TUGAS ASKEB IV ASUHAN KEBIDANAN TEORI PADA IBU HAMIL DENGAN FETAL DISTRESS
Dosen Pengampu :Bekti Yuniarti
Disusun Oleh :
1. Maulita Ardhana
(02)
2. Ningrum Fitaningsih
(09)
3. Resti Astida P.
(21)
4. Shandra Riestya P.
(28)
5. Wahyu Mulyani
(35)
6. Zulfa Navila
(42)
LILY ( REGULER II)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG PRODI DIII KEBIDANAN MAGELANG 2013
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA KASUS FETAL DISTRESS
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Gawat janin adalah kekhawatiran obstetri tentang keadaan janin, yang kemudian berakhir dengan seksio sesarea atau persalinan buatan lainnya. (Sarwono Prawirohardjo.hal : 620.2009). Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena partus lama, infuse oksitosin, perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu yang diabetes, kehamilan pre dan posterm, ataupun prolapsus tali pusat. Hal ini harus segera dideteksi dan perlu penanganan segera.Istilah fetal distress biasa digunakan untuk menggambarkan hipoksia pada janin dimana dapat menyebabkan kecacatan pada janin atau kematian bila janin tidak segera dilahirkan. Gawat janin adalah keadaan / reaksi ketika janin tidak memperoleh oksigen yang cukup. Gawat Janin dapat diketahui dari tanda-tanda sebagai berikut : 1.
Frekwensi bunyi jantung janin kurang dari 100 x / menit atau lebih dari 180 x / menit.
2.
Berkurangnya gerakan janin ( janin normal bergerak lebih dari 10 kali per hari ).
3.
Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan ( jika bayi lahir dengan letak kepala ) Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima O 2 cukup,sehingga
mengalami hipoksia. Situasi ini dapat terjadi kronik ( dalam jangka waktu lama ) atau akut. Janin yang sehat adalah janin yang tumbuh normal,dengan usia gestasi aterm dan presentasi kepala. Adapun janin yang berisiko tinggi untuk mengalami kegawatan (hipoksia) adalah :
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA KASUS FETAL DISTRESS
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Gawat janin adalah kekhawatiran obstetri tentang keadaan janin, yang kemudian berakhir dengan seksio sesarea atau persalinan buatan lainnya. (Sarwono Prawirohardjo.hal : 620.2009). Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena partus lama, infuse oksitosin, perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu yang diabetes, kehamilan pre dan posterm, ataupun prolapsus tali pusat. Hal ini harus segera dideteksi dan perlu penanganan segera.Istilah fetal distress biasa digunakan untuk menggambarkan hipoksia pada janin dimana dapat menyebabkan kecacatan pada janin atau kematian bila janin tidak segera dilahirkan. Gawat janin adalah keadaan / reaksi ketika janin tidak memperoleh oksigen yang cukup. Gawat Janin dapat diketahui dari tanda-tanda sebagai berikut : 1.
Frekwensi bunyi jantung janin kurang dari 100 x / menit atau lebih dari 180 x / menit.
2.
Berkurangnya gerakan janin ( janin normal bergerak lebih dari 10 kali per hari ).
3.
Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan ( jika bayi lahir dengan letak kepala ) Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima O 2 cukup,sehingga
mengalami hipoksia. Situasi ini dapat terjadi kronik ( dalam jangka waktu lama ) atau akut. Janin yang sehat adalah janin yang tumbuh normal,dengan usia gestasi aterm dan presentasi kepala. Adapun janin yang berisiko tinggi untuk mengalami kegawatan (hipoksia) adalah :
1. Janin yang pertumbuhannya terhambat 2. Janin dari ibu dengan diabetes 3. Janin preterm dan posterm 4. Janin dengan kelainan letak 5. Janin kelainan bawaan atau infeksi (Sarwono Prawirohardjo.hal :334.2006.) Gawat janin dalam persalinan dapat terjadi bila : 1. Persalinan berlangsung lama 2. Induksi persalinan dengan oksitosin 3. Ada perdarahan atau infeksi 4. Insufisiensi plasenta : postterm,preeklamsia. (Sarwono Prawirohardjo.hal : 334.2006.)
