PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS OLAHRAGA DAN PEMUDA Jalan Dr. Rajiman No. 6A, Bandung
R E N C A N A K E R J A DA N S YA R A T (RKS) TEKNIS
untuk Pengadaan
PEMBANGUNAN LANJUTAN GEDUNG LAGA SATRIA
KEGIATAN PEMBANGUNAN LANJUTAN SENTRA PEMBINAAN OLAHRAGA TERPADU (SPOrT) JABAR ARCAMANIK
Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Provinsi Jawa Barat DINAS OLAHRAGA DAN PEMUDA PROVINSI JAWA BARAT Tahun Anggaran: 2015
Daftar Isi BAB VI. SYARAT – SYARAT UMUM PEKERJAAN
Pasal 1
Lingkup Pekerjaan
Pasal 2
Memulai Kerja
Pasal 3
Mobilisasi
Pasal 4
Papan Nama Proyek
Pasal 5
Kuasa Kontraktor dilapangan
Pasal 6
Rencana Kerja
Pasal 7
Los Pengawas, Los Kerja, Gudang Bahan & lain-lain
Pasal 8
Kesejahteraan dan Keselamatan Kerja
Pasal 9
Tenaga dan Sarana Kerja
Pasal 10 Persyaratan dan Standarisasi Pasal 11 Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan Pasal 12 Penjelasan RKS dan Gambar Pasal 13 Tanggung Jawab Kontraktor Pasal 14 Ketentuan dan Syarat – Syarat Bahan Pasal 15 Pemeriksaan Bahan - Bahan Pasal 16 Supplier dan Sub Kontraktor Pasal 17 Pembersihan Tempat Kerja Pasal 18 Drainase / Saluran Pasal 19 Pengukuran Kondisi Tapak dan Penentuan Peil Pasal 20 Pemasangan Patok Ukur dan Papan Bangunan (Bouwplank) Pasal 21 Pemeriksaan Hasil Pekerjaan BAB VII. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN Pasal 1
Umum
Pasal 2
Pembersihan Lokasi Pekerjaan
Pasal 3
Pelindungan Instalasi Eksisting
Pasal 4
Pekerjaan Tanah
Pasal 5
Pekerjaan Pondasi dan Beton Strukur
Pasal 6
Pekerjaan Beton Strukur ( SIPIL )
Pasal 7
Pekerjaan Beton Non Struktural
Pasal 8
Pekerjaan Pasangan
Pasal 9
Pekerjaan Adukan dan Campuran
Pasal 10
Pekerjaan Plesteran
Pasal 11
Pekerjaan Pasangan Keramik
Pasal 12
Pekerjaan Kusen Pintu Jendela
Pasal 13
Pekerjaan Daun Pintu dan Jendela
Pasal 14
Pekerjaan Perlengkapan Pintu & jendela
Pasal 15
Pekerjaan Kaca
Pasal 16
Pekerjaan Saniter
Pasal 17
Pekerjaan Langit – langit
Pasal 18
Pekerjaan Pengecatan
Pasal 19
Pekerjaan Atap dan Penutup atap
Pasal 20 Pekerjaan Ground Reservoar Pasal 21 Pekerjaan Spesifikasi Teknis Plambing/Sanitasi Pasal 22 Pekerjaan Spesifikasi Teknis Elektrikal Pasal 23 Pekerjaan Spesifikasi Instalasi Listrik Pasal 24 Pekerjaan Spesifikasi Teknis Penangkal Petir Pasal 25 Pekerjaan Spesifikasi Teknis Tata Suara Pasal 26 Pekerjaan Spesifikasi Teknis Fire Alarm Pasal 27 Pekerjaan Spesifikasi Teknis Telepon dan Data Pasal 28 Pekerjaan Spesifikasi Teknis Tata Udara Pasal 29 Pekerjaan Pembersihan,Pembongkaran dan pengamanan Setelah Pembangunan BAB III.
KESELAMATAN DAN KESESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI
Pasal.1 Pemahaman K3 Pasal.2 Lingkup Pekerjaan Pasal.3 Potensi Bahaya
Pasal.4 Identifikasi Bahaya & Risiko Pasal.5 Smk3 Pasal.6 Peralatan K3 Pasal.7 Evaluasi Pasal.8 Kebutuhan K3 Lampiran : Form dan tabel-tabel
BAB.I SYARAT-SYARAT UMUM PEKERJAAN PERSIAPAN PELAKSANAAN Pada dasarnya untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik-baiknya seluruh seluk beluk pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh Gambar Kerja serta Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis seperti yang akan diuraikan dalam dokumen ini. Apabila terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan dan atau kesimpangsiuran informasi di dalam pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Konsultan Pengawas dan Direksi untuk mendapat kejelasan pelaksanaan. Pasal 1 LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor meliputi bagian-bagian pekerjaan yang dinyatakan dalam Gambar Kerja serta dokumen Rencana Kerja dan Syaratsyarat Teknis ini. 1.1. LINGKUP PEKERJAAN : Pekerjaan Peningkatan Fasilitas Gedung Laga Tangkas, yang akan dilaksanakan sesuai dengan rencana dalam gambar dokumen perencanaan dan gambar kerja, antara lain : Pekerjaan peningkatan fungsi fasilitas bangunan gedung Pekerjaan peningkatan Infrastruktur (Elektrikal Mekanikal Plumbing) Pekerjaan Lain - lain Pekerjaan yang tidak tercantum dalam Lingkup diatas sudah termasuk dalam jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai gambar rencana kerja.gunan Tata LaksanaBanan Asramangunan PercekatercantGambar Kerja. 1.2. PEKERJAAN PERSIAPAN Meliputi : Pengukuran, Bongkaran , mobilisasi peralatan, bahan/material, pengadaan air dan listrik untuk bekerja dan tenaga kerja. Pasal 2 MEMULAI KERJA Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal Penunjukan dan Perintah Kerja Pelaksanaan Pekerjaan (SPK), Pihak Kontraktor harus sudah memulai melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan.
1
Dan apabila setelah 1 (satu) minggu Kontraktor/Pemborong yang ditetapkan belum melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukan ketentuan yang telah dibuat oleh Panitia Lelang. Pasal 3 MOBILISASI Mobilisasi yang dimaksud adalah mencakup hal-hal sebagai berikut : 3.1. Transportasi peralatan konstruksi yang berdasarkan daftar alat-alat konstruksi yang diajukan bersama penawaran, dari tempat pembongkarannya ke lokasi dimana alat itu akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini. Pembuatan kantor Kontraktor, gudang dan lain-lain di lokasi proyek untuk keperluan pekerjaan. 3.3.
Dengan selalu disertai ijin Konsultan Pengawas, Kontraktor/Pemborong dapat membuat berbagai perubahan, pengurangan dan/atau penambahan terhadap alat-alat konstruksi dan instalasinya.
3.4.
Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari dari pemberitahuan memulai kerja, Kontraktor/Pemborong harus menyerahkan program mobilisasi kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui. Pasal 4 PAPAN NAMA KEGIATAN
Kontraktor/Pemborong harus memasang Papan Nama kegiatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas biaya Kontraktor/Pemborong. Pasal 5 KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN 5.1.
Di lapangan pekerjaan, Kontraktor/Pemborong ‘wajib’ menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau biasa disebut ‘Pelaksana’ yang cakap dan ahli untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor/Pemborong, berpendidikan minimal Sipil/Arsitek Ahli Madya dengan pengalaman minimum 6 (enam) tahun.Sesuai dengan Dokumen Pengadaan.
5.2.
Dengan adanya ‘Pelaksana’ tidak berarti bahwa Kontraktor/Pemborong lepas tanggung jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
5.3.
Kontraktor/Pemborong wajib memberi tahu secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan Pengawas, nama dan jabatan ‘Pelaksana’ untuk mendapat persetujuan. 2
5.4.
Bila dikemudian hari menurut pendapat Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan Pengawas bahwa ‘Pelaksana’ dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada Kontraktor/Pemborong secara tertulis untuk mengganti ‘Pelaksana’.
5.5.
Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan, Kontraktor/Pemborong harus sudah menunjuk ‘Pelaksana’ yang baru atau Kontraktor/Pemborong sendiri (penanggung jawab/Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan. Pasal 6 RENCANA KERJA
6.1.
Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor/Pemborong ‘wajib’ membuat Rencana Kerja Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa Bar-Chart dan S-Curve Bahan dan Tenaga.
6.2. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah Surat Keputusan Penunjukan (SPK) diterima Kontraktor/Pemborong. Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan disahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen. 6.3. Kontraktor/Pemborong wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen dan Perencana. 6.4. Kontraktor/Pemborong harus melaksanakan pekerjaan pembangunan sesuai dengan Rencana Kerja tersebut di atas. 6.5.
Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor/Pemborong berdasarkan Rencana Kerja tersebut. Pasal 7 LOS PENGAWAS, LOS KERJA, GUDANG BAHAN, DAN LAIN-LAIN
7.1.1. Direksikeet (los pengawas). Kepada Kontraktor/Pemborong harus menyediakan DireksiKeet (Los Pengawas) untuk keperluan Pengawas Lapangan dan Personalia Proyek dari bahan semipermanen atau sesuai dengan Kebutuhan rencana Pekerjaan. untuk tiap lokasi dengan menggunakan bahan-bahan sebagai berikut: lantai diplester, dinding tripleks/papan/asbes, rangka bangunan dari bahan kayu 3
kelas III, atap dari bahan penutup Atap, pintu dari bahan papan kayu kelas III, dilengkapi dengan kursi, meja, serta alat-alat kantor yang diperlukan. Apabila diijinkan oleh pemilik pekerjaan, Kontraktor dapat memanfaatkan sementara ruangan pada area bangunan yang tidak digunakan bila ada , yang akan ditentukan oleh Pengawas.
7.2.
7.3. 7.4.
Kantor Kontraktor, los kerja dan gudang bahan. Kontraktor/Pemborong atas biaya sendiri berkewajiban membuat kantor Kontraktor di lapangan, los kerja untuk para pekerja dan gudang bahan yang dapat dikunci untuk menyimpan barang-barang, pada tempat yang akan ditentukan oleh Pengawas Lapangan/Personalia Proyek. Kontraktor/Pemborong berkewajiban menjaga kebersihan los pengawas serta inventarisnya. Pagar Proyek. Untuk keamanan lapangan kerja, bila dianggap perlu Direksi/Pemilik dapat memerintahkan kepada Kontraktor, untuk memagari sekelilingnya sehingga aman. Biaya untuk keperluan ini akan dimasukan didalam penawaran Kontraktor/Pemborong. Kontraktor wajib menjamin keamanan bagi pekerja dan orang yang berada disekitar lokasi pekerjaan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan. a. Untuk pekerjaan bangunan di luar ruangan: Tinggi Pagar Proyek minimum 1,80 m dari permukaan tanah dengan bahan dari seng gelombang BJLS 32 dicat, kolom setempat dari rangka kayu Borneo ukuran 5/7, memenuhi persyaratan kekuatan, atau sesuai dengan peraturan Pemerintah Daerah setempat. b. Bila pekerjaan yang dilakukan di ketinggian, misalnya atap, talang dan sebagainya, maka perlu dipasang jaring pengaman. c. Untuk pekerjaan di dalam ruangan Area pekerjaan wajib ditutup dan dipagari dengan bahan yang menutupi dari terpaparnya kotoran /debu juga pandangan ke arah kegiatan lokasi pekerjaan. Tinggi minimal 2 m dari permukaan lantai kerja, atau dengan bahan yang menutupi dari lantai hingga permukaan plafon. Untuk semua kondisi pemagaran juga wajib dipasang peringatan yang sesuai.
7.5.
Kantor Kontraktor, gudang bahan, los-los kerja dan los lainnya yang dibuat dan dibiayai oleh Kontraktor/Pemborong, setelah selesai pelaksanaan 4
7.6.
8.1. 8.2. 8.3.
8.4.
8.5.
8.6.
8.7.
pembangunan/pekerjaan tersebut, harus segera dibongkar/dibersihkan oleh pihak Kontraktor, dan bahan-bahan bekasnya menjadi milik Kontraktor. Direksikeet dan pagar Pengaman (butir 1 & 4 di atas) yang dibuat oleh Kontraktor/Pemborong, setelah selesai pelaksanaan pembangunan/pekerjaan tersebut, harus segera dibongkar/dibersihkan oleh pihak Kontraktor, dan bahan-bahan bekasnya menjadi milik Kontraktor. Pasal 8 KESEJAHTERAAN DAN KESELAMATAN PEKERJA Kontraktor/Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan cukup di tempat pekerjaan untuk para pekerja. Kontraktor/Pemborong berkewajiban menyediakan kotak PPPK ditempat pekerjaan. Berkwajiban menyediakan alat K3 dan Melaksanakan manajemen K3,Keselamatan dan kesehatan kerja ( K3 ) serta asuransi - Setiap Pembangunan Bangunan Gedung Negara harus memenuhi persyaratan K3 sesuai yang di tetapkan dalam surat keputusan bersama menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum nomor : Kep.174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat satuan kerja Konstruksi, dan atau peraturan penggantinya. - Ketentuan asuransi Pembangunan Bangunan Gedung Negara sesuai dengan peraturan perundang – undangan. Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, kontraktor bertanggung-jawab atas keselamatan dan keamanan pekerjaan SM K3, bahan dan peralatan teknis serta konstruksi yang diserahkan Pejabat Pembuat Komitmen, Apabila terjadi kerusakankerusakan, maka kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya. Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor/Pemborong segera memberitahukan kepada Konsultan Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban kecelakaan itu. Penyediaan Alat Pemadam Kebakaran : Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor apabila diperlukan wajib menyediakan tabung alat pemadam kebakaran (Fire Extinguisher) lengkap dengan isinya, dengan jumlah sekurang-kurangnya 4 (empat) buah tabung. Masing-masing tabung berkapasitas 15 Kg. Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No. 30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27 Januari 1984 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 bagi Tenaga Kerja Borongan Harian Lepas pada Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan Proyek-proyek Departemen Pekerjaan Umum, pihak Kontraktor/Pemborong yang sedang melaksanakan
5
pembangunan/pekerjaan agar ikut serta dalam program ASTEK dan memberitahukan secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen. Pasal 9 TENAGA DAN SARANA KERJA Kontraktor/Pemborong harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut alat bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan serta mengadakan pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahanbahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna sampai dengan diserahterimakannya pekerjaan tersebut kepada Pejabat Pembuat Komitmen. 9.1. Menyediakan Sarana Jalan Masuk Proyek Akses yang berhubungan dengan kegiatan pekerjaan tidak boleh mengganggu secara total atau secara langsung kegiatan di sekitar bangunan, ataupun di dalam bangunan bila kondisi gedung sudah beroperasi dan ada kegiatan di dalamnya, dikarenakan agar: a. terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai akses yang layak,aman dan nyaman ke dalam bangunan dan fasilitas serta layanan di dalamnya. b. terwujudnya upaya melindungi penghuni dari kesakitan atau luka saat evakuasi pada keadaan darurat c. tersedianya aksesbilitasi bagi penyandang cacat, khusus untuk bangunan fasilitas umum dan sosial. 9.2.
9.3.
9.4.
9.5.
Tenaga kerja /tenaga ahli Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman dengan jenis dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan. Peralatan bekerja. Menyediakan alat-alat bantu, seperti mesin las, alat-alat bor, alat-alat pengangkat dan pengangkut serta peralatan-peralatan lain yang benar-benar diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Bahan-bahan bangunan Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan serta pengiriman material harus tepat waktu sesuai pekerjaan yang akan dilaksanakan. Penyediaan air dan daya listrik untuk bekerja. a. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor dengan membuat sumur pompa di area pekerjaan atau disuplay dari luar. b. Air harus bersih, bebas dari bau, bebas dari lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya yang merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi. c. Kontraktor harus membuat bak penampung air untuk bekerja yang senantiasa terisi penuh dengan kapasitas 3,5 M3. 6
d. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan. Penggunaan Diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan sementara atas petunjuk pengawas.
Pasal 10 PERSYARATAN DAN STANDARISASI 10.1. Persyaratan pelaksanaan. Untuk menghindari klaim dari ‘User’/Proyek dikemudian hari maka Kontraktor harus betul-betul ‘memperhatikan’ semua pelaksanaan pekerjaan dengan memperhitungkan ‘ukuran jadi (finished)’ sesuai persyaratan ukuran pada gambar kerja dan penjelasan RKS. Kontraktor wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai dengan Rencana kerja dan Syarat-Syarat Teknis dan petunjuk yang diberikan oleh Konsultan Pengawas. Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib memperhatikan dan melakukan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain yang menyangkut pekerjaan Struktur, Arsitektur, Mekanikal, Elektrikal, Plumbing/Sanitasi dan mendapat ijin tertulis dari Konsultan Pengawas. Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan Kontraktor harus menyediakan : - Site manager/Pelaksana sebagai penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli dibidangnya selama pelaksanaan pekerjaan dan selama masa pemeliharaan guna memenuhi kewajiban menurut kontrak. - Buku harian untuk : Kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek. Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail dari pekerjaan. - Alat-alat yang senantiasa tersedia di proyek adalah : 1 (satu) kamera. 1 (satu) alat ukur schuifmat. 1 (satu) alat ukur panjang 50 m, 5 m. 1 (satu) mistar waterpass panjang 120 cm. 10.2. Standard yang dipergunakan.
7
Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Normalisasi Indonesia, Standard Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya dengan pekerjaan antara lain :
PUBI-1982 : Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia NI-3 PMI PUBB 1970 : Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia NI-8 : Peraturan Semen Portland Indonesia NI-10 : Bata Merah sebagai Bahan Bangunan PPI-1979 : Pedoman Plumbing Indonesia PUIL-1977 : Peraturan Umum Instalasi Listrik PPBI-1984 : Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia SII : Standard Industri Indonesia SK SNI T-15-1991-03 (PBI – 1991) : Peraturan Beton Bertulang Indonesia AVWI : Peraturan Umum Instalasi Air. Serta : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk gedung 1981 Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan tentang keselamatan tenaga kerja yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang penanggulangan bahaya kebakaran.
Jika tidak terdapat di dalam Peraturan/Standard/Normalisasi tersebut di atas, maka berlaku Peraturan/Standard/Normalisasi Internasional ataupun dari negara asal produsen bahan/material/komponen yang bersangkutan. Selain ketentuan-ketentuan yang tersebut, berlaku pula dalam ketentuan ini : Dokumen Lelang yang sudah disyahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (Gambar Kerja, RKS, BQ, Aanwijzing dan Surat Perjanjian Kontrak). Shop Drawing yang dibuat oleh Kontraktor dan sudah disetujui/disahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan Pengawas.
Pasal 11 LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN 11.1. Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan/pekerjaan, baik teknis maupun Administrasi.
8
11.2. Dalam pembuatan Laporan tersebut, pihak Kontraktor/Pemborong harus memberikan data-data yang diperlukan menurut data keadaan sebenarnya. 11.3. Pengawas Lapangan juga harus membuat Laporan mingguan dan Laporan bulanan secara rutin. 11.4. Laporan-laporan tersebut di atas, harus diserahkan kepada Kuasa Pengguna Anggaran untuk bahan monitoring. Pasal 12 PENJELASAN RKS & GAMBAR 12.1. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat/berlaku adalah RKS. 12.2. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignment, loksasi, seksi (bagian) dan detail gambar mungkin akan dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud gambar dan spesifikasinya, dan tidak boleh mencari keuntungan dari kesalahan atau kelalaian dalam gambar atau dari ketidaksesuaian antara gambar dan spesifikasinya. Setiap deviasi dari karakter yang tidak dijelaskan dalam gambar dan sepsifikasi atau gambar kerja yang mungkin diperlukan oleh keadaan darurat konstruksi atau lain-lainnya, akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan disahkan secara tertulis. 12.3.
Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya.
12.4.
Ukuran 12.4.1. Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar Kerja dan Gambar Pelengkap meliputi ukuran dari : As – as Luar – luar Dalam – dalam Luar – dalam 12.4.2. Ukuran-ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam mm (milimeter).
9
12.4.3. Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur pada dasarnya adalah ukuran jadi seperti dalam keadaan selesai (“finished”). 12.4.4. Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor wajib melaporkan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan memberikan keputusan ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikan pegangan. 12.4.5. Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka pengukuran skala tidak boleh dipergunakan kecuali bila sudah disetujui Konsultan Pengawas. Setiap deviasi dari gambar karena kondisi lapangan yang tak terduga akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan disyahkan secara tertulis. Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuranukuran yang tercantum di dalam Gambar Pelaksanaan tanpa sepengetahuan konsultan pengawas/Direksi teknis, dan apabila terjadi kesalahan akibat kelalaian kontraktor dalam berkoordinasi dengan konsultan pengawas/Direksi teknis maka menjadi tanggung jawab Kontraktor baik dari segi biaya maupun waktu. 12.5.
Perbedaan gambar 12.5.1. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin kerja, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang mengikat/berlaku. 12.5.2. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil/Struktur, maka Kontraktor wajib melaporkannya kepada Konsultan Pengawas yang akan memutuskannya setelah berkonsultasi dengan Perencana. 12.5.3. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sanitasi, Elektrikal/ Listrik dan Mekanikal, maka yang dipakai sebagai pegangan adalah ukuran fungsional dalam gambar kerja Arsitektur. 12.5.4. Mengingat setiap kesalahan maupun ketidaktelitian di dalam pelaksanaan satu bagian pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka di dalam hal terdapat ketidakjelasan, kesimpang-siuran, perbedaan-perbedaan dan ataupun ketidak-sesuaian dan keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja, Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada Konsultan Pengawas dan Direksi teknis secara tertulis, dan mengadakan pertemuan 10
dengan Konsultan Pengawas/Direksi teknis dan Konsultan Perencana, untuk mendapat keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan. 12.5.5. Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk memperpanjang / meng-“klaim” biaya maupun waktu pelaksanaan. 12.6.
12.7.
Istilah - Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing disiplin adalah sebagai berikut ST : Struktur, Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan Perhitungan Konstruksi, Bahan Konstruksi Utama dan Spesifikasinya, Dimensionering kolom, Balok dan tebal Lantai. AR
:
EL
:
MEP
:
Arsitektur,Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan bangunan secara menyeluruh dari semua disiplin-disiplin kerja yang ada baik teknis maupun estetika. Elektrikal, yang ada hubungannya dengan Sistem Penyediaan Daya Listrik dan Penerangan. Mekanikal,yang ada hubungannya dengan Sistem Air Bersih Air Kotor – Drainase, Sistem Pemadam Kebakaran, Sistem Instalasi Diesel – Generator Set, dan Sistem Pengkondisian Udara.
Shop drawing Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus dibuat oleh Kontraktor berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan lapangan. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum tercakup lengkap dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh Konsultan Pengawas. dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan produk, cara pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara lengkap di dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun di dalam Buku ini. Kontraktor wajib mengajukan shop drawing tersebut kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis. 11
Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor dan diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk diminta persetujuannya harus sesuai dengan format standar dari proyek dan harus digambar pada kertas kalkir yang dapat direproduksi. 12.8.
Perubahan, penambahan, pengurangan pekerjaan dan pembuatan “as-built drawing”. 12.8.1. Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan pengurangan pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak. 12.8.2. Setelah Pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor berkewajiban membuat gambar-gambar yang telah dikerjakan/dibangun oleh kontraktor (As-Built Drawing). Biaya untuk penggambaran “As-Built Drawing”, sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor. Pasal 13 TANGGUNG – JAWAB KONTRAKTOR
13.1. Kontraktor harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja. 13.2. Kehadiran Tim Teknis ( Bantuan Teknis dari Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Kuningan ) Konsultan Pengawas selaku wakil Pejabat Pembuat Komitmen untuk melihat, mengawasi, menegur, atau memberi instruksi tidak mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas. 13.3. Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor berkewajiban memperbaiki kerusakan tersebut dengan biaya Kontraktor sendiri. 13.4. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanan pekerjaan, maka Kontraktor berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen melalui Konsultan Pengawas. Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan yang timbul. 13.5. Kontraktor bertanggung-jawab atas keselamatan dikerahkan dalam pelaksanaan pekerjaan.
tenaga
kerja
yang
13.6. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan menjadi tangung-jawab Kontraktor. 12
13.7. Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan bahan/material, barang milik Proyek, Konsultan Pengawas dan milik Pihak Ketiga yang ada di lapangan, maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah terima. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah dipasang maupun belum; adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah. 13.8. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung-jawab atas akibatnya, baik yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa. 13.9. Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor harus segera mengangkut bahan bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar lokasi pekerjaan. Segala pembiayaannya menjadi tanggungan Kontraktor. Pasal 14 KETENTUAN & SYARAT BAHAN-BAHAN 14.1.
Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini maupun dalam berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam A.V. dan Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI th. 1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di Indonesia. Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti material, peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan kualitas terbaik untuk tujuan yang dimaksudkan.
14.2.
Merk pembuatan bahan/material & komponen jadi. 14.2.1. Kecuali bila ditentukan lain dalam kontrak ini, semua merk pembuatan atau merk dagang dalam Rencana Kerja dan SyaratSyarat Teknis ini dimaksudkan sebagai dasar perbandingan kualitas/setara dan tidak diartikan sebagai suatu yang mengikat. Setiap keterangan mengenai peralatan, material, barang atau proses, dalam bentuk nama dagang, buatan atau nomor katalog harus dianggap sebagai penentu standard atau kualitas dan tidak boleh ditafsirkan sebagai upaya membatasi persaingan; dan Kontraktor harus dengan sendirinya menggunakan peralatan, material, barang atau proses, yang atas penilaian Konsultan Pengawas dan Perencana, sesuai dengan keterangan itu. Seluruh 13
material patent itu harus dipergunakan sesuai dengan instruksi pabrik yang membuatnya. 14.2.2. Bahan/material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai harus sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar dan RKS, memenuhi standard spesifikasi bahan tersebut, mengikuti peraturan persyaratan bahan bangunan yang berlaku. 14.2.3. Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga ahli yang ditunjuk oleh pabrik dan atau Supplier yang bersangkutan tersebut sebagai pelaksana. Dalam hal ini, Kontraktor tidak berhak mengajukan claim sebagai pekerjaan tambah. 14.2.4. Disyaratkan bahwa satu merk pembuatan atau merk dagang hanya diperkenankan untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan ini. 14.2.5. Penggunaan bahan produk lain yang setaraf dengan apa yang dipersyaratkan harus disertai test dari Laboratorium lokal/dalam negeri baik kualitas, ketahanan serta kekuatannya dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas secara tertulis dan diketahui oleh Konsultan Perencana. Apabila diperlukan biaya untuk test Laboratorium, maka biaya tersebut harus ditanggung oleh Kontraktor tanpa dapat mengajukan sebagai biaya tambah. 14.3.
Kontraktor/Pelaksana terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua bahan-bahan yang diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Konsultan Pengawas/Direksi dan Perencana untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis sebelum semua bahan-bahan tersebut didatangkan/dipakai. Contoh bahan tersebut yang harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas dan Perencana adalah sebanyak empat (4) buah dari satu bahan yang ditentukan untuk menetapkan “standard of appearance” dan disimpan di ruang Direksi. Paling lambat waktu penyerahan contoh bahan adalah dua (2) minggu sebelum jadwal pelaksanaan.
14.4.
Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan diinformasikan kepada Kontraktor selama tidak lebih dari tujuh (7) hari kalender setelah penyerahan contoh bahan tersebut.
14.5.
Penyimpanan material 14
Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang bersangkutan, dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut. 14.5.1. Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan kesesuaiannya untuk pekerjaan. Material harus diletakkan di atas permukaan yang bersih, keras dan bila diminta harus ditutupi. Material harus disimpan sedemikian rupa agar memudahkan pemeriksaan. 14.5.2. Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan diratakan (levelling) menurut petunjuk Konsultan Pengawas. 14.5.3. Bagian tengah tempat penyimpanan barang harus ditinggikan dan miring kesamping sesuai dengan ketentuan, sehingga memberikan drainasi/pematusan dari kandungan air/cairan yang berlebihan. Material harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan pemisahan bahan (segregation), agar timbunan tidak berbentuk kerucut, dan menjaga gradasi serta mengatur kadar air. Penyimpanan agregat kasar harus ditimbun dan diangkat/dibongkar lapis demi lapis dengan tebal lapisan tidak lebih dari satu meter. Tinggi tempat penyimpanan tidak lebih dari lima meter.
Pasal 15 PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN 15.1.
Bahan-bahan yang didatangkan/dipekerjakan harus sesuai dengan contohcontoh yang telah disetujui Konsultan Pengawas seperti yang diatur dalam Pasal 14 di atas.
15.2.
Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan afkir/ditolak oleh Konsultan Pengawas harus segera dikeluarkan dari lapangan bangunan selambat-lambatnya dalam tempo 3 X 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
15.3.
Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Pengawas/Direksi/Perencana dan ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka Konsultan Pengawas/Perencana berhak memerintahkan pembongkaran kembali kepada kontraktor yang mana segala kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi tanggungan Kontraktor
15
sepenuhnya disamping pihak kontraktor tetap dikenakan denda sebesar 1 o/oo (satu permil) dari harga borongan. 15.4.
15.5.
15.6.
Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-bahan tersebut, maka Kontraktor harus dan memeriksakannya ke Laboratorium balai Penelitian Bahan-Bahan Pemerintah untuk diuji dan hasil pengujian tersebut disampaikan kepada Pengawas/Direksi/Perencana secara tertulis.Segala biaya pemeriksaan ditanggung oleh Kontraktor. Sebelum ada kepastian dari laboratorium tersebut di atas tentang baik atau tidaknya kualitas dari bahan-bahan tersebut. Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan bahan-bahan tersebut di atas. Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus memberikan penjelasan lengkap tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan tempat pekerjaan yang akan dilaksanakan. Pasal 16 SUPPLIER & SUB KONTRAKTOR
16.1.
Jika Kontraktor menunjuk supplier dan atau Kontraktor Bawahan (SubKontraktor) didalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor ‘wajib’ memberitahukan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas dan Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
16.2.
Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di Lapangan untuk pekerjaan khusus dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai instruksi pabrik. Pasal 17 PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA
17.1.
Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan tanah permukaan, dan pembuangan serta pembersihan tumbuhtumbuhan dan puing-puing di dalam daerah kerja, kecuali benda-benda yang telah ditentukan harus tetap di tempatnya atau yang harus dipindahkan sesuai dengan ketentuan pasal-pasal yang lain dari spesifikasi ini. Pekerjaan ini mencakup juga perlindungan/penjagaan tumbuhan dan benda-benda yang ditentukan harus tetap berada di tempatnya dari kerusakan atau cacat.
17.2.
Segala obyek yang berada di muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu busuk, tunggul, akar, serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintangan16
rintangan lainnya yang muncul, yang tidak diperuntukan berada di sana, harus dibersihkan dan/atau dibongkar, dan di buang bila perlu. Pada daerah galian, segala tunggul dan akar harus di buang dari daerah sampai kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm di bawah elevasi lubang galian sesuai Gambar Kerja. Lubang-lubang akibat pembongkaran harus diurug dengan material yang memadai dan dipadatkan sampai 90% dari kepadatan kering maksimum sesuai AASHTO T 99. Pasal 18 DRAINASE / SALURAN 18.1.
Pembuatan drainase / saluran tapak sementara. Dengan mempertimbangkan keadaan topografi / kontur tanah yang ada di tapak, Kontraktor wajib membuat saluran air sementara yang berfungsi untuk pembuangan air yang ada untuk menjaga agar lahan konstruksi tetap kering. Arah aliran ditujukan ke daerah permukaan yang terendah yang ada di tapak atau ke saluran yang sudah ada di lingkungan daerah pembangunan. Ketentuan tersebut harus dilaksanakan tanpa ada pembayaran tambahan.
18.2.
Pemeliharaan drainase yang sudah ada (bilamana di area kerjanya terdapat saluran drainase yang terkena dampak/pengaruh oleh pekerjaan) Kontraktor harus memelihara drainase yang memasuki, melintasi atau berhhubungan dengan tempat kerja. Kewajiban ini mencakup, bila diminta oleh Konsultan Pengawas pembersihan saluran-saluran, parit dan pipa-pipa menuju hulu dan hilir sampai sejauh 100 meter di luar batas daerah konstruksi dan daerah milik jalan (right-of way). Ketentuan tersebut harus dilaksanakan tanpa ada pembayaran tambahan.
18.3.
Lokasi dan perlindungan utilitas. 18.3.1. Sebelum memulai pekerjaan konstruksi, Kontraktor/Pemborong harus melakukan survey untuk mengetahui detail lokasi segala utilitas yang akan kena pengaruh oleh pekerjaan. Hasil survey harus dicatat dalam format rencana sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas, dan patok permukaan (surface pegs) pada tempat kerja yang menunjukkan lokasi seluruh utilitas yang berada di bawah tanah, harus sudah ditancapkan.Patok-patok itu harus tetap terpancang selama berlakunya kontrak.
17
18.3.2. Bila Kontraktor akan melaksanakan pekerjaan sementara atau permanen pada daerah sekitar utilitas itu, Kontraktor harus mempergunakan metoda konstruksi yang memadai, menyediakan peralatan perlindungan yang semestinya, tanpa ada pembayaran tambahan, dalam rangka mencegah kerusakan pada utilitas itu. Segala kerusakan pada utilitas yang disebabkan langsung atau tidak langsung oleh pekerjaan Kontraktor dianggap sebagai tanggung jawab dari Kontraktor. Pasal 19 PENGUKURAN KONDISI TAPAK DAN PENENTUAN PEIL 19.1.
