11 INDIKATOR DASAR PELAYANAN KESEHATAN IBU dan ANAK Tanggal : 20 December 2009 | Oleh : Putu Sudayasa | Skip ke Komentar | SALAH SATU tujuan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah meningkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak. Dalam keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok yang paling rentan dan peka, terhadap berbagai masalah kesehatan, seperti: kejadian kesakitan (morbiditas) dan gangguan gizi (malnutrisi), yang seringkali berakhir dengan kecacatan (disability) atau kematian (mortalitas). PUSKESMAS melalui pelayanan kesehatan di dalam dan luar gedung, melakukan seluruh program kesehatan Ibu dan Anak secara menyeluruh, dengan memperhatikan beberapa indikator cakupan program KIA yang terpadu dengan beberapa kegiatan lainnya seperti program gizi, imunisasi dan upaya kesehatan sekolah (UKS). 1.
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) : 95%
2.
Cakupan Komplikasi Kebidanan : 80 %
3.
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan : 90%
4.
Cakupan Pelayanan Nifas : 90%
5.
Cakupan Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi : 80%
6.
Cakupan Kunjungan Bayi : 90 %
7.
Cakupan Imunisasi Bayi (Universal Child Immunization): 100 %
8.
Cakupan Pelayanan Anak Balita : 90 %
9.
Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI : 100 %
10.
Cakupan Perawatan Balita Gizi Buruk : 100 %
11.
Cakupan Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar : 100 %
SETIAP cakupan program tersebut merupakan rincian Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD), yang diharapkan bisa tercapai pada kurun waktu 2010-2015, dimana menjadi target khusus pelayanan di tingkat puskesmas, sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada setiap Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Definisi: Bayi BBLR = berat lahir kurang dari 2500 gram atau ukuran LILA < 9,5 cm atau LIDA < 29,5 cm. Bayi risiko tinggi: asfiksia, trauma lahir, pnemonia berat, BBLR, menderita Tetanus Neonatorum. Anak balita risiko tinggi: balita tinggal di keluarga dengan penderita TB atau kusta, HIV, balita dengan kelainan tumbuh kembang, balita dengan kelainan gizi. Usila risiko tinggi: umur > 70 tahun yang sakit, cacat, pasca perawatan, pasca stroke, dimensia. % penduduk WUS (15-45 tahun) di Kabupaten Kampar menurut resiko KEK = 5,6% IBU HAMIL Rumus BB ideal ibu hamil (BBIH) = BBI + (UH x 0.35) Dimana penjelasannya adalah • BBIH adalah Berat Badan Ideal Ibu Hamil yang akan dicari. BBI = ( TB – 110) jika TB diatas 160 cm (TB – 105 ) jika TB dibawah 160 cm Berat badan ideal ini merupakan pengembangan dari (TB-100) oleh Broca untuk orang Eropa dan disesuaikan olehKatsura untuk orang Indonesia. • UH adalah Umur kehamilan dalam minggu, 1
o Diambil perminggu agar kontrol faktor resiko penambahan berat badan dapat dengan dini diketahui. • 0.35 adalah Tambahan berat badan kg per minggunya 350-400 gram diambil nilai terendah 350 gram atau 0.35 kg o Dasarnya diambil nilai ditekankan pada kualitas
terendah (mutu)
adalah penambahan berat bukan pada kuantitas
badan lebih (banyaknya).
