TUGAS MANAJEMEN OPERASI MAKALAH
PRODUCT DESIGN
Oleh Drs. I Gede Bisma, MM.
Kelompok III : 1. Ibnu Arafiyadi 2. Ivanto Aritonang
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MATARAM
BAB I PENDAHULUAN
Semua organisasi mempunyai maksud dan tujuan. Mereka membuat dan menjual berbagai macam produk atau menawarkan jasa-jasa tertentu. Organisasi – organisasi harus selalu menyesuaikan desain produk dan jenis jasa yang mereka tawarkan dengan apa yang dibutuhkan atau diinginkan oleh para konsumen. Salah satu funggsi manajerial terpenting dalam semua jenis organisasi itu adalah menjamin bahwa masukan-masukan sumber daya organisasi menghasilkan produk-produk atau jasa-jasa yang dirancang secara tepat, atau keluaran-keluaran yang dapat memuaskan keinginan para konsumen. Berbagai desain produk dan jasa baru muncul menjadi kenyataan karena seseorang percaya bahwa ada kebutuhan akan produk dan jasa tersebut. Ini semua merupakan tanggung jawab para manager untuk selalu menemukan produk-produk dan jasa-jasa baru yang mungkin ditawarkan oleh organisasi. Selain itu manajer operasi harus membangun sebuah system pengembangan produk yang membuat perusahaan memiliki keunggulan bersaing. Disaat produk berjalan melintasi siklus hidupnya ( perkenalan, pertumbuhan, kedewasaan dan kemunduran ), pilihan yang harus diambil oleh manajer operasi berubah-ubah. Baik produk yang diproduksi maupun jasa yang mempunyai teknik yang bervariasi untuk membantu menjalankan aktivitas ini secara efisien. Peranan desain produk di Indonesia masih belum dianggap penting, sehingga banyak produk Indonesia kalah bersaing dari produk negara lain yang sudah memanfaatkan desain produk yang baik. Hal itu terlihat dari banyaknya produk yang merupakan hasil duplikat dari produk negara lain. Komunitas Industri di Indonesia belum menyadari akan pentingnya desain dan cenderung untuk mengadopsi desain yang sudah ada dikarenakan terbatasnya pemahaman dan pengetahuan tekhnis tentang desain. Produk dibuat berdasar pesanan, didesain dengan jalan mudah dengan meniru produk yang telah ada bahkan lebih memilih menggunakan desain dari luar negeri dengan membayar royalty dibandingkan mengembangkan sebuah produk dari desain sendiri. Situasi ini menyebabkan produk Indonesia mengalami kelemahan dibandingkan dengan produk buatan negara lainnya. Kondisi seperti ini juga tidak membawa pencerahan dalam mempersiapkan pasar. Oleh karena itu, inilah saatnya menumbuhkan kesadaran akan pentingnya desain kepada komunitas industri di Indonesia agar produk Indonesia mempunyai keunggulan dan kemampuan untuk bersaing di pasar dunia. Desain Produk dan Jasa menjadi salah satu keputusan yang dianggap kritis oleh Heizer dan Render dan patut mendapat perhatian khusus. Pentingnya perancangan produk dan jasa dan pertimbangan matang akan biaya yang dikeluarkan menjadi tugas penting Manajemen Operasi dalam menjalankan produksi.
BAB II PEMBAHASAN 1. PENGERTIAN
Dalam bahasa sehari-hari kata desain sering di artikan sebagai sebuah perancangan, rencana atau gagasan. Pengertian seperti ini tidak sepenuhnya salah tetapi juga tidak sepenuhnya benar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa desain sepadan dengan kata perancangan. Namun demikian, kata merancang/rancang atau rancang bangun yang sering disepadankan dengan kata desain ini nampaknya belum dapat mengartikan desain secara lebih luas. Kata “Desain” yang sebenarnya merupakan kata baru yang merupakan peng-Indonesia-an dari kata design (bahasa Inggris) tetap dipertahankan. Sedangkan produk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah barang atau jasa yang dibuat dan ditambah gunanya atau nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir dari proses produksi itu. Jadi desain produk dapat didefinisikan sebagai generasi ide, pengembangan konsep, pengujian dan pelaksanaan manufaktur (objek fisik) atau jasa.
