TIPOLOGI SARANA PERINDUSTRIAN PERINDUSTRIAN AR. 3131 Perkembangan Tipologi Arsitektur
PENDAHULUAN
BANGUNAN INDUSTRI adalah
bangunan yang berfungsi melayani melayani kegiatan industri. Kata ‘Industri’ secara luas bisa berarti SISTEM, KLUSTER, RANGKAIAN. Misalnya INDURI TSRI KONS NRU TR S KS K U IS semua sektor kegiatan kegiatan yang berhubungan dan saling berkaitan dalam kegiatan kegiatan konstruksi. konstruksi. Contoh lainnya adalah Industri Pariwisata, Industri Kesehatan
SEJARAH INDUSTRI MANUSIA PURBA NOMADEN
MENETAP
MEMBUTUHKAN ALAT
BERKEMBANG KERAJINAN & PERTUKANGAN
Pemburu Pengrajin Pengraji n Tenun Tenun Bertani
Nelayan
Alat Pertanian
Pengrajin Kayu
Berkebun Alat Menangkap Ikan
Pemetik Hasil Bumi Pertukangan
Berternak Alat Rumah Tangga
SEJARAH INDUSTRI (SAMBUNGAN) ABAD PERTENGAHAN
AKHIR ABAD 18 & AWAL AWAL ABAD 19
Kapal
Pertambangan besi & baja mengalami kemajuan pesat
Pabrik Mobil Penemuan mesin uap Pabrik Tekstil
Kereta Ker eta Api Ap i
INDUSTRIAL REVOLUTION TIMELINE 17802 – 1930s
SEJARAH INDUSTRI DI INDONESIA
Pada tahun 1667 datang sekelompok pedagang Belanda di Pulau Jawa yang mendirikan VOC. Gula merupakan komoditas utama pada jaman kolonial Belanda. Dengan peningkatan permintaan gula di Eropa maka pada tahun 1750 pabrik (tradisional) milik etnis Cina disewa untuk memproduksi gula di Eropa terutama di pantai utara Jawa. Indonesia memasuki era Industrialisasi Sejak Tahun 1826, dengan didirikannya pabrik gula bertenaga mesin di Jawa Barat
SEJARAH INDUSTRI DI INDONESIA (SAMBUNGAN)
Mekanisme Penggilingan Tebu Tradisional
Awalnya teknologi pengolahan tebu menjadi gula begitu sederhana dan tradisional. Cairan atau sari tebu didapat dari alat pengepres berupa silinder batu atau kayu yang diletakkan berhimpitan. Salah satu silinder diberi tonggak yang digerakka secara manual oleh manusa atau ternak. Satau orang atau lebih memasukkan tebu ketengah putaran silinder. Hasil press berupa cairan sari tebu dialirkan ke kuali besar dibawahnya
SEJARAH INDUSTRI DI INDONESIA (SAMBUNGAN)
Titik awal lahirnya Industri di Indonesia adalah tahun 1826, pada jaman Hindia Belanda yang telah di bangun tiga pabrik gula menggunakan mesin-mesin produksi dan Steam Engine (Ketel Uap). Pada tahun 1837 – 1838 didirikan pabrikpabrik gula meggunakan mesin-mesin yang lebih modern di wilayah Wonopringgo, Sragie, dan Kalimatie. Pertumbuhan industri ini menyebabkan tingginya permintaan akan tenaga kerja. Pada masa inilah, sejarah panjang tenaga kerja kontrak (kuli kontrak ) di mulai dan pendorong penerapan sistem tanam paksa ( cultuurstelsel) "yang brutal“ tahun 1830 untuk mendapatkan suplay tenaga kerja dan bahan baku (tebu) dengan biaya yang murah.
SEJARAH INDUSTRI DI INDONESIA (SAMBUNGAN)
Lokomotif uap milik Deli Spoorweg Maatschappij (Tahun 1910-an)
Pesatnya pertumbuhan industri gula saat itu juga diikuti oleh pertumbuhan industri kereta api di akhir abad ke18. Tercatat, sejarah perkeretaapian di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan kereta api di desa Kemijen, Jumat tanggal 17 Juni1864, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh "Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km). Sedangkan diluar Jawa ( Sumatera ), pembangunan Rel KA juga dilakukan di Aceh tahun 1874, Sumatera Utara tahun 1886, Sumatera Barat tahun 1891, dan Sumatera Selatan tahun 1914. Kereta Api pada masa itu digerakkan oleh lokomotif uap (steam engine) hasil pembakaran batu bara atau kayu.