Usia kehamilan: i. Trimester I : 0-14 mgg ii. Trimester II : 14-28 mgg iii. Trimester III: 28-42 mgg Jumlah kunjungan K1 ibu hamil = jumlah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Jumlah kunjungan K4 ibu hamil = jumlah kontak keempat atau lebih ibu hamil dengan tenaga kesehatan baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Frekuensi pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan , TERKECUALI TERHADAP IBU HAMIL DENGAN FAKTOR RISIKO DAN RISIKO. Untuk ibu hamil dengan faktor risiko dan risiko pelayanan antenatalnya tidak terhingga. Pelayanan Asuhan Standar Minimal “7 T” 1) Timbang berat badan dan tinggi badan. 2) Ukur tekanan darah. 3) Ukur tinggi fundus uteri. 4) Imunisasi TT lengkap (skrining TT) 5) Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan. 6) Tengok/ periksa ibu hamil dari ujung rambut ujung kaki. 7) Tanya (temu wicara) dalam rangka persiapan rujukan. 8) Tes penyakit menular seksual.
sampai
dengan
Pemeriksaan luar ibu hamil: LEOPOLD = L1,L2,L3,L4 Taksiran Berat Janin = (Tinggi FU-N) x 155 N 13 bila kepala blm melewati PAP N 12 bila kepala msh berada di atas spina iskiadika N 11 bila kepala msh berada di bawah spina iskiadika Kehamilan: Kehamilan cukup bulan: 40-43 mgg Kehamilan prematur : 28-36 mgg Kehamilan postmatur/serotinus: > 43mgg PERSALINAN NORMAL Proses Persalinan dibagi menjadi 4 kala: 1. Kala I : Kala pembukaan serviks o Fase Laten: 8 jam, sampai pembukaan 3 cm. His masih lemah dan jarang o Fase aktif - Fase akselerasi: 2 jam, dg pembukaan 2-3 cm - Fase dilatasi max: 2 jam, dg pembukaan 4-9 cm - Fase deselerasi: 2 jam, pembukaan lebih dari 9 cm sampai pembukaan lengkap. His tiap 3-4 menit selama 45 detik Total 14 jam pada primigravida 2
2. Kala II : Kala pengeluaran • Setelah serviks membuka lengkap, janin akan segera keluar. • His terjadi tiap 2-3 menit, lamanya 60-90 detik. • Janin keluar sampai lahir karena kekuatan his dan kekuatan mengedan • Nilai APGAR score! Pada primigravida berlangsung 1,5 jam sedang multigravida 0,5 jam 3. Kala III : Kala uri - Plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan, ada 2 fase: • Melepasnya plasenta dari dinding uterus • Pengeluaran plasenta dari kavum uteri - Berlangsung 6-15 menit setelah janin dikeluarkan. – Kala IV : Hingga 1 jam stlh plasenta lahir • Yang perlu diperhatikan: – Kontraksi uterus baik – Tidak ada perdarahan hebat – Plasenta dan selaput ketuban telah lahir lengkap – Vesika urinaria kosong – Luka perineum baik – Ibu dan bayi dalam keadaan baik • Observasi ibu dan bayi 24 jam. Induksi Persalinan: - Induksi persalinan adalah tindakan terhadap ibu hamil untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim agar terjadi persalinan - Tujuannya agar didapat his 3x dalam 10 menit, lamanya 40 detik (3x/10’/40’’). MAKING PREGNANCY SAFER: 1. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kes. Ibu, bayi baru lahir di tingkat pelayanan dasar dan rujukan 2. Membangun kemiteraan yang efektif 3. Mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat 4. Penguatan manajemen program KIA: sistem survailans, monitoring dan informasi KIA dan pembiayaan. Buku KIA 1. Menyediakan informasi tentang kesehatan dan gizi ibu dan anak di tingkat keluarga 2. Meningkatkan komunikasi antara petugas dan ibu/keluarga mengenai KIA 3. Meningkatkan jangkauan & kualitas pelayanan KIA yang paripurna dan berkesinambungan Tujuan Buku KIA Umum: Ibu dan anak mempunyai catatan kesehatan yang lengkap, sejak ibu hamil sampai anak berumur lima tahun Khusus: 1. Untuk mencatat dan memantau kesehatan ibu dan anak 2. Alat komunikasi dan penyuluhan yang dilengkapi dengan informasi penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat tentang kesehatan, gizi dan standar pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak 3. Alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak 4. Catatan pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannya Komponen Ibu dalam Buku KIA Kesehatan: Ibu Hamil 3