2. STRATEGI PRODUK DENGAN KEUNGGULAN BERSAING
Strategi produk disusun dengan melakukan seleksi atas keinginan pelanggan, baik pelanggan tingkat lokal, regional maupun tingkat dunia yang sesuai dengan acuan patokan (benchmarking) yang ditetapkan perusahaan. Selanjutnya mendefinisikan produk yang akan dihasilkan ke dalam sistem manajemen operasional dan implikasinya, dilanjutkan dengan membuat desain produk yang akan diproduksi melalui manajemen operasional.
3. SIKLUS KEHIDUPAN PRODUK ( PRODUCT LIFE CYCLE )
Product Life Cycle (PLC) yang menggambarkan lahirnya suatu produk baru sampai pada kematian suatu produk. Secara sederhana, konsep ini menyatakan bahwa hampir semua produk baru yang ditawarkan kepada masyarakat akan menjalani suatu siklus kehidupan yang terdiri atas empat tahap dalam periode waktu terbatas. Tiap tahap dalam PLC, membuka kesempatan-kesempatan baru dan menimbulkan masalah-masalah baru bagi manajemen produksi. Bila diketahui kedudukan produk dalam siklus kehidupannya, maka dapat dirumuskan rencana perbaikan desain dan pengembangan produk yang lebih baik. Secara ringkas keempat tahap PLC tersebut dapat diperinci sebagai berikut : A. Tahap Perkenalan ( Introduction ) Pada tahap ini, barang mulai dipasarkan dalam jumlah yang besar walaupun volume penjualannya belum tinggi. Barang yang di jual umumnya barang baru (betul-betul baru). Karena masih berada pada tahap permulaan, biasanya ongkos yang dikeluarkan tinggi terutama biaya periklanan. Promosi yang dilakukan memang harus agfesif dan
menitikberatkan pada merek penjual. Di samping itu distribusi barang tersebut masih terbatas dan laba yang diperoleh masih rendah. B. Tahap Pertumbuhan ( Growth ) Dalam tahap pertumbuhan ini, penjualan dan laba akan meningkat dengan cepat. Karena permintaan sudah sangat meningkat dan masyarakat sudah mengenal barang bersangkutan, maka usaha promosi yang dilakukan oleh perusahaan tidak seagresif tahap sebelumnya. Penambahan kapasitas atau peningkatan kapasitas yang sudah ada untuk menampung peningkatan permintaan produk mungkin diperlukan. C. Tahap Kedewasaan ( Maturity ) Pada tahap kedewasaan ini kita dapat melihat bahwa penjualan masih meningkat dan pada tahap berikutnya tetap. Dalam tahap ini, laba produsen maupun laba pengecer mulai turun. Persaingan harga menjadi sangat tajam sehingga perusahaan perlu memperkenalkan produknya dengan model yang baru. Pengendalian biaya yang lebih baik, berkurangnya pilihan dan pemotongan lini produk mungkin akan efektif atau diperlukan untuk meningkatkan keuntungan dan pangsa pasar. D. Tahap Kemunduran ( Decline ) Hampir semua jenis barang yang dihasilkan oleh perusahaan selalu mengalami kekunoan atau keusangan dan harus diganti dengan barang yang baru. Dalam tahap ini, barang baru harus sudah dipasarkan untuk menggantikan barang lama yang sudah kuno. Meskipun jumlah pesaing sudah berkurang tetapi pengawasan biaya menjadi sangat penting karena permintaan sudah jauh menurun. Apabila barang yang lama tidak segera ditinggalkan tanpa mengganti dengan barang baru, maka perusahaan hanya dapat beroperasi pada pasar tertentu yang sangat terbatas.
