FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PASIEN DALAM MEMILIH TEMPAT MEMBELI OBAT DI RS ZAHIRA, PASAR PASAR MINGGU JAKARTA
PROPOSAL TESIS Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S2
Program Studi Magister Administrasi Rumah Sakit Oleh Damar Sajiwo NIM : 11052105 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS RESPATI JAKARTA 2013
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN
Proposal penelitian yang berjudul :
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PASIEN DALAM MEMILIH TEMPAT MEMBELI OBAT DI RS ZAHIRA, PASAR PASAR MINGGU JAKARTA JAKARTA
Diterima dan disahkan oleh :
Telah diterima dan disahkan oleh :
Mengetahui :
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN
Proposal penelitian yang berjudul :
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PASIEN DALAM MEMILIH TEMPAT MEMBELI OBAT DI RS ZAHIRA, PASAR PASAR MINGGU JAKARTA JAKARTA
Diterima dan disahkan oleh :
Telah diterima dan disahkan oleh :
Mengetahui :
HALAMAN PERNYATAAN
Yang Bertanda tangan di bawah ini : Nama : Damar Sajiwo NIM : 11052105 Menyatakan bahwa judul : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PASIEN DALAM MEMILIHTEMPAT MEMBELI OBAT DI RS ZAHIRA, PASAR PASAR MINGGU JAKARTA “
”
Merupakan : 1. Hasil Karya yang dipersiapkan dan disusun sendiri 2. Belum pernah disampaikan untuk mendapatkan gelar pada program Magister ini ataupun ataupun program lainnya.
Oleh karena itu pertanggungjawaban tesis ini sepenuhnya berada pada diri saya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Jakarta 23 Februari 2014 Penyusun, Damar Sajiwo
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Damar Sajiwo lahir di Jakarta pada tanggal 22 September 1988, anak kedua dari dua bersaudara, putra bapak Ir. Dindot Soebandrio dan Ibu drg.Heliani Dwiana, MARS, MH. Riwayat pendidikan penulis : 1. SD DianDidaktika lulus tahun 2000 2. SMP DianDidaktika, lulus tahun 2003 3. SMA Bakti Mulya 400, lulus tahun 2006 4. Fakultas Kedokteran Universitas Universitas Trisakti Trisakti lulus tahun 2010 5. Tahun 2012 masuk program Pasca Sarjana Magister Administrasi Administrasi Rumah Sakit Universitas Respati Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah memberi kasih dan sayangnya dan petunjuk dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister pada Program Magister Administrasi Rumah Sakit. Keberhasilan penyusunan tesis ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak kekurangan. Penulis meminta kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang membutuhkan.
Jakarta 23 Februari 2014 Penyusun, Damar Sajiwo
BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang
Semula usaha rumah sakit merupakan usaha sosial yang bertujuan menolong sesama manusia yang mengalami musibah atau sakit. Selanjutnya telah berkembang dari unit usaha sosial ke unit usaha sosio bisnis atau nirlaba hingga usaha yang berorientas pada bisnis murni atau profit. Melihat perkembangan dan persaingan global diperlukan perubahan dalam pola pengelolaan manajemennya yang berorientasi pada pengguna jasa. Rumah sakit sebagai perusahaan harus berfikir profit tanpa meninggalkan fungsi sosialnya. Unit farmasi rumah sakit adalah sebuah unit atau bagian di rumah sakit yang melakukan pekerjaan kefarmasian dan memberikan pelayanan kefarmasian menyeluruh khususnya kepada penderita, professional kesehatan, rumah sakit dan masyarakat pada umumnya, dipimpin oleh seorang apoteker yang sah, kompeten, dan professional. Kewajiban apoteker adalah menetapkan dan memelihara standar untuk menjamin mutu, penyimpanan yang tepat, pengendalian dan penggunaan yang aman dari semua sediaan farmasi (Siregar&Amalia,2003). Di era globalisasi saat ini yang sangat kompetitif , rumah sakit tidak dapat
lagi
dipandang sebagai institusi sosial semata, yang dikelola dengan manajemen tradisional dan mengandalkan sumber daya seadanya, tetapi rumah sakit lebih dipandang sebagai suatu lembaga sosio-ekonomi yaitu lembaga sosial yang dikelola dengan prinsip-prinsip ekonomi. Saat ini rumah sakit swasta non-profit semakin berkembang kearah organisasi bisnis. Dalam UU No 44 tahun 2009
tercantum bahwa salah satu hak rumah sakit adalah menerima imbalan jasa
pelayanan. Terjadi perubahan sistem nilai, rumah sakit yang semula terutama berfungsi sosial sudah menjadi badan usaha bisnis yang menghasilkan surplus keuangan dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu unit farmasi rumah sakit merupakan salah satu sumber pendapatan yang signifikan bagi rumah sakit. Penilitian yang dilakukan oleh Lianingsih Partahusniutoyo 2010 di Pelayanan Kesehatan Sint Carolus unit farmasi memberikan sekitar 60-61% pendapatan dari total penerimaan rumah sakit sekalipun hanya sekitar 80% pasien yang menerima resep obat.
Tindakan pembelian merupakan tahap besar terakhir dari proses keputusan pembelian. Pada tahap ini konsumen harus mengambil keputusan kapan membeli, dimana membeli dan bagaimana membayar. Pembelian merupakan fungsi dari dua determinan, yaitu niat dan pengaruh lingkungan atau perbedaan individu (Engel dkk., 1995). Pada fungsi kedua, situasi merupakan peubah yang paling menonjol. Niat pembelian pada konsumen memiliki dua kategori, yaitu (1) produk maupun merek dan (2) kelas produk. Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan membeli tidak muncul begitu saja, tetapi melalui tahapan tertentu. Proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen terdiri dari (Engel dkk., 1994), yaitu (1) Pengenalan Kebutuhan, (2) Pencarian Informasi, (3) Evaluasi Alternatif, (4) Keputusan Pembelian dan (5) Perilaku Pasca Pembelian. Menurut Kotler (2002), ada dua faktor yang mempengaruhi maksud pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah pendirian orang lain. Sejauhmana pendirian orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang tergantung pada intensitas pendirian negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Faktor kedua adalah situasi yang tidak diantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian.
I.2. Perumusan Masalah
Dari data 3 tahun terakhir terlihat bahwa 16-24% dari resep yang ditulis dokter di unit rawat jalan dibeli di luar unit farmasi RS Zahira Pasar Minggu sehingga mempengaruhi total pendapatan farmasi RS Zahira Pasar Minggu. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Direktur Utama RS Zahira Pasar Minggu bahwa kehilangan resep tersebut sangat signifikan bagi RS Zahira Pasar Minggu. Untuk itu diadakan penelitian ini dalam rangka mencari faktor-faktor yang mempengaruhi pasien dalam memilih tempat membeli obat.
I.3. Pertanyaan Penelitian
1.3.1
Bagaimana gambaran karakteristik pasien yang berkunjung ke Poliklinik Penyakit Dalam RS Zahira Pasar Minggu.