Ibu Bersalin Ibu Nifas KB Catatan Kesehatan Ibu P4K (Perencanaan Persalinan & Pencegahan Komplikasi) Komponen Anak dalam buku KIA Kesehatan Anak - Perawatan Bayi Baru Lahir sampai Balita - Perawatan sehari-hari balita - Perawatan Anak Sakit - Cara memberi makan anak - Cara merangsang perkembangan anak - Cara membuat MP-ASI Catatan Kesehatan Anak Kartu Menuju Sehat Manfaat Buku KIA dalam mendukung Kesehatan Ibu dan Anak: 1. Sebagai alat untuk mobilisasi sosial dan pemberdayaan masyarakat. 2. Sebagai Alat untuk meningkatkan kualitas pelayanan KIA: - standar pelayanan oleh petugas - hak ibu menerima pelayanan sesuai standar - kerjasama petugas dan masyarakat untuk mewujudkan pelayanan KIA yang berkualitas 3. Sebagai alat untuk meningkatkan surveilance, monitoring dan sistem informasi: - catatan kesehatan berguna dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak walaupun diberikan oleh petugas kesehatan yang berbeda - indikator komitmen pemerintah terhadap kesehatan ibu dan anak Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh BdD dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi pada ibu hamil, termasuk perencanaan pemakaian Alat Kontrasepsi Paska Persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran untuk menigkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir serta KB. Tujuan P4K: Tujuan umum Meningkatkan Persalinan oleh Kesehatan terlatih sehingga menjamin keselamatan ibu hamil dalam persalinan dan menurunkan ‘unmet need’ KB pada ibu hamil Tujuan Khusus: - Dipahaminya setiap persalinan berisiko oleh Suami, keluarga, masyarakat luas - Meningkatnya ketrampilan SPK 8 saat ANC oleh bidan - Adanya rencana persalinan aman yang disepakati antara ibu hamil, suami, keluarga dgn bidan - Adanya rencana untuk menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan yang disepakati oleh ibu hamil, suami, keluarga dan Bidan - Adanya dukungan secara luas dari tokoh-tokoh masyarakat baik formal maupun non formal, kader, dukun bayi dll dalam rencana persalinan & KB setelah melahirkan sesuai dengan perannya masing-masing. Adanya dukungan sukarela dari keluarga dan masyarakat dalam perencanaan persiapan persalinan dalam hal biaya, sarana transportasi, donor darah dan segala sesuatu yang diperlukan dalam proses persalinan termasuk menghadapi kegawat daruratan ibu hamil, ibu bersalin dan bayi baru lahir. - Memantapkan kerjasama antara bidan, dukun bayi & kader. Komponen P4K dengan stiker: • Pencatatan Ibu Hamil • Donor Darah • Transport/Ambulan Desa 4
• Suami/Keluarga menemani Ibu pada saat bersalin • IMD • Kunjungan Nifas • Kunjungan Rumah • Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin) = uang yang dikumpulkan oleh ibu hamil dan disimpan sendiri di rumah, di bank atau di bidan yang akan membantu persalinan. • Dasolin (Dana Sosial Bersalin) = dana bersama yang dikumpulkan warga dan dikelola oleh pengurus berdasarkan kesepakatan bersama dengan warga, bisa berupa barang yang bisa dirupiahkan. Bentuk kegiatan P4K: - Mengunjungi bumil sekian kali kunjungan - Menyepakati tempat bersalin - Menanyakan siapa penolong persalinan menurut ibu - Menanyakan siapa penolong persalinan menurut keluarga - Menentukan