Pekerjaan pengukuran kondisi tapak 19.1.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan melakukan pengukuran kondisi “existing” tapak terhadap posisi rencana bangunan. Hasil pengukuran harus diserahkan kepada Direksi / Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana. 19.1.2. Ketidak-cocokan yang terjadi antara Gambar Kerja dan keadaan yang sebenarnya di lapangan, harus segera dilaporkan ke Konsultan Pengawas dan Perencana untuk diminta keputusannya. 19.1.3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya dilakukan dengan alat-alat waterpass/theodolit. 19.1.4. Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga Phytagoras hanya diperkenankan untuk bagianbagian kecil yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Perencana. 19.1.5. Personil dan peralatan survey harus meliputi dan tidak hanya terbatas pada : a. Personil : 1 orang surveyor ahli 1 orang pekerja surveyor b. Peralatan Pengukuran (Survey) : Wild ROS Theodolite (360 derajat); Wild TO Theodolite (360 derajat); Wild NAK levels; Pita meteran baja dengan panjang 50 m; Steel measuring rod (4 m); 18
Patok-patok survey, dan macam-macam alat yang diperlukan dalam survey. Semua peralatan pengukuran harus disediakan lengkap (bila diminta) termasuk tripod, dll. Atas tanggungan biaya sendiri, Kontraktor harus mengadakan survey dan pengukuran tambahan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan, seperti patok kemiringan (slopes stakes), temporang grade stakes, dan lain-lain. Setiap tanda yang dibuat oleh Konsultan Pengawas ataupun oleh Kontraktor harus dijaga baik-baik, bila terganggu atau rusak harus segera diperbaiki oleh Kontraktor atas tanggungan biaya sendiri. Setiap jenis pekerjaan, dari bagian apapun, tidak boleh dikerjakan sebelum persiapannya (setting out) disetujui oleh Pengawas. 19.1.6. Kontraktor harus mengajukan tiga salinan (copy) penampang melintang (cross section) kepada Konsultan Pengawas yang akan mengesahkan salah satu salinan atau merevisinya, kemudian mengembalikan kepada Kontraktor. Bila Konsultan Pengawas perlu mengadakan perubahan/revisi, Kontraktor harus mengajukan lagi salinan cross section untuk persetujuan di atas. Cross section dari Kontraktor harus digambar di atas kertas kalkir untuk memungkinkan reporduksi. bila cross section itu akhirnya disetujui, maka kontraktor harus menyerahkan gambar kalkir asli dan tiga lembar hasil reproduksinya kepada Pejabat Pembuat Komitmen. 19.2.
Pekerjaan penentuan peil Pekerjaan penentuan peil + 0.00 (finishing Arsitektur) adalah permukaan lantai finshing ruangan lantai dasar (Hall) bangunan seperti tertera dalam gambar kerja yaitu + 0.00 cm pada lantai dasar Bangunan . Selanjutnya peil + 0.00 ini ditandai dengan patok ukur yang ditentukan di lapangan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Diambil dari muka tanah setinggi 60 cm untuk bangunan Kantor . Pasal 20 PEMASANGAN PATOK UKUR DAN PAPAN BANGUNAN (‘BOUWPLANK’)
20.1.
Patok ukur 20.1.1. Kontraktor harus membuat patok-patok untuk membentuk garisgaris sesuai dengan gambar, dan harus memperoleh persetujuan Konsultan Pengawas sebelum memulai pekerjaan. Bila dianggap perlu Konsultan Pengawas dapat merevisi garis-garis / kemiringan dan meminta Kontraktor untuk membetulkan patok-patok. 19
20.2.
Kontraktor harus mengajukan pemberitahuan mengenai rencana pematokan atau penentuan permukaan (level) dari bagian pekerjaan tertentu, tidak kurang dari 48 (empat puluh delapan) jam, agar susunan patok itu dapat diperiksa. 20.1.2. Patok ukur dibuat dari bahan beton bertulang secukupnya, berpenampang 15x15 cm, tertancap kuat ke dalam tanah sedalam 100 cm dengan bagian yang muncul di atas muka tanah cukup untuk memberikan indikasi peil + 0.00 sesuai Gambar Kerja, dan di atasnya ditambahkan pipa besi untuk mencantumkan patokan ketinggian di atas peil + 0.00. 20.1.3. Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2 (dua) buah, dan lokasi penanamannya sesuai petunjuk dan persetujuan Konsultan Pengawas; sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu atau terganggu selama pelaksanaan pembangunan berlangsung. 20.1.4. Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang jelas, dan dijaga keutuhannya sampai pelaksanaan pembangunan selesai dan ada instruksi dari Konsultan Pengawas untuk dibongkar. Bowplank Papan bangunan 20.2.1. Papan bangunan (bouwplank) dibuat dari kayu Borneo dengan ukuran tebal 3 cm dan lebar 15 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya. 20.2.2. Papan bangunan dipasang pada patok kayu 5/7 yang jarak satu sama lain adalah 1.50 m; tertancap di tanah sehingga tidak dapat digerak-gerakkan atau diubah. 20.2.3. Papan bangunan dipasang sejarak 2.00 m dari as pondasi terluar atau sesuai dengan keadaan setempat. 20.2.4. Tinggi sisi atas papan bangunan harus sama dengan lainnya dan atau rata waterpass, kecuali dikehendaki lain oleh Konsultan Pengawas. 20.2.5. Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. 20.2.6. Kontraktor harus menjaga dan memelihara keutuhan dan ketepatan letak papan bangunan ini sampai tidak diperlukan lagi. Pasal 21 PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN
21.1.
Ijin memasuki tempat kerja Direksi dan Konsultan Pengawas atau setiap petugas yang diberi kuasa olehnya, setiap waktu dapat memasuki tempat pekerjaan, atau semua 20
bengkel dan tempat-tempat dimana pekerjaan dikerjakan/dipersiapkan atau dimana bahan/barang dibuat. 21.2.
sedang
Pemeriksaan Pekerjaan 21.2.1. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor, tetapi karena bahan/material ataupun komponen jadi, maupun mutu pekerjaannya sendiri ditolak oleh Konsultan Pengawas/Direksi harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi. 21.2.2. Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi tidak terlihat sebelum mendapatkan persetujuan pengawas dan Kontraktor harus memberikan kesempatan sepenuhnya kepada pengawas ahli untuk memeriksa dan mengukur pekerjaan yang akan ditutup dan tidak terlihat. 21.2.3. Kontraktor harus melaporkan kepada pengawas kapan setiap pekerjaan sudah siap atau diperkirakan akan siap diperiksa. 21.2.4. Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari jam diterimanya surat permohonan pemeriksaan, tidak terhitung hari libur/hari Raya) tidak dipenuhi/ditanggapi oleh Konsultan Pengawas/Direksi, maka Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi. 21.2.5. Bila Kontraktor melalaikan perintah, Konsultan Pengawas/Direksi berhak menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. 21.2.6. Biaya pembongkaran dan pemasangan/perbaikan kembali menjadi tanggungan Kontraktor, tidak dapat di “klaim” sebagai biaya pekerjaan tambah maupun alasan untuk perpanjangan waktu pelaksanaan.
21.3.
Kemajuan Pekerjaan 21.3.1. Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan oleh kontraktor demikian pula metode/cara pelaksanaan pekerjaan harus diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga diterima oleh konsultan Pengawas. 21.3.2. Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu menurut penilaian Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin penyelesaian pada waktu yang telah ditentukan atau pada waktu yang diperpanjang maka pengawas harus 21
memberikan petunjuk secara tertulis langkah-langkah yang perlu diambil guna melancarkan laju pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan. 21.4.
Perintah untuk pelaksanaan (foreman). Bila Kontraktor atau petugas lapangannya tidak berada di tempat kerja di mana Konsultan Pengawas bermaksud untuk memberikan petunjuk atau perintah, maka petunjuk atau perintah itu harus dituruti dan dilaksanakan oleh semua petugas Pelaksana atau petugas yang ditunjuk oleh Kontraktor untuk menangani pekerjaan itu.
21.5.
Toleransi Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam kontrak ini harus dikerjakan sesuai dengan toleransi yang diberikan dalam Spesifikasi, dan toleransi lainnya yang ditetapkan pada bagian lainnya.
22
BAB.II SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN Pasal 1 UMUM 1.1.
LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan Tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan renovasi yang meliputi : PEKERJAAN Pembangunan Gedung Graha Gymnasium : 1.1.1 Pekerjaan Pembangunan Gedung Graha Gymnasium I.Pekerjaan yang dimaksud meliputi : I. Pekerjaan Persiapan dan Sarana Kerja II. Pekerjaan Galian,Urugan dan Lantai Kerja III. Pekerjaan Struktur - Pekerjaan Pondasi Setempat,kolom Sloof - Pekerjaan Podasi Batu belah - Pekerjaan Struktur tangga tribun - Pekerjaan Struktur Balok & Kolom Kolam Busa - Pekerjaan Struktur dinding beton Kolam Busa IV.Pekerjaan Arsitektur - Pekerjaan Pasangan dan Plesteran Lantai I - Pekerjaan Lantai Parket dan Plint Lantai Arena - Pekerjaan Panel penutup Kolam busa - Pekerjaan Kusen Pintu,Jendela dan BV - Pekerjaan dinding partisi - Pekerjaan Plafond - Pekerjaan Sanitair - Pekerjaan Pengecatan - Pekerjaan pagar tribun V.Pekerjaan Elektrikal dan Mekanikal -Pekerjaan Perapihan Kabel di area tribun barat Dan Kabel Tray tambahan -Pekerjaan Instalasi Penerangan tambahan - Pekerjaan Instalasi AC - Pekerjaan sistem Audio Semua penjelasan mengenai Pekerjaan tersebut diatas akan dijelaskan dalam point – point penjelasan termasuk segala jenis peralatan, bahan dan teknis pekerjaan . 23
Semua pekerjaan yang termasuk dalam ruang lingkup Pekerjaan yang tidak dijelaskan dalam RKS akan dijelaskan kemudian dalam Risalah aanwitzing dan pihak Kontraktor harus melaksanakannya sesuai gambar kerja. Penjelasan mengenai Pekerjaan tersebut diatas akan dijelaskan dalam point – point penjelasan termasuk segala jenis peralatan , bahan dan teknis pekerjaan . 1.2.
PERSIAPAN PELAKSANAAN
1.2.1.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan , Kontraktor harus mempelajari dengan seksama Gambar Kerja. Kontraktor harus sudah memperhitungkan segala kondisi di lapangan yang meliputi semua bangunan dan tidak terbatas pada bangunan existing.
1.2.2.
Kontraktor harus mengamankan/melindungi hasil paket pekerjaan sebelumnya maupun yang sedang berjalan, bahan/komponen/instalasi existing yang dipertahankan; agar tidak rusak atau cacat.
1.2.3.
Rencana pengamanan, baik berupa penyangga, penopang, atau konstruksi khusus sebagai penahan atau pelindung bagian yang tidak dibongkar, harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas terlebih dahulu untuk mendapat persetujuan. Pasal 2 PEMBERSIHAN LOKASI PEKERJAAN
2.1.
Sebelum pekerjaan dimulai lokasi yang akan dilaksanakan harus terlebih dahulu dibersihkan dari berbagai macam kotoran , sampah, puing – puing dan segala sesuatu yang akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan .
2.2.
Barang yang tidak digunakan lagi harus dikeluarkan dari lokasi Tapak/Site konstruksi dan dikumpulkan di tempat/lokasi tertentu yang ditunjukkan Konsultan Pengawas/ Direksi. Pasal 3 PERLINDUNGAN INSTALASI EXISTING
3.1.
Pekerjaan ini adalah perlindungan untuk semua instalasi existing yang berada di dalam Tapak/Site konstruksi dan dinyatakan oleh Konsultan Perencana/Pengawas masih berfungsi dan akan digunakan lagi. Untuk instalasi existing tersebut di atas, kontraktor harus menjaga dan memeliharanya dari gangguan/cacat.
24
3.2.
Apabila karena satu dan lain sebab sehingga jalur instalasi existing yang masih berfungsi harus dipindah, maka Kontraktor harus melakukan pekerjaan ini sesuai dengan petunjuk dari Konsultan Pengawas/Direksi. Pasal 4 PEKERJAAN TANAH
1.
LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan Tenaga, peralatan dan alat bantu lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tanah yang meliputi : - Pekerjaan galian tanah Poer,Sloof ,pondasi batu belah dan diding masiv -Pekerjaan galian tanah pondasi batu belah dan pondasi tangga - Pekerjaan Urugan Pasir t=5 cm bawah poer - Pekerjaan Urugan Pasir t=5 cm bawah sloof - Pekerjaan Urugan Pasir t=5 cm bawah pond batu belah - Pekerjaan Urugan Pasir t=5 cm bawah lantai I dan II - Pekerjaan Urugan Pasir t=1 cm dinding masiv - Pekerjaan Urugan Pasir t=5cm rabat beton - Pekerjaan Urugan tanah bekas galian Apabila ada Pekerjaan tanah yang tidak tercantum dalam lingkup pekerjaan diatas kontraktor dapat melihat penjelasan yang lebih detail pada gambar kerja.
2
PERSIAPAN PELAKSANAAN Sebelum pekerjaan dimulai lokasi yang akan dilaksanakan harus terlebih dahulu diteliti, diukur kembali dan bersihkan dari berbagai macam kotoran , sampah, puing – puing dan segala sesuatu yang akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan . Barang yang tidak digunakan lagi harus dikeluarkan dari lokasi Tapak/Site konstruksi dan dikumpulkan di tempat/lokasi tertentu yang ditunjukkan Konsultan Pengawas/ Direksi.
3.
PERSYARATAN PELAKSANAAN 3.1.
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan posisi , bentuk dan ukuran pokok dari pekerjaan galian dan Urugan, agar didapat hasil kerja yang efektif dan efisien maka kepada pihak Kontraktor diharuskan untuk melaksanakannya sesuai dengan 25
yang tercantum dalam Gambar Kerja.dan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari pengawas lapangan. 3.2.
Untuk Pekerjaan Galian tanah pondasi Poer dilaksanakan dengan tinggi 80 cm dari tanah asal. Pekerjaan ini dilaksanakan agar didapat kondisi dan permukaan tanah yang rata, baik, bersih dari kotoran dan sampah.
3.3.
Tanah sisa dari Galian harus dibawa keluar lokasi pekerjaan dan disimpan ditempat yang telah ditentukan oleh konsultan pengawas.
3.4.
Pada pekerjaan Galian Ukuran tinggi, panjang dan lebar galian harus sesuai dengan gambar kerja, karena setiap Pekerjaan galian akan berbeda – beda pada setiap Pekerjaan.
3.5.
Tanah bekas galian dapat dipergunakan kembali untuk urugan pada galian yang sudah dilaksanakan tersebut diatas apabila sudah disetujui oleh konsultan pengawas.
3.6.
Urugan pasir dibawah lantai dilaksanakan dengan tinggi urugan 5 cm.dari permukaan tanah yang sudah dilaksanakan urugan tanah untuk peninggian lantai.
3.7.
Semua pekerjaan galian dan urugan harus sesuai dengan gambar kerja dan disetujui terlebih dahulu oleh pengawas lapangan.
PEKERJAAN BETON STRUKTUR ( SIPIL ) 1. Lingkup Pekerjaan Yang termasuk Lingkup pekerjaan ini meliputi : pekerjaan beton lainnya seperti tercantum dalam gambar kerja. 1.Ukuran dan Mutu Beton Beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus mempunyai ukuran dan mutu karateristik sebagai berikut : a.Pekerjaan Pondasi Poer,Plat Setempat,Sloof dan Dinding Masiv Pondasi Poer P1 ( 1.4x08x0,5 ), mutu beton K – 300 Pondasi Poer P2 ( 1.4x08x0,5 ), mutu beton K – 300 Pondasi Poer P3 ( 1.4x08x0,5 ), mutu beton K – 300 Pondasi Poer P4 ( 1.4x08x0,5 ), mutu beton K – 300 Pondasi Plat Setempat untuk Tangga mutu beton K – 300 Sloof Beton S1 20/30 , mutu beton K – 300 Sloof Beton S1’ 25/50 , mutu beton K – 300 26
Sloof Beton S2 15/30 , mutu beton K – 225 Kolom Stump P4 70/70,mutu beton K - 300 Kolom Beton K1 dia 50 cm, mutu beton K – 300 Kolom Beton K2 HB 300.300.10.12 Kolom Beton K3 dia 60 cm, mutu beton K – 300 Kolom Beton K4 dia 50 cm, mutu beton K – 300 Selimut beton Kolom HB dia.50 cm K2 K – 225 Segment WF 600.300.12.20 Mur baud dia.19 mm Balok B5 25/30 , mutu beton K – 300 Balok B6 20/30 , mutu beton K – 300 PEKERJAAN PLAT BETON b.Pekerjaan lantai I Besi Tulangan dia.10 mm 1 Layer untuk plat lantai area latihan Cor beton t=12 cm,Readymix, mutu beton K–225 untuk plat lantai area latihan Plat tangga dan bordes t=15 cm , mutu beton K – 300 Plat canopi beton atas kusen t=10 cmlebar 30 cm K–225 c.Pekerjaan lantai II Plat lantai t=15 cm untuk tribun K – 300 konvensional Plat lantai t=12 cm untuk km/wc K – 300 konvensional Kolom Beton K4 35/35, mutu beton K – 300 Kolom Beton K7 15/40, mutu beton K – 300 Pekerjaan Plat Lantai 2 t=12 cm , mutu beton K – 300 Pekerjaan Plat Lantai 1 t=12 cm , mutu beton K – 300 Plat lantai Bondex t=0,75 sek.Flexideck Pekerjaan lainnya yang termasuk dalam lingkup pekerjaan beton struktur seperti tercantum dalam gambar kerja. 1.2
Adukan Beton - Adukan beton yang dipergunakan untuk pekerjaan beton struktur menggunakan mutu beton K – 175 , K –225 dan K – 300 ready mix. Pekerjaan struktur ini.
1.3
Tulangan Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini adalah sebagai berikut :
Mutu baja tulangan s/d diameter 10 mm adalah BJTP U-24 Mutu baja tulangan s/d diameter 19 mm adalah BJTP U-32
27
1.4
Cetakan (Bekisting)
1.5
Bekisting untuk seluruh struktur bangunan ini memakai Multipleks 9 mm pada rencana plat lantai menggunakan Plat Bondek T=0,75 lebar 1 m, kecuali Pekerjaan plat lantai km/wc menggunakan pengecoran convensional. Pada pekerjaan Bekisting dari multiplex harus diperkuat dengan rangka kayu, untuk mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang sempurna, atau dari bahan lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Bonding Agent
1.6
Dipergunakan pada elemen-elemen beton yang harus disambungkan/dicor secara terputus, untuk mendapatkan sistem struktur yang kokoh sesuai dengan desain dan perhitungannya. Bonding Agent yang digunakan adalah produk lokal berkwalitas baik atau yang setaraf Lemkra TG 301 dicampur dengan air dan semen. Cara pemakaiannya harus sesuai petunjuk pabrik. Admixture Admixture dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk mempercepat pengerasan beton. Bahan admixture yang dipakai adalah produk lokal berkwalitas baik atau yang setaraf, dengan takaran 0,8% dari berat semen. Takaran yang lain dapat digunakan untuk mendapatkan kekuatan maksimal dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
2
Persyaratan Bahan Beton
2.1
Bahan Semen a. Persyaratan Umum. 1) Semua semen harus Cement Portland yang disesuaikan dengan persyaratan dalam Peraturan Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 Type 1 atau standard Inggris BS 12. 2)
Mutu semen yang memenuhi syarat & dapat dipakai adalah yang memenuhi persyaratan NI-8. Pemilihan salah satu merk semen adalah mengikat dan dipakai untuk seluruh pekerjaan.
3)
Penyimpanan semen sebelum digunakan harus terlindung dari pengaruh cuaca sepanjang waktu dan peletakannya harus terangkat dari lantai untuk menghindari kelembaban.
b. Pemeriksaan
28
Konsultan Pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap waktu sebelum dipergunakan. Kontraktor harus bersedia untuk memberi bantuan yang dibutuhkan oleh Konsultan Pengawas untuk pengambilan contoh-contoh tersebut. Semen yang tidak dapat diterima sesuai pemeriksaan oleh Konsultan Pengawas, harus tidak dipergunakan atau diafkir.
c.
2.2
2.3
Jika semen yang dinyatakan tidak memenuhi syarat tersebut telah dipergunakan untuk beton, maka Konsultan Pengawas dapat memerintahkan untuk membongkar beton tersebut dan diganti dengan memakai semen yang telah disetujui atas beban Kontraktor. Kontraktor harus menyediakan semua semen-semen dan beton yang dibutuhkan untuk pemeriksaan atas biaya kontraktor. Tempat Penyimpanan Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen, dan setiap saat harus terlindung dengan cermat terhadap kelembaban udara.
Bahan Pasir a.
Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan beton ini adalah Pasir alam yaitu pasir yang dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang didapat dengan persetujuan konsultan Pengawas/Direksi teknis.
b.
Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan kecil dan lunak dari tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan substansi yang merusak, jumlah prosentase dari segala macam substansi yang merugikan, beratnya tidak boleh lebih dari 5% berat pasir.
c.
Pasir harus mempunyai ‘modulus kehalusan butir’ antara 2 sampai 3 atau jika diselidiki dengan saringan standard harus sesuai dengan standard Indonesia untuk beton atau dengan ketentuan sebagai berikut : Persentase satuan timbangan Saringan No. tertinggal disaringan 4 0 – 15 8 6 – 15 16 10 – 25 30 10 – 30 50 15 – 35 100 12 – 20 PAN 3–7
Bahan Agregat Kasar (Kerikil) 29
a. Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui. Ini dapat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. b. Gradasi 1) Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara 5 mm, sampai 25 mm dan harus memenuhi syarat-syarat berikut :
2)
2.4
Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 6% berat Sisa di atas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat Selisih antara sisa-sisa komulatif di atas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat harus menyesuaikan dengan semua ketentuan-ketentuan yang terdapat di NI-2 PBI-1971. Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi ini dan jika diperiksa oleh Konsultan Pengawas ternyata tidak sesuai dengan ketentuan gradasi, maka Kontraktor harus menyaring kembali atau mengolah kembali bahannya atas bebannya sendiri, untuk menghasilkan agregat yang dapat disetujui Konsultan Pengawas. Bahan Air
Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi/mortar dan spesi injeksi harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak. Air tersebut harus diuji di Laboratorium pengujian yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas untuk menetapkan sesuai tidaknya dengan ketentuanketentuan yang ada dalam PBI-1971 untuk bahan campuran beton. 3 3.1
Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan Beton Kelas dan Mutu Beton a. Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan standar Beton Indonesia NI-2 PBI-1971. Bilamana tidak ditentukan kuat tekan dari beton adalah selalu kekuatan tekan hancur dari contoh kubus yang bersisi 15 (1 0,06) cm diuji pada umur 28 hari. b.
Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil pengujian benda-benda uji harus memberikan ‘bk’ (kekuatan tekan beton karakteristik) yang lebih besar dari yang ditentukan di dalam tabel 4.2.1 PBI. 1971.
30
3.2
Komposisi Campuran Beton. a. Beton harus dibentuk dari semen portland, pasir, kerikil, dan air seperti yang ditentukan sebelumnya. Bahan beton dicampur dalam perbandingan yang sesuai dan diaduk dengan baik sampai pada kekentalan yang tepat. b.
Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan dalam spesifikasi ini, harus dipakai “campuran yang direncanakan” (designed mix).
c.
Ukuran maksimal dari agregat kasar dalam beton untuk bagianbagian dari pekerjaan tidak boleh melampaui ukuran yang ditetapkan dalam persyaratan bahan beton, ukuran mana ditetapkan sepraktis mungkin sehingga tercapai pengecoran yang tepat dan memuaskan.
d.
Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai mutu, harus ditetapkan dari waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.
e.
Kekentalan (konsistensi) adukan beton untuk bagian-bagian konstruksi beton, harus disesuaikan dengan jenis konstruksi yang bersangkutan, cara pengangkutan adukan beton dan cara pemadatannya. Kekentalan adukan beton antara lain ditentukan oleh faktor air semen. Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang direncanakan, maka faktor air semen ditentukan sebagai berikut :
f.
Faktor air semen untuk pondasi sloof, poer, maksimum 0,60. Faktor air semen untuk kolom balok, plat lantai, tangga, dinding beton dan listplank maksimum 0,60. Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap Canopy, dan tempat-tempat basah lainnya maksimum 0,55.
g.
Untuk lebih mempermudah dalam pengerjaan beton, dan dapat dihasilkan suatu mutu sesuai dengan yang direncanakan, maka untuk konstruksi beton dengan faktor air semen maksimum 0,55 harus memakai Plasticizer sebagai bahan additive. Pemakaian merk dari bahan additive tersebut harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi.
h.
Pengujian beton akan dilakukan oleh Konsultan Pengawas atas biaya Kontraktor. Perbandingan campuran beton harus diubah jika perlu untuk tujuan penghematan yang dikehendaki, workability, kepadatan, 31
kekedapan, awet atau kekuatan dan kontraktor tidak berhak atas claim yang disebabkan perubahan yang demikian. 3.3
Pengujian Konsistensi Beton dan Benda-Benda Uji Beton. Semua pengujian harus sesuai dengan NI-2 PBI-1971. Konsultan Pengawas berhak untuk menuntut nilai slump yang lebih kecil bila hal tersebut dapat dilaksanakan dan akan menghasilkan beton berkualitas lebih tinggi atau alasan penghematan. Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan oleh Konsultan Pengawas melalui pengujian biasa dengan kubus 15 x 15 x 15 cm dibuat dan diuji sesuai dengan NI-2 PBI-1971. Pengujian slump akan diadakan oleh Konsultan Pengawas sesuai NI-2 PBI1971. Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk mengerjakan contoh-contoh pemeriksaan yang representatif.
3.4
Baja Tulangan a.Baja beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana. Untuk menempatkan tulangan tetap tepat ditempatnya maka tulangan harus diikat kuat dengan kawat beton (bendraat) dengan bantalan blok-blok beton cetak (beton decking) atau kursi-kursi besi/cakar ayam perenggang. b. Jarak bersih terkecil antara batang yang paralel apabila tidak ditentukan dalam gambar rencana, minimal harus 1,2 kali ukuran terbesar dari agregat kasar dan harus memberikan kesempatan masuknya alat penggetar beton.
3.5
Selimut Beton. Penempatan besi beton di dalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau dasar cetakan, serta harus mempunyai jarak tetap untuk setiap bagianbagian konstruksi. Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana, maka tebal selimut beton untuk satu sisi pada masing-masing konstruksi adalah sebagai berikut : a.
3.6
Kolom = 3 cm
Sambungan Besi Tulangan 32
Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari yang ditunjukan pada gambar-gambar, bentuk dari sambungan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Overlap pada sambungan-sambungan tulangan harus minimal 1/4 panjang bentangan , kecuali jika ditetapkan secara pasti di dalam gambar rencana dan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. 3.7
Mengaduk Bahan-bahan untuk adukan beton site mix mutu beton K-175 harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton yaitu ‘batch mixer’. Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang merata/seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan, kecuali bila diminta adanya perubahan dalam komposisi atau konsisitensi. Air harus dituang lebih dahulu selama pekerjaan penyempurnaan.
3.8
Suhu Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh dari 320 C dan tidak kurang dari 4,50 C. Bila suhu dari beton yang dituang berada antara 270 C dan 320 C, beton harus diaduk ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor.
3.9
Rencana Cetakan Cetakan harus sesuai dengan bentuk, dan ukuran yang ditentukan dalam gambar rencana. Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas sebelum pembuatan cetakan dimulai, tetapi persetujuan yang demikian tidak akan mengurangi tanggung jawab Kontraktor terhadap keserasian bentuk maupun terhadap perlunya perbaikan kerusakan-kerusakan, yang mungkin dapat timbul waktu pemakaian. Sewaktu-waktu Konsultan Pengawas dapat mengafkir sesuatu bagian dari bentuk yang tidak dapat diterima dalam segi apapun dan Kontraktor harus dengan segera mengambil bentuk yang diafkir dan menggantinya atas bebannya sendiri.
3.10
Konstruksi Cetakan a. Semua cetakan harus betul-betul diteliti, kuat dan aman pada kedudukannya sehingga dapat dicegah pengembangan atau terjadi perubahan bentuk selama dan sesudah pengecoran beton. b. Semua cetakan beton harus kokoh. 33
Alat-alat dan teknis pelaksanaan yang digunakan harus sesuai dan tepat untuk membuka cetakan-cetakan tanpa merusak permukaan beton yang telah selesai dicor dan memenuhi usia beton untuk dibongkar. Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan-cetakan harus dilaburi minyak yang biasa dipergunakan untuk pekerjaan itu, yang mencegah secara efektif lekatnya beton pada cetakan dan akan memudahkan melepas cetakan beton. Minyak tersebut dipakai hanya setelah disetujui Konsultan Pengawas. Penggunaan minyak cetakan harus hati-hati untuk mencegah kontak dengan besi beton dan mengakibatkan kurangnya daya lekat. c. Penyangga cetakan (steiger) harus bertumpu pada pondasi yang baik dan kuat sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan. 3.11
Pengecoran a.
Sebelum dilaksanakan pengecoran pihak kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan surat permohonan pengecoran kepada Konsultan Pengawas 3 hari sebelum dilaksanakan pengecoran.
b.
Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja tulangan beton sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan sparing-sparing instalasi, penyokong, pengikatan dan lainlainnya selesai dikerjakan. Sebelum pengecoran dimulai permukaanpermukaan yang berhubungan dengan pengecoran harus sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
c.
Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu, dimana akan dicor beton baru, harus bersih dan lembab ketika dicor dengan beton baru. Pada sambungan pengecoran ini harus dipakai perekat beton yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran, pembuangan beton-beton yang mengelupas atau rusak, atau bahan-bahan asing yang menutupinya. Semua genangan air harus dibuang dari permukaan beton lama tersebut sebelum beton baru dicor.
d.
Perlu diperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap penghentian pengecoran yang akan masih berlanjut, terhadap sistem struktur/penulangan yang ada. 34
3.12
e.
Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter, semua penuangan beton harus selalu lapis-perlapis horizontal dan tebalnya tidak lebih dari dimensi yang sudah ditentukan . Konsultan Pengawas mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut apabila pengecoran tidak memenuhi spesifikasi ini yang sudah ditentukan.
f.
Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga bebas dari kantong-kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat semua permukaan dari cetakan dan material yang diletakkan.
g.
Pengecoran dapat dilaksanakan apabila Konsultan Pengawas serta Pihak Kontraktor ada di tempat kerja dan telah menyetujui pelaksanaan pengecoran serta persiapan pengecoran betul-betul telah memadai.
h.
Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala alat penggetar (vibrator) harus dapat menembus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak di bawah. Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan beton dengan airnya. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar type immerson yang dioprasikan dengan kecepatan paling sedikit 3.000 putaran per menit ketika dibenamkan dalam beton.
i.
Konsultan Pengawas berhak menolak persiapan/mobilisasi alat berat yang telah ada dilapangan apabila pekerjaan pengecoran belum disetujui dan segala biaya yang telah dikeluarkan menjadi tanggungan pihak kontraktor.
Waktu dan Cara-cara Pembukaan Cetakan a. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus mengikuti petunjuk Konsultan Pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton. Beton yang masih muda/lunak tidak diijinkan untuk dibebani. Segera sesudah cetakancetakan dibuka, permukaan beton harus diperiksa dengan teliti dan permukaan yang tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui Konsultan Pengawas. b. Umumnya, diperlukan waktu minimum dua hari sebelum cetakancetakan dibuka untuk dinding-dinding yang tidak bermuatan dan cetakan-cetakan samping lainnya, tujuh hari untuk dinding-dinding pemikul dan saluran-saluran, 28 hari untuk balok-balok, plat lantai, plat atap, tangga dan kolom.
35
Walaupun demikian sebagai pedoman dalam keadaan cuaca normal adalah sebagai berikut : Struktur Pengerasan Normal : Pelat lantai atau dak atap 28 hari Balok 28 hari 3.13
Perawatan (Curing) a. Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan di bawah ini atau disemprot dengan Curing Agent ANTISOLS merek SIKA bila dimungkinkan . Konsultan Pengawas berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus digunakan pada bagian-bagian pekerjaan. b. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari yang langsung minimal selama 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan semacam itu dilakukan dengan menutupi permukaan beton dengan deklit atau karung bekas yang dibasahi dan harus dilaksanakan segera setelah pengecoran dilaksanakan. c. Perawatan beton setelah tiga hari, yaitu dengan melakukan penggenangan dengan air pada permukaan beton paling sedikit selama 14 hari terus menerus. Perawatan semacam ini bisa dilakukan dengan penyiraman secara mekanis atau dengan pipa yang berlubang-lubang atau dengancara lain yang disetujui Konsultan Pengawas sehingga selama masa tersebut permukaan beton selalu dalam keadaan basah. Air yang digunakan dalam perawatan (curing) harus memenuhi persyaratan spesifikasi air untuk campuran beton.
3.14
Perlindungan (Protection) Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakankerusakan sebelum penerimaan terakhir oleh Konsultan Pengawas.
3.15
Perbaikan Permukaan Beton a.
Jika sesudah pembukaan cetakan ada permukaan beton yang tidak sesuai dengan yang direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar atau diluar garis permukaan, atau ternyata ada permukaan yang rusak, hal itu dianggap sebagai tidak sesuai dengan spesifikasi ini dan harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas bebannya sendiri. Kecuali bila Konsultan Pengawas memberikan izinnya untuk menambal tempat yang 36
rusak, dalam hal mana penambalan harus dikerjakan seperti yang telah tercantum dalam pasal-pasal berikut. b. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari sarang kerikil, kerusakan-kerusakan karena cetakan, lobanglobang karena keropos, tidak rata dan bengkak harus dibuang dengan pemahatan atau dengan batu gerinda. c. Jika menurut pendapat Konsultan Pengawas hal-hal tidak sempurna pada bagian bangunan yang akan terlihat jika dengan penambalan saja akan menghasilkan sebidang dinding, yang tidak memuaskan kelihatannya, kontraktor diwajibkan untuk menutupi seluruh dinding (dengan spesi plesteran 1pc : 3ps) dengan ketebalan yang tidak melebihi 1 cm demikian juga pada dinding yang berbatasan, (yang bersambungan) sesuai dengan instruksi dari Konsultan Pengawas. Perlu diperhatikan untuk permukaan yang datar batas toleransi kelurusan (pencekungan atau pencembungan) bidang tidak boleh melebihi dari L/1000 untuk semua komponen. 3.16.