1.3.2. Bagaimana hubungan antara karakteristik pasien (usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, jarak ke pelayanan) dengan keputusan pemilihan tempat pembelian obat di apotek RS Zahira Pasar Minggu 1.3.3. Bagaimana hubungan antara faktor lingkungan (penanggung biaya, pengaruh keluarga/pihak lain) dengan keputusan pemilihan tempat pembelian obat di apotek RS Zahira Pasar Minggu 1.3.4. Bagaimana hubungan antara faktor penyedia pelayanan kesehatan (fasilitas rumah sakit, pelayanan dokter, pelayanan paramedis, biaya pelayanan, kemudah an informasi) dengan keputusan pemilihan tempat pembelian obat di apotek RS Zahira Pasar Minggu I.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan umum Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pasien dalam memilih tempat membeli obat.
1.4.2. Tujuan khusus Menggambarkan karakteristik pasien yang berkunjung ke Poliklinik Penyakit Dalam RS Zahira Pasar Minggu 1.4.2.2. Menguji hubungan karakteristik pasien (usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, jarak ke pelayanan) dengan keputusan pemilihan tempat tempat pembelian obat di apotek RS Zahira Pasar Minggu. 1.4.2.3. Menguji hubungan faktor lingkungan (penanggung biaya, pengaruh keluarga/pihak lain) dengan keputusan tempat pembelian obat di apotek RS Zahira Pasar Minggu. 1.4.2.4. Menguji hubungan faktor yang berhubungan dengan penyedia pelayanan kesehatan (fasilitas rumah sakit, pelayanan dokter, pela yanan paramedis, biaya pelayanan, kemudahan informasi) dengan keputusan tempat pembelian obat di apotek RS Zahira Pasar Minggu 1.4.2.5. Mencari variabel independen yang paling mempengarui keputusan tempat pembelian obat di apotek RS Zahira Pasar Minggu
1.5. MANFAAT PENELITIAN 1.5.1. Bagi RS Zahira Pasar Minggu :
a. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pasien dalam memilih tempat membeli obat. b. Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi manajemen RS Zahira Pasar Minggu untuk merancang strategi mengurangi jumlah resep yang ditebus diluar unit farmasi. c. Menjadi bahan pertimbangan bagi manajemen RS Zahira Pasar Minggu untuk meminimalisir setiap potensi kehilangan penerimaan di setiap unit.
1.5.2. Bagi peneliti
a. Mendapat pengetahuan, pengalaman dan pemahaman tentang penerapan ilmu manajemen rumah sakit khususnya dalam sistem pelayanan di unit revenue center. b. Mendapatkan pembelajaran tentang manajemen rumah sakit khususnya hal-hal yang mempengaruhi pasien dalam memilih tempat membeli obat c. Mendapat kesempatan untuk mengembangkan wawasan keilmuan yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di jurusan MagisterAdministrasi Rumah Sakit.
1.5.3. Bagi institusi pendidikan
Khususnya Magister Administrasi Rumah Sakit. sebagai tempat pembelajaran penelitian ini sebagai pemenuhan tugas akhir dan kiranya hasil penelitian ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
1.6. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian ini adalah tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemilihan tempat Pembelian Obat di RS Zahira Pasar Minggu. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan data primer dari kuesioner yang dilakukan terhadap pasien Rawat Jalan Penyakit Dalam Bulan Desember – Februari tahun 2014. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Tehnik pengumpulan data dilakukan berdasarkan : a. Studi kepustakaan Merupakan suatu tehnik pengumpulan data sekunder dengan cara menelusuri dan mengkaji dokumen-dokumen dan literatur yang ada hubungannya dengan penelitian b. Wawancara Merupakan tehnik pengumpulan data dengan cara tanya jawab berdasarkan pedoman wawancara yang dilakukan secara intensif dan mendalam terhadap informan yang terlibat langsung dalam peresepan, ketersediaan obat dan penerimaan resep di unit farmasi rawat jalan RS Zahira Pasar Minggu
Pengambilan data primer dan sekunder dilaksanakan di RS Zahira Pasar Minggu, Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada bulan Desember 2013 – Februari 2014. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Adapun faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku dapat dijelaskan dengan Teori Lawrence Green yang dibedakan dalam tiga jenis yaitu :24 a) Faktor predisposisi (Predisposing factors) Faktor ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi yang berkenaan dengan motivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak. b) Faktor pemungkin (Enabling factors) Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk dalam faktor pemungkin adalah ketrampilan, sumber daya pribadi dan komunitas. Seperti tersedianya pelayanan kesehatan termasuk alat-alat kontrasepsi, keterjangkauan, kebijakan, peraturan dan perundangan. c) Faktor pendorong (Reinforcing factors) Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja tergantung pada tujuan dan jenis program. Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Berdasarkan perilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, konsumen akan memutuskan menggunakan alat kontrasepsi IUD. Selanjutnya proses penggunaan alat kontrasepsi IUD oleh masyarakat atau konsumen dapat dijelaskan oleh Anderson (1974) yang menyatakan bahwa keputusan seseorang dalam menggunakan alat kontrasepsi tertentu tergantung pada :24 a) Karakteristik Predisposisi (Predisposing characteristic) Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan maupun memakai alat kontrasepsi yang berbeda-beda. Karakteristik predisposisi dapat dibagi ke dalam 3 kelompok yakni : 1) Ciri-ciri demografi : umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota keluarga. 2) Struktur sosial : jenis pekerjaan, status sosial, pendidikan, ras, ag ama, kesukuan.
3) Kepercayaan kesehatan : keyakinan, sikap, pengetahuan terhadap pelayanan kesehatan, dokter dan penyakitnya. b) Karakteristik Pendukung ( Enabling characteristic ) 1) Sumber daya keluarga : penghasilan keluarga, kemampuan membeli jasa pelayanan dan keikutsertaan dalam asuransi kesehatan. 2) Sumber daya masyarakat : jumlah sarana pelayanan kesehatan, jumlah tenaga kesehatan, rasio penduduk dengan tenaga kesehatan dan lokasi sarana. c) Karakteristik Kebutuhan ( Need characteristik ) Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan pendukung itu ada. Karakteristik kebutuhan itu sendiri dapat dibagi menjadi 2 kategori yakni : 1) Perceived (subject assessment) : simptom, fungsi-fungsi yang terganggu, persepsi terhadap status kesehatannya. 2) Evaluated (clinical diagnosis) : simptom dan diagnosis 2.1. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Proses Pengambilan Keputusan
Menurut Engel, dkk. (1994), bervariasinya proses keputusan konsumen ditentukan oleh faktor pengaruh lingkungan, perbedaan individu, serta proses psikologis. Model perilaku konsumen secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 1.
2.1.1. Pengaruh Lingkungan a. Budaya Menurut Engel, dkk . (1994), budaya mengacu pada nilai, gagasan, artefak dan simbolsimbol lain yang bermakna membantu individu untuk berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat. Produk dan jasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi budaya, karena produk mampu membawa pesan makna budaya itu sendiri. Budaya mempengaruhi perilaku konsumen dalam tiga faktor, yaitu (i) budaya yang mempengaruhi struktur konsumsi, (ii) budaya yang mempengaruhi bagaimana individu mengambil keputusan, (iii) budaya adalah peubah utama dalam penciptaan dan komunikasi makna dari sebuah produk.
b. Kelas Sosial Menurut Engel, dkk . (1994), kelas sosial adalah pembagian individu di dalam masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang berbagi nilai, minat dan perilaku yang sama. Ukuranukuran yang biasa digunakan untuk menggolongkan masyarakat adalah pendapatan, pendidikan,
pekerjaan, kekayaan dan sebagainya. Kelas sosial dapat menunjukkan preferensi produk dan pemilihan merek yang berbeda-beda dalam berbagai kategori produk.
