BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA A. PENGERTIAN TOLERANSI
Secara Secara bahasa bahasa atau etimologi etimologi toleransi toleransi berasal dari bahasa bahasa Arab 1
tasyamukh yang artinya ampun, maaf dan lapang dada. Atau dalam bahasa Inggris berasal dari kata tolerance / toleration yaitu toleration yaitu suatu sikap membiarkan, menga mengakui kui dan dan mengh menghorm ormati ati terhad terhadap ap perbed perbedaan aan orang orang lain, lain, baik baik pada pada masal masalah ah pendap pendapat at (opini (opinion) on),, agam agama/k a/kepe eperca rcaya yaan an maupun maupun dalam dalam segi segi ekonomi, sosial dan politik. Seca Secara ra
term termin inol olog ogi, i,
menu menuru rutt
Umar Umar
asy asyim im,,
tole tolera rans nsii
yait yaitu u
pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesama !arga masyarakat untuk men"alankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menen menentuk tukan an nasib nasibnya nya masin masing#m g#masi asing, ng, selama selama dalam dalam men"a men"alan lankan kan dan dan menentuk menentukan an sikapnya sikapnya itu tidak tidak melanggar melanggar dan tidak tidak bertenta bertentangan ngan dengan dengan syarat#syarat asas terciptanya terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat.
$
%amun menurut &. '. S. oer!adarminto oer!adarminto dalam *amus Umum +aha +ahasa sa
Indo Indone nesi sia a
tole tolera rans nsii
adal adalah ah
sika sikap/ p/si sifa fatt
mene meneng ngga gang ng
beru berupa pa
mengharg menghargai ai serta memperbo memperbolehk lehkan an suatu suatu pendiria pendirian, n, pendapat pendapat,, pandanga pandangan, n, kepercayaan maupun yang lainnya yang berbeda dengan pendirian sendiri.
-ari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan menyimpulkan bah!a toleransi adala adalah h suatu suatu sikap sikap atau atau tingk tingkah ah laku laku dari dari seseor seseoran ang g untuk untuk memb membiar iarkan kan kebebasa kebebasan n kepada kepada orang orang lain dan memberik memberikan an kebenaran kebenaran atas perbedaa perbedaan n tersebut sebagai pengakuan hak#hak asasi manusia. -i dalam memaknai toleransi terdapat dua penafsiran tentang konsep ini. Pertama, ini. Pertama, penafsiran penafsiran yang bersifat negatif yang menyatakan bah!a 1
Ahmad &arson una!ir, Kamus una!ir, Kamus Arab Indonesia al-Munawir, al-Munawir, (ogyakarta0 (ogyakarta0 +alai ustaka rogresif, t.th.), hlm.123 $ Umar asyim, Toleransi Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai asar menu!u ialo" dan Kerukunan Antar #mat Beragama, (Surabaya0 +ina Ilmu, 1242), hlm. $$ &. '. S. oer!adarminto. Kamus oer!adarminto. Kamus #mum Bahasa Indonesia, ('akarta0 Indonesia, ('akarta0 +alai ustaka, 1235), hlm. 136
1
toleransi itu cukup mensyaratkan adanya sikap membiarkan dan tidak menyakiti orang atau kelompok lain baik yang berbeda maupun yang sama. Sedangkan yang kedua adalah yang bersifat positif yaitu menyatakan bah!a harus adanya bantuan dan dukungan terhadap keberadaan orang lain atau kelompok lain.
6
Adapun kaitannya dengan agama, toleransi beragama adalah toleransi yang mencakup masalah#masalah keyakinan pada diri manusia yang berhubungan dengan akidah atau yang berhubungan dengan ke#7uhanan yang diyakininya. Seseorang harus diberikan kebebasan untuk menyakini dan memeluk agama (mempunyai akidah) masing#masing yang dipilih serta memberikan penghormatan atas pelaksanaan a"aran#a"aran yang dianut atau yang diyakininya. 7oleransi mengandung maksud supaya membolehkan terbentuknya sistem yang men"amin ter"aminnya pribadi, harta benda dan unsur#unsur minoritas yang terdapat pada masyarakat dengan menghormati agama, moralitas dan lembaga#lembaga mereka serta menghargai pendapat orang lain serta perbedaan#perbedaan yang ada di lingkungannya tanpa harus berselisih dengan sesamanya karena hanya berbeda keyakinan atau agama. 7oleransi beragama mempunyai arti sikap lapang dada seseorang untuk menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah mereka menurut a"aran dan ketentuan agama masing#masing yang diyakini tanpa ada yang mengganggu atau memaksakan baik dari orang lain maupun dari keluarganya sekalipun.
