BAB VI PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan metode Pra eksperimen dengan satu objek 2 kali perlakuan yaitu Pre dan Post Test . Sampel yang digunakan adalah 10 orang yang berkunjung ke Puskesmas Lima Kaum I, dimana dilakukan dilakukan perbandingan perbandingan pre dan post. A.
Tekanan darah sebelum dilakukan teknik relaksasi progresif
Hasil penelitian yang tergambar pada tabel 5.1 dan 5.2 didapatkan rentang tekanan darah sebelum dilakukan teknik relaksasi progresif. Didapat tekanan darah sistolik yaitu hipertensi ringan (derajat 1) 60% dan hipertensi sedang (derajat 2) 40 % dan pada tekanan darah diastoliknya didapatkan rentangnnya nya yaitu normal tinggi 10%, hipertensi ringan (derajat 1) 30% dan hipertensi sedang
(derajat
2)
42
60%.
43
Tekanan darah adalah kekuatan darah yang yang mengalir didinding pembuluh darah yang keluar dari jantung (pembuluh darah) dan yang kembali ke jantung ( pembuluh balik) (vitahealth,2005). Tekanan darah tinggi atau yang sering disebut hipertensi adalah naiknya tekanan darah pada pembuluh datrah arteri yang disebabkan oleh dua faktor utama yang dapat hadir secara bersamaan,yaitu : daya pompa jantung dengan kekuatan besar dan pembuluh darah kecil menyempit sehingga darah memerlukan tekanan yang besar untik melawan dinding pembuluh darah tersebut (Sibernagl & Lang, 2000). Hipertensi pada usia lanjut yaitu tekanan darah
sistolik ≥140
mmHg dengan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (Suyono,2001 dalam Sudoyo,2006). Berdasarkan klasifikasi JNC VI hipertensi pada lansia dapat dibedakan menjadi : 1. Hipertensi sistolik adalah hipertensi yang terjadi ketika tekanan darah sistolik > 140 mmHg namun tekanan darah diastoliknya tetap.
Keadaan
ini
berhubungan
dengan
arteroslerosis
(pengerasan dinsing arteri). 2. Hipertensi diastolik,yaitu hipertensi yang terjadi ketika tekana darah diastolik > 90 mmHg. 3. Hipertensi sistolik dan diastolik,yaitu hipertensi yang terjadi ketika terjadi peninngkatan tekanan darah sistolik dan diastolik diikuti oleh peningkatan tekanan darah diastolik.
44
Berdasarkan hasil penelitian Rahmita abdullah (2011) didapatkan hasil rata-rata sistolik sebelum dilakukan teknik relaksasi progresif 156,70 dan rata- rata
diastolik sebelum dilakukan teknik relaksasi progresif
adalah 93,20. Didapatkan rentang tekanan darah sistoliknya normal tinggi sampai hipertensi (derajat 2) dan rentang diastoliknya normal tinggi sampai (derajat 1). Dari hasil penelitian peneliti didapatkan kesimpulan bahwa ratarata tekanan darah responden sebelum diberikan perlakuan termasuk pada jenis hipertensi sistolik dan diastolik, terlihat bahwa rentang tekanan darah sistolik adalah hipertensi ringan(derajat 1) – hipertensi sedang (derajat 2) dan rentang tekanan darah diastoliknya adalah normal tinggi- hipertensi sedang. Menurut peneliti, hipertensi yang terjadi pada lansia pada penelitian ini disebabkan oleh pengaruh usia responden yang semakin tua, dengan penyebab utama dan faktor lain antara lain antaranya lingkungan, kelainan metabolisme, dan faktor lain seperti obesitas, konsumsi alkohol dan merokok, atau hipertensi karena gangguan hormonal, penyakit janting maupun ginjal. Namun diketahui faktor pemicu terjadinya hipertensi pada lansia dalam penelitian ini adalah faktor lingkungan yang mendatangkan stress, ketakutan, dan fakor konsumsi makanan yang jauh dari pola hidup sehat (tidak melakukan diet hipertensi) serta kebiasaan merokok. B. Tekanan darah sesudah dilakukan teknik relaksasi progresif
Hasil penelitian yang tergambar pada tabel 5.3 dan 5.4 didapatkan rentang tekanan darah sistolik dan diastolik sesudah dilakukan teknik relaksasi
45