c. Pengaruh Pribadi Faktor ini memiliki pengaruh peranan penting dalam pengambilan keputusan konsumen, khususnya jika ada keterlibatan yang tinggi dan risiko yang dirasakan dari suatu produk atau produk pilihan. Pengaruh ini berasal dari kelompok acuan dan pemimpin opini. Kelompok acuan adalah orang-orang yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Sedangkan pemimpin opini adalah orang dapat dipercaya dan berpengaruh, serta dianggap sebagai sumber informasi mengenai pembelian dan pemakaian produk tertentu.
d. Keluarga Keluarga menjadi daya tarik para pemasar, karena keluarga memiliki pengaruh yang besar kepada konsumen. Anggota keluarga saling mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pembelian dan komsumsi suatu produk. Masing-masing anggota keluarga memiliki peranan penting mencakup pemberi pengaruh, pengambilan keputusan, pembeli dan p emakai.
e. Pengaruh Situasi Pengaruh situasi ini dapat timbul dari lingkungan fisik (lokasi, tata ruang, suara, warna), lingkungan sosial (orang lain), waktu (momen), tugas (tujuan dan sasaran pembelian) dan keadaan emosional (suasana hati dan kondisi situasional konsumen).
2.1.2. Perbedaan Individu
a. Sumber Daya Konsumen Konsumen membawa tiga sumber daya ke dalam setiap situasi pengambilan keputusan, yaitu sumber daya ekonomi (pendapatan dan kekayaan), sumber daya temporal (waktu) dan sumber daya kognitif (kapasitas mental yang tersedia untuk menjalankan berbagai kegiatan pengolahan informasi). Umumnya terdapat keterbatasan yang jelas pada ketersediaan masingmasing, sehingga memerlukan semacam alokasi yang cermat.
b. Motivasi dan keterlibatan Kebutuhan adalah peubah utama dalam motivasi. Bila kebutuhan dipenuhi akan menimbulkan adanya motivasi, yaitu dorongan dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya yang diarahkan pada tujuan memperoleh kepuasan. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi yang disadari dalam tindakan pembelian dan konsumsi.
c. Pengetahuan Menurut Engel, dkk. (1994), pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai bermacam produk dan jasa, pengetahuan yang terkait dengan produk dan jasa tersebut, serta informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen. Pengetahuan individu konsumen dapat dikelompokkan atas tiga kategori, yaitu pengetahuan produk mencakup atribut produk dan kepercayaan merek, pengetahuan tentang proses pembelian (dimana membeli dan kapan membeli) dan pengetahuan tentang penggunaan (dari ingatan konsumen dan iklan).
d. Sikap Sikap memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku. Dalam memutuskan merek apa yang akan dibeli, toko mana untuk dijadikan langganan, konsumen secara khas memilih merek atau toko yang dievaluasi secara paling menguntungkan menurutnya. Sikap seseorang adalah tanggapan yang dibentuk terhadap ransangan lingkungan yang mempengaruhinya. Sikap ini dibentuk berdasarkan pandangan konsumen terhadap produk dan proses belajar yang diperolehnya dari pengalamannya sendiri dan pengalaman orang lain. Sikap memiliki tiga komponen, yaitu (1) Komponen kognitif, yang terdiri dari dari kepercayaan konsumen dan pengetahuan tentang obyek, (2) Komponen afektif, yang ditunjukkan dari perasaan dan reaksi emosional kepada suatu obyek, dan (3) Komponen tindakan, adalah respon dari seseorang terhadap obyek atau aktifitas (Simamora, 2002).
e. Kepribadian, Gaya Hidup dan Demografi Menurut Engel, dkk. (1994), kepribadian dan gaya hidup merupakan peubah-peubah yang menyebabkan perbedaan dalam konsumsi produk dan preferensi merek. Kepribadian
didefinisikan sebagai respons yang konsisten terhadap stimulus lingkungan. Sedangkan gaya hidup didefinisikan sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu, serta uang. Gaya hidup adalah fungsi motivasi konsumen dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial, demografi dan peubah lainnya. Selain itu perilaku
konsumen juga dipengaruhi oleh faktor demografi
seperti usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendidikan dan lain-lain.
2.1.3. Proses Psikologis Menurut Engel, dkk. (1994), proses psikologis mempunyai pengaruh cukup besar dalam membentuk motivasi dan perilaku konsumen. Ada tiga cara yang membentuk semua aspek motivasi dan perilaku konsumen, yaitu : a.Pemprosesan Informasi Pemprosesan informasi mengacu pada proses suatu stimulus diterima, ditafsirkan dan disimpan dalam ingatan, serta belakangan diambil kembali. b. Pembelajaran Pembelajaran dapat dipandang sebagai proses dimana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap dan perilaku. Definisi ini mencerminkan posisi dua aliran pikiran utama mengenai pembelajaran. Satu perspektif mengenai pembelajaran dikenal sebagai pendekatan kognitif, pembelajaran dicerminkan melalui perubahan pengetahuan. Perspektif lainnya adalah pendekatan behaviorisme yaitu pembelajaran dengan perilaku yang dapat diamati.
c. Perubahan Sikap dan Perilaku Sikap konsumen akan mengalami perubahan dalam pengambilan keputusan pembelian, setelah mendapatkan informasi dan pembelajaran akan suatu produk. Tahap ini akan menentukan produk mana yang akan konsumen komsumsi.
2.2. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Schiffman, dkk. (2001), mendefinisikan suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih alternatif pilihan. Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan membeli tidak muncul begitu saja, tetapi melalui tahapan tertentu. Proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen terdiri dari (Engel dkk., 1994), yaitu (1) Pengenalan Kebutuhan, (2) Pencarian Informasi, (3) Evaluasi Alternatif, (4) Keputusan Pembelian dan (5) Perilaku Pasca Pembelian.
2.2.1. Pengenalan Kebutuhan Pada tahap ini konsumen mempersiapkan perbedaan antar keadaan yang diinginkan dan keadaan aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses pengenalan kebutuhan. Produsen dan pemasar produk tersebut harus mampu mendeteksi kapan konsumen mengenali suatu kebutuhan dan sekaligus menawarkan solusi realistis yang dapat dijalankan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Tahap pengenalan kebutuhan tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan keterlibatan konsumen. Memahami tingkat keterlibatan konsumen terhadap produk, berarti pemasar berusaha mengidentifikasi hal-hal yang menyebabkan seseorang harus terlibat atau tidak dalam pembelian produk.
2.2.2. Pencarian Informasi Setelah konsumen mengenali kebutuhannya, maka tahap selanjutnya adalah pencarian informasi. Dalam hal ini seberapa besar pencarian yang dilakukan oleh seseorang tergantung pada kekuatan dorongannya, jumlah informasi yang dimilikinya, kemudahan memperoleh informasi tambahan, nilai yang diberikan pada informasi tambahan dan kepuasan yang diperoleh dari pencarian tersebut. Pada tahap ini konsumen mencari informasi yang disimpan dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (Engel dkk., 1995). Proses pencarian yang internal terdapat pada Gambar 2,
No. 2.2.3. Evaluasi Alternatif Evaluasi alternatif adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan merek, serta memilihnya
sesuai
dengan
yang
diinginkan
konsumen.
