tika ka tasa tasawu wuff berc bercam ampu purr deng dengan an fils filsaf afat at meny menyer erap ap bera beraga gam m pemi pemiki kira ran n filsafat filsafat asing di luar Islam dari Yunani, Yunani, Persia, India, Mesir, Mesir, Yahudi dan Kristen Kristen tanpa kehilangan keautentikan Islam sebagai agama. Salah Salah satu satu ker kerang angka ka umum umum tasawu tasawuff falsaf falsafii adalah adalah bahwa bahwa tasawu tasawufny fnya a tida tidak k jela jelas, s, memp mempun unya yaii baha bahasa sa-b -bah ahas asa a ters tersen endi diri ri dan dan mema memaha hami miny nya a memerlukan daya pikir dan daya rasa yang tidak biasa, dan sebab itu tasawuf falsaf falsafii tidak tidak diangg dianggap ap filsaf filsafat at kar karena ena diland dilandask askan an pada pada intuis intuisi, i, juga juga bukan bukan tasa tasawu wuff murn murnii ka kare rena na diun diungk gkap apka kan n deng dengan an baha bahasa sa-b -bah ahas asa a fils filsaf afat at yang yang mengarah pada pembentukan aliran pemikiran dalam pembahasan ‘wujud’ .2 Para Para sufi sufi falsaf falsafii mengen mengenal al dan memper memperdal dalam am filsaf filsafat at aliran aliran Socrat Socrates, es, Plato, Aristoteles, Neoplatonisme, teori emanasi, Hermetisisme dan buku-buku filsafat lainnya dari Timur; Persia, India dan Filsafat Islam; al-Farabi, Ibn Sina, Ibnu Rusyd dan lainnya untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Sebagian dari mereka ada juga yang terpengar terpengaruh uh dengan dengan pemikiran pemikiran-pemik -pemikiran iran Syiah 3 Ismailiyah, Batiniyah dan Risalah-Risalah Ikhwan as-Shafa’. Sejak Sejak awal awal diketa diketahui hui pemiki pemikiran ran falsaf falsafatn atnya ya para para sufi sufi falsaf falsafii menjad menjadii target kritik dari para fuqaha Islam, terutama tentang ‘wahdah al-wujud’ dan pemikiran lainnya yang dianggap bertentangan dengan akidah Islam. Sebelum mengemukakan tiga tokoh tasawuf falsafi yaitu Ibnu Arabi, Al Jilli & Ibn Syab’in yang secara historis dan teologis pemikiran tasawufnya menjadi menjadi kajian filoso filosofis fis yang yang bernua bernuansa nsa teolog teologis is atau atau kajian kajian teolog teologis is yang yang beraroma teosofis, pada pramakalah ini juga akan dikemukakan tiga konsepsi teol teolog ogis is hubu hubung ngan an manu manusi sia a deng dengan an Tuha Tuhan n yang yang pada pada ak akhi hirn rnya ya tela telah h melahirkan teori-teori pemikiran tasawuf. 1
Al-Ghazali, sangat dihormati oleh penganut ahlussunnah, namun tidak mendapat legitimasi dalam tarekat-tarekat yang yang muncul muncul dan dan berteb bertebara aran n di kalang kalangan an penga penganu nutt tasaw tasawuf uf sunni, sunni, kar karen ena a tareka tarekatt yang yang berkem berkemban bang g lebih lebih mursyid-mursyid yid mereka. mereka. Sebalikny Sebaliknya, a, Ibn Arabi banyak banyak ditolak ditolak oleh sebagian sebagian ‘mengagungkan’ para syeikh dan mursyid-murs ‘fuqaha sunni’ , tetapi sangat dihormati oleh masyarakat Syiah, banyak karya-karyanya diajarkan di pusat-pusat studi dan dikomentari oleh banyak ulama Syiah, termasuk Ayatullah Khomeini yang mengomentari mengomentari ‘Fushush al-Hikam’ . 2
Abu Wafa’ al-Ghanimi al-Taftazani, al-Taftazani, Tasawuf Islam : Telah Historis dan Perkembangannya, Gaya Media Pratama, Jakarta ; 2008. h.234 3 Idem, op.cit.h.234
2 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
Sedangkan penolakan tasawuf falsafi secara kritis juga diketahui telah memperkaya keluasan kajian tasawuf secara kontemporer yang sampai saat ini masih terus dibicarakan secara komprehensif dalam wacana akademik. II.
TIGA KONSEPSI TEOLOGIS PEMIKIRAN TASAWUF Sebelum Sebelum melangkah melangkah kepada kepada pemahaman pemahaman lebih dalam berkaitan dengan tasa tasawu wuff fals falsaf afi, i, seca secara ra glob global al dike diketa tahu huii ada ada tiga tiga ko kons nsep epsi si teol teolog ogis is atau atau konsepsi etikal, etikal, pemiki pemikiran ran tentan tentang g Tuhan Tuhan dalam dalam ajaran ajaran tasawu tasawuf, f, yaitu yaitu ; konsepsi 4 konsepsi estetikal dan konsepsi union mistikal. Konsep Konsepsi si etika etika berkem berkemban bang g di kalang kalangan an zuhad atau asketik adalah embr embrio io sufi sufism sme, e, yang yang meny menyat atak akan an bahw bahwa a Tuha Tuhan n tida tidak k hany hanya a terb terbat atas as sebagaimana pendapat Mutakallimin (pengamal ilmu kalam), tetapi lebih dari itu. Dzat Tuhan adalah adalah sumber sumber dari segala segala keindah keindahan an dan kesempur kesempurnaan, naan, juga diyakini bahwa Tuhan adalah sumber kekuatan, daya iradat yang mutlak. Tuhan adalah pencipta tertinggi, pengatur segala kejadian dan asal segala yang yang ada. ada. Oleh Oleh kar karena ena keyaki keyakinan nan yang yang demiki demikian, an, maka maka perasaan takut kepada Tuhan lebih mempengaruhi mereka ketimbang rasa pengharapan . Karena Karena kuatny kuatnya a rasa rasa takut takut kepada kepada murka murka Tuhan, Tuhan, selur seluruh uh pengab pengabdia dian n yang yang mereka lakukan bertujuan demi keselamatan diri dari siksaanNya. Dorongandorongan yang demikian mempengaruhi sikap hidup mereka terhadap hal-hal yang profan dan hubungan mereka dengan Tuhan. 5 Timbulnya doktrin estetikal tentang Tuhan bersumber dari keyakinan bahwa Tuhan adalah segala yang ada, sehingga antara manusia dengan Tuhan ada jalur komunikasi timbal balik . Tuhan, sebagai Dzat Yang Maha Agung dan Mulia, juga adalah Dzat Yang Maha Cantik, dan Sumber segala keinda keindahan han.. Sesuai Sesuai dengan dengan salah salah satu satu sifat sifat dasar dasar manusi manusia a yang yang menyuk menyukai ai keindahan dan kecantikan, maka hasrat mencintai Tuhan adalah manusiawi, karena Tuhan adalah puncak dari segala keindahan. Konsep teologik estetikal ini dikaitkan dengan Rabi’ah al-Adawiyah melaui doktrin al-hubb atau mahabbah. Menc Me ncin inta taii Tuha Tuhan n dan dan berb berbua uatt apa apa saja saja untu untukk-Ny Nya, a, adal adalah ah Dalam m jiwa jiwa tida tidak k ada ada rasa rasa taku takutt ak akan an siks siksa a atau atau motiv motivasi asi kasih kasih para para sufi. sufi. Dala murka Tuhan, tidak ada hasrat untuk menikmati surga yang ada hanyalah keingi keinginan nan untuk untuk memper memperole oleh h cinta cinta dan keinda keindahan han Dzat Dzat Tuhan Tuhan yang yang abadi abadi. Orang sufi mengabdikan diri kepada Tuhan adalah karena cinta dan harapan sambutan cinta dari-Nya . Doktrin ini kemudian berlanjut kepada keyakinan, bahwa penciptaan alam semesta adalah pernyataan cinta kasih Tuhan yang direfleksikan dalam bentuk empirik atau sebagai mazhohir dari asma Allah.6 Semenjak Semenjak masa Abu Yazid Yazid al-Busthami al-Busthami,, pendapat pendapat sufi condong condong kepada kepada konsepsi ‘kesatuan wujud’ atau ‘union mistisism’ , dimana dimana inti ajarannya ajarannya adal adalah ah bahw bahwa a duni dunia a feno fenome mena na ini ini hany hanyal alah ah baya bayang ngan an dari dari real realit itas as yang yang sesungguhnya, yaitu Tuhan. Satu-atunya wujud yang hakiki hanyalah wujud Tuhan yang merupakan dasar dan sumber kejadian dari segala sesuatu. Dunia 4
Prof.H.A.Rivay Siregar, Tasawuf Dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme, Edisi Revisi, PT.RajaGrafindo PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta, Cetakan Kedua, Kedua, Juni 2002, h.141. 5 A.Kadir Mahmud, al-Falsafah al-Shoufiyah fi al-Islam, Daar al-Fikri, Kairo, 1966;313; bandingkan dengan al-Thusi, al-luma’, Kairo, 1960;461. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.142. 6 A.E.Afifi, dalam Islam Djalan Mutlak, Jakarta. 1963;163. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.142-3.
3 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
adalah adalah bayang bayangan an yang yang kebera keberadaa daanny nnya a tergan tergantun tung g wujud wujud Tuhan, Tuhan, sehing sehingga ga realitas wujud ini hakikatnya tunggal. Sedangkan antara hakikat dengan yang nampak aneka terlihat ada perbedaan, hanyalah perbedaan relatif. Perbedaan hakikinya adalah akibat yang timbul dari keterbatasan akal budi. Jadi adanya keberagaman tidak lain hanyalah hasil pencerapan indrawi dan penalaran akal budi yang terbatas dan ketidak mampuan memahami ketunggalan dzat segala sesu sesuat atu. u. Jadi Jadi mere mereka ka berp berpen enda dapa patt bahw bahwa a alam alam ini ini dima dimana na di dala dalamn mnya ya terdap terdapat at manusi manusia a dan makhlu makhluk k dan atau atau bendabenda-ben benda da lainny lainnya a merupa merupakan kan radi radias asii dari dari ‘hak ‘hakik ikat at Ilah Ilahi’ i’.. Dala Dalam m diri diri manu manusi sia a terd terdap apat at unsu unsurr-un unsu surr ke ke- Tuhanan, karena ia merupakan pancaran Nur Ilahi (Cahaya Tuhan) seperti pancaran cahaya matahari. Jika pada kedua konsepsi tentang Tuhan sebelumnya, para sufi mengartikan makrifat sebagai pengenalan Allah melalui qalbu dan merupakan term termin inal al tert tertin ingg ggii yang yang bisa bisa dica dicapa paii manu manusi sia, a, maka maka bagi bagi sufi sufi peng pengan anut ut ‘kesat ‘kesatuan uan wujud’ wujud’,, manus manusia ia masih masih dapat dapat melewa melewati ti ‘maqom yaitu u ‘maqom ma’rifat ma’rifat ’ yait ‘bersatu dengan Allah’ atau dikenal dengan istilah ‘ittihad’ . Para sufi sunni mengakui bahwa kedekatan manusia dengan Tuhannya, membedaka akan n manusi manusia a hany hanya a dala dalam m bata batass-ba bata tas s syar syaria iatt yang yang teta tetap p “ membed dengan Tuhan” , dengan alasan bahwa manusia adalah manusia, sedangkan Tuhan adalah Tuhan, yang tidak mungkin dapat bersatu bersatu antara keduanya. Sedangkan para sufi falsafi mengakui “kebersatuan manusia dengan Tuhannya” itu, adalah pengalaman batin, batin, perjalanan ruhani ruhani dan pengalaman ruhan uhanii yang ang dija dijala lani ni dan dial dialam amii dalam alam ko kond ndis isii ‘ekstase’ mengalami ‘keterpaduan esensi’ , bukan ‘kebersatuan substansi’. Berkem Berkemban bangny gnya a tasawu tasawuff sebaga sebagaii jalan jalan dan latiha latihan n untuk untuk mereal merealisi isirr kesu ke suci cian an bati batin n dala dalam m perj perjal alan anan an menu menuju ju kedek kedekat atan an deng dengan an Allah Allah,, juga juga menarik perhatian para pemikir muslim yang berlatar belakang teologi dan filsafat . Dari kelompok inilah tampil sejumlah sufi yang filosofis, atau filosof tasawuf falsafi’ falsafi’ yakni yang sufis. Konsep-konsep tasawuf mereka disebut ‘ tasawuf tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat. Ajaran filsafat yang banyak dipergunakan dalam analisis tasawuf adalah paham ‘emanasi NeoPlatonisme’ dalam semua variasinya.7 Selain Abu Yazid al-Busthami, tokoh tasawuf falsafi atau teosofi yang popule populerr dan sebaga sebagaii perint perintis is adalah adalah Ibn Masarr Masarrah ah (W.381 (W.381H) H) dari dari Andalu Andalusi si (Spanyol) yang berdasarkan teori emanasi berpendapat bahwa melalui jalan tasawu tasawuff manus manusia ia dapat dapat memb membeba ebaska skan n jiwany jiwanya a dari dari cengk cengkera eraman man badani badani (mate (materi) ri) dan memper memperole oleh h sinar sinar Ilahi Ilahi (emana (emanasi) si) secara secara langsu langsung ng (ma’r (ma’rifa ifat t Suhraward ardii al-Maq al-Maqtul tul (W.578 (W.578 H) berkeb berkebang angsaa saan n Persia Persia/Ir /Iran an adalah adalah sejati). Suhraw orang kedua yang mengkombinasikan teori filsafat dan tasawuf berangkat dari teori emanasi berpendapat bahwa melaui usaha keras dan sungguh-sungguh seseorang dapat membebaskan jiwanya dari perangkap ragawi untuk kemudian dapat kembali ke pangkalan pertama yakni alam malakut atau alam Ilahiyat . Konsepsi tersebut kemudian dikenal dengan nama ‘alIsraqiyah’.
7
Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.143.
4 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
Sement Sementara ara itu al-Hall al-Hallaj aj (W.308 (W.308 H) memfor memformul mulasi asikan kan teorin teorinya ya dalam dalam doktrin ‘Hulul’, yakni perpaduan insan dengan Tuhan secara rohaniyah atau makhluk dengan al-khalik . Dan sebagai puncak dari pemikiran tasawuf falsafi adalah konsepsi alWihdat al- Wujud yang dasar-dasarnya diletakkan dan dinisbahkan kepada Ibnu ’ Arabi (W. 638 H). Terinspirasi oleh Ibn Arabi, Ibn Faridh (W.633 H) seorang sufi penyair dari dari Mesir Mesir juga juga telah telah mengen mengenalk alkan an konsep konsepsi si pemiki pemikiran ran tasawu tasawuff yang yang mirip mirip dengan al Wihdat al Wujud, disebut dengan “al-Wihdat al-Syuhud”. al-Jilli (W. (W. 832 832 H) juga juga meng mengem emuk ukak akan an pend pendap apat atny nya a bahw bahwa a upay upaya a manusia melalui Ma’rifat untuk mendekati Tuhan akan mampu dicapai sampai kepada hakikat jati dirinya, yang disebut ‘ insan kamil’. Dalam teologi bermazhab Syi’ah dan berpola pikir Muktazilah, konsepkonsep tasawuf falsafi biasanya dapat diterima karena itu aliran tasawuf ini berk berkem emba bang ng pesa pesatt dika dikaw wasan asan umat umat Isla Islam m berm bermaz azha hab b Syi’ Syi’ah ah dan dan atau atau Muktazilah. Itulah alasannya kenapa tasawuf falsafi sering juga dinamai atau dinisbahkan ke dalam ‘tasawuf Syi’i’ . Pandangan ‘union mistisisme’ inilah yang membentuk membentuk konsepsi dasar inspirasi asi para para sufi sufi bermaz bermazhab hab falsaf falsafi i tasawu tasawuff falsaf falsafii dan banyak banyak mengmeng-inspir atau Sufi-Filosof untuk merumuskan dan melahirkan karya-karya pemikiran tasawuf falsafi, falsafi, yang terkenal diantaranya adalah adalah Ibnu Arabi, Ibnu Syab’in, Al Jilli, dll.