Tenaga kerja Menyediakan tenaga kerja, material, peralatan dan transportasi yang diperlukan untuk menyelesaikan semua beton dan semua pekerjaan pada lingkup ini seperti yang tercantum pada gambar rencana, atau yang disebut dalam spesifikasi, maupun pada keduanya.
3.17
Persyaratan Umum -
Bekisting/cetakan harus dipasang dengan kuat dan pada posisi sesuai dengan gambar pelaksanaan untuk pondasi.
-
Pada balok sloof harus dipasang stek-stek untuk kolom-kolom praktis yang letaknya sesuai dengan gambar pelaksanaan (dokumen lelang).
-
Pelaksanaan pekerjaan beton selengkapnya harus mengikuti uraian pasal 1 di atas (Persyaratan Pengerjaan Beton).
-
Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambahan di lapangan pada waktu pemasangan yang diakibatkan oleh kekurang telitian dan kelalaian Kontraktor, harus dilaksanakan atas biaya Kontraktor.
- Kekurang tepatan pemasangan karena kesalahan pelaksanaan harus diperbaiki/ dibetulkan atau diganti dengan yang baru atas biaya Kontraktor. 37
-
Pekerjaan perbaikan yang rusak atau tidak sempurna akibat pengangkutan di site atau sebab lain, harus segera dilaksanakan. Pasal 7 PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL
1.
LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan yang meliputi : Kolom praktis K6 15/15,20 x 30, mutu beton K – 175 Penebalan beton Kolom K2 37,5/45 dua sisi K-175 Penebalan beton Kolom K3 40/50 K-175 Plat canopy beton 12/45 cm + 12/60 cm K-225 Angker dan decking besi dia.10 mm,untuk pengikat tulangan wiremash Balok lintel atas kusen 12/12,K-175 Pekerjaan beton lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
2.
PERSYARATAN BAHAN
Besi Beton. Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.3.1
Semen. Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1.
Pasir. Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2. Pasir yang dipakai harus pasir beton.
Koral Beton/Split. Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.4
Air. Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.
Acuan/Bekisting & Perancah Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.1.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN
a.
Campuran & Mutu Beton. Cor Beton menggunakan mutu beton yang disyaratkan dalam pekerjaan beton bertulang non struktural ini adalah K-175 dan K-225
4
38
b. Pembesian Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan, sambungan, kait-kait, dan sengkang (ring); persyaratannya harus sesuai dengan NI-2 (PBI-1971). c. Pekerjaan Acuan/Bekisting Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan dalam Gambar Kerja. Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaannya licin, bebas dari kotoran tahi gergaji, potongan kayu, tanah, lumpur, dan sebagainya. d. Pengecoran Beton. Sebelum pelaksanaan pengecoran, Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram cetakancetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas. e.
Pekerjaan Pembongkaran Acuan/Bekisting Pekerjaan pembongkaran acuan/bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun pada permukaan beton tanpa persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas. f. Pekerjaan Pembuatan Kolom Praktis Pemasangan kolom praktis untuk : Setiap pertemuan dinding pasangan batu bata. Dinding pasangan batu bata 1/2 batu pada bagian dalam bangunan setiap luas 9 m2. Dinding pasangan batu bata 1/2 batu pada bagian luar/tepi luar bangunan setiap luas dinding 9 m2. Dan atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja. g. Pekerjaan Pembuatan Balok / Lintel & Ring Balok. Pemasangan balok / lintel dan ring balok : di tepi atas/akhir dari dinding pasangan batu bata yang bebas sebagai ringbalok. setiap luas 9 m2 pasangan dinding bata yang tinggi dan atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja. h. Penulangan beton kolom dan balok praktis sesuai gambar kerja dan atau seperti terurai dalam pekerjaan beton di bab lain dalam buku ini.
39
i. Pemasangan kolom praktis dan balok praktis/lintel seperti tercantum dalam butir 6.3.1.5 dan 6.3.1.6. di atas, terlepas adalah pekerjaan tersebut tergambar atau tidak dalam Gambar Kerja. j. Pada setiap pertemuan dinding pasangan bata dengan kolom praktis, ring balok beton maupun beton lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja harus diperkuat angker diameter 8 mm tiap jarak 50 cm, yang terlebih dahulu telah ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan kolom dan balok praktis ini. Pasal 8 PEKERJAAN PASANGAN 1.
1
LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Pemasangan Dinding bata merah dengan Spesifikasi : - Pasangan dinding biasa - Pasangan dinding coustic Panel t=14 cm terpasang finish acian PERSYARATAN BAHAN a. Bata merah. Bata merah yang dipakai harus bebas dari cacat, retak, cat atau adukan, mempunyai sudut siku dan ukuran yang seragam dan langsung didatangkan dari pabrik atau Distributor. Sebelum pengadaan bahan ini, Kontraktor diwajibkan mengajukan contoh disertai data teknis dari batu bata yang akan dipakai kepada Direksi/Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
2
PERSYARATAN PELAKSANAAN a.
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan detail bentuk profil, sambungan dan hubungan dengan material lain dan melaksanakannya sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar Kerja.
b. Dalam pekerjaan pasangan dinding bata merah Sebelum dilaksanakan pemasangan,Pada saat diletakkan, tidak boleh ada genangan air di atas permukaan tersebut. c.
Aduk Perekat/Spesi.
d. Adukan perekat/spesi untuk pasangan bata merah kedap air adalah campuran 1 PC : 3 PS untuk : -
Plesteran acian beton 40
-
Dinding pasangan daerah basah. Dinding pasangan bata merah yang langsung berhubungan dengan luar. Saluran.
e.
Untuk semua pasangan bata merah terhitung dari P + 0.20 ke atas, dipakai aduk perekat/spesi campuran 1 PC : 5 PSR terkecuali yang disyaratkan kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
f.
Persyaratan pembuatan adukan harus sesuai dengan pasal 1 dalam Bab ini.
j.
Pekerjaan pemasangan bata merah harus benar-benar vertikal dan horizontal. Pengukuran dilakukan dengan tiang lot dan harus diukur tepat. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 200 cm vertikal dan horizontal.
Pasal 9 PEKERJAAN PASANGAN, ADUKAN DAN CAMPURAN 1. LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Pasangan lantai dan dinding keramik Pasangan Dinding bata 1/2 bata. Pasangan batu andesit. Pekerjaan pasangan lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja. 1. PERSYARATAN BAHAN a.
Batu Bata. Batu bata yang dipakai harus bebas dari cacat, retak, cat atau adukan, mempunyai sudut siku dan ukuran yang seragam dan langsung didatangkan dari pabrik atau penjual. Sebelum pengadaan bahan ini, Kontraktor diwajibkan mengajukan contoh disertai data teknis dari batu bata yang akan dipakai kepada Direksi/Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
b. Semen. Sesuai dengan Pasal 1 Butir 1.2.1. 41
c.
Pasir. Sesuai dengan Pasal 1 Butir 1.2.2.
d. Air. Sesuai dengan Pasal 1 Butir 1.2.3. 2. PERSYARATAN PELAKSANAAN a. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan detail bentuk profil, sambungan dan hubungan dengan material lain dan melaksanakannya sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar Kerja. b. Dalam pekerjaan pasangan dinding bata Sebelum dilaksanakan pemasangan, batu bata harus direndam dalam air bersih dulu sehingga jenuh air . Pada saat diletakkan, tidak boleh ada genangan air di atas permukaan batu bata tersebut. c.
Aduk Perekat/Spesi. a. Adukan perekat/spesi untuk pasangan batu bata kedap air adalah campuran 1 PC : 3 PS untuk : Plesteran acian beton Dinding pasangan bata daerah basah. Dinding pasangan bata yang langsung berhubungan dengan luar. Gravel / Saluran. b. Untuk semua pasangan batu bata terhitung dari P + 0.20 ke atas, dipakai aduk perekat/spesi campuran 1 PC : 5 PSR terkecuali yang disyaratkan kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja. c. Persyaratan pembuatan adukan harus sesuai dengan pasal 1 dalam Bab ini.
d. Pekerjaan pemasangan batu bata harus benar-benar vertikal dan horizontal.Pengukuran dilakukan dengan tiang lot dan harus diukur tepat.Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 200 cm vertikal dan horizontal. e. Semua pasangan bata yang tertanam dalam tanah harus dilapis aduk kasar sampai setinggi permukaan tanah f. Sebelum diplester, permukaan pasangan bata harus dibasahi dengan air terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok dan dibersihkan. 42
g. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi 5%. Bata yang patah lebih dari 2 (dua) bagian tidak boleh digunakan. h. Ketebalan jadi (setelah di-finish dengan plester aci halus) : Dinding bata 1/2 batu harus setebal 15 cm. Dinding bata 1 bata harus setebal 25 cm. 1.1.
LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Pekerjaan adukan pasangan bata adukan 1 : 3 ( trasraam ) Pekerjaan adukan pasangan bata adukan 1 : 5 Plesteran adukan pondasi batu kali Pekerjaan adukan pasangan keramik Pekerjaan adukan lain seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
1.2. PERSYARATAN BAHAN 1.2.1. Semen Sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Buku Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis Struktur. 1.2.2. Pasir Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam, keras, bersih dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahanbahan organis. 1.2.3.
Air Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa, garam dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.
1.3. 1.3.1.
PERSYARATAN PELAKSANAAN Campuran adukan yang dimaksud adalah campuran seperti dibawah ini :
1.3.2.
Jenis Adukan a. Adukan biasa adalah campuran 1 PC : 5 PS Adukan ini untuk pasangan batu bata, pondasi setempat biasa dan batu tempel serta untuk menutup semua permukaan dinding pasangan bagian dalam bangunan, yang dinyatakan tidak kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja. b.
Adukan kedap air adalah campuran 1 PC : 3 PS. Adukan plesteran ini untuk : Semua pasangan bata, Pas. Dinding Keramik k. mandi, adukan pondasi batu kali traasraam dan plesteran beton di bawah 43
permukaan tanah hingga ketinggian sampai 20 cm dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam gambar kerja. Pasal 10 PEKERJAAN PLESTERAN 1. LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Plesteran acian halus untuk dinding pasangan bata dan permukaan beton. Plesteran kedap air. Plesteran biasa. Plesteran Beton Plesteran kasar untuk dinding pasangan bata yang tertanam dalam tanah. Pekerjaan plesteran lainnya seperti terurai dalam Gambar Kerja. 2. PERSYARATAN BAHAN 2.1. Semen. Sesuai dengan Pasal butir 1.2.1. 2.2. Pasir. Sesuai dengan Pasal butir 1.2.2. 2.3. Air Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3. 3. PERSYARATAN PELAKSANAAN 3.1. Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran dalam volume. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan dinding pasangan bata atau bidang beton telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas 3.2. Jenis Plesteran. a. Plesteran kasar adalah plesteran dengan permukaan tidak dihaluskan. Campuran plesteran kasar adalah campuran aduk kedap air, yaitu 1 PC : 3 PS. Dipakai untuk : - Menutup permukaan dinding pasangan yang tertanam di dalam tanah hingga ke permukaan tanah dan atau lantai. b. Plesteran biasa adalah campuran 1 PC : 5 PS. c. Plesteran kedap air adalah campuran 1 PC : 3 PS. Aduk plesteran ini untuk : - Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian sampai 30 cm dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam gambar kerja. 44
- Semua bagian permukaan dinding pasangan yang disyaratkan harus kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja hingga ketinggian 150 cm ( untuk k. Mandi ) dari permukaan lantai. d.
Plesteran halus/aci halus adalah campuran PC dengan air yang dibuat sedemikian rupa sehingga mendapatkan campuran yang homogen. Plesteran halus ini merupakan pekerjaan penyelesaian akhir dari dinding pasangan.
3.3. Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester harus dibasahi terlebih dahulu dan siar-siarnya dikerok sedalam kurang lebih 1 cm. Sedang untuk permukaan beton yang akan diplester, permukaannya harus dibersihkan dari sisa-sisa bekisting, kemudian dikasarkan (“scratched”). Tebal Plesteran adalah minimal 1,5 cm dan maximal 2,5 cm.Jika ketebalan melebihi 2,5 cm, maka diharuskan menggunakan kawat ayam yang diikatkan/dipakukan ke permukaan dinding pasangan yang bersangkutan, untuk memperkuat daya lekat plesteran. 3.4. Pemeliharaan. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan wajar. Hal ini dilaksanakan dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindunginya dari terik panas matahari langsung dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan air secara cepat. Pembasahan tersebut adalah selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai. Kontraktor harus selalu menyiram dengan air sekurang-kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh. Pasal 11 PEKERJAAN PASANGAN KERAMIK DAN GRANITILE 1. LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Pekerjaan lantai Granit Tile + tangga,40 x 40 sek.Niro ( solfen matt S04 ) Pekerjaan Plint lantai keramik , 10 x 40 sek.Niro Pekerjaan Stair Nozing tangga Kramik , 10 x 40 sek.Roman Pekerjaan Stair Nozing tangga granite , 10 x 60 sek.Niro Granite Tile Pekerjaan Dinding Granite t=2 cm untuk dinding Lift Pekerjaan Lantai Kramik, 40 x 40 untuk KM/WC sek. Roman Pekerjaan Lantai Kramik, 20 x 20 untuk KM/WC sek. Roman Pekerjaan Lantai Kramik, 20 x 25 untuk KM/WC sek. Roman 45
Pekerjaan Border Kramik, 5 x 20 untuk KM/WC sek. Roman ( pabrikasi ) kamar mandi/toilet dan tempat lain yang ditunjukkan pada Gambar Kerja. 2. PERSYARATAN BAHAN 2.1. Semen. Sesuai dengan Pasal 1 Butir 1.2.1. 2.2. Pasir. Sesuai dengan Pasal 1 Butir 1.2.2. 2.3. Air. Sesuai dengan Pasal 1 Butir 1.2.3. 2.4. Granit Tile Lantai Jenis : Standard Permukaan : Rata untuk lantai . Ketebalan : 6 mm. Warna : Ditentukan kemudian. Ukuran : Granit Tile 40 x 40 cm untuk Lantai Kualitas : kelas I, heavy duty, single firing. Produk : setara Niro 2.5. Keramik K. Mandi/ WC ( Ceramic Tile ) Jenis : Standard Permukaan : Non slip/Unglazed untuk lantai KM/WC.Glazed untuk dinding KM/WC. Ketebalan : 6 mm. Warna : Ditentukan kemudian. Ukuran : Keramik 20 x 20 cm untuk Lantai K. Mandi dan 20 x 25 Polish untuk dinding KM/Toilet Kualitas : kelas I, heavy duty, single firing. Produk : setaraf Roman Produk perekat : Flexicoat setaraf Lemkra. 2.6. Keramik Lantai ( Ceramic Tile ) Jenis : Standard Permukaan : Rata untuk lantai Ketebalan : 6 mm. Warna : Ditentukan kemudian. Ukuran : Keramik 40 x 40 cm Kualitas : kelas I, heavy duty, single firing. Produk : setara Roman 2.7. Border Keramik Jenis : Standard ( Pabrikasi ) Permukaan : disesuaikan Ketebalan : 6 mm. 46
Warna Ukuran Kualitas Produk 2.8.
: : : :
Ditentukan kemudian. Keramik 5 x 20 cm kelas I, heavy duty, single firing. setara Roman
Adukan Pengisi Siar Aduk pengisi siar dan nat yaitu dengan menggunakan cairan Flexicoat, sistem pelaksanaan pengisian nat dengan koas kecil.
2.9.
Kontraktor harus mengajukan contoh bahan keramik sebanyak 3 (tiga) set kepada Pejabat Pembuat Komitmen untuk mendapatkan persetujuan (Tekstur dan warna), selanjutnya dipakai sebagai standard dalam memeriksa/menerima bahan yang dikirim ke lapangan.
3. PERSYARATAN PELAKSANAAN 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5.
3.6. 3.7.
3.8.
Pada saat pemasangan keramik harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat atau ternoda dan warna sesuai dengan yang disyaratkan. Sebelum pemasangan keramik, harus dilakukan pengukuran dengan waterpas (selang atau alat lain) agar permukaannya merata. ukuran/dimensi dan keramik harus presisi agar dihasilkan pemasangan yang rapi. Seluruh pemasangan keramik tidak boleh terkena air, karena menggunakan sistem Flexicoat. Pemasangan keramik dengan menggunakan cairan Flexicoat, sebelum keramik dipasang harus diamplas terlebih dahulu pada kedua permukaan adukan keramik yang akan disatukan. Permukaan/bidang yang akan direkatkan dengan Flexicoat harus bersih, bebas dari debu dan kotoran yang mengganggu, selanjutnya kedua permukaan tersebut diolesi dengan cairan Flexicoat dengan ketebalan masing-masing 1 - 2 mm dan tunggu sekitar ± 10 menit, kemudian keramik direkatkan. Pemotongan keramik harus menggunakan alat pemotong khusus sesuai dengan petunjuk pabrik. Selama 3 x 24 jam setelah pemasangan, keramik harus dihindarkan dari injakan atau pemberian beban. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, semua pipa sparing dan atau jaringan pipa sudah harus terpasang pada tempatnya. Kontraktor harus mempelajari gambar kerja dan berkoordinasi dengan pekerjaan Plumbing dan Mekanikal di bawah pengarahan Konsultan Pengawas/Direksi. 47
Pasal 12 PEKERJAAN KUSEN PINTU DAN JENDELA ALUMUNIUM 1. LINGKUP PEKERJAAN 1.1. Pekerjaan Rangka Kusen : Kusen pintu, jendela dan bouvenlight Pekerjaan lain yang tercantum dalam Gambar Kerja. 2. PERSYARATAN BAHAN 2.1. Ukuran kusen adalah ukuran jadi seperti tercantum dalam Gambar Kerja. 2.2.
Rangka Kusen alumunium Alumunium Warna Coklat 4 ‘’ lengkap acesories sekualitas Alexindo. Referensi bahan sesuai dengan SII , mutu kelas A untuk keawetan dan kekuatan material.
2.3.
Mutu dan kualitas bahan yang dipakai sesuai persyaratan seperti diuraikan butir berikut ini.Semua bahan yang dipakai harus kuat, lurus, tidak mudah bengkok , tanpa cacat Ukuran bahan adalah ukuran jadi seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
2.4.
Bahan & Alat Bantu. Bahan yang dipakai adalah tipe A dengan referensi SII . Bahan perekat adalah lem silent untuk karet, produk kualitas baik atau setaraf Fox.Semua pengikat berupa paku, sekrup, baut, dynabolt, kawat dan lain-lain harus digalvanisasi.
3. 3.1.
PERSYARATAN PELAKSANAAN Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan untuk : Mempelajari bentuk, pola penempatan, cara pemasangan dan detail sesuai Gambar Kerja agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan yang mengakibatkan pembongkaran. Pelaksanaan sambungan seperti pemasangan klos, baut, plat penggantung, angker, dynabolt, sekrup, paku & lem perekat harus rapi dan sempurna serta tidak diperkenankan mengotori bidang-bidang tampak. Khusus untuk bahan sambungan/pengikat dari besi seperti angker, sengkang, pelat dan sebagainya; sebelum terpasang harus sudah diberi lapisan anti karat yang memenuhi persyaratan dalam Pasal Pekerjaan Pengecatan di buku ini.
48
Khusus pada permukaan bidang tampak/exposed tidak diperkenankan pemasangan paku tetapi harus disekrup atau cara lain yang disetujui Direksi/Konsultan Pengawas. Apabila pada sistem perkuatan yang tertera dalam gambar dianggap kurang kuat oleh Kontraktor, maka menjadi kewajiban dan tanggungan Kontraktor untuk menambahkannya setelah disetujui Konsultan Pengawas. Pasal 13 PEKERJAAN DAUN PINTU, DAUN JENDELA, BOVENLIGHT ALUMUNIUM DAN PARTISI. 1.1. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Pekerjaan daun Pintu Alumunium 4 inc Warna sek. Alexindo. Pekerjaan Partisi Rangka daun Jendela dan Bovenlight alumunium lengkap acesories 1.2. Persyaratan Bahan 1.2.1. Daun Pintu, Daun Jendela,Bovenlicht Alumunium & Partisi. Bahan Rangka daun jendela dan bovenlight : Alumunium Silver 4’’ Panel daun pintu : Multiplek 6 mm lapis Mega teak 3 mm Ukuran : sesuai Gambar Kerja Persyaratan :liat Bab Pekerjaan kusen alumunium Bahan Rangka Dinding Partisi Rangka : Besi Hollo 4.4.1.2 Panel daun pintu : Multiplek 6 mm lapis Mega teak 3 mm Ukuran : sesuai Gambar Kerja 1.2.2.
1.3.
Kaca Sesuai dengan persyaratan bahan kaca dalam bab Pekerjaan Kaca. Persyaratan Umum.
1.3.1.
Tipe pintu, jendela, yang terpasang harus sesuai dengan Daftar Tipe yang tertera dalam Gambar kerja dengan memperhatikan ukuran-ukuran, material, detail, arah bukaan, dan lain-lain.
1.3.2.
Semua daun pintu dan daun jendela, bovenlight dibuat baru baik rangka maupun lapisan penutupnya .
1.4.
Persyaratan Pelaksanaan. 49
1.4.1. 1.4.2.
Untuk Pekerjaan daun pintu harus memenuhi persyaratan pelaksanaan Pekerjaan alumunium. Semua ukuran daun pintu dan daun jendela yang tertera dalam Gambar Kerja adalah ukuran jadi dan harus lurus, tanpa cacat, melenting, cacat akibat benturan, cacat paku, ataupun retak-retak yang dapat menurunkan mutu pekerjaan. Jika hal-hal tersebut ditemui, maka Kontraktor harus mengganti dengan biaya ditanggung Kontraktor dan tidak dapat diajukan sebagai biaya kerja tambah.
1.4.3.
Disyaratkan : Dibuat alur air pada sisi sebelah luar kusen baik secara vertikal maupun horisontal.
1.4.4.
Pelaksanaan Pemasangan : Pemasangan daun pintu dan jendela harus terpasang sejajar tidak timpang dalam pemasangan tidak goyah tidak macet / seret apabila dibuka dan ditutup celah tidak terlalu besar dan diberikan teloransi untuk pemuaian. Prinsip pelaksanaan ini perlu diperhatikan dan dijaga agar tidak terjadi pembongkaran kembali pekerjaan dikemudian hari.
1.4.5.
Daun Pintu alumunium. Pelaksanaan harus memenuhi persyaratan pelaksanaan Pekerjaan pintu alumunium sesuai persyaratan Pekerjaan alumunium. Pasal 14 PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU & JENDELA (ALAT PENGGANTUNG & PENGUNCI)
1. LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan ini meliputi : Pekerjaan pemasangan engsel pintu dengan engsel baru Pekerjaan pemasangan kunci baru termasuk pintu KM/WC Pekerjaan pemasangan selot baru untuk daun pintu dobel Pekerjaan pemasangan hak angin dan engsel jendela baru Pekerjaan perlengkapan pintu & jendela lainnya seperti tercantum dalam gambar kerja. 2.
PERSYARATAN BAHAN Semua alat penggantung & pengunci (“hardware”) yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam buku spesifikasi ini.
50
Apabila terjadi perubahan atau penggantian, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu secara tertulis dari Pejabat Pembuat Komitmen. 2.1.
Perlengkapan Pintu Ayun
a. 1.
Engsel. Mekanisme: Ayun satu arah (“single swing”). Spesifikasi : Tipe standard, memenuhi standard SII. Pemakaian : Pintu tunggal dan pintu ganda Ukuran : Standard produk Jumlah : 2 (dua) set per daun pintu./ sesuai standard fabrikasi Produk : Ex Lokal mutu terbaik. Warna : disesuaikan kusen dan pintu.
b.
Kotak Kunci (“Lockcase”). 1. Mekanisme : Ayun satu arah (“single swing”). Pemakaian : Pintu tunggal Spesifikasi : Lockcase Produk : lokal. Warna : disesuaikan .
c.
Pegangan (“Handle”). 1. Spesifikasi : Handle untuk membuka lidah penahan (“Latch Bolt”) secara mekanis yg menyatu dengan silinder kunci. Pemakaian : Untuk semua pintu selain KM/WC. Produk : lokal. mutu terbaik Warna : Ditentukan kemudian. 2.
Spesifikasi Pemakaian Produk Warna
2.2. a.
: Pegangan dg tombol putar, kunci pd bagian dalam : Pintu R. KM/WC. : lokal. mutu terbaik : Ditentukan kemudian.
Perlengkapan Daun Jendela Engsel Jendela. Mekanisme : Ayun satu arah (“single swing”). Spesifikasi : Tipe sesuai fabrikasi, memenuhi SII. Pemakaian : semua daun jendela Ukuran : Standard produk Jumlah : 2 (dua) set per daun jendela.sesuai
standard
51
b.
c.
standard fabrikasi : Ex Lokal mutu terbaik. : ditentukan kemudian.
Produk Warna Selot Jendela. Mekanisme Pemakaian Spesifikasi Jumlah Produk Warna
: ditarik ke atas (dengan per) : semua daun jendela : standard : 1 (satu) set per daun pintu. : lokal mutu terbaik. : disesuaikan.
Hak Angin Jendela. Mekanisme Pemakaian Spesifikasi Jumlah Produk Warna
: geser : semua daun jendela : Ramskar geser dengan baut pengunci : 1 (satu) set per daun pintu. : lokal mutu terbaik. : ditentukan kemudian.
2.3.
Kehandalan Kerja. Seluruh perangkat perlengkapan pintu dan jendela ini harus bekerja dengan baik sebelum dan sesudah pemasangan. Untuk itu, harus dilakukan pengujian secara kasar dan halus.
3.
PERSYARATAN PELAKSANAAN Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan gambar dokumen kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Engsel atas, dipasang + 28 cm (as) dari permukaan atas dan permukaan bawah pintu pada pintu-pintu umum biasa. Engsel pintu toilet/peturasan adalah + 32 cm (as) dari permukaan bawah pintu.
Pasal 15 PEKERJAAN KACA 1.
LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Pekerjaan kaca daun jendela dan lubang cahaya (bovenlicht). Pekerjaan kaca seperti tercantum dalam Gambar Kerja. Dinding kaca pemisah, kaca cermin di ruang latihan 52
2.
2.1.
PERSYARATAN BAHAN Semua kaca yang dipakai dari standard produk dengan SII 0189/78. Produk ASAHIMAS FLAT GLASS , ASAHIMAS MIRROR GLASS Tipe Bahan. Kaca : a.Kaca bening (clear float glass). Tebal : Warna : Pemakaian :
5 dan 12 mm. bening (clear). semua daun jendela dan bouvenlicht ruangan dalam dan arah keluar bangunan. Tipe/Produk : lokal. mutu terbaik Kaca CERMIN (MIRROR COATED glass). Tebal : 6 mm. Warna : MUKA bening (clear) DAN BELAKANG LAPISAN PERAK/CERMIN Pemakaian : Dinding ruangan latihan,dengan rangka dan bingkai utk pelindung. Tipe/Produk : lokal. mutu terbaik
b.
2.2.
Semua kaca harus bebas dari noda dan cacat, bebas sulfida maupun bercak-bercak lain. Semua bahan kaca yang dipakai harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas. Toleransi tebal : Ketebalan kaca dan cermin lembaran tidak boleh melebihi toleransi tebal sebagai berikut : JENIS TEBAL (mm) (mm) 5 6 12
2.3.
5 6 12
TOLERANSI (mm) + 0,3 + 0,3 + 0,3
Kesikuan. Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut siku serta tepi potongan yang rata dan lurus. Toleransi kesikuan maksimum yang diperkenankan adalah 1,5 mm per meter. 53
2.4.
Cacat-cacat. Kaca lembaran yang dipakai harus bebas dari cacat dan noda apapun. Lapisan perak (“Chemical Deposited Silver”) pada kaca cermin yang dipakai harus terlihat merata. Apabila terjadi bercak-bercak hitam, maka kaca cermin harus diganti atas biaya Kontraktor dan tidak dapat diajukan sebagai biaya pekerjaan tambah.
3. PERSYARATAN PELAKSANAAN 3.1.
3.2.
Pekerjaan Pemasangan Kaca Jendela. Sebelum pemasangan kaca, kusen telah terpasang kokoh dan telah selesai sesuai dengan Gambar Kerja dan memenuhi persyaratan pekerjaan kusen/logam yang diuraikan pada bab lain dalam buku ini. Pekerjaan Pemasangan Kaca Cermin. Bidang rangka tinggi 2,4 M lebar sesuai bidang dinging yang ada, terbuat dari kayu 5/7 dibuat dengan sambungan takik dipaku dan di fischer sedalam 7cm ke dinding, papan multi 9mm di skrup ke rangka dengan jarak maksimal setiap 60cm. Cermin di rekatkan dengan perekat ke papan multipleks, dan di tepi bidang di beri penjepit kaca. Untuk bingkai dibuat dari multi dengan ketebalan sesuai dengan ketebalan jadi dari susunan rangka-papan dan cermin. Pasal 16 PEKERJAAN SANITER
1.
LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan yang dimaksud meliputi pengadaan dan pemasangan : Pasangan kloset Duduk sek. Toto Pasangan Urinoir sek.Toto Pasangan Shower hand sek.Toto Pasangan Floor Drain stainless 3’’ Pasangan Zet Washer Pasangan Wastafel Gantung lengkap kaca cermin sek.Toto Pekerjaan Pemasangan Kran dinding ½ “ sek. San – Ei
2.
PERSYARATAN BAHAN Jenis, ukuran, warna sesuai petunjuk Gambar serta RKS ini dan yang telah disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen/Direksi
2.1.
KLOSET DUDUK Produk : mutu terbaik setara toto Bahan : Keramik 54
Tipe Warna 2.2.
URINOIR Produk Bahan Tipe Warna
: Duduk. : Ditentukan kemudian.
: mutu terbaik setara toto : Keramik : Duduk. : Ditentukan kemudian.
2.3.
WASTAFEL GANTUNG LENGKAP KACA CERMIN Produk : lokal. mutu terbaik Bahan : Keramik Tipe : standard
2.4.
ZET WASHER Produk : mutu terbaik setara toto Bahan : Stainles Tipe : Standard.
2.5.
FLOOR DRAIN Produk : lokal. mutu terbaik Bahan : Stainless Ukuran : 3”
2.6.
KRAN Produk Ukuran Type
: mutu terbaik Sek. San-ei :½“ : kran dinding
Perlengkapan (“accessories”) untuk unit-unit saniter tersebut di atas harus lengkap dari kran sampai pipa pembuangan (“drain”). Semua “accessories” yang terpasang harus utuh, tidak cacat, dan lengkap. 3. PERSYARATAN PELAKSANAAN Sambungan pipa dengan “accessories” unit saniter pada umumnya menggunakan sambungan ulir. Penyambungan dengan ulir ini terlebih dahulu harus dilapisi dengan “Red Lead Cement” dan memakai pintalan atau serat halus.Pada tempat-tempat khusus digunakan sambungan “flanged”. Pada penyambungan dengan “flanged” perlu dilengkapi dengan “ring type gasket” untuk lebih menjamin kekuatan sambungan.
55
Pasal 17 PEKERJAAN LANGIT-LANGIT/PLAFOND 1. LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Pasangan Plafond Gypsum t = 9 mm sek.Jayabord Pasangan Plafond GRC t = 6 mm Pasangan Plafond GRC t = 4 mm Pasangan Plafond Linier warna t = 0.4 mm sek.Luxalon Pasangan List Profil Gypsum C 7 Pekerjaan Rangka Hollo 4 x 4 dan 4 x 2 2. PERSYARATAN BAHAN 2.1. Gypsum lembar Tebal : 9 mm Ukuran Panel : 120 x 240 cm Produk : lokal, mutu terbaik ( setara Jayaboard) 2.2.
GRC lembar Tebal : 6 mm Ukuran Panel : 120 x 240 cm Produk : lokal, mutu terbaik
2.3.
GRC lembar Tebal : 4 mm Ukuran Panel : 120 x 240 cm Produk : lokal, mutu terbaik
2.4.
Rangka Langit-langit. Bahan : Hollo Ukuran : 20.40 dan 40.40 Bahan harus memenuhi persyaratan bahan.
2.5.
Lis Profil Gypsum Ukuran lis profil : C. 7 Produk : lokal, mutu terbaik
3. PERSYARATAN PELAKSANAAN. 3.1. Ketinggian kerangka langit-langit setelah terpasang dan disetel harus sesuai dengan ketinggian langit-langit jadi seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja. 3.2.
Bahan yang digunakan untuk rangka plafond adalah hollo 20.40 dan 40.40 untuk rangka induk . ukuran rangka plafond adalah 50 x 50 cm . 56
3.3.
Pemasangan rangka plafond harus selalu melakukan koordinasi dengan tim yang akan memasang titik lampu apabila pemasangan lampu yang digunakan adalah type inbow
3.4.
Lembaran-lembaran Gypsum harus dipasang pada rangka yg sdh terpasang dengan skrup pada setiap jarak 20 cm (1,5 cm dari tepi). Di bagian tengah lembaran dipaku dengan skrup secukupnya pada rangka agar permukaan bidang tidak melendut. Bahan plafond gypsum digunakan untuk semua ruangan yang tercantum pada gambar kerja
3.5.
Setelah penutup plafond terpasang, pada bagian sambungan dan kepala paku ditutup dengan kain kassa dan dirapihkan dengan menggunakan calsibond hingga permukaanya menjadi rata.