B. DIAGNOSIS
Identifikasi gawat janin yang didasarkan pada pola frekuensi denyut jantung janin kurang tepat dan menimbulkan silang pendapat para pakar dalam interpretasi pola-pola ini sering berbeda pendapat sehingga ialah satu pakar di the NICHD FetaI Monitoring Workshop (1997) secara berkelakar membandingkan para pakar yang hadir dengan iguana laut di Kepulauan Galapagos-"semua berada-di pantai yang sama, tetapi menghadap ke arah yang berbeda dan saling meludahi satu sama lain" (Parer,1997). Ayres-de-Campos dan rekan (1999) meneliti kesepakatan antarpengamat (inter-obseraer agreement) mengenai interpretasi pola frekuensi denyut jantung janin dan mendapatkan bahwa kesepakatan-atau
sebaliknya,
pertentangan-timbul pada penentuan apakah potiitu normal, mencurigakan, atau patologis.Secara spesifik, para pakar setuju pada 62 persen pola normal, 42 perserr pola yang.rnencurigakan, dan hanya 25 perJen pola patologis Memang, beberapa kesepakatan telah dicapai, tetapi hanya mengenai definisi frekuensi denyut jantung janin dengan pola normal dan abnormal yang ekstrem (Tabel 14-2)
Baru-baru ini telah dilakukan berbagai upaya riset guna menguji kegunaan sistem klasifikasi
frekueisi denyutJantung lat in yang definisinya sudah
ditentukan pasti. Berkus dkk.(1999) secara retrospektif menganalisis pola frekuensi denyut jantung janin selama 3O menit terakhir persalinan pada 1859 persalinan aterm. Studi ini dirancang untuk menentukan apakah pola spesifik, atau kombinasi pola, dapat memprediksi hasil akhir pada neonatus Kombinasi polJ frekuensi denyut jantung janin yang menunjukan tidak adanya akselerasi plus deselerasi lambat atau variabel yang parah, atau bradikardia atau takikardia yang berkepanjangary menyertai peningkatan insiden gangguan pada bayi. Low dkk (1999) menganalisis pola frekuensi denyut jantung pada bayi aterm yang lahir dengan asidemia metabolik yang signifikan (defisit basa arteri umbilikalis >16 mmol/lti). esidemia semacam ini jarang dijumpai, terjadi pada hanya 71 di antara 23.000 kelahiran. Polatanpa variabilitas basal merupakan pola paling spesifik, tetapi hanya teridentifikasi pada 17 persen janin yang mengalami asidemia' Sensitifitasnya 17 persen (positif sejati), dan spesifisitasnya 98 persen (negatif sejati). Dellinger dkk.(2000) secara retrospektif menganalisis pola frekuensi denyut jantung janin intrapartum pada 898 kehamilan dengan menggunakan suatu sistem klasifikasi yang mereka rancang sendiri. Pola frekuensi denyut jantung janin selama persalinan sebelum pelahiran diklasifikasikan sebagai "normal", "stres", atau "gawat". "Gawal" janin didiagnosis pada 8 (1 persen) rekaman dan 70 persen diklasifikasikan sebagai normal". Hampir sepertiga adalah pola intermediet.Yang digolongkan ke dalam "gawat" janin antara lain tidak iaanya variabilitas plus deselerasi lambat atau deserasi variable sedang sampai parah atau denyut basal kurang dari 110 dpm selama 5 menit atau lebih.Hasil akhir seperti seksio sesarea, asidemia janin, dan rawat inap di ruang perawatan intensif secara bermakna beikaitan dengan pola frekuensi denyut jantung janin.Para penulis ini menyimpulkan bahwa sistem klasifikasi mereka secara ikurat dapat memprediksi hasil akhir normal bagi janin serta membedakan gawatjanin yang sesungguhnya. ( Cuningham, F Gary . hal. 381 : 2006)
C. Patofisiologi
Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglobin dan kapasitas angkut oksigen pada janin lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Demikian juga halnya dengan curah jantung dan kecepatan arus darah lebih besar dari pada orang dewasa.Dengan demikian penyuluhan oksigen melalui plasenta kepada janin dan jaringan perifer dapat terselenggara dengan relatif baik. Sebagai hasil metabolisme oksigen akan terbentuk asam piruvat, CO2 dan air di sekresi melalui plasenta. Bila plasenta mengalami penurunan fungsi akibat dari ruang intervili yang berkurang, maka penyaluran oksigen dan ekskresi CO2 akan terganggu yang berakibat penurunan pH atau timbulnya asidosis. Hipoksia yang berlangsung lama menyebabkan janin harus mengolah glukosa menjadi enersi melalui reaksi anerobik yang tidak efisien, bahkan menimbulkan asam organik yang menambahkan asidosis metabolik.Pada umumnya asidosis janin disebabkan oleh gangguan arus darah uterus atau arus darah tali pusat. Bradikardi janin tidak harus berarti merupakan indikasi kerusakan jaringan akibat hipoksia, karena janin mempunyai kemampuan redistribusi darah bila terjadi hipoksia, sehingga jaringan vital (otak dan jantung)akan menerima penyaluran darah yang lebih banyak dibandingkan jaringan perifer. Badikardia mungkin merupakan mekanisme perlindungan agar jantung bekerja lebih efisien sebagai akibat hipoksia. Yang akan dibahas disini adalah diagnosis gawat janin dalam persalinan yang dapat diketahui dengan teknik pengawasan
atau
pemantauan
elektronik
jantung
janin
dan
teknik
pemeriksaan darah janin (PDJ D. Tanda – tanda dan Gejala
Gejala yang dirasakan oleh ibu adalah berkurangnya gerakan janin. Ibu dapat melakukan deteksi dini dari gawat janin ini, dengan cara menghitung jumlah tendangan janin/ ’kick count’. Janin harus bergerak minimal 10 gerakan dari saat makan pagi sampai dengan makan siang.Bila jumlah minimal sebanyak 10 gerakan janin sudah tercapai, ibu tidak harus menghitung lagi sampai hari berikutnya.Hal ini dapat dilakukan oleh semua
ibu hamil, tapi penghitungan gerakan ini terutamadiminta untuk dilakukan oleh ibu yang beresiko terhadap gawat janin atau ibu yangmengeluh terdapat pengurangan gerakan janin. Bila ternyata tidak tercapai jumlahminimal sebanyak 10 gerakan maka ibu akan diminta untuk segera datang ke RS atau pusat kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Tanda-tanda gawat janin: 1. Mekonium kental berwarna hijau terdapat di cairan ketuban pada letak kepala 2. Takikardi/ bradikardi/ iregularitas dari denyut jantung janin. Untuk mengetahui
adanya
tanda-tanda
seperti
di
atas
dilakukan
pemantauanmenggunakan kardiotokografi 3. Asidosis janin diperiksa dengan cara mengambil sampel darah janin.
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul jika janin mengalami gawat janin yaitu: 1. Asfiksia 2. Kematian janin jika tidak segera ditangani dengan baik. Komplikasi gawat janin atau asfiksia intrauterin merupakan akibat dari kompresi talipusat akibat berkurangnya cairan amnion (oligohidramnion) atau prolapsus talipusat KPD pada kehamilan yang sangat muda dandisertai oligohidramnion yang lama menyebabkan terjadinya deformitas janin.