III. III.
PEN PENGER GERTIA TIAN TA TASAW SAWUF FALS FALSAF AFII
III.1 Definisi Tasawuf Falsafi
Tasawuf Falsafi adalah sebuah konsep ajaran tasawuf yang mengenal tuhan (ma’rifat) dengan pendekatan rasio (filsafat) hingga menuju tingkatan yang lebih tinggi, bukan hanya mengenal Tuhan saja (ma’rifatullah) melainkan lebih tinggi dari itu yaitu wihdatul wujud (kesatuan wujud). Yang dimaksud dengan tasawuf falsafi adalah tasawuf yang bersandarkan pada pemaduan antara intuisi para sufi dengan cara pandang rasi rasion onal al mere mereka ka,, sert serta a meng menggu guna naka kan n term termaa-te term rma a fils filsaf afat at dari dari berb berbag agai ai 8 macam sumber untuk mengungkapkan tasawufnya itu. Bisa juga juga dikatakan dikatakan bahwa tasawuf tasawuf falsafi falsafi adalah adalah tasawuf tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat. Di dalam tasawuf falsafi metode pendekatannya sangat berbeda dengan tasawuf sunni atau tasawuf salafi. Kalau tasawuf sunni atau salafi lebih menonjol menonjol kepada kepada segi segi prakti praktis s, sedang tasawuf uf falsaf falsafii menonj menonjol ol sedangkan kan tasaw kepada kepada segi teoritis teoritis sehingga sehingga dalam konsep-konsep konsep-konsep tasawuf falsafi falsafi lebih mengedepankan asas rasio dengan pendekatan-pendekatan filosofis 8
Abu Wafa’ al-Ghanimi al-Taftazani, al-Taftazani, Tasawuf Islam : Telah Historis dan Perkembangannya,Op.cit . h.233
5 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
yang sulit diaplikasikan diaplikasikan ke dalam kehidupan kehidupan sehari-ha sehari-hari ri khususnya khususnya bagi orang awam, bahkan bahkan bisa dikatakan dikatakan mustahil, mustahil, namun namun tetap tetap bisa diaplikasikan pada kenyataannya. kenyataannya . III.2 Beberapa Pemikiran Tasawuf Falsafi
Dalam tradisi Islam, tasawuf merupakan praktik spiritual memandang ruh sebagai sebagai puncak puncak dari segala realitas, realitas, sedangkan sedangkan jasad sebagai sebagai “kendaraan “kendaraan” ” saja. Dengan demikian, maka jalan spiritualitas spiritualitas lebih menekankan menekankan pada aspek rohani, bersifat personal dan berangkat dari pengalaman yang juga bersifat personal. personal. Berbeda Berbeda dengan dengan “agama” “agama” yang bersifat bersifat umum (dalam (dalam islam kita kita kenal dengan istilah istilah syari’ah/syari’at), syari’ah/syari’at), pada jalan tasawuf tasawuf kita mengenal istilah tarekat yang artinya dekat dengan istilah tirakat . Dalam jalan ini setiap pengamal ajaran tarekat ini akan melewati level dan kondisi (maqomat dan ahwal) di bawah bimbingan guru spiritual atau mursyid. Dimana antara satu guru dengan guru yang lain, antara mursyid satu dengan mursyid lainnya menggunakan an metode metode yang berbeda berbeda. Sang murid sangat dimungkinkan menggunak ainul qolb qolb). Ada diajar diajarkan kan untuk untuk berlat berlatih ih membuk membuka a mata mata batinn batinnya ya (ainul Ada yang yang mukasyafah h (menyingka (menyingkap) p) atau hudhuri meny menyeb ebut ut isti istila lah h ini ini deng dengan an mukasyafa (menghadirkan) tawajjuh uh (berha (berhadap dap-ha -hadap dapan) an). atau tawajj Muri Muridd-mu muri rid d pengamal ajaran tarekat dilatih membersihkan diri melalui tarekat tadi dengan menempuh dari level tertentu ke level yang lebih tinggi , dari kondisi tertentu sehingga ga sang sang murid murid mampu ke kond kondis isii yang yang lain lain sehing mampu mencapai mencapai tingkat tingkat fana (kosong/hampa), tidak ada lagi ego dalam diri sang murid sehingga murid “tersingkap”, ap”, menghadirk menghadirkan”, an”, atau “berhadap“berhadapsampai sampai pada pada kondis kondisii “tersingk hadapan”. Dar Dari sisi isi inil inilah ah ter erli lih hat suat suatu u per erb bedaa edaan n amali anta antara ra tasa tasawu wuf f moral/akhlaqi dan tasawuf falsafi yang berbeda jalan. Tasawuf moral/akhlaqi – mukasyafah, hudhuri, hudhuri, tawajjuh tawajjuh atau setelah melewati fase atau level mukasyafah, fanafana- mengajak “kembali” sang murid untuk hidup di dunia “nyata” dan kembali masuk dalam aturan syariat, - syariat yang telah diisi dengan sehingga ga syaria syariatt yang yang dijala dijalanka nkan n pengalaman dan pengetahuan bertuhan - sehing akan akan lebih lebih mantap mantap dan bermak bermakna na dari dari sebelu sebelum m ia melaku melakukan kan perjal perjalana anan. n. Misalnya, sang murid mengerti apa hakikat sholat, puasa dan zakat lalu bisa mempraktikkannya dengan lebih baik dan penuh makna. Sang murid sudah mengerti bahwa pada sisi yang paling esoterik semua agama memiliki tujuan yang sama sehingga mampu untuk hidup toleran serta tidak memperbesar perbedaan sisi eksoterik satu agama dengan agama yang lain. Sang murid sudah sudah menger mengerti ti bagaim bagaimana ana cara cara bergau bergaull dan mengha mengharga rgaii antara antara sesama sesama manusia bahkan seluruh makhluk hidup. Sang murid sudah mengerti dari mana ia berasal dan kemana ia akan kembali. Berbeda Berbeda dengan dengan tasawuf tasawuf falsafi, setelah setelah sampai sampai pada fase atau level mukasyafah, hudhuri, tawajjuh atau fana-, sang sufi tidak mau “pulang”. Tapi tetap menikmati ekstase keindahan dan kenikmatan “bersatu” dengan Tuhan. Terucaplah perkataan yang tidak terkontrol tadi (syatohat) dalam kondisi ekstase, mengaku sebagai Sang Kebenaran (al-Haq) atau memuji dirinya sebagai Tuhan. Atau menuangkan pengalaman ritual batiniyahnya dalam karya tulis atau bait-bait puitis, seperti yang dilakukan oleh Jalaluddin 6 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
misalnya. ya. Di level level sesama sesama prakti praktisi si spirit spiritual ualita itas s (kala (kalanga ngan n khas khas atau atau Rumi, misaln khaw khawas asul ul khaw khawas as)) mung mungki kin n tida tidak k menj menjad adii pers persoa oalan lan.. Tapi Tapi baga bagaim iman ana a di kalang kalangan an awam awam yang yang memang memang hanya hanya menjala menjalanka nkan n syaria syariatt tanpa tanpa dibare dibarengi ngi dengan dengan praktek praktek tasawu tasawuff terseb tersebut. ut. Disini Disinilah lah selanju selanjutny tnya a yang yang persoa persoalan lan muncul. Mau tidak mau, atas nama menjaga kemaslahatan umum, menjaga keimanan dari kalangan umum, dan alasan-alasan sejenis, maka para praktisi tasawuf falsafi ini menyandang predikat sesat atau yang berakhir dengan yang berg bergel elar ar al-maqtul huku hukuma man n mati mati. Syihabuddin Syuhrawardi yang (terbunuh), Abu Mansyur Al-Hallaj dan Ainul qudhat Hamdani adalah sufi sufi fals falsaf afii yang yang hidu hidupn pnya ya bera berakh khir ir deng dengan an hukm hukman an mati mati . Bahk Bahkan an Syuhrawardi dan Ainul qudhat dihukum mati dalam usia yang cukup muda. Apakah yang terjadi terjadi dengan Syekh Syekh Siti Djenar di Indonesia (jika kisah ini benar dan dan buka bukan n mito mitos s sert serta a terl terlep epas as dari dari pers persoa oala lan n ‘ politik’ termas asuk uk dala dalam m politik’ ) term kategori ini ? (Wallahu ‘alam bishshawab). Bertemu dan bersatu dengan Tuhan ini merupakan klaim kaum sufi falsafi yang juga diperdebatkan di kalangan teologis dan ahli fikih. Bahkan bagi kalangan Islam yang agak tegas dan keras melihat dari sisi aqidah atau ilmu tauh tauhid id meny menyat atak akan an bahw bahwa a prak prakti tik k tasa tasawu wuff dian diangg ggap ap bid’ah dan dan dapa dapatt mengarah kepada perbuatan ‘syirik’. Disinilah perlunya kita bisa memahami dan mengkaji mengkaji lebih dalam dan luas ajaran ajaran al Islam dari sisi kajian dan praktik; praktik; baik dari sisi teologi, tasawuf, fikih dan atau filsafat, agar tidak mudah terjebak dalam absolutisme dan arogansi fikih atau tasawuf, teologi maupun filsafat dan tida tidak k sali saling ng meny menyal alah ahka kan n satu satu sama sama lain lain ka kare rena na ke keti tida dakm kmen enge gert rtia ian n kita kita terhadap metodologi metodologi ilmu tasawuf tasawuf yang digunakan. Al-Ghazali & Ar Rumi adalah contoh nyata sufi yang segera kembali setelah bertemu Tuhan-nya, seharusnya bisa menjadi teladan yang baik bagi para prakitisi tasawuf hari ini. Al-Ghazali menghiasi syariat yang kaku dengan nilai-nilai hakikat . Atau Rumi yang mengekspresikan mengekspresikan kebahagian dan rasa cinta serta serta rindu rindu kepada kepada Tuhan Tuhan melalu melaluii simbol simbol-si -simb mbol ol (cinta (cinta,, mawar, mawar, cawan, cawan, dll) dll) yang terlukiskan dalam karya sastra yang indah diresapi dan dinikmati, ibarat ‘menik ‘menikmat matii secawa secawan n cint cinta a diant diantara ara keinda keindahan han hampa hamparan ran bunga bunga mawar di taman surga’. Ibn Khaldun Khaldun9 dalam Muqaddimahnya Muqaddimahnya melihat melihat ada empat pembahasan pembahasan utama para sufi falsafi pada masa terakhir yaitu : a. Muja Mujah hadah adah (meme memerrang angi hawa awa naf nafsu) su) dan segal egala a sesu esuatu atu yang yang dihasi dihasilkan lkan yang yang berupa berupa intuis intuisi, i, naluri naluri perasa perasaan, an, kontro kontroll jiwa jiwa dalam dalam berbuat. b. Kasyf dan hakekat hakekat yang yang ditemukan ditemukan dari alam ghaib ghaib semisal semisal sifat-sifat sifat-sifat ketuhanan, Arasy, Kursy, Malaikat, Wahyu, Kenabian, Ruh, Hakikathakikat segala sesuatu yang wujud baik yang tak tampak maupun tamp tampak ak,, tatan atanan an alam alam dalam alam ke kem muncu uncula lann nny ya dar arii dzat dzat yang ang mewujudkan dan membentuknya. c. Otor Otorit itas as terh terhad adap ap alam alam mela melalu luii berb berbag agai ai bent bentuk uk ka karo roma mah h atau atau khawariqul Adah (kemampuan melampaui hukum alam)
9
Muqaddimah, Muqaddimah, Ibn Khaldun, hal.331. Sebagaimana dikutip oleh Abu Wafa’ al-Ghanimi al-Taftazani, Tasawuf Islam : Telah Historis dan Perkembangannya,Op.cit . h.235
7 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
d. Muncul Munculnya nya kata-kat kata-kata a yang yang membin membingun gungka gkan n dan tinjauan tinjauan luar yang yang dikenal dengan Syathahat, yaitu sebuah ungkapan yang bermasalah dari dari tinjau tinjauan an luarny luarnya, a, sedang sedangkan kan persep persepsi si manusi manusia a terhad terhadapn apnya ya adalah diantara mengingkari, beranggapan baik dan mentakwil. Ajar Ajaran an dan dan pemi pemiki kira ran n tasa tasawu wuff fals falsaf afii pada pada umum umumny nya a meru merupa paka kan n peng pengal alam aman an sert serta a perj perjal alan anan an para para sufi sufi peng pengam amal al tasa tasawu wuff fals falsaf afii yang yang kemudian dituangkan dan ditransfer kepada murid-muridnya atau melalui hasil karya karya tulisnya. tulisnya. Diantaranya Diantaranya yang sudah menjadi menjadi ikon ajaran tasawuf tasawuf falsafi falsafi adalah : 1. AL-F AL-FAN ANA A
Al Fana adalah bersatunya manusia dengan Allah secara hakikat karena sees seesen ensi si deng dengan an Alla Allah. h. Apab Apabil ila a ke kema mamp mpua uan n mele melebu burk rkan an ek eksi sist sten ensi si (keberada (keberadaannya annya)) sebagai sebagai suatu pribadi terjadi terjadi sehingga sehingga ia tidak menyadari menyadari prib pribad adin inya ya (fana adalah ah hila hilang ngny nya a ke kesa sada darran fana’a ’an n nafs nafs). Fana Fana’a ’an n nafs nafs, adal kemanusiaannya ketika menyatu ke dalam iradah Allah, bukan jasad tubuhnya yang menyatu dengan Dzat Allah. Dalam pengertiannya yang umum al-fana dapat dilihat dari penjelasan al-Junaidi berikut ini.10 “Hilangnya daya kesadaran qalbu dari hal-hal yang bersifat inderawi karena adanya sesuatu yang dilihatnya. Situasi yang demikian akan beralih karena hila hilang ngnya nya sesu sesuatu atu yang yang terli terliha hatt itu dan berla berlang ngsun sung g terus terus secar secara a sili silih h berganti sehingga tiada lagi yang disadari dan dirasakan oleh indera”.
Dari pengertian tersebut di atas menjelaskan, bahwa yang lebur atau fana adalah kemampuan dan kepekaan menangkap yang bersifat materi atau inderawi, sedangkan materi (jasad) manusianya tetap utuh dan sama sekali tidak hancur. Jadi, yang hilang hanyalah kesadaran akan dirinya sebagai manusia, sebagaimana dijelaskan oleh al-Qusyairi.11 Fananya seseora seseorang ng dari dirinya dirinya dan dari makhluk makhluk “ Fananya
lainny lainnya a terjadi terjadi karena hilang hilangnya nya kesadara kesadaran n seseor seseorang ang dari diriny dirinya a dan dari dari makhlu makhluk k lainnya lainnya itu. itu. Sebenarnya dirinya tetap ada tetapi ia tidak sadar dengan dirinya sendiri dan dengan alam sekitarnya”.
Ada empat situasi getaran psikis yang dialami seseorang dalam proses al-fana, yaitu : 1. Al-Sakar adalah situasi kejiwaan yang terpusat penuh kepada satu satu titik titik sehing sehingga ga ia melua meluas s dengan dengan perasa perasaann annya, ya, sepert seperti i apa yang dialami oleh Nabi Musa As di Tursina. 2. Al-Sathohat yang secara bahasa, berarti gerakan, sedangkan dalam adalah ah suat suatu u ucap ucapan an yang yang terl terlon onta tar r di luar luar istilah istilah tasawuf tasawuf adal kesadaran, yaitu kata-kata yang diucapkan dalam keadaan sakar. 3. Al-Zawal Al-Zawal al-hijab al-hijab, diarti keluar dari dari dimens dimensi i diartikan kan dengan dengan bebas bebas keluar alam alam mate materi ri dan dan tela telah h ber” ber”ad ada” a” di alam alam ilah ilahiy iyat at sehingga 10
Ibrahim Basyuni, Nas-ah al-Tasawuf al-Tasawuf al-Islam, Daar al-Ma’arif, Kairo, 1969; 138. Sebagaimana Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.149. 11 Al-Qusyairi, ar-Risalahhal-Qusyairiyah, ar-Risalahhal-Qusyairiyah, Kairo, 1966; 33 Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.147
8 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
getar jiwanya dapat menangkap gelombang cahaya dan suara Tuhan. Al-Ghalab lab al-syu al-syuhud hud diar 4. Al-Gha diarti tika kan n seba sebaga gaii ting tingka katt ke kese semp mpur urna naan an musy musyah ahad adah ah,, dima dimana na ia lupa lupa ak akan an ke kebe bera rada daan an diri diriny nya a dan dan alam alam sekitarnya, yang diingat dan dirasa hanya Allah seutuhnya. Apabila Apabila dilihat dilihat dari sudut sudut kajian psikologis, psikologis, terlihat terlihat suatu suatu karakteri karakteristik stik fana mistis, yaitu hilangnya kesadaran dan perasaan , di mana seseorang (sufi) tidak merasakan lagi apa yang terjadi dalam organismenya dan tidak pula merasakan ke-aku-annya ke-aku-annya serta alam sekitarnya sekitarnya. kondisi intuitif intuitif , di mana seseorang untuk beberapa Jadi fana adalah kondisi saat saat kehila kehilanga ngan n kesada kesadaran ran terhad terhadap ap ego-ny ego-nya, a, yang yang dalam dalam bahasa bahasa awam awam barang barangkal kalii dapat dapat dikata dikatakan kan sebaga sebagaii terkes terkesima ima atau atau bahasa bahasa yang yang sejeni sejenis. s. Karena, apabila diteliti apa yang dikatakan al-Qusyairi di atas bahwa fana itu adalah adalah terkes terkesima imany nya a seseor seseorang ang dari dari segala segala rangsa rangsang ngan an dan yang yang tingga tinggall hanyalah satu kesadaran, yaitu hanya Dzat Mutlak. Hanya satu daya yang mendom mendomina inasi si seluru seluruh h ekspre ekspresin sinya, ya, yaitu yaitu daya daya hakika hakikatt Tuhan, Tuhan, kar karena ena suatu suatu kead ke adaa aaan an insi inside dent ntal al,, arti artiny nya a tida tidak k berl berlan angs gsun ung g seca secara ra teru teruss-me mene neru rus. s. Kemampuan tersebut adalah karunia Allah yang yang tidak tidak dapat diperoleh melalui latihan yang bagaimanapun. Pada perkembangannya yang awal, kelihatannya ada dua aliran al-fana, al-Junaid al-Baghda al-Baghdadi di , satu satu aliran aliran yang yang berpah berpaham am modera moderatt yang yang diwaki diwakili li al-Junaid fana fi’tta fi’ttauhi uhid d . Kalau seorang telah larut dalam biasan biasanya ya disebu disebutt fana ma’rifatulloh dan ia tidak menyadari segala sesuatu selain Allah, maka ia telah fana dalam tauhid.12 Artinya masih ada batas dan tidak bersatu dengan Allah. Alir Aliran an fana fana yang yang ke kedu dua a dipe dipelo lopo pori ri oleh oleh Abu Yazid al-Busthami yang Tuhan. mengartikan al-fana sebagai penyatuan dirinya dengan Tuhan Sebelum masa Abu Yazid, fana diartikan kaum sufi sebagai “penga “pengabdi bdian” an”,, sehing sehingga ga fana fana diri diri berart berartii pengab pengabdia dian n kasada kasadaran ran diri diri atau atau pengabdian pengabdian kualitas kualitas diri. diri. Tetapi setelah setelah munculnya munculnya Ibn Arabi, terdapat terdapat dua 13 pengertian al-fana, yakni : 1. Dalam Dalam penger pengertia tian n mistis, yait yaitu u “hil “hilan angn gnya ya” ” ke keti tida dakt ktah ahua uan n dan dan tinggallah pengetahuan sejati yang diperoleh melalui melalui intuisi tentang kesatuan esensial keseluruhan itu. Sufi tidak menghilangkan dirinya, tetapi tetapi ia “menyada “menyadari” ri” non-ek non-eksis sisten tensi si esensia esensiall itu sebaga sebagaii suatu bentuk. 2. Dalam pengertian metafisika, yang berarti “hilangnya bentuk-bentuk” dunia fenomena dan berlangsungnya substansi universal yang satu. Menghilangnya suatu bentuk adalah “fananya” bentuk itu pada saat Tuhan memanifestasi (tajalli) dirinya dalam bentuk lain. Oleh karena itu kata Ibn Arabi, fana yang benar itu adalah hilangnya “diri” dalam kead keadaa aan n peng penget etah ahua uan n intu intuit itif if di mana ana kesa kesatu tuan an esen esensi sial al dari dari keseluruhan itu diungkapkan. Sufi Sufism sme e yang yang semp sempur urna na adal adalah ah sese seseor oran ang g yang yang meli meliha hatt Tuha Tuhan n dan dan “dirin “dirinya” ya” sendir sendirii di dalam dalam pengal pengalama aman n mistik mistikal, al, baik baik dengan dengan penget pengetahu ahuan an mistik mistikal al maupun maupun dengan dengan pengha penghayat yatan an esoter esoteris. is. Artiny Artinya, a, seoran seorang g sufi sufi yang yang 12 13
Al-Qusyairi, op.cit.;19 Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.149. Ibn Arabi, Fusus ; 230 Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.150.