progresif adalah rentang sistoliknya didapatkan hipertensi normal tinggi 30%, hipertensi ringan 50% dan hipertensi sedang 20%. Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi farmakologis dan non farmakologis. Upaya non farmakologis selalu menjadi hal yang penting untuk dilaksanakan pada penderita hipertensi pada usia lanjut. Terdapat banyak pilihan terapi non farmakologis dalam menangani hipertensi pada lansia , terutama bagi penderita hipertensi ringan sampai dengan sedang. Upaya terapi non farmakologis dengan diit rendah garam,penurunan berat badan,menghindari alkohol,mengurangi rokok, dan mengantisipasi stress dengan melakukan teknik relaksasi progresif (Soeparman & Sarwono, 1990). Teknik relaksasi progresif yaitu teknik untuk menngurangi ketegangan otot, Jacobson berpendapat bahwa semua bentuk ketegangan termasuk ketegangan mental yang didasarkan pada kontraksi otot (Armilawati dkk, 2009). Teknik relaksasi progresif merupakan salah satu teknik pengolahan diri yang didasarkan pada sistem kerja saraf simpatis dan para simpatis yang terbukti mengurangi ketegangan,kecemasan dan menurunkan tekanan darah pada hipertensi ringan (Neila Ramadani, 1994 ). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rahmita
Abdullah (2011) didapatkan rata- rata tekanan darah sistolik sesudah dilakukan teknik relaksasi progresif adalah 143,80 dan rata- rata tekanan darah diastolik sesudah adalah 82,10 (Abdullah,2011)
46
Menurut peneliti, adanya penurunan rata-rata tekanan darah sesudah dilakukan teknik relaksasi progresif disebabkan karena pada umumnya hipetertensi yang diderta lansia merupakan hipertensi esensial yanng disebabkan oleh faktor lingkungan seperti emosi,kecemasan dan ketakutan. Sehingga dengan diberikannya perlakuan teknik relaksasi progresif akan dapat menghilangan atau mengurangi stress, dimana dengan teknik relaksasi progresif akan menghasilkan respon stress sehingga aksi hipotalamus menyesuaikan dan terjadi penurunan aktivitas sistem saraf simpatis. C. Pengaruh teknik relaksasi progresif terhadap penurunan tekanan darah
Hasil penelitian yang tergambar pada tabel 5.5 dapat diketahui bahwa rata- rata perbedaan tekanan darah sistolik pre-test dan post-test setelah dilakukan teknik relaksasi progresif adalah berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai Pvalue 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sistolik pre-test dan posttest setelah dilakukan teknik relaksasi progresif Rata- rata tekanan darah diastolik pre-test dan post-test setelah dilakukan teknik relaksasi progresif adalah hasil uji statistik didapatkan nilai Pvalue 0,009 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah diastolik Pre-test dan Post-test setelah dilakukan teknik relaksasi progresif. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik yang sangat bermakna,
47
namun terdapat perbedaan rata-rata penurunan tekanan darah, didapatkan penurunan tekanan darah sistolik lebih besar dibandingan dengan tekanan darah diastolik,dimana didapatkan nilai t hitung sistolik lebih besar 7,124 dibandingkan nilai t hitung diastolik adalah 3,286. Didapatkan kesimpulan bahwa teknik relaksasi progresif lebih efektif menurunkan tekanan darah sistolik dari pada diastolik. Pada umur 20 – 80 tahun terjadi pengurangan pengisian ventrikel pada permulaan distolik .Meskipun kecepatan pengisian pada permulaan diastolik mengurang, volume akhir diastolik tidak menurun dengan pertambahan usia. Semakin meningkatnya usia menyebabkan terjadinya penebalan katub mitral, perubahan ini disebabkan degenerasi jaringan kolagen,pengecilan ukuran, penimbunan lemak dan klasifikasi. Klasifikasi sering terjadi pada anulus katub mitral yang sering ditemukan
pada
wanita. Perubahan pada katub aorta dapat terjadi pada daun atau cincin katub. Katub menjadi kaku dan hanya terdegar bising sistolik ejeksi pada orang- orang usia lanjut( Lakatta dkk,1987 dalam Darmojo,2011). Teknik relaksasi progresif adalah suatu latihan gerakan yang dilakukan untuk menghasilkan respon yang dapat memerangangi respon stress dan menyebabkan aksi hipotalamus menyesuaikan sehingga terjadi penurunan aktivitas sstem saraf simpatis yang akan menurunkan kecepatan denyut
jantung
dan
menurunkan
tekanan
darah
(Snyder
&
Egan,1993dalam Smeltzer,2002). Sehingga teknik relaksasi progresif dapat diterapkan pada penderita hipertensi.