transportasi untuk ke bidan - Membicarakan masalah biaya persalinan - Membicarakan siapa calon donor darah - Membicarakan siapa pendamping saat melahirkan - Membicarakan siapa yg manjaga anak yg lain di rumah - Menyampaikan tanda-tanda bahaya pd kehamilan dan persalinan - Menentukan siapa yang siaga di keluarga ibu saat persalinan - Membicarakan apa metode KB yang disetujui keluarga setelah melahirkan. Kegiatan selanjutnya KESEPAKATAN antara IBU HAMIL dengan BIDAN dan diketahui oleh keluarga yang berisikan : 1. Yang akan membantu persalinan adalah Bidan/tenaga kesehatan yang berkompeten 2. Persiapan biaya persalinan 3. Persiapan transportasi/kendaraan 4. Metode KB yang dipergunakan setelah melahirkan 5. Siapa pendonor darah. Semua rumah yang di dalamnya terdapat ibu hamil akan ditempeli stiker berisi nama, tanggal taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan, transportasi dan calon pendonor darah. Dengan demikian, setiap kehamilan sampai dengan persalinan dan nifas dapat dipantau oleh masyarakat sekitar dan tenaga kesehatan sehingga persalinan ibu tersebut berjalan dengan aman dan selamat. Kegiatan ini merupakan penguatan terwujudnya Desa Siaga melalui upaya mengenali dan melakukan pencatatan data kehamilan yang ada di desa, serta memberikan Stiker Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi kepada setiap ibu hamil di rumahnya agar masyarakat sekitar mengetahui keberadaan ibu hamil di wilayah mereka dan dapat dipantau bidan secara intensif. Selain itu, stiker ini juga bertujuan untuk meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, membentuk kelompok donor darah agar ada jaminan ketersediaan darah yang dapat digunakan sewaktu-waktu apabila terjadi perdarahan pada ibu hamil, bersalin dan nifas, merencanakan dan menyiapkan sistem angkutan desa untuk menangani kasus darurat pada saat persalinan apabila diperlukan rujukan, serta merencanakan pengumpulan dana dan menginformasikan ketersediaan bantuan Jamkesmas bagi yang membutuhkan. Stiker dilepaskan sampai 40 hari pasca persalinan dimana ibu dan bayi yang dilahirkan aman dan selamat. Ibu hamil berisiko adalah Ibu hamil berisiko adalah ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan risiko tinggi. Faktor risiko : Faktor risiko adalah kehamilan normal yang mempunyai resiko kehamilan, namun tidak secara langsung meningkatkan risiko kematian ibu. Ibu hamil dengan faktor resiko: 1. Primigravida < 20 tahun atau > 35 Tahun. 2. Hamil > 4 3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang < 2 tahun. 4. Tinggi badan < 145 cm. 5. Berat badan < 38 kg atau LILA < 23,5 cm 6. Riwayat keluarga menderita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat kongenital 7. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang 5
belakang atau panggul. EMPAT TERLALU: - Terlalu muda melahirkan - Terlalu sering melahirkan - Terlalu rapat jarak melahirkan - Terlalu tua melahirkan Risiko tinggi/komplikasi suatu keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Ibu hamil dengan resiko tinggi: 1. Hb < 8gr% 2. Tekanan darah tinggi (sistole > 150 mmHg, diastole > 90 mmHg) 3. Edema nyata 4. Eklampsia 5. Perdarahan pervaginam 6. Ketuban pecah dini 7. Letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu 8. Letak sungsang pada primigravida 9. Infeksi berat/sepsis 10. Persalinan prematur 11. Kehamilan ganda 12. Janin yang besar. 13. Penyakit kronis pada ibu: jantung, paru, ginjal, dll. 14. Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah caesar dan komplikasi kehamilan. KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN Tujuan: Menggeser peran dukun bayi dalam pertolongan persalinan sebagai mitra bidan, yang semula sebagai penolong persalinan menjadi kegiatan perawatan bayi dan ibu setelah persalinan. Kemitraan Bidan dan Dukun merupakan bentuk kerja sama yang saling menguntungkan antara bidan dan dukun. Diharapkan seluruh pertolongan persalinan ditangani oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kemampuan dan keterampilan khusus dalam pertolongan persalinan dengan tetap melibatkan dukun pada kegiatan yang terbatas dan tidak membahayakan ibu dan bayinya. Dalam kerja sama: 1. Ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing anggota: - Dukun bayi dan bidan sepakat bermitra dalam menolong persalinan - Dukun bayi tidak boleh menolong persalinan sendiri dan harus memanggil bidan desa bila menolong persalinan - Dukun bayi tidak boleh periksa dalam - Dukun bayi tidak boleh langsung memandikan bayi vbaru lahir - Pembayaran persalinan dilakukan sendiri oleh ibu/keluarga pasien - Untuk pasien maskin bidan desa dibyar melalui Jamkesmas, sedang dukun bayi boleh seikhlas pasien - Setiap bumil yang kunjungan pertama ke dukun, harus dirujuk ke bidan desa - Apabila dukun menolong persalinan sendiri, sangsinya adalah menyerahkan menyerahkan sebagian biaya persalinan ke bidan desa - Dukun bayi bersedia arisan setiap bulan. 2. Peninjauan kembali terhadap kesepakatan yang telah dibuat 3. Saling berbagi dalam resiko maupun manfaat yang diperoleh. Tiga prinsip kemitraan: 1. Keterbukaan 2. Kesetaraan 3. Saling menguntungkan Bentuk kegiatan kemitraan Bidan dan ukun: - Pendataan jumlah ibu hamil, kelahiran dan kematian ibu dan bayi - Pemetaan (kantong persalinan) - Penyebarluasan informasi terutama tentang - Tanda bahaya - Persiapan persalinan dan menghadapi keadaan kegawatdaruratan - Pelaksanaan Posyandu, Polindes - Pemeriksaan kehamilan. Bekerja sama untuk meningkatkan cakupan pemeriksaan ibu hamil baru dan menurunkan kehilangan kesempatan mendapatkan pelayanan kehamilan lengkap (K4) Pendampingan persalinan Berdampingan dalam penatalaksanaan pelayanan pertolongan persalinan 6
- Pelaksanaan pelayanan pada masa nifas dan keluarga berencana. Diutamakan pada: - pencegahan terjadinya kehamilan 4 terlalu - memastikan semua ibu nifas serta ibu pasca keguguran menggunakan kontrasepsi - Bekerjasama dalam penatalaksanaan rujukan kasus kegawatdaruratan. Tiga keterlambatan: 1. Terlambat mengenali tanda bahaya obsterik dan terlambat mengambil keputusan karena rendahnya tingkat pendidikan 2. Terlambat merujuk karena faktor geografi, ketersediaan transportasi yang terbatas dan dana 3. Terlambat mendapatkan penanganan di fasilitas kesehatan karena masih kurangnya tenaga terampil mulai bidan desa dan tim Puskesmas yang belum mampu memberikan PONED dan belum ada RS ponek. ******** Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, penyebab langsung kematian ibu diantaranya adalah perdarahan (28%), eklamsi (24%), infeksi (11%), komplikasi puerpurium (8%), partus lama (5%), dan abortus (5%), trauma obstertrik (5%), emboli obstetrik (3%), lain-lain (11%). ******** Sedangkan penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia diantaranya asfiksia (27%), berat bayi baru lahir rendah (29%), tetanus neonatorum (10%), masalah pemberian makanan (10%), gangguan hematologik (6%), infeksi (5%), dan lain-lain (13%). Komplikasi kehamilan: hiperemesis, eklampsia, infeksi, perdarahan, dll IBU MENINGGAL KARENA 3 TERLAMBAT: 4. Terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan (di rumah) a. Keputusan keluarga - Pengetahuan - Ketersediaan