9 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
sempurna adalah seseorang yang mengakui adanya Esensi dan bentuk (form), tetapi menyadari kesatuan esensial keduanya serta kemutlakan non-eksistensi dari form atau bentuk itu. Ini adalah adalah fana yang paling tinggi tinggi yang bisa dicapai dicapai oleh oleh seoran seorang g sufi. sufi. Kalau Kalau Abu Yazid Yazid mengat mengataka akan n ada empat empat situas situasii gradua graduall dalam proses fana, maka Ibn Arabi berpendapat, bahwa proses gradual itu ada tujuh tahap:14 a. Fana’a Fana’an n ma’as ma’ashi, hi, mening meninggal galkan kan dosa. dosa. b. Menjau Menjauhka hkan n diri dari semua semua perbua perbuatan tan apapun apapun.. Artiny Artinya, a, seorang seorang sufi sufi haru harus s mamp mampu u meny menyad adar arii hany hanya a Tuha Tuhan n satu satu-s -sat atun unya ya “age “agen” n” dan dan mutlak di alam ini, manusia tidak berbuat apa-apa. c. Menjauhkan diri dari sifat-sifat dan kualitas-kualitas dari wujud-wujud kontingen (mumkinul wujud), si sufi harus menyadari bahwa segala macam macam bentuk bentuk-be -bentu ntuk k yang yang ada, ada, sebena sebenarny rnya a adalah adalah kepuny kepunyaan aan Tuhan. Penglihatan, pendengaran dan perasaaan kita itu adalah milik Tuhan. Artinya, Tuhan melihat melihat diri-Nya sendiri melalui mata kita (sufi). (sufi). Sufi sejati adalah mereka yang dapat melihat Tuhan dari Tuhan di dalam Tuhan dan dari mata Tuhan sendiri.15 d. Menyingkir Menyingkir dari dari personal personalitas itas dirinya dirinya sendiri sendiri,, menyadari menyadari non-eksi non-eksistens stensii dari dari fenome fenomenal nal diriny dirinya a sendir sendirii serta serta “ke-Tuh “ke-Tuhanan-an” an” dari dari substa substansi nsi yang tidak bisa berubah. e. Meninggalkan seluruh alam, yakni mengabaikan dan menghentikan peng pengli liha hata tan n terh terhad adap ap aspe aspek k feno fenome mena na duni dunia a dan dan peny penyad adar aran an terh terhad adap ap aspe aspek k nyat nyata a (rea (reali lita ta)) yang yang meru merupa paka kan n haki hakika katt dari ari fenomena. f. Me Meng nghi hila lang ngka kan n sega segala lall hal hal sela selain in Tuha Tuhan, n, meng menghi hila lang ngka kan n ke kesa sada dara ran n terhadap diri sendiri sebagai seorang “pelihat” atau pemirsa, tetapi adalah Tuhan itu sendiri yang melihat dan yang dilihat, Ia dilihat dari manifestasi-manifestasinya. g. Me Mele lepa pask skan an semu semua a atri atribu butt-at atri ribu butt atau atau sifa sifatt-si sifa fatt Tuha Tuhan n sert serta a hubungan-hubungan atribut itu. Artinya, memandang Tuhan sebagai Esensi alam ketimbang terhadap sebab dari alam itu. Si sufi tidak memandang alam ini sebagai suatu akibat dari suatu sebab tetapi seba sebaga gaii suat suatu u real realit ita a dala dalam m pen penampa ampaka kan. n. Taha Tahapa pan n ini ini adal adalah ah peny penyad adar aran an penu penuh h terh terhad adap ap ini ini meru merupa paka kan n ikhti ikhtisa sarr dari dari selu seluru ruh h 16 filsafat mistis. Tahapan tersebut menggambarkan bahwa tujuan akhir tasawuf Ibn Arabi “pengetahuan uan sejati” sejati” dan kebahagiaa kebahagiaan n puncaknya puncaknya adalah pencapaian “pengetah seba sebaga gaii sufi sufi adal adalah ah “pen “penya yada dara ran” n” mela melalu luii intu intuis isii mist mistik ik,, yakn yakni i kesa kesatu tuan an esen esensia sialn lnya ya deng dengan an Tuha Tuhan n . Apa Apa yang ang diper ipero olehn lehny ya dar dari pengetahuan sejati (ilm yaqin) adalah ‘esensi’ dari kepastian (ainul yakin). 2. ALAL- ITTI ITTIHA HAD D
14 15 16
Ibid.: 24. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.150. Ibid.: 198. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.151. Untuk mendekatkan pemahaman pemahaman terhadap masalah ini, silakan diikuti penjelasannya pada point 4 bab ini. Sebagaimana Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.152.
10 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
Al-Itt Al-Ittiha ihad d adalah adalah perpad perpaduan uan esensi esensi manusi manusia a dengan dengan Tuhann Tuhannya ya dalam dalam keadaa kea daan n fana fana sehing sehingga ga wujudn wujudnya ya kek kekal al atau atau al-baq al-baqa a dan menemu menemukan kan jati jati dirinya sebagai manusia yang berasal dari Tuhan. Pemahaman ini timbul dari adanya pendapat yang bahwa jiwa manusia adalah pancaran dari Nur Ilahi, akunya manusia itu adalah pancaran dari yang Maha Ma ha Esa. Esa. Ke Kema mamp mpua uan n memb membeb ebas aska kan n diri diri dari dari alam alam lahi lahiri riah ahny nya, a, atau atau kemampuan untuk meniadakan pribadinya dari kesadarannya sebagai insan, kemudian memperoleh jalan kembali kepada sumber asalnya, asalnya, yakni menyatu padu dengan Yang Tunggal, sehingga yang dilihat dan dirasakan hanya satu. tajrid id fana fana at-t at-tau auhi hid d ’, Menu Me nuru rutt Baya Bayazi zid d (Al(Al-Bu Bust stha hami mi)) dise disebu butt ‘ tajr ’ , yait aitu perpad perpaduan uan dengan dengan Tuhan Tuhan tanpa tanpa ada perant perantara ara apapun apapun,, sebaga sebagaima imana na yang yang 17 diungkapan secara puitis oleh Bayazid: “Pada suatu ketika saya dinaikkan kehadirat Allah seraya Ia berkata, hai Abu Yazid, makhluk-Ku makhluk-Ku ingin melihatmu melihatmu.. Aku menjawab menjawab hiasilah aku dengan dengan ke-Esaan ke-Esaan-Mu, -Mu, dan pakailah aku sifat-sifat ke-dirian-Mu, dan angkatlah aku ke dalam ke-Esaan-Mu sehingga apabila makhluk-Mu melihat aku mereka akan berkata: “Kami telah melihat Engkau. Tetapi sebenarnya yang mereka lihat adalah Engkau karena sesungguhnya pada saaat itu aku tidak berada di sana”.
Ilustrasi tersebut di atas merupakan proses terjadinya ittihad versi Abu Yazid al-Busthami. Pada bagian awal ungkapannya itu mekukiskan alam ma’rif ma’rifat at dan selanj selanjutn utnya ya memasu memasuki ki alam alam fana’a fana’an n nafs nafs sehing sehingga ga ia berada sangat dekat dengan Tuhan dan akhirnya terjadi perpaduan. Situasi ittihad itu diperjelas lagi oleh Bayazid dalam ungkapannya:18 Tuhan berkata: Semua mereka kecuali engkau, adalah makhluk-Ku. Aku pun berkata: Aku adalah Engkau, Engkau adalah Aku Selanjutnya Abu Yazid berkata:19 Saya inilah Allah, tiada Tuhan selain Aku, sembahlah Aku.
Seca Secara ra harf harfia iah, h, ungk ungkap apan an-u -ung ngka kapa pan n Baya Bayazi zid d itu itu adal adalah ah peng pengak akua uan n dirinya sebagai Tuhan dan atau atau sama dengan Tuhan. Akan tetapi sebenarnya sebenarnya bukan demikian maksudnya. Dengan ucapannya ‘Aku adalah Engkau bukan ia Dialog og yang yang terj terjad adii ke keti tika ka itu itu pada pada maksu maksudka dkan n akunya akunya Bayazi Bayazid d pribad pribadi’ i’ . Dial hakika hakikatn tnya ya adalah adalah monolo monolog g . Kata Kata-k -kat ata a itu itu adal adalah ah sabd sabda a Tuha Tuhan n yang yang disalurkan melalui lidah Bayazid yang sedang dalam keadaan fana’an nafs . Pada saat bersatuny bersatunya a Bayazid Bayazid dengan dengan Tuhan ia berbicara berbicara atas nama Tuhan karena yang ada pada ketika itu hanya satu wujud yaitu Tuhan, sehingga ucapan-ucapan itu pada hakikatnya adalah kata-kata Tuhan . Dalam hal ini Bayazid menjelaskan:20 “Sebenarnya Dia berbicara melalui lidah saya sedangkan saya sendiri dalam keadaan fana”.
Dalam posisi dan kondisi tersebut di atas, Bayazid tidak mengaku mengaku dirinya sebagai Tuhan, tidak seperti apa yang dilakukan Firaun yang mengaku sebagai 17
Al-Thusi, al-Luma, Dar al-Kutub al-Hadisah, Kairo, 1960 :461 Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.153. 18 Harun Nasution, Falsafa dan Mistisisme Dalam Islam, Bulan Bintang, Jakarta,1978: 85. 19 A. Kadir Mahmud, op.cit.: 314 Sebagaimana Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.154. 20 Ibid: 310; Bnd. Fariduddin al-Atthar, Tadzkirat al-Aulia, RA Nicholson (ed) M. Ashraf, Lahore, 1970. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.155.
11 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
Tuhan. Proses ittihad menurut versi Bayazid ini adalah naiknya jiwa manusia ke hadirat Ilahi, bukan melalui reinkarnasi . Pada Pada posisi posisi dan kondis kondisii sirnan sirnanya ya segala segala sesuat sesuatu u dari dari kesada kesadara ran n dan pandan pandangan gannya nya,, dimana dimana hanya hanya ada satu satu yang yang disada disadari ri dan diliha dilihatny tnya a yaitu yaitu hakikat yang satu, yakni Allah. Keadaan bersatu dalam wujud Tuhan tersebut terjadi terjadi karena dia tidak melihat melihat dan tidak menyadar menyadarii dirinya sendiri sendiri terlebur terlebur dalam Dia yang dilihat . 3.
AL-HULUL
Doktrin al-hulul adalah perkembangan lebih lanjut dari paham al-ittihad secara lebih mendalam lagi, dimana Tuhan mengambil tempat pada diri manusia manusia yang sudah bersih dari sifat-sifa sifat-sifatt kemanusia kemanusiaannya annya melalui proses fana atau ekstase . Konsepsi al-hulul diperkenalkan pertama kali oleh Husein Ibn Mansur al-Hallaj yang meninggal karena dihukum mati di Baghdad pada tahun 308 H, karena paham yang ia sebarkan itu dipandang sesat oleh penguasa pada masa itu.21 Menuru Menurutt al-Hall al-Hallaj, aj, manusi manusia a mempun mempunyai yai sifat sifat dasar dasar yang yang ganda, ganda, yaitu yaitu sifat ke-Tuhan-an atau lahut dan sifat kemanusiaan atau nasut . Begitu juga dengan Tuhan memiliki sifat ganda, yaitu sifat-sifat Ilahiyat atau Lahut seseorang rang mampu mampu menghilang menghilangkan kan sifatsifatdan sifat insaniyah atau nasut . Jika seseo sifat kemanusiaannya dan mengembangkan sifat-sifat Ilahiyatnya melalui fana, maka terjadilah kesatuan manusia dengan Tuhan dan inilah yang dimaksud dengan hulul.22 Teori lahut dan nasut ini, berangkat dari pemahamannya tentang proses keja ke jadi dian an manu manusi sia. a. Al-H Al-Hal alla lajj berp berpen enda dapa pat, t, bahw bahwa a Adam Adam seba sebaga gaii manu manusi sia a pertam pertama a dicipt diciptaka akan n Tuhan Tuhan sebaga sebagaii copy copy dari dari diri-Ny diri-Nya a –shurra shurrah h min min nafsih nafsihdengan segenap sifat dan kebesarannya, sebagaimana ia ungkapkan dalam syairnya:23 “Maha Suci dzat yang menampakkan nasut-nya, Seiring cemerlang bersama lahut-Nya, Demiki Demikian an padu padu makhlu makhluk-N k-Nya ya pun terlih terlihat at nyata, nyata, Sepert Sepertii manusi manusia a yang yang makan makan dan minum layaknya”.
Al-Hallaj mengatakan bahwa konsepsi lahut dan nasut berdasarkan pada firman Allah dalam Surat al-Baqarah ayat 34 :
21
James Hasting, vol IV ; ada pendapat yang mengatakan bahwa al Hallaj dihukum mati bukan karena ajarannya, tetapi karena ia anggota Karamithah- kelompok anti penguasa. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.155. 22 R.A. Nicholson, op.cit.: 150 Sebagaimana Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.156. 23 A. Kadir Mahmud, op.cit.: 361 Sebagaimana Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.156.
12 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
“ Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah* kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” * Sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah berarti sujud memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah.
Menuru Menurutt pemaha pemahaman mannya nya,, adanya adanya perint perintah ah Allah Allah agar agar Malaik Malaikat at sujud sujud kepa ke pada da Adam Adam itu itu adal adalah ah ka kare rena na Alla Allah h tela telah h menj menjel elma ma dala dalam m diri diri Adam Adam sehing sehingga ga ia harus harus di sembah sembah sebaga sebagaima imana na menyem menyembah bah Allah. Allah. Bagaim Bagaimana ana 24 gambaran hulul itu, dapat dipahami dari ungkapan al-Hallaj berikut ini, Berbaur sudah sukma-Mu dalam rohku jadi satu, Bagai anggur dan air bening berpadu, Bila engkau tersentuh, terusik pula aku, Karena ketika itu, Kau dalam segala hal adalah aku. Aku yang kurindu, dan yang kurindu Aku jua, Kami dua jiwa padu jadi satu raga, Bila kau lihat aku,tampak jua Dia dalam pandanganmu, Jika kau lihat Dia, kami dalam p englihatanmu tampak nyata.
Ungkapan al-Halaj tersebut dapat dipahami bahwa wujud manusia tetap ada dan sama sekali tidak hancur atau sirna, bersifat figuratif, tidak riel karena berlangsung dalam kesadaran psikis dalam kondisi fana dalam iradat Allah. Manu Manusia sia dici dicipt ptak akan an Tuha Tuhan n sesu sesuai ai deng dengan an citr citraa-Ny Nya a , maka makna perpaduan itu adalah munculnya citra Tuhan ke dalam citra-Nya yang ada ada dala dalam m diri diri manu manusi sia, a, buka bukan n hubu hubung ngan an manu manusi sia a deng dengan an Tuha Tuhan n secara riel. Oleh karena itu, ucapan ana al-Haqq yang meluncur dari lidah al-Hallaj, bukanlah ia maksudkan sebagai pernyataaan bahwa dirinya adalah Tuhan. Sebab, yang mengucapkan kalimat kalimat itu pada hakikatnya adalah Tuhan juga tetapi melalui lidah al-Hllaj. Interpretasi ini sesuai pula dengan pernyataan al-Hallaj dalam syair syair berikut:25 Aku adalah rahasia Yang Maha Benar, aku bukanlah Yang Maha Benar, bedakanlah antara Kami .
Adal Adalah ah sang sangat at tida tidak k logi logis s jika jika seor seoran ang g sufi sufi yang yang sepa sepanj njan ang g usia usiany nya a merindukan dan mencari Tuhan, mengaku dirinya sebagai Tuhan. 4. AL-WAHDAT AL-WUJUD
unity of existence existence yakni Wahdat Wahdat al-Wuju al-Wujud d adalah Kesatuan Kesatuan wujud, wujud, unity dimana nasut nasut kelanj kelanjuta utan n atau atau pengem pengemban bangan gan dari dari pemaha pemahaman man ‘Hulul ‘Hulul’, ’, dimana (sifat-sifat insaniyah) menjadi ‘khalq, makhluk’ dan lahut (sifat-sifat ilahiyah) ilahiyah) menjadi menjadi haq. Ada dua aspek aspek dalam dalam ko konse nsepsi psi wahdat wahdat al-wuj al-wujud ud yakni ‘khalq dan haq’, mirip dengan ‘yin dan yang’ dalam filsafat Cina. Sinonim dari kata ‘haq’ adalah ‘al-ard , berarti accident’, dan ‘al-jauhar berarti substance’, dan dari al-zahir, berarti lahir, luar dan al-batin bera berati ti bati batin, n, dala dalam. m. Nicho Nichols lson on meng mengat atak akan an : “The eter eterna nall and the the phenomenal are two complementary aspects of the One, each of which is 24 25
Ibid.: 358; R.A. Nicholson. op.cit.,: 134 Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.157. Harun Nasution, op.cit.: 91.
13 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
necessary to the other; The creatures are the external manifestation of the ”, begitu begitu juga dengan Harun Nasution (1978) yang memahami memahami wahdat Creator ”, al-wujud bahwa pada setiap yang ada (wujud) mempunyai dua aspek, yaitu aspek luar, al-ard dan khalq yang mempunyai sifat kemakhlukkan dan aspek dalam yang merupakan jauhar dan haq yang mempunyai mempunyai sifat sifat ketuhana ketuhanan n 26. Dan yang yang terpen terpentin ting g menuru menurutt paham paham ini adalah aspek batinnya – al-Haqq- yang merupakan hakikat atau esensi dari tiap-tiap yang berwujud. ‘alam m ini ini Pemikir Pemikiran an paham paham ini timbul timbul,, dengan dengan memand memandang ang bahwa bahwa ‘ala ibarat cermin bagi Allah’, dimana semua makhluk yang ada pada alam ini merupakan pantulan diri Allah, karena setiap benda atau makhluk memili memiliki ki sifat sifat ketuha ketuhanan nan,, seolah seolah-ola -olah h Tuhan Tuhan meliha melihatt diriny dirinya a pada pada Alam yang diciptakan-Nya. Banyak Banyaknya nya benda benda atau atau makhlu makhluk k pada pada alam alam sebenarnya hakikatnya hanya satu, sebagaimana orang yang melihat dirinya dalam beberapa atau banyak cermin yang diletakkan disekelilingnya. Dalam seti setiap ap cerm cermin in terl terlih ihat at waja wajah h diri diriny nya, a, ke keli liha hata tan n banya anyak, k, namu namun n diri diriny nya a sebenarnya satu. satu. Al-Qashani dalam ‘fusus al hikam’ menjelaskan : “Wajah “Wajah sebenar sebenarnya nya satu, satu, tetapi tetapi jika jika engkau engkau perban perbanyak yak cermin cermin ia menjad menjadi i banyak”.
Sebagaimana kata Parmenides: Yang ada itu satu. Yang banyak itu tak ada. Yang kelihatan banyak dengan pancaindera adalah ilusi.
Filsafat tersebut dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa wujudnya makhluk dijadikan bergantung pada pada wujud Tuhan, sebagai sebagai sebab dari segala yang berwujud selain Tuhan, sedangkan yang berwujud selain Tuhan tak akan mempunyai wujud, sekiranya Tuhan tak ada. Karena Tuhanlah sebenarnya yang mempunyai wujud hakiki. Dengan demikian yang mempunyai wujud sebenarnya hanyalah Tuhan dan wujud yang dijadikan ini pada hakikatnya bergantung pada wujud Tuhan. Yang dijadikan sebenarnya tidak mempunyai wujud. Yang mempunyai wujud sebenarnya hanyalah Allah. Dengan demikian hanya ada satu wujud, yaitu wujud Tuhan. Menurut Ibn Arabi 27: “Sudah “Sudah menjadi menjadi kenyataan kenyataan bahwa makhluk makhluk adalah adalah dijadikan dijadikan dan bahwa bahwa ia berhajat kepa kepada da Khal Khalik ik yang yang menj menjad adik ikan anny nya; a; kare karena na ia hany hanya a memp mempun unya yaii sifa sifatt mumk mumkin in (mungkin (mungkin ada dan mungkin mungkin tidak tidak ada), ada), dan dengan demikian demikian wujudnya bergantung bergantung pada sesuatu yang lain;... dan sesuatu yang lain tempat ia bersandar ini haruslah sesuatu yang pada esensinya mempunyai wujud yang bersifat wajib, berdiri sendiri dan tak berhajat kepada yang lain dalam wujudnya; bahkan ialah yang dalam esensinya memberikan wujud bagi yang dijadikan.... Dengan demikian yang dijadikan mempunyai sifat wajib, tetapi sifat wajib ini bergantung pada sesuatu yang lain, dan tidak pada dirinya sendiri.”
26 27
Idem, op.cit.h.92-3 Idem. Op.cit.h.94-5
14 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
Dengan Dengan lain lain kata, kata, makhlu makhluk k atau atau yang yang dijadi dijadikan kan wujudn wujudnya ya bergan bergantun tung g pada wujud Tuhan yang bersifat wajib. Dan satu-satunya yang mempunyai wujud wujud sebenarn sebenarnya ya hanya satu, satu, yaitu yaitu Tuhan, Tuhan, sedang sedangkan kan wujud wujud selain dari dari Tuhan adalah wujud bayangan.