Pada
proses
ini,
konsumen
membandingkan berbagai pilihan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya (Sumarwan, 2002). Dalam tahapan evaluasi alternatif, seorang konsumen akan mencari manfaat tertentu dan selanjutnya melihat kepada atribut produk. Konsumen akan memberikan bobot yang berbeda untuk setiap atribut sesuai dengan kepentingannya dan selanjutnya konsumen akan mengembangkan himpunan kepercayaan merek (Simamora, 2002).
Ada empat komponen dasar yang akan digunakan untuk evaluasi alternatif, yaitu (1) menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan untuk menilai alternatif, (2) memutuskan alternatif pilihan, (3) menilai kinerja alternatif yang dipertimbangkan dan (4) menerapkan kaidah keputusan untuk membuat pilihan akhir. Bagan alur keempat komponen evaluasi alternatif dapat dilihat pada Gambar 3.
2.2.4. Proses Pembelian Tindakan pembelian merupakan tahap besar terakhir dari proses keputusan pembelian. Pada tahap ini konsumen harus mengambil keputusan kapan membeli, dimana membeli dan bagaimana membayar. Pembelian merupakan fungsi dari dua determinan, yaitu niat dan pengaruh lingkungan atau perbedaan individu (Engel dkk., 1995). Pada fungsi kedua, situasi merupakan peubah yang paling menonjol. Niat pembelian pada konsumen memiliki dua kategori, yaitu (1) produk maupun merek dan (2) kelas produk. Niat pembelian pada kategori produk maupun merek dikenal sebagai pembelian yang terencana sepenuhnya, dimana pembelian yang terjadi merupakan hasil keterlibatan yang tinggi dan pemecahan masalah yang diperluas. Konsumen bersedia menyediakan waktu dan energi dalam berbelanja dan membeli, sehingga distribusi menjadi lebih selektif. Pembelian pada kelas produk saja, dapat dipandang sebagai pembelian yang terencana, jika pilihan merek dibuat di tempat pembelian. Menurut Kotler (2002), ada dua faktor yang mempengaruhi maksud pembelian dan keputusan pembelian, seperti terlihat pada
Faktor pertama adalah pendirian orang lain. Sejauhmana pendirian orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang tergantung pada intensitas pendirian negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Faktor kedua adalah situasi yang tidak diantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian.
2.3. Dinamika Perkembangan Rumah Sakit
Saat ini dalam pengelolaannya rumah sakit tidak hanya berorientasi pada pelayanan kesehatan masyarakat saja, tetapi juga harus memikirkan sistem bisnis agar dapat tumbuh dan berkembang, bila orientasi bisnis tidak diperhatikan maka akan terjadi kegagalan berkembang, akibatnya seluruh fungsi rumah sakit menjadi terganggu (Trisnantoro,2004). Bisnis merupakan usaha penyediaan produk dan jasa berkualitas bagi pemuasan kebutuhan customer untuk memperoleh return jangka panjang memadai bagi kemampuan bertahan dan berkembang bisnis tersebut (Trisnantoro,2004). Meskipun demikian bisnis
rumah sakit dibatasi oleh peraturan perundang-undangan
dikarenakan (UU N0 36, 2009) : 1
Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.
2
Pembangunan
kesehatan
diselenggarakan
dengan
berasaskan
perikemanusiaan,
keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama. 3
Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada masyarakat juga mengacu pada kebijakan
pelayanan publik seperti yang tercantum dalam UU No 25 tahun 2009 yaitu bahwa setiap warganegara berhak memperoleh pelayanan yang adil dan pemberian pelayanan tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi.Sehingga semua golongan masyarakat dapat menikmati pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya dan dengan biaya yang terjangkau. Dalam UU No 44 Tahun 2009 disebutkan bahwa fungsi rumah sakit adalah : 1
Penyelenggaran pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
2
Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan (UU No 44,2009) : 1
Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
2
Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.
3
Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.
4
Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit. Pengelolaan rumah sakit memiliki karakteristik yang berbeda dengan lembaga korporat
pada umumnya, disebabkan (Djojodibroto,1997) : 1
Sebagian besar tenaga kerja rumah sakit adalah tenaga professional
2
Wewenang kepala rumah sakit berbeda dengan wewenang pimpinan perusahaan
3
Tugas-tugas kelompok professional lebih banyak dibandingkan tugas kelompok manajerial
4
Beban kerjanya tidak bisa diatur
5
Jumlah pekerjaan dan sifat pekerjaan di unit kerja beragam
6
Hampir semua kegiatannya bersifat urgent
7
Pelayanan rumah sakit sifatnya sangat individualistic. Setiap pasien harus dipandang sebagai individu yang utuh, aspek fisik, aspek mental, aspek sosiokultural, dan aspek spiritual harus mendapat perhatian penuh
8
Tugas memberikan pelayanan bersifat pribadi, pelayanan ini harus cepat, tepat, kesalahan tidak bisa ditolerir
9
Pelayanan berjalan terus menerus 24 jam sehari
2.3.1. Perkembangan Rawat Jalan
Salah satu kegiatan pelayanan medis rumah sakit yang merupakan pelayanan terdepan yang menampilkan citra rumah sakit adalah pelayanan rawat jalan. Rawat jalan memegang peran penting dalam pelayanan rumah sakit, karena merupakan pintu gerbang rumah sakit, pelayanan terdepan yang memberikan kesan pertama bagi pasien dan merupakan tempat peralihan ke unit-unit lain di rumah sakit, seperti unit rawat inap dan unit-unit penunjang medis.(Rijadi,1997). Tahun 1985, penerimaan rumah sakit dari kunjungan rawat jalan kurang dari 15% dari total penerimaan rumah sakit, tetapi tahun 2000 praktisi kesehatan memperkirakan penerimaan dari rawat jalan meningkat drastis menjadi paling sedikit 50% dari total penerimaan rumah sakit (Barr & Breindel, 1995) dikutip dari Rijadi (1997). Faktor-faktor yang berperan dalam pengembangan pelayanan rawat jalan adalah (Cambridge Research Institute,1976; Avery&Imdieke,1984; Feste,1989 dalam Azwar,1996) : 1. Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menyelenggarakan pelayanan rawat jalan relative lebih sederhana dan murah, dan arena itu lebih banyak didirikan. 2. Kebijakan
pemerintah
yang
untuk
mengendalikan
biaya
kesehatan
mendorong
dikembangkannya berbagai sarana pelayanan rawat jalan. Di Amerika Serikat sarana pelayanan rawat jalan yang dimaksud antara lain Health Maintenance Organization (HMOs) serta Prefered Provider Organization (PPOs) 3. Tingkat kesadaran kesehatan penduduk yang makin meningkat, yang tidak lagi membutuhkan pelayanan untuk mengobati penyakit saja, tetapi juga untuk memelihara atau meningkatkan kesehatan yang umumnya dapat dilayani oleh sarana pelayanan rawat jalan saja. 4. Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran yang telah dapat melakukan berbagai tindakan kedokteran yang dulunya memerlukan pelayanan rawat inap, tetapi pada saat ini cukup dilayani dengan pelayanan rawat jalan saja. 5. Utilisasi rumah sakit yang makin terbatas, dan karenanya untuk meningkatkan pendapatan, kecuali lebih mengembangkan pelayanan rawat jalan yang ada di rumah sakit juga terpaksa mendirikan berbagai sarana pelayanan rawat jalan di luar rumah sakit.