3.6.
Rangka plafond yang baru harus dalam kondisi baik dan memenuhi syarat untuk dipergunakan
3.7.
“Finishing” adalah cat acrylic (cat tembok). Pelaksanaan pengecatan harus memenuhi persyaratan pekerjaan pengecatan seperti diuraikan dalam bab Pekerjaan Cat & Laburan dalam RKS ini. Warna ditentukan kemudian. Pasal 18 PEKERJAAN PENGECATAN
1. LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Pekerjaan pengecatan permukaan dinding, beton yang ditampakkan, dan langit-langit dengan cat tembok. Pengecatan kayu lisplank, list plafond Pekerjaan pengecatan Plint dengan cat plincoat. Pekerjaan Plitur panel daun pintu. 1.1.
Pekerjaan Pengecatan Permukaan Plesteran Dinding, Beton dan LangitLangit. Semua permukaan plesteran dinding, permukaan beton yang tampak/ exposed dan langit-langit seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
1.2.
Pekerjaan Pengecatan Kayu. Cat akhir (“finish”) untuk permukaan kayu yang ditampakkan, seperti : lisplank atau tempat lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
57
Cat dasar/meni besi untuk pekerjaan pengecatan kayu seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
2. PERSYARATAN BAHAN 2.1. Cat Tembok. Bahan dari jenis acrylic emulsion kualitas utama, sek. Premio Extera tahan terhadap Cuaca dan garam, produk lokal. mutu terbaik . 2.2.
Cat Plafond. Bahan dari jenis acrylic emulsion kualitas utama, sek. Premio Extera tahan terhadap Cuaca dan garam, produk lokal. mutu terbaik .
2.3.
Cat Logam . Bahan dari jenis synthetic enamel super gloss sek. Avian atau Produk lokal. mutu terbaik.
2.4.
Plamur. Bahan dari kualitas utama, produk ex Lokal mutu terbaik.
2.5.
Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dari produk tersebut di mengenai kemurnian cat yang akan dipergunakan, Pembuktian berupa : segel kaleng test BD test laboratorium hasil akhir pengecatan
2.6.
Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat pada bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm2. Pada bidang-bidang tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah lapisan, dan jenis lapisan (dari cat dasar sampai dengan lapisan akhir
2.7.
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas, untuk kemudian akan diteruskan ke Pejabat Pembuat Komitmen, minimal 5 Galon tiap warna dan jenis cat yang dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan mencantumkan dengan jelas identitas cat yang ada di dalamnya.Cat ini akan dipakai sebagai cadangan oleh Pejabat Pembuat Komitmen untuk Perawatan.
3. PERSYARATAN PELAKSANAAN 3.1. Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas yang menunjukkan tanda-tanda sapuan, roller maupun semprotan.
58
3.2.
Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecatan, permukaan dinding kering dan bersih, diamplas/dibersihkan terlebih dahulu hingga permukaan bidang yang akan dicat terlihat bersih.dan kering
3.3.
Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun atau membahayakan keselamatan manusia, maka Kontraktor harus menyediakan peralatan pelindung misalnya : masker, sarung tangan dan sebagainya yang harus dipakai waktu pelaksanaan pekerjaan.
3.4.
Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan roll cat.
3.5.
Standard Pengerjaan (“Mock-Up”). Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, tekstur, material dan cara pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai “mock-up” ini akan ditentukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas dan Perencana, maka bidangbidang ini akan dipakai sebagai standard minimal keseluruhan Pekerjaan Pengecatan.
3.6.
Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Direksi/Konsultan Pengawas harus diulang dan diganti. Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar atau cat finish yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana ditunjukkan oleh Direksi/ Konsultan Pengawas. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding, Beton dan Langit-Langit : a. Sebelum pelaksanaan : Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, lemak, kotoran atau noda lain, bekas-bekas cat yang terkelupas bagi permukaan yang pernah dicat dan dalam kondisi kering. b.
Pelaksanaan pekerjaan dengan roller. Pemakaian kuas hanya untuk permukaan dimana tidak memungkinkan untuk menggunakan roller.
c.
Permukaan Interior. Lapisan Pertama : Cat jenis Acrylic Wall Filler. Pelaksanaan pekerjaan dengan kape. Ketebalan lapisan adalah 25 – 150 micron atau daya sebar per liter adalah 10 m2. Tunggu selama minimum 12 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya. 59
Lapisan kedua dan Ketiga : Cat jenis Vynil Acrylic Emulsion. Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.Ketebalan lapisan adalah 25–40 micron atau daya sebar per liter adalah 11–17 m2. Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam. Warna ditentukan kemudian. d.
Permukaan Exterior. Lapisan Pertama : Cat jenis Acrylic Wall Filler. Pelaksanaan pekerjaan dengan kape.
Ketebalan lapisan adalah 25 – 150 micron atau daya sebar per liter adalah 10 m2. Tunggu selama minimum 12 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya. Lapisan kedua dan Ketiga : Cat jenis Watershield. Pelaksanaan pekerjaan dengan roller. Ketebalan lapisan adalah 25–40 micron atau daya sebar per liter adalah 11–17 m2. Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam. Warna ditentukan kemudian. 3.7.
Pekerjaan Pengecatan logam Yang Ditampakkan. Bersihkan seluruh permukaan besi dari bahan yang mengotori atau bahan lain yang sekiranya akan mengganggu jalannya pekerjaan finishing.
3.8.
Pekerjaan Pengecatan logam yang Tidak Ditampakkan. Untuk semua permukaan logam yang tidak ditampakkan hanya cat dasar/menie besi warna hijau 1 lapis Pelaksnaan dengan kuas.
PEKERJAAN LOGAM Pekerjaan Pagar Tribun Lingkup Pekerjaan Persyaratan Bahan Persyaratan Pelaksanaan. PEKERJAAN PANEL PAPAN 60
Lingkup Pekerjaan Persyaratan Bahan Persyaratan Pelaksanaan.
PEKERJAAN LANTAI PARKET Lingkup Pekerjaan Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Pekerjaan pembongkaran penutup lantai eksisting berupa laminate flooring beserta lapisan underlayer nya apabila dinilai kondisinya juga tidak sesuai spesifikasi Pekerjaan Plint lantai keramik warna, 10 x 40 sek.Niro Pekerjaan parquette kayu jati ketebalan 15 – 18 mm, ukuran 5 x 20 Pekerjaan underlayer parquette : lapisan anti lembab (sheet/coat), lapisan rubber mat dampfer, lapisan multipleks 2x12 mm Pekerjaan joint antara paket dengan lantai keramik Pekerjaan finishing akhir permukaan parket Perawatan hingga serahterima. Persyaratan Bahan Bahan pelapis anti lembab Bahan underlayer multipleks Lem dan perekat parket Joint sealer Top coating parquete Persyaratan Pelaksanaan.
PEKERJAAN PENUTUP CELAH ATAP UTAMA dan CELAH ATAP TRIBUN
Lingkup Pekerjaan Persyaratan Bahan Persyaratan Pelaksanaan.
61
PASAL 21 PEKERJAAN PLAMBING/SANITASI 1.0.
UMUM Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Plambing / Sanitasi yang diuraikan di sini adalah persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum teknis pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.
2.0.
LINGKUP PEKERJAAN Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya instalasi plumbing (pembuangan air kotor, air bekas dan penyediaan air bersih) di dalam dan di luar bangunan sampai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesiflkasikan. Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi dan testing terhadap seluruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 6 (enam ) bulan. Ketentuan-ketentuan yang baik tercantum di dalam gambar maupun pada spesifikasi / syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini. Secara umum pokerjaan yang harus dilaksanakan pada provek ini ada!ah :Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan dan perlengkapan sistem plambing / sanitasi sesuai dengan peraturan / standar yang berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk menunjang bekerjanya sistem / peralatan, walaupun tidak tercantum pada Syarat-syarat Teknis Khusus atau gambar dokumen. Perincian umum pekerjaan instalasi plambing dan sanitasi ini adalah sebagai berikut : 2.1.
Instalasi Air Bersih Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan di dalam dan di luar bangunan, lengkap berikut sistem pemompaan sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasi tekniknya. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani instalasi plambing serta peralatan-peralatannya. Pembersihan pipa (plushing) dengan menggunakan aliran air yang bertekanan oleh pompa yang disediakan oleh Kontraktor. Pengujian terhadap kebocoran pipa-pipa dengan tekanan hidrolis secara parsial dan untuk seluruh sistem pemipaan serta mengadakan pengamatan sampai sistem bekerja dengan baik dan aman. 72
Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali serta pembersih site. 2.2.
Instalasi Air Kotor / Air Buangan 2.2.1. Pengadaan dan Pemasangan pipa air kotor / air buangan Iengkap dengan peralatan dan berada di dalam bangunan, antara lain WC, urinoir, wastafel, floor drain, clean out dan lain sebagainya. 2.2.2. Pengadaan dan pemasangan pipa air kotor / air buangan dari dalam bangunan menuju saluran drainnase dan septictank. 2.2.3. Pembuatan septic tank lengkap dengan pemipaan vent-out dan filternya. 2.2.4. Pengangkutan bekas galian dan penimbunan kembali. 2.2.5. Pengujian instalasi pemipaan terhadap kebocoran dengan tekanan hidrolis. 2.2.6. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dan alat-alat kerja yang diperlukan.
3.0.
UMUM 3.1.
Pengecatan. 3.1.1. Kontraktor harus mengecat semua pipa, rangka penggantung, rangka penyangga, semua unit yang dirakit di lapangan dan bahan-bahan yang mudah berkarat dengan lapisan cat dasar (prime coating), cat harus sesuai dengan persyaratan pengecetan yang sesuai dengan bahan masingmasing. 3.1.2. Pengecetan tidak diperlukan bila alat-alat sudah dicat di pabriknya atau dinyatakan lain dalarn spesifikasinya atau untuk bahan aluminium. 3.1.3. Kontraktor harus memberikan tanda-tanda huruf dan nomor identifikasi bagi peralatannya dengan cat. Sebelumnya Kontraktor wajib memberitahukan mengenai tanda-tanda yang hendak dipasang pada peralatan-perlatan itu kepada Konsultan Manajemen Konstruksi.( Pengawas)
3.2.
Peralatan. 3.2.1. Kontraktor harus menyediakan dan memasang pengumpul kotoran pada tempat-tempat rendah tertutup. 3.2.2. Kontraktor harus menyediakan dan memasang tipe fitting untuk penempatan alat ukur yang tidak dipasang tetap pada tempat-tempat yang penting. 73
3.2.3. Semua alat ukur yang dipasang harus dalam batas ukur yang baik dan ketelitian tinggi serta simetris. 3.2.4. Kontraktor harus menyediakan dan memasang tanda panah pada pipa ditempat tempat tertentu untuk menunjukkan arah aliran dengan cat. 3.3.
Ukuran (Dimensi) Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail terdapat pada gambar harus ditaati oleh Kontraktor. Kontraktor harus meneliti (mempelajari) gambar perencanaan, dan bila terjadi perbedaan antara suatu dengan yang lain, harus segera dibicarakan dengan Konsultan Manajemen Konstruksi.( Pengawas) Kontraktor diwajibkan melakukan semua pekerjaan pengukuran dan penggambaran yang diperlukan guna memudahkan pelaksanaan.
4.0.
INSTALASI AIR BERSIH 4.1.
Pipa Pipa dengan dia 1" s/d 3", baik pipa utama maupun pipa cabang, termasuk yang menuju fixtures menggunakan pipa PVC AW sek WAVIN.
4.2.
Fitting. Fitting-fitting harus terbuat dari material yang sama dengan bahan pipa.
4.3.
Valves. Valve dengan diameter lebih kecil dari 3" diperkenankan menggunakan sambungan ulir (screwed) kitz,Toyo dan Nagano. Valve pada fixture dari brass metal atau bahan yang tidak berkarat, khusus dibuat untuk fixture tersebut, harus mengkilat tanpa cacat. Semua valve harus mempunyai diameter yang sama besar dengan pipanya. Semua valve dari merek kitz,Toyo dan Nagano atau yang setara. Setiap penawaran harus dilengkapi dengan brosur / katalog dari pabrik pembuat. Kelas valve yang digunakan adalah pn 150 (150 psi).
74
4.5.
Pemasangan Pipa. 4.5.1. Pipa Tegak Pipa tegak yang menuju fixture harus ditanam di dalam tembok / lantai. Kontraktor harus membuat alur-alur dan lubang-lubang yang diperlukan pada tembok sesuai pada kebutuhan pipa. Setelah pipa dipasang, diklem dan diuji harus ditutup kembali sehingga tidak keliharan dari luar. Cara penutupan kembali harus seperti semula dan finish yang rapi sehingga tidak terlihat bekas-bekas dari bobokan. 4.5.2. Pipa Mendatar. Untuk pipa yang berada di atas atap dan di bawah lantai, pipa harus dipasang dengan penyangga (support) atau penggantung (hangger). Jarak antara pipa dengan dinding penggantungan bisa disesuaikan dengan keadaan lapangan. 4.5.3. Penyambung Pipa. a. Sambungan Ulir. Penyambung an ulir antara pipa derigan fitting dilakukan untuk pipa dengan diameter sampai 40 mm (11/2"). Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sedemikian rupa, sehingga fitting dapat masuk pada pipa dengan diputar tangan sebanyak 3 uiir. Semua sambungan ulir harus nenggunakan perapatan henep dan zinkwite dengan campuran minyak. Semua pemotongan pipa menggunakan pipe cutter dengan pisau roda. Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas pemotongan dengan reamer. Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan. b. Sambungan Lem. Penyambungan antara pipa dengan fitting PVC menggunakan lem yang sesuai dengan jenis pipa dan menurut rekomendasi pabrik. Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, dan hal ini dapat dilakukan dengan alat press khusus. Pemotongan pipa harus tegak lurus terhadap pipa. c. Sambungan Las. Sambungan las hanya diijinkan untuk pipa selain pipa air minum. Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fitting las, dengan kawat las / elektrode yang sesuai. Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja sesudah mendapatkan ijin tertulis dari Konsultan Manajemen Konstruksi.
75
Setiap bekas sambungan las harus segera di cat dengan cat khusus untuk itu. d. Sleeves. Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut menembus beton. Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan ruang longgar di luar pipa maupun isolasi. Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang atau baja. Untuk yang diinginkan kedap air harus di lengkapi dengan sayap / flens / water stop. Untuk pipa-pipa harus menembus kontruksi bangunan yang mempunyai lapisan kedap air (water proofing) harus dari jenis flushing sleeves. Rongga antara pipa dan sleeve harus dibuat kedap air dengan rubber seal atau caulk. 4.5.4. Penanaman Pipa di Dalam Tanah. a. Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan. b. Diberi pasir urug padat setebal 10 cm c. Pada setiap sambungan pipa harus dibuat lubang galian yang dalamnya 50 mm untuk penempatan pipa sambungan pipa. d. Pengadaan testing terhadap tekanan dan kebocoran. e. Setelah hasilnya baik, ditimbun kemhali dengan pasir urug padat setebal 15 cm dihitung dari alas pipa. f. Di sekitar fitting dari pipa ha[-us dipasang halok / penguat dari beton agar fitting-fitting tidak bergerak jika beban tekan diberikan.. g. Kemudian diurug dengan tanah bekas galian sampai seperti keadaan semula 4.5.5. Pengujian Terhadap Tekanan dan Kebocoran. a. Setelah semua pipa dan perlengkapannya terpasang, harus diuji dengan tekanan hidrolis Kg/Cm2 selama 24 jam tanpa teijadi perubahan / penurunan tekanan. b. Peralatan pengujian ini harus disediakan oleh kontraktor. c. Pengujian harus disaksikan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi ( Pengawas ) atau yang kuasakan untuk itu. d. Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian Kontraktor harus memperbaiki bagian-bagian yang rusak dan melakukan pengujian kembali sampai berhasil dengan baik. e. Dalam, hal ini semua biaya ditanggung oleh Kontraktor, termasuk biaya pemakaian air dan listrik.
76
4.5.6. Pengujian Sistem Kerja (Trial Run) Setelah semua instalasi air bersih lengkap, temasuk penyambungan ke pipa distribusi, Kontraktor diharuskan melakukan pengujian terhadap sistem-sistem kerja (trial run) dari seluruh instalasi air bersih, yang disaksikan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi ( Pengawas ) atau yang ditunjuk untuk itu sampai sistem bisa bekerja dengan baik. 4.5.7. Pekerjaan Lain-Lain Termasuk di dalam pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor adalah pembobokan dinding / selokan, penggalian dan pengangkutan tanah dari hasil dan lain-lain yang ditemui di site, serta memperbaiki kembali seperti semula. 5.0.
INSTALASI AIR KOTOR / AIR BUANGAN 5.1.
Material 5.1.1. Pipa di Dalam Bangunan. Pipa dengan ukuran 1'/2"-4" baik pipa utama maupun pipa cabang mengunakan PVC class AW. Pipa PVC sek.WAVIN atau sctara. 5.1.2. Pipa di luar Bangunan Dari ujung pipa di dalam bangunan menuju ke saluran drainase menggunakan pipa PVC class AW. Pipa PVC sek.WAVIN atau setara. 5.1.3. Accessories. a. Fitting dari pipa PCV harus dari hahan yang sarna (PVC) yang dibuat dengan cara injection moulding. b. Floor drain dan clean out dari bahan stainless-steel. c. Saringan air hujan / roof drain terbuat dari besi tulang atau fiber class. d. yang mempunyai benfuk badan cembung yang berflungsi sebagai sediment bowl.
5.2.
Cara Pemasangan Pipa. 5.2.1. Pipa di Dalam Bangunan (trmasuk pipa vent). a. Pipa Mendatar. Pipa dipasang dengan kemiringan (slope) 1-2 %. Perletakan pipa harus diusahakan berada pada tempat yang tersembunyi baik di dinding / tembok maupun pada ruang yang berada di bawah lantai. 77
Setiap pencabangan atau penyambungan yang merubah arah harus menggunakan fitting dengan sudut 45° (misalnya Y branch dan sebagainya) jenis long radius. b. Pipa di Dalam Tanah. Pipa dipasang dan ditanam di bawah permukaan tanah / jalan dengan tebal / tinggi timbunan minimal 80 cm diukur dari atas pipa sampai permukaan tanah / lantai. Sebelum pipa ditanam pada dasar galian harus diurug dahulu dengan pasir padat setebal 10 cm. Selanjutnya setelah pipa diletakkan, di sekeliling dan di atas pipa kemudian diurug dengan tanah sampai padat. Kontruksi permukaan tanah / lantai bekas galian harus dikembalikan seperti semula. c. Penanaman Pipa. Dasar dari lubang parit harus diratakan dan dipadatkan. Pada tiap-tiap sambungan pipa harus dibuat galian yang dalamnya 50 mm. Untuk mendapatkan sambungan pipa pada bagian yang membelok ke atas (vertikal) harus diberi landasan dari beton. Caranya seperti pada gambar perencanaan. Dalamnya perletakan pipa disesuaikan dengan memiringan 1-2% dari titik mula di dalam gedung sampai ke saluran drainage. 5.2.2. Pipa Saldran Luapan Septic Tank. Pipa dipasang dan ditanam di hawah permukaan tanah / jalan kemiringan 1-2% dari titik permulaan septic tank ke drainage kota. Untuk perletakan pipa yang melintasi jalan kendaraan dengan kedalaman kurang dari 90cm, pada bagian atas pipa harus dilindungi pelat beton bertulang dengan tebal 10 cm, pelat beton tersebut tidak tertumpu pada pipa. 5.2.3. Penyambungan Pipa a. Pipa PVC dengan diameter 3" ke atas yang dipasang di bawah pelat lantai dasar harus disambung dengan rubber ring joint b. Sedangkan pemipaan lainnya disambung dengan solvent cement c. Pipa yang harus disambung dengan solvent cement harus dibersihkan terlebih dahulu sehingga bebas dari kotoran dan lemak.
78
d. Pembersihan tersebut dilakukan terhadap bagian permukaan dan dalam dari pipa yang akan saline mclekat. e. Pada waktu pelaksanaan penyambungan, bagian dalam dari pipa yang akan disambung harus bebas dari bendabcnda / kotoran yang dapat mengganggu kelancaran air di dalam pipa. 5.3.
Cara Pemasangan Floor Drain dan Clean Out Floor drain dan clean out harus dipasang sesuai dengan gambar perencanaan. Penyambungan dengan pipa harus dilakukan secara ulir (screw) dan membentuk sudut 450 dengan pipa utamanya.
5.4.
Pengujian 5.4.1. Seluruh sistem air kotor / buangan harus diuji terhadap kebocoran sebelum disambung ke peralatan. Tekanan kerja maksimum adalah 8 kg/cm2 dan tekanan pengujian adalah 12,5 Kg/Cm2 5.4.2. Pengujian dilakukan dengan tekanan air setelah ujung pipa ke peralatan ditutup rapat. Untuk pemipaan air kotor, bekas dan air hujan, pengujian dilakukan sebelum pemipaan disambungkan ke peralatan sanitasi, dengan jalan mengisi pemipaan dengan air. Pemeriksaan dilakukan setelah 24 jam kemudian dan harus tidak terjadi pengurangan volume air. 5.4.3. Peralatan dan bahan untuk bahan pengujian disediakan oleh kontraktor. 5.4.4. Kontraktor harus memperbaiki seqala cacat dan kekurangan-kekurangannya. 5.4.5. Konsultan Manajemen Konstruksi berhak meminta pengulangan pengujian bila hal ini dianggap perlu. 5.4.6. Dalam hal pengujian yang tidak dilakukan dengan balk atau kurang memuaskan, maka biaya pengujian/pengulangan pengujian adalah termasuk tanggung jawab kontraktor. 5.4.7. Peralatan toilet dapat dipasang setelah hasil pengujian dinyatakan balk oleh Konsultan Manajemen Konstruksi ( Pengawas )
79
6.0.
PERSYARATAN KONSTRUKSI UMUM MOTOR-POMPA 6.1.
Pompa Air Bersih. 6.1.1. Pompa-pompa dari jenis non-self priming denqan efisiensi minimum 70% pada sekitar + 10 % dari titik kerjanya. 6.1.2. Pompa dan motor khusus dirancang untuk mentransfer air minum. 6.1.3. Seal menggunakan jenis maintenance free-mechanical seal 6.1.4. Badan pompa menggunakan besi cor (cast iron) kualitas ductile yang khusus untuk air minum. 6.1.5. Sudu (impeller) dan guide vane menggunakan stainless-steel atau sejenisnya yang khusus untuk air minum. 6.1.6. Poros menggunakan baja tahan karat (stainless-steel), shaft seal faces terbuat dari tungsten carbide. 6.1.7. Bantalan menggunakan bantalan luncur tanpa pelumasan khusus selain air. 6.1.8. Pompa, poros dan kopling harus terbalans secara baik. 6.1.9. Pompa dikonstrusikan menyatu dengan motornya pada landasan baja yang tunggal (base plate). 6.1.10.Setiap pompa harus dibuatkan saluran pembuangan (drainage) bocoran air ke saluran buangan terdekat . 6.1.11.Secara utuh pompa dan motor tidak boleh menimbulkan getaran dan suara di atas normal (50 dB A). 6.1.12.Pompa dan motor dihubungkan secara langsung (direct driven) dengan kopling fleksibel. 6.1.13.Pompa dilengkapi dengan pipa priming yang diambil dari priming tank. 6.1.14.Setiap pompa harus dilengkapi dengan automatic stop stwich yang mendapat sinyal dari water level control yang diletakan di dalam ground reservoir.
6.2.
Motor untuk pompa air bersih. 6.2.1. Motor adalah jenis motor induksi rotor sangkar.
80
6.2.2. Motor sesuai untuk bekerja pada jaringan listrik 220/380 V, 3 fasa, 50 Hz. 6.2.3. Motor diatas 2.0 kW mengunakan starter star-delta otomatis, sedangkan untuk motor dengan daya kuranq dari 2,0 kW menggunakan starter direct-on-line (DOL). Perintah start otomatis berasal dari pressure switch yang diletakan d pemipaan header. 6.2.4. Belitan motor menggunakaii isolasi kelas F. 6.2.5. Motor setidaknya dilindungi dengan : -
automatic short-circuit / over curren protector automatic thermal protection relay automatic under voltage dan phase failure cut off relay
6.2.6. Rotor, poros dan koplinq harus terbalans secara balk. 7.0.
SPESIFIKASI POMPA AIR 7.1
Pompa Distribusi (Transfer ) Jenis : Centrifugal end section Jumlah : 2 (dua) buah Head nominal : 25 meter Kapasitas nominal : 35 USPGM Daya pompa : 2,2 kW Putaran : 2900 rpm Tegangan kerja : 380 V, 3 fasa, 50 Hz Starter : star-delta started controlled by WLC Pompa dan motor sek. EBARA , GROUNDFOOS atau setara
81
PASAL 28 PEKERJAAN TATA UDARA 1.0.
UMUM Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Tata Udara yang diuraikan di sini adalah persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengertian instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-Syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.
2.0.
Lingkup Pekerjaan Yang dicakup dalam pekerjaan instalasi ini adalah pengertian bekerjanya sistem tata udara secara keseluruhan maupun bagian-bagiannya seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang-barang / material, instalasi (termasuk pembobokan dan perapihan kembali), testing & commissioning dan pemeliharaan. Keterangan-keterangan yang tidak diterangkan dalam spesifikasi maupun gambar tetapi perlu untuk pelaksanaan dari pekerjaan secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini. Secara garis besar, pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan peralatan sebagai berikut : 2.1.
Split System air conditoner, terdiri dari : 2.1.1. Out door condensing unit 2.1.2. Indoor Fan Coil Unit 2.1.3. Sistem pemipaan refrigerant beserta isolasinya dan alat-alat bantu yang diperlukan. 2.1.4. Sistem pemipaan drainase (pengembunan) beserta isolasinya dan alat-alat bantu yang diperlukan. 2.1.5. Instalasi listrik daya dan kontrol atau out door condensing unit dan fan coil unit lengkap dengan konduit yang diperlukan.
2.2.
Pekerjaan Exhaust Fan Toilet dan Ruang-ruang arsip, terdiri atas 2.2.1. Exhaust Fan beserta rangka dan starter switch 2.2.2. Instalasi Ducting
2.3.
Integrasi dan pengujian sistem / instalasi sampai berfungsi dengan baik dan dapat diterima. Segala sesuatu mengenai lingkup pekerjaan ini yang masih kurang jelas, Kontraktor dapat menanyakan lebih lanjut kepada Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana atau pihak lain yang ditunjuk untuk ini. 139
3.0.
Apabila sampai terjadi kelalaian dan kekurangan, Kontraktor harus bertanggung jawab atas kerugian-kerugian yang mungkin terjadi. Dalam hal ini, Kontraktor harus memperhitungkan di dalam harga air conditioner system segala biaya pengetesan di lapangan serta pengadaan listrik kerja. Sistem / tata cara pengetesan harus disampaikan secara tertulis dua minggu sebelum jadwal pengetesan. Lingkup Pekerjaan 3.1.
Pengecatan Kontraktor harus mengecat semua rangka penggantung, rangka penyangga, semua unit yang dirakit di lapangan dan unit-unit yang diperlukan serta bahan-bahan yang mudah berkara dengan lapisan cat dasar sesuah itu dicat lagi dengan persyaratan pengecatan yang harus sesuai untuk bahan masing-masing. Cat yang digunakan adalah AVIAN / SEIV atau setara.
3.2.
Peredam Getaran Kontraktor harus menyediakan dan memasang peredam getaran (vibration damper) pada seluruh peralatan yang menimbulkan getaran. Type disesualkan dengan mesin yang bersangkutan berdasarkan rekomendasi pabrik.
3.3.
Pipa Pembuangan (Drain) 3.3.1. Kontraktor harus memasang saluran-saluran pipa pembuangan (drainage pipe di semua indoor fan coil unit (FCU) yang kemudian dihubungkan ke saluran pembuangan, sesuai dengan gambar rencana atau sesuai dengan kondisi lapangan atas petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi ( Pengawas ) 3.3.2. Pipa drain dan fitting-fittingnya harus dari jenis PVC (polyvinyl chloride) kelas AW dengan metode penyambungan antar pipa atau antara pipa dengan fitting menggunakan solvent cement (SO-Solvent Cement Joint). Merek pipa dan fitting WAVIN atau setara. 3.3.3. Untuk mencegah pengembunan, pipa pembuangan harus diisolasi dengan bahan isolasi yang sesuai. Untuk pipa drain yang terbuka (tidak tertanam di dalam dinding) elastromeric tubing insulation ex Armstrong (Armaflex) atau setara. Sedangkan pipa drain yang tertanam di dalam dinding harus diisolasi dengan self adhesive insulating tape ex Armstrong (Armaflex) atau setara. 140
3.3.4. Metode pemasangan pipa drain ke unit FCU harus sesuai dengan rekomendasi pabrik, sesual dengan gambar rencana. 3.3.5. Pemasangan pipa drain harus rapi dan kokoh. Untuk pipa drain yang dipasang di antara plafon dengan pelat lantai diatasnya, pipa diletakkan di atas rak kabel / rak pipa atau digantung dengan penggantung pipa. Untuk pemasangan pipa drain yang digantung, jarak antar penggantung tidak lebih dari 2 meter. Penggantung pipa harus terbuat dari pelat baja strip 30 mm x 3 mm, dilengkapi dengan batang baja 0 1/2" yang ujungujungnya berulir untuk levelling. Pemasangan penggantungan ke pelat baja dilakukan dengan ramse4c / dynabolt. Penggantung harus dicat dengan lapisan cat dasar (primer) dan dicat akhir dengan cat besi ex ICI hitam (R 404-40009). 3.4.
Pemipaan Refrigerant 3.4.1. Kekebalan pipa tembaga / pipa refrigerant tersebut paling tidak sebagai berikut : Diameter (inchi) ¼ 3/8 ½ 5/8 ¾ 1 1¼
(mm) 6,4 9,5 12,7 15,9 19,1 25,5 31,8
Tebal Dinding (mm) 0,762 0,889 1,016 1,067 1,143 1,27 1,27
merek pipa tembaga adalah CRANE ENFIELD atau setara. 3.4.2. Pemipaan dilengkapi dengan accerosis yang diperlukan, antara lain isolasi, elbow dan lain sebagainya sesuai dengan standar pabrik sehingga diperoleh instalasi pemipaan yang memuaskan. 3.4.3. Dimensi () pipa tembaga yang digunakan untuk masingmasing peralatan (out door condensing unit dan fan coil unit), baik liquid maupun gas side harus sesuai dengan standar pabrik sehingga diperoleh sistem operasi serta performance yang memuaskan.
141
3.4.4. Seluruh pemipaan refigerant sisi gas (gas side), harus diisolasi dengan thermaflex, sedangkan pemipaan sisi cairan (liquid side) tidak diisolasi. 3.4.5. Untuk satu jalur pemipaan, dari outdoor condensing unit menuju fan coil unit, pipa refrigerant gas dan liquid diikat bersama dengan cable dan diberi label untuk penandaan yang mempermudah perawatan. 3.4.6. Metode pemasangan pipa refigerant ke unit-unit outdoor condensing unit adalah flare connection (liquid side) dan brazing connection (gas side) atau dengan cara sesuai rekomendasi pabrik. Sedangkan untuk unit fan coil unit, metode penyambungan untuk kedua sisi adalah flare connection. 3.4.7. Penyambungan pipa refrigerant dengan fitting menggunakan metode solder, dengan bahan pengisi tanpa flux jenis hard solder yang memenuhi standar AS Bcup-2 (phosphor copper solder). 3.4.8. Harus diusahakan penggunaan panjang pipa yang maksimal untuk mengurangi titik penambungan / titik antar pipa. 3.4.9. Semua pipa refrigerant harus dipasanq secara rapi dan sejajar, diletakkan di posisi sesuai dengan gambar rencana. 3.4.10 Bila diperlukan penyangga, ukuran penyangga / klem disesualkan dengan ukuran pipa dan isolasinya sedemikian rupa, sehingga tidak merusak isolasinya serta memudahkan pemeliharaan / perbaikan di kemudian hari. 3.5.
Pemasangan Fan Coil Unit & Outdoor Condensing Unit 3.5.1. Pemasangan unit Fan Coil Unit dan Outdoor Condensing Unit harus sedemikian rupa, sehingga pembersihan maupun perbaikkannya dapat dilakukan dengan mudah. Kontraktor harus memberitahukan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi tentang cara dan urutan pembersih / perbaikan peralatan tersebut. 3.5.2. Semua Fan Coil Unit dipasang benar-benar mendatar dan harus ditumpu dengan balk. Gantungan harus dipasang pada konstruksi dengan kuat menggunakan dynabolt, dengan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan. Hasil akhir pemasangan Fan Coil Unit terhadap plafon harus benar-benar rapi dan rapi, tanpa celah antara panel dengan 142
plafon. 3.5.3. Posisi pemasangan unit-unit outdoor direncanakan di lantai tambahan (balkon) khusus untuk Outdoor Condensing Unit di atas kanal CNP 10 cm. Dalam hal ini Kontraktor untuk memeriksa kembali posisi penempatan Outdoor Condensing Unit dan menyarankan posisi yang terbaik untuk mencapai operasi yang memuaskan. Untuk meredam getaran, di antara unit Outdoor Condensing Unit dengan kanal C sebagai penumpu diselipkan vibration damper jenis neophrene rubber pad dengan ketebalan minimum 5 cm atau sesuai dengan rekomendasi pabrik. 3.6.