4. ANALISIS PRODUK BERDASARKAN NILAI
Manajer operasi yang efektif memilih produk yang terlihat paling menjanjikan. Ini merupakan prinsip Pareto ( yakni, fokus pada permasalahan yang sedikit tetapi penting, dan bukan pada permasalahan yang banyak tetapi sepele ) yang diterapkan pada bauran produk. Analisis produk berdasarkan nilai ( product by value analysis ) mengurutkan produk secara menurun berdasarkan kontribusi dollar($) individu masing-masing produk bagi perusahaan. Analisis ini juga mengurutkan kontribusi dollar($) tahunan total dari suatu produk. Kontribusi rendah perunit dari satu produk tertentu mungkin akan terlihat sama sekali berbeda jika ia mewakili sebagian besar penjualan perusahaan. Laporan produk berdasarkan nilai membuat manajemen dapat mengevaluasi strategi yang mungkin untuk setiap produk. Hal ini mungkin meliputi penambahan arus kas (sebagai contoh, peningkatan kontribusi dengan meningkatkan harga jual atau menurunkan biaya), peningkatan total penerimaan dan kelangsungan hidup perusahaan. Dalam kondisi persaingan modern, perusahaan yang tidak melakukan usaha inovasi akan menghadapi risiko lebih besar
untuk kehilangan pasarnya. Konsumen dan industri pemakai selalu menginginkan produk baru dan produk lebih “baik” yang dapat meningkatkan pemenuhan kepuasan mereka. Langkah-langkah yang diikuti dalam pengembangan produk baru terdiri atas lima langkah berikut ini : 1. Pencarian gagasan 2. Seleksi produk 3. Desain produk pendahuluan 4. Pengujian (testing) 5. Desain akhir (final) Bagi perusahaan-perusahaan jasa, tahap desain akhir bersangkutan dengan penetapan standar-standar dan prosedur-prosedur pelayanan. Sebagai contoh, dalam kasus sebuah bank, standar waktu tunggu untuk berbagai tipe pelayanan bank dapat ditentukan. Pengembangan produk baru ini bukanlah pekerjaan yang mudah, karena adanya berbagai hambatan, diantaranya : a. Kurangnya gagasan (idea) pengembangan produk baru yang baik b. Kondisi pasar yang semakin bersaing, karena banyaknya persaingan dan berbagai produk substitusi c. Batasan-batasan yang semakin bertambah dari masyarakat dan Pemerintah. Sebagai contoh, perlindungan akan keselamatan lingkungan, dan keamanan pemakaian produk d. Biaya proses pengembangan produk baru yang sangat mahal. Karena untuk dapat menghasilkan beberapa produk baru, perusahaan harus mengembangkan sejumlah besar gagasan produk baru. Dan dari sejumlah besar gagasan ini hanya sedikit yang sukses diperkenalkan ke pasar sebagai produk e. Tingginya tingkat kegagalan produk baru dalam pemasarannya, karena ternyata tidak memenuhi pengharapan konsumen atau tidak dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen f. Jangka waktu kehidupan produk baru yang pendek, karena setelah produk baru secara komersial sukses, maka dalam waktu singkat banyak perusahaan lain meniru dan membanjiri pasar dengan produk mereka.
5. QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT ( QFD )
Quality Function Deployment (QFD) berkaitan dengan : 1) Menetapkan apa yang akan memuaskan pelanggan, dan 2) Menerjemahkan keinginan pelanggan pada desain yang ditargetkan. Idenya adalah untuk memahami keinginan pelanggan dan memperkenalkan solusi proses alternatif. Informasi ini kemudian dipadukan dalam desain produk yang terus berubah. QFD digunakan di awal proses desain untuk membantu menetapkan apa yang dapat memuaskan pelanggan dan kemana penyebaran usaha-usaha berkualitas.