biaya - Kesibukan keluarga - Sosial budaya b. Ketersediaan transportasi 5. Terlambat mencapai fasilitas kesehatan (di perjalanan) a. Sarana transportasi b. Tingkat kesulitan c. Waktu tempuh 6. Terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan a. Di Puskesmas - Kesiapan petugas - Ketersediaan alat dan bahan - Sikap petugas b. Di RS - Ketersediaan alat dan bahan - Sikap petugas - Biaya - Perdarahan: 28 % kematian ibu dan 60%nya (35% - 40% total kematian) karena perdarahan postpartum ® 50%nya dapat dicegah dgn manajemen aktif kala III persalinan normal (Prev & prom) - Sepsis: 11% kematian ibu ® dapat dicegah dgn persalinan bersih (Prev & prom) - Gangguan pernafasan dan kardivaskuler serta kematian neonatal yang berhubungan dengan persalinan ® dapat dicegah dengan persalinan aman dan bersih AUDIT MATERNAL PERINATAL AMP dilakukan semua kematian ibu dan bayi untuk mencari penyebabnya dan dirancang untuk tidak menyalahkan ataupun memberi sangsi pada satu pihak, namun diharapkan agar terulang kejadian sama dikemudian hari, selanjutnya ditelusuri lebih atas kepatuhan petugas kesehatan 7
terhadap prosedur atau protokol yang seharusnya, oleh karena itu perlu dihadirkan tenaga ahlinya Audit Maternal: - Perdarahan - Infeksi Jalan Lahir - Pre/eklampsi - Partus lama - Komplikasi abortus - Kematian ibu sebab lain Audit Perinatal: - BBLR - Tetanus Neonatorum - Asfiksia - Hipotermi - Kasus lain perinatal Jumlah rujukan maternal dan perinatal Jumlah kematian: - Bayi lahir mati - Bayi mati sebab lain - Anak Balita Mati Vitamin A Profilaksis Guna: mencegah peradarahan otak (PDVK) Dosis: - IM = 1 mg dosis tunggal - Oral = 3 x 2 mg diberikan sewaktu BBL, usia 3-7 hari dan 1-2 bulan. Kunjungan Nifas (Bufas) adalah adalah kontak ibu nifas dgn tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan. Kunjungan nifas bisa dikatakan lengkap telah dilakukan bila kunjungan telah dilaksanakan 3 kali: - Bufas 1 = 6 jam post partum s/d 24 jam pp - Bufas 2 =hari ke-2 s/d hari ke-7 - Bufas 3 = hari ke-8 s/d 42 hari sudah dapat tablet Fe dan Vit A dlm 24 jam postpartum. Pada bulan Desember 2002, The International Vitamin A Consultative Group (IVACG) mengeluarkan rekomendasi bahwa seluruh ibu nifas seharusnya menerima 400.000 SI atau dua kapsul dosis tinggi @ 200,000 SI. Pemberian kapsul pertama dilakukan segera setelah melahirkan dan kapsul kedua diberikan satu hari setelah pemberian kapsul pertama dan tidak lebih dari 6 minggu seteah melahirkan. Apa manfaat kapsul vitamin A untuk ibu nifas? a. Meningkatkan kandungan vitamin A dalam Air Susu Ibu (ASI). b. Bayi lebih kebal dan jarang kena penyakit karena infeksi. c. Kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan. Mengapa ibu nifas harus minum 2 kapsul vitamin A? a. Bayi lahir dengan cadangan vitamin A yang rendah. b. Kebutuhan bayi akan vitamin A tinggi untuk pertumbuhan dan peningkatan daya tahan tubuh. c. Pemberian 1 (satu) kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah pada ibu nifas hanya cukup untuk meningkatkan kandungan vitamin A dalam ASI selama 60 hari. d. Pemberian 2 (dua) kapsul vitamin A 200.000 SI diharapkan dapat menambah kandungan vitamin A dalam ASI sampai bayi usia 6 bulan. Penyebab rendahnya cakupan vit A Ibu nifas: Stok vit A kurang tersedia setiap saat, ketersediaan vit A pd bulan Feb – Agt tidak mencukupi karena banyak kapsul vit A yg kadaluarsa/expired. Kunjungan Neonatal (KN) adalah Kunjungan Neonatal adalah kontak neonatal dgn tenaga kesehatan untuk mendapatkan palayanan dan pemeriksaan kesehatan. vit K1KN1 = 6 jam postpartum s/d hari ke-3 vit K2KN2 = Hari ke-4 s/d hari ke-7 KN3 = Hari ke-8 – 28 vit K3hari 8