2.4 Farmasi Rumah Sakit
Unit farmasi rumah sakit adalah suatu unit atau bagian di rumah sakit yang melakukan pekerjaan kefarmasian dan memberikan pelayanan kefarmasian menyeluruh khususnya kepada penderita, profesional kesehatan, rumah sakit dan masyarakat pada umumnya, dipimpin oleh seorang apoteker yang sah, kompeten, dan professional. Kewajiban apoteker adalah menetapkan dan memelihara standar untuk menjamin mutu, penyimpanan yang tepat, pengendalian dan penggunaan yang aman dari semua sediaan farmasi (Siregar&Amalia,2003). Saat ini orientasi paradigma pelayanan kefarmasian telah bergeser dari pelayanan yang berorientasi pada obat (drug oriented ) menjadi pelayanan yang berorientasi pada pasien ( patient oriented ) dengan mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan yang tadinya hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi berubah menjadi pelayanan yang komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
(Kepmenkes No
1197,2004). Tujuan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan di rumah sakit adalah (Kepmenkes No 1197,2004) : 1
Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di rumah sakit.
2
Memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektifitas, keamanan dan efisiensi penggunaan obat.
3
Meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain yang terkait dalam pelayanan farmasi.
4
Melaksanakan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka meningkatkan penggunaan obat secara rasional
Fungsi pokok apotik rumah sakit dan apoteker menurut ASHP (American Society of Hospital Pharmacist) adalah sebagai berikut : 1.
Membuat dan mensterilisasi obat injeksi bilamana dibuat di RS
2.
Membuat obat yang sederhana
3. Memberikan (dispensing) obat, bahan kimia dan preparat farmasi 4. Mengisi dan memberikan etiket pada semua container yang berisi obat dan diberikan kepada pasien maupun lain bagian RS
5. Mengawasi semua pharmaceutical supplies yang dikirimkan dan dipergunakan di berbagai bagian RS 6.
Menyediakan persediaan antidot dan lain-lain obat untuk keadaan gawat darurat
7. Mengawasi pengeluaran obat narkotika dan alkohol dan membuat daftar inventory 8. Membuat spesifikasi (kualitas dan sumber) dari pembelian semua obat, bahan kimia, antibiotika, biologicals dan preparat-preparat farmasi yang dipakai dalam pengobatan pasien di RS 9. Memberikan informasi mengenai perkembangan terbaru berbagai obat kepada para dokter, perawat dan lain-lain orang yang berkepentingan 10. Membantu mengajar para mahasiswa kedokteran dan perawat pada program
koasisten
fakultas kedokteran/perawat 11. Melaksanakan keputusan-keputusan yang diambil oleh panitia farmasi dan terapi Untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik maka pelayanan apotik RS harus (Aditama,2004) : 1. Punya sistem yang mendukung berjalannya kegiatan yang cepat, tepat dan aman 2. Sebaiknya mendistribusikan pelayanan di beberapa loket untuk mempermudah pasien 3. Mampu membuat system inventory yang dapat menurunkan penggunaan modal kerja 4. Mampu menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh unit kerja di rumah sakit 5. Memiliki karyawan handal dan terlatih. Masalah yang berkaitan dengan dispensing obat pada pasien rawat inap sangat berbeda dengan pasien rawat jalan. Pada pasien rawat inap, proses permintaan obat ke unit farmasi, pendistribusian dan pemberian obat kepada pasien, dilakukan oleh perawat dan staf unit farmasi rumah sakit, sedangkan pasien rawat jalan setelah menerima resep dan menebus obat, ia bertanggung jawab sendiri terhadap konsumsi obatnya karena pasien berada dalam lingkungan yang tak dapat dikendalikan oleh rumah sakit. Karena itu perlu ada jaminan mutu dan keamanan obat yang diberikan kepada pasien. Jaminan mutu dan keamanan obat juga termasuk dalam pengolahan resep obat yang diterima oleh unit farmasi rumah sakit, persyaratannya adalah sebagai berikut (Siregar&Amalia,2003) : 1
Semua fungsi dispensing harus dilakukan oleh apoteker atau di bawah pengawasan apoteker.
2
Apoteker harus mengembangkan kebiasaan mengetahui praktik penulisan dari dokter individu yang secara khas menulis bagi penderita yang dilayani unit farmasi rumah sakit.
3
Apoteker harus berinteraksi dengan dokter penulis yang memberi pengaruh positif pada penulisan resep.
4
Obat harus di dispensing dan diberikan kepada pasien rawat jalan hanya berdasarkan order tertulis atau lisan dari dokter penulis yang sah.
5
Ketepatan dari pemilihan obat, dosis, rute pemberian, serta jumlah secara klinik harus dikaji oleh apoteker.
6
Profil pengobatan penderita dari semua penderita harus d ipelihara.
7
Apoteker merupakan bagian terpadu dari setiap program pemberian obat di rumah. Apoteker harus terlibat dalam mengevaluasi kemungkinan perawatan kesehatan rumah guna menetapkan kemampuan mereka berpartisipasi secara aman dan efektif dalam konsumsi obat di rumah.
8
Apoteker harus membuat dan/atau menyiapkan tepat waktu dan dengan cara yang akurat, formulasi obat, kekuatan, bentuk sediaan dan pengemasan yang ditulis dokter
9
Personel unit farmasi rumah sakit harus menyiapkan semua obat parenteral untuk diberikan pada pasien rawat jalan dan pasien yang dirawat di rumah, kecuali dalam keadaan darurat.
10 Prosedur pemeriksaan dan prosedur jaminan mutu yang tepat harus digunakan untuk memastikan ketelitian dari semua sediaan obat dan proses dispensing. 11 Apoteker harus mengambil peran aktif dalam manajemen terapi obat langsung. 12 Obat yang di dispensing harus diberi etiket dengan lengkap dan benar serta dikemas sesuai dengan peraturan yang berlaku dan standar praktik yang diterima. 13 Etiket pada wadah obat yang di dispensing untuk pasien rawat jalan, minimal mengandung informasi berikut : a. Nama, alamat dan nomor telepon unit farmasi rumah sakit b. Tanggal obat di dispensing c. Nomor seri resep d. Nama lengkap penderita e. Nama obat (nama generik) f.
Aturan pakai obat untuk penderita
g. Nama dokter penulis resep h. Informasi peringatan i.