48
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmita (2011) didapatkan nilai pvalue sistoliknya 0,005 dan nilai p value diastoliknya 0,005 dan dari hasil penelitian Yonathan (2005) didapatkan bahwa teknik relaksasi progresif lebih efektif menurunkan tekanan darah sistolik dibandingkan diastolik dimana didapatkan nilai sistolik p< 0,05 dan diastolik > 0,05. Menurut Peneliti, adanya perbedaan rata-rata penurunan tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi progresif disebabkan pada umumnya hipertensi yang dialami oleh para lansia adalah hipertensi akibat faktor lingkungan berupa stress,emosi,kecemasan dan ketakutan. Hal ini berarti bahwa respon tubuh pada masing – masing lansia berbeda terhadap suatu perubahan. Artinya walaupun respon yang diberikan kepada responden sama tetapi pada tubuh masing-masing reponden akan berbeda mekanisme penerimaannya. Hal diatas sesuai dengan penelitian Selye dalam Brunner and Suddart (2002) yang menjelaskan bahwa penafsiran stress seseorang tidak bergantung semata-mata pada suatu peristiwa eksternal, tetapi juga bergantung pada persepsi mereka atas suatu peristiwa dan makna yang mereka berikan, sehingga dengan dilakukannya teknik relaksasi progresif akan menghasilkan respon yang dapat memerangirespon stress sehingga aksi hipotalamus menyesuaikan dan terjadi penurunan aktivitas sistem saraf simpatis (Smeltzer,2002) Teknik relaksasi progresif juga dapat mengurangi ketegangan otot, semua bentuk ketgangan termasuk ketegangan mental didasarkan pada kontraksi otot. Teknik relaksasi progresif ini memberi respon terhadap
49
ketegangan, respon tersebut menyebabkan perubahan yang dapat mengontrol aktivitas sistem saraf otonom berupa pengurangan fungsi oksigen, frekuensi nafas, denyut nadi, ketegangan otot serta tekanan darah. Teknik relakasasi progesif dapat dijadikan sebagai terapi non farmakologis yang dapat menurunkan tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi ringan dan sedang dan sebagai pengganti aktivitas fisik bagi lansia yang memiliki keterbatasan fisik dan tidak mungkin melakukan latihan fisik sperti aerobik.oleh karena itu paabila lansia dengan hipertensi dapat melakukan teknik relaksasi progresif selama ± 30 menit setiap hari dapat menjaga tekanan darah dalam rentang normal. Menurut Brunner & Suddart (2002) menyatakan bahwa lansia dengan tekanan darah kurang dari 140 mmHg dapat hidup lebih lama, maka vitalitas dan harapan hidup lansia dapat meningkat(Smeltzer,2002) Penelitian yang peneliti lakukan kepada masing-masing responden, terlihat bahawa walaupun responden yang melakukan teknik relaksasi progresif tidak dilakukan dengan baik namun mampu menurunkan tekanan darah, sedangkan responden lain yang benar-benar melakukan teknik relaksasi progresif dengan baik dan benar darahnya lebih banyak menurun.
pada umumnya tekanan