5. AL-WAH AL-WAHDAT DAT AS-SYU AS-SYUHUD HUD
Konsepsi Konsepsi al-wahdat al-wahdat as-syuh as-syuhud ud merupakan merupakan ajaran ajaran tasawuf tasawuf yang mirip dengan paham Al-wahdat al-wujud dan dapat dianggap sebagai dokrin ini mendapat mendapat pengaruh pengaruh dari dari Ibn Ibn Arabi, Arabi, yang diperkenalkan oleh Umar Ibn al-Faridh (w.632H). Tasawuff bukanl bukanlah ah sekeda sekedar r ilmu ilmu agama agama dan bukan bukan Menurutnya, Tasawu pula sekedar amal ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan tidak saja sekedar ma’rifat, tetapi tasawuf adalah ilmu dan amal serta ma’rifat ma’rifat sekaligus, sekaligus, yang yang diart diartiku ikulas lasika ikan n melalu melaluii wasilah wasilah untuk untuk mencap mencapai ai hakika hakikatt ilmu ilmu dan amal. amal. Dalam Dalam prakte praktek k tasawu tasawufny fnya a ko konse nsepsi psi al-wah al-wahdah dah assyuhud syuhud bertol bertolak ak dari dari dua dasar dasar yakni; yakni; pertam pertama, a, melalu melaluii kasyf dan ilham , amal riad riadha hah h dan dan sampai sampai kepada kepada mukasyafah dan dan ke kedu dua, a, mela melalu luii amal mujahadah, sampai kepada musyahadah. Beribadah, menjauhkan diri dari yang tidak baik, puasa, menghidupkan malam malam dengan dengan beriba beribadah dah,, wirid wirid terusterus-me mener nerus, us, wara’, wara’, qana’ qana’ah ah dan zuhd zuhd merupakan susunan al-maqomat yang harus dilalui satu persatu, serta selalu berusaha untuk melepaskan diri dari pengaruh kehidupan duniawi yang harus dilalui satu persatu oleh pengamal konsepsi al-wahdah as-syuhud. Usaha dan upaya tersebut akan dirasakannya sebagai kebahagiaan yang tinggi nilainya dalam membina cinta Ilahi,28 melalui suluk yang berkesinambungan sampai batas kesanggupan kesanggupan terakhir. terakhir. Puasa bukanlah hanya menahan diri pada siang hari serta beribadah pada malamnya, tetapi puasa itu adalah mewujudkan cinta yang membawa dirinya menyatu dengan yang dicintainya . Cinta Ibn al-Faridh al-Faridh berpadu dalam keindahan, keindahan, terarah khusus kepada pencipta keindahan itu, yakni Allah yang terus bergerak dalam jiwa dan selalu menjadi dambaan kalbu. Dorongan cinta dan kerinduan kepada keindahan alKhali Khalik k sema semaki kin n mend mendek ekat atkan kan diri diriny nya a ke kepa pada da Tuha Tuhan, n, sema semaki kin n deka dekatt dan dan semakin terasa dekat sampai kemudian akhirnya mengatakan, bahwa cintanya kep ke pada ada Tuhan uhan tida tidak k ada yang yang dapat apat men mengimb gimban angi gin nya sebag ebagai aima mana na diungkapkan dalam senandung syairnya: “Tiad “Tiada a arti arti semua semua cinta cinta diband dibanding ing dengan dengan keasyi keasyikan kan cintak cintaku. u. Semua Semua orang orang yang yang bercinta adalah prajuritku, Akulah pengambil keputusan dalam hal cinta, segenap anak muda yang bercinta akulah komandannya, Dan aku tidak bertanggung jawab terhadap remaja yang linglung, Aku menguasai teknik bercinta yang jaminan mutu, Dan orang yang tidak mengerti cinta adalah orang orang dungu”.
Melalui latihan dan konsentrasi batin yang teratur , maka cintanya kepada Allah semakin mendalam dan semakin menguasai segenap relung kalbunya sehingga sehingga ia dapat dapat merasakan merasakan getaran getaran cahaya cahaya Tuhan dan akhirnya yang ia 28
A. Kadir Mahmud, op.cit. : 521-522. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.160.
15 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
rasakan dan ia lihat hanya satu yakni Yang Esa. Situasi mistis yang demikian itu disebut wahdat as-syuhud . Kesatuan dalam dalam terminolo terminologi gi Berbeda dengan al-wahdah al-wujud, Kesatuan Ibn al-Faridh bukan penyatuan dua wujud , tetapi penyatuan dalam arti disaks disaksika ikan n hanya hanya satu satu, yait Wujud d Yang Yang Maha Maha Esa Esa. Pluralitas yaitu u Wuju Pluralitas yang tadinya tadinya nampak nampak menjadi menjadi lenyap sehingga segala sesuatu sesuatu nampakny nampaknya a satu kesa kesatu tuan an kare karena na ia tela telah h mamp mampu u “men “mengh ghad adir irka kan” n” Tuha Tuhan n dala dalam m dirinya melalui tajalliyatnya Ilahi. Ada dua segi segi ‘tajall ‘tajalli’, i’, menuru menurutt al-Far al-Faridh idh yaitu; yaitu; pertam pertama, a, tajalli tajalli secara secara zhahir, yakni melihat Yang Esa pada yang aneka; yang kedua, tajalli secara batin, yakni melihat yang aneka pada yang Esa atau jika dianalogikan dengan alam makro dan mikro. Dengan memperhatikan makrokosmos dapat “melihat” mikr mikrok okos osmo mos s begi begitu tu seb sebalik alikny nya. a. Ke Kema mamp mpua uan n untu untuk k teng tengge gela lam m dala dalam m kemanungg kemanunggalan alan dan tidak merasakan merasakan serta serta tidak tidak melihat melihat (syuhud) (syuhud) sesuatu 29 selain Allah Yang Maha Tunggal adalah dalam kondisi ‘fana’ . Menu Me nuru rutt al-Q al-Qur uran an,, tern ternya yata ta menc mencin inta taii Alla Allah h meru merupa paka kan n buah buah dari dari keimanan dan ketaqwaan, “...adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah....” (QS. 2 : 165) ; cinta dapat mengurangi beban dosa sehingga akan melapangkan kehidupan, “..jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu dan mengampuni dosamu...” (QS. 3 : 31) 6. AL-I AL-ISY SYRA RAQI QIYA YAH H
Konseptor tasawuf al-Isyraq adalah Suhrawardi al-Maqtul , merupakan tipe tasawuf falsafi yang paling orisinil di antara konsep-konsep tasawuf yang al-Futuh Yahya Yahya Ibn Habsyi ibn sealiran. sealiran. Nama lengkapnya lengkapnya adalah adalah Abu al-Futuh Amrak, lahir di Suhrawardi dan dihukum bunuh di Aleppo pada tahun 578 H atas perintah Shalahuddin Ayyubi. 30 Al-Isyraq berarti bers bersin inar ar atau atau mema memanc ncar arka kan n caha cahaya ya dan namp nampak akny nya a sear searti ti deng dengan an al-kasyf . Al-Isyraq lebih tepat epat diartikan penyinaran atau illuminasi , adal adalah ah kombin kombinasi asi perenu perenunga ngan n pemiki pemikiran ran spekulatif gabungan dari tasawuf dan filsafat dari berbagai aliran. Karya alMaqtul adalah Hikmatul Isyraq, yang merupakan adonan sempurna berbagai dari segala yang ada unsur tasawuf dan filsafat . Menurut Suhrawardi, sumber dari Cahaya Yang Yang Mutla Mutlak k yang al-Anwar ar , miri ialah Cahaya yang ia sebu sebutt deng dengan an Nur al-Anw mirip p mata mataha hari ri.. Wa Wala laup upun un ia mema memanc ncar arka kan n caha cahaya yany nya a teru terus s mene meneru rus, s, namu namun n cahayanya tidak pernah berkurang dan bahkan sama sekali tidak terpengaruh. Nur dalam konsep ini nampaknya analogis dengan rahmat Tuhan (faidh).31 Paham al-Isyraq ini menyatakan, bahwa alam ini diciptakan melalui penyinaran atau illuminasi . Kosmos Kosmos ini terdir terdirii dari dari susun susunan an bertin bertingka gkatttingkat berupa pancaran cahaya. Cahaya yang tertinggi dan sebagai sumber dari segala cahaya itu ia namakan Nurul Anwar atau Nurul A’zham dan inilah Tuhan yang azali. Manusia berasal dari Nurul Anwar yang diciptakan melalui 29
A. Kadir Mahmud, op.cit.; 529. Sebagaimana Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.163. Ibid:126; band. A. Kadir Mahmud, op.cit.: 440; dikatakan ia dihukum mati karena ajarannya. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.164. 31 Al-Taftazani, Al-Taftazani, op.cit.: 445. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.165. 30
16 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
pancaran cahaya dengan proses yang hampir sama dengan emanasi atau alfaidh. faidh. Oleh karena karena itu, hubungan hubungan manusia manusia dengan dengan Tuhan merupa merupakan kan arus arus bolak-balik. Artinya, ada hubungan yang bersifat dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas yang kemudian terjadilah ittihad. IV.
IBN ARABI (1165-12 5-124 40)
Abu Bakar Bakar Muhammad Muhammad ibn ‘Ali al-Khatam al-Khatamii al-Tha’I al-Tha’I al-Andalusi al-Andalusi (1165 (1165 – 1240 1240 M), M), dila dilahi hirk rkan an di Murc Murcia ia,, sala salah h satu satu ko kota ta di daer daerah ah timu timurr Anda Andalu lusi sia a (Spanyol) yang terkenal dengan keindahan dan pesonanya, pada hari Senin, 17 Ramadhan 560 H atau 28 Juli 1165 M. Di Timur ia dikenal dengan sebutan Ibn ‘Arabi ‘Arabi,, di Barat Barat ia diken dikenal al dengan dengan sebuta sebutan n Ibn Suraqa Suraqah, h, al-Sya al-Syaikh ikh al-Akb al-Akbar ar (Doktor Maximus), Muhyiddin, bahkan Neo Plotinus. Ibnu Arabi adalah penulis karya-karya tasawuf yang paling berpengaruh dalam sejarah Islam. Walaupun ia tidak mendirikan tarekat, pengaruhnya atas para sufi meluas dengan cepat mela melalu luii muri muridd-mu muri rid d terd terdek ekat atny nya a memp memper erke kena nalk lkan an ajar ajaran an-a -aja jara ran n dan dan pemikiran tasawufnya dengan terminologi intelektual dan filosofis. Ibnu Arabi juga mampu menggabungkan berbagai aliran esoterik yang berkembang di dunia Islam, seperti phytagoreanisme, alkimia, astrologi, serta beragam cara pandan pandang g dalam dalam tasawu tasawuff ke dalam dalam sintes sintesis is yang yang luas luas sesuai sesuai Al-Qura Al-Quran n dan Sunnah Nabi. Ayahnya bernama Ali bin Muhammad, slah seorang pakar hadits dan fikih, ahli zuhud, takwa, dan pegiat tasawuf, artinya beliau dibesarkan dalam keluarga keluarga yang mempunyai mempunyai tradis Tetapi Ibn tradisii kehidu kehidupan pan su sufis fistik tik yang yang kuat. kuat. Tetapi ‘Arabi ‘Arabi sendiri sendiri dalam pertumbuhanny pertumbuhannya a justru justru menempuh menempuh pendidikan pendidikan dengan tradisi intelektual rasional-filosofis yang kala itu berkembang pesat di wilayah Andalusia dengan Ibnu Rusyd sebagai tokoh besarnya kala itu. Pada masa mudanya itulah Ibnu Arabi yang belum berjanggut sempat berjumpa dengan Ibnu Ibnu Rusy Rusyd d yang ang sec secar ara a simb simbol olik ik mer merupak upakan an per perist istiwa iwa pent pentin ing g yang yang menunjukkan pertemuan antara dua tokoh pengetahuan formal. Perjumpaan orang ‘yang mengedepankan akal’ dan orang yang ‘mengalami penyingkapan mistis atau penglihata penglihatan n atas realitas-r realitas-realita ealitas s spiritual spiritual dengan dengan mata (kasyf)’ mistis hati. Ibn Arabi adalah penulis yang produktif, yang menurut Browne ada 500 judul karya tulis dan 90 juduk diantaranya asli tulisan tangannya tersimpan di Perpustakaan Negara Mesir. Tetapi menurut Sya’roni, Ibn Arabi menulis buku sekitar 400 judul saja, termasuk Fusus dan Futuhat . Produktifitasnya dalam menulis terutama selama ia bermukim di di Mekkah dan Damaskus atau atau sekitar 32 20 tahun terakhir masa hidupnya. Diantara hasil karya tulisnya (Buku-buku) yang terkenal dan fenomenal adalah : Fushus al-Hikam, Futuhat al-Makkiyah dan Turjuman Turjuman al-Asywaq al-Asywaq.. Ibnu Arabi wafat di Damaskus, Syria tahun 638 H/1240 M.
32
E.G. Brown, Literary History of Persia, vol. II: 497. Sebagaimana dikutip dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.172.
17 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
Ibn ‘Arabi diakui dan dikenal sebagai pendiri mazhab “kesatuan wujud” (wahdah (wahdah al-wujud) al-wujud) yang merupakan merupakan rembesan rembesan dari hasil hasil karya-karyan karya-karyanya. ya. Ia sendiri tidak pernah sekalipun memperkenalkan ungkapan ‘alwahdah al-wujud’ itu sebagai sebagai terminolog terminologii khusus khusus dalam tulisan-tu tulisan-tulisan lisannya. nya. Al-Farghan Al-Farghanii adalah pengikutnya yang pertama kali menggunakannya sebagai suatu istilah teknis. Istilah Istilah ini biasanya biasanya dikontras dikontraskan kan dengan dengan “pengetah “pengetahuan-N uan-Nya ya yang Berbilang Berbilang (Katsr (Katsrah ah al-‘il al-‘ilm)” m)”.. Maka, Maka, Tuhan Tuhan adalah adalah Esa dalam dalam dzat-N dzat-Nya ya dan berbil berbilang ang 33 dalam Pengetahuan-Nya. Ia adalah Esa dan sekaligus Segalanya. Seperti diketahui, Ibn ‘Arabi menjadi orang pertama yang meletakkan dasar-dasar aliran wihdat al wujud . Menurut Ibn Taimiyah, mazhab Ibn ‘Arabi ini, ini, seca secara ra esen esensi sial al,, meng mengat atak akan an bahw bahwa a makh makhlu luk k itu itu ‘sama’ dengan keberadaan al-Khaliq . Pada dasarnya, aliran ini menyatakan bahwa segala sesuatu lahir atas dasar pengetahuan ilahi yang bisa dibuktikan dengan lima tingkatan (maratib khamsah). Seluruh jiwa “menyatu” dengan Dzat Tuhan ; berubah dari kemajemukan kepada kesatuan dengan tahapan yang logis. 34 Sebaga Sebagaii seoran seorang g guru guru filsaf filsafat at ia mampu mampu memfil memfilsaf safatk atkan an pengal pengalama aman n spirit spiritual ualnya nya sebaga sebagaii seoran seorang g mistik mistikus us ke dalam dalam suatu suatu teori teori metafi metafisik sik yang yang berp berpen enga garu ruh, h, yang yang ke kemu mudi dian an dike dikena nall menj menjad adii dasa dasarr ko kons nsep epsi si pemi pemiki kira ran n tasawuf al-wahdat al-wujud , yang sudah dibahas sebelumnya sebagai salah satu ikon tasawuf tasawuf falsafi. falsafi. Seperti Seperti kebanyaka kebanyakan n sufi lainnya, lainnya, Ibnu ‘Arabi percaya bahwa para wali merupakan pewaris sipiritual Nabi yang beroleh cahaya Muhammad (nur Muhammad) . Sufi adalah adalah orang-or orang-orang ang yang dengan segala kemampuannya, baik lahir maupun batin, berusaha mendekatk mendekatkan an diri dengan dengan Allah. Tujuan Tujuan utama utama kesufian kesufian sejatinya sejatinya bukanlah bukanlah hasil berupa surga dan neraka, melainkan proses pengembaraan cinta yang mendasari niat sehingga tumbuh perasaan rindu yang mendalam (syauq). Ibnu Ibnu ‘Arabi ‘Arabi juga juga mengem mengemban bangka gkan n pemiki pemikiran ran tentan tentang g rohan rohanii manus manusia, ia, menurutnya dalam diri manusia terdapat dimensi rohaniah yang terdiri dari unsur kebutuhan psikis, spiritual, imajinasi dan alam khayal manusia. Rohani dapat membawa membawa manusia manusia kepada kepada alam antara sadar dan tidak sadar yang dise disebu butt deng dengan an alam alam al-mi al-mits tsal al (dun (dunia ia cita cita rasa rasa murn murni) i) dimana manusia siapapun siapapun juga dapat dapat mengenal mengenal Allah melalui imajinasi imajinasi kreatif kreatif yang terlatih. terlatih. Kaji Ka jian an roha rohani ni ini ini meli melipu puti ti dua dua caba cabang ng beru beruru ruta tan, n, yait yaitu u (1) (1) kajian kajian tentang tentang kaidah-kaidah yang akan mengantarkan pada perilaku terpuji dan bermuara pada kebahagiaan batin yang dalam (al-’alam al-rasmi), dan (2) kajian tentang olah-rasa yang mengantar jiwa pada cahaya keimanan dan pintu kemakrifatan (al-’alam al-dzauqi). Dalam pemikiran Ibnu ‘Arabi, Allah adalah al-Khaliq bagi seluruh alam. Seluruh yang ada termasuk manusia adalah pancaran iradat Allah (ide Allah). Inil Inilah ah yang yang memba embaw wany anya ke kep pada ada sebu ebuah ke kesi simp mpul ulan an yan yang 33
Seyyed Hossein Nasr, Eksiklopedi Tematis Spiritualitas Islam, Manifestasi, Mizan, Bandung : 2003. h.81 Dr. Muhammad Ibrahim al-Fayumi, Ibn ‘Arabi, Menyingkap kode dan menguak simbol di balik paham Wihadat alWujud, Erlangga, Jakarta : 2007. h.68. 34
18 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
ini adalah adalah esensi esensi dari Tuhan Tuhan itu sendiri sendiri . Teori menyatakan bahwa alam ini wihdat al-wujud (unity of existence, kesatuan wujud) ini menegaskan bahwa variasi bentuk dalam wujud ini pada esensi merupakan substansi wujud Tuhan yang tunggal. Disini Ibnu ‘Arabi membedakan dua pengertian tentang al-Haq: (1) al-Haq fi Dzatih, yakni hakikat mutlak yang transenden; (2) al-Haq yang bertajalli ke dalam wujud dan dapat ditangkap alat indera manusia sehingga identik dengan makhluk. Jadi, hakikat wujud mempunyai dua sisi: dari segi dzatn dzatnya ya ia eka/tu eka/tungg nggal al , tapi segi tajall tajallinya inya ia aneka/ aneka/ber beraga agam m. tapi dari dari segi “tidak ada dalam wujud kecuali Allah”, Prinsip tesisnya ini adalah bahwa “tidak maka faman kana wujuduhu bighairihi fahuwa fi hukm al-adam (siapa yang berwuj berwujud ud kar karena ena wujud wujud yang yang lain, lain, maka maka di sejati sejatinya nya termas termasuk uk tidak tidak ada). ada). Wujud itu satu, adanya makhluk ini sebagai isyarat nyata wujudnya Khaliq. Jadi hakikatnya tidak ada perbedaan antara wujud khalik dengan makh makhlu luk k kecu kecual alii dala dalam m bent bentuk uk,, jism jism dan dan rupa rupany nya a saja saja . Ko Kons nsep ep ini ini melahirkan teori teori Nur Muham Muhamma mad d atau atau al-Haq al-Haqiqa iqatt al-Muh al-Muhamm ammadi adiyah yah,, yang yang berart berartii bahwa bahwa Tuhan Tuhan mencip menciptak takan an alam alam semest semesta a ini adalah adalah pancar pancaran an dari dari Kemudian an atas atas dasar dasar pemikira pemikiran n ini lahirkan lahirkan wihdat al-wujud esensi Tuhan. Kemudi yang mengatakan bahwa Allah merupakan satu kesatuan kesatuan yang tak terpisahkan dengan makhluk. Keduanya menyatu, sekalipun tidak secara fisik tetapi dalam konsep wahdaniyah Tuhan.35
Jalan yang ditempuh seorang salik menurut Ibn Arabi adalah: taubat, zuhu zuhud d (men (menja jauh uhka kan n piki pikira ran n dari dari peng pengar aruh uh ke kedu duni niaw awia ian n deng dengan an jala jalan n mengantarkan manusia kepada kehampaan diri dan peniadaan diri di hadapan keagungan Allah), dan khalwat atau keterputusan diri dari seluruh dunia luar baik fisik maupun pikiran dengan hanya memikirkan Allah dengan dzikir dan Pada ko kont ntek eks s ini ini Ibn Ibn Arab Arabii meli meliha hatt merasakan merasakan kebersama kebersamaan an dengan-Ny dengan-Nya a. Pada keniscayaan seorang pembimbing spiritual (mursyid) agar jalan yang ditempuh benar. Ia pernah mengatakan bahwa barangsiapa menempuh jalan kesufian (suluk) tanpa seorang guru, maka ketahuilah bahwa gurunya adalah setan. Seba Sebali likn knya ya,, bagi bagi sali salik k yang yang mamp mampu u (’al (’alim im), ), keha kehadi dira ran n guru guru just justru ru akan akan mengurangi konsentrasi riyadhahnya dan akan membatasi daya fantasi dan imajinasinya tentang Allah. Sebagai figur representatif, representatif, Ibnu Ibnu Arabi mengikuti jejak pendahulunya, alHallāj. Tuhan menurutnya tidak dapat terlihat oleh siapapun (visible to no one). Ia menolak klaim para sufi yang mengaku melihat Tuhan dalam keadaan ekstasi atau fana’ mereka . Tuhan hadir dalam keyakinan di hati. Ia memb membuk uka a raha rahasi sia a diri diri-N -Nya ya send sendir irii ke kepa pada da hati hati dala dalam m suat suatu u cara cara yang yang memungkinkan hati mengakui-Nya. Lantas mata ini menyaksikan hanya Tuhan dari dari ke keya yaki kina nan. n. Ke Keya yaki kina nan n melah melahir irka kan n ukur ukuran an dari dari ka kapa pasi sita tas s hati hati.. Itul Itulah ah mengapa terdapat banyak keyakinan-keyakinan yang berbeda. Kepada setiap orang yang percaya, Tuhan adalah Dia yang menyingkapkan dirinya dalam bentuk keyakinan (iman). Jika Tuhan menampakkan dirinya dalam bentuk yang berbeda, orang yang percaya tidak dalam bentuk itu akan menolak-Nya, dan inilah sebab sebab mengap mengapa a keyaki keyakinan nan-ke -keyak yakina inan n dogma dogmatis tis bertik bertikai ai satu satu dengan dengan 35
Dari beberapa sumber blogger- Goo gle Searching Machine
19 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
lainny lainnya, a, menuru menurutt ibn Arabi. Arabi. Konsep Konsepsi si ketuha ketuhanan nan Ibn ‘Arab ‘Arab ī dengan dengan demikian demikian berdir berdirii di atas atas dikoto dikotomi mi yang yang membed membedaka akan n antara antara Tuhan Tuhan yang yang sebena sebenarn rnya ya dengan Tuhan yang merupakan persepsi manusia terhadap-Nya. Tuhan yang sebenarnya adalah Tuhan dalam diri-Nya sendiri, dalam Zat-nya, yang tidak dapat diketah diketahui ui karena karena keterbata keterbatasan san akal akal manusia. manusia. Ibn ‘Arab ‘Arab ī menyebutny menyebutnya a sebaga sebagaii al-Il al-Ilāh al-Haqq al-Haqq (The (The Real Real God), God), al-Il al-Ilāh al-Mutl al-Mutlaq aq (The (The Absolut Absolute e God), God), alIlāh al-M al-Maj ajh hūl (The (The Unkno Unknown wn God), God), atau atau Anka Ankarr al-N al-Nak akir irat at,, al-G al-Gha hayb yb al-Mut al-Mutla laq, q, dan al-Ghayb al-Ghayb al-Aqdas. al-Aqdas. Sedangkan Tuhan dalam kepercayaan kepercayaan manusia, manusia, yang tentu diwarnai oleh kapasitas pengetahuan untuk mempersepsi-Nya. mempersepsi-Nya.