SEJARAH INDUSTRI DI INDONESIA (SAMBUNGAN)
Kesimpulannya, beberapa faktor berikut merupakan pendorong terjadinya era industri di Indonesia ( evolusi Industri di Indonesia ) yang dimulai sejak tahun 1826: 1. Penemuan mesin uap oleh James Watt’s Th. 1764 2. Berkembangnya teknologi permesinan dalam industri manufacture sebagai dampak dari Revolusi Industri di Inggris tahun 1800 3. Tingginya permintaan komoditas gula di Eropa 4. Ketersediaan tenaga kerja murah melalui sistem kerja kontrak oleh Pemerintah Hindia Belanda 5. Ketersediaan Bahan Baku (tebu) murah melalui sistem tanam paksa (cultuurstelsel) tahun 1830. 6. Perkembangan Industri Kereta Api.
TIPE-TIPE BANGUNAN INDUSTRI
Brewery, pengolahan minuman (bir, anggur) Factory, pabrik, pengolahan barang, produk Foundry, pengecoran logam Mining, penambangan Power Plant, pembangkit listrik Refinery, kilang, pengolahan bahan mentah menjadi bahan pakai (misal kilang minyak) Mill, pengolahan biji-bijian (gandum, jagung beras) Warehouse, gudang Abbatoir, pemotongan hewan Shipyard/ boatyard Bengkel Sawmill, pengolahan kayu
CABANG-CABANG INDUSTRI Berikut adalah berbagai industri yang ada di Indonesia: 1. Makanan dan minuman 2. Tembakau 3. Tekstil 4. Pakaian jadi 5. Kulit dan barang dari kulit 6. Kayu, barang dari kayu, dan anyaman 7. Kertas dan barang dari kertas 8. Penerbitan, percetakan, dan reproduksi 9. Batu bara, minyak dan gas bumi, dan bahan bakar dari nuklir 10. Kimia dan barang-barang dari bahan kimia 11. Karet dan barang-barang dari plastik 12. Barang galian bukan logam 13. Logam dasar 14. Barang-barang dari logam dan peralatannya 15. Mesin dan perlengkapannya 16. Peralatan kantor, akuntansi, dan pengolahan data 17. Mesin listrik lainnya dan perlengkapannya 18. Radio, televisi, dan peralatan komunikasi 19. Peralatan kedokteran, alat ukur, navigasi, optik, dan jam 20. Kendaraan bermotor 21. Alat angkutan lainnya 22. Furniture dan industri pengolahan lainnya
Klasifikasi Berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986 Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Indonesia No.19/M/I/1986, industri dibedakan menjadi
1. INDUSTRI KIMIA DASAR: misalnya industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb 2. INDUSTRI MESIN DAN LOGAM DASAR: misalnya industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll 3. INDUSTRI KECIL: industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah, dll 4. ANEKA INDUSTRI: industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lainlain.
Klasifikasi Industri Berdasarkan Tempat Bahan Baku 1. INDUSTRI EKSTRAKTIF, yaitu industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar. Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, dan lain lain. 2. INDUSTRI NONEKSTRAKTIF, yaitu industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain alam sekitar. 3. INDUSTRI FASILITATIF, yaitu industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya. Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.
Klasifikasi Industri Berdasarkan Modal 1. INDUSTRI PADAT MODAL, yaitu industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya. 2. INDUSTRI PADAT KARYA, yaitu industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.
Klasifikasi Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja 1. INDUSTRI RUMAH TANGGA, adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang. 2. INDUSTRI KECIL, adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang. 3. INDUSTRI SEDANG atau INDUSTRI MENENGAH, adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang. 4. INDUSTRI BESAR, adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.
Klasifikasi Industri Berdasarkan Pemilihan Lokasi 1. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar ( MARKET ORIENTED INDUSTRY ), yaitu industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong di mana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik. 2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja ( MAN POWER ORIENTED INDUSTRY ), adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja / pegawai untuk lebih efektif dan efisien. 3. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku (SUPPLY ORIENTED INDUSTRY ), yaitu jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar. 4. Industri yang tidak terkait oleh persyaratan yang lain, yaitu industri yang didirikan tidak terkait oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat didirikan dimana saja, karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan dimana saja. Misalnya : Industri elektronik, Industri otomotif, dan industri transportasi.