Paraf (atau nama) apoteker penanggung jawab
Dispensing adalah salah satu unsur vital dari penggunaan obat karena memastikan bahwa suatu bentuk yang efektif dari obat yang benar dihantarkan kepada penderita yang benar. Dispensing mencakup berbagai kegiatan, yang dilakukan oleh seorang apoteker, mulai dari penerimaan resep atau permintaan obat bebas dari unit rawat inap dan unit rawat jalan dengan memastikan penyerahan obat yang tepat pada penderita tersebut serta kemampuannya mengkonsumsi sendiri dengan baik. Tetapi sebelum obat di dispensing kepada pasien perlu dilakukan pelayanan konseling untuk menginformasikan cara konsumsi obat yang benar. Hal-hal yang perlu disampaikan dalam konseling antara lain (Siregar&Amalia,2003) : 1
Cara pengeluaran sediaan obat dari wadahnya
2
Cara/teknik pengkonsumsian suatu bentuk obat, misalnya obat tetes, obat inhalasi, supositoria, tablet kunyah, tablet sublingual, tablet vagina dll
3
Jadwal waktu penggunaan/konsumsi obat, sesuai aturan penggunaan yang tertulis
4
Lama penggunaan suatu obat
5
Penyimpanan obat yang tepat
6
Efek samping
7
Interaksi obat atau dengan makanan
8
Alergi
9
Maksud terapi Untuk menjamin kualitas pelayanan farmasi, ditetapkan suatu standar pelayanan yang
disebut sebagai standar minimal pelayanan unit farmasi, yaitu kegiatan minimal yang harus dilakukan unit farmasi secara terus-menerus yang masih memberikan unjuk kerja dan hasil yang baik (Siregar&Amalia,2003) Standar minimal untuk pelayanan farmasi adalah : 1. Waktu tunggu pelayanan a. obat jadi : tidak lebih dari 30 menit b. obat racikan : tidak lebih dari 60 menit 2. Tidak ada kejadian kesalahan pemberian obat : 100% 3. Kepuasan pelanggan : lebih dari 80%
4. Penulisan resep sesuai formularium : 100% Pelayanan farmasi di rumah sakit terbagi menjadi pelayanan klinik dan non klinik. a. Pelayanan non kilinik Adalah pelayanan yang tidak memerlukan interaksi langsung dengan pasien dan professional kesehatan lain b. Pelayanan klinik Adalah
pelayanan
yang
secara
langsung
diberikan
kepada
penderita
dan/atau
memerlukan interaksi dengan professional kesehatan lain, yang secara langsung terlibat dalam perawatan penderita. Pelayanan farmasi klinik terdiri dari : 1. Pelayanan langsung pada penderita, mencakup : a. Pengambilan sejarah obat penderita b. Pengadaan dan pemeliharaan profil pengobatan penderita c. Edukasi dan konseling penderita d. Pelayanan farmakokinetik klinik e. Pelayanan pencampuran sediaan intravena f.
Pelayanan obat sitotoksik
g. Pelayanan nutrisi parenteral lengkap h. Pemantauan efek obat i.
Pelayanan informasi/konsultasi obat kepada dokter dalam pemilihan obat bagi penderita
j.
Pelayanan spesialisasi untuk berbagai penyakit
2. Pelayanan tidak langsung pada penderita, yaitu berperanan dalam : a. Sistem formularium/pemeliharaan formularium b. Sentra informasi obat/keracunan c. Panitia farmasi dan terapi d. Evaluasi penggunaan obat e. Pemantauan dan pelaporan reaksi obat merugikan f.
Pemantauan terapi obat
g. Investigasi obat h. Sistem pemantauan kesalahan obat i.
Buletin farmasi
j.
Program pendidikan “in service”, tentang obat bagi professional kesehatan di rumah sakit
2.5. Variabel Peneliatian
2.5.1. Variabel Karakteristik Pasien a. Usia Menurut Kotler dan Clarke (1987, cit. Soleman , 2005), pola umur mempengaruhi permintaan fasilitas perawatan kesehatan. Kebutuhan kesehatan sebagian besar berkaitan dengan umur. Struktur umur suatu populasi merupakan suatu gambaran yang lebih vital dari susunan populasi untuk dipertimbangkan dalam perencanaan kesehatan. Menurut Trisnantoro (2004), faktor umur sangat mempengaruhi permintaan konsumen terhadap pelayanan kesehatan preventif dan kuratif. b. Pendidikan Menurut Cohen dan Bryant (1984), secara umum permintaan pelayanan kesehatan meningkat sesuai dengan kenaikan tingkat pendidikan. Yule dan Parkin (1985, cit. Hendrartini, 1995) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi analisis permintaan pelayanan kesehatan gigi dan menyimpulkan bahwa disamping faktor ekonomi, tingkat pendidikan seseorang merupakan variabel penting yang mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan gigi.(http://pps.unud.ac.id, 2011) Penelitian Herlina (2000) menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai
pengaruh
terhadap
pemanfaatan
pelayanan
dasar
puskesmas.
Pendidan
diklasifikasikan sesuia dengan jenjang pendidikan sebagaimana Undang-undang No. 20Tahun 2003 tentang pendidikan nasional pasal 14, bahwa Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar (SD, SLTP), pendidikan menengah (SLTA), dan pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi). c. Pekerjaan Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi
seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi. (http://id.wikipedia.org) Penelitian Agnes (2005) menyatakan bahwa variabel pekerjaan mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan kunjungan pelayanan antenatal di wilayah kerja
Puskesmas
Sei
Semayang
Kabupaten
Deli
Serdang
Tahun
2005.
(http://repository.usu.ac.id). e. Jarak ke pelayanan Jarak adalah seberapa jauh lintasan yang di tempuh responden menuju tempat pelayanan kesehatan yang meliputi rumah sakit, puskesmas, posyandu, dan lainya. (Notoatmodjo, 2003). Ukuran mengenai mudah atau susahnya suatu lokasi dicapai, salah satunya dinyatakan oleh Moseley (1979), ia menyatakan bahwa aksesibilitas suatu tempat adalah fungsi dari kedekatan terhadap tempat tujuan-tujuan alternatif dari berbagai utilitas, yang diukur dengan indikator waktu, jarak dan biaya. Jarak tempuh ke pelayanan kesehatan berdasar pada Laporan Riskesdas Tahun 2010 diklasifikasikan menjadi kurang dari 1 kilometer (<1 km), 1 sampai dengan lima kilometer (1 – 5 km), lebih dari lima kilometer (>5 km). Sedangkan waktu tempuh diklasifikasikan dengan kurang dari 15 menit (<15'), antara 16 sampai dengan 30 menit (16'-30') dan antara 31 sampai dengan 60 menit (31'-60') dan lebih dari enampuluh menit (>60'). Lane dan Lindquist (1988) serta Javalgi dkk. (1991) menyimpulkan bahwa faktor kedekatan tempat pelayanan kesehatan dengan rumah tempat tinggal menjadi faktor urutan pertama terhadap permintaan konsumen dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. (http://pps.unud.ac.id, 2011). Penelitian Nurlailah, 2009 menunjukkan bahwa peluang peserta Jamkesmas yang dekat dalam mencapai fasilitas kesehatan sebesar 2,930 kali lebih besar dibandingkan dengan peserta Jamkesmas yang jauh dalam mencapai fasilitas kesehatan. 2.5.2. Variabel Faktor Lingkungan a. Penanggung Biaya Penanggung biaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Notoatmodjo (1985), caku pan asuransi keluarga atau sebagai anggota suatu asuransi kesehatan dan pihak yang membiayai pelayanan kesehatan keluarga dipakai untuk mengukur kesanggupan individu atau keluarga untuk memperoleh kesehatan mereka. Hasil penelitian Herlina (2000) bahwa asuransi kesehatan tidak berhubungan bermakna dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan dasar puskesmas. Namun penelitian Puspasari (1992) menunjukkan ada hubungan Penanggung Biaya dengan lama hari rawat di Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha. b. Pengaruh Keluarga/pihak lain Menurut Green (2005) faktor pengaruh keluarga mempengaruhi perilaku sesorang dalam timbulnya tindakan kesehatan. Sedangkan Engel, Blackwell, Miniard (1994) dalam Sofana (2010) mengatakan bahwa keputusan pembelian dalam keluarga melibatkan setidaknya lima peranan yang dapat didefinisikan. Peranan ini mungkin dipegang oleh suami, istri, anak, atau anggota lain dalam rumah tangga. Pemberi pengaruh (influencer ) adalah individu yang opininya dicari sehubungan dengan kriteria yang harus digunakan oleh keluarga dalam pembelian dan produk atau merek mana yang paling mungkin cocok dengan kriteria evaluasi itu. Hasil penelitian Fauzi, dkk, 2007 menunjukkan bahwa keluarga mempengaruhi pemanfaatan rawat inap di bagian kebidanan dan kandungan di RSD. DR. Moh. Anwar Sumenep. 2.5.3. Variabel Faktor Penyelenggara Pelayanan Kesehatan (PPK). a. Pelayanan paramedis Sikap tenaga medis/paramedis menentukan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan, maka petugas medis/paramedis yang secara langsung melayani masyarakat harus dipilih yang berintegritas tinggi. Penelitian Nurlailah (2009) bahwa peluang pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesmas yang menilai sikap perawat/bidan yang melayani peserta Jamkesmas dengan baik adalah 11,913 kali lebih besar dibandingkan peluang pemanfaatan oleh peserta Jamkesmas menilai sikap bidan/perawat tidak baik. b. Biaya Pelayanan Menururt Feldstein (1993), rendahnya harga suatu produk akan meningkatkan permintaan (demand) terhadap produk tersebut. sedangkan menurut Anderson (1975) bahwa harga merupakan faktor pendukung dalam pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Mitayani, 2009 bahwa biaya merupakan faktor dominan dalam pemanfaatan kembali jasa pelayanan kesehatan di instalasi rawat inap bangsal penyakit dalam RSU. Surya Husada Denpasar Bali tahun 2008.