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan klinis perubahan pola frekuensi denyut jantung janin yang signifikan adalah, apabila mungkin, memperbaiki gangguan pada janin.Tindakan yang dianjurkan oleh American College of Obstetricinns and Gynecologists (1998) diperlihatkan di Tabel 14-3.Mengubah posisi ibu menladi posisi lateral, memperbaikihipoiensi ibu akibit analgesia regional dan menghentikan
oksitosin,
berfungsi
untuk
memperbaiki
perfusi
uteroplasenta.Pemeiiksaan untuk menyingkirkan protaps tali pusat atau persalinan iminens mungkin bermanfaat. (Cuningham, F. Gary .2006:381)
1. Auskuttasi Intermiten Auskultasi.intermiten jantung janin telah digunakan sejak abad ke20.Sir Andrew Clayer menulis sebagai berikut. a. DJJ, irama, dan intensitasnya harus diperiksa setiap 2 jam selama kala I asal ketuban masih intak, dan bila telah pecah harus dilakukan setiap 1/2 jam. b. Auskultasi harus dilakukan setelah selesai suatu kontraksi untuk memberi kesempatan pada jantung berubah ke denyut jantung normal. Jelas auskultasi dengan cara demikian akan gagal menemukan deselerasi lambat, salah satu yang paling sensitif sebagai indikator hipoksia selama persalinan. Hipoksia merupakan suatu keadaan patologis yang ditandai oleh berkurangnya konsenrrasi/kadar oksigen di dalam jaringan-jaringan dan darah (asidemia).Persalinan darurat dari janin dengan takikardia (>160 denyur per menit) atau suatu bradikardia (<120 denyut per menit) atau DIJ yang iregular iramanya (tanda gawatjanin tradisional lainnya) yang terdeteksi dengan penggunaan auskuitasi intermiten, sering kali menghasilkan janin dengan tanda-tanda bayi-sehat, sedangkan janin yang lain terlebih dahulu mati inutero tanpa tanda-tanda plringatan lebih dahulu. Hal ini-mungkin disebabkan auskultasi intermiten tidak dapat menilai variabilitas DJJ dan tidak mampu mendeteksi deselerasi DJJ karena keadaan ini biasanya terjadi berhubungan dengan kontraksi-kontraksi rahim yang membuat bunyi-bunyi denyut jantung janin sulit untuk didengar.Auskultasi hendaknya dilakukan segera setelah suatu kontraksi guna mendeteksi deselerasi yang ada.Biia ditemukan >"150 denyut per menit, atau < 110 denyut per menit (menurut FIGO), atau lambat setelah suatu kontraksi, disarankan penggunaan alat pemantau janin elektrik (ebmonic fetal monitoring) untuk mengetahui pola DJJ. Frekuensi auskultasi hendaknya lebih sering dilakukan pada kala II, segera setelah setiap kali kontraksi.Bila jantung janin sulit didengar,
pergunakan alat Doppler yang portabel.Hal ini sangat bermanfaat karena parturient sering aktif sehingga penggunaan stetoskop Pinard sulit dilakukan. 2. Pemantauan Janin Berkesinambungan secara Elektronik (PJB) Pada awal penggunaan PJB, antusiasme timbul untuk mengurangi kematian intrapartum dan menurunkan kematian perinatal dan gangguan neurologis di kemudian hari.Awal penelitian-peneiitian secara rerrospektif memberi kesan ada hubungannya dengan penurunan Perinatal Mortaliry Rare (PMR) yang cukup besar, sebesar 50 % dari kesakitan dan kematian perinatal. Walaupun demikian, penelitian lain kurang antusias, malah melaporkan meningkatnya intervensi akibat penggunaan PJB, tanpa manfaat yang jelas. Terdapat 12 randomized controlled clinical trials dan PJB dibandingkan auskultasi/catatan secara intermiten Sembilan di antaranya berdasarkan hasil meta analisis Vintzilleos dan kawan-kawan yang meliputi 18.561 penderita. Hasilnya ditemukan insidensi seksio sesarea meningkat dengan penggunaan PJB ini (odds ratio 1.53, 95 % confidence interval (CI) 1.17-2.01) Tidak terdapat penurunan yang berarti dari PMR (4,2/1.000 pada kelompok PJB jika dibandingkan dengan auskultasi incermiren yang besarnya 4,9/1.000). Meskipun demikian, terdapat pengurangan yang signifikan dari kematian akibat hipoksia dari kedua kelompok, 0,7/1.000 dan 1,8/1.000 (odds ratio o.41,95 % CI 0,17-0,98) Hasil tiga penelitian lainnya, berdasarkan meta analisis memberi hasil yang sama. Dengan demikian, menurur hasil penelitian rersebut PJB tidak perlu dipergunakan secara rutin pada semua persalinan.