Pertolongan persalinan tidak termasuk KN. Kunjungan bayi: - Imunisasi - SDIDTK - Asi Eksklusif - Pemberian Vit A - Pengobatan/rujukan Bayi disebut paripurna bila - mendapat vit K - mendapat kunjungan KN3 - minimal 4 kali kunjungan dalam setahun - mendapat vit A dua kali pada bulan Februari dan Agustus - mendapat stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang - mendapat imunisasi dasar sampai dengan campak PERTANYAAN SEPUTAR KIA 1) Mengapa angka kematian bayi dijadikan indikator kesehatan masyarakat suatu Negara? Sebab Semakin tinggi AKB suatu negara maka semakin jelek kualitas derajat kesehatan masyarakat di kawasana tersebut. 2) bagaimana proses akselerasi angka kematian ibu? MPS sebagai upaya akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini di Indonesia masih cukup tinggi, berdasarkan data SDKI 2007 AKI di Indonesia sebesar 228/100.000 kelahiran hidup dan diperkirakan setiap tahunnya dalam lima juta persalinan terdapat 20.000 ibu yang meninggal . Sekitar 90% kematian ibu disebabkan karena sebab yang secara langsung berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan dan nifas ibu seperti perdarahan, eklamsia maupun infeksi. selain penyebab langsung, penyebab tidak langsung seperti "4 Terlalu" (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak) dan "3 Terlambat" (terlambat mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan dan terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan) juga menjadi faktor penting yang memberikan kontribusi terhadap kematian ibu di Indonesia. Untuk menangani hal tersebut pemerintah sudah mengupayakan berbagai program seperti safe motherhood dan MPS (Making Pregnancy Safer), yang semuanya bertujuan menjamin keselamatan ibu selama kehamilan, persalinan dan saat nifas serta melahirkan bayi yang sehat. Dalam strategi MPS di kemukakan bahwa setiap persalinan harus di tolong oleh tenaga kesehatan, komplikasi obsteri dan neonatal harus mendapatkan pelayanan yang adekuat serta wanita usia subur diharapkan mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan keluarga berencana. Adapun strategi yang dikembangkan di dalam program MPS diantaranya adalah pemberdayaan perempuan, perempuan diharapkan mempunyai pengetahuan dan informasi yang cukup memadai tentang kondisi kesehatannya selama hamil, bersalin dan masa nifas sehingga perempuan tersebut dapat bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya sendiri dan dapat mengakses palayanan kesehatan yang dibutuhkan. Selain pemberdayaan perempuan, strategi yang lain adalah pemberdayaan masyarakat, masyarakat diharapkan dapat berperan serta dalam penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan anak, kerjasama lintas sektor dan kualitas cakupan pelayanan juga menjadi faktor penting untuk mencapai keberhasilan program MPS. Peningkatan kualitas pelayanan kebidanan menjadi hal yang harus mendapatkan perhatian, bidan sebagai sahabat perempuan yang membantu dalam proses kehamilan dan persalinan dituntut untuk meningkatkan profesionalisme dalam setiap asuhan kebidanan yang diberikan. Sepertinya semua pihak harus bekerja sama dalam upaya menurunkan AKI di Indonesia, tugas besar ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau tenaga kesehatan akan tetapi juga menjadi tanggung jawab kita semua, karena kehamilan dan persalinan adalah proses yang alamiah yang dialami oleh seorang perempuan, sehingga seharusnya tidak ada lagi ibu yang meninggal baik karena sebab langsung maupun sebab yang tidak langsung.