8
7oleransi tidak dapat diartikan bah!a seseorang yang telah mempunyai suatu keyakinan kemudian pindah/merubah keyakinannya (kon9ersi) untuk mengikuti dan membaur dengan keyakinan atau peribadatan agama#agama lain, serta tidak pula dimaksudkan untuk mengakui kebenaran semua agama/kepercayaan, namun tetap suatu keyakinan yang diyakini 6
asykuri Abdullah, Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keragaman, ('akarta0 enerbit +uku *ompas, $1), hlm. 1 8 . Ali dkk, Islam untuk isi$lin Ilmu %ukum Sosial dan Politik, ('akarta0 +ulan +intang, 1232), hlm. 3
kebenarannya, serta memandang benar pada keyakinan orang lain, sehingga pada dirinya terdapat kebenaran yang diyakini sendiri menurut suara hati yang tidak didapatkan pada paksaan orang lain atau didapatkan dari pemberian orang lain. -alam agama telah menggariskan dua pola dasar hubungan yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya, yaitu 0 hubungan secara 9ertikal dan hubungan secara hori:ontal. ang pertama adalah hubungan antara pribadi dengan *haliknya yang direalisasikan dalam bentuk ibadat sebagaimana yang telah digariskan oleh setiap agama. ubungan dilaksanakan secara indi9idual, tetapi lebih diutamakan secara kolektif atau ber"amaah (shalat dalam Islam). ada hubungan ini berlaku toleransi agama yang hanya terbatas dalam lingkungan atau intern suatu agama sa"a. ubungan yang kedua adalah hubungan antara manusia dengan sesamanya. ada hubungan ini tidak terbatas panda lingkungan suatu agama sa"a, tetapi "uga berlaku kepada semua orang yang tidak seagama, dalam bentuk ker"asama dalam masalah# masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum. -alam hal seperti inilah berlaku toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama.
5
7oleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama berpangkal dari penghayatan a"aran masing#masing. enurut said Agil Al una!ar ada dua macam toleransi yaitu toleransi statis dan toleransi dinamis. 7oleransi statis adalah toleransi dingin tidak melahirkan ker"asama hanya bersifat teoritis. 7oleransi dinamis adalah toleransi aktif melahirkan ker"a sama untuk tu"uan bersama, sehingga kerukunan antar umat beragama bukan dalam bentuk teoritis, tetapi sebagai refleksi dari kebersamaan umat beragama sebagai satu bangsa.
5
4
rof. -;. . Said Agil Al una!ar, . A. &i"ih %ubungan Antar Agama, ('akarta0
B. PRINSIP-PRINSIP TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA
-alam melaksanakan toleransi beragama kita harus mempunyai sikap atau prinsip untuk mencapai kebahagiaan dan ketenteraman. Adapun prinsip tersebut adalah 0 a. Kebebasan Beragama
ak asasi manusia yang paling esensial dalam hidup adalah hak kemerdekaan/kebebasan baik kebebasan untuk berfikir maupun kebebasan untuk berkehendak dan kebebasan di dalam memilih kepercayaan/agama. *ebebasan merupakan hak yang fundamental bagi manusia sehingga hal ini yang dapat membedakan manusia dengan makhluk yang lainnya. *ebebasan beragama sering kali disalahartikan dalam berbuat sehingga manusia ada yang mempunyai agama lebih dari satu. ang dimaksudkan kebebasan beragama di sini bebas memilih suatu kepercayaan atau agama yang menurut mereka paling benar dan memba!a keselamatan tanpa ada yang memaksa atau menghalanginya, kemerdekaan telah men"adi salah satu pilar demokrasi dari tiga pilar re9olusi di dunia. *etiga pilar tersebut adalah persamaan, persaudaraan dan kebebasan.
3
*ebebasan beragama atau rohani diartikan sebagai suatu ungkapan yang menun"ukkan hak setiap indi9idu dalam memilih keyakinan suatu agama.