3. Fetal Blood Sampling (FBS) dan Pengukuran pH Sering dilupakan, FBS dan pengukuran pH ini dipergunakan di klinik sebelum PJB yang kesinambungan.Bagaimanapun FBS ini memakan
waktu, tidak nyaman pelaksanaannya, dan tidak menyenangkan bagi penderira. Jadi, dengan dipergunakannya PJB pada akhir tahun 1960 sangat menjanjikan sebagai sarana penapisan, memilih 40 % dari janin-janin dengan pola DJJ yang abnormal untuk ditindaktlanjuti pemeriksaannya. Beard et al3 menyatakan bahwa DJJ normal selama persalinan berhubungan dengan risiko. asidosis yang sangar rendah, kurang dari 2 % janin-janin pH-nya kurang < 7,20. Meskipun demikian, 40 % dari janin janin yang memperlihatkan pola DJJ abnormal pada kala persalinan yang sama berada pada risiko dilakukannya perialinan buatan, yang sebenarnya tidak perlu/tidak penting bila diagnosisnya menyadarkan diri hanya pada kriteria "gawat janin" menurut DJJ. Bahkan, dengan pola DJJ yang paling abnormal sekalipun, takikardia dengan deselerasi lambat, hanya 50 % janin-janin ditemukan asidosis pada fetal blood sampling. Beard et al berkomentar bahwa seandainya pemanrauan DJJ berkesinambungan dipergunakan di praktik klinik, maka sejurnlah fake l+) asfiksia janin akan dibuat. Dari segi praktis pencararan DJJ yang abnormal harus dianggap sebagai tanda peringatan dari indikasi dikeriakannya pengukuran pH janin.Neilson dalam British Medical Journal 19934, berpendapar bahwa bukd yang ada tidak mendukung pemantauan DJJ secara berkesinambungan pada semua persalinan.Pada persalinan normal auskultasi intermiten dengan stetoskop Pinard tidali dapat dianggap sebagai suatu bentuk penilaian yang tidak adekuat atau tidak berarti. Meskipun d.rnfui.n, ia mengusulkan bahwa PFE cukup memadai untuk persalinan dengan kornplikasi seperti partuslhma, akselerasi atau induksi, kehamilan ganda, cairan amnion dengan mekonium, dan IUGR atau prematuritas. Dengan demikian, pemantauan dasar janin termasuk auskultasi DJJ yang teratur selama persalinan, hendaknya dilakukan setiap 15 menit pada kala I dan setelah setiap kali kontraksi pada kala II.Denyutnya harus dihitung selama 1 menit, dimulai pada saat terjadi kontraksi sehingga
dapat mendeteksi deselerasi.DJJ < 110 dpm atau > 150 dpm merupakan indikasi dian.iurkannya Penggunaan PFE. Penghitungan pH janin harus dilakukan seandainya DIJ abnormal, tanpa ini maka insidensi seksio sesarea yang tidak penting akan tinggi. Bila ditemukan tanda-tanda "gawat janin", maka penderita dimiringkan ke sebelah kiri, beri 02 dengan menggunakan masker' hentikan pemberian oksitosin, dan beri tokolitik bila terjadi hiperstimulasi.Tindakan di atas disebut resusitasi intrauterin.Biasanya dilakukan selama 20 menit dan kemudian nilai keberhasilan tindakan tersebut di atas. Pada kasus dengan pewarnaan mekonium dalam cairan amnion, tindakannya adalah: a. Pencatatan DJJ secara berkesinambungan diteruskan. b. Hindari
kejadian-kejadian
yang
mempercePat
hipoksia
janin
(hipotensi, hiperstimulasi uterus). c. Amnioinfusion mengurangi risiko seksio sesarea gawat janin, asidemia janin, dansindroma aspirasi mekonium.
4. Simpulan Pengelolaan (Denyut Jantung Janin)\ Cara-cara pemantauan: a. Kasus risiko rendah - auskultasi teratur DJJ selama persalinan: b. Setiap 15 menit selama kala I c. Setiap setelah his pada kala II d. Hitung selarna satu menit bila his telah selesai e. Kasus risiko tinggi - pergunakan pemantauan DJJ elektronik secara berkesinambungan. Hendaknya sarana untuk pemeriksaan pH darah janin disediakan. f.
Interpretasi dan pengelolaan 1) Untuk memperbaiki aliran darah uterus 2) Miringkan ibu ke sebelah kiri untuk memperbaiki sirkulasi piasenta. 3) . Hentikan infus oksitosin (bila sedang diberikan).
4) Untuk memperbaiki hipotensi ibu (setelah pemberian anestesi epidural) segera berikan infus 1 I kristaloid (larutan Ringer) 5) Kecepatan infus cairan-cairan intravaskular hendaknya dinaikkan untuk meningkatkan aliran darah arteri uterina 6) Untuk memperbaiki aliran darah umbilikus: 7) Ubah posisi ibu sepeti yang tersebut di atas 8) Beri ibu oksigen dengan kecepatan 6 - 8 l/menit 9) Perlu kehadiran seorang dokter spesialis anak 10) Biasanya resusitasi intrauterin tersebut di atas dilakukan selama 20 menit Tergantung pada terpenuhinya syarat-syarat, merahirkan janin dapat pervaginam ataupun perabdominam. (Sarwono Prawirohardjo. Hal 620: 2009)
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL DENGAN FETAL DISTRESS NY. ...UMUR ...TAHUN G...P...A...UK... MINGGU DI ...
I.
PENGKAJIAN Tanggal: ...
Jam: ...
A. Anamnesa
1. Biodata Nama Ibu
:
Nama Suami :
Umur
:
Umur
Suku Bangsa
:
Suku Bangsa :
Pendidikan
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Pekerjaan
:
Agama
:
Agama
:
Alamat
:
Alamat
:
:
Keterangan:
a. Umur : ... tahun Umur seseorang sangat berpengaruh terhadap ke hamilan.Ibu yang berumur <20 tahun, rahim dan bagian tubuh lainnya belum siap untuk menerima kehamilan dan cenderung kurang perhatian terhadap kehamilannya. Ibu yang berumur 20-35 tahun, rahim dan bagian tubuh lainnya sudah siap untuk menerima kehamilan dan diharapkan mampu untuk lebih memperhatikan kehamilan karena lebih
banyak
pengetahuan
dan
pengalaman
terhadap
kehamilan.Ibu yang berumur >35 tahun, rahim dan bagian tubuh lainnya fungsinya sudah mulai menurun dan kesehatan tubuh ibu tidak sebaik dan seoptimal pada usia 20-35 tahun (Winkjosastro, 2002).