Empat pendekatan terhadap pengorganisasian untuk pengembangan produk. Pertama, pendekatan tradisional USA untuk pengembangan produk adalalah sebuah organisasi dengan departemen-departemen yang berbeda. Departemen-departemen ini adalah sebuah departemen penelitian dan pengembangan (litbang) yang mengerjakan penelitian yang dibutuhkan; sebuah departemen rekayasa untuk merancang produk; sebuah departemen rekayasa manufaktur untuk merancang sebuah produk yang dapat diproduksi; dsn sebuah departemen produksi untuk memproduksi produk tersebut. Pendekatan kedua yang terkenal adalah menugaskan seorang manajer produk untuk “memenangkan” produk melalui sistem pengembangan produk dan orga nisasi-organisasi terkait. Walaupun demikian, pendekatan pengembangan produk ketiga dan mungkin yang terbaik digunakan di USA adalah dengan menggunakan sebuah tim. Tim ini dikenal sebagai tim pengembangan produk, tim desain untuk kemampuan manufaktur dan tim rekayasa nilai. Masyarakat Jepang menggunakan pendekatan keempat. Mereka menghindari permasalahan tim dengan tidak membagi organisasi menjadi penelitian dan pengembangan, rekayasa, produk, dan seterusnya. Sejalan dengan gaya orang Jepang yaitu berusaha dalam kelompok dan bekerjasama dalam tim, semua aktivitas ini berada dalam satu organisasi. Satu alat QFD adalah rumah kualitas (house of quality). Rumah kualitas merupakan teknik grafis untuk menjelaskan hubungan antara keinginan pelanggan dan produk atau jasa. Hanya dengan menetapkan hubungan ini seorang manajer operasi dapat membangun produk dan proses dengan keistimewaan yang diinginkan pelanggan. Penerapan hubungan inilah yang merupakan langkah awal membangun sistem produksi tingkat dunia. Untuk membuat rumah kualitas dilakukan dalam beberapa langkah dasar :
Kenali keinginan pelanggan Kenali bagaimana produk/jasa akan memuaskan keinginan pelanggan Hubungkan keinginan pelanggan dengan bagaimana produk akan dibuat untuk memenuhi keinginan pelanggan tersebut Kenali hubungan antar sejumlah bagaimana pada perusahaan Buat tingkat kepentingan Evaluasi produk pesaing.
6. KEMAMPUAN UNTUK DIPRODUKSI DAN REKAYASA NILAI
Kemampuan untuk Diproduksi dan Rekayasa Nilai ( Manufacturability and Value Engineering ) memperhatikan perbaikan desain dan spesifikasi pada tahapan pengembangan produk mulai dari penelitian, pengembangan, desain, dan produksi. Selain pengurangan biaya yang nyata dan langsung terlihat, desain agar barang dapat diproduksi dan rekayasa nilai juga menghasilkan keuntungan lain. Di antaranya adalah : 1. Mengurangi kompleksitas produk 2. Standardisasi tambahan komponen
3. Perbaikan aspek fungsional produk 4. Memperbaiki desain pekerjaan dan keamanan pekerjaan 5. Memperbaiki kemudahan pemeliharaan produk 6. Desain yang tanggung Kemampuan untuk diproduksi dan aktivitas rekayasa nilai mungkin merupakan teknik terbaik yang ada untuk menghindari biaya pada manajemen operasi. Hal tersebut dapat menghasilkan peningkatan nilai dengan memusatkan perhatian untuk mencapai spesifikasi fungsional yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan cara yang optimal. Desain produk mempengaruhi semua aspek pengeluaran operasional. Karena itu juga, pengembangan proses perlu memastikan evaluasi desain secara menyeluruh sebelum berkomitmen untuk memproduksi.
7. PERMASALAHAN DESAIN PRODUK
Untuk mengembangkan sebuah sistem dan struktur organisasi yang efektif, telah ditambahkan beberapa teknik penting untuk merancang suatu produk yaitu :
Desain yang Tangguh
Desain Modular
Computer-Aided Design (CAD)
Computer-Aided Manufacturing (CAM)
Teknologi Virtual Reality
Analisis Nilai
Desain yang Ramah Lingkungan
8. DESAIN PELAYANAN
Desain pelayanan merupakan cara perusahaan untuk memberikan pelayanan yang terbaik terhadap konsumen. Tujuan dari desain pelayanan adalah mengurangi tingkat komplain dari konsumen untuk diantisipasi oleh perusahaan secara maksimal. Cara untuk memaksimalkan pelayanan terhadap konsumen dapat dilakukan dengan jalan :
Senyuman sebagai sambutan hangat. Senyuman adalah kegiatan sederhana tetapi mampu memberikan dampak yang luar biasa besar. Konsumen yang datang ke tempat usaha anda tidak hanya menginginkan produk atau jasa anda, tetapi juga ingin dilayani dengan sepenuh hati. Memahami kebiasaan pelanggan. Setiap konsumen pasti akan merasa dihargai apabila nama dan kebiasaannya diingat dan dipahami oleh pelaku usaha.