V.
AL-JILLI (1366-1424)
Abd al-Karim ibn Ibrahim ibn ‘Abd al-Karim bin Khalifah bin Ahmad bin Mahmud al-Jilli (1366 – 1424 M), adalah salah saseorang pengikut Ibnu Arabi yang yang mela melaku kuka kan n peng pengay ayaa aan n dan dan tafs tafsir ir ulan ulang g ajar ajaran an-a -aja jara ran n Ibnu Ibnu Arab Arabi, i, insan kamil kamil dianta diantaran ranya ya yang yang terken terkenal al adalah adalah teori teori sufist sufistikn iknya ya tentan tentang g insan (manusia (manusia sempurna sempurna). ). Ia terlahir terlahir dari klan kelarg kelarga a sufi agung Syeikh Abdul Qadir al-Jailani , pada tahun 767 H/1366 M di pemukiman bernama al Jailan, salah satu distrik di kota Baghdad, Iraq, dan wafat pada tahun 826 H/1424 M di kota Zabidah, Yaman. Al-Jilli adalah pengembara sejati yang telah berkelana ke peloso pelosok k negeri negeri.. India, India, Persia Persia/Ir /Iran, an, Kairo/ Kairo/Ale Alexan xandri dria-M a-Mesi esir, r, Gaza-P Gaza-Pale alesti stina, na, Zabidah/Ya Zabidah/Yaman, man, Makkah Makkah dan Madinah Madinah adalah adalah diantara diantara tempat-tem tempat-tempat pat yang pernah ia kunjungi. Dan di setiap negara yang ia datangi, al-Jilli menetap untuk melakukan aktivitas belajar mengajar dan prosesi ritual. Dalam keyakinannya al-Jilli mengatakan bahwa “Allah tidak mengajar manusia dari al-Quran dan Hadits Hadits saja, saja, melain melainkan kan juga juga dari dari perila perilaku ku manusi manusia, a, realit realita a alam alam dan latar latar kesejajaran masing-masing penghuni bumi ini, sejatinya ajaran Allah sangatlah ” . Ia juga juga dike dikena nall seba sebaga gaii soso sosok k ’Pen ’Pengg ggil ila’ a’ ilmu ilmu peng pengea eahu huan an,, juga juga banyak ”. sebagai pakar Geografi, Pedagogi ilmu Filsafat Yunani, Ilmu Logika, Gramatika dan Rahasia Huruf, Ilmu Perbandingan Agama dan ilmu pengetahuan lainnya pada pada masa masa itu. itu. Disamp Disamping ing mempel mempelaja ajari ri produk produk ‘logik juga ‘logika’ a’ ilmu ilmu otak otak , ia juga menc mencer erda dask skan an hati hati dan dan jiwa jiwany nya a seba sebaga gaii seor seoran ang g ‘sal ‘salik ik’’ yang yang isti istiqo qoma mah h mentradisikan olah rohani. Al-J Al-Jil illi li hidu idup sezam ezaman an denga engan n pele peleta tak k dasa dasarr ajar ajaran an ‘Thariqat Naqsabandiyah’ yang Syeikh kh Baha Baha’u ’udd ddin in Muha Muhamm mmad ad ang ber erna nam ma Syei Naqsabandi . Beliau berguru pada Syeikh Syarifuddin Ismail ibnu Ibrahim al-Jabaruti dengan banyak belajar dan mendalami pemikiran/ajaran dari Ibnu Arabi. Arabi. Hasil Hasil kar karya ya tulisn tulisnya ya hampir hampir 30 kitab kitab dan berbag berbagai ai makalah makalah dengan dengan beragam topik kajian. Diantara karya utamanya adalah : ‘al-Kahfi wa al-Raqim fi Syarhi Bismillahirrohmaanirrohiim”, ‘al-Kamalaah al-Ilahiyyah’, ‘Qashidah an Naadirah Naadirah al-‘Ainiya al-‘Ainiyah’, h’, ‘Qutub ‘Qutub al’Ajaib’, al’Ajaib’, dan karya yang monument monumental al adalah adalah ‘Insan Kaamil fi Ma’rifah al Awahir wa al Awail’. Dalam karya-karyanya al-Jilli banyak banyak menggunaka menggunakan n simbol-simb simbol-simbol, ol, isyarat-isy isyarat-isyarat, arat, dan metafora-m metafora-metafo etafora ra 20 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
dalam menuangka menuangkan n pemikirann pemikirannya, ya, yang kadang kadang terasa terasa aneh aneh dan nyelen nyeleneh eh bagi kalangan non sufi atau mereka yang belum pernah tersentuh capaiancapaian spiritual. “Tasawuf mencakup mencakup rahasia-ra rahasia-rahasia hasia Al-Jilli Al-Jilli berpandan berpandangan gan bahwa bahwa “Tasawuf batin yang tidak mungkin ditakbirkan dengan kalimat-kalimat tegas dan lugas” lugas”.. Kalimat-kalimat tasawuf sarat sarat dengan dengan makna makna tersi tersirat rat . Ujaran dan ajaran sangat pekat dengan simbol, metafor dan isyarat serta rumus-rumus yang terkesan absurd dan menyimpang .
Menuru Menurutt al-Jil al-Jilli, li, Dzau adalah ah sumb sumber er utam utama a Dzauq q (int (intui uisi si)) dan dan Ilha Ilham m adal peng penget etah ahua uan n ka kaum um sufi sufi.. Mela Melalu luii peng penget etah ahua uan n intu intuit itif if/D /Dza zauq uq dan dan ilha ilham m Ilahiy Ilahiyyah yah (ketuh (ketuhana anan) n) seseor seseorang ang bis bisa a me-ma’ me-ma’rif rifahi ahi segala segala sesuat sesuatu u secara secara hakiki hakiki.. Untuk Untuk menca mencapai pai ma’ri ma’rifah fah hakiki hakiki,, logika logika tidak tidak layak layak untuk untuk menja menjadi di alatnya, karena peran dan fungsi akal sangatlah terbatas. Logika hanya bisa menjangka pengetahuan kasat mata yang bisa diindrai dan tidak keluar dari cerapan inderawi. Ma’rifah sejati hanya bisa digapai melalui jalan hati bukan dengan akal . Pengetahuan intuitif hanya bisa diraih melalui jalan sufi bukan “Manusia ia yang yang menuha menuhanka nkan n akal, akal, Al-Jil illi li berk berkat ata a bahw bahwa, a, “Manus jalan akal. Al-J selamanya tidak akan bisa memahami kesejatian segala sesuatu”. Manaka Mana kala la jiwa jiwa tela telah h samp sampai ai pada pada punc puncak ak sing singga gasa sana na roha rohani ni,, pada pada maqom ini jiwa lebur dalam kerohanian dan jiwa tidak menjadi jiwa seperti pemaha pemahaman man jiwa jiwa dalam dalam kehidu kehidupan pan yang yang kasat kasat mata. mata. Dimata Dimata seoran seorang g sufi sufi ketika jiwa telah sampai di puncak kesempurnaan , jiwa , jiwa akan ‘fana’ (sirna) dihadapan al-haq. Sebab dzat yang huduts (baru) berhadapan dengan dzat yang qadim (eternitas) niscaya akan sirna. Tidak seperti pemahaman filsafat atau filosof yang mengharuskan keterpisahan antara jiwa dan pencipta jiwa. Al-Jilli menolak keterpisahan juga menentang keras faham ‘Hulul dan Tanasukh (reinkarnasi)’ serta ‘Wahdat al Wujud’ . Fana’nya ya jiwa jiwa bersam bersama a al-Haq al-Haq,, haram haram Al-Jilli Al-Jilli menuturkan menuturkan bahwa bahwa Fana’n dimakn dimaknai ai dengan dengan Hulul Hulul (dalam (dalam penger pengertia tian n pante panteisme isme), ), Wahdat Wahdat alWujud jud (Ma (Manun nungga ggaling ling Kawu Kawulo lo Gust Gusti) i),, sert serta a ada adanya nya Tan Tanasu asukh (Reink (Reinkarn arnasi asi), ), karen karena a Allah Allah adalah adalah dzat dzat Yang Yang maha maha Suci Suci dan Maha Maha Sempurna haram disifati dengan sifat-sifat an Naqs (kurang) . Wujud tera teragu gung ng inti intiny nya a (dza (dzat) t) hany hanya a bisa bisa disiba disibak k deng dengan an peng penget etah ahua uan n intuitif. Sedangkan keberadaan al haq diketahui dengan mengop mengoptim timalk alkan an ketaja ketajaman man hati hati dan pikir pikir guna guna memaha memahami mi ‘Tajal ‘Tajalli li (man (manif ifes esta tasi si)’ )’-N -Nya ya di alam alam real realit itas as,, baik baik mikr mikrok okos osmo mos s maup maupun un makrokosmos.
Deraja Derajat-d t-der erajat ajat ma’rif ma’rifah ah menuru menurutt al-Jil al-Jilli, li, dimu dimulai lai dari dari pema pemaha hama man n tentang kesejatian wujud tingkat paling dasar hingga wujud teragung. Ketika sampai sampai mengg menggapa apaii Maqom Maqom (capai (capaian an spi spirit ritual ual)) Haqiq Haqiqah ah al haqaiq haqaiq (hake (hakekat kat wujud d univ univer ersa sall seor seoran ang g sufi sufi akan akan paha paham m sega segala la hake hakeka kat) t) yakn yaknii wuju bahwasanya al Haq adalah Ahadiyah al Jam’ah (Kesatuan dari yang 21 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
banyak) juga al-Wahdah al-Mutlaq (Ketunggalan Mutlak) yang “Insan Kamil”. Kamil”. Insan termanife termanifestasi stasikan kan dalam diri “Insan Insan Kamil Kamil adalah adalah citra citra Diri Diri Tuhan yang termanifestasikan dalam wujud manusia, jadi Manusia Sempurna (Insan Kamil) merupakan cerminan daripada wujud teragung di alam realitas ini.
Menuru Menu rutt al-Ji al-Jill llii ada ada dua dua peng penger erti tian an insan yaitu u : (1) insan kamil kamil yait (1) dala dalam m pengertian konsep pengetahuan tentang manusia yang sempurna; (2) terkait dengan dengan jati jati diri diri yang yang mengid mengideal ealkan kan kesatu kesatuan an nama nama dan sifatsifat-sif sifat at Tuhan Tuhan kedalam hakikat atau esensi dirinya. Al-Jil Al-Jilli li mengat mengataka akan n bahwa bahwa manusi manusia a dapat dapat mencapai kesempurnaan insaniyahnya melalui latihan rohani dan pendakian mistik . Latihan ini diawali dengan dengan kontem kontempla plasi si tentan tentang g nama nama dan sifatsifat-sif sifat at Allah Allah (Asma (Asma ul-Hus ul-Husna) na).. Kemu Ke mudi dian an masu masuk k ke dala dalam m suas suasan ana a sifa sifatt-si sifa fatt Tuha Tuhan n dima dimana na ia mula mulaii melang melangkah kah menjad menjadii bagian bagian dari dari sifatsifat-sif sifat at terseb tersebut ut dan berole beroleh h kek kekuas uasaan aan yang luar biasa. Berikutnya, ia melintasi daerah nama serta sifat Tuhan, masuk hakekat mutlak mutlak menjadi “manu “manusia sia tuhan tuhan” ” atau atau insan insan kamil kamil . kedalam hakekat Ketika Ketika itulah, itulah, matanya akan menjadi mata Tuhan, kata-katanya adalah katakata Tuhan, dan hidupnya menjadi hidup Tuhan. Kesemuanya ini didasarkan pada asumsi bahwa segenap wujud hanya mempunyai satu realitas, esensi Mutlak yang tak tergambarkan dan tergapai hakikatnya murni yaitu Wujud Mutlak yang oleh segala pemikiran manusia yang fana. Wujud Mutlak itu lantas bertajalli secara secara sempurna sempurna menjadi alam semesta. semesta. Jadi, Jadi, baginya, baginya, alam ini tercipta tercipta dari ketiadaan (creatio ex nihilo) dalam ilmu Tuhan. Ketika dalam kesendirian-Nya, yang ada hanya dzat Tuhan satu-satunya (bandingkan dengan pemikiran kaum filsuf). Dalam tajalli ini, manusia ideal adalah sintesis dari makrokosmos yang Untuk k permanen sekaligus aktual, cermin citra Tuhan secara paripurna. Untu mencap mencapai ai tingkat tingkatan an ini, seseor seseorang ang harus harus melewat melewatii tahapan tahapan pendakian spiritual (taraqqi) dimulai dari pengamalan dan pemahaman syariat (rukun Islam) secara baik, yang juga dilandasi dengan keyakinan pada rukun iman Dengan bekal bekal keduan keduanya, ya, seoran seorang g sufi sufi lantas lantas dapat dapat memasu memasuki ki yang kokoh. Dengan tingkat tingkat kesalehan kesalehan (al-salih) (al-salih) dimana dimana terdapat terdapat kontinuita kontinuitas s dalam menunaikan menunaikan ibadah ibadah kepa kepada da Allah Allah atas atas dasar dasar khauf dan raja’ . Dari al-salih, seseorang meneruskan pada tingkat al-ihsan (kebajikan) yang terdiri dari tujuh maqam: taubat, inabah, zuhud, tawakkal, ridha, tafwidh, dan ikhlas. Pada tingkatan ini seseorang sudah mulai disinari oleh perbuatan-perbuatan perbuatan-perbuatan Tuhan. Beranjak dari tahapan ihsan, seorang sufi dapat mendaki ke tingkatan penyaksian (al-syahadhah) dimana hati dipupuk kemauan kemauan dan cintanya kepada Allah dengan senantiasa mengingat-Nya dan melawan segala bentuk hawa Puncak akny nya, a, seor seoran ang g sufi sufi ak akan an mema memasu suki ki ting tingka katt ke kebe bena nara ran n (al(alnafsu. Punc shiddiqiyah) atau ma’rifat yang mempunyai tiga bentuk : ilmu al-yaqin (dimana sufi disinari asma’ Tuhan), ayn al-yaqin (dimana sufi disinari sifat-sifat Tuhan) dan haqq al-yaqin al-yaqin (dimana (dimana sufi disinari disinari zat Tuhan). Tuhan). Dengan demikian, diri sufi akan fana’ di dalam asma’, asma’, sifat dan zat Tuhan. Tuhan. Setelah Setelah ma’rifat, seorang seorang sufi 22 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
dapat meneruskan ke maqam qurbah, yakni merangkak sedekat mungkin dengan Allah hingga sampai pada derajat insan kamil. VI.