Pada IbKehamilan di atas umur 35 tahun mempunyai risiko 3 kali lebih besar terjadinya persalinan seksio sesarea yang disebabkan oleh gawat janin atau fetal distress dibandingkan dengan umur di bawah 35 tahun. Berdasarkan hasil penelitian Umar (2001) di RS dr. Pirngadi Medan tahun 2001 diperoleh bahwa ibu yang berumut >35 tahun mempunyai resiko sebesar 17,716 kali lebih besar terhadap kematian perinatal dibanding ibu hamil dengan umur 20-34 tahun. b. Pekerjaan Jenis pekerjaan akan mempengaruhi kesehatan dan kehamilan ibu. Hal ini disebabkan tiap-tiap pekerjaan mempunyai tingkat stress, tingkat kelelahan, jam kerja, kesehatan lingkungan kerja yang berbeda pula.(Wiknjosastro, 1999 :276). Pekerjaan yang terlalu berat dapat menyebabkan ibu mudah kelelahan sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya fetal distress. Hal ini disebabkan karena kelelahan yang dialami ibu mengakibatkan
pola
pernafasan
terganggu
(napas
pendek)
sehingga suplai oksigen ke janin mengalami gangguan dan janin dapat berisiko fetal distress.
2. Alasan Kunjungan Untuk mengkaji alasan ibu yang mendasari melakukan kunjungan ke bidan. Dikaji untuk mengetahui alasan alasan apa yang mendasari kunjungan ini yang disesuaikan dengan apa yang dikatakan oleh ibu. Contoh: Ibu datang ingin memeriksakan kehamilannya, ibu datang ingin konsultasi ketidaknyamanan, dll. 3. Keluhan Utama Bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang melatar belakangi ibu datang ke bidan.( Depkes RI, 1994 : 14 )
Pada keluhan utama ditanyakan apakah ibu hamil datang untuk memeriksakan kehamilan atau mempunyai keluhan atau pengaduan lain yang berhubungan dengan kehamilannya. (Firman F, 2011:81) Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apa yang sedang dialami oleh ibu yang berhubungan dengan kehamilan, sehingga sebagai bidan harus mampu menggali secara mendalam apa yang sedang dialami ibu karena hal ini sangat penting juga untuk membuat diagnosa dan menuliskan apa yang diungkapkan ibu tentang kehamilannya. Contoh: Ibu mengeluhkan gerakan janin pada TMII/ TM III berlebihan, berkurang, bahkan menghilang. Ibu merasakan gerakan janin berkurang,berlebih bahkan hilang, hal ini merupakan salah satu tanda fetal distressyang bisa dirasakan oleh ibu.
4. Riwayat kehamilan sekarang Riwayat kehamilan sekarang dikaji untuk mengetahui adanya kelainan pada kehamilan kali ini yang bisa menyebabkan fetal distressdi antaranya adalah kelainan pada tali pusat. Tali pusat sangat penting artinya sehingga janin bebas bergerak dalam cairan amnion, sehingga pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik.Pada umumnya tali pusat mempunyai panjang sekitar 55 cm. Tali pusat yang terlalu panjang dapat menimbulkan lilitan pada leher, sehingga mengganggu aliran darah ke janin dan menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam kandungan. selain itu, kelainan yang dapat ditemukan yaitu : a. Kelainan plasenta 1) Solusio plasenta Mengakibatkan terjadinya perdarahan di dalam desidua basalis kemudian akan terjadi hematoma uteroplasenta yang akan
berakibat
pada berkurangnya jumlah oksigen ke janin
berkurang bahkan terhenti. 2) Plasenta previa Kejadian dimana implantasi plasenta tidak pada tempatnya, yaitu plasenta menutupi osterum internal dan aliran darah terhambat. Keadaan ini mengakibtakan gangguan perfusi jaringan sehingga oksigen ke janin berkurang dan terjadilah hipoksia janin. b. Preeklamsi Preeklamsi merupakan salah satu gannguan maternal yang dapat menyebabkan
penurunan
perfusi
plasenta.
Keadaan
ini
menyebabkan fungsi plasenta menurun sehingga pertukaran nutrisi dan gas menjadi kurang optinal sehingga menyebabkan gawat janin. c. Oligohidramnion Air ketuban normal pada kehamilan 34-37 minggu adalah 1000cc, aterm
800cc,
dan
lebih
dari
42
minggu
400cc.
Akibat
oligohidramnion adalah amnion menjadi kental karena mekonium diaspirasi oleh janin sehinga terjadilah asfiksia intrauterin (gawat janin). Selain itu hal-hal lain yang perlu dikaji untuk mengetahui a.
Hari terakhir menstruasi ( HPHT )
b.
Hari Perkiraan Lahir ( HPL )
c.
Memperkirakan usia kehamilan ( UK )
d.
Perkembangan janin dari gerakan janin yang dirasakan ibu Untuk
mengetahui
memperkirakan kesejahteraan
tanda
umur
pasti
kehamilan
kehamilan, dan
juga
mengetahui
untuk tingkat
janin.Dengan mengetahui gerakan janin dalam
umur kehamilan 16 minggu, maka perkiraan umur kehamilan dapat
ditetapkan.
Gerakan
janin
juga
mengetahui keadaan janin(masih hidup/mati.
diperlukan
untuk
Berupa positif jika ada, dan negatif jika belum ada. e.
Kekhawatiran yang dirasakan oleh ibu.
f.
Riwayat kunjungan ANC Pemeriksaan antenatal yang baik minimal 4 kali selama kehamilan dapat mencegah terjadinya kematian janin dalam kandungan
berguna
untuk
mengetahui
pertumbuhan
dan
perkembangan dalam rahim, hal ini dapat dilihat melalui tinggi fungus uteri dan terdengar atau tidaknya denyut jantung janin.(Saifuddin, 2002). TM I : ANC ... x tempat di ... PP test
: ... ( hasil& tanggal )
Keluhan/ masalah
: ...