Jangan mengabaikan sopan santun. Walaupun anda ingin menekankan bersikap ramah dan friendly terhadap konsumen, tetapi jangan sampai anda bersikap terlalu santai yang akhirnya terkesan tidak sopan.
9. APLIKASI POHON KEPUTUSAN DALAM DESAIN PRODUK
Pohon keputusan dipergunakan untuk memutuskan suatu produk baru secara baik, banyaknya variasi yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan manajemen. Bentuk pohon keputusan dapat diikuti melalui prosedur berikut: 1) Mencari alternatif yang memungkinkan dan pernyataan kebiasaan yang terjadi ke dalam pohon, termasuk pernyataan alternatif dengan ”tidak melakukan apa -apa”. 2) Setiap hasil akan merupakan cabang dari pohon. Merupakan tempat untuk mengembangkan hasil menjadi penambahan cabang. 3) Pohon keputusan bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai harapan (expected value) dari setiap keputusan yang diambil. Selanjutnya, setiap keputusan uraiannya dimulai dari kanan dari pohon keputusan, sedangkan titik cabang keputusan dinyatakan dengan “node”
10. TRANSISI MENUJU PRODUKSI
Akhirnya, suatu produk baik itu berupa barang atau jasa telah dipilih, didesain dan diterapkan. Produk telah berkembang dari sebuah ide menjadi definisi yang fungsional, dan kemudian mungkin menjadi sebuah desain. Sekarang, majemen harus membuat keputusan untuk mengembangkan lebih lanjut dan memproduksi atau menghentikan ide produk. Saat keputusan dibuat, biasanya ada satu periode produksi percobaan untuk memastikan desain benar-benar dapat diproduksi. Ini merupakan uji kemampuan untuk diproduksi. Percobaan ini juga memberikan staf operasi kemungkinan untuk mengembangkan peralatan yang sesuai, prosedur pengendalian kualitas dan pelatihan karyawan untuk memastikan bahwa produk dapat dimulai dengan sukses. Pada akhirnya, saat produk dianggap dapat dipasarkan dan diproduksi, manajemen lini akan melimpahkan tanggung jawab. Beberapa perusahaan menunjukkan seorang manajer proyek, sementara yang lainnya menggunakan tim pengembangan produk untuk memastikan transisi dari pengembangan ke produk berjalan dengan sukses. Kedua pendekatan ini memungkinkan rentang yang luas perlunya sumber daya dan potensi sukses untuk memastikan produksi yang memuaskan dari sebuah produk yang masih dalam kondisi berfluktuasi. Pendekatan ketiga adalah perpaduan pengembangan produk dan organisasi manufaktur. Pendekatan ini menjadikan perpindahan sumber daya antara dua organisasi mudah di saat kebutuhan berubah. Tugas manajer operasi adalah membuat perpindahan dari litbang ke produksi tanpa gejolak atau sehalus mungkin.
BAB III KESIMPULAN
Sebelum mendesain suatu produk, manajer produksi harus terlebih dahulu melihat keinginan pelanggan, bagaimana peluang produk dan jasa dalam pasar dan seberapa pentingnya produk baru itu dipasaran. Bagaimana seharusnya seorang manajer operasi mengambil keputusan-keputusan alternatif sebelum produk itu dipasarkan dan mengevaluasinya, termasuk melihat kemampuan produk yang dimiliki terhadap produk pesaing. Setelah berbagai produk dan jasa dirancang, spesifikasi-spesifikasinya harus diterjemahkan ke berbagai sistem pemrosesan yang menciptakan produk atau menyediakan jasa. Desain proses fisik untuk produksi barang-barang dan jasa-jasa ini menyangkut serangkaian keputusan tentang seleksi proses, pemilihan teknologi dan perencanaan proses. Keputusan-keputusan harus dibuat tentang tipe proses, derajat otomatisasi, macam mesin yang akan digunakan, dan sebagainya. Desain proses tidak semata-mata hanya merupakan masalah teknik tetapi juga menyangkut pertimbangan-pertimbangan sosial, ekonomi dan lingkungan.