2
-i Indonesia dalam peraturan Undang#Undang -asar disebutkan pada pasal $2 ayat $ yang menyatakan =%egara men"amin kemerdekaan tiap# tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing#masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu =. al ini "elas bah!a negara sendiri
men"amin
agama/keyakinannya
penduduknya
dalam
masing#masing
serta
memilih men"amin
dan
memeluk
dan melindungi
penduduknya di dalam men"alankan peribadatan menurut agama dan keyakinannya masing#masing. 3 2
arcel A. +oisard, %umanisme dalam Islam, ('akarta0 +ulan +intang), hlm. $$
Abd. Al u>tal As Saidi, Kebebasan Ber(ikir dalam Islam, (ogyakarta? Adi &acana, 1222), hlm. 6
b. Penghormatan dan Es!stens! Agama "a!n
@tika
yang harus
dilaksanakan dari sikap
toleransi
setelah
memberikan kebebasan beragama adalah menghormati eksistensi agama lain dengan pengertian menghormati keragaman dan perbedaan a"aran#a"aran yang terdapat pada setiap agama dan kepercayaan yang ada baik yang diakui negara maupun belum diakui oleh negara. enghadapi realitas ini setiap pemeluk agama dituntut agar senantiasa mampu menghayati sekaligus memposisikan diri dalam konteks pluralitas dengan didasari semangat saling menghormati dan menghargai eksistensi agama lain.
1
-alam bentuk tidak mencela atau memaksakan
maupun bertindak se!enang#!enangnya dengan pemeluk agama lain. #. Agree !n $!sagreement
)Agree in isagreement ) (setu"u di dalam perbedaan) adalah prinsip yang selalu didengugkan oleh rof. -;. . ukti Ali. erbedaan tidak harus ada permusuhan, karena perbedaan selalu ada di dunia ini, dan perbedaan tidak harus menimbulkan pertentangan.
11
-ari sekian banyak pedoman atau prinsip yang telah disepakati bersama, Said Agil Al una!ar mengemukakan beberapa pedoman atau prinsip, yang perlu diperhatikan secara khusus dan perlu disebarluaskan seperti tersebut di ba!ah ini. a). *esaksian yang "u"ur dan saling menghormati *(rank witness and mutual res$ect+ Semua pihak dian"urkan memba!a kesaksian yang terus terang tentang kepercayaanya di hadapan 7uhan dan sesamanya, agar keyakinannya masing#masing tidak ditekan ataupun dihapus oleh pihak lain. -engan demikian rasa curiga dan takut dapat dihindarkan serta semua pihak dapat men"auhkan perbandingan kekuatan tradisi masing#masing yang dapat menimbulkan sakit hati dengan mencari kelemahan pada tradisi keagamaan lain. 1
;uslani, Masyarakat ialo" Antar Agama, Studi atas Pemikiran Muhammad Arkoun, (ogyakarta0 ayasan +intang +udaya, $), hlm. 152 11 Umar asym, Ibid, hlm. $6
b). rinsip kebebasan beragama *religius (reedom+. eliputi prinsip kebebasan perorangan dan kebebasan sosial *indiidual (reedom and social (reedom+ *ebebasan indi9idual sudah cukup "elas setiap orang mempunyai kebebasan untuk menganut agama yang disukainya, bahkan kebebasan untuk pindah agama. 7etapi kebebasan indi9idual tanpa adanya kebebasan sosial tidak ada artinya sama sekali. 'ika seseorang benar#benar mendapat kebebasan agama, ia harus dapat mengartikan itu sebagai kebebasan sosial, tegasnya supaya agama dapat hidup tanpa tekanan sosial. +ebas dari tekanan sosial berarti bah!a situasi dan kondisi sosial memberikan kemungkinan yang sama kepada semua agama untuk hidup dan berkembang tanpa tekanan.