Obat/ suplementasi : ... Imunisasi
: ...
Nasehat/penkes yang didapat : ... TM II : ANC ... x tempat di ... Gerakan janin pertama kali : ... Keluhan/masalah
: ...
Obat/suplementasi
: ...
Imunisasi
: ...
Nasehat/penkes yang didapat : ... TM III
: ANC ... x tempat di ... Gerakan janin kuat/lemah, lebih/kurang dari 10 x/12 jam :
... Keluhan/masalah
: ...
Obat/suplementasi
: ...
Imunisasi
: ...
Nasehat/penkes yang didapat : ...
5. Riwayat Kehamilan,persalinan,dan nifas yang lalu Kehamilan yang ke : ... Pernah melahirkan : ...x Abortus : ... (G ... P ... A ...)
Kehamilan
hidup/
Persalinan
mati sakit/se L N o
Tah un
ANC
Masala h
Jenis UK
persalin
hat
/ Penolong
an
P
Nifas Penyulit
umur anak
B
menyu
B
sui lama
Penyulit yang dapat ditemukan pada riwayat kebidanan yang lalu yang dapat mempengaruhi kehamilan sekarang : a. Preeklamsi Preeklamsi merupakan kelainan pada kehamilan yang berulang pada kehamilan berikutnya, diamana preeklamsi menyebabkan penurunan perfusi plasenta. Keadaan ini menyebabkan fungsi plasenta menurun sehingga pertukaran nutrisi dan gas menjadi kurang optinal sehingga menyebabkan gawat janin. b. Postmatur Pada kasus postmatur maka terjadi penurunan volume air ketubn, sehingga terjadi oligohidramnion dimana amnion menjadi kental karena mekonium diaspirasi oleh janin sehinga terjadilah asfiksia intrauterin (gawat janin). Selain itu pada postmatur terjadi insufisiensi plasenta sehingga aliran oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin terganggu 6. Riwayat Menstruasi 7. Riwayat Kesehatan Ibu Tanyakkan apakah ibu pernah mengalami kondisi-kondisi berkut ini :
a.
Kardiovaskuler
(Jantung,
hipertensi,
varises,
tromboflebtis,
stroke, hipotensi) Kehamilan dapat memperbesar penyakit jantung bahkan dapat menyebabkan
payah
jantung
atau
dekompensasi
kordis,
pengaruhnya terhadap kehamilan yaitu gawat janin (Mochtar R. 1998: 137-138) Pada ibu yang mengalami hipertensi maka pembuluh darah mengalami vasokontriksi
sehingga aliran dalam tubuh tidak
lancar yang mengganggu perfusi jaringan. Pada uteroplasenta juga akan kekurangan oksigen, dimana suplai oksigen ke janin berkurang sehingga terjadi hipoksia janin. Hipotensi mengakibatkan penurunan kardiac output sehingga oksigen
kedalam
jaringan
berkurang,
gangguan
perfusi
jaringan. Suplai oksigen ke janin juga akan berkurang dan terjadilah hipoksia janin b.
Perdarahan Perdarahan saat hamil mengakibatkan kadar hemoglobin turun sehingga jumlah oksigen yang masuk ke jaringan juga menurun, sehingga menyebabkan hipoksia jaringan. Plasenta juga akan mengalami kekurangan oksigen yang menyebabkan suplai oksigen ke janin berkurang terjadilah hipoksia janin dan gawat janin.
c.
Sistem pernafasan (asma, TBC, masalah pernafasan lainnya) Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan , karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen atau hipoksia. Keadaan hipoksia akan berpengaruh
terhadap
keguguran,kematian
janin
janin dalam
yaitu
sering
kandungan,
terjadi
persalinan
prematur atau berat janin tidak sesuai dengan kehamilan (gangguan pertumbuhan janin) (Wiknjosastro,2006)
d.
Sistem endokrin ( diabetes miletus, penyakit tiroid/kelenjar gondok) Kadar gula darah yang tinggi mengakibatkan kekentalan darah meningkat aliran darah pun menjadi terhambat se hingga terjadi gangguan perfusi jaringan dan timbulah hipoksia janin.
e.
Sistem Saraf ( epilepsi, kejang nonepilepsi, nyeri kepala kronis) Pada preeklamsi terdapat spasmusarteriola spiralis desidua dengan akibat menurunya aliran darah ke plasenta. Perubahan plasenta normal sebagai akibat tuanya kehamilan seperti menipisnya sinsitium, menebalnya dinding pembuluh darah dalam villi karena fibrosi, dan konversi mesoderm menjadi jaringan fibrotik, dipercepat prosesnya pada preeklamsi dan hipertensi. Hal ini akan mempengaruhi janin. (Sarwono 2005:281) Demikian halnya yang terjadi pada penderita epilepsi apabila sedang mengalami kejang.
f.
Anemia Dalam sirkulasi jaringan mengalami kekurangan sel darah merah, sehingga oksigenasi ke jaringan dan sel tubuh berkurang. Begitu pula suplai oksigen ke plasenta akan berkurang yang mengakibatkan janin mengalami hipoksia
g.