c. Kemudahan informasi Kemudahan informasi menurut Dever (1984), merupakan faktor yang berhubungan dengan provider yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Sunyoto, 2009 bahwa kemudahan informasi mempunyai pengaruh besar terhadap keputusan memanfaatkan layanan Instalasi Gawat Darurat dan dirujuk ke bangsal rawat inap RSUD Sunan Kalijaga Demak.
BAB IV KERANGKA KONSEP
4.1. KERANGKA PIKIR
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka dapat diperoleh gambaran mengenai banyaknya faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Menurut Anderson (1975) faktor - faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan, yaitu faktor predisposisi (predisposing factor) faktor pendukung (enabling factor) dan faktor kebutuhan (need). Sebuah teori yang dikembangkan oleh Lawrence Green pada tahun 1980, menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). Perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor predisposisi terdiri dari pengetahuan, sikap, ekonomi. Faktor pendukung terdiri dari faktor fisik, tersedia atau tidaknya sarana dan prasarana kesehatan serta kemudahan dalam mencapai tempat pelayanan (jarak dan waktu). Faktor pendorong terdiri dari petugas kesehatan kompeten, sikap dan perilaku petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Berdasarkan teori yang dijelaskan di atas, perilaku seseorang dalam mengambil keputusan membel obat dipengaruhi oleh faktor perilaku yang diantaranya terdiri dari faktor predisposisi (pengetahuan, sikap dan tingkat ekonomi), faktor pendukung (sarana prasarana, jarak dan waktu tempuh ke tempat pelayanan), faktor pendorong (petugas kesehatan kompeten, sikap dan perilaku petugas kesehatan).
4.2. KERANGKA KONSEP
Keputusan Pembelian untuk membeli dan tidak membeli obat di apotik RS Zahira
Faktor Penyelenggara Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Paramedis
Biaya
Kemudahan Informasi
4.3. Hipotesis: 4.3.1. Ada hubungan antara karakteristik pasien (usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, jarak ke pelayanan) dengan keputusan pemilihan tempat pembelian Obat di RS Zahira. 4.3.2. Ada hubungan antara faktor lingkungan (penanggung biaya, pengaruh pihak lain) dengan keputusan pemilihan tempat pembelian Obat di RS Zahira.. 4.3.3. Ada hubungan antara faktor penyelenggara pelayanan kesehatan (fasilitas rumah sakit, pelayanan paramedis, biaya,, kemudahan informasi) dengan keputusan pembelian Obat di RS Zahira.
3.3. Definisi Operasional
3.3.1. Variabel Terikat 1. Keputusan pemilihan tempat pembelian Definisi : proses pengambilan keputusan dalam membeli suatu produk atau jasa yang dimulai dari pengenalan masalah, pencarian informasi, penilaian alternatif, membuat keputusan pembelian dan akhirnya didapatkan perilaku setelah membeli yaitu puas atau tidak puas. (Kotler, 2005)
Cara pengukuran : Wawancara Alat ukur : Kuesioner Skala pengukuran : Nominal Hasil pengukuran : 0 = Tidak 1 = Ya
3.3.2.Variabel Bebas 1. Usia Definisi : Adalah lama hidup responden yang dihitung sejak lahir sampai dengan ulang tahun yang terakhir. Cara pengukuran : Wawancara Alat ukur : Kuesioner Skala pengukuran : Ordinal Hasil Pengukuran :
0 = Normal (20 s/d 35 tahun) 1 = Resiko tinggi (<20 dan >35 tahun)
2. Pendidikan Definisi : Adalah pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh kepala rumah tangga responden. (BPS, 2004) Cara Pengukuran : Wawancara Alat ukur : Kuesioner Skala pengukuran : Ordinal Hasil ukur :
0 = SLTA kebawah 1 = Akademi/ PT
3. Pekerjaan Definisi : Adalah jenis aktivitas /kegiatan usaha utama kepala rumah tangga yang menghasilkan uang untuk membiayai keluarga. Cara pengukuran : Wawancara Alat ukur : Kuesioner Skala pengukuran : Nominal Hasil pengukuran :
0 = Wirawasta 1 = Karyawan
4. Penghasilan Definisi : Adalah pendapatan rata-rata yang diterima dari hasil pekerjaan/usaha oleh suami dan istri dalam 1 (satu) bulan. Cara pengukuran : Wawancara Alat ukur : Kuesioner Skala pengukuran : Ordinal Hasil pengukuran :
0 = < UMR 1 = > UMR
5. Jarak ke pelayanan Definisi : Adalah persepsi responden mengenai jarak antara tempat tinggal responen dengan rumah sakit.