Definisi akselerasi adalah
percepatan atau perubahan kecepatan setiap waktu, diberi simbol a. pada kenyataannya, kecepatan benda bergerak tidak mungkin selalu tetap. 9
Artinya kecepatan selalu berubah. Perubahan kecepatan inilah yang disebut percepatan Berbagai kajian menunjukkan bahwa Indonesia perlu memberikan prioritas utama pada upaya peningkatan Kesehatan untuk Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak balita (KIBBLA), karena angka kesakitan dan angka kematian kelompok umur penduduk tersebut masih tinggi. Kematian dan kesakitan pada ibu, bayi baru lahir dan anak balita sebenarnya dapat dicegah dan ditangani sedini mungkin. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus. Gambar Pencapaian dan Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1994-2015 (Dalam 100.000 Kelahiran Hidup) Sumber data: SDKI, 1994, 2002/2003, 2007, MDGs dan Bappenas Gambar diatas menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007, dimana menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementara target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per 100.000 Kelahiran Hidup. Penyebab Kematian penyebab kematian ibu melahirkan, berdasarkan data tersebut bahwa tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni , pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi. Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu ( 28 persen) ,anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan (WHO) ANGKA KEMATIAN NEONATUS Tingkat kematian neonatus atau bayi berusia di bawah 29 hari di Indonesia masih tergolong tinggi. Persentasenya mendekati 5% dari keseluruhan bayi lahir. PENYEBAB KEMATIAN NEONATUS 1. bisa karena peralatan persalinan yang kurang memadai. 2. Selain itu karena metode persalinan yang masih konvensional, 3. buruknya perawatan sebelum dan sesudah persalinan. Menyikapi hal itu perlu gerakan massal pembenahan dengan dikoordinasikan pemerintah. Pembenahan difokuskan pada sistem verinatal yaitu sebelum, saat dan setelah persalinan. ANGKA KEMATIAN BALITA (AKBAL) 1. Definisi : Jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi). 2. Rumusan AKBAL
10
3. Kegunaan : Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya. Angka Kematian Balita kerap dipakai untuk mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk. ANGKA KEMATIAN ANAK (AKA) 1) Devinisi : Jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu. Jadi, Angka Kematian Anak tidak termasuk kematian bayi. 2) Rumusan :
3) Kegunaan : Angka Kematian Anak mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan yang langsung mempengaruhi tingkat kesehatan anak. Dengan melihat Angka Kematian Ank yang tinggi maka diindikasikan terjadi keadaan salah gizi atau gizi buruk, kebersihan diri dan kebersihan yang buruk, tingginya prevalensi penyakit menular pada anak, atau kecelakaan yang terjadi di dalam atau di sekitar rumah (Budi Utomo, 1985). 4) Interpretasi : Dari data Susenas 2004 diperoleh perkiraan Angka Kematian Anak 1-4 tahun sebesar 18 per 1000 anak berusia (1-4) tahun dengan referensi waktu Mei 2002. Artinya pada pertengahan 2002 diantara 1000 anak yang berumur antara 1 sampai 4 tahun, 11 bulan 29 hari, 18 diantaranya tidak dapat mencapai usia 5 tahun. ANGKA KEMATIAN KASAR (AKK) 1) Devinisi AKK : Angka yang menunjukkan banyaknya kematian untuk setiap 1000 orang penduduk pada pertengahan tahun yang terjadi pada suatu daerah pada waktu tertentu. 2) Rumusan
3) Keguanaannya : Angka ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. Apabila dikurangkan dari Angka Kelahiran Kasar akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan penduduk alamiah. 4)
11