c). rinsip penerimaan *Acce$tance+ aitu mau menerima orang lain seperti adanya. -engan kata lain, tidak menurut proyeksi yang dibuat sendiri. 'ika kita memproyeksikan penganut agama lain menurut kemauan kita, maka pergaulan antar golongan agama tidak akan dimungkinkan. 'adi misalnya seorang *risten harus rela menerima seorang penganut agama Islam menurut apa adanya, menerima indu seperti apa adanya. d). +erfikir positif dan percaya *$ositie thinking and trustworthy+ rang berpikir secara =positif =dalam per"umpaan dan pergaulan dengan penganut agama lain, "ika dia sanggup melihat pertama yang positif, dan yang bukan negatif. rang yang berpikir negatif akan kesulitan dalam bergaul dengan orang lain. -an prinsip =percayaB men"adi dasar pergaulan antar umat beragama. Selama agama masih menaruh prasangka terhadap agama lain, usaha#usaha ke arah pergaulan yang bermakna belum mungkin. Sebab kode etik pergaulan adalah bah!a agama yang satu percaya kepada agama yang lain, dengan begitu dialog antar agama antar ter!u"ud.
1$
e!u"udkan kerukunan dan toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama merupakan bagian usaha menciptakan kemaslahatan umum 1$
rof. -;. . Said Agil Al una!ar, o$' cit', hlm. 62#81
serta kelancaran hubungan antara manusia yang berlainan agama, sehingga setiap golongan umat beragama dapat melaksanakan bagian dari tuntutan agama masing#masing. *erukunan yang berpegang kepada prinsip masing#masing agama men"adikan setiap golongan umat beragama sebagai golongan terbuka, sehingga memungkinkan dan memudahkan untuk saling berhubungan. +ila anggota dari suatu golongan umat beragama telah berhubungan baik dengan anggota dari golongan agama#agama lain, akan terbuka kemungkinan untuk mengembangkan
hubungan
berbagai
bentuk
ker"a
sama
dalam
bermasyarakat dan bernegara. &alaupun manusia terdiri dari banyak golongan agama, namun sistem sosial yang berdasarkan kepada kepercayaan bah!a pada hakekatnya manusia adalah kesatuan yang tunggal. erbedaan golongan sebagai pendorong
untuk
saling
mengenal,
saling
memahami
dan
saling
berhubungan. Ini akan mengantarkan setiap golongan itu kepada kesatuan dan kesamaan pandangan dalam membangun dunia yang diamanatkan 7uhan kepadanya. -alam istilah lain, banyak agama, satu Tuhan'
.
$. TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA $I IN$ONESIA
asyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakaat ma"emuk. al
tersebut dapat dilihat pada kenyataan sosial dan semboyang dalam lambang negara ;epublik Indonesia Bhineka Tunggal Ika (berbeda#beda namun satu "ua). *ema"emukan adalah realitas yang tak terbantahkan di bumi nusantara. Agama, etnik, dan kelompok sosial lainnya sebagai instrumen dari kema"emukan masyarakaat Indonesia bisa men"adi persolan krusial bagi proses intergrasi bangsa. *arena kema"emukan sering men"adi sumber ketegangan sosial, dan kema"emukan sebagai sumber daya masyarakat yang paling pokok untuk me!u"udkan demokrasi. Secara teoritik ada tiga kecenderungan yang sering dihadapi dalam masyarakat ma"emuk, yakni 0 1. 2.
engidap potensi konflik. elaku konflik melihat sebagai all out war (perang habis#habisan).
. roses intergrasi sosial lebih banyak ter"adi melalui dominasi atas satu kelompak oleh kelompok lain. leh karena itu tidak berlebihan "ika ahli se"arah Inggris terkemuka Arnold 7oybe, menamakan Indonesia sebagai The land where the religions are good 0eighbours (%egeri dimana agama#agama hidup bertetangga dengan baik). Agama memang peranan sangat penting dalam masyarakat. Agama dapat memberikan dorongan terhadap pembangunan, sekaligus memberi arah serta memberi makna hasil pembangunan itu sendiri.
Catimah Usman, 1ahdat al Adyan 2 ialog Pluralisme, (ogyakarta, D*iS, $$),
hlm.9i
Seiring dengan arti pentingnya agama dalam kehidupan bangsa, maka kehidupan beragama mendapat tempat khusus dalam masyarakat yang berdasarkan
ancasila.
embinaan
kehidupan
beragama
senantiasa
diupayakan oleh pemerintah baik yang meliputi aspek pembinaan kesadaran beragama, kerukunan dan toleransi, kreati9itas dan akti9itas keagamaan serta
6
pembinaan sarana dan fasilitas keagamaan.