Penyakit jiwa (depresi, kecemasan berat, penyakit jiwa lain ) Pada ibu yang mengalami gangguan depresi termasuk yang mengonsumsi obat-obatan penenang maka dapat berisiko terjadinya relaksasi pada otak yang mengakibatkan sistem vaskuler menjadi lebih rileks
8. Riwayat kesehatan keluarga a. Untuk mengetahui apakah ada dalam keluarga yang mempunyai keturunan kembar.(Wiknjosastro, 2006)
Penyebab kehamilan kembar bisa karena faktor keturunan, pengeruh pada janin yaitu usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin pada kehamilan kembar 25% pada gemelli, 50% pada triplet, 75% pada kuadruplet yang akan lahir 4 minggu sebelum cukup bulan. (Mochtar R. 1998: 259-264) Pada gemeli dengan satun plasenta dapat menyebabkan aliran nutrisi dan 0 2 terganggu pada kedua janin. b. Untuk mengetahui adanya pengaruh penyakit yang pernah diderita keluarga
yang
dapat
memperberat
kehamilan
seperti
hipertensi,diabetes millitus dan penyakit jantung. ( menurun dan menular ) Tanyakan apakah dalam keluarga ibu ada yang menderita penyakit maupun kondisi yang bersifat menurun. Apabila dalam keluarga ibu ada yang pernah atau ada yang sedang menderita penyakit menurun maka ibu juga mempunyai kemungkinan menderita penyakit tersebut. Penyakit menurun tersebut yaitu: Jantung, hipertensi, DM, kelainan / cacat bawaan, penyakit jiwa, riwayat kembar, riwayat preeklamsi-eklamsi. Tanyakan apakah dalam keluarga ibu ada yang menderita penyakit maupun kondisi yang bersifat menular. Apabila dalam keluarga ibu ada yang pernah atau ada yang sedang menderita penyakit menular maka ibu juga mempunyai kemungkinan tert ular. Penyakit menular tersebut yaitu:TBC, pneumonia. 9. Riwayat KB 10. Pola hidup Keseharian a. Pemenuhan nutrisi Pola nutrisi dikaji tentang kualitas dan kuantitas asupan makanan ibu selama hamil,sebagai pengawasan kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan kandunganya,dapat diukur berdasarkan kenaikan
berat badannya.Kenaikan berat badan rata-rata antara 6,5-16 Kg (10-12 Kg) Menanyakan kepada ibu tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi sebelum dan selama hamil, karena makanan dan minuman memegang peranan penting selama proses kehamilan, dimana kebutuhan nutrisi ibu hamil akan meningkat apabila dibandingkan sebelum hamil, karena makanan dan minuman bergizi dibutuhkan untukmempertahankan
kesehatan
dan
kekuatan
badan,
pertumbuhan dan perkembangan janin. Dikaji jika ada perubahan pola kebiasaan selama hamil.Cara penulisannya disesuaikan dengan perubahannya, apakah berkurang atau bertambah. b. Hubungan seksual c. Personal Hygiene d. Eliminasi e. Istirahat dan Tidur Untuk mengetahui bagaimana pola istirahat ibu sebelum dan saat hamil serta ada atau tidaknya keluhan atau masalah dengan pola istirahat, dimana ibu hamil tidak boleh melakukan pekerjaan yang berat dan harus sering istirahat untuk menjaga kehamilannya. Di samping itu kebutuhan tidur yang baik bagi ibu adalah 7-8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. Pada ibu yang bekerja diperlukan istirahat yang cukup dan tidur siang
merupakan
kebutuhan
istirahat
yang
baik
dan
menguntungkan bagi kesehatan dan kehamilan.( Mochtar, 1998 : 61 ) f. Olahraga dan Aktivitas Dikaji untuk mengetahui aktivitas ibu saat hamil. Seorang ibu hamil tidak perlu membatasi kegiatan latihannya asal ibu tidak terlalu lelah. Ibu hamil harus mempertimbangkan gaya hidup yang mendukung kesehatannya sendiri maupun kesehatan janinnya.
Olah raga juga diperlukan bagi ibu hamil namun harus dicocokkan dengan keadaannya karena mengingat kemampuannya untuk menghadapi kesulitan tidak sama seperti orang biasa. (Farrer, 2011: 86) Perubahan selama hamil : ... Dikaji jika ada perubahan pola kebiasaan selama hamil.Cara penulisannya disesuaikan dengan perubahannya, apakah berkurang atau bertambah. g. Kebiasaan yang Merugikan Hal ini merupakan perbuatan yang potensial berbahaya bagi kehamilan. (Farrer, 2011 : 89) Merokok, minuman beralkohol dan kecanduan narkotik secara langsung dapat menimbulkan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah, cacat bawaan, pertumbuhan, kematian janin dalam rahim dan perkembangan mental terganggu.( Manuaba, 1998 : 140 ) Hampir semua komplikasi pada plasenta dapat ditimbulkan oleh rokok meliputi abortus, solusio plasenta, infusiensi plasenta, BBLR dan plasenta previa. (Sarwono, 2010:950). Terjadinya solusio plasenta, infusiensi plasenta, BBLR dan plasenta previa dapat mengakibatkan fetal distress karena mengganggu sirkulasi oksigen ke janin. 11. Riwayat Psikososial-spiritual a) Riwayat perkawinan b) Riwayat psikososial, spiritual, budaya c) Data Ekonomi d) Praktek agama yang berhubungan dengan kehamilan e) Tingkat pengetahuan ibu
B. Pemeriksaan Fisik
Penurunan komplikasi kehamilan ke tingkat resiko yang rendah memiliki arti yang sangat besar dalam upaya menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin yang dikandungnya.Salah satu upaya untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin yaitu dengan melakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care).Pemeriksaan kehamilan berupaya menetapkan kehamilan dengan resiko tinggi, yang bertujuan untuk menurunkan komplikasi kehamilan, menentukan dan menetapakan keadaan patologis sedini mungkin sehingga kondisi ibu dapat diperbaiki atau segera dirujuk untuk mendapatkan pengawasan dan penanganan yang lebih intensif (Manuaba,1999).
1.