Klasifikasi Industri Berdasarkan Proses Produksi 1. INDUSTRI HULU, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya : Industri kayu lais, industri alumunium, industri pemintalan, dan industri baja. 2. INDUSTRI HILIR, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya : Industri pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri meubeler
Klasifikasi Industri Berdasarkan Produktifitas Perorangan 1.
2.
3.
4.
5.
INDUSTRI PRIMER (EKSTRAKTIF), adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu. Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya. INDUSTRI SEKUNDER (MANUFAKTUR), adalah industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali. Misalnya pemintalan benang sutra, komponen elektronik, daging kaleng, dan sebagainya. INDUSTRI TERSIER (JASA), adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa. Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnya. INDUSTRI KUARTENER (PENGETAHUAN), adalah industri yang mencangkup penelitian pengetahuan dan teknologi serta berbagai tugas berlevel tinggi lainnya. Misalnya adalah para peneliti, dokter, dan pengacara. INDUSTRI KUINARI (KULTUR DAN PENELITIAN), beberapa menganggapnya sebagai salah satu cabang sektor kuartener yang meliputi level tertinggi pengambilan keputusan dalam masyarakat atau ekonomi. Sektor ini meliputi eksekutif atau pegawai resmi dalam bidang pemerintahan, pengetahuan, universitas, non-profit, kesehatan, kultur, dan media.
ZONA AKTIFITAS PRINSIPAL
ZONA PENGOLAHAN Tempat peletakan permesinan (area pemrosesan)
ZONA PERGERAKAN Pergerakan orang, barang (bahan mentah – barang jadi – packaging) dan pergerakan kendaraan (alat angkut barang)
ZONA LOADING – UNLOADING Pemindahan barang
STANDAR PERGERAKAN
STANDAR PERGERAKAN
STANDAR PERGERAKAN
TREND PERKEMBANGAN BANGUNAN INDUSTRI
Fungsional, Simpel
Corporate
Images
Singlestories Building, Bentang Lebar Multistories Factory Building
INDUSTRIAL PARK
Part of the Municipal Airport industrial complex, Edmonton Alberta, Canada
An INDUSTRIAL PARK (also known as INDUSTRIAL ESTATE,TRADING ESTATE) is an area zoned and planned for the purpose of industrial development. An industrial park can be thought of as a more "HEAVYWEIGHT" VERSION of a BUSINESS PARK or OFFICE PARK, which has offices and LIGHT INDUSTRY, rather than heavy industry
Ind
rial zone in Daka (Se
al)
SINGLE STOREY INDUSTRIAL BUILDINGS G. Park Blue Planet, Newcastleunder-Lyme
West burton power station
Extension to Hangar 12, Bournemouth
These buildings are typically used for WORKSHOPS FACTORIES INDUSTRIAL DISTRIBUTION WAREHOUSES RETAIL LEISURE
DESIGN CONCEPT
The development of a design solution for a single storey building, such as a large enclosure or industrial facility is more dependent on the ACTIVITY being performed within the building (and POSSIBLE FUTURE REQUIREMENTS) than other building types. Although single-storey buildings are primarily functional, they are often designed with a STRONG ARCHITECTURAL INPUT dictated by planning requirements and CLIENT ‘BRANDING’.
DESIGN CONCEPT The following overall design requirements should be considered at the concept design stage of single storey industrial buildings: 1. Space use, for example, specific requirements for handling of materials or components in a production facility 2. FLEXIBILITY of space in current and future use 3. SPEED OF CONSTRUCTION 4. Environmental performance, including services requirements andTHERMAL PERFORMANCE 5. Aesthetics and visual impact 6. ACOUSTIC isolation, particularly in production facilities 7. Access and security 8. SUSTAINABILITY considerations 9. Design life and maintenance requirements, including end of life issues.
TYPE OF SINGLE STOREY BUILDING To enable the concept design to be developed, it is necessary to review these considerations based on the type of single storey building
STRUCTURAL CONCEPT
AWAL PERKEMBANGAN BANGUNAN INDUSTRI
Old Industr ial Building
INDUSTRIAL BUILDING
Cuna de Tierra Winery
Etable de Stabulation Libre
INDUSTRIAL BUILDING
NRW State Archive
Wasser Werk
INDUSTRIAL BUILDING
Arteche High Voltage Laboratory
Olympic Energy Center
TINGKATAN KOMPLEKSITAS AREAL
TINGKATAN KOMPLEKSITAS AREAL
TINGKATAN KOMPLEKSITAS AREAL
INDIVIDUAL FACTORY BUILDING
INDUSTRIAL TOWN