+erbicara tentang pembinaan kerukunan dan toleransi beragama di Indonesia, tidak terlepas dari landasan dan dasar pembinaannya. -i Indonesia kerukunan dan toleransi beragama ini memiliki landasan yang sangat kuat, yaitu 0 a' 3andasan Ideal Pancasila -engan landasan ini semua umat beragama terikat dalam dan untuk menyelamatkan kesatuan dan persatuan Indonesia. ada sila pertama disebutkan 0 *etuhanan yang maha @sa, ini berarti bah!a pancasila sebagai falsafah negara men"amin dan sekaligus mencerminkan nilai#nilai luhur bangsa Indonesia, yang hidup beragama dan berkepercayaan kepada 7uhan ang maha @sa. b' 3andasan konstitusi ## 456 embinaan kerukunan dan toleransi beragama di Indonesia diatur dalam konstitusi UU- 1268 pada pasal $2 yang berbunyi 0 +' 0egara berdasarkan atas Ketuhanan 7ang Maha 8sa' 9+' 0egara men!amin kemerdekaan tia$-tia$ $enduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan ke$ercayaannya. c+' 3andasan o$erasional beru$a Keteta$an MP: Adapun ketetapannya aitu 7ap ; % II/;/1245 7entang 6 tentang sila *etuhanan ang aha @sa menyebutkan0
- ercaya dan taE!a kepada 7uhan ang aha @sa sesuai dengan agama masing#masing dan kepercayaannya masing#masing
menurut
dasar
kemanusiaan yang adil dan beradap 6
a!ardi atta, Bebera$a As$ek Pembinaan Beragama dalam Konteks Pembangunan 0asional i Indonesia, (-@AF ;I, 1231), hlm. 16
-
ormat menghormati dan beker"a sama antar pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda#beda sehingga hidup rukun.
- Saling menghormati kebebasan men"alankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
- 7idak memaksakan sesuatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
8
-engan kerangka demikian, agama di Indonesia agaknya bukan semata#mata urusan pribadi, tapi negara memang diberi peluang untuk melakukan berbagai macam hal yang didefinisikan untuk men"aga stabilitas dan kerukunan, hubungan agama dan negara ini dalam perspektif, secara substansial didasari beberapa hal sebagai berikut. Pertama, negara berdasarkan atas *etuhanan ang aha @sa, dengan demikian secara tersirat mengandung makna bah!a dalam pengelolaan negara,
sudah
selayaknya diatur dalam koridor
norma
yang tidak
bertentangan dengan nilai ketuhanan (keagamaan). Kedua, negara men"amin setiap !arga %egara untuk memilih dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya. *onsekuensi logis dari "aminan di atas adalah negara tidak berhak untuk membatasi dan apalagi melarang setiap !arga negaranya untuk memeluk agama yang diyakininya se"auh tidak berada dalam ruang publik dan memaksakan aturan agama tertentu kepada pemeluk agama lain, dengan demikian prinsip kebebasan sangat benar#benar di"un"ung tinggi. Ketiga, negara
mempunyai
ke!a"iban
untuk
melayani ha"at
keberagamaan !arganya secara adil tanpa diskriminasi. Implikasi dari ke!a"iban negara tersebut harus diartikan secara luas terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan hak dan ke!a"iban !arga negara di mata hukum. Atas dasar itu negara harus memenuhi hak#hak sipil !arga negaranya tanpa melihat agama dan kepercayaan yang dianut. 7erlepas dari prinsip#prinsip tersebut, dalam konteks ke#Indonesia#an, penulis melihat bah!a pemerintah dalam mengatur kehidupan umat beragama 8
St. Suripto. +A, dkk, Tanya ;awab
di Indonesia paling tidak dapat dilihat dari tiga perspektif. Pertama, dalam konteks hubungan antar agama, ada sebagian peraturan itu yang dimaksudkan untuk melakukan )$en!inakan terhadap perselisihan antar umat beragama, terutama yang menyangkut penyiaran agama dan pendirian rumah ibadah. Semua itu diorientasikan pada untuk men"aga ketenteraman dan ketertiban. al ini dapat dilihat dari Surat *eputusan enteri Agama %o.4 tahun 1243. Surat tersebut berisi 0 1. Untuk men"aga stabilitas nasional dan demi tegaknya kerukunan antar umat