Cara pengukuran : Wawancara Alat ukur : Kuesioner Skala pengukuran : Ordinal Hasil pengukuran :
0 = jauh 1 = dekat
6. Penanggung biaya Definisi : Adalah orang atau badan yang bertanggung jawab untuk membayar biaya pembelian Obat di RS Zahira. Cara pengukuran : Wawancara Alat ukur : Kuesioner Skala ukur : Ordinal Hasil Pengukuran :
0 = Biaya sendiri 1 = Pihak lain
7. Pengaruh keluarga/pihak lain Definisi : Orang yang memberi saran kepada responden dalam memutuskan tempat pembelian Obat di RS Zahira. Cara pengukuran : Wawancara Skala ukur : Ordinal Alat ukur : Kuesioner Hasil Pengukuran:
0 = Tidak ada pengaruh 1= Ada pengaruh
8. Pelayanan paramedis (Perawat, Pelayanan Farmasi)
Definisi : Adalah persepsi responden terhadap pelayanan Perawat, Pelayanan Farmasi (meliputi keramahan, kecepatan/kesigapan dan keaktifan dalam mengingatkan pasien). Cara pengukuran : Wawancara Alat ukur : Kuesioner Skala ukur : Ordinal Hasil pengukuran:
0 = Kurang ( < median) 1 = Baik ( ≥ median)
9. Biaya Definisi : adalah jumlah uang yang dibebankan untuk sebuah produk atau jumlah nilai yang konsumen tukarkan untuk mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan jasa. (Kotler dan Amstrong, 1997)
Cara pengukuran : Wawancara Alat ukur : Kuesioner Skala ukur : Ordinal Hasil pengukuran :
0 = Mahal ( < median ) 1 = Murah ( ≥ median )
10. Kemudahan informasi Definisi : Adalah persepsi responden terhadap kemudahan informasi mengenai obat yang didapat dan dosis beserta cara pemakaian. Cara pengukuran : Wawancara Alat ukur : Kuesioner Skala ukur : Ordinal Hasil pengukuran :
0 = Sulit ( < median ) 1 = Mudah ( ≥ median )
BAB V METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Desain penelitian menggunakan cross sectional (potong lintang). Penelitian analitik bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian obat di apotik RS Zahira Pasar Minggu
Faktor-faktor tersebut adalah karakteristik pasien (usia,
pendidikan, pekerjaan, penghasilan, jarak ke pelayanan), faktor lingkungan (penanggung biaya, pengaruh keluarga/pihak lain), faktor yang berhubungan dengan penyedia pelayanan kesehatan
(fasilitas rumah sakit, pelayanan dokter, pelayanan paramedis dalam hal ini perawat/bidan, biaya pelayanan, kemudahan informasi), dan faktor need (resiko kehamilan). 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Rawat Inap RS Zahira Pasar Minggu. Waktu penelitian dari bulan desember 2013- januari 2014 . Sedangkan waktu pengambilan data dilakukan pada bulan Februari 2014 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah pasien Rawat Jalan RS Zahira Pasar Minggu. Sampel penelitian ini adalah pasien di Rawat Jalan RS Zahira Pasar Minggu. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Purposive sampling . Besar sampel pada penelitian ini diambil dengan rumus sebagai berikut :
n = jumlah sampel Z = nilai Z pada α = 5% (tingkat kepercayaan 95%) adalah 1,96 p = proporsi responden dengan kinginan membeli obat di apotik RS Zahira 0.5 q = proporsi responden dengan keinginan tidak membeli obat di apotik RS Zahira 0.5 sedangkan q= (1-p) d = presisi (tingkat ketepatan yang diinginkan) diambil 10 % (0,1) Hasil perhitungan sebagai berikut: 2
2=
N = 1,96 x 0,5 (1-0,5) / 0,1
96
Dari hasil perhitungan statistik maka jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 96 sampel, namun dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 100 sampel.
4.4. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini untuk kuantitatif dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden. Instrumen pengumpul data berupa kuesioner yang telah disusun sesuai dengan kebutuhan variabel yang akan diteliti guna memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Isi pertanyaan berkaitan dengan fakta, mengetahui pendapat dan menggali informasi dari responden. Sebelum kuesioner diberikan kepada responden dilakukan uji coba kepada responden yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Tujuan uji coba ini adalah agar responden yang menjadi sasaran penelitian ini memahami dengan baik materi pertanyaan sehingga akan diperoleh jawaban yang lengkap dan ben ar. Teknis uji coba dilakukan dengan membagikan kuesioner dan responden mengisi sendiri, setelah itu kemudian dilakukan wawancara. Hasil uji coba dipergunakan untuk menyempurnakan isi kuesioner.
4.5. Pengolahan Data 4.5.1. Data Kuantitatif a. Editing Merupakan kegiatan yang dilakukan setelah kuesioner dikumpulkan kembali dari responden untuk melakukan pemeriksaan kelengkapan data, kejelasan dan konsistensi jawaban. b. Coding Merupakan
tahapan
untuk
pemberian
kode
pada
setiap
diklasifikasikan dalam kelompok-kelompok dengan kode yang sama.
jawaban,
kemudian
c. Entry data Setelah data lengkap dan diberi kode maka kemudian data diproses agar bisa dianalisis. Proses ini dilakukan dengan memasukkan data dari kuesioner ke dalam program computer SPSS 13. d. Cleaning Pada tahap ini setelah semua data dari kuesioner di-entry, kemudian dicek kembali untuk mengetahui adanya kesalahan yang mungkin terjadi ketika proses meng-entry data dan selanjutnya dilakukan koreksi. 4.6. Analisis Data a. Analisis Univariat Analisis univariat ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variable. Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.. b. Analisis Bivariat Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan antara masing-masing variabel independen dan variabel dependen apakah secara statistik ada hubungan yang bermakna. Uji statistik yang digunakan adalah uji kai kuadrat (Chi Square) dengan P α=5%, apa bila p value > pα (P value > 0.05) berarti tidak ada hubungan yang bermak na dan jika pα < p value (p value < 0.05) berarti ada hubungan yang bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
1. Siregar,C.J.P dan L Amalia, Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan, EGC, Jakarta, 2003 2. Trisnantoro, L, Memahami Ilmu Ekonomi Dalam Manajemen Rumah Sakit, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2004 3. Djojodibroto,R.D,Kiat Mengelola Rumah Sakit, Hipokrates,Jakarta,1997 4. Rijadi, S, Manajemen Unit Rawat Jalan di Rumah Sakit, Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia, Jakarta, 1997 5. Azwar, A, Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996 6. Azwar, A, Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Binarupa Aksara, Jakarta, 1996
7. Aditama, T.Y, Manajemen Administrasi Rumah sakit, Universitas Indonesia, Jakarta, 2004 8. Lancer,E.G,What Should Your Formulary Look Like,Healthcare Executive, Jan/Feb 2002,ProQuest Health Management 9. Soejitno,S,dkk,Reformasi Perumahsakitan di Indonesia, Ditjen Yanmed,DepkesWHO,Hastarimasta CV,Jakarta,2000 10. Fauzia, Bentuk Sediaan Obat Cair, Departemen Farmasi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,2009, 11. Jones,MI, SM Greenfield, CP Bradley, Prescribing New Drugs : Qualitative Study of Influences on Consultants and General Practitioners, British Medical Journal, Academic Research Library, Aug 18, 2001 12. Jones,MI, SM Greenfield, CP Bradley, Prescribing New Drugs : Qualitative Study of Influences on Consultants and General Practitioners, British Medical Journal, Academic Research Library, Aug 18, 2001 13. Ulfah,N.M,dkk, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peresepan Obat Generik di Instalasi Rawat Jalan RSUP Dr.Sardjito,Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Vol.07/No 02/Juni/2004 14. WHO, How To Develop and Implement A National Drug Policy,Second Ed,,Geneva, 2001 15. WHO, Managing Drug Supply, The Selection, Procurement, Distribution, and Use of Pharmaceuticals, Second Edition,Kumarian Press,Inc, West Hartford,USA,1997 16. WHO, Psychoactive Drugs : Improving Prescribing Practices, Edited by Ghodse,H and I,Khan,Geneva,1988 17. Simamora,S,S Suryawati,,Diskusi Kelompok Kecil Untuk Menurunkan Biaya Obat Peserta Wajib PT.ASKES di Palembang,Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Vol 06,No 03,2003 18. Setiabudy,R, Conflict of Interest Profesi Dokter di Rumah Sakit,MKEK-IDI,Wil DKI Jakarta,Dipresentasikan Pada Muktamar IDI ke-27,Palembang,19 Nopember,2009 19. Wonodirekso,S,Etika Profesi Dalam Praktek Dokter: Penyelamat Dalam Persaingan Pasar Bebas,Majalah Kedokteran Indonesia,Vol 55 No 5, Mei,2005