Pemeriksaan umum : a. Keadaan umum : dituliskan keadaannya meliputi baik, pucat atau lemas. b. Kesadaran :.meliputi compos mentis (sadar penuh), apatis (kesadaran segan), delirium (gelisah), somnolen (kesadaran menurun), stupor (seperti tertidur lelap), coma (tidak ada respon). Untuk mengetahui apakah ibu sadar penuh atau hanya sadar bila dirangsang dengan rangsangan nyeri atau ibu tidak sadar sama sekali. c. Tanda vital : Tekanan Darah
: ... mmHg
Untuk mengkaji tekanan darah ibu, tekanan darah ibu normal yaitu 110/70 mmHg (Ibrahim, 1996 : 92), apabila tekanan darah ibu >140/90 mmHg atau tekanan diastol mengalami 15 mmHg/lebih sebelum kehamilan 20 minggu dari keadaan biasa dengan 2 kali pengukuran dan selisih waktu 1 jam, maka mengindikasikan terjadinya komplikasi kehamilan) Nadi
: ... x/menit
Untuk mengkaji jumlah denyut nadi ibu per menit, normalnya yaitu antara 70-80 kali/menit. (Ibrahim, 1996 : 44) Apabila jumlah denyut nadi lebih banyak dari normal (tachycardia), dapat terjadi pada
kondisi pireksia, dehidrasi, anemia, perdarahan, syok, stress, dll. Sedangkan
pada brachycardia (< 55 kali/menit), dapat terjadi pada
kondisi relaksasi, infark miokard. : ... x/menit
RR
Untuk mengkaji jumlah pernafasan ibu, normalnya yaitu 16-24 kali/menit. Apabila terjadi sedikit kenaikan merupakan fisiologis karena terpengaruh oleh perubahan metabolisme tubuh selama hamil. (farner, 1997 : 467) : ... 0C
Suhu badan
Pengukuran suhu ibu hamil yang normal antara 36-37 0C.Apabila suhu lebih tinggi dari normal maka kemungkinan ada indikasi pireksia, dehidrasi, bahkan infeksi.
2.
Status Presens a. Kepala dan muka - Rambut : kebersihan, mudah rontok Hal ini dapat digunakan untuk mengetahui status gizi pasien. Semakin sedikit rambut yang rontok, maka status gizi semakin baik. - Mata : edema kelopak mata, konjungtiva pucat/ merah muda, sklera ikterik Sklera dikaji putih/kuning karena hepatitis virus dapat terjadi pada setiap saat kehamilan dan mempunyai pengaruh buruk pada ibu maupun
janin
pada
trimesters
I
dapat
terjadi
keguguran(Wiknjosastro,1999 :29). Konjungtiva dikaji apakah merah muda atau pucat,bila pucat merupakan tanda anemia bagi ibu hamil.Karena ibu hamil di Indonesia berkisar antara 20-80 % mengalami anemia (Manuaba,1998 :29) - Hidung : adakah massa, edema mukosa, sekret, fungsi. - Mulut : gigi (kebersihan, caries), mukosa mulut sianosis, stomatitus, epulis, ginggivitis, lidah, tonsil. - Telinga : serumen, tanda-tanda infeksi termasuk pengeluaran sekret. b. Leher dan Dada
c. Dada dan Mamae
- Inspeksi : adakah sesak nafas, retraksi otot pernafasan, bentuk mamae, simetris, papila menonjol atau datar atau masuk, hiperpigmentasi areola mamae.
- Palpasi : adakah massa abnormal, adakah nyeri tekan - Auskultasi : suara nafas, bunyi jantung d. Abdomen e. Ekstremitas
- Atas : edema, luka tusukan jarum, sianosis bawah kuku, pengisian kapiler, fungsi normal
- Bawah: edema, varices, sianosis di bawah kuku, pengisian kapiler, reflek patella kanan kiri. f. Genetalia eksterna dan anus
3.
Pemeriksaan Obstetrik a. Muka : cloasma gravidarum. b. Mammae c. Abdomen
- Inspeksi: membuncit, melintang, linea nigra, linea alba, striae livide, striae albicans.
- Palpasi leopold - Auskultasi : frekuensi DJJ/ menit, teratur atau tidak, letak punktum maximum, dan jumlah. NB : DJJ umunya sudah jelas terdengar dengan dopler mulai usia 16 minggu. Fetoskope dapat digunakan pada umur 20 minggu keatas. Pada ibu hamil dengan fetal distress DJJ < 100 x/menit atau >180 x/menit
4. Pemeriksaan Penunjang : a. Laboratorium :
Menurut Manuaba (2003), pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli, dapat digolongkan sebagai berikut : o
Normal : 11 gr%
o
Anemia ringan : 9-10 gr%
o
Anemia sedang : 7-8 gr%
o
Anemia berat : <7 gr%.Pemeriksaan lainnya
b. USG Merupakan sarana penunjang diagnostic yang baik untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukan:
-
Gerak janin berkurang atau lebih
- Denyut jantung janin <100 x/menit atau >180 x/menit - Letak implantasi plasenta - Keadaan tali pusat (Saifudin, 2009)
II. INTERPRETASI DATA : MENENTUKAN DIAGNOSA DAN MASALAH
Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian kemudian dianalisa dan diinterpretasikan untuk dapat menentukan diagnosa dan masalah ibu. A. DIAGNOSA KEBIDANAN
Ny ... umur ... G...P...A... hamil ... minggu janin hidup, tunggal, intrauterine, puki, presentasi kepala, dengan fetal distress Contoh :
Ny. A, 25 th, th G1P0A0, hamil 32 minggu, janin hidup, tunggal, intrauterine, puki, presentasi kepala, dengan fetal distress. Data Dasar
S : ibu mengatakan bahwa gerakan janinnya berkurang/berlebