Tujuan Manajemen Risiko Bencana
Banyak pihak yang kurang menyadari pentingnya mengelola bencana dengan baik. Saah satu faktor adalah karena bencana belum pasti tejadinya dan tidak diketahui kapan akan terjadi. Sebagai akibatnya, manusia sering kurang peduli, dan tidak melakukan langkah pengamanan dan pencegahan terhadap berbagai kemungkinan yang dapat terjadi. Untuk itu diperlukan sistem manajemen bencana yang bertujuan untuk: 1. Mempersiapkan diri menghadapi semua bencana atau kejadian yang tidak diinginkan. 2. Menekan kerugian dan korban yang dapat timbul akibat dampak suatu bencana atau kejadian. 3. Meningkatkan kesadaran semua pihakdalam masyarakat atau organisasai tentang bencana sehingga terlibat dalam proses penanganan bencana 4. Melindungi anggota masyarakatdari bahaya atau dampak bencana sehingga korban dan penderitaan yang dialami dapat dikurangi. 2.5
Tahapan Manajemen Risiko Bencana
Manajemen bencana merupakan suatu proses terencana yang dilakukan untuk mengelola bencana dengan baik dan aman melalui 3 (tiga) tahapan sebagai berikut: 2.5.1 Pra bencana
Tahapan manajemen bencana pada kondisi sebelum kejadian atau pra bencana meliputi kesiagaan, peringatan dini dan mitigasi. 1.
Kesiapsiagaan
Kesiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kesiagaan adalah tahapan yang paling strategis karena sangat menentukan ketahanan anggota masyarakat dalam menghadapi datangnya suatu bencana. 2.
Peringatan dini
Peringatan dini disampaikan dengan segera kepada semua pihak, khususnya mereka yang potensi terkena bencana akan kemungkinan datangn ya suatu bencana di daerahnya masingmasing. Peringatan didasarkan berbagai informasi teknis dan ilmiah yang dimiliki diolah atau diterima dari pihak berwenang mengenai kemungkinan datangnya suatu bencana. 3.
Mitigasi
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 2008, mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Mitigasi adalah upaya untuk mencegah atau mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana. Mitigasi harus dilakukan secara terencana dan komprehensif melalui berbagai upaya dan pendekatan antara lain: 1.
Pendekatan teknis
Secara teknis mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi dampak suatu bencana misalnya membuat material yang tahan terhadap bencana, dan membuat rancanagan pengaman, misalnya tanggul banjir, lumpur dan lain sebagainya. 2.
Pendekatan manusia
Pendekatan manusia ditujukan untuk membentuk manusia yang paham dan sadar mengenai bahaya bencana. Untuk itu perilaku dan cara hidup manusia harus dapat diperbaiki dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan potensi bencana yang dihadapinya. 3.
Pendekatan admisnistratif
Pemerintah atau pimpinan organisasi dapat melakukan pendekatan administratif dalam manajemen bencana, khususnya di tahap mitigasi sebagai contoh: 1. Penyususnan tata ruang dan tata lahan yang memperhitungkan aspek risiko bencana 2. Penerapan kajian bencana untuk setiap kegiatan dan pembangunan industry berisiko tinggi. 3. Menyiapkan prosedur tanggap darurat dan organisasi tanggap darurat di setiap organisasi baik pemerintahan maupun industry berisiko tinggi. 4.
Pendekatan kultural
Pendekatan kultural diperlukan untuk meningkatkan kesadaran mengenai bencana. Melalui pendekatan kultural, pencegahan bencana disesuaika n dengan kearifan masyarakat lokal yang telah mebudaya sejak lama. 2.5.2 Saat Bencana
Tahapan paling krusial dalam sistem manajemen bencana adalah saat bencana sesungguhnya terjadi. Mungkin telah melalui proses peringatan dini, maup un tanpa peringatan atau terjadi secara tiba-tba. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah seperti tanggap darurat untuk dapat mengatasi dampak bencana dengan cepat dan tepat agar jumlah korban atau kerugian dapat diminimalkan. 1.
Tanggap darurat
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebu tuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan sarana prasarana. Tindakan ini dilakukan oleh Tim penanggulangan bencana yang dibentuk dimasing-masing daerah atau organisasi. Menurut PP No. 11, langkah-langkah yangdilakukan dalm kondisi tanggap darurat antara lain: Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumberdaya, sehingga dapat diketahui dan diperkirakan magnitude bencana, luas area yang terkena dan perkiraan tingkat kerusakannya. Penentuan status keadaan darurat bencana. Berdasarkan penilaian awal dapat diperkirakan tingkat bencana sehingga dapat pula ditentukan status keadaan darurat. Jika tingkat bencana terlalu besar dan berdampak luas, mungkin bencana tersebut dapat digolongkan sebagai bencana nasional. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkenA bencana.
Langkah selanjutnya adalah melakukan penyelamatan dan evakuasi korban bencana. Hal yang dapat dilakukan antara lain: 1. Pemenuhan kebutuhan dasar 2. Perlindungan terhadap kelompok rentan (anak-anak, lansia, orang dengan keterbatasan fisik, pasien rumah sakit, dan kelompok yang dikategorikan lemah) 3. Pemulihan dengan segera sarana dan prasarana vital. 1. Penanggulangan bencana Selama kegiatan tanggap darurat, upaya yang dilakukan adalah menanggulangi bencana yang terjadi sesuai dengan sifat dan jenisnya. Penanggulangan bencana memerlukan keahlian dan pendekatan khusus menurut kondisi dan skala kejadian. Tim tanggap darurat diharapkan mampu menangani segala bentuk bencana. Oleh karena itu Tim tanggap darurat harus diorganisisr dan dirancang untuk dapat menangani berbagai jenis bencana. 2.5.3 Pasca Bencana
Setelah bencana terjadi dan setelah proses tanggap darurat dilewati, maka langkah berikutnya adalah melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi. 1.
Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan public atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajarsemua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana. 1.
Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran
utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, social, dan budaya, tegaknya hukum, dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana
L. Langkah-langkah dalam penanggulangan bencana
1.
Pengkajian awal terhadap korban bencana,yang mencakup :
a)
Keadaan jalan napas, apakah terdapat sumbatan napas. Sifat pernapasan dengan cepat,
lambat, tidak teratur. b) Sistem Kardiovaskular, meliputi tekanan darah tinggi atau rendah,nadi cepat atau lemah. c)
Sistem muskuloskletal, seperti luka, trauma, fraktur.
d) Tingkat kesedaran, composmentis - coma. 2.
Pertolongan darurat
Evaluasi melalui sistem triaget sesuai dengan urutan Prioritas. a)
Atasi masalah jalan napas, atur posisi (semi fowler, fowler tinggi), bebaskan jalan nafas dari
sumbatan, berikan oksigen sesuai kebutuhan, awasi pernapasan. b) Atasi perdarahan,bersihkan luka dari kotoran dan benda asing, desinfektan luka,biarkan darah yang membeku, balut luka. c)
Fraktur atau trauma, imobilisasi dengan memakai spalak,balut.
d) Kesadaran terganggu, bebaskan jalan napas, awasi tingkat kesadaran dan tanda vital 3.
Rujukan segera ke puskesmas/rumah sakit
Dengan menyiapkan ambulans dan melakukan komunikasi sentral ke pusat rujukan.