Persyaratan Peralatan Air Conditiong (AC) 3.6.1. Umum Kontraktor harus rnemasang unit-unit outdoor (out door condesing unit) dan unit-unit indoor (indoor fan coil unit) jenis air cooled split system, controler, pemipaan, drain dan lain sebagainya secara lengkap sesuai dengan gambar dokumen, skedul, spesifikasi serta sesuai persyaratan pabriknya. 3.6.2. AC harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut a. AC harus mempunyni kapasitas pendingin dan volume udara seperti yang ditunjukkan dalam skedul / gambar rencana. b. Seluruh FCU harus dilengkapi dengan rangka isolasi (installation casing), haik air kondensasi (drain pan), saringan pembersih udara (cleanable filter), pipa drain yang diisolasi, motor effisiensi tinggi, fan (kipas) jenis direct fan dan motor. c. Fan FCU harus mempunyai tiga pilihan putaran kecepatan, yaitu high, mediurn, dan low serta off. Putaran pada kecepatan medium tidak boleh melebihi 800 rpm. d. Seluruh A/C harus dilengkapi dengan thermostat, expansion valve, compressor, condensor dan periengkapan Ialnnya, sehingga sistem dapat bekerja dengan sempurna. e. Putaran fan motor FCU pada kecepatan tinggi (high speed) tidak bole f. melebihi Noise Criteria (NC) 40. Seluruh bagian yang bergerak harus g. diseimbangkan terlebih dahulu (balanced) oleh pabrik. h. Seluruh motor fan indoor; motor fan condenser dan compresor harus 143
i. dilengkapi dengan pengaman arus lebih. j. Pengontrolan unit-unit FCU dilakukan secara elektronik terhadap startk. stop, temperature setting, air flow rate dan lain sebagainya melalui infrated remote controller (wireless). l. Controller dilengkapi dengan LCD display yang akan menampilkan seluruh kemampuan pengontrolan dan inspeksi. m. Merk yang digunakan sek. LG 4.0.
Pengujian 4.1. Sebelum dilakukan pengujian (testing & commissioning), kontraktor diwajibkan menyerahkan prosedur untuk disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi paling lambat 2 (dua) minggu sebelum jadwal pengujian dilakukan. 4.2.
Semua pengujian dilakukan setelah sistem berjalan dengan baik secara kontinyu selama 12 jam.
4.3.
Pengukuran dan pengujian terakhir harus dilakukan setelah sistem sesuai atau mendekati persyaratan teknis yang direncanakan. Semua peralatan pengujian dan pengukuran harus tertera sebelum dan setelah dipergunakan. Alat uji dan ukur harus disediakan secara lengkap oleh Kontraktor.
4.4.
4.5.
Pengukuran dan pengujian harus dilakukan pada saat suhu udara luar mencapai 29°C - 35°C.
144
PASAL 22 SYARAT-SYARAT UMUM TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL 1.0.
UMUM Syarat-syarat instalasi Elektrikal ini berisi perincian yang memperjelas / menambahkan hal-hal yang tercantum dalam Buku Syarat-syarat Administrasi. Dalam hal ini Buku Syarat-syarat Administratif saling melengkapi dengan Syarat-syarat Umum Teknis Elektrikal.
2.0.
PERSYARATAN PELAKSANAAN 2.1.
2.2.
2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. 2.8.
Instalasi yang dinyatakan di dalam spesifikasi ini harus dilaksanakan sesuai dengan undang-undang dan peraturanperaturan yang berlaku saat ini di Indonesia serta tidak bertentangan dengan ketentuan dari Jawatan Keselamatan Kerja. Cara dan teknik pemasangan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dan telah ditetapkan sebagai peraturan pemasangan instalasi ini oleh Badan yang berwenang dalam hal ini, bila tidak ada petuniuk dari Konsultan Manajemen Konstruksi. Pelaksanaan pekerjaan harus ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam instalasi Elektrikal, untuk dapat dipertanggung jawabkan. Tenaga ahli harus ditempatkan di lapangan oleh Kontraktor sehingga dapat berdiskusi dengan Konsultan Manajemen Konstruksi pada waktu pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor diharuskan melaksanakan pekerjaan test penuh di bawah persyaratan operasionil. Testing harus dilaksanakan di hadapan Konsultan Manajemen Konstruksi. Penggantian material yang kurang baik atas kesalahan pemasangan adalah tanggungjawab Kontraktor dan Kontraktor harus mengganti / memperbaiki hal tersebut diatas. Semua biaya dan pengurusan perijinan, lisensi, pengujian adalah tanggung jawab kontraktor. Semua syarat-syarat penerimaan bahan, peralatan, cara-cara pemasangan kualitas pekerjaan dan lain-lain, untuk sistim instalasi Elektrikal ini harus sesuai dengan standar-standar sebagai berikut : 2.8.1. Persyaratan Umum Instalasi Listrik th. 2000 2.8.2. Peraturan yang telah ditentukan PLN lainnya. 2.8.3. Penanggulangan Bahaya Kebakaran, Peraturan DKI No. 3 tahun 1975. 2.8.4. Pedoman Pengawasan Instalasi Listrik, Departemen Tenaga Kerja & Transmigrasi No. 59/DP/1980. 2.8.5. Pedoman dan Petunjuk Keselamatan Kerja PLN No. 48.
82
2.8.6. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP). 2.8.7. International Electrotechnical Commission (IEC) 2.8.8. British Standard (BS) 2.8.9. Verband Deutscher Electrotechniker (VDE) 2.8.10. N.F.P.A dan F.O.C sebagai pelengkap. 2.8.11. Peraturan Telekomunikasi 1989. 2.8.12. Peraturan-peraturan lain yang berlaku setempat. Semua peralatan dan mesin yang dipasang untuk sistim Elektrikal ini selain dari persyaratan-persyaratan tersebut diatas, juga tidak boleh menyimpang dari persyaratan yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya. 2.9.
Pekerjaan dianggap selesai apabila 2.9.1. Telah mendapat surat pernyataan bahwa instalasi baik dari Konsultan Manajemen Konstruksi. 2.9.2. Semua persoalan mengenai kontrak dengan Pemilik telah dipenuhi, sehingga Pemilik dapat membenarkannya. 2.9.3. Seluruh instalasi terpasang telah ditest, bersama-sama dengan Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan Perencana dan Pemilik dengan hasil baik, sesuai dengan spesifikasi teknis.
2.10. Kontraktor 2.10.1 Hanya Kontraktor yang diundang yang berhak mengikuti pelalangan ini. 2.10.2 Yang dimaksud dengan Kontraktor di dalam spesifikasi ini adalah badan pelaksana yang telah terpilih dan memperoleh kontrak kerja untuk penyediaan dan pemasangan instalasi Elektrikal ini sampai selesai. Kontraktor bertanggungjawab atas pelaksanaan instalasi Elektrikal dalam proyek ini dan menempatkan paling tidak seorang tenaga ahli yang setiap saat dapat berdiskusi dan dapat memutuskan setiap persoalan teknis dan administrasi di lapangan. 2.10.3 Kontraktor harus bersedia mengikuti peraturan-peraturan di lapangan yang di tentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. 2.10.4 Kontraktor wajib mempelajari dan memahami semua undang-undang, peraturan-peraturan, persyaratan umum, maupun suplementernya, persyaratan standar internasional, persyaratan pabrik pembuat unit-unit peralatan, buku-buku
83
dokumen pelelangan, bundel gambar-gambar serta segala petunjuk tertulis yang telah dikeluarkan. 2.10.5 Kontraktor dapat meminta penjelasan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi atau pihak lain yang ditunjuk, bilamana menurut pendapatnya pada dokumen-dokumen pelelangan, gambar-gambar atau lainnya terdapat hal-hal yang kurang jelas. 2.10.6 Kontraktor wajib mempelajari dan memeriksa juga pekerjaan-pekerjaan pelaksanaan dari pihak-pihak Kontraktor lain yang ikut mengerjakan proyek ini apabila pekerjaan pihak lain dapat mempengaruhi kelancaran pekerjaannya. Bilamana sampai terjadi gangguan, maka Kontraktor wajib mengerjakan saran-saran perbaikan untuk segenap pihak. Apabila hal ini dilakukan, kontraktor tetap bertanggung jawab atas segala kerugian-kerugian yang ditimbulkan. 2.11. Koordinasi Dengan Pihak Lain. 2.11.1 Untuk kelancaran pekerjaan, Kontraktor harus mengadakan koordinasi / penyesuaian pelaksanaan pekerjaannya dengan seluruh disiplin pekerjaan lainnya atas petunjuk ahli sebelum mengerjakan dimulai pada waktu pelaksanaan. Gangguan dan konflik di antara Kontraktor harus dihindari. Keterlambatan pekerjaan akibat tidak adanya koordinasi menjadi tanggung jawab kontraktor. 2.11.2 Kontraktor wajib bekerja sama dengan pihak-pihak lainnya demi kelancaran pelaksanaan proyek ini, terutama koordinasi dengan pihak Kontraktor sipil maupun arsitektur. 2.11.3 Kontraktor wajib berkonsultasi dengan pihak-pihak lainnya, agar sejauh / sependapat mungkin digunakan peralatanperalatan yang seragam dan merk yang sama untuk seluruh proyek ini agar mudah memeliharanya. 2.11.4 Untuk semua peralatan clan mesin yang disediakan, atau diselesaikan oleh pihak lain atau yang diberi dari pihak lain yang termasuk dalam lingkup instalasi sistem ini, Kontraktor
84
bertanggung jawab penuh atas segala peralatan dan pekerjaan ini. 2.11.5 Kontraktor harus mengijinkan, mengawasi, dan rnemberikan petunjuk kepada Kontraktor lainnya untuk melakukan penyambungan kabel-kabel, pemasangan sensor-sensor, perletakan peralatan / instalasi, pembuatan sparing dan lainlain pada dan untuk peralatan Elektrikal agar sistim Elektrikal keseluruhan dapat berjalan dengan sempurna. Dalam hal ini Kontraktor masih tetap bertanggung jawab penuh atas peralatan-peralatan tersebut. 2.11.6 Penolakan Pekerjaan Sistem Elektrikal. Apabila sistem pekerjaan ini tidak lengkap atau ada bagian yang cacat, gagal atau tidak memenuhi persyaratan dalam spesifikasi dan gambar, ternyata Kontraktor gagal untuk melaksanakan perbaikan ini dalam waktu yang cukup menurut Konsultan Manajemen Konstruksi serta pihak yang berwenang, maka keseluruhan atau sebagian dari sistem ini sebagaimana kenyataannnya, dapat ditolak dan diganti. Dalam hal ini pemilik dapat menunjuk pihak ketiga untuk melaksanakan pekerjaan tersebut di atas dengan baik atas biaya dan tanggung jawab Kontraktor. 2.12. Pengawasan Instalasi 2.12.1 Shop Drawing. Sebelum nelaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus rnembuat gambar kerja / shop drawing. Gambar kerja tersebut haruslah gambar yang telah dikoordinasikan dengan semua disiplin pekerjaan pada proyek ini dan disesuaikan dengan koordinasi lapangan yang ada. Pekerjaan baru dapat dimulai bila gambar kerja telah di.periksa dan disetujui oleh Konsultan Manajernen Konstruksi. 2.12.2 Kontraktor harus memberikan contoh semua bahan yang akan digunakannya kepada Konsultan Manajemen Konstruksi atau pihak yang ditunjuk untuk dimintakan persetujuannya secara tertulis untuk dapat dipasang. Seluruh contoh harus sudah diserahkan di dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sesudah Kontraktor memperoleh SPK.
85
2.12.3
Kontraktor harus membuat jadwal / skedul waktu pelaksanaan, skedul tenaga kerja, skedul pengadaan peralatan dan net-work planning yang terinci untuk setiap pekerjaannya dan diserahkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi atau pihak lain yang ditunjuk untuk mendapatkan persetujuannya. Skedul dan net-work planing harus diserahkan dalam waktu 15 (lima belas) hari kalender sesudah menerima SPK.
2.12.4 Kontraktor harus mendapakan a. Laporan Keglaton pekerjaan harian. b. Laporan prestasi pekerjaan dan pengadaan material mingguan. c. Laporan prestasi pekerjaan bulanan beserta foto-foto dokumentasi. 2.12.5 Untuk setiap tahap pekerjaan sistem Elektrikal yang telah selesai dikerjakan, Kontraktor harus mendapatkan pernyataan tertulis dari pihak Konsultan Manajemen Konstruksi atau pihak yang ditunjuk yang menerangkan bahwa setiap pekerjaan sistem Elektrikal telah selesai dikerjakan sesuai dengan persyaratan yang ada. Tahap-tahap pekerjaan sistem ini ditentukan kemudian, berdasarkan pada jadwal perincian waktu yang diserahkan oleh kontraktor. 2.12.6 Di dalam setiap pelaksanaan pengujian dan trial-run pekerjaan sistim Elektrikal ini harus dihadiri pihak Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan Perencana, ahli atau pihak-pihak lain yang ditunjuk. Untuk ini harus dibuatkan berita acaranya bersama pemegang merk peralatan yang diuji dan dari Kontraktor yang bersangkutan peralatan unutk pengujian harus berkualitas baik dan sudah tertera. Semua biaya pada waktu pengetesan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. 2.12.7 Kontraktor wajib melaporkan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi atau ahli yang ditugaskan apabila sekiranya terjadi kesulitan atau gangguan-gangguan yang mungkin terjadi pada saat melaksanakan pekerjaan.
86
2.12.8 Untuk pekerjaan di luar jam I:erja, biaya yang dikeluarkan Konsultan Manajemen Konstruksi untuk pengarahan dan pengawasannya ditanggung oleh Kontraktor. 2.13. Pembersihan Lapangan 2.13.1 Setiap hari setelah selesai bekerja, Kontraktor harus membersihkan lapangan yang digunakan. Kontraktor hendaknya menghubungi pihak-pihak lain untuk koordinasi pembersihan lapangan tersebut. 2.13.2 Setelah kontraktor selesai, Kontraktor harus memindahkan semua sisa bahan pekerjaan dan peralatannya, kecuali yang masih diperlukan selama masa pemeliharaan. 2.14. Petunjuk Operasi, Pemeliharaan dan Pendidikan. 2.14.1 Pada saat penyerahan untuk pertama kali, Kontraktor harus menyerahkan : a. gambar-gambar jadi (as-built drawing), dalam bentuk gambar cetak yang disesuaikan dengan gambar Arsitek, Struktur, dll. b. katalog spare-parts. c. Buku petunjuk operasi dalam bahasa Indonesia. d. Buku petuniuk perawatan atas peralatan yang terpasang dalam kontrak ini juga dalam bahasa Indonesia. Data-data tersebut haruslah diserahkan kepada pemilik sebanyak 3 (tiga) set dan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi 2 (dua) set. Bila gambar dandata-data tersebut belum lengkap diserahkan maka pekerjaan Kontraktor belum diprestasikan 100 %. 2.14.2 Kontraktor harus memberikan pendidikan teori dan praktek mengenai operasi dan perawatannya kepada petugaspetugas teknik yang ditunjuk oleh Konsultan Manajemen Konstruksi secara cuma-cuma sampai cakap menjalankan tugasnya, minimal 3 orang selama 3 bulan sesudah penyerahan pertama proyek dilakukan. Kontraktor harus mengajukan rencana sistim pendidikan ini terlabih dahulu kepada Konsultan Manajemen Konstruksi. Pendidikan ini dan segala biaya pelaksanannya menjadi tanggungjawab Kontraktor. 2.14.3 Kontraktor harus pula memberikan 2 (dua) set ringkasan petunjuk operasi dan perawatan yang dibuat dalam bahasa
87
Indonesia kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan sebuah lagi hendaknya dipasang dalam suatu kaca berbingkai dan ditempatkan pada dinding dalam ruang mesin utama lain yang ditunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi. 2.15. Service dan Garansi. Keseluruhan instalasi Elektrikal harus memiliki garansi 1 (satu) tahun sesudah tanggal saat sistem diterima oleh Konsultan Manajemen Konstruksi secara balk (setelah masa pereliharaan). 2.15.1 Kontraktor harus bertanggung jawab atas seluruh peralatan yang rusak selama masa garansi, termasuk penyediaan suku cadang. 2.15.2 Kontraktor wajib mengganti biaya sendiri setiap kelompok barang-barang atau sistim yang tidak sesuai dengan persyaratan spesifikasi, akibat kesalahan pabrik atau pengerjaan yang salah selama jangka waktu 180 (seratus delapan puluh) hari setelah proyek ini diserah terimakah untuk pertama kalinya. 2.15.3 Kontraktor wajib menempatkan 2 (dua) orang pada setiap hari kerja untuk mengoperasikan / merawat peralatan Elektrikal dan mendatangkan 1 (satu) orang supervisor sekali seminggu untuk memeriksa atau melakukan penyetelan peralatan selama masa pemeliharaan. 2.16. Izin. 2.16.1 Semua izin-izin dan persyaratan-persyaratan yang mungkin diperlukan untuk melaksanakan Instalasi ini harus dilakukan oleh Kontraktor atas tanggungan dan biaya Kontraktor. 2.16.2 Semua pemeriksaan, pengujian dan lain-lain, beserta keterangan resminya yang mungkin diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini haruslah dilakukan oleh Kontraktor atau pihak lain yang ditunjuk oleh Direksi / Pengawas dengan semua biaya atas beban Kontraktor. 2.16.3 Kontraktor harus bertanggung jawab atas penggunaan alatalat yang dipatenkan serta kemungkinan tuntutan ganti rugi dan biaya-biaya yang diperlukan untuk ini. Untuk hal ini kontraktor wajib menyerahkan Surat Pernyataan mengenai hal tersebut diatas.
88
2.16.4 Kontraktor harus menyerahkan semua izin atau keterangan resmi yang diperolehnya mengenai instalasi proyek kepada Konsultan Manajemen Konstruksi atau pihak yang ditunjuk, sebelum penyerahan kedua dilakukan. 2.16.5 Kontraktor harus memperoleh izin terlebih dahulu dari Konsultan Manajemen Konstruksi setiap akan memulai suatu tahapan pekerjaan, demikian pula bila akan melaksanakan pekerjaan diluar jam kerja (kerja lembur). 2.16.6 Kontraktor harus mendapatkan izin-izin yang berhubungan dengan pajak, pemerintahan setempat, badan yang berwenang terhadap instalasi yang dikerjakan. Dalam hal ini, biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan permintaan izin tersebut harus dibayar oleh Kontraktor, termasuk biaya memperbanyak gambar yang diperlukan untuk pengurusan IMB. 2.17. Kolerasi Pekerjaan 2.17.1 Pekerjaan galian dan penimbunan tanah untuk keperluan instalasi Elektrikal, dilaksanakan oleh Kontraktor. Kontraktor harus sudah memperhitungkan pengangkutan tanah bekas galian / pembersihan. 2.17.2 Semua pekerjaan pembuatan lubang-lubang dan penutupan kembali pada dinding, lantai, langit-langit untuk jalannya pipa dan kabel, di laksanakan oleh Kontraktor berikut perapihan / finishing-nya kembali. 2.17.3 Kontraktor harus menyediakan dan menyambung kabelkabel listrik dari peralatan-peralatan ke panel yang di sediakan oleh Kontraktor listrik sesuai dengan gambar dokumen tender. Untuk itu Kontraktor wajib memeriksa terlebih dahulu panel tersebut apakan sudah sesuai dengan peralatan yang akan di sambungkan. Segala akibat yang timbul akibat penyambungan ini menjadi tanggung-jawab Kontraktor. 2.17.4 Semua pekerjaan pembuatan pondasi untuk mesin di lakukan oleh Kontraktor. Kontraktor harus memberikan datadata, ukuran-ukuran, gambar-gambar dan peralatan yang diperlukan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk mendapat persetujuan.
89
2.17.5 Semua fasilitas yang di perlukan pada saat proyek berjalan, yaitu air, listrik, saniter darurat harus di sediakan oleh Kontraktor, dengan terlebih dahulu membuat gambar untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi. 2.17.6 Untuk pipa yang menembus dinding, lantai, langit-langit dan lain-lain, harus di beri lapisan isolasi peredam getaran dan pipa selubung (sleeve) untuk memudahkan perbaikan dan pemeliharaan dari segi teknis. Untuk itu Kontraktor di haruskan menyerahkan gambar kerja Konsultan Manajemen Konstruksi untuk di minta persetujuannya. Segala akibat pekerjaan tersebut harus sudah di perhitungkan dalam penawaran oleh Kontraktor. 2.17.7 Akibat pekerjaan tersebut diatas (pembobokan, pembongkaran dsb.) harus di tutup kembali seperti semula dan dirapikan / difinish yang rapi sehingga tidak terlihat lagi bekas-bekas pembobokan. 2.17.8 Selambat-lambatnya 1 ( satu ) bulan sesudah di tunjuk, Kontraktor harus menyerahkan gambar / data teknis listrik sesuai dengan keperluan peralatan yang akan di pasang, agar peralatan tersebut dapat beroperasi dengan balk berikut pengamanannya. Jika hal ini tidak di laksanakan, segala akibatnya menjadi tanggung-jawab Kontraktor. 2.18. Bahan 2.18.1 Kontraktor harus menyerahkan pada waktu tender, brosur teknis asli peralatan utama Elektrikal juga brosur asli, kabel, pipa konduit, detektor, sensor dan lainnya beserta data-data teknis dan mengisi daftar skedul dari peralatan tersebut. Pada bosur-brosur peralatan / bahan yang ditawarkan harus diberi tanda dengan warna yang jelas. 2.18.2 Apabila ada tanda-tanda serta bahan yang diajukan menyimpang dari yang disebutkan di dalam gambar-gambar dan spesifikasirlya, maka nilai evaluasi penawaran Kontraktor tersebut akan dikurangi dan Kontraktor tetap harus mengantinya sesuai dengan gambar dan spesifikasinya.
90
2.18.3 Semua Pelaksanaan instalasi yang berbeda dengan spesifikasi dan gambar, tanpa persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang harus diperbaiki dan diubah sesuai dengan spesifikasi dan gambar yang telah disepakati bersama, atas tanggungan biaya Kontraktor. 2.18.4 Semua bahan yang digunakan dalam instalasi ini harus baru, dalam keadaan baik, tidak bercacat, sesuai dengan spesifikasi dan gambar. Kontraktor harus menjaga kebersihan serta melindungi semua bahan-bahan yang digunakan dalam instalasi ini sebelum dipasang. 2.18.5 Bilamana ternyata dipakai / digunakan bahan / peralatan sama, bekas dipergunakan bercacat atau rusak, Kontraktor harus menggantinya dengan bahan-bahan atau peralatan yang baru dan tetap sesuai dengan spesifikasi dan gambar, atas biaya tanggungan Kontraktor. 2.18.6 Tidak diperkenankan mendatangkan bahan / peralatan masuk ke site sebelum contoh atau brosur disejujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Semua bahan yang telah masuk di site dan menyimpang dari ketentuan dalam spesifikasi, contoh ataupun brosur yang telah disejutui, maka bahan / peralatan tersebut harus dikeluarkan dari site dalam waktu 3 x 24 jam sejak diketahuinya penyimpangan itu oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. 3.0.
LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan instalasi sistim ini meliputi seluruh pengangkutan dan pengadaan bahan-bahan serta peralatan-peralatan utama, beralatan bantu, peralatan untuk instalasi, tenaga keija, pembuatan slat-alat pemasangan, termasuk pengadaan listrik dan air untuk keperluan pengujian dan keperluan keija. Keterangan-keterangan yang tidak dicantumkan di dalam spesifikasi maupun dalam gambar tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini. Perincian umum pekerjaan instalasi ini adalah sebagai berikut (perincian lebih lanjut dapat dilihat pada syarat-syarat Khusus Teknik) 3.1.
Sistim 3.1.1. 3.1.2. 3.1.3. 3.1.4.
Elektrikal Instalasi sistim distribusi listrik berikut panel-panel daya. Instalasi penerangan dan stop kontak. Instalasi penangkal petir. Instalasi fire alarm.
91
3.1.5. Instalasi telepon. 3.1.6. Instalasi tata suara 3.1.7. Instalasi data (LAN computer) 3.2.
Penyetelan seluruh sistim agar lengkap dan dapat bekerja dengan baik sesuai dengan persyaratan dokumen pelelangan dan gambargambar yang ada.
3.4.
Pengadaan pemasangan seluruh sistim instalasi Elektrikal sesuai gambar dokumen, spesifikasi dan lainnya sesuai dengan kontrak.
3.5.
Segala sesuatu mengenai lingkup pekerjaan ini yang masih kurang jelas, kontraktor dapat menanyakan lebih lanjut kepada Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan atau pihak lain yang ditunjuk untuk ini.
3.6.
Apabila sampai terjadi kelalaian dan kekurangan, Kontraktor harus bertanggung jawab atas kerugian-kerugian yang mungkin terjadi.
3.7.
Semua pengadaan, pemasangan dan pengujian pekerjaan instalasi Elektrikal harus berdasarkan gambar dokumen lengkap dan sesuai dengan spesifikasi teknik, serta adendum lainnya.
3.8.
Bila ada spesifikasi ini terdapat klausul-klausul / butir-butir yang ditulis / disebutkan kembali, hal ini bukan berarti klausalnya dihilangkan, akan tetapi malah mempertegas spesifikasinya.
92
PASAL 23 PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK 1.0
UMUM Syarat-syarat Khusus Teknis yang diuraikan disini adalah persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan untuk seluruh pekerjaan listrik di dalam maupun diluar bangunan gedung. Dalam hal ini Syarat-syarat Teknis Umum Pekerjaan Elektrikal adalah bagian dari Syarat-syarat Khusus Teknis ini.
2.0
PRINSIP PENYEDIAAN DAYA LISTRIK Sumber daya listrik bagi-gedung diperoleh dari jaringan tegangan rendah PLN eksisting dengan menambah daya sebesar 23 kVA.' Daya dari PLN tersebut disalurkan sampai dengan panel ukur (kwh meter). Selanjutnya didistribusikan ke panel-panel utama (LVMDP), subdistribusi dan panel daya / penerangan gedung secara radial. Sistim distribusi tegangan rendah yang digunakan adalah distribusi tiga fase - empat kawat 220/380 V mengikuti sistim PP (Pentanahan Pengaman). Sebagai sumber daya cadangan digunakan 1 (satu) unit diesel-generator eksisting, antara sumber daya PLN dengan diesel-genset yang bekerja secara manual.
3.0
LINGKUP PEKERJAAN Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah pengertian bekerjanya sistem listrik sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian-bagiannya, seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan. Termasuk pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi, testing / pengujian, pengesahan terhadap seluruh material berikut pemasangan / instalasinya oleh badan resmi PLN, LMK dan / atau Badan Keselamatan Kerja, serta serah terima dan pemeliharaan / garansi selama 12 bulan. Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum dalam gambar maupun pada spesifikasi / syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam pekerjaan ini. Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah : Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan dan perlengkapan sistem listrik sesuai dengan peraturan / standar yang berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk menunjang bekerjanya sistem / peralatan, walaupun tidak tercantum pada syarat-syarat Khusus Teknik atau gambar dokumen.
93
Pekerjaan inl meliputi : 3.1.
Pekerjaan di Ruang Genset 3.1.1 Pengadaan dan pemasangan seluruh kabel daya tegangan rendah jenis NYY dan NYFGbY yang menghubungkan a. Dari KWH Meter ke panel daya / penerangan bangunan b. Dan kabel daya lainnya. Kabel penghubung tersebut lengkap dengan terminasi (sepatu kebel) yang diperlukan. 3.1.2 Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi penerangan dan daya (stop kontak), lengkap dengan armatur, power receptacle outlet, panel-penel daya / penerangan dan alatalat bantu yang diperlukan. 3.1.3 Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi pentanahan, balk pentanahan sistim listrik maupun badan (body) peralatan listrik.
3.2.
Pekerjaan di dalam Gedung 3.2.1 Pengadaan dan pemasangan serta penyetelan panel-panel daya / penerangan termasuk di dalam pekerjaan ini adalah penarikan kebel / konduktor pentanahan netral / badan panel. 3.2.2 Pengadaan dan pemasangan kebel-kabel jenis NYY, untuk penghubung antar panel daya / penerangan dan kabel-kabel daya menuju peralatan (mesin AC, pompa-pompa dll). 3.2.3 Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi penerangan dan stop kontak. Termasuk pekerjaan ini adalah pengadaan dan pemasangan armatur penerangan, baik penerangan normal maupun darurat. 3.2.4 Pengadaan dan pemasangan instalasi cable tray Iengkap dengan material bantu yang dibutuhkan 3.2.5 Pengadaan dan pemasangan instalasi underfloor lengkap dengan material bantu yang dibutuhkan.
3.3.
duct
Pekerjaan di luar Gedung
94
3.3.1 Pengadaan dan pemasangan instalasi pentanahan untuk instalasi daya. 3.3.2 Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan luar / taman, termasuk lampu sorot bangunan. 4.0
GAMBAR-GAMBAR Gambar-gambar elektrikal menunjukkan secara khusus teknik pekerjaan listrik yang di dalamnya dicantumkan besaran-besaran listrik dan mekanis serta spesifikasi tertentu.Iainnya. pengerjaan dan pemasangan peralatanperalatan harus disesuaikan dengan kondisi lapangan. Gambar-gambar arsitektur, struktur, elektrikal dan kontrak lainnya haruslah menjadi referensi untuk koordinasi dalam pekerjaan secara keseluruhan. Kontraktor harus menyesuaikan peralatan terhadap perencanaan dan memeriksanya kembali. Setiap kekurangan / kesalahan perencanaan harus disampaikan kepada Konsultan Manajemen Konstruksian atau pihak lain yang ditunjuk untuk itu.
5.0
KETENTUAN-KETENTUAN INSTALASI 5.1.
Peralatan Instalasi Tegangan Rendah Meliputi pengadaan dan pemasangan power receptacle outlet (stop kontak), saklar, kontak-kontak tarik (pull box), cabinet / penel daya, kebel, alai-alai bantu dan semua peralatan lain yang diperlukan untuk mendapatkan penyelesaian yang memuaskan dari sistern instalasi daya tegangan rendah 220 / 380 V dan penerangan. 5.1.1. Kotak-kotak(doos) Outlet. a. Jenis Kotak-kotak outlet harus sesuai dengan persyaratan VDE, PULL, AVE atau standar lain. Kotak-kotak ini bisa berbentuk single / multi gang box empat persegi atau segi delapan. Ceiling box dan kotak-kotak lainnya yang tertutup rapi harus dipasang dengan balk dan benar. b. Ukuran Setiap kotak outlet harus diberi bukaan untuk kondulit hanya di tempat yang diperlukan. Setiap kotak harus cukup besar unutk menampung jumlah dan ukuran condulit, sesuai dengan persyarata, tetapi kurang dad ukuran yang ditunjuk atau dipersyaratkan.
95
c. Tipe Tahan Cuaca (Weatherproof Type) Kotak-kotak outlet di tempat-tempat tersebut dibawah ini harus dari tipe yang diberi gasket tahan cuaca : tempat-tempat yang kena matahari, tempat-tempat yang kena hujan, tempat-tempat yang kena minyak, tempat-tempat yang kena udara lembab, tempat-tempat yang ditunjuk di dalam gambar. d. Outlet Pada Permukaan Khusus. Kotak outlet untuk stop kontak dan saklar-saklar yang dipasang pada partisi, blok beton, mamer, frame besi, bata atau dinding kayu harus berbentuk persegi dan harus mempunyai sudut dan sisi-sisi tegak. 5.1.2. Saklar dan Stop Kontak. a. Bahan Doos. Kecuali tercatat atau disya atkan lain, maka kotak-kotak outlet untuk saklar dinding dan receptaI les outlet harus (alvani stee dan tidak boleh berukuran lebih dari 10,1 cm x 10,1 cm un uk peralatan tunggal dan 11,9 cm x 11,9 cm untuk dua peralatan dan kotak-kotak multi gang untuk lebih dari dua peralatan. b. Cara Pemasangan. Saklar-saklar harus dari jenis rocker mechanis dengan rating minimum 10A / 250 V. Saklar pada umumnya dipasang rata terhadap permukaan tembok, kecuali ditentukan lain pada gambar. Jika tidak ditentukan lain, bingkai saklar harus dipasang pada ketinggian 140 cm di atas lantai yang sudah selesai. Saklar-saklar tersebut harus di pasang doos (kotak) yang sesuai. Sambungan hanya diperbolehkan antara kotak yang berdekatan. Stop kontak harus dipasang rata terhadap permukaan dinding dengan ketinggian 110 cm atau 30 cm dari permukaan lantai yang sudah selesai sesuai petunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi. Saklar dan stop kontak sek BROCCO, Clipsal atau setara. c. Jumlah Kutub. Stop kontak satu fasa harus dari jenis tiga kutub (fasa, netral dan pentanahan) dengan ranting minimum 10 A / 220 V. Cara pemasangan harus disesuaikan dengan peraturan PUIL dan diberi saluran pentanahan.
96
d. Pendukung dan Pengikat. Kotak-kotak pelat baja didukung atau diikat dengan cukup supaya mempunyai bentuk yang tetap. 5.1.3. Kabel-Kabel Kabel pada instalasi daya dan penerangan bertegangan rendah meliputi kabel tegangan rendah, kabel kontrol, accessories, peralatan-peralatan dan barang-barang lain yang diperlukan untuk melengkapi dan menyempurnakan pemasangan serta operasi dari semua sistem dan peralatan. a. Syarat Kabel Instalasi Tegangan Rendah (sampai 600 V) Kabel tegangan rendah yang digunakan harus memenuhi persyaratan PUIL, IEC, VDE, SPLN dan LMK untuk pengganguan sebagai kabel instalasi dan peralatan (mesin), kecuali untuk peralatan khusus seperti disyaratkan atau dianjurkan oleh pebrik pembuatnya. Ukuran kabel daya / instalasi terkecil yang diizinkan adalah 2,5 mm2 kecuali untuk pemakaian kontrol pada sistem remote control yang kurang dari 30 meter panjangnya bisa menggunakan kabel dengan ukuran 1,5 mm2. Kecuali disyaratkan lain, kabel tanah harus jenis NYFGbY dan kabel instalasi di dalam bangunan dari jenis NYY,NYM dan NYMHY (untuk kebel kontrol). Semua kabel instalasi di dalam bangunan harus berada didalam konduit atau dipasang di atas cable tray / cable rack dan diklem / diikat dengan pengikat kabel (cable tie) sesuai dengan kebutuhannya. Semua konduit, kabel-kabel dan sambungan elektrikal untuk instalasi di dalam bangunan harus diadakan secara lengkap. Faktor pengisian konduit oleh kabel-kabel maksimum adalah 40 %. Kabel merek SUPREME, KABELINDO, KABELMETAL & TRANKA. b. Kabel Tanah Tegangan Rendah Kabel tegangan rendah yang digunakan harus memenuhi persyaratan PUIL, IEC, VDE, SPLN, dan LMK untuk penggunaan sebagai kabel instalasi yang ditanah langsung di dalam tanah.