IBN SY SYAB’IN (12 (1217 17--1272) 72)
Ibnu Sab’in adalah Abd al-haq bin Ibrahim Ibrahim bin Muhammad Muhammad bin Nashr bin Muhamm Muhammad, ad, adalah adalah teosof teosof kenama kenamaan an Andalu Andalus, s, yang yang telah telah dikena dikenall di dunia dunia Barat, Barat, Eropa, Eropa, dengan dengan jawaban-ja jawaban-jawaba waban n cerdas cerdas atas pertanyaan pertanyaan-pert -pertanyaa anyaan n seputar permasalahan filosofis yang telah diajukan oleh Frederic II, seorang Raja Romawi yang berkuasa pada masa itu. Ibnu Sab’in lahir tepatnya pada 614 H. (1217 M./1218 M.), di kota Mursiah, Andalus. Lahirnya Ibnu Sab’in, pada paruh awal abad ke-7 tepat pada masa akhir dinasti Muwahhidin berkuasa di Andalus (Spanyol). Ibnu Sab’in wafat pada 20 Syawal 668 H., pada usia 55 (lima puluh lima) tahun. Ibnu Sab’in adalah nama dan julukan yang cukup aneh dan sekaligus ‘Sang Anak Anak nyentr nyentrik. ik. Secara Secara pemakn pemaknaan aan litera literalis lisnya nya,, Ibnu Ibnu Sab’in Sab’in adalah adalah ‘Sang Tujuh Puluh’ , bukan dalam pengertian anak biologis yang ke tujuh puluh dia dijulu dijuluki ki Ibnu Ibnu Sab’in Sab’in,, melain melainkan kan kar karena ena setiap setiap menuli menulis s nama nama menggu menggunak nakan an nama nama Abd Abd al-H al-Haq aq dita ditamb mbah ah sebu sebuah ah tuli tulisa sah h ling lingkar karan an:: O. Dan Dan satu satu wakt waktu u namanya ditulis dengan nama “Ibn O” (Anak Lingkaran). Dalam al-Qamus almengatakan bahwa “Lingkaran “Lingkaran” ” (=O) adalah sesuatu sesuatu yang meliputi meliputi Muhiyt mengatakan sega segala la sesu sesuat atu u sepe sepert rtii sebu sebuah ah ka kawa wasa san, n, yang yang menu menuru rutt ilmu ilmu Huru Huruff sama sama sebanding atau senilai dengan huruf ‘Ain yang senilai 70 (tujuh puluh). Jadi jika dia menulis namanya dengan “ Ibnu O”=’Ain=Ibnu Sab’in (Anak Tujuh Puluh). Ibnu Ibnu Sab’ Sab’in in memi memili liki ki bebe bebera rapa pa julu juluka kan/ n/se sebu buta tan, n, di anta antara rany nya a “Aby “Aby Muhammad”, di dunia Timur-Islam dikenal dengan “Qatb al-Dien”. Namanya juga disandarkan kepada nama negara kelahirannya, seperti “al-Andalusi”, dan disandarkan pada nama salah satu daerah yang ada di Andalus, seperti “alMursiy-Mu Mursiy-Murcia” rcia”,, “Riqatiy”, “Riqatiy”, “al-Isbiliy” “al-Isbiliy” dan “al-Qasth “al-Qasthalani” alani”.. Dan nama beken yang paling populer dan banyak dipakai dipakai adalah “Ibnu Sab’in”. Selain doktrin doktrin al-wahdah al-wahdah al-wuju al-wujud d dari Ibnu Arabi, Arabi, ternyata ternyata masih ada tipe tipe kesatu kesatuan an wujud wujud yang yang lebih lebih ekstri ekstrim, m, yaitu yaitu ‘al-Wahdah al-Mutlaqahkesatuan kesatuan mutlak’ mutlak’ yang merupakan hasil hasil rekaya rekayasa sa rasa rasa dan rasio Ibn Syabi’in. Secara esensil paham ini nampaknya sederhana karena katanya, wujud adalah satu yakni wujud Allah, sedangkan wujud-wujud lainnya itu adalah wujud Allah Yang Esa itu juga . Keberadaan segala sesuatu itu pada hakikatnya tidak berbeda dari wujud Yang Satu sehingga wujud hanya satu dan selalu satu, maka disebut kesatuan mutlak . Pola pikir Ibn Syabi’in ini berangkat dari satu aksioma yang disepakati, yaitu Tuhan adalah sumber dari segala yang ada, asal dari semua wujud pada masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Namun perlu diingat, nampaknya konsep ‘ada’ menuru menurutt Ibn Syabi’ Syabi’in in adalah adalah bermak bermakna na spirit spiritual ual-ro -rohan haniah iah,, bukan bukan materi material. al. Sebab, wujud ia gambarkan sebagai sebuah lingkaran yang porosnya adalah wujud mutlak yang transenden dan tiada batas, sedangkan wujud lainnya itu adalah nisbi dan berada di dalam lingkaran wujud mutlak itu. Atas dasar inilah 23 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
ia mengatakan wujud itu hanya satu karena keduanya adalah sama. Hal ini berarti, bahwa yang mutlak dapat dilihat pada yang nisbi. 36 Menurutnya, ajaran ini bersumber dari al-Quran yaitu Surat al-Hadid 3 dan al-Qashash: 88 yang ia tafsirkan melalui pendekatan teori emanasi Neo-Platonisme .
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir[*], Yang Lahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS.AL-Hadiid [57]: 3) [*]. Yang dimaksud dengan: Yang Awal ialah, yang telah ada sebelum segala sesuatu ada, Yang Akhir ialah yang tetap ada setelah segala sesuatu musnah, Yang Zhahir ialah, Yang nyata adanya karena banyak bukti- buktinya dan Yang Bathin ialah yang tak dapat digambarkan hikmat zat-Nya oleh akal.
“Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan.” (QS.Al-Qashash[28]: 88).
Konsep ini berangkat dari postulat bahwa wujud itu hanya satu, tidak banyak banyak,, yakni yakni Tuhan Tuhan sebaga sebagaii Realita Realitas s Tungga Tunggall dan sebaga sebagaii wujud wujud mutlak mutlak,, seda sedang ngka kan n wuju wujudd-wu wuju jud d lain lainny nya a itu itu hany hanyal alah ah illu illumi mina nasi si (pan (panca cara ran) n) atau atau pantulan dari wujud mutlak melalui tajalli secara berantai. Dari wujud mutlak keluar Aqal al-Kulli dan atau Haqiqat al-Muhammadiyah. Aqal Awal adalah asal (pen (penye yeba bab) b) ke keja jadi dian an sega segala la yang yang ada ada mela melalu luii pros proses es ini: ini: dari dari Aqal Awal melimpah (memancar) Nafs al-Kulliyat (jiwa alam) dan selanjutnya melimpah pula Jisim al-Kulli – yang dalam filsafat disebut hayula – yang disebut Ibn Arabi sebagai “habaa”. Habaa ini adalah wujud non-materi yang merupakan bahan baku baku bagi bagi kejadi kejadian an alam semesta semesta ini. Penamaan Penamaan “habaa” “habaa” ini, menurut menurut Ibn Arab Arabii dida didasa sark rkan an pada pada al-Q al-Qur uran an Sura Suratt al-W al-Waq aqia iah h 6: Faka Fakana natt hab habaa an 37 munbassa . maka jadilah dia debu yang beterbangan,
Menurut konsepsi ini, wujud ada empat kualitas (macam), yaitu; (1) Allah seb sebagai agai Wuju Wujud d Mutl Mutlak ak;; (2) (2) Aqal Aqal Awal Awal atau atau Aqal Aqal Kull Kullii atau atau Haq Haqiqat iqat alalMuhammadiyah; (3) Nafs al-Kulliyat; dan (4) Jisim Kulli atau habaa. Seluruh wujud makhluk ini adalah sempurna sesuai dengan urut-urutan kejadiannya, sesu sesuai ai deng dengan an jau jauh dek dekatny atnya a dar dari Wuju ujud Mut Mutlak lak seb sebagai agai wuju wujud d Yang ang Sempurna. Tetapi alam ini bukanlah Tuhan, alam hanya sebagai penjelmaan dari (mazhar) Wujud Mutlak dan keberadaannya di alam ini adalah transenden bukan imanen, melalui proses tajalli (pelimpahan, pemancaran) bukan melalui 36 37
Ibn Arabi, Futuhat, vol IV: 264. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.186. Ibn Arabi, Futuhat , vol I I:226-227, 236. Sebagaimana Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.187.
24 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
emanasi.38 Apab Apabil ila a dihu dihubu bung ngka kan n deng dengan an alam alam seme semest sta a maka maka ia dise disebu butt Haqiqa Haqiqatt al-Haq al-Haqaiq aiq,, tetapi tetapi apabil apabila a ia dikait dikaitkan kan dengan dengan segala segala yang yang ada, ada, ia disebut “habaa” atau materi pertama. Dari Dari segi segi kebera keberadaa daanny nnya a alam alam ini qadim qadim kar karena ena secara secara konsep konsepsio sional nal 39 sudah sudah ada dalam dalam Ilmu Ilmu Tuhan Tuhan sejak sejak azali. azali. Tetapi Tetapi diukur diukur dari “beradanya” “beradanya” dalam bentuk materi, maka alam ini adalah hudust dan ia adalah bayangan atau shurah dari Wujud Mutlak. Alam dikatakan qadim karena ia adalah bagian dari dari Tuhan, Tuhan, dan alam disebu disebutt hudus hudus karena karena ia memili memiliki ki bentuk bentuk (form) (form) dan 40 beraneka. Seca Secara ra ek eksi sist sten ensi sial al,, alam alam ini ini tida tidak k dida didahu hulu luii oleh oleh wakt waktu, u, dan dan berbentuk serta beraneka. Alam dan Tuhan sama-ama qadim dzamani tetapi berbeda dalam dzati Tuhan qadim zamani dan qadim dzati, namun pada alam terd terdap apat at aspe aspek k Ilah Ilahiy iyat at seca secara ra tran transe send nden en mela melalu luii taja tajall lli, i, buka bukan n ka kare rena na emanas emanasi. i. Alam Alam apabil apabila a diliha dilihatt dari dari aspek aspek lahiri lahiriah ah formal formal ia adalah adalah hudust, tetapi apabila dilihat pada hakikatnya ia adalah qadim. Tuhan dan alam adalah sama sama dan satu, satu, sedang sedangkan kan yang yang nampak nampaknya nya berbed berbeda a itu hanyal hanyalah ah bersif bersifat at 41 inderawi inderawi belaka. belaka. Karena Karena itu, itu, Wujud Wujud Mutlak Mutlak apabil apabila a dipand dipandang ang dari dari aspek aspek sebagai tempat bergantung dan asal segala yang ada, Dia itulah Tuhan. Tetapi apabil apabila a ditilik ditilik dari dari aspek aspek pencak pencakupa upanny nnya a atau atau transe transende ndens nsiny inya a terhad terhadap ap segala bentuk yang ada dan sebagai sumber daya bagi alam, dia disebut Aqal Awal atau Haqiqat Haqiqat al-Muhammadi al-Muhammadiyah. yah. Apabila Wujud Mutlak sebagai Tuhan Tuhan diartikan sebagai asal kehidupan bagi segala yang hidup, sdisebut Nafs Kulli. Namun apabila dipandang dari sudut bentuk segala benda yang merupakan manife manifesta stasi si atau atau penamp penampaka akan n dari dari Wujud Wujud Mutla Mutlak, k, dia dikata dikatakan kan Jisim Jisim Kulli. Kulli. Sedangkan apabila ia dilihat sebagai materi, ia disebut Habaa atau hayula. 42 Tetapi bagaimanapun semuanya itu pada hakikatnya adalah satu, dan inilah yang dimaksud denganwahdat al-Wujud, sebagaimana ia nyatakan dalam syair mistisnya.43 Dalam Dalam pandan pandangan gan Ibn Arabi, Arabi, tidak tidak ada perbed perbedaan aan antara antara Yang Yang Satu Satu dengan yang aneka atau antara Khaliq dan makhluk. Kalau pandangan mata nampak ada perbedaan, hal itu hanyalah karena seseorang itu tidak dapat meli meliha hatt deng dengan an mata mata hati hatiny nya a sehi sehing ngga ga ia tida tidak k dapa dapatt meli meliha hatt haki hakika kat. t. Kemampuan memandang tembus apa yang ada di balik benda lahiriah, hanya dimiliki oleh orang ‘arif dan mereka itu selalu berucap:44 “Maha Suci Allah yang menciptakan segala sesuatu dari dzatnya, sehingga apabila kami melihat-Nya berarti kami melihat diri kami, dan apabila kami melihat diri kami maka kami juga melihat Dirinya”.
Oleh Oleh kar karena ena itu, itu, apabil apabila a seseor seseorang ang ingin ingin mengen mengenal al Tuhan, Tuhan, mulail mulailah ah dengan mengenal diri sendiri, sebab diri manusia adalah “copy” dari Tuhan. Dala Dalam m diri diri manu manusi sia a ada ada aspe aspek k ke ke-T -Tuh uhan an-a -an n sehi sehing ngga ga manu manusi sia a dika dikata taka kan n sebagai mikrokosmos. Kalau demikian halnya, apakan kesamaan manusia (dan 38
Ibn Arabi, Futuhat, vol IV: 334. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.187. Ibn Arabi, Futuhat, vol II: 227. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.187. 40 Ibn Arabi, Futuhat, vol IV: 335. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.188. 41 Ibn Arabi, Futuhat, vol II: 76, 81. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.188. 42 Ibn Arabi, Fusus al-Hikam: 139, 239. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.188. 43 Ibid.: 19. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.188. 44 Ibid.: 175. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.189. 39
25 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
makhlu makhluk k lainny lainnya) a) dengan dengan Tuhan Tuhan secara secara eksist eksisten ensia siall dan juga juga substa substansi nsial? al? Apakah masih ada perbedaan manusia dari Tuhan. Untuk menjelaskan masalah itu dapat ditemukan dalam tuturan Ibn Arabi ini:45 “Kalau bukan karena-Nya atau karena “kita”niscaya tidak akan terjadi segala yang ada, saya menyembah yang al-Haqq dan “saya”. Allah adalah penghulu kita dan seesensi dengan-Nya, dan ketahuilah bahwa manusia adalah seesensi dengan-Nya.”
Manusi Manu sia a adal adalah ah hamb hamba a Tuha Tuhan n ka kare rena na Tuha Tuhan n berber-il illu lumi mina nasi si seca secara ra dzatiyah pada manusia (tajalli dzatiyah) sehingga manusia adalah Dzat Tuhan, karena kejadiannya yang demikian itu ia disebut Insan Kamil atau nuskhat Ilahi. Sedangkan makhluk selain manusia hanya menerima pancaran (tajalli) asma saja, sehingaga hanya beberapa aspek saja yang sama dengan Tuhan. Syair Syair di atas atas jug mengan mengandun dung g penger pengertia tian, n, bahwa bahwa Tuhan Tuhan sebaga sebagaii penghu penghulu lu manusia sebagai hamba. Tuhan kaya dalam segala hal, sedangkan manusia ada kekurangannya, yakni: adanya manusia tergantung pada adanya Tuhan, sedangkan adanya Tuhan karena dzat-Nya sendiri atau ada dengan sendirinya karena Dia adalah yang Wajib al-Wujud. Melalui bahasanya sendiri, Ibn Arabi mengatakan.46 Untuk Untuk menget mengetahu ahuii perbed perbedaan aan dan persam persamaan aan itu, itu, tidak tidak dapat dapat diliha dilihatt dengan mata dan atau deserap oleh rasio, tetapi harus melallui al-hubb al-Ilahi yang yang dike dikemb mban angk gkan an mela melalu luii amal amal,, taqw taqwa a dan dan sulu suluk k sehi sehing ngga ga menc mencap apai ai 47 ma’rifat melalui kasyf. Kata Ibn Arabi : Kemampuan itu ia peroleh karena ia telah sempai pada tingkatan kasyf, sudah terbuka semua tabir yang menghalanginya dari Tuhan sehingga ia dapat menyaksikan semua rahasia yang ghaib.