beragama,
pengembangan
dan
penyiaran
agama
supaya
dilaksanakan dengan semangat kerukunan, tenggang rasa, te$o seliro, saling menghargai, hormat menghormati antar umat beragama sesuai "i!a ancasila. $. enyiaran agama tidak dibenarkan untuk 0 a. -itu"ukan kepada orang atau orang#orang yang telah memeluk agama lain. b. -ilakukan
dengan
menggunakan
bu"ukan/pemberian
material/minuman, obat#obatan, dan lain sebagainya supaya orang tertarik untuk memeluk suatu agama. c. -ilakukan dengan cara#cara penyebaran pamflet, bulletin, ma"alah buku#buku
dan
sebagainya
di
daerah#daerah/di
rumah#rumah
kediaman umat/orang beragama lain. d. -ilakukan dengan cara#cara masuk keluar rumah ke rumah orang yang telah memeluk agama lain dengan dalih apapun. @rat hubungannya dengan penyiaran agama adalah persoalan bantuan luar negeri kepada lembaga keagamaan di Indonesia. ersoalan ini sempat men"adi pemicu munculnya ketegangan hubungan antar umat beragama, karena dengan bantuan luar negeri suatu agama dapat melakukan aktifitas penyiaran agama dengan intensif, termasuk dengan pemeluk agama lain. Untuk mengatasi hal itu, enteri Agama mengeluarkan Surat keputusan %o.44 tahun 1243 tentang +antuan Duar %egeri kepada Dembaga#Dembaga *eagamaan di Indonesia. S* ini berisi bah!a bantuan luar negeri kepada lembaga#lembaga
keagamaan di Indonesia harus dimintakan persetu"uan enteri Agama terlebih dahulu, agar dapat diketahui bentuk bantuannya lembaga/negara yang memberikan, serta pemanfaatan bantuan. -engan demikian pemerintah dapat memberikan bimbingan, pengarahan, dan penga!asan terhadap bantuan tersebut. *edua S* tersebut kemudian diperkuat dengan Surat *eputusan +ersama (S*+) dua menteri (enteri Agama dan enteri -alam %egeri) %o.1 7ahun 1242 tertanggal $ 'anuari 1242 tentang 7ata
atau rohania!an di tempat itu. Kedua, dalam konteks hubungan dengan agama dan negara hal tersebut dapat dimaknai sebagai bentuk inter9ensi negara terhadap komunitas beragama. eski demikian, hal ini bisa dipahami karena salah satu fungsi adanya negara adalah menyelesaikan masalah#masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh masyarakat. -i samping hal itu, inter9ensi itu "uga seringkali dilakukan untuk atas nama men"aga ketenteraman beragama. Ketiga, dalam konteks hukum ketatanegaraan, hal itu "uga bisa dimaknai sebagai upaya untuk memasukkan beberapa aspek a"aran agama men"adi hukum negara meskipun hanya berlaku bagi umat beragama yang bersangkutan. +eberapa aturan ketatanegaraan antara lain Undang#Undang %o.3 7ahun $ tentang engelolaan Gakat yang sebelumnya sudah ada eraturan enteri Agama %.6 7ahun 1253 tentang embentukan Amil Gakat dan eraturan enteri Agama %o.8 7ahun 1253, Inpres %o. 1 7ahun1221
5
tentang *ompilasi ukum Islam , dan masih banyak lagi peraturan atau undang#undang yang memasukkan aspek agama di dalamnya.
5
Abd. ala, dkk, o$' cit, hlm. 2$
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
7oleransi adalah sikap tenggang rasa yang berarti rukun dan tidak menyimpang dari aturan dimana seseorang harus saling menghargai dan saling menghormati. 7oleransi beragama sangat diperlukan pada kehidupan sehari#hari untuk men"alin hubungan yang harmonis, rukun dan se"ahtera. eran berbagai elemen tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemerintahsangat diperlukan untuk memberikan pencerahan dan penyadaran akan arti pentingnya menghargai perbedaan dalam toleransi beragama. Sikap toleransi bisa ditun"ukkan melalui sikap menghargai perbedaan pandangan, keyakinan dan tradisi orang lain dengan kesadaran tinggi bah!a perbedaan adalah rahmat 7uhan yang harus disyukuri.