97
Semua kabel dengan luas penampang 16 mm2 keatas harus berurat banyak dan dipilin (stranded) Ukuran kabel daya / instalasi terkecil adalah 2,5 mm2, kecuali untuk pemakaian kontrol pada sistem yang perakaian kontrol pada sistem remote yang kurang dari 30 meter panjangnya (bisa-menggunakan kabel dengan ukuran 1,5 mm2). Cara penanaman kabel secara langsung didalam tanah (direct burial) harus sesuai dengan gambar rencana, termasuk cara persilangan dengan pipa air dan kabel telekomunikasi dan kebel tegangan menengah 20 kV. Apabila diperlukan penyambungan kabel dalam tanah, harus dilakukan dengan alat penyambung khusus (jointing kit) tegangan rendah jenis epoxy resin-cold pour system. Penyambungan kabel di dalam tanah harus dilakukan oleh tenaga yang benar-benar ahli dengan cara dan metode penyambungan mengikuti anjuran. Pabrik pembuat jointing kit yang digunakan sehingga diperoleh hasil penyambungan yang andal, tahan terhadap lembab, mempunyai sifat isolasi yang tinggi dan mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi. Kabel merek SUPREME atau setara (4 besar), jointing kit ex RAYCHEM atau setara. c. Instalasi Kabel Penerangan dan Stop Kontak. Kabel-kabel listrik untuk penerangan dan stop kontak untuk extension dan daya harus diadakan dan dipasang lengkap, mulai dari sambungan panel daya ke sakiar dan titik cahaya serta stop kontak, sebagaimana ditunjukkan di dalam gambar. Kabel yang digunakan sebagai kabel instalasi penerangan dan stop kontak harus dari jenis NYY dan diletakkan di dalam PVC high-impact heavy gauge. Luas penampang kabel NYY yang digunakan minimum 2,5 mm2, kecuali tercatat lain. d. Splice/ Pencabangan Tidak diperkenankan adanya pencabangan (splice) ataupun sambungan-sambungan di dalam pipa konduit. Sambungan atau pencabangan harus dilakukan didalam kotakkotak cabang atau kotak sambung yang mudah dicapai serta kotak saklar dan stop kontak.
98
Sambungan pada kabel harus di buat secara mekanis dan harus kuat secara elaktris dengan solderless connector jenis tekan, jenis compression atau soldered. Dalam membuat pencabangan atau sambungan, koncktor harus dihubungkan pada konduktorkonduktor dengan balk sedemikian rupa, sehingga semua konduktor tersambung dan tidak ada konduktor telanjang yang kelihatan dan tidak bisa lepas oleh getaran. e. Kabel Kontrol Di tempat-tempat yang ditunjuk pada garnbar atau disyaratkan, kabel kontrol motor, starter dan peralatan-peralatan lain harus terbuat dari tembaga jenis standed annealed copper yang fleksibel. Isolasi harus dari PVC, tanah lembab dan ozon dengan rating teganyan sampai 600 V. Ukuran konduktor harus sesuai dengan yang diperlukan (minimum 2,5 sqmm untuk panjang lebih dari 30 m) untuk mendapatkan operasi yang mernuaskan dari peralatan yang di kontrol, dengan pertimbangan-pertimbangan mengenai panjang circuit dan sebagainya. Kabel merek SUPREME, Kabelindo, Kabel Metal dan Tranka. f. Bahan Isolasi Semua bahan isolasi untuk splin, conection dan lain-lain seperti karet, PVC, vernished carnbric, asbes, gelas, tape sintetis, splice case, composition dan lain-lain harus dari tipe yang disetujui untuk penggunaan, lokasi, tegangan kerja dan lain-lain yang tertentu dan harus dipasang dengan cara yang disetujui, menurut anjuran perwakilan pemerintah atau pabrik pembuatnya. g. Pemasangan Kabel g.1. Pemasangan di Permukaan g.1.1. Kabel Instalasi Daya dan Penerangan di dalam Bangunan Semua kabel harus dipasang didalam konduit PVC high - impact heavy gauge, dipasang di permukaan plat beton langit-langit dengan klem pendukung yang sesuai. Pendukung-pendukung tersebut harus di cat dengan cat anti karat. Semua kabel harus dipasang lurus / sejajrl2-dengan rapi dan teratur. Pembelokan kabel harus dilakukan dcnqan jari-jari lengkungan tidak boleh kurang dari syarat-syarat pabrik (minimum 15 kali ø kabel)
99
Konduit ex EGA, CLIPSAL atau setara g.1.2. Kabel Daya Penghubung Antar Panel Kabel-kabel daya diletakkan diatas cable trey, di klem pada cable trey dengan cable ties (pita plastik pengikat kabel). Pemasangan cable trey harus mengikuti jalur yang direncanakan secara rapi dan digantunq atau disangga secara kokoh dengan penggantung / penyangga besi yang di klem ke plat beton. Untuk keperluan pemasangan kabel, Kontraktor harus menyediakan sendiri peralatan penunjang seperti trey, klem, besi penunjang, penggantung dan peralatan lainnya, baik untuk kabel yang dipasang horisontal maupun vertikal. Peralatan penunjang tersebut harus sudah diperhitungkan pada biaya pemasangan kabel tersebut. g.1.3. Kabel daya dari Panel Daya Motor ke Motor-motor Pompa. Jenis Kabel yang digunakan adalah NYY yang ditempatkan di dalam konduit metal tahan karat (galvanized / white metal conduit) yang diletakkan diatas pelat lantai. Setiap pipa konduit berisi hanya satu jalur kabel menuju motor dengan faktor pengisian 40 %. Dari pipa konduit yang dipasang horizontal menuju motor, kabel ditarik ke terminal motor flexible metal konduit yang juga tahan karat. Ukuran konduit fleksible ini harus sesuai dengan ukuran pipa konduit dan disambung dengan cara sedemikian rupa, sehingga benar-benar kedap air. Demikian juga penyambungan pipe fleksibel terhadap box terminal motor. Dalam hal ini Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan contoh konduit fleksibel serta cara penyambungannya terlebih dahulu kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk disetujui. g.2. Pemasangan di Permukaan Kabel instalasi penerangan dan stop kontak yang dipasang didalam dinding harus diletakkan didalam konduit PVC hign
100
impact heavy gauge dengan ukuran minimum 3/a". Penarikan kabel menuju titik saklar atau stop kontak harus dilakukan setelah pipa selesai ditanam. g.3. Pemasangan Menembus Dinding Setiap penembusan kabel pada dinding harus melalui sparing kabel yang terbuat dari pipa PVC dengan ukuran yang cukup terhadap penampang kabel. h. Penggunaan Warna Kabel Penggunaan warna kabel NYY dan NYFGby untuk tegangan netral dan non harus mengikuti peraturan yang disebutkan oleh 2000, yaitu : h.1. Sistem Tegangan hitam biru kuning/hijau
220 V, 1 fasa : Fasa : Netral : Pentanahan
h.2. Sistem Tegangan merah kuning hitam biru kuning/hijau
220/380 V, 3 fasa : fasa R : fasa S : fasa T : netral (N) : pentanahan (G)
i. Pendukung Kabel Setiap kotak tarik (pull box) termusuk kotak-kotak yang ada diatas daya dan panel daya motor, harus diberi cukup banyak klem dan peralatan pendukung Iain-lainnya . Kabel dipasang dengan cara yang rapi dan teratur yang memungkinkan pengenalan, sehingga tidak ada kabel yang membentang tanpa pendukung. j. Konduit Tertanam Pull box yang dihubungkan pada konduit tertanam / tersembunyi harus juga dipasang secara tertanam dan penutupnya rata terhadap dinding atau langit-langit. 5.1.4. Kabinet Panel Daya Semua kabinet harus dibuat dari plat baja dengan Ketebalan rninimum 1,7 mm untuk panel yang dipasang menempel di dinding dan minimum 2 mm untuk jenis floor standing, kecuali yang sering kena basah / hujan, harus dibuat dari jenis besi tuang yang tahan kelembaban atau konstruksi khusus. Kabinet untuk panel daya /
101
kontrol harus mempunyai ukuran yang proporsional seperti dipersyaratkan untuk panel daya yang besarnya menurut kebutuhan, sehingga untuk frame / rangka panel harus ditanahkan. Pada kabinet harus ada cara-cara yang baik untuk memasang, mendukung dan menyetel panel daya serta penutupnya. Kabinet dengan kawat-kawat through feeder harus diatur dengan balk, rapi dan benar. a. Finishing Semua rangka, penutup, copper plate dan pintu panel listrik seluruhnya harus dibuat tahan karat dengan cat dasar atau prime coating dan diberi pelapis cat akhir (finishing paint). Penentuan warna dan merek cat sebelumnya harus dimintakan persetujuan ke Konsultan Manajemen Konstruksi. Pengecatan harus tahan karat, dikerjakan dengan cara galvanized cadmium plating ataa-crengan zinc chromate dan di cat dengan cat akhir sistem bakar (oven) b. Kunci Setiap kabinet harus dilengkapi dengan kunci "flat lock" jenis kunci untuk setiap kabinet hares dari tipe "common key", sehingga kunci untuk setiap kabinetnya adalah sama. Pada masing-masing kabinet harus disediakan dua anak kunci. c. Tinggi Pemasangan Panel Pemasangan panel sedemikian rupa, sehingga setiap peralatan di dalam panel dengan mudah masih dapat dijangkau, tergantung pada tipe / macam panel, bila dibutuhkan alas / pondasi / penumpu / penggantung, Kontraktor harus menyediakan dan memasang, sekalipun tidak tertera pada gambar. d. Label Semua kabinet panel daya, panel kontrol, switch, fuse unit, isolator switch group, pemutus daya (CB) dan peralatanperalatan lainnya harus diberi label sesuai dengan fungsinya untuk mengindahkan/mengidentifikasikan penggunaan alat tersebut. Label ini terbuat dari bahan logam anti karat dengan hurufhuruf hitam.
5.1.5. Sistem "Race Way"
102
Yang dimaksud dengan race way adalah tubing conduit dan flexible conduit beserta perlengkapannya dan semua barang yang diperlukan untuk melengkapi instalasi kabel. a. Ukuran Semua Race Way harus mempunyai ukuran yang cukup untuk bisa melayani dengan baik jumlah dan jenis kabel sesuai dengan VDE, PULL dan lain-lain. ø minimum konduit adalah 3/4" menurut ukuran pasaran dengan faktor pengisian kabel maksimurn 40 %. b. Bahan Konduit PVC untuk instalasi daya dan penerangan harus dari bahan PVC high impact heavy gauge yang memenuhi standar BS4607 dan BS6099. Konduit metal untuk instalasi daya pompa yang digunakan harus dan jenis heavy gauge galvanized walded steel yang memenuhi persyaratan BS 4568 : part I & II class 4. c. Pamasangan c.1. Race Way yang ditanam di Dinding. Penanaman konduit di dalam dinding yang sudah jadi dilakukan dengan jalan membobok beton dengan pahat. Kedalaman dan lebar pembobokan harus dilakukan secukupnya, sesuai dengan ukuran dan jumlah konduit yang akan dipasang. Kontraktor diwajibkan untuk mengembalikan kondisi dinding dengan kondisi semula. Selama dilakukan pengerjaan plesteran ulang, ujung-ujung konduit hares ditutup untuk mencegah masuknya air atau kotoran-kotoran lainnya. c.2. Race Way yang dipasang di Permukaan Race way yang dipasang di permukaan beton (exposed) harus dipasang sejajar atau tegak lurus dengan dinding bagian struktur atau permukaan bidang-hidann vertikal dengan langit-langit. Apabila beberapa pipa berjalan sejajar pada dinding atau langit-langit, harus digunakan klem-klem khusus untuk pipa sejajar. Ujunq-ujung pipa pada peralatan dipasang dengan sekrup dengan kuat. Sernua ujunq pipa yang bebas harus ditutup / dilengkapi dengan plat kuningan yang sesuai.
103
Untuk daerah yang lembab; semua peralatan pembantu, fitting-fitting, klem dan lain-lain harus di galvanisir atau di cat tahan karat dan harus digunakan pendukung supaya pipa bebas dari permukaan korosif. Pipa-pipa yang dipasang pada permukaan dalam bangunan harus di cat satu jalan sebelum dipasang dan sekali lagi sesudah dipasang dengan warna yang ditentukan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Untuk mempermudah pengenalan, maka ujung permukaan pipa harus dicat dengan warna sebagai berikut : c.2.1. c.2.2. c.2.3. c.2.4. c.2.5. c.2.5. c.2.5.
klem klem klem klem klem klem klem
Pipa penerangan dan daya - putih Pipa telepon - hijau Pipa fire alarm - merah Pipa tata suara - kuning Pipa data - biru MATV - orange CCTV - coklat
c.3. Race Way yang di pasang di Dalam Tanah Race way yang dipasang di dalam tanah atau menembus kerikil, harus mempunyai dua lapis cat aspal pada permukaan sebelah luar sebelum dipasangkan diatas race way tersebut diberi patok petunjuk. Pipa / race way yang digunakan adalah GIP kelas medium yang memenuhi standar SIIL c.4. Race Way Melintas / Menembus Dinding Bila pipa melintas tembok, penyekat ruangan, lantai, langit-langit dan lain-lain, maka lubang harus ditutup dengan baik sehingga tidak mungkin dapat dilalui oleh debu, lembab (uap air) api dan asap. c.5. Cable Trench. Kedalaman parit kabel (cable tranch) untuk penanaman di bawah tanah mionimal 80 cm dari permukaan. Bila bersilangan dengan saluran lain, misalnya saluran air, cable trench dapat dan harus ditanam setelah pengerasan tanah. Untuk cable trench yang melintasi jalan, penanaman dilakukan setelah pengerasan badan jalan atau bila
104
sehelumnya harus lebih dari 110 cm atau atas persetujuan Konsultan Manajemen Konstruksi. c.6. Konduit Logam Flexibel Tahan Air Konduit logam flexible yang tahan air harus dipakai pada kondisi di mana ada kemungkinan pengerasan, getaran atau penempatan dalam atmosfir yang korosif, lembab atau berupa minyak, termasuk dalam hal ini adalah pemakaian pada kabel masuk terminal motor pompa. Suatu bungkus (shealth) yang tahan cairan dari polivinyl chlorida (PVC) harus menonjol pada inti baja yang flexibel. Sambungan konduktor yang dapat digunakan untuk meneruskan pentanahan (earth continuity) harus pula dimiliki oleh race way / konduit ini. c.7. Pengakhiran dan Sambungan. Race way harus diakhiri pada outlet persimpangan, pull box cabinet dan lain-lain, dengan dua lock nut dan sebuah insulating insert yang harus terbuat dari thermoplastic atau "fire minded" yang dimatikan untuk mencegah rusaknya kawat dan kabel dan tidak mengurangi kontinuitas dari sistem grounding dari race way. Sambungan untuk race way / pipa logam elektrikal harus dari jenis yang tahan hujan atau fitting dengan konsentrasi tinggi dengan sistem penguncian interlock compressed. c.8. Pentanahan Setiap peralatan yang beroperasi dengan tegangan lebih besar dari tegangan ekstra rendah (50 VAC) harus ditanahkan secara efektif) Bahan-bahan logam / metal dari peralatan-peralatan listrik yang terbuka, termasuk pelindung kabel (sheath / armour), konduit, saluran metal, rack, tray, doos, stop kontak, armatur, saklar dengan metal harus dihubungkan dengan konduktor kontinyu untuk pentanahan. Penggunaan konduit metal sebagai satu-satunya konduktor pentanahan tidak diperbolehkan. Dalam hal ini harus digunakan konduktor pentanahan tersediri yang trerbuat dari tembaga dengan daya hantar yang tinggi.
105
Luas penampang minimum konduktor pentanahan antara 6 sqmm dan dimasukkan ke dalam konduit. Penyambungan konduktor pentanahan harus menggunakan penyambung mekanis yang disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Tahanan pentanahan yang disyaratkan adalah sebagai berikut c.8.1. Pentanahan netral trafo maksimum 1 ohm. c.8.2. Pentanahan netral bus-bar dan panel maksimum 2 ohm. c.8.3. Pentanahan netral generator maksimum 2 ohm. 5.1.6. Cable Tray a. Bahan Cable tray yang digunakan harus dari jenis berlubang (perforated) dari bahan besi lunak dengan sisi-sisi di tekuk ke dalam dengan ketebalan pelat tidak kurang dari 2,0 mm. Keseluruhan permukaan cable tray harus digalvanisir. Cable tray Three Star, Tri Abadi & Elpro. b. Penggantung / penyangga Untuk cable tray yang dipasang penggantung cable tray harus dibuat dari besi lunak yang digalvanisir dengan ø minimum 6 mm ujung penggantung di ulir untuk memungkinkan pengaturan levelling cable tray. Ukuran penyangga dan penumpu (bracket) hartis dipilih agar menghasilkan penyangga/penumpuan yang kokoh. 5.1.7. Panel Utama Tegangan Rendah dan Perlengkapannya. a. Umum Penel daya bertegangan rendah meliputi switch, tombol, circuit breaker, indikator, magnetic connector, accessories, peralatan dan barang-barang lain yang diperlukan untuk pemasangan dan operasi yang sempurna dari segenap sistem dan peralatanperalatannya. Kontraktor harus dapat membuktikan bahwa telah memiliki pengalaman yang luas di bidang manufacturing dan perencanaan panel-panel tersebut telah beroperasi dengan baik selama paling sedikit 3 tahun. Penawaran harus rneliputi reference list sebagai suatu-bukti. b. Panel-panel
106
Panel harus seperti ditunjukkan di dalam gambar rencana, kocuali ditentukan lain. Seluruh asembly termasuk housing, bus-bar, alat-alat pelindung harus direncanakan, dibuat, dicoba dan bila perlu diperbaiki sesuai dengan persyaratan minimum dengan penyesuaian dan / atau penambahan seperti disyaratkan di bawah ini : b.1. Umum Setiap panel daya utama harus dari jenis inbouw, deadfront, terbuat dari plat baja (metal cled). Konstruksi panel harus terbuat dari rangka baja struktur baja struktur atau rangka profil baja yang diperkuat dan dilas, sehingga kokoh dan tidak rusak dalam pengiriman atau pemasangan. Struktur panel harus tahan terhadap gaya elektromekanis serta termal akibat hubung-singkat (sampai 60 kA dalam waktu 1 detik) Rangka ini harus secara lengkap ditutup pada bagian bawah, atas dan sisi-sisinya dengan pelatpelat penutup yang bisa dilepas. Panel harus bisa dicapai dari depan maupun belakang. Semua alat ukur atau tombol pemilih yang dipersyaratkan harus dikelompokkan pada sisi depan yang berengsel. Tutup yang berengsel tersebut harus mempunyai engsel yang tersembunyi dan gerendel / kunci. Semua sumber yang perlu untuk rangkaian kontrol, daya dan lain-lain harus dipasang pada sisi belakang dari penutup yang berengsel tersebut. Panel harus mempunyai bukaan dalam bentuk grille (louvres) ventilasi untuk membatasi kenaikan suhu dari bagian-bagian yang mengalirkan arus pada nilai-nilai yang dipersyaratkan dalarn standar VDE/IEC untuk peralatan yang tertutup. Penutup panel bagian belakang yang bisa dilepas harus mempunyai konstruksi sekrup (screwed on / bolted on) Material-material yang bertegangan harus dicegah dengan sempurna terhadap kemungkinan terkena percikan air. Tebal pilar baja yang digunakan minimum 2 mm. Semua panel harus buatan Graha Panel, Simetri dan mempunyai sertifikat dari Asosiasi Produsen Panel Indonesia.
107
b.2. Pull Box Bila ditunjuk dalam gambar atau bila diperlukan oleh kondisi pemasangan, harus dipasang sebuah pull box pada ketinggian yang cukup dari jenis konstruksi yang sama dengan switch board pada bagian atas dari switch board. Bagian sisi atas dan camping clan pull box harus dari bagian-bagian yang bisa dibuka lepas. Dasar dari pull box harus terdiri atas papan asbestos atau bahan tanah api yang sempurna. Kabel manuju individual breaker harus tegak lurus melalui lubang-Iubang yang terpisah-pisah pada dasar pull box ini. Penutup atas yang ditempatkan di bagian belakang struktur harus bisa dilepas dengan mudah supaya memungkinkan pembuatan lubang-lubang untuk konduit kabel yang diperlukan. Penunjang-penunjang untuk kabel harus diatur sedemikian rupa, sehingga terhindar kemungkinan terjadinya loncatan bunga api (arc proofing). Pull box harus mempunyai ukuran yang layak guna memungkinkan ventilasi dan pemasangan peralatan circuit breaker yang bisa dipindah-pindahkan bilamana perlu. b.3. Konstruksi Panel-panel harus seperti yang disyaratkan di sini dan seperti di tunjuk dalam gambar untuk melaksanakan fungsi yang diperlukan. Lokasi yang tepat dan jenis pertengkapan yang diperlihatkan boleh berbeda menurut keperluan penyesuaian material pabrik, sejauh bahwa fungsi dan operasi yang dimaksud dapat dicapai. Akan tetapi, identifikasi gambar, tata letak, skedul dan lain-lain harus diikuti dalam urutan yang tepat untuk mempermudah pemeriksaan bangunan (konstruksi) Tempat struktur bus-bar dan hubungan-hubungannya harus dibangun dan ditunjang untuk dapat menahan arus hubung-singkat yang terjadi pada lokasi tertentu tersebut. Hubungan-hubungan harus dibaut, dilas atau diklem serta diatur untuk menjamin daerah kontrak yang baik.
108
b.4. Ventilasi Lubang-lubang ventilasi harus dibuat secara rapi dengan punch machine. Untuk menjaga benda-henda asing rnasuk melalui lubang tersebut. Pada bagian dalam harus diberi lapisan yang juga dilubangi (di-punch). b.5. Papan Nama Setiap pemutus daya (circuit breaker) harus dilengkapi dengan papan nama yang dipasang pada pintu panel dekat dengan pemutus daya dan dapat dilihat dengan mudah. Cara-cara pemberian nama harus menunjukkan dengan jelas rangkaian dari pemutus daya atau alat-alat yang tersambung padanya. Keterangan mengenai hal ini harus diajukan dalam gambar kerja. Mimic diagram berwarna biru harus dipasang pada pintu, lengkap dengan komponen-komponen dan tanda-tanda untuk komponen tersebut. b.6. Cadangan Sambungan di Kemudian Hari Bila di dalam gambar dinyatakan adanya cadangan, maka ruangan- ruangan tersebut harus dilengkapi dengan pemutus daya cadangan, terminal, klem-klem pemasangan, pendukung dan sebagainya, untuk peralatan yang dipasang di kemudian hari. Kemungkinan penyambungan dikemudian hari dapat berupa peralatan baru, misalnya saklar, pemutus daya, kontraktor dan lain-lain. b.7. Bus-Bar / Rel Daya Bus-bar harus diatur sedemikian rupa, sehingga tersusun secara mendatar dengan rapih sepanjang panel di dalam ruang yang berventilasi. Jarak antar rel daya harys memenuhi ketentuan pemasangan rel daya di dalam PUIL 2000. Bus-Bar harus terbuat dari bahan tembaga jenis "hard drawn high conductivity" yang memenuhi standar B.S. 1433, dilapisi perak pada bagian luarnya secara menyeluruh dengan ukuran sesuai dengan kemampuan 150 % dari arus beban terpasang. Ukuran Bus-Bar harus disesualkan dengan peraturan PUIL 2000. Sernua Bus-Bar harus dipegang dengan kokoh oleh bahan isolator yang terbuat dari bahan yang tidak menyerap air (nonhygroscopic) misalnya perselain atau moulded isulator, sedemikian rupa sehingga mampu menahan gaya mekanis
109
yang terjadi akibat hubung singkat. Rel daya dicat dengan warna yang sesuai dengan penandaan fasa menurut PUIL 2000. Cat tersebut harus tahan terhadap temperatur sampai 70°C Setiap panel harus mempunyai bus-bar netral dengan kapasitas penuh (full netral) yang diisolir terhadap pentanahan dan sebuah bus pentanahan yang telanjang, diklem dengan kuat pada kerangka dan dilengkapi dengan klem untuk pengaman dari peralatan yang perlu ditanahkan. Dalam hal ini, konfigurasi bus-bar adalah 3 fasa - 4 kawat - 5 bus. Semua hubungan dari bus-bar menuju pemutus daya atau saklar dengan arus Iebih besar dari 63 A harus dilakukan melalui batang-batang tembaga dari jenis yang sama dengan bus-bar. Untuk arus yang Iebih kecil, diizinkan menggunakan kabel herisolasi PVC (NYY atau NYA). Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan gambar kerja yang menunjukkan ukuran-ukuran clan bus-bar dan susunannya. Ukuran dari bus-bar harus merupakan ukuran sepanjang panel dan disediakan cara-cara untuk penyambungan di kamudian hari. Apabila saluran keluar (out going feeder) yang menuju ke satu terminal terdiri atas beberapa buah kabel, tidak diperkenankan menumpuk lebih dari 2 (dua) buah sepatu kabel pada satu terminal atau bus-bar. Bila terjadi hal demikian, harus dilakukan dengan cara memasangkan batang tembaga tambahan untuk menyatukan sepatu kabel tersebut pada satu terminal yang berlainan. b.8. Alat-alat Ukur Setiap panel harus dilenqkapi dengan alat-alat ukur dan trafo ukur seperti yang ditunjukkan di dalam gambar rencana. Bila digunakan amper meter selector switch (saklar pinch), pada saat pemindahan pengukuran arus, saklar untuk ampere meter harus dalam keadaan terhubung singkat. Meter-meter harus dari type besi putar (moving iron) khusus untuk dipasang secara tegak lurus di pintu panel. Kelas alat ukur yang paling tinggi 1,5 dengan penunjukan
110
melingkar (minimum 90°), skala linier, dipasang secara flush dalam kotak tahan getaran, dengan ukuran 96 mm x 96 mm. Posisi dari saklar putar untuk volt meter dan amperemeter harus ditandai dengan jelas. b.8.1Amperemeter (A-m) Semua amperemeter harus mempunyai kemampuan beban lebih sebesar 120 % dari batas atas penunjukkannya selama 2 jam dan dilengkapi dengan penunjuk berwarna merah (index pointer) untuk menandai besarnya arus beban-penuh. Ampere meter harus dipasangkan untuk beban motor sebesar 5,5 kW atau lebih pada salah satu fasenya. Amperemeter harus mampu menahan pergerakan yang timbull akibat arus start motor dan mempunyai skala overload yang rapat (compressed) untuk keperluan pembacaan arus start tersebut. Pada amperemeter harus terdapat mekanisme pengatur penunjukan nol (zero adjusment) berupa sekrup pemutar dibagian depan. b.8.2Voltmeter (V-m) Voltmeter harus mempunyai ketepatan kelas 1,5 dan mempunyai skala penunjukan yang lebar. Voltmeter dipasang di sisi daya masuk melalui sikring pengaman jenis HRC dengan arus nominal 3 A. Pada voltmeter harus terdapat mekanisme pengatur penunjukkan nol (zero adjustment) berupa sekrup pemutar di bagian depan. b.9. Trafo Arus Trafo arus harus dari tipe kering untuk pemakaian di dalam ruangan (indoor type), jenis jendela dengan perbandingan kumparan yang sesuai dengan standar-standar VDE untuk keperluan pengukuran. Pemasangan harus dilakukan secara kuat agar mampu menahan gaya-gaya mekanis yang timbul pada waktu terjadinya hubungan singkat 3 fasa simetris. Trafo arus untuk amperemeter juga boleh digunakan bersamaan dengan kWh meter dengan syarat tidak menguranqi ketelitiannya. Bila ternyata ketelitian terganggu, harus digunakan trafo arus khusus (terpisah).
111
b.10 Kabel-kabel Kontrol Kabel kontrol (control wiring) dari panel-panel harus sudah dipasang di pabrik / bengkel secara lengkap dan dibundel serta dilindungi terhadap kerusakan mekanis. Ukuran kabel kontrol minimum 1,5 mm2 dari jenis NYMHY dengan tegangan nominal 600 volt. Pada setiap ujung kabel kontrol ataupun pengukuran harus dipasangkan sepatu kabel dengan ukuran kabclnya clan clikencangkan dengan alat penekan (press-tang / kraft-tang) secara baik, sehingga dapat dicegah terjadinya hubung longgar (lost contact). Setiap pemasangan ujung kawat kontrol atau pengukuran pada terminal peralatan harus cukup kencang dan kokoh. b.11 Merk Pabrik Semua peralatan pengamanan harus diusahakan buatan satu pabrik. Peralatan-peralatan sejenis harus dapat saling dipindahkan atau dipertukarkan tempatnya pada rangka panel. b.12 Peralatan Pengaman / Pemutus Daya b.12.1 Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) Untuk pemutus daya cabang dengan arus lebih kecil dari 800 A digunakan jenis rumah tuangan (moulded case circuit breaker - MCCB) yang memenuhi standar B.S. 4752 Part 1 1977 atau IEC 157.1 dan sesuai untuk temperatur operasi 400C (fully tripicalized) dan mampu beroperasi untuk tegangan 660 VAC dengan rating 1.000 VAC. MCCB harus dapat dioperasikan secara "reverse feed" baik pada posisi horizontal maupun vertikal tanpa mengurangi performance. Kontak utama yang harus meneruskan arus beban harus terbuat dari bahan silver / tungsten dan mekanisme operasinya dirancang untuk menutup dan membuka kontak-kontak utamanya secara menyapu (wiping action).
112
Mekanisme operasi harus dari jenis "quick make" dan "quick break" secara simultan pada ketiga / keempat kutubnya sewaktu opening, closing maupun trip. Mekanisme ini harus trip-free untuk m_ encegah kontak utama menutup kembali tanpa sengaja. Handle togel MCCB harus dapat membuka semua kutub (kontak utama) secara bersamaan (simultan). Suatu arus kesalahan mengalir pada salah satu kutup harus menyebabkan ketiga kutub membuka secara bersamaan. MCCB dilengkapi dengan fasilitas pelindung pada masing-masing kutubnya yang dapat disetel (adjustable) untuk arus beban lebih (overload inverse time) secara mekanis dengan bimetal, pengatus arus hubung - singkat (overcurent instantaneous) secara mekanis dcngan solenoid (magnetis). Untuk motor protector, hanya dipasang magnetic overcurrent protection. Setiap MCCB harus mempunyai tiga posisi opcrasi, yaitu ON, OFF dan TRIP. Kapasitas pemutus arus kesalahan (interrupting / breaking capacity) tidak kurang dari 50 kA. b.12.2 Miniature Circuit Breaker (MCB) MCB yang digunakan harus memenuhi persyaratan B.S. 4752 / part 1 1977 atau IEC 157.1 (fully tropicalized), mampu heroperasi untuk tegangan sampai 660 VAC dengan rating 1.000 VAC. MCB harus dapat dioperasikan secara "reverse feed", baik pada posisi horizontal maupun vertikal tanpa mengurangi performance. Kontak utama yang meneruskan arus beban harus terbuat dari bahan silver / tungsten dan mekanisme operasinya dirancang untuk menutup dan membuka kontak-kontak utamanya secara menyapu (wiping action).
113
Mekanisme operasi harus dari jenis trip-free untuk mencegah kontak utama menutup kembali tanpa sengaja. RKS Teknis Handel togel MCB tiga fasa harus dapat membuka semua kutub (kontak utama) secara bersamaan (simultan). Suatu arus kesalahan mengalir pada salah satu kutub harus menyebabkan ketiga kutub membuka secara bersarnaan. MCB dilengkapi lebih (overload bimetal dan instantaneous) (magnetis).
dengan fasilitas pelindung arus beban inverse time) secara mekanis dengan arus hubung singkat (overcurent secara mekanis dengan solenoid
Arus nominal dari draw out MCCB dan MCB harus sesuai dengan gambar, dengan kapasitas pemutusan (breaking capacity) disesuaikan dengan letak pemutus daya tersebut. Kontraktor diwajibkan untuk memeriksa besarnya arus hubung singkat 3 fasa simetris yang mungkin terjadi pada titik-titik beban dan menganjurkan jenis MCCB serta MCB yang sesuai. Hasil perhitungan dan katalog pemutus daya yang disarankan untuk digunakan harus disertakan pada saat penawaran pekerjaan. 5.1.9. Peralatan Penerangan a. Umum Peralatan penerangan meliputi armatur, lampu-lampu, accessories, peralatan serta alat-alat lain yang diperlukan untuk operasi yang lengkap dan sempurna dari semua peralatan penerangan. Fixture harus seperti yang disyaratkan dan ditunjuk pada gambar-gambar. b. Kualitas dan Pengerjaan Semua rnaterial dan accessories, balk yang disebut secara maupun khusus harus dari kualitas terbaik.