Selanjutnya ia mengatakan:48 Sebagai penjelasan kalimat di atas, Ibn Arabi menulis:49 “Hingga ia sampai pada suatu keadaan yang memungkinkannya untuk dapat melihat, mendengar dan berbicara melalui Tuhan serta bersama Tuhan”. Artinya, ia telah diberi Tuhan Tuhan suatu suatu kualit kualitas as kemamp kemampuan uan yang yang “sama” “sama” dengan dengan Tuhan, Tuhan, sehing sehingga ga seluru seluruh h perilakunya adalah”atas nama”Tuhan. Nampaknya pernyataan ini tidak jauh berbeda dari apa yang dikatakan al-Hallaj “ana al-haqq”, namun Ibn Arabi tidak pernah mengaku diri diriny nya a Tuha Tuhan n dan dan atau atau meny menyat atak akan an manu manusi sia a seba sebaga gaii Tuha Tuhan. n. Pali Paling ng jauh jauh ia mengatakan, bahwa manusia adalah shurah (bayangan) atau nuskhat Tuhan, serupa tapi tidak sama, karena karena secara secara transendental transendental Tuhan berada pada segala yang ada. Kemampuan agar dapat mengetahui dan merasakan seperti itu, kata Ibn Arabi tidak memerlukan bimbingan orang lain, tetapi dapat langsug dari Tuhan, seperti halnya para Nabi dan Rasul. Cuma katanya, kalau para Nabi dan Rasul mendaptkan ilmu itu melalui malaikat tetapi Sufi dan aulia memperolehnya karena kasyf al-hijab.50”
Kenapa dan untuk apa Tuhan bertajalli atau menampakan diri melalui alam semesta, menurut teori ini karena Tuhan adalah Dzat Mutlak yang “Ia 45
Ibid.: 19. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.189. Ibn Arabi, Futuhat, vol II: 298. Sebagaimana Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.190. 47 Ibn Arabi, Futuhat, vol IV: 236. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.191. 48 Ibid. : 325. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.191. 49 al-Arabiyah, Kairo, 1979:171 Ibrahim Hilal, Al Tasawuf al-Islam, Bainaad-Din wa’l Falsafah, Dar al-Nahdhiyah al-Arabiyah, Bnd; Ibn Arabi, Futuhat, II:124. Sebagaimana Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.191-2 50 Ibn Arabi, Futuhat , vol I V: 224. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit ., ., h.192. 46
26 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
ta’a ta’ayu yun” n”-- tida tidak k dapa dapatt dide didete teks ksi. i. Ma Maka ka anda andaii ka kata ta Tuha Tuhan n tida tidak k bert bertaj ajal alli li (menampakan diri) niscaya Tuhan akan selamanya berada dalam keghaiban dan tidak akan ada yang mengetahui dan mengenal-Nya. 51 Manusia dapat mengenal Tuhan hanya apabila dan atau sesudah Tuhan memanifestasikan diri diri-Ny -Nya a menj menjad adii sesu sesuat atu u yang yang nyat nyata a atau atau a’ya a’yan n sabi sabit, t, yakn yaknii Aql Aql al-a al-awa wal. l. Deng Dengan an munc muncul ulny nya a Aql Aql al-a al-awa wal, l, maka maka yang yang meny menyin inar arii dan dan disi disina nari ri sali saling ng 52 mengetahui. Dan andaikata Tuhan tidak bertajalli, maka dunia seisinya ini tida tidak k ak akan an pern pernah ah ada, ada, ka kare rena na adan adanya ya alam alam ini ini dise diseba babk bkan an Tuha Tuhan n (dza (dzatt Mutlak Mutlak)) melalu melaluii tajall tajalli. i. Menuru Menurutt konsep konsepsi si ini, ini, Dzat Dzat Tuhan Tuhan sebaga sebagaii subst substans ansii yang mutlak, tidak mungkin dikenal karena tidak memiliki atribut atau nama dan sifatnya yang berupa jauhar dengan dua ‘ardh (accident), yakni ‘azali dan baqa. Substansi Tuhan mempunyai dua aspek, yaitu al-Haqq dan khalaq di samping dua sifat qadim dan hudus. Ia juga memiliki dua nama, yaitu Rabbun dan Abdun. Dzat Tuhan berada pada dua kawasan atau hadlarat, lahiriah atau alam dunia dan batiniah atau alam akhirat, semuanya memiliki dua lintas atau pasangan-pasangan. Alam empiris ini adalah sifat (atribut) Wujud Mutlak yang merupakan refleksi al-Haqq dalam shurah atau form. Namun, katanya sifat adalah dzat karena sifat adalah refleksi dari dzat. Kondisi ini dapat dimisalkan bagaikan air dengan es, sehingga apabila dilihat dari hubungan dzat dengan sifat maka alam ini adalah wujud yang hakiki, karena alam ini adalah Wujud Tuhan juga dala dalam m rupa rupa sifa sifat. t. Cuma Cuma saja saja wuju wujud d alam alam terg tergan antu tung ng pada pada Wuju Wujud d Mutl Mutlak ak,, sedang sedang Wujud Wujud Mutlak Mutlak menjda menjdadik dikan an alam alam sebaga sebagaii wadah wadah penamp penampaka akan-N n-Nya. ya. Dengan Dengan demiki demikian, an, alam alam bukanl bukanlah ah Tuhan Tuhan tetapi tetapi hanya hanya sebaga sebagaii pernya pernyataa taan n 53 asma dan sifat Tuhan. Kalau tadi dikatakan, wujud makhluk adalah Dzat al-Haqq, apakah hal itu tidak tidak berart berartii adanya adanya kesatu kesatuan an secara secara materi material al atau atau wahda wahdatt al-Mad al-Maddiy diyah. ah. Apabila ditelusuri jalan pikiran Ibn Arabi – yang kadang-kadang kontradiktif – ternyata ternyata tidak ditemukan indikator yang jelas untuk menyatakan menyatakan demikian. 54 Dalam hal ini Ibn Arabi mengatakan: Katanya, “wujud yang hakiki hanyalah Wujud Allah, sedangkan wujud makhluk makhluk hanyalah hanyalah bayang-bay bayang-bayang ang dari yang punya bayangan bayangan (Tuhan) (Tuhan) atau gambaran dalam kaca dari yang mengaca. Maka makhluk adalah bayangan seda sedang ngka kan n al-H al-Haq aqqa qada dala lah h Yang Yang Ma Maha ha Suci Suci dan dan makh makhlu luk k adal adalah ah tiru tiruan an.” .” Artiny Artinya, a, sepert sepertii telah telah disebu disebutka tkan n terdah terdahulu ulu,, bahwa bahwa tajalli tajalli Tuhan Tuhan pada pada alam alam adalah dalam pengertian sebagai manifestasi Wujud Tuhan secara transenden pada segenap makhluk, bukan imanen pada alam. Dari pada-Nya segala yang
51
Ibn Arabi, Futuhat , vol I : 218. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit ., ., h.192. R.A. Nicholson,op.cit .: .: 86, Bnd. Yusuf Musa, op.cit . : 278. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.193. 53 Ibn Arabi, Futuhat, vol II:226,227,236. Sebagaimana Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.193. 54 Dalam hal ini, ia membedakan membedakan antara “wujud” dan “eksistensi”. Ia memandang eksistensi sebagai spesies dari wujud. Setiap yang mempunyai mempunyai wujud bisa dikatakan mempunyai eksistensi apabila dihubungkan dengan tingkatan wujud. Spesis wujud adalah:(1) Mutlak, yakni Tuhan, tak berkualifikasi, berkualifikasi, esensi kudus; (2) Nisbi, dunia fantasi, yang terdiri dari:(a) wujud bebas, substansi-substansi, substansi-substansi, (b) wujud tergantung, atribut-atribut, kejadian-kejadian. kejadian-kejadian. Wujud Nisbi dapat jadi aktual seperti halnya obyek-obyek, sehingga terkadang ia sebut juga sebagai “yang mungkin” atau a’yan sabit (contingent being), terletak di tengah-tengah tengah-tengah antara Realitas Absolut dan dunia fenomena. Selanjutnya lihat: Futuhat , vol IV: 334. Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.194. 52
27 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
bera berasa sall dan dan ke kepa pada da-N -Nya ya pula pula semu semuan anya ya ak akan an ke kemb mbal ali, i, inila inilah h inti inti dokt doktri rin n 55 Wahdat al-Wujud atau “kesatuan Wujud”. VII. VII.
KRIT KRITIK IK TER TERHA HADA DAP P TAS TASAW AWUF UF FAL FALSA SAFI FI
Kritik Krit ik terh terhad adap ap tasa tasawu wuff fals falsaf afii umum umumny nya a lebi lebih h bany banyak ak dini dinisb sbah ahka kan n kepa ke pada da krit kritik ik terh terhad adap ap pemi pemiki kira ran n Ibnu Ibnu Arab Arabi, i, ka kare rena na ke kelu luas asan an peng pengar aruh uh pemikirannya dan pengungkapan ajaran tasawufnya oleh murid-muridnya. Disamping banyaknya para pendukung terhadap pemikiran Ibnu Arabi, juga ada yang tak kalah semangat semangat untuk mencela dan mencercanya. mencercanya. Al-Syakhawi, adalah seorang sejarawan Mesir yang telah mendok mendokume umenta ntasik sikan an pendap pendapat, at, waca wacana na dan dan fatwa fatwa para para ulam ulama a mengen mengenai ai pemikiran Ibnu Arabi dalam kurun waktu tiga abad. Ada lebih dari 300 fatwa ulama yang mendukung dan menolak Ibnu Arabi sejak tahun 620 H hingga 895 H. Perhat Perhatian ian para ulama ulama diliha dilihatt dengan dengan banyakn banyaknya ya yang mensyara mensyarah h hasil hasil karya Ibnu Arabi. Tidak kurang dari 150 buku telah mengomentari bukunya yang terkenal ‘Fushush al-Hikam’ baik yang pro maupun yang kontra. Al-Ghazali yang senantiasa memegang prinsip tidak lepas dari dua hal yang menjadi landasan akidah keislamannya keislamannya,, yaitu : 1) sakralisasi sakralisasi syariat ; 2) pola pandangnya terhadap ketuhanan, mengkritisi paham ‘wahdah al-wujud’ menyat menyataka akan n bahwa bahwa Allah Allah itu dzat dzat tungga tunggall yang yang berbed berbeda a dengan dengan makhlu makhluk k ciptaan-Nya. Dia (Allah) mengekspresikan segala sifat kesempurnaan yang ada dalam diri manusia sebagai ‘tahap persiapan’ untuk mengenal Tuhan. Menurut Menurut al-Ghazali al-Ghazali,, “Hamb Hamba a ya Hamba. Hamba. Tuhan, Tuhan, ya Tuhan’ Tuhan’.. Keduan Keduanya ya tida tidak k bisa bisa sali saling ng meng mengga gant nti, i, yang yang satu satu tida tidak k akan akan menj menjad adii yang yang lain lain.. Pengetahuan kita tentang Tuhan sangat bergantung kepada kehendak Tuhan. Ia mengenalkan diri kepada kita melalui wahyu yang disampaikan kepada para nabi dan rasul, yang notabene hamba-hamba-Nya” 56 Ibn Taimiyah memulai kritiknya terhadap Ibn ‘Arabi abi terhadap pertanyaa pertanyaannya nnya dalam Fushush Persoalannya ya membingung membingungkan. kan. Fushush al-Hikam al-Hikam ; ‘ Persoalann Kebingungan sama dengan kegundahan, padahal gerak itu kehidupan ......” Menurut Ibn Taimiyah, buku dan karya Ibn ‘Arabi menyimpan pemikiran yang jauh melenceng dari ajaran agama dan tekstualitas (manthuq) al-Quran dan Sunnah Nabi. Ia mengaku sangat kaget dengan apa yang ada dalam buku al-Fut al-Futhuh huhat at al-Mak al-Makkiy kiyyah yah ketika Ibnu ‘Arabi menyatakan bahwa ia mendapatkan perintah dari Rasulullah SAW. 57 Sebagi Sebagian an ulama ulama menggo menggolon longka gkan n Ibn Arabi Arabi sebaga sebagaii orang orang yang yang ingkar ingkar dan dan ka kafi fir. r. Seba Sebagi gian an lain lain meng mengan angg ggap apny nya a seba sebaga gaii oran orang g yang yang menc mencap apai ai ma’rifah dan simbol dari ahli ibadah. Ada golongan ketiga yang abstein karena tidak yakin apakah Ibn ‘Arabi akan membawa mati keyakinan itu atau tidak. Dalam konteks ini Ibn Taimiyah berkata :”Allah Maha Mengetahui keadaan Ibn ‘Arabi ‘Arabi ketika ketika ia mening meninggal gal”. ”. Lalu Lalu ia menjela menjelaska skan n panjan panjang g lebar lebar pendap pendapat, at, analisis, analisis, dan kritiknya kritiknya terhadap terhadap Ibn ‘Arabi. ‘Arabi. Ada tiga hal pokok pokok yang menjadi menjadi 55
Ibn Arabi, Fusus: 1; bnd. R.A. Nicholson, op.cit.:150. Sebagaimana Sebagaimana dikutip oleh Prof.H.A.Rivay Siregar, op.cit., h.195. Dr.Muhammad Dr.Muhammad Ibrahim al-Fayumi, Ibn ‘Arabi, Menyingkap kode dan menguak simbol di balik paham Wihdat alWujud, Erlangga, Jakarta : 2007. h.52. 57 Idem. Op.cit.h.114 56
28 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
sasaran kritik dari Ibn Taimiyah, tapi al-Fayumi melihat dua hal yang utama atas kritik Ibn Timiyah, yaitu 58 : persoa oala lan n ke ketu tuha hana nan n dan dan ibad ibadah ah.. Alir Aliran an wihd wihdat at al-w al-wuj ujud ud Pertama, pers berp berpus usar ar pada pada pern pernya yata taan an bahw bahwa a sega segala la sesu sesuat atu u itu itu satu satu,, yang yang berimplikasi bahwa penyembahan kaum Musa terhadap anak sapi (‘ijl) sama dengan penyembahan kepada Allah. Dalam syair berikut, Ibn ‘Arabi bertutur tentang hal ini : Ketika sebelumnya aku benci sahabatku Jika agamaku dan agamanya agamanya beda Esok harinya hatiku menerima segala rupa Gembala rusa, pastur di gereja, pemuja berhala, Orang yang thawaf di Ka’bah Ajaran Taurat dan lembaran Qur’an Agamaku adalah cinta Kemanapun para pemuja membawanya Cinta itu agamaku dan keyakinanku
Ibn Ibn ‘Ara ‘Arabi bi juga juga pern pernah ah berk berkat ata, a, “Seor “Seorang ang mencap mencapai ai makri makrifat fat akan akan mam mampu meli meliha hatt kebe kebena nara ran n dala dalam m sega segala la hal. al. Bahk Bahkan an,, ia mam mampu mengetahui esensi segala sesuatu.” Tidak heran jika penganut aliran ini menyimpan sesuatu yang “lebih berbahaya” (akhtar) dari ini ketika Ibn ‘Arabi mengemukakan satu pendapat yang menyalahi (yukhalif) ayat alQur’an ketika berbicara mengenai Musa. Katanya, “Musa itu ‘anak emas’ Firaun, yang beriman ketika ia akan tenggelam. Ia mati dalam keadaan suci su ci,, disuc isucik ikan an,, tida tidak k terko erkoto torri sama ama sekal ekali. i. Ia mati ati memba embaw wa keimanannya, sebelum satu dosapun dilakukannya.” Menu Me nuru rutt Ibn Ibn Taim Taimiy iyah ah,, pern pernya yata taan an Ibn Ibn ‘Ara ‘Arabi bi di atas atas belu belum m pern pernah ah ahli kiblat kiblat (ulama (ulama Muslim Muslim)) pun, dikelu dikeluark arkan an oleh oleh seoran seorang g ulama ulama ahli karena ayat al-Quran dengan sangat jelas menyatakan bahwa Firaun itu fasik, menentang Musa, zalim, dan mengajak kepada kesesatan. Kedua, pernyataan Ibn ‘Arabi bahwa seorang wali lebih utama dari pada nabi. Ibn ‘Arabi berkata, “ Seorang Seorang wali wali lebih sempur sempurna na dari dari pada nabi nabi dan dan rasu rasul. l. Seor Seoran ang g wali wali yang yang meng mengik ikut utii nabi nabi atau atau rasu rasull lebi lebih h muli mulia a darinya. Seorang pengikut tidak akan pernah bisa melampaui orang yang diikutinya, dalam hal yang dia ikuti. Jika ia bisa melampaui orang yang Pernya yata taan an ini ini dia ikut ikuti, i, maka ia bukanl kanlah ah seo seoran rang peng pengik ikut ut..” Pern meny menyim impa pan n banya anyak k ke keru rumi mita tan, n, ka kare rena na ia seca secara ra tida tidak k lang langsu sung ng mengatakan bahwa seorang wali lebih mulia dari pada seorang nabi. Ibn ‘Arabi memoles pernyataannya dan berputar-putar dengan komentarnya. Tetapi Ibn Taimiyah menemukan bukti bahwa Ibn ‘Arabi mengatakan secara langsung di dalam pernyataannya yang lain, tanpa ragu. Dalam Fushush al-Hikam, ada satu pertanyaan yang sangat jelas dari sosok sufi yang filsuf ini. Menurutnya, kekuasaan itu cakrawala umum yang maha luas. Dengan begitu, tradisi kenabian umum (al-inba ‘al-‘alam) tidak akan terputus, sedangkan kenabian (pembawa) syariat dan risalah jelas telah terputus. 58
Idem, Op.cit. h.115-23.