114
Pengerjaan harus kelas satu dan menghasilkan armature setara dengan standar komersil yang utama. Armatur harus sesuai dengan gambar dan skedul, atau seperti yang disyaratkan di sini. Semua armatur harus buatan LOMM, Artholite dan Philips. c. Jenis armature c.1. Lampu-lampu Ressense Mounted ( RM ) Lampu dengan warna standar white deluxe. Untuk twin lamp atau double TL 2x18 watt harus dirangkai secara lead-lag untuk meniadikan efek stroboskopis. Semua fixture harus dilengkapi dengan kapasitor untuk perbaikan faktor kerja sehingga mencapai minimum 0,96. Balast harus dari tipe low losses. Perlengkapan lain seperti starter, ballast, pemegang lampu harus memenuhi standar PLN / SII / LMK. c.2. Lampu Down Light. Lampu down light yang dipasangkan di ruang-ruang tertentu rnenggunakan jenis lampu sesuai dengan gambar rencana c.3. Lampu Baret Lampu baret yang digunakan harus berbentuk persegi, terbuat dari kaca susu dengan lampu pijar (incandescent) atau lampu TL circle 20 W sesuai dengan kebutuhan. c.4. Lampu Taman Bentuk lampu taman sesuai dengan gambar rencana Iengkap dengan tiang diperlukan. Di bagian bawah tiang dipasang box berisi fuse 2 A dan terminal penyambung kabel. Jenis kabel di dalam pipa menuju lampu taman adalah NYY 3 x 2,5 mm2 dengan salah satu inti kabel dipasang ke badan metal lampu untuk pentanahan. c.5. Lampu Sorot (Flood Lighting) Armatur lampu sorot dari jenis outdoor type yang tahan panas, tahan cuaca (tahan korosi), balk untuk badan maupun kaca pelindung armatur. Badan armatur (armature housing) dan penutup belakang (rear cover) terbuat dari high pressure die cast allumunium dengan kandungan tembaga yang rendah. Reflektor terbuat dari allumunium yang dipoles mengkilat, kaca tanah panas setebal 5 mm dari jenis thoughened
115
glass plate dengan gasket karet silikon schingga keseluruhan armatur mempunyai-derajat perlindungan IP 55. Jenis lampu yang digunakan adalah HPI-T 400 W. Pemasangan armatur lengkap dengan pondasi dan rangka / sangkar pelindung armatur dari besi beton 6 mm yang dicat hitam dilengkapi dengan engsel dan padlock (gembok) c.6. Lampu Darurat/Lampu Exit Untuk armatur darurat digunakan emergency kit dengan kapasitas penyalaan batere minimum 2 jam. Jenis batere yang digunakan batere NiCd, yang diletakkan di dalarn armatur bersama dengan emergency kit board. Untuk jenis armatur dengan lampu TL ganda emergency kit hanya diberikan untuk 2x 18 watt. Mode operasi lampu darurat adalah maintained. Tegangan kerja armatur adalah 220 V, 50 Hz. Lampu exit menggunakan Neonbox max 10 watt d. Pemasangan Semua armatur penerangan dan perlengkapannya harus dipasang oleh tukang yang berpengalaman dan ahli, dengan cara-cara yang disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi. Harus disediakan pengikat, penyangga, penggantung dan bahan-bahan yang perlu agar di peroleh hasil pemasangan yang baik. Barisan armatur yang menerus harus dipasang sedemikian rupa, sehingga betul-betul lurus. Armature yang dipasang merata terhadap permukaan (surface mounted) tidak boleh mempunyai sela-sela di antara bagianbagian fixture dan permukaan-perrnukaan di sebelahnya. Setiap badan (rumah) lampu harus ditanahkan (grounded). Pada waktu diselesaikannya pemasangan armature penerangan, peralatan tersebut harus slap untuk bekerja dengan balk dan berada dalarn kondisi sempurna serta bebas dari semua cacat / kekurangan. Pada waktu pemeriksaan akhir, semua armatur dan perlengkapannya harus menyala secara lengkap. 6.0
PENGUJIAN / PENYETELAN PERALATAN DAN SISTEM 6.1.
Pekerjaan ini meliputi ketentuan-ketentuan dasar untuk mengadakan pengujian (testing) penyetelan serta commissioning dari seluruh peralatan listrik yang dipasang.
116
6.2.
Semua tersting, kalibrasi dan penyetelan dari peralatan-peralatan dan kontrol yang tergabung dalam pekerjaan renovasi sistem listrik ini serta penyediaan semua instrumentasi dan tenaga kerja harus dilaksanakan oleh kontraktor. Kontraktor harus menempatkan seorang ahli listrik yang berkompeten dan berpengalaman untuk melaksanakan pengujian dan commisioning.
6.3.
Pengujian-pengujian yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor di bawah pengawasan Konsultan Manajemen Konstruksi antara lain : * pengujian tahanan isolasi kabel baru yang dipasang, baik perbagian (section) maupun keseluruhan (overall) * pengujian pentanahan panel * pengujian kontinuitas konduktor * pengujian fungsi kontrol manual dan otomatis pada panel-panel daya * pengujian keseimbangan pembebanan (phasing-out) * load testing * penyetelan semua peralatan pengaman (overcurrent dan overload) dan mencatat data setelah yang dilakukan. * semua instalasi Iistrik yang baru harus mendapat pengesahan dari PLN atau badan resmi yang ditunjuk Konsultan Manajemen Konstruksi.
6.4.
Hasil-hasil pengujian harus sesuai dengan syarat-syarat teknis yang telah diuraikan di atas atau standar-standar yang berlaku dan dicatat serta dibuatkan berita acara pengujiannya.
117
PASAL 26 PEKERJAAN FIRE ALARM 1.0.
UMUM Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Fire Alarm yang diuraikan di sini adalah persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah bagian dari syarat-syarat Teknis ini.
2.0.
PRINSIP PERENCANAAN Jenis fire alarm yang digunakan adalah presignal system yang hanya akan mengaktifkan alarm pada zone yang mendeteksi adanya kebakaran. Sistem pengkabelan unit-unit deteksi mengikuti kelas A-4 kawat (dengan kawat balik dari detektor zona terakhir menuju zona module) untuk memungkinkan pengalirannya arus rupervisi pengkabelan. Kemampuan deteksi dari smoke detector yang digunakan adalah sekitar 70 m2, sedangkan kemampuan heat detector inempunyai daerah deteksi sekitar 40 m2. Perlengkapan detektor rnenggunakan kabel NYA ukuran 1,5 mm2 yang diletakkan di dalam konduit PVC high-impact heavy gauge. Untuk memungkinkan sistem tetap beroperasi pada saat terjadinya pemadaman sumber daya utama, FACP dilengkapi dengan charger dan stand-by battery yang mampu digunakan minimal 20 jam. Untuk menghasilkan sinyal alarm secara audio, digunakan vibrating bell berukuran min 90 db pada tiap zone, sedangkan sinyal visual dihasilkan oleh alarm berwarna merah. Manual station dipasang untuk memungkinkan diaktipkannya sistem secara manual apabila seseorang melihat adanya kebakaran sebelum detektor-detektor beraksi.
3.0.
LINGKUP PEKERJAAN 3.1. Pengadaan pemasangan serta penyetelah unit pengontrol (fire alarm control panel - FACP / master control fire alarm - MCFA) berbasis mikroprosesor, kapasitas 10 zone. 3.2.
Pengadaan serta pemasangan unit deteksi (detection unit detector).
3.3.
Pengadaan serta pemasangan kabel terminal box
3.4.
Pengkabelan sistem fire alarm dari FACP sampai unit deteksi / detector
3.5.
Mengadakan pengujian menyeluruh sehingga sistem tersebut dapat berfungsi baik dan benar.
126
4.0.
KOMPONEN - KOMPONEN Komponen-komponen yang termasuk dalam unit-unit deteksi adalah manual station serta fire detector. Jenis fire detector yang digunakan adalah : * Heat Detector (Rise Of Rate & Fixed Rate) * Smoke Detector Kedua jenis ini mempunyai berbagai tipe yang dirancang sesuai dengan keperluan. Dipilih detector yang sesuai dengan masing-masing ruangan tersebut yaitu untuk bagian perkantoran digunakan heat detector dan untuk ruangan dengan kemungkinan pengumpulan asap digunakan detector yang lehih peka, yaitu smoke detector. 4.1.
Combination ROR & Fixed Temperature Heat Detector. * * *
Operating voltage Stand-by current Alarm current
* *
Relative humidity Temperature rise
: 16 - 32 VDC : 100 uA max. : 47 mA max. Operating temperature 135 of : 20 % - 85 0Jo : 15 of / menit
4.2.
Fixed Temperature Heat Detector. * Operating voltage : 16 - 32 VDC * Stand-by current : 100 uA max. * Alarm current : 47 mAmax. * Operating temperature : 135 of * Relative humidity : 2 % - 85
4.3.
Smoke Detector. * Detector ini harus dapat bekerja dengan adanya asap ataupun dideteksi. * Operating voltage : 16 - 32 VDC * Stand-by current : 100 uA max. * Alarm current : 47 mA max. * Operating temperature : 0 - 28 oC * Relative humidity : 20%-85% * Sensitivity : 0,55 - 1,17 %/feet * Kecepatan kerja detektor : 3 detik * Kecepatan asap yang dapat di deteksi : max 300 feet
4.4.
Manual Call Point. Manual call point yang digunakan adalah dari jenis surface mounted, dilengkapi dengan kaca penutup (break glass), sistem kerja pull down dan tetap berada dalam posisi on sebelum di reset kembali. Untuk tujuan testing, alarm dapat dibunyikan tanpa harus memecahkan kaca, dilakukan dengan menusukkan kunci khusus. Semua manual call point harus dilengkapi dengan kaca cadangan 127
untuk menjamin operasi yang lama, alarm contact harus dilapisi emas (gold plated). 4.5.
Alarm Bell. Alarm bell harus tipe vibrating, seluruh bell harus bekerja pada 24 VDC polarized dengan 6 gong, kecuali disebut lain dalam gambar. Pemasangan pada ketinggian 75 cm di bawah langit - langit dengan cara "semi flush", minimum output suara adalah 90 dB atau lebih besar pada jarak 10 ft.
4.6.
Alarm Horn. Alarm horn harus cocok untuk pemakaian di dalam gedung maupun di luar gedung. Semua alarm horn bekerja pada 24 VDC polarized dengan level suara minimum 95 dB pada jarak 10 ft. Type pemasangan adalah semi flush mounted.
4.7.
Fire Alarm Control Panel (FACP) Unit ini terdiri atas power module, control module, alarm signal module clan zone module dengan kapasitas 10 zone. Keseluruhan module harus disusun sedemikian rupa, sehingga penggantian module yang rusak dapat dilakukan dengan mudah tanpa menganggu fungsi module lainnya. Semua indikator harus dapat dilihat dengan mudah dan jelas melalui jendela kaca pada pintu panel. Sebagai kontrol bekerja pada tegangan 24 VDC yang dilengkapi dengan peralatan-peralatan sebagai berikut 4.7.1. Lampu Indikator - Lampu "alarm" (merah) dan lampu gangguan / "trouble" (kuning) untuk setiap zone pada zone module atau common trouble lamp dengan trouble selector. - Lampu "power on" (hijau) yang menyatakan sumber daya tersedia dan sistern sedang dalam keadaan fungsi. - Lampu "AC power failure", yang menyatakan adanya gangguan pada rangkaian instalasi (short circuit rangkaian pada ground). - Lampu "bell circuit trouble" yang menyatakan adanya gangguan pada rangkaian bell / horn. - Lampu "common alarm" yang menyatakan terjadinya alarm di sistem akibat detektor bekerja. - Lampu "common trouble" yang menyatakan terjadinya trouble di sistem tersebut. 4.7.2. Tombol - Tombol / switch. - "reset switch" yang berfungsi untuk mengembalikan ke kondisi normal setelah terjadi trouble atau alarm.
128
-
"silence switch" yang berfungsi untuk mematikan buzzer atau bel bila alat tersehut berbunyi. "alarm lamp test switch" yang berfungsi untuk memeriksa apakah lampu - lampu alarm masih berfungsi dengan balk.
4.7.3. Catu Daya. Sistem fire alarm bekerja dengan tegangan 24 volt DC dan dapat dikombinasikan dengan alat-alat dengan tegangan AC, misalnya AC bell dan lamp, dan harus mempunyai catuan ganda, yaitu : - Primary supply 220 VAC - Secondary supply 24 VDC Agar tetap beroperasi selama cater primer 220 V terputus, digunakan catu daya cadf~ngan berbentuk stand-by battery yang rnampu beroperasi selama minimum 20 jam (termasuk operasi bell dan alarm). Catu daya cadangan diletakan di dalam FACP. Jenis battery yang digunakan adalah NI-Cad. Alat pengisi battery diletakan di daam FACP yang dilengkapi dengan booster power supply untuk memperbesar kapasistas arus bagi keperluan bell dan lain sebagainya. 4.8.
Cara Kerja Sistem. 4.8.1. Keadaan Normal. Bilamana tidak terjadi gangguan / trouble atau deteksi kebakaran (alarm), maka sistem dalam keadaan normal yang ditandai dengan menyalanya lampu indikator hijau (AC pilot lamp). Dalam hal ini sistem mendapat catuan daya sumher daya utama 220 VAC dan batere. 4.8.2. Keadaan Darurat. Apabila sumber daya utama padam maka sistem pendapatan catu dari stand - by battery. Hal - hal yang terjadi pada FACP : Lampu kuning menyala (trouble lamp) disertai tanda - tanda yang dapat didengar (buzzer). 4.8.3. Keadaan Alarm. Keadaan alarm akan terjadi apabila mendeteksi adanya asap / panas / api atau manual call point diaktifkan. Dalam keadaan tersebut alarm bell harus dapat bekerja secara otomatis. Lampu merah (lampu merah) clan lampu kuning pada FACP akan menyala, menunjukkan zone yang terjadi alarm. 129
Dengan demikian daerah / ruangan yang dalam keadaan bahaya akan segera diketahui. 4.8.4. Keadaan-Gangguan (Trouble). Bila terjadi gangguan pada sistem (pada detector circuit atau panel kontrol), maka : - Lampu kuning yang terdapat pada FACP harus menyala dengan diiringi suara buzzer yang bisa didengar jelas. - Lampu kuning yang terdapat pada zone module dari zone yang terganggu harus menyala. 5.0.
TEKNIS PELAKSANAAN 5.1. Pemasangan fire alarm harus dilakukan oleh tenaga yang herpengalaman di bidang pekerjaan ini dan pengerjaannya harus teratur. 5.2.
Tidak diperkenankan adanya sambungan - sambungan pada hantaran, sambungan hanya terdapat pada box terminal. Pengawatan harus menggunakan konduit PVC high impact heavy gauge dengan ukuran disesuaikan dengan jumlah kawatnya. Masing - masing wiring diberi tanda untuk daerah mana kawat tersebut, supaya dalam perbaikannya apabila ada kerusakan.
5.3.
Kabel dari FACP ke CTB setiap zone masing - masing 2 pairs. Kabel yang digunakan : 5.3.1. Kabel detektor mm2
: NYY max 2x 2,5 mm2+ Conduit 20
5.3.2. Kabel bell
: NYY max 2x2,5 mm2+ Conduit 20 mm2
5.3.2. Kabel Intercom/Jack phone: ITC 2x2X0,6mm2+ Conduit 20 mm2 5.3.2. Kabel MCFA - TB mm2
: NYMHY max 2x2,5 mm2+ Conduit 20
5.4.
Dari hasil pengerjaan tersebut diserahkan diagram pengawatan lengkap (as built drawing) bekerja petunjuk - petunjuk operasional lainnya.
5.5.
Setiap selesai satu tahapan pekerjaa, harus dilakukan pemeriksaan ulang sebelum dilakukan pengetesan secara keseluruhan.
5.6.
Kontraktor harus dapat bekerja sama atau dapat dikoordinasikan dengan bagian pekerjaan lain, sehingga apabila ada pekerjaan tambahan karena kurang koordinasi, menjadi tanggung jawab Kontraktor.
130
6.0.
TRAINING Kontraktor harus secara lengkap menyediakan operator instruction manual dan memberikan minimum 7 hari training di lapangan kepada operator dari pihak Pemberi Tugas dapat diterima kecakapannya.
7.0.
KETENTUAN LAIN Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memasukan shop drawing kepada Konsultan Manajemen Konstruksi untuk memperoleh persetujuan, mengenai
8.0.
7.1.
Connection diagram.
7.2.
Skedul yang menunjukkan lokasi dan fungsi dari setiap peralatan.
7.3.
Data - data spesifikasi.
7.4.
Konflgurasi FACP. Pengetesan terakhir (commissioning test) sesudah pemeriksaan akhir (final inspection), kalibrasi dan lain-lain harus dilakukan pihak Kontraktor dengan di hadiri oleh pihak Konsultan Manajemen Konstruksi dan Konsultan Perencana.
MERK Seluruh komponen sistem fire alarm harus diusahakan sedapat mungkin dari satu merk untuk menjamin service setelah sistem terpasang. -
Komponen utama fire alarm sek. Fine Bank,Amstrong. Kabel instalasi sek Kabel Metal, Kabelindo Cable conduit sek EGA, Clipsal
131
132
PASAL 25 PEKERJAAN TATA SUARA 1.0.
UMUM Syarat-Syarat Teknis Pekerjaan Tata-Suara yang diuraikan disini adalah persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-Syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.
2.0.
LINGKUP PEKERJAAN 2.1. Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi sistem suara lengkap dengan peralatan-peralatan yang diperlukan seperti yang ditunjuk pada gambar rencana untuk mendapatkan sistem tata suara yang baik, stahil, free of distorsion serta mencapai frekuensi response yang direncanakan.
3.0.
2.2.
Melaksanakan pengujian terhadap instalasi dengan disaksikan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi yang akan menyatakan bahwa instalasi berfungsi dengan baik dan dapat diterima.
2.3.
Melaksanakan pemeliharaan sistem sekurang-kurangnya selama 2 bulan termasuk penyediaan suku cadangnya.
PRINSIP PERENCANAAN Tata Suara Back Ground / Allert System. Sistim tata suara ini berfungsi sebagai back-ground music dan emergency paging. Sinyal suara dari sumber suara (tape deck/ AM-FM tuner/ allert signal module) diterima oleh mixer preamplifier dan disalurkan ke power amplifier untuk diperkuat. Dari power amplifer sinyal suara diteruskan ke seluruh ceiling speaker. Untuk keperluan paging disediakan sebuah microphone yang juga dihubungkan dengan mixer-preamplifier, digunakan untuk melakukan panggilah / pemberitahuan (all call) walaupun attenuator dalam keadaan off.
4.0.
SYARAT-SYARAT TEKNIS Peralatan-peralatan sistem tata suara harus baru, tidak cacat, belum pernah dipakai, telah diuji, dan telah mendapat persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi. Peralatan tata-suara ini harus dapat menerima supply tegangan 220 volt ± 10% pada 50 Hz.
121
4.1.
Gambar Detail Pelaksanaan. 4.1.1. Kontraktor harus membuat dan menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan sistem tata suara kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui. Gambar Detail Pelaksanaan harus diserahkan sebelum pengadaan bahan sehingga diper-oleh cukup waktu untuk memeriksa dan tidak ada tambahan waktu bagi Kontraktor bila mengabaikan hal ini. Gambar Detail Pelaksanaan harus lengkap dan berisi detaildetail yang diperlukan serta mencakup data-data berikut : Nama perangkat tata suara, Jumlah unit, Tata letak/susunan peralatan tata suara, Dimensi, Detail pemasangan dan detail lain yang diperlukan. 4.1.2. Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja yang satu dengan Gambar Kerja yang lain atau antara Gambar Kerja dengan Spesifikasi Teknis, Kontraktor harus menyam-paikannya kepada Pengawas Lapangan untuk dicarikan jalan ke luarnya. 4.1.3. Gambar Kerja Elektrikal hanya menunjukkan tata letak bahan dan peralatan, jalur kabel dan sambungansambungan. Gambar Kerja ini harus diikuti dengan seseksama mungkin. Dalam mempersiapkan Gambar Detail Pelaksanaan, dimensi dan ruang gerak yang digam-barkan dalam Gambar Kerja Arsitektur, Struktur dan Gambar Kerja lainnya yang berkaitan, harus diperiksa. 4.1.4. Kontraktor harus dengan teliti memeriksa kebutuhan ruangan dengan Kontraktor lain yang mungkin bekerja pada lokasi yang sama untuk memastikan bahwa semua peralatan dapat dipasang pada tempat yang telah ditentukan.
4.2.
Pengiriman dan Penyimpanan. 4.2.1. Semua bahan dan peralatan yang didatangkan harus dalam keadaan baik, baru, bebas dari segala cacat, dan dilengkapi dengan label, data teknis dan data lain yang diperlukan. 4.2.2. Semua bahan dan peralatan harus disimpan dalam kemasannya pada tempat yang aman dan terlindung dari kerusakan. 122
4.3.
5.0.
Ketidaksesuaian. Pengawas Lapangan berhak menolak setiap bahan yang didatangkan atau dipasang yang tidak memenuhi ketentuan Gambar Kerja dan/atau Spesifikasi Teknis. Kontraktor harus segera memperbaiki dan/atau mengganti setiap pekerjaan yang dinilai tidak sesuai, tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.
BAHAN-BAHAN. 5.1. Umum. 5.1.1. Semua perangkat sistem tata suara harus dalam keadaan baru, dilengkapi sertifikat lulus uji pabrik dan petunjuk pemasangan serta penggunaan dari pabrik pembuatnya. 5.1.2. Semua perangkat sistem tata suara harus dilengkapi dengan data-data berikut : 5.2.
Merek dan nama pabrik, Tipe, Tegangan kerja dan frekwensi, Distribusi daya, Impedansi, Tanggapan frekwensi, Dimensi, Kabel menggunakan NYY max 2 x 2,5 mm2 Dan data lainnya yang diperlukan.
Peralatan Tata Suara. 5.2.1.Horn speaker harus memiliki kapasitas max 10 Watt , ditempatkan pada tempat sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja, merek Philips,TOA. 5.2.2. Ceiling speaker harus memiliki kapasitas 3 Watt , merek Philips, TOA. 5.2.3. Mixing amplifier harus memiliki kapasitas sesuai ketentuan Gambar Kerja, dan berasal dari merek Philips, TOA. 5.2.4. Selektor Pengeras Suara harus dari merek Philips, TOA.. 5.2.5.Power Amplifier harus dari merek Philips, TOA, dengan kapasitas sesuai ketentuan Gambar Kerja. 123
5.2.6.Pengeras suara langit-langit, memiliki kapasitas ketentuan dalam Gambar Kerja, merek Philips, TOA.
sesuai
5.2.7. Mikrofon harus sesuai berasal dari merek Philips, TOA . 5.2.8. Radio AM/FM harus dari merek Philips, TOA. 5.2.9. Antena AM/FM harus dari merek Philips, TOA. 5.2.10 Peralatan pita kaset, digunakan merek Philips, TOA. 5.2.11.Unit lonceng (chime unit), digunakan merek Philips, TOA. 5.2.12.Rak standar, produksi lokal kualitas terbaik, yang disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi. 6.0.
PELAKSANAAN PEKERJAAN. 6.1. Umum. 6.1.1. Semua perangkat sistem tata suara harus dipasang sesuai petunjuk pemasangan dari pabrik pembuatnya dan Gambar Detail Pelaksanaan serta diagram pengkabelan yang telah disetujui, dengan tetap memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam Spesi-fikasi Teknis ini. 6.1.2. Pengkabelan dan penempatan kabel persyaratan Spesifikasi Teknis. 6.2.
harus
memenuhi
Pemasangan. 6.2.1. Semua perangkat utama yang yang saling berhubungan satu sama lain harus ditempatkan pada ruang khusus seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja. 6.2.2. Pengeras suara langit-langit, corong pengeras harus dipasang menyebar pada seluruh bangunan seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
6.3.
Pengkabelan. Kabel harus dipasang dalam konduit atau rak kabel sesuai ketentuan dalam Spesifi-kasi Teknis. Pengkabelan untuk mikrofon, pembumian, pengeras suara dan kabel daya harus dipi-sahkan satu sama lain dengan isolasi dan 124
pelindung metal. Pelindung harus diterminasi hanya pada salah satu ujungnya. 6.4.
Pembumian. Semua pembumian harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis. Antena harus dibumikan secara terpisah.
6.5.
Pengujian dan Uji Penampilan. 6.5.1. Kontraktor harus melakukan semua pengujian dan pengukuran yang dianggap perlu oleh Pengawas Lapangan untuk memeriksa bahwa seluruh instalasi dapat ber-fungsi dengan baik dan memenuhi semua persyaratan dan seluruh peralatan harus lulus uji fungsional. 6.5.2. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan fasilitas untuk pengukuran, pengujian dan uji penampilan. 6.5.3. Waktu pelaksanaan pengujian dan uji penampilan akan ditentukan oleh Pengawas Lapangan. 6.5.4. Kabel-kabel feeder sebelum dan sesudah diinstalasikan harus lulus uji kesi-nambungan.
6.6.
Uji Penerimaan. Setelah pemasangan selesai, Kontraktor harus mengadakan ujii penerimaan/acceptance test, dengan prosedur pengujian yang disetujui, untuk menunjukkan bahwa semua perangkat bekerja dan beropeasi dengan baik sesuai ketentuan. Kontraktor harus memberitahukan Pemilik Proyek 15 hari sebelum pelaksanaan uji penampilan. Uji penerimaan akan meliputi memperoleh dan menerima berita pada stasiun tertentu, pada tingkat volume yang baik, tanpa campuran suara dari sumber lain atau unit lain.
6.7.
Pemeliharaan dan Pengoperasian Peralatan. 6.7.1. Masa pemeliharaan pekerjaan sistem tata suara sesuai persyaratan dalam Kontrak. Selama masa pemeliharaan ini, Kontraktor diwajibkan untuk mengatasi segala kerusakankerusakan serta kekurangan-kekurangan. 6.7.2. Kontraktor wajib menyerahkan kepada Pemilik Proyek, 3 (tiga) bulan sebelum serah terima, sebanyak 4 (empat) set 125
manual pengoperasian dan pemeliharaan semua peralatan.
126
PASAL 27 PEKERJAAN TELEPON DAN DATA 1.0.
UMUM Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Telepon yang diuraikan di sini adalah persyaratan yang dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini SyaratSyarat Umum Teknis Pekerjaan Elektrikal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini.
2.0.
LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan instalasi telepon ini meliputi : 2.1.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemasangan semua peralatan serta bekerjanya semua sistem komunikasi (yang meliputi sistem telekomunikasi, sistem komputer) di seluruh bangunan pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau Spesifikasi Teknis ini. Tercakup dalam lingkup pekerjaan sistem komunikasi ini meliputi tetapi tidak terbatas pada : PABX dan panel distribusi utama. Kabel telepon dan conduit ITC 2x2,0,6 mm2 + PVC 20mm Conduit type AW. Stop kontak dan pesawat telepon. Kabel, Outlet data dan HUB. Perlengkapan dan aksesori pelengkap pemasangan. Pengujian seluruh sistem komunikasi dan Data.
2.2.
Menyelesaikan seluruh perijinan yang diperlukan sehingga dapat menjamin kelancaran pekerjaan hingga dilakukan serah terima pekerjaan.
2.3.
Melaksanakan pengujian terhadap instalasi sesuai dengan standar PT. TELKOM dengan disaksikan oleh Konsultan Manajemen Konstruksi yang akan menyatakan bahwa instalasi berfungsi dengan baik dan dapat diterima.
2.4.
Melaksanakan pemeliharaan sistem (garansi) sekurang-kurangnya selama 12 (dua betas) bulan, termasuk penyediaan suku cadangannya.
2.5.
Standar/Rujukan 2.5.1 Standar PT Telkom. 2.5.2 Standar Industri Indonesia (SII)/Standar Nasional Indonesia
(SNI). 2.5.3 Verband Deutscher Electrotechniker (VDE). 2.5.4 Spesifikasi Teknis : - 02315 - Galian, Urukan Kembali dan Pemadatan. 132
3.0.
09900 - Pengecatan. 16400 - Distribusi Tegangan Rendah.
PRINSIP PERENCANAAN Yang dimaksud dengan intalasi telepon adalah instalasi PABX dengan saluran terbagi menjadi dua bagian yaitu * TRUNK, adalah saluran yang berhubungan langsung ke saluran jaringan telepon PT. TELKOM atau saluran yang digunakan untuk interkoneksi antara PABX. * EXTENSION, adalah saluran cabang dari PABX yang dihubungkan ke pesawat telepon intern. Mode operasi yang dapat diprogramkan sesuai dengan kebutuhan pada setiap pesawat telepon adalah sebagai berikut : *
* * *
Direct Access, yang memungkinkan hubungan antara pesawat telepon extension dengan pesawat luar (saluran PT. TELKOM) secara otomatis tanpa bantuan operator. Indirect Access, diperlukan bantuan operator agar saluran extension dapat berhubungan dengan saluran PT. TELKOM. No Access, mencegah sama sekali hubungan suatu saluran extension dengan saluran PT. TELKOM. Toll Access, yang memungkinkan hubungan interlokal secara langsung dari suatu saluran extension tanpa bantuan operator.
Pada gambar rencana dapat dilihat titik outlet saluran extension. Status mode yang diinginkan akanditentukan kemudian. Setiap titik outlet di dalam gambar rencana tersebut merupakan titik outlet lengkap dengan had set (pesawat telepon). Selanjutnya operasi yang diinginkan dapat diuraikan seperti di bawah ini : 4.0.
PROSEDUR 4.1. Contoh Bahan, Data Teknis dan Daftar Bahan. 4.1.1. Contoh bahan berikut brosur/data teknis semua bahan sistem komunikasi dan perlengkapannya harus diserahkan kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui, sebelum pengadaan bahan. Diperlukan Kabel UTP Cat5e + PVC conduit type AW 20 mm2 4.1.2. Kontraktor wajib menyerahkan daftar bahan yang akan digunakan, seperti disebutkan dalam Spesifikasi Teknis ini, kepada Pengawas Lapangan untuk diperiksa dan disetujui. Daftar bahan meliputi tipe, model, nama pabrik pembuat, jumlah, ukuran dan data lain yang diperlukan.
133
4.2.
Gambar Detail Pelaksanaan. 4.2.1. Kontraktor harus membuat dan menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan sistem elektrikal kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui. Gambar Detail Pelaksanaan harus diserahkan sebelum pengadaan bahan sehingga diperoleh cukup waktu untuk memeriksa dan tidak ada tambahan waktu bagi Kontraktor bila mengabaikan hal ini. Gambar Detail Pelaksanaan harus lengkap dan berisi detaildetail yang diperlukan. 4.2.2. Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja yang satu dengan Gambar Kerja yang lain atau antara Gambar Kerja dengan Spesifikasi Teknis, Kontraktor harus menyampaikannya kepada Pengawas Lapangan untuk dicarikan jalan ke luarnya. 4.2.3. Gambar Kerja Elektrikal hanya menunjukkan tata letak bahan dan peralatan, jalur kabel dan sambungan-sambungan. Gambar Kerja ini harus diikuti dengan seseksama mungkin. Dalam mempersiapkan Gambar Detail Pelaksanaan, dimensi dan ruang gerak yang digambarkan dalam Gambar Kerja Arsitektur, Struktur dan Gambar Kerja lainnya yang berkaitan, harus diperiksa. 4.2.4. Kontraktor harus dengan teliti memeriksa kebutuhan ruangan dengan Kontraktor lain yang mungkin bekerja pada lokasi yang sama untuk memastikan bahwa semua peralatan dapat dipasang pada tempat yang telah ditentukan.
4.3.
Pengiriman dan Penyimpanan. 4.3.1. Semua bahan dan peralatan yang didatangkan harus dalam keadaan baik, baru, bebas dari segala cacat, dan dilengkapi dengan label, data teknis dan data lain yang diperlukan. 4.3.2. Semua bahan dan peralatan harus disimpan dalam kemasannya pada tempat yang aman dan terlindung dari kerusakan.
4.4.
Ketidaksesuaian. 4.4.1. Pengawas Lapangan berhak menolak setiap bahan yang didatangkan atau dipasang yang tidak memenuhi ketentuan Gambar Kerja dan/atau Spesifikasi Teknis. Kontraktor harus segera memperbaiki dan/atau mengganti setiap pekerjaan yang dinilai tidak sesuai, tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.
134
4.4.2. Bila bahan-bahan yang didatangkan ternyata menyimpang atau berbeda dari yang ditentukan, Kontraktor harus membuat pernyataan tertulis yang menjelaskan usulan penggantian berikut alasan penggantian, dengan maksud bila diterima, akan segera diadakan penyesuaian. Bila Kontraktor mengabaikan hal di atas, Kontraktor bertanggung jawab melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Gambar Kerja. 5.0.
BAHAN-BAHAN. 5.1. Umum. Semua bahan yang didatangkan dan akan dipasang harus baru, bebas dari segala cacat/kerusakan, kualitas terbaik dari produk yang dikenal dan sesuai untuk daerah tropis. 5.2.
Bahan Sistem Telekomunikasi. 5.2.1. PABX harus memiliki kapasitas sambungan langsung dan sambungan perluasan sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja, seperti dari Philips dan Alcatel. 5.2.2. Kotak terminal harus memiliki kapasitas/ukuran sesuai Gambar Kerja, merupakan produksi lokal yang setara dengan produk Siemens atau Harris. 5.2.3. Soket Outlet telepon harus dari MK, Clipsal atau setara. 5.2.4. Kabel yang keluar dari kotak telepon sampai ke pesawat harus dari jenis kabel berisolasi PVC dengan pita pelindung statis, seperti tipe R-V (Pe) V, yang memenuhi ketentuan SII.0710-83/SNI.04-2077-1990, produksi Kabelmetal, Supreme, atau yang setara, dengan ukuran kabel sesuai ketentuan Gambar Kerja. 5.2.5. Rangka distribusi utama (MDF) dengan tipe dan dimensi sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja, merupakan produksi lokal.
5.3.
Bahan Sistem Komputer 5.3.1. Kabel data harus dari tipe category- 5 dengan dimensi sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja, produk AMP, Belden atau yang setara. 5.3.2. Soket Outlet untuk data/komputer harus dari tipe sesuai petunjuk Gambar Kerja, dari produk MK, Clipsal atau yang setara.
135
5.3.3. HUB mempunyai kapasitas 6 port, 16 port dan 24 port sesuai yang ditentukan dalam Gambar Kerja dari produk AMP atau yang setara.
6.0.
5.4.
Pipa konduit untuk kabel telepon harus sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis. Diameter pipa konduit harus sesuai dengan ketentuan dalam Gambar Kerja atau disesuaikan dengan jumlah kabel yang akan ditempatkan di dalamnya.
5.5.
Alat penyambung kabel dan aksesori harus dari 3M setara.
atau yang
PELAKSANAAN PEKERJAAN. 6.1. Umum. 6.1.1. Kontraktor harus memeriksa kebutuhan ruang dengan Kontraktor lain untuk memastikan semua peralatan dan perlengkapannya dapat dipasang pada tempat yang telah ditentukan. 6.1.2. Kontraktor harus segera memperbaiki setiap pekerjaan yang dinilai tidak sesuai oleh Pengawas Lapangan. 6.1.3. Kontraktor secara teratur harus membuang kotoran dan bahan tak terpakai agar dapat bekerja dengan aman. 6.1.4. Kontraktor harus menyediakan semua alat kerja, peralatan pemasangan, peralatan pengujian dan melaksanakan pengujian serta mencatatnya. 6.2.
Pemasangan. 6.2.1. Setiap kotak terminal harus memiliki cadangan sekurangkurangnya 20% . 6.2.2. Seluruh kabel harus diberi tanda dengan tanda kabel. 6.2.3. Kabel dengan 5 (lima) warna yang berbeda (misalnya kuning/putih, putih/hitam, putih/hijau, putih/merah, putih/biru) harus digunakan untuk kode warna pekerjaan marshalling. 6.2.4. Kontraktor harus menyiapkan diagram pemasangan kotak terminal. 6.2.5. Semua kabel komunikasi harus ditempatkan di dalam konduit. 6.2.7. Tinggi maksimal pemasangan kotak terminal sambung ± 160cm dan tinggi minimal ± 40cm. 136
6.2.8. Semua stop kontak harus dipasang dan ditempatkan sesuai petunjuk dalam Gambar kerja atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan. 6.3.
Pemasangan Kabel Tanah. 6.3.1. Kabel tanah harus ditanam pada kedalaman minimal 80cm dan diberi penutup lapisan pasir halus (bebas batuan) tebal minimal 10cm, dan di atasnya ditutup dengan batu bata. 6.3.2. Kabel-kabel yang ditanam melintang jalan harus ditempatkan dalam konduit. 6.3.3. Inti kabel harus disambung dengan cara las. 6.3.4. Semua penyambungan kabel tanah harus dilakukan dengan alat penyambung yang disetujui seperti 3M, Raychem atau yang setara, dengan tipe dan ukuran yang sesuai dengan jenis kabel yang akan disambung. 6.3.5. Kontraktor harus membuat diagram jalur kabel. 6.3.6. Setiap jalur kabel harus diberi tanda kabel yang jelas, sedang untuk setiap sambungan harus diberi tanda khusus. 6.3.7. Pekerjaan galian dan urukan untuk penanaman kabel harus dilaksanakan sesuai Spesifikasi Teknis. 6.3.8. Sebelum dan setelah peletakan kabel, Kontraktor harus mengukur data kualitas kabel yakni isolasi antar kawat, kawat pembumian, tahanan/loop, atenuasi pada 800 Hz, hubungan menerus dan tahanan pelindung kabel.
6.4.
Lapisan Pelindung. 6.4.1. Semua bahan yang dipasang harus sudah memiliki lapisan pelindung. 6.4.2. Konduit kabel telepon harus diberi cat dalam warna sesuai Skema Warna yang akan diberikan kemudian. Bahan cat dan cara pengerjaannya harus sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
6.5.
Pengujian dan Uji Penampilan. 6.5.1. Kontraktor harus melakukan semua pengujian dan pengukuran yang dianggap perlu oleh Pengawas Lapangan untuk memeriksa bahwa seluruh instalasi dapat berfungsi dengan baik dan memenuhi semua persyaratan. 137
6.5.2. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan tenaga kerja untuk pengujian dan perawatan peralatan pengujian dan perlengkapannya agar tetap dalam kondisi baik selama waktu pengujian. 6.5.3. Hasil pengujian harus dicatat oleh Kontraktor dan diserahkan secara resmi kepada Pengawas Lapangan sebelum serah terima pekerjaan. 6.5.4. Waktu pelaksanaan pengujian dan uji penampilan akan ditentukan oleh Pengawas Lapangan. 7.0. PEKERJAAN CCTV DAN MATV 7.1 UMUM Syarat-syarat Teknis Pekerjaan CCTV MATV yang diuraikan di sini adalah persyaratan yang dilaksanakan oleh Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini SyaratSyarat Umum Teknis Pekerjaan Elektrikal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini. 7.2 LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan instalasi CCTV dan MATV ini meliputi : 2.1.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pemasangan semua peralatan serta bekerjanya semua sistem CCTV dan MATV di titik bangunan tertentu seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau Spesifikasi Teknis ini. Tercakup dalam lingkup pekerjaan sistem komunikasi ini meliputi tetapi tidak terbatas pada :
Kabel COAXIAL 5C- 2v – 75 Ohm+ PVC 20mm Conduit type AW.
Perlengkapan dan aksesori pelengkap pemasangan. Pengujian seluruh sistem CCTV dan MATV.
138
PASAL 24 PEKERJAAN PENANGKAL PETIR 1.0
UMUM Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Instalasi Penangkal Petir yang diuraikan di sini adalah persyaratan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor dan hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan peralatan, dalam hal ini Syarat-syarat Umum Teknis Pekerjaan Mekanikal / Elektrikal adalah bagian dari Syarat-Syarat Teknis ini. Dimana sistem penangkal petir yang digunakan pada gedung ini adalah dari type KONVENSIONAL
2.0
LINGKUP PEKERJAAN Yang dicakup dalam pekerjaan ini adalah semua pengadaan dan pemasangan instalasi penangkal petir jenis non-conventional nonradioactive, termasuk batang penerima (air terminal), down conductor, pertanahan dan baik kontrolnya serta peralatan lainnya yang berkaitan dengannya, sebagai suatu sistem keseluruhan maupun bagian -bagianya, seperti yang tertera pada garnbar-garnbar maupun yang dispesifikasikan. Termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang / material, instalasi dan testing terhadap selurruh material, serah terima dan pemeliharaan selama 12 bulan. Ketentuan-ketentuan yang baik tercantum di dalam gambar maupun pada spesifikasi / syarat-syarat teknis tetapi perlu untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi secara keseluruhan tanpa juga termasuk ke dalam pekerjaan ini. Secara umum pekerjaan yang harus dilaksanakan pada proyek ini adalah : Pengadaan dan pengangkutan ke lokasi proyek, pemasangan bahan, material, peralatan dan perlengkapan sistem penangkal petir sesuai dengan peraturan / standar yang berlaku seperti yang ditunjuk pada syarat-syarat umum untuk menunjang beberapa sistem / peralatan, walaupun tidak tercantum pada Syarat-syarat Teknis Khusus atau gambar dokumen.
3.0 3.1.
PERSYARATAN PELAKSANAAN DAN MATERIAL Air Terminal. 3.1.1. Bentuk split terminal harus sedemikian rupa, sehingga mampu mengurangi kemungkinan terjadinya pelepasan ion korona pada ujung runcingnya saat terjadi kondisi statis dari guruh. 3.1.2. Split terminal harus tidak mengalami korosi pada atmosfir normal. 3.1.3. Secara keseluruhan system penegkap petirl harus terisolasi dari bangunan yang dilindunginya pada seluruh kondisi operasi. Down Conductor. 3.2.1. Konduktor/penghantar arus petir menuju pertanahan (down conductor) harus dari jenis triaxial cable yang dibuat khusus untuk
3.2.
118
pemakaian penyaluran terjadinya slide flashing.
arus
petir
yang
mampu
mencegah
3.2.2. Ukuran sesuai dengan anjuran pabirk pembuat air terminal (luas penampang konduktor tembaga inti minimum 70 mm2 dan telah lulus pengujian dari LMK. 3.2.3. Konduktor harus mampu menahan gaya tarik ke atas sebesar 200 kg. 3.2.4. Pada ketinggian 3 meter di atas tanah dan tempat-tempat dimana memungkinkan tersentuhnya konduktor oleh manusia, konduktor harus dilindungi oleh pipa PVC kelas AW dengan minimum 2". 3.2.5. Cara pemasangan konduktor harus sesuai anjuran pabrik, dengan radius belokan minimurn 0,5 m dan diklem setiap jarak 2 meter. 3.2.6. Hubungan antara konduktor dengan air terminal dan elektroda pertanahan harus dilakukan melalui sepatu kabel yang dipasang secara tekan dengan crimping tolls. 3.2.7. Rating tegangan impuls antara konduktor inti dengan konduktor luar dan antara konduktor luar dengan lapisan konduktif min. 250 kV pada kondisi bentuk gelombang 1/50 us. 3.3.
Integral Terminating Resistor. Intergral terminating resistor harus sanggup menyerap komponenkompoonen frekuensi tinggi dari suatu sambaran petir. Di samping itu, harus dapat mengurangi kenaikan tegangan tanah sampai 50%.
3.4.
Elektroda Pentanahan. Konstruksi elektroda pentanahan hat-us sesuai dengan gambar rencana. Besarnya tahapan pentanahan harus tidak lebih dari 2 (dalam hal ini bila diperlukan untuk mencapai nilai tersebut, elektroda pentanahan dapat d pprarel). Lokasi pentanahan dapat dilihat pada gambar rencana, dilengk-a engan baik kontrol pasangan bata untuk memungkinkan pemeriksaan secara berkala terhadap besarnya tahanan pentanahan.
3.5.
Lightning Stroke Counter. Di sisi bagian bawah down conductor, di dalam bak kontrol pertanahan, dipasangkan alat pencatat jumlah sambaran kilat (lightning stroke counter) dari jenis tanah air, kokoh dan mudah dipasang. Alat ini harus bekerja secara elektronis dan akan mencatat setiap sambaran kilat dan arus Iebih besar dari 1.500 A. Alat ini harus mempunyai power sendiri (self powered) dan dapat menghitung sambaran kilat sampai 9999 kali.
3.6.
Teknis Pelaksanaan 3.6.1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor wajib membuat gambar kerja / shop drawing dan gambar detail sebanyak 5 119
rangkap untuk disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. Pekerjaan baru dapat dimulai bila gambar kerja telah mendapat persetujuan. 3.6.2 Jarak titik pentanahan penangkal petir dengan titik pentanahan lainnya (sistem listrik dan PABX) minimum 3 meter. 3.6.3 Semua pelaksanaan pemasangan komponen atau peralatan harus sesuai dengan rekomendasi pabrik. 3.6.4 Box Control ukuran 60x60x50,ternasuk Reinforce Concrete Contrucion. Semua pelaksanaan pemasangan komponen atau peralatan harus sesuai dengan rekomendasi pabrik.
120
PROYEK : GRAHA LAGA SATRIA LOKASI : BANDUNG PEKERJANN : SFESIFIKASI MEKANIKAL / ELEKTRIKAL
No.
A. A.1
A.2
A.3
B B.1
B.2
J
YANG DIPAKAI ACUAN MERK BUATAN PRODUK
URAIAN PEKERJAAN
KETERANGAN
PEKERJAAN PLUMBING PEMIPAAN AIR BERSIH 1 Pompa Distribusi Air Bersih 2 Pompa Booster 3 Pipa air bersih (GIP) 4 Gate valve 5 Strainer 6 Float valve 7 Check valve 8 Tangki air (Roof Tank) 9 Bio septic
Ebara,Groundfos Ebara PPI ONDA ONDA ONDA ONDA Excel Biotech
Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia
PT. Indobara Bahana- Jkt PT. Indobara Bahana- Jkt PT. PPI - Jkt PT. Anggun Permai Sempurna - Jkt PT. Anggun Permai Sempurna - Jkt PT. Anggun Permai Sempurna - Jkt PT. Anggun Permai Sempurna - Jkt PT. Graha Excel Plastindo - Jkt PT.Bioseptic Waterindo Abadi- Jkt
PEMIPAAN AIR KOTOR 1 Pipa Air Kotor + fitting 2 Pipa Air Bekas + fitting 3 Pipa Vent + fitting
WAVIN WAVIN WAVIN
Indonesia Indonesia Indonesia
PT. Wavin Duta Jaya - Jkt PT. Wavin Duta Jaya - Jkt PT. Wavin Duta Jaya - Jkt
SANITARY FIXTURE 1 Floor Drain (FD) 2 Clean Out (CO)
ONDA ONDA
Indonesia Indonesia
AIR CONDITIONING & VENTILASI TATA UDARA (AC) 1 AC Split
LG
Indonesia
SISTEM VENTILASI 1 Exhaust Fan
Panasonic
Indonesia
C
KABEL Feeder dan Distribusi
Supreme Kabelindo
Indonesia Indonesia
D
LAMPU
Artholite Philips
Indonesia Indonesia
E
SAKLAR,STOP KONTAK
Brocco Clipsal
Indonesia Indonesia
F
FIRE ALARM
GENT Simplex
Indonesia Indonesia
G
SOUND SYSTEM
TOA PHILIPS
Indonesia Indonesia
H
KABEL DATA
BELDEN
Indonesia
I
KONDUIT
EGA CLPISAL YAMATO
Indonesia Indonesia Indonesia
FIRE ESTINGUISER
BAB.III KESELAMATAN DAN KESESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI (PAKET PENINGKATAN LAGA SATRIA) 1.Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi. 2.Pekerjaan Paket Peningkatan Gedung Laga Satria terdiri dari: a. Pekerjaan Perapihan dan Pengecatan b. Pekerjaan laminate Flooring Excercise c. Pekerjaan Pasang lantai interior d. Pekerjaan Raiiling Stainless Steel e. Pekerjaan Ramp Ases bangunan f.Pekerjaan Pintu dan Gerbang g. Pekerjaan Saniter dan asesoris h. Pekerjaan Ramp Rakses i. Pekerjaan pintu dan jendela j. Pekerjaan Flooring Arena Utama k. Pekerjaan insulasi atap 3.Potensi Bahaya: Potensi bahaya untuk pekerjaan konstruksi dari tingkat keparahan rendah sampai dengan tingkat keparahan tinggi seperti: a. Terpeleset; b. Terkilir; c. Terbentur benda keras; d. Tergores besi; e. Tertusuk paku/besi; f.Terkena palu; g. Kaki dan tangan terjepit; h. Tertimpa alat berat; i. Kejatuhan material; j. Tertimbun longsoran; k. Tersengat aliran listrik; l. Menghirup gas beracun; dan m. Tersengat listrik, tertimpa alat berat, kejatuhan material, menghirup racun yang menyebabkan luka berat dan Kematian. 4.Identifikasi Bahaya/risiko K3 Konstruksi a. Risiko K3 Konstruksi adalah ukuran kemungkinan kerugian terhadap keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan yang
62
dapat timbul dari sumber bahaya tertentu yang terjadi pada pekerjaan konstruksi; b. Penyedia Jasa diwajibkan membuat penilaian Tingkat Risiko K3 Konstruksi dengan memadukan nilai kekerapan/frekuensi terjadinya peristiwa bahaya K3 dengan keparahan/kerugian/dampak kerusakan yang ditimbulkannya. Langkah-langkah penilaian Tingkat Resiko K3 dapat dilakukan dengan: 1) Mengidentifikasi dan menentukan Nilai Keparahan/ Kerugian/Dampak terjadinya Risiko K3 Konstruksi ( contoh terdapat pada Lampiran 1, tabel 1.1.). 2) Menentukan Nilai Tingkat Resiko K3 Konstruksi (contoh terdapat pada Lampiran 1, tabel 1.2.). Tingkat Risiko K3 Konstruksi (TR) adalah hasil perkalian antara nilai kekerapan terjadinya Risiko K3 Konstruksi (K) dengan nilai keparahan yang ditimbulkan (A). TR= K X A Nilai Kekerapan (K) terdiri dari : 1= Jarang terjadi dalam kegiatan konstruksi 2= Kadang-kadang terjadi dalam kegiatan konstruksi 3= Sering terjadi dalam kegiatan konstruksi Nilai Keparahan/ Kerugian/ Dampak (A) terdiri dari: 1= ringan 2= sedang 3= berat Hasil Perhitungan Tingkat Risiko K3 Konstruksi dapat dijelaskan dengan Tabel dibawah ini. Tabel Tingkat Resiko K3 Kontruksi KEPARAHAN (AKIBAT) TINGKAT RISIKO K3 KONSTRUKSI 1 2 3 KEKERAPAN 1 1 2 3 2 2 4 6 3 3 6 9 Keterangan: : Tingkat Risiko K3 Rendah : Tingkat Risiko K3 Sedang, : Tingkat Risiko K3 Tinggi. 5.Pada penyelenggaraan Kontruksi wajib menerapkan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja). a. SMK3 Konstruksi meliputi: Kebijakan K3; Perencanaan K3; Pengendalian Operasional; Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3; dan Tinjauan Ulang Kinerja K3.
SMK3
(Sistem
63
b. Penyedia Jasa diwajibkan membuat RK3K sebagai bagian dari dokumen usulan teknis (Format RK3K terdapat pada lampiran 2). 6.Biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi dialokasikan dalam biaya umum yang mencakup: a. Penyiapan RK3K; b. Sosialisasi dan Promosi K3; c. Alat pelindung kerja; d. Alat pelindung diri; e. Asuransi dan Perijinan; f.Personil K3; g. Fasilitas sarana kesehatan; h. Rambu-rambu; dan i. Lain-lain terkait dengan risiko K3 7.Peralatan standar K3 di proyek antara lain : a. Pakaian kerja; b. Sepatu kerja; c. Kacamata kerja; d. Sarung Tangan; e. Helm; f.Masker; g. Jas hujan; h. Sabuk pengaman; i. Tangga; dan j. P3K. 8.Evaluasi Teknis untuk menilai pemenuhan persyarakatan K3 yang tertuang dalam RK3K, dilakukan terhadap sasaran dan program K3. 9.Mensyarakatkan Ahli K3 Konstruksi untuk pekerjaan yang mempunyai potensi bahaya K3 tinggi. 10. Melibatkan Petugas K3 Konstruksi untuk Pekerjaan yang mempunyai potensi bahaya K3 rendah.
64
LAMPIRAN 1 Tabel 1.1. IDENTIFIKASI TINGKAT KEPARAHAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN LANJUTAN SPOrT JABAR ARCAMANIK T.A. 2015 PAKET PENINGKATAN GEDUNG LAGA SATRIA Contoh: KEPARAHAN/ KERUGIAN/ DAMPAK TINGKAT NO JENIS PEKERJAAN KESELAMAT KEPARAHAN ORANG HARTA/ BENDA LINGKUNGAN AN UMUM (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Pekerjaan Insulasi atap Ringan (1) Tergores, terpeleset. Gangguan pada Gangguan suara peralatan Sedang (2) Terkilir, terjatuh yang Kerusakan peralatan menyebabkan luka ringan Berat (3) Terjatuh dari Gangguan jaringan ketinggian yang utilitas menyebabkan patah kaki dan gegar otak, keracunan gas beracun yang menyebabkan kematian 3 2 1 0 dst Keterangan: Tingkat keparahan dihitung berdasarkan rata-rata tingkat keparahan pada orang, harta benda, lingkungan, dan keselamatan umum. Untuk tingkat keparahan pada orang yang mengakibatkan kematian maka nilai tingkat keparahan adalah 3 (berat) tanpa harus memperhitungkan nilai rata-rata.
65
TABEL 1.2. TABEL PENETAPAN RESIKO K3 KONSTRUKSI PEKERJAAN PEMBANGUNAN LANJUTAN SPOrT JABAR ARCAMANIK T.A. 2015 PAKET PENINGKATAN GEDUNG LAGA SATRIA Contoh: KESELAMATAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI ORANG HARTA BENDA LINGKUNGAN UMUM NO BERESIKO BAHAYA K A TR=(KxA) K A TR=(KxA) K A TR=(KxA) K A TR=(KxA) 1
Pekerjaan insulasi atap
Tergores, terpeleset, terkilir, Terjatuh, Tersengat aliran listrik, terjatuh dari ketinggian yang menyebabkan patah kaki dan gegar otak, keracunan gas beracun yang menyebabkan kematian, Gangguan pada alat berat, Kerusakan pada alat berat,
3
2
6
3
2
6
3
1
3
0
0
0
2 3 4 dst Nilai Rata-rata Sub Total Nilai rata-Rata Total Kesimpulan Tingkat Risiko (tinggi/sedang/kecil)
Keterangan: 1. Tingkat Risiko K3 Konstruksi (TR) adalah hasil perkalian antara nilai keparahan yang ditimbulkan(A) dengan nilai kekerapan terjadinya risiko K3 Konstruksi (K), jadi TR=AxK. 2. Nilai Keparahan/ Kerugian/ Dampak(A) terdiri dari: - Ringan=1 - Sedang=2 - Berat=3
3. Nilai Kekerapan (A) terdiri dari : - Jarang terjadi dalam kegiatan konstruksi= 1 - Kadang-kadang terjadi dalam kegiatan Konstruksi=2 - Sering terjadi dalam kegiatan konstruksi=3 4. Nilai Tingkat Resiko K3 Konstruksi: - Tingkat Resiko K3 rendah = 1-2 - Tingkat Resiko K3 sedang=3-4 - Tingkat Resiko K3 Tinggi=6-9
66
LAMPIRAN 2 Format Rencana K3 Kontrak (RK3K) (mengacu pada Permen PU No: 05/PRT/M/2014)
FORMAT RENCANA K3 KONTRAK (RK3K) RK3K Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dibuat oleh Penyedia jasa untuk pelaksanaan kontrak, dibahas dan ditetapkan oleh PPK pada saat rapat persiapan pelaksanaan. ............................
(Logo & Nama Perusahaan)
RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K) (digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan) DAFTAR ISI
A. KEBIJAKAN K3 B. ORGANISASI K3 C. PERENCANAAN K3 D. PENGENDALIAN OPERASI K3 E. PEMERIKSAAN DAN EVALUASI KERJA K3 F. TINJAUAN ULANG KINERJA K3 A. KEBIJAKAN K3 (Berupa pernyataan tertulis yang berisi komitmen untuk menerapkan K3 berdasarkan skala risiko dan peraturan perundangan K3 yang dilaksanakan secara konsisten dan harus ditandatangani oleh Manajer atau Kepala Proyek) A.1. Perusahaan Penyedia jasa harus menetapkan Kebijakan K3 pada kegiatan konstruksi yang dilaksanakan. A.2. Kepala Proyek/Project manager harus mengesahkan Kebijakan K3. A.3. Kebijakan K3 yang ditetapkan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1. Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta peningkatan berkelanjutan SMK3; 2. Mencakup komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang terkait dengan K3; 3. Sebagai kerangka untuk menyusun sasaran K3.
- 67 -
B. ORGANISASI K3 Contoh:
C. PERENCANAAN K3 Penyedia jasa wajib membuat Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas, Pengendalian Risiko K3, dan Penanggung Jawab untuk diserahkan, dibahas, dan disetujui PPK pada saat Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak sesuai lingkup pekerjaan yang dilaksanakan. C.1. Identifikasi Bahaya, Penilaian risiko, Skala Prioritas, Pengendalian Risiko K3, dan Penanggung Jawab Penyusunan Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas, Pengendalian Risiko K3, dan Penanggung Jawab sesuai dengan format pada Tabel 1. Tabel 1. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas, Pengendalian Risiko K3, dan Penanggung Jawab Contoh: Nama Perusahaan:................................ Kegiatan :................................ Lokasi :................................ Tanggal Dibuat :................................ N Uraian Identif Penilaian Risiko o Pekerja i-kasi Kekera Kepara Ting -an bahay p-an h-an -kat a Resi -ko (1) 1
(2) Pekerjaan Galian pada basement bangunan gedung dengan kondisi
(3) Tertimbu n
(4) 3
(5) 3
(6) 9 (Tinggi )
Skala Priori -tas
Pengend ali-an Risiko K3
Penanggung Jawab (Nama Petugas )
(7) 1
(8) 1.1.Penggun aan Turap 1.2.Menggun akan metode perancangan
(9) Pengawas Lapangan/ quality engineer
- 68 -
N o
Uraian Pekerja -an
Identif i-kasi bahay a
(1)
(2) tanah labil
(3)
Penilaian Risiko Kekera Kepara Ting p-an h-an -kat Resi -ko (4)
(5)
(6)
Skala Priori -tas
Pengend ali-an Risiko K3
Penanggung Jawab (Nama Petugas )
(7)
(8) 1.3.Menyusun instruksi kerja pekerjaan galian 1.4.Menggun akan rambu peringatan dan barikade 1.5.Melakukan pelatiha n kepada pekerja 1.6.Penggun aan APD yang sesuai
(9)
Ds t
Ketentuan Pengisian Tabel 1 : Kolom : Nomor urut uraian pekerjaan. (1) Kolom : Diisi seluruh item pekerjaan yang mempunyai risiko K3 yang (2) tertuang di dalam dokumen pelelangan. Kolom : Disi dengan identifikasi bahaya yang akan timbul dari seluruh item (3) pekerjaan yang mempunyai risiko K3 Kolom : Diisi dengan nilai (angka) kekerapan terjadinya kecelakaan. (4) Kolom : Diisi dengan nilai (angka) keparahan. (5) Kolom : Perhitungan tingkat risiko K3 adalah nilai kekerapan x keparahan (6) Kolom : Penerapan skala prioritas di terapkan berdasarkan item pekerjaan (7) yang mempunyai tingkat risiko K3 tinggi, sedang dan kecil, dengan penjelasan:prioritas 1 (risiko tinggi), prioritas 2 (risiko sedang), dan prioritas 3 (risiko kecil). Apabila tingkat risiko dinyatakan tinggi, maka item pekerjaan tersebut menjadi prioritas utama (peringkat 1) dalam upaya pengendalian. Kolom : Diisi bentuk pengendalian risiko K3. Bentuk pengendalian risiko (8) menggunakan hirarki pengendalian risiko (Eliminasi, substitusi, rekayasa, administrasi, APD), diisi oleh penyedia jasa pada saat penawaran (belum memperhitungkan penilaian risiko dan skala
- 69 -
prioritas. Keterangan: 1. Eliminasi adalah mendesain ulang pekerjaan atau mengganti material/ bahan sehingga bahaya dapat dihilangkan atau dieliminasi. 2. Substitusi adalah mengganti dengan metode yang lebih aman dan/ atau material yang tingkat bahayanya lebih rendah. 3. Rekayasa teknik adalah melakukan modifikasi teknologi atau peralatan guna menghindari kecelakaan 4. Administrasi adalah pengendalian melalui pelaksanaan prosedur untuk bekerja secara aman. 5. APD adalah alat pelindung diri yang memenuhi standard dan harus dipakai oleh pekerja pada semua pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaannya. : Diisi penanggung jawab (nama petugas) pengendali risiko.
Kolom (9)
C2. Pemenuhan Perundang-Undangan dan Persyaratan lainnya Daftar Peraturan Perundang-Undangan dan Persyaratan K3 yang digunakan sebagi acuan dalam melaksanakan SMK3 Konstruksi antara lain sebagai berikut: 1. Undang Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014
tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi bidang Pekerjaan Umum. C.3. Sasaran dan Program K3 C.3.1. Sasaran 1. Sasaran Umum: Nihil Kecelakaan Kerja yang fatal (Zero Fatal Accidents) pada pekerjaan konstruksi. 2. Sasaran Khusus: Sasaran khusus adalah sasaran rinci dari setiap pengendalian risiko yang disusun guna tercapainya sasaran umum. C.3.2. Program K3
- 70 -
Program K3 meliputi : sumber daya, jangka waktu, indikator pencapaian, monitoring, dan penanggung jawab. Penyusunan Sasaran dan Program K3 seperti contoh dalam tabel 2. Tabel 2. Penyusunan Sasaran dan Program K3 Nama Perusahaan:................................ Kegiatan :................................ Lokasi :................................ Tanggal Dibuat :................................
N o
(1 ) 1
Sasaran Khusus Urai- Tolok an Ukur
Program
Uraian Pekerjaa n
Pengenda lian Risiko
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Pekerjaa n galian pada basemen t banguna n gedung dengan kondisi tanah labil
1.1. Pengg unaan turap
Seluruh pekerjaan galian dipastikan meme nuhi prinsip kesela matan
Peng guna an turap memenuhi spesif ikasi
1.2. Menggunakan metode peman canga n
Tersedianya metode
Sesu ai dengan metode yang telah ditetapkan
1.3. Menyu sun instruk si kerja pekerj aan galian 1.4. Menggunakan
Tersedianya instruk si kerja
Seluruh lokasi
Jangka Waktu (7)
Indikator Pencapa i-an
Moni toring
Penanggung jawab
Biaya (Rp)
(8)
(9)
(10)
(11)
-bahan (turap, peralat an kerja, dll yang terkait) -SDM sesuai denga n kebutu han Dokumen (manu -al instruc -tion/ petunjuk kerja)
Sebelum bekerj a harus sudah lengkap
Turap terpasan g sesuai dengan gambar dan spesifika si
Chec klist
Pengawa s atau petugas terkait
Rp 800rb /m2
Sesua i denga n jadwal pelaksanaa n
Tertib melaksan akan sesuai dengan metode
Chec klist
Quality engineer
Rp 500rb /m lari
Sesu ai dengan instruksi kerja
Dokumen petunjuk kerja
Sesua i jadwal pelaksanaa n
Tertib melaksan akan petunjuk kerja
Chec klist
Quality engineer
Rambu dan
-Rambu & barika-
Sebelum bekerj
100% sesuai standar
Chec klist
Petugas K3
Sumber Daya
- 71 -
N o
Uraian Pekerjaa n
Pengenda lian Risiko
(2)
(3)
(1 )
Sasaran Khusus Urai- Tolok an Ukur
Program Sumber Daya
(4)
(5)
(6)
rambu peringatan barikade
galian diberikan rambu dan barikade standar
de - SDM sesuai denga n kebutu han
1.5. Melak ukan pelatih an kepad a pekerj a
Seluruh pekerja terkait telah mengi kuti pelatih an & penyu -luhan
barik ade standar (dicar i contoh dari jasa marga) Lulus tes & paham mengenai siste m kesel amat an galian
Jangka Waktu (7)
Indikator Pencapa i-an
Moni toring
Penanggung jawab
Biaya (Rp)
(8)
(9)
(10)
(11)
a harus sudah lengkap
dst
Ketentuan Pengisian Tabel 2: Kolom (1) Kolom (2) Kolom (3) Kolom (4) Kolom (5) Kolom (6) Kolom (7) Kolom (8) Kolom (9) Kolom(10) Kolom(11)
: No urut kegiatan. : Diisi seluruh item pekerjaan yang mempunyai risiko K3 yang tertuang di dalam dokumen pelelangan. : Diisi pengendalian risiko. : Diisi uraian dari sasaran khusus yang ingin dicapai terhadap pengendalian risiko pada kolom 3. : Tolak ukur merupakan ukuran yang bersifat kualitatif ataupun kuantitatif : Diisi sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan program kerja atas sasaran yang hendak dicapai. : Diisi jangka waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan program kerja atas sasaran khusus yang hendak dicapai. : Indikator pencapaian adalah ukuran keberhasilan pelaksanaan program. : Diisi bentuk-bentuk monitoring yang dilaksanakan dalam rangka memastikan bahwa pencapaian sasaran dipenuhi : Penanggung jawab pelaksana program : Diisi biaya kebutuhan pelaksanaan program
- 72 -
D. PENGENDALIAN OPERASIONAL Pengendalian operasional berupa prosedur kerja, yang harus mencakup seluruh upaya pengendalian pada tabel 2, diantaranya: 1. Menunjuk Penanggung
Jawab Kegiatan SMK3 yang dituangkan dalam
Struktur Organisasi K3 beserta Uraian Tugas. 2. Upaya pengendalian berdasarkan lingkup pekerjaan sesuai pada contoh Tabel 2; 3. Prediksi dan rencana penanganan kondisi keadaan darurat tempat kerja; 4. Program-program detail pelatihan sesuai pengendalian risiko pada contoh Tabel 2; 5. Sistem pertolongan pertama pada kecelakaan; 6. Disesuaikan kebutuhan tingkat pengendalian risiko K3 seperti yang tertera pada contoh tabel 1. Identifikasi bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas, Pengendalian Risiko K3, dan Penanggung Jawab.
E.PEMERIKSAAN DAN EVALUASI KINERJA K3 Kegiatan pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan mengacu pada kegiatan yang dilaksanakan pada bagian D. (Pengendalian Operasional) berdasarkan upaya pengendalian pada bagian C (Perencanaan K3) sesuai dengan uraian tabel 2 (Sasaran dan Program K3).
F.TINJAUAN ULANG K3 Hasil pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 pada bagian E diklasifikasikan dengan katagori sesuai dan tidak sesuai tolok ukur sebagaimana ditetapkan pada tabel 2. Sasaran dan Program K3. Hal-hal yang tidak sesuai, termasuk bilamana kecelakaan kerja dilakukan peninjauan ulang untuk diambil tindakan perbaikan.
Dibuat oleh, (Penanggung Jawab Lapangan/Team Leader)
( ............................... ) Penyedia jasa
- 73 -
- 74 -