29 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
Yang lebih parah lagi adalah pernyataan orang-orang yang meyakini bahw bahwa a kena kenabi bian an bisa bisa dipe dipero role leh h deng dengan an perj perjua uang ngan an (muk (mukta tasa saba bah) h). Mere Me reka ka memb member erik ikan an tiga tiga ciri ciri khus khusus us terh terhad adap ap ke kena nabi bian an berd berdas asar ar klasifikasi Ibn Sina. Pertama, kekuatan nalar untuk mendapatkan ilmu tanpa harus belajar . Kedua, semedi (al-infirad) dan kekuatan imajinasi. Ketiga, kekuatan mental yang mampu mempengaruhi dunia. Tak heran jika masing-masing dari al-Suhrawardi al-Maqtul dan Ibn Syab’in samasama mengejar kenabian. Ibn Syab’in berkata, “Aku telah menambahkan kata ‘nabi orang Arab’ dalam hadits ‘tidak ada nabi sesudahku’ Persoalan Persoalan ketiga ketiga yang dikritisi dikritisi oleh Ibn Taimiyyah Taimiyyah adalah tentang tentang teori teori Jabariyyah (fatalisme) dalam aliran wahdah al-wujud yang berimplikasi bahw ahwa mereka ingin mengatakan bahwa Allah tidak ada hubung hubungann annya ya sama sama sekali sekali dengan dengan perbua perbuatan tan buruk buruk dan baik baik seseorang, juga tidak memberikan manfaat atau bahaya . Semua itu itu murn murnii bera berasa sall dari dari diri diri yang yang bers bersan angk gkut utan an,, juga juga murn murnii ka kare rena na keberadaan seseorang. Ibnu Taimiyah juga mengkritik Ibn ‘Arabi dalam penafsiran ayat , “Allah memutuskan, janganlah kalian semua menyembah kecuali Dia.” (QS. AlIsra’ [17] : 23) bahwa “memutuskan” disini disini tidak berarti “kepastian “kepastian”, ”, tetapi “perintah”. Jika kita kembali kepada faktor kedua yang menyebabkan Ibn ‘Arabi ‘Arabi lebih meng mengut utam amak akan an Musa Musa dari daripa pada da Haru Harun, n, maka maka kita kita ak akan an mene menemu muka kan n alasan alasan Ibn Arabi Arabi yang yang mengat mengataka akan n bahwa bahwa Musa Musa sebena sebenarny rnya, a, sangat sangat yaki yakin n bahw bahwa a Bani Bani Isra Israil il tida tidak k meny menyem emba bah h anak anak sapi sapi (‘ij (‘ijl) l).. Me Mere reka ka menyembah Allah dalam rupa ‘ijl. Dan, rupa tidak akan kekal. Dia akan musn musnah ah (den (denga gan n send sendir irin inya ya), ), sean seanda dain inya ya saja saja Musa Musa tida tidak k ke kebu buru ru membakarnya. Selaras dengan aliran Wihdat al-Wujud-nya, ‘ijl dianggap sebagai salah satu dari penampakan Tuhan. Menu Me nuru rutt Ibn Ibn Taim Taimiy iyah ah,, Buku Buku Fash Fashsh sh Hikm Hikmah ah Imam Imamiy iyya yah h fi Kali Kalima mah h Haruniyyah memuat ide-ide berbahaya dari Ibn ‘Arabi dalam persoalan ketuh ketuhana anan. n. Semuan Semuanya ya berkis berkisar ar seputa seputarr penent penentang angan an terhad terhadap ap teori teori “pemisahan” (al-fashl) antara Tuhan dengan semesta, usahanya untuk menampakkan sifat Tuhan dengan semesta, usahanya untuk menampakkan sifat Tuhan di dalam semua makhluk, termasuk di dalam berh berhal ala a yang yang dise disemb mbah ah oran orangg-or oran ang g Arab Arab di masa masa jahi jahili liah ah,, bahk bahkan an semua sesembahan di muka bumi seperti pepohonan, hewan, manusia dan bintang-bi bintang-bintan ntang. g. Argumenta Argumentasi si yang di sampaikan sampaikan bertumpu bertumpu pada teori teori ketuha ketuhanan nan bahwa bahwa Tuhan Tuhan menamp menampakk akkan an diri diri dalam dalam segala segala.. Dia disemb disembah ah dalam dalam segala segala rupa. rupa. Menyem Menyembah bahnya nya bukanl bukanlah ah menyem menyembah bah bentuknya, tetapi menyembah menyembah Tuhan yang “bersemayam” “bersemayam” di dalamnya “penampak pakan” an” (al-ta (al-tajal jalli) li) yang yang (fiha), untu untuk k mene menegu guhk hkan an teor teorii “penam mereka dengungkan . Teori yang menyatakan bahwa wali lebih utama daripada nabi, menurut Ibn ‘Arabi, masih terus bertahan, karena risalah yang terputus hanyalah “turunnya aturan-aturan Tuhan ke dalam hati manusia melalui perantara wahyu”. Ini berbeda dengan ketetapan nonsyariat. Pelajaran-pelajaran Tuhan yang mengokohkan kebenaran aturan yang ada – atau 30 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
kesala kesa laha hann nnya ya – tida tidakl klah ah terp terput utus us.. Ini Ini dita ditamb mbah ah lagi lagi deng dengan an asum asumsi si bahwa Al-Quran masih terus turun ke dalam hati para wali, tidak terputus. Walau hafal, tetapi mereka memiliki intuisi sendiri. Pendapat ini menurut riwayat sebagian ulama sufi. Di tengah tengah diskur diskursus sus – apakah apakah tasawu tasawuf-f f-fils ilsufi ufis s ( al-tashawwuf al-falsafi) yan yang tel telah mem membent bentuk uk syar syaria iatt atau atauk kah seb sebalik alikn nya –, kit kita bisa isa menyatakan bahwa keduanya (tasawuf-filsufis dan syariat Isma’ili) samasama berperan dan digunakan untuk penyebaran dakwah. Orang-orang sufi sufi yang yang fils filsuf uf juga juga meng menggu guna naka kan n pemi pemiki kira ran n Syia Syiah h al-Ba al-Bath thin iniy iyya yah h dengan sangat piawai, dengan nama yang berbeda-beda – seperti alwilayah (wilayah kekuasaan), al-mahdiyyah, kekuasaan terakhir, risalah, atau wilayah kekuasaan para syekh ( masyikhah) – dan Isma’iliyyah juga menggunakan teori bahwa “pejuang” ( al-qa’im) lebih utama dari nabi. Dari teori Ibn ‘Arabi yang lebih mengutamakan seorang wali daripada nabi nabi bisa bisa dili diliha hatt adan adanya ya hubu hubung ngan an anta antara ra dia dia deng dengan an pemi pemiki kira ran n Isma’iliyya Isma’iliyyah h Bathiniyya Bathiniyyah h yang mengataka mengatakan n bahwa bahwa seorang seorang “pejuang” “pejuang” lebih utama dari seorang nabi. Salah satu yang menjelaskan hubungan ini, pendapat Ibn Sab’in, salah seorang penegak aliran wihdat al-wujud; yang mengatakan bahwa kenabian tidak terputus. Ini teori murni aliran Isma’iliyyah. Citr Citra a popu popule lerr Ibn Ibn Taim Taimiy iyah ah di Bara Baratt tent tentan ang g Isla Islam m di masa masa mode modern rn diun diungk gkap apka kan n oleh oleh penu penuli liss-pe penu nuli lis s Bara Baratt bahw bahwa a beli beliau au dala dalah h toko tokoh h yang yang mengkritik sufisme tanpa ampun dan menyatakan tidak ada tempat baagi para sufi sufi di dala dalam m Isla Islam m adal adalah ah tida tidak k bena benar. r. Sebe Sebena narn rnya ya adala adalah h beli beliau au tida tidak k membabi buta dalam mengkritisi sufisme, pada satu ketika mungkin kritiknya pedas dan pahit, tetapi secara keseluruhan sebenarnya simpatik, sebagaimana sikap umumnya beliau digambarkan dalam kutipan berikut ini : “ Beberapa orang telah menerima segalanya dari Sufisme, ada yang baik, dan ada yang jelek; sedang yang lain menolak seluruhnya, baik yang benar maupun yang salah, sebagaimana dilakukan oleh para ahli ilmu kalam dan ilmu fiqh. Maka sika sikap p yang yang baik baik terh terhad adap ap sufi sufism sme, e, atau atau sega segala la ssua ssuatu tu yang yang lain lain,, adal adalah ah menerima hal-hal yang sesuai dengan al-Quran dan as-Sunnah, dan menolak segala yang bertentangan”.59 Ibn Taymiy Taymiyah ah mengkr mengkriti itisi si secara secara adil adil gagasa gagasan, n, prakte praktek k dan pribad pribadii60 pribadi kaum sufi dalam tiga kategori, yaitu : 1. Sufi yang disebutnya sebagai masyaikh al-islam, masyaikh al-Kitab wa al-Sunnah, yakni para sufi yang tidak pernah mabuk, tidak kehilangan perasaan dan mampu membedakan, atau berkata yang bertentangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, kehidupan dan pengalaman mereka sesuai sesuai dengan dengan syari’ syari’ah ah (musta (mustaqim qim al-ahw al-ahwal) al),, diant diantara aranya nya adalah adalah : Fudh Fudhai aill bin bin Iyad Iyadh h (waf (wafat at 187/ 187/80 803) 3),, Ibra Ibrahi him m bin bin Adha Adham m (waf (wafat at 160/777), Syaqiq al-Balkhi (wafat 194/810), Abu Sulaiman al-Darani 59
60
Majmu’ Fataw Syaikh ‘l –Islam Ibn Taymiyah, disusun oleh Abd’l-Rahman ‘l-Asimi dan putranya Muhammad, Riyadh, Vol.X, halaman 82. Karya ini selanjutnya dibicarakan dalam Fatawa Shaykh ‘l-Islam. Sebagaimana dikutip sufisme-Syekh Ahmad oleh Dr.Muhammad Abd.Haq Ansari, Antara Sufisme dan Syari’ah : Kajian besar terhadap sufisme-Syekh Sirhindi, Rajawali, Jakarta : 1999. h.190. Ahmad Dr.Muhammad Dr.Muhammad Abd.Haq Ansari, Antara Sufisme dan Syari’ah : Kajian besar terhadap sufisme-Syekh Ahmad Sirhindi, Rajawali, Jakarta : 1999. h.190-2
31 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
(wafat (wafat 215/8 215/831) 31),, Ma’ruf Ma’ruf al-Khar al-Kharki ki (wafat (wafat 200/81 200/815), 5), Bishr Bishrii al-Kha al-Khafi fi (waf (wafat at 227/ 227/84 841) 1),, Sari Sari al-S al-Saq aqat athi hi (waf (wafat at 257/ 257/87 871) 1),, al-J al-Jun unai aid d bin bin Muhamm Muhammad ad (wafat (wafat 297/909 297/909), ), Sahl Sahl bin Abdull Abdullah ah al-Tusta al-Tustari ri (wafat (wafat 283/897) , dan Amr bin Utsman al-Makki (wafat 291/904), Abdul Qadir al-J al-Jil ilan anii (wafat afat 561/ 561/11 1166 66), ), Syekh yekh Hammad mmad al_d al_dab abb bas (waf (wafat at 525/1130), dan Syekh Abu al-Bayan (wafat 551/1156). 2. Para Sufi yang pengalamannya dalam fana dan mabuk (sukr) telah melemahkan kemampuan mereka untuk membedakan, dan membuat kata-katanya menjadi salah, sehingga kehilangan pengendalian atas nala nalarn rnya ya dan dan seba sebagi gian an dari dariny nya a mela melaku kuka kan n perb perbua uata tan n yang yang tida tidak k dibenarkan oleh syari’ah, antara lain : Abu Yazid al-Busthami (wafat 261/875), Abu al-Husain al-Nuri (wafat 295/907), dan Abu Bakar alSyibli (wafat 334/946). 3. Para Para Sufi Sufi yang yang memp memper erca caya yaii gaga gagasa san n dan dan dokt doktri rinn-do dokt ktri rin n yang yang bertentangan dengan ajaran Islam, atau melakukan kegiatan-kegiatan yang dikutuk Syari’ah, diantaranya adalah al-Hallaj (wafat 309/922). Kategori Kategori sufi ketiga ketiga inilah yang yang banyak dikritis dikritisii oleh Ibn Taymiyah. Taymiyah. Belia eliau u meng mengat atak akan an bahwa ahwa al-H al-Hal alla lajj adal adalah ah peng enganut anut dok okttrin reinkarna reinkarnasi si sebagian sebagian (khulul (khulul khash-sh khash-sh), ), sebagaiman sebagaimana a yang diyakini diyakini oran orang g Nasr Nasran anii terh terhad adap ap Ye Yesu sus. s. Al-H Al-Hall allaj aj juga juga ditu ditudu duh h melak melakuk ukan an praktek magis dan sihir. Selanjutnya adalah sufi yang mempercayai doktrin Zat Tunggal (al-Wahdah al-Wujud), antara lain Ibn Arabi (wafat 638/1240), Sadruddin al-Qunawi (wafat 672/1273), Ibn Sab’in (wafat 668/1269) dan Tilimsani (wafat 690/1291). Menu Me nuru rutt Ibn Ibn Taym Taymiy iyah ah dari dari paha paham m al-w al-wah ahda dah h al-w al-wuj ujud ud yang yang masi masih h terdekat dengan ajaran Islam adalah tentang perbedaan antara yang terlahir (al-Dzahir (al-Dzahir,, Manifest) Manifest) dengan dengan obyek pelahiran (manifesta (manifestasi, si, Madzahir) Madzahir),, serta serta peneri penerimaa maanny nnya a atas atas perint perintah ah dan larang larangan an syari’ syari’ah, ah, disamp disamping ing bebera beberapa pa prinsip lainnya. Ibn Taymiyah mengkritik Ibn ‘Arabi atas keyakinannya tentang wujud (dzat/eksistensi) yang satu, dan wujud dunia sama dengan wujud Tuhan, dan objek merupakan determinasi Tuhan. Ia berfikir bahwa Ibn ‘Arabi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara Tuhan dan Dunia dengan merujuk pada esensi hal-hal yang sebenarnya tidak berakar pada eksistensi. Ibn Taymiyah juga tidak mencela pengalaman Sufi dalam fana dan baqa, dan mengakui itu bagian dari perjalanan Sufi menjadi sedemikian larut (hingga mabuk) dalam Tuhan sehingga mereka melupakan diri mereka dan merasa bersatu dengan Tuhan adalah perbuatan yang bisa dimaafkan karena mereka sedang dalam keadaan tidak wajar/normal. Ibn Ibn Khal Khaldu dun n juga juga meng mengat atak akan an (men (mengk gkri riti tisi si)) bahw bahwa a sufi sufi-s -suf ufii fals falsaf afii mens menser eriu iusi si mode modell ke kete terk rkua uaka kan n (kas (kasyf yf)) sema semaca cam m itu, itu, dan dan memb membic icar arak akan an hakikat-hakikat wujud di langit dan di bumi. Namun mereka tak jelas dalam tujuan. Sebab perkataan-perkataan mereka berkaitan dengan intuisi dan naluri, sehingga orang-orang yang bukan kalangan mereka sendiri, tak akan mampu memahami berkataan-perkataannya. Intuisi-intuisi tersebut tidak tunduk pada dalil ataupun bukti. Ia adalah sebuah naluri. Di samping itu, mereka sengaja berteka-teki dengan menggunakan terma-terma filsafat yang tidak dipahami oleh luar kalangan kalangan mereka sendiri. Perkataan mereka mereka secara umum umum ”Tak bisa 32 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
ditang ditangkap kap oleh oleh ahki ahki fikir fikir kar karena ena kesama kesamaran ran dan ketert ketertutu utupan pannya nya.” .” 61 Ibn Khaldun Khaldun juga menyebutk menyebutkan an contoh-con contoh-contoh toh pemikiran pemikiran mereka mereka tentang tentang wujud dan kemunculann kemunculannya ya dari zat yang mewujudka mewujudkannya nnya serta serta urutan-ur urutan-urutann utannya, ya, Haki Hakika katt Muha Muhamm mmad adiy iyah ah,, wahd wahdat atul ul wuju wujud d Mutl Mutlak ak,, dan dan term termaa-te term rma a yang yang digunakan di dalamnya. Ibn Ibn Khald Khaldun un memb memban anta tah h perk perkat ataa aan n mere mereka ka tent tentan ang g ke kesa satu tuan an ( wahdah), deng dengan an menj menjel elas aska kan n bahw bahwa a itu itu diak diakib ibat atka kan n oleh oleh pena penafs fsir iran an yang yang sala salah h terhadap fana’ . ia berkata: “Dalam pemikiran tersebut, mereka mengingkari adanya keter eters susunan dan bany anyak dari berbagai maca acam segi. Yang memunculka memunculkan n pemikiran pemikiran tentang kesatuan kesatuan mereka mereka tersebut tersebut tak lain adalah sebuah khayalan dan imajinasi belaka. Padahal sufi-sufi yang sesungguhnya pada masa terakhir malah mengatakan bahwa seorang murid saat mengalami harus s meno menolak lak khay khayal alan an-k -kha haya yala lan n tent tentan ang g ke kesa satu tuan an,, yang yang mere mereka ka kasf , haru katakan sebagai maqom (tingkatan) penyatuan. Kemudian ia mendaki kembali hingga akhirnya mampu membedakan kembali antar wujud-wujud, dan mereka namakan itu sebagai maqom pemisahan. Ini adalah maqom seorang Arif yang sesungguhnya. Oleh karena itu, seorang murid harus menyingkirkan rintanganrintangan penyatuan. Hal ini merupakan sebuah rintangan yang amat susah, sebab ia merasa takut seandainya berhenti dalam rintangan itu, sehingga siasialah apa yang dilakukannya itu. 62 Kemu Ke mudi dian an Ibnu Ibnu Khal Khaldu dun n meng mengom omen enta tari ri ungk ungkap apan an-u -ung ngka kapa pan n yang yang bermas bermasala alah h dari dari sufi-s sufi-sufi ufi falsaf falsafii : “ Sedang Sedangkan kan perkat perkataan aan-pe -perka rkataa taan n yang yang membin membingun gungka gkan, n, yang yang dikena dikenall dengan dengan sebuta sebutan n Syathahat, adalah adalah salah salah menurut ahli syariat. Ketahuilah! Sebenarnya mereka adalah orang yang absen dari dari inde indera ra,, dan dan sesu sesuat atu u yang yang data datang ng tela telah h meng mengua uasa saii mere mereka ka sehi sehing ngga ga mengatakan perkataan-perkataan perkataan-perkataan tersebut tanpa sengaja. Orang-orang Orang-orang yang sedang absen tidak terkena khitab (pesan tuhan), dan orang yang terpaksa adalah adalah dimaafkan. dimaafkan. Barang siapa yang mengetahui mengetahui keutamaann keutamaannya ya dan juga mensuritauladaninya, akan berprasangka baik terhadap perkatannya tersebut. Mengungkapkan apa yang ada dalam perasaan adalah sangat susah, karena Sebaga gaim iman ana a yang yang terj terjad adii pada pada diri diri Abu Abu Yazi Yazid d dan dan tidak tidak ada tempat tempatnya nya. Seba semi semisa saln lnya ya.. Baran arang g siap siapa a yang yang tida tidak k meng menget etah ahui ui ke keut utam amaa aann nnya ya dan dan ketenarannya, pasti akan menyalahkan segala sesuatu yang keluar darinya. Jika perkataannya tersebut kurang jelas, maka akan mendorong kita untuk melakukan pentakwilan. Ketika mengatakan perkataan-perkataan semacam itu, dirinya sedang dalam keadaan sadar, dan tidak dikuasai oleh kondisinya, maka itu harus disalahkan. Oleh karena itu, para fuqaha’ dan pembesar sufi meng mengel elua uark rkan an fatw fatwa a untu untuk k memb membun unuh uh al-H al-Hal alaj aj kare karen na ia menga engata taka kan n perkataan tersebut dalam keadaan sadar. Ia adalah orang yang menguasai kondisinya, dan Allah lebih tahu tentang hal itu.”63 Para rasul tidak menganjurkan wahdat al-wujud (kesatuan dzat), mereka bahkan bahkan mengan menganjur jurkan kan Kesatu Kesatuan an Tuhan Tuhan (wahd (wahdat at al-ma’ al-ma’bud bud); ); dan tidak tidak ada 64 pembenar wahdat al-wujud di dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. 61
Muqaddimah, Muqaddimah, Ibnu Khaldun, h.330. Sebagaimana dikutip oleh Abu Wafa’ al-Ghanimi al-Taftazani, Tasawuf Islam : Telah Historis dan Perkembangannya, Gaya Media Pratama, Pratama, Jakarta ; 2008. 2008. h.236-7 62 Muqaddimah, Muqaddimah, Ibnu Khaldun, h.339. Idem, op.cit.h.237 63 Muqaddimah, Muqaddimah, Ibnu Khaldun, h.333. Idem, op.cit.h.238 64 Ahmad Dr.Muhammad Dr.Muhammad Abd.Haq Ansari, Antara Sufisme dan Syari’ah : Kajian besar terhadap sufisme-Syekh Ahmad
33 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
Ajakan Rasul adalah untuk memurnikan transendensi, dan isi pesan yang termaktub dalam al-Qur’an adalah untuk meyakini sifat-sifat lain dari Tuhan. Para Rasul telah menghancurkan kepercayaan kepada Tuhan yang keliru, baik berben berbentuk tuk manusi manusia a maupun maupun bukan bukan manusi manusia, a, dan mengaj mengajak ak umatn umatnya ya agar agar menyangkal dan mengingkari Tuhan-Tuhan Tuhan-Tuhan palsu. Mereka Mereka mengajari manusia tentang kesatuan Tuhan (Tauhid), Tuhan yang khas, unique, dn tidak dapat dirumuskan dan diformulasikan dalam bentuk-bentuk dan bayangan-bayangan karena ‘kemahaagungan-Nya’. Rasul-Rasul Allah diutus kepada manusia tidak untu untuk k meya meyaki kini ni dan dan memp mempra rakt ktek ekka kan n ‘aja ‘ajara ran n iman imanen ensi si,, ilum ilumin inas asii dan dan panteisme’, dan menyatakan bahwa makhluk merupakan perwujudan Maha Pencipta. Seluruh Rasul sepakat menerima keesaan ilahi dan menolak semua Tuhan selain Dia (Allah), sebagaimana dikatakan oleh Tuhan sendiri dalam alQur’an Surah Ali Imran [3] : 64 :
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika Jika mereka berpaling maka katakanlah katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".
Wallahu a’lam bishshawab....
Sirhindi, Rajawali, Jakarta : 1999. h.315
34 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).
Kepustakaan Antara Sufism Sufisme e dan Syari’ Syari’ah ah,, Rajawali, Abd.Haq Abd.Haq Ansari, Ansari, Dr.Muhammad Dr.Muhammad, Antara Jakarta : 1999. Menyin ingk gkap ap kode kode dan dan Al-Fayumi, Al-Fayumi, Dr.Muhammad Dr.Muhammad Ibrahim, Ibrahim, Ibn ‘Ar ‘Arabi abi : Meny menguak simbol di balik paham Wihdat al-Wujud , , Erlangga, Jakarta : 2007 Al-Jaili, Syekh Abd. Karim Ibn Ibrahim, Insan Kamil : Ikhtiar Memahami Kesejatian Manusia dengan Sang Khalik hingga Akhir Zaman, Pustaka Hikmah Perdana, Surabaya : 2005
Al-Taftazani, Abu Wafa’ al-Ghanimi, Tasawuf Islam : Telah Historis dan Perkembangannya, Gaya Media Pratama, Pratama, Jakarta ; 2008 Daudy, Dr.Ahmad, Kuliah Ilmu Tasauf , Bulan Bintang, Jakarta : 1998 Mengurai Tasawuf Tasawuf Irfan & Kebatinan Kebatinan,, Lenter Labib, Labib, Muhsin, Muhsin, Mengurai Lentera, a, Jakart Jakarta a : 2004 Nasution, Harun, Falsafa dan Mistisisme Dalam Islam, Bulan Bintang, Jakarta,1978 Nasr, Seyyed Hossein, Eksiklopedi Tematis Spiritualitas Islam, Manifestasi , Mizan, Bandung : 2003 Nasr, Seyyed Hossein, Eksiklopedi Tematis Tematis Spiritualitas Islam, Fondasi Fondasi , Mizan, Bandung : 2002
Siregar, Prof.H.A.Rivay, Tasawuf Dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme , Edisi Revisi, PT.RajaGrafindo Persada, Persada, Jakarta, Jakarta, Cetakan Kedua, Kedua, Juni 2002 2002 Schimmel, Annemarie, Dimensi Mistik Dalam Islam, Pustaka Firdaus, Jakarta : 1986
35 | TASAWUF FALSAFI-Pemikiran FALSAFI-Pemikiran Tasawuf Filsafat, Presented by Hasanudin Arinta Kusrin Ketua Yayasan Bina Cendekia Indonesia Indonesia (Alumni Pascasarjana Kajian Islam & Psikologi Psikologi – Kajian Timur Tengah & Islam-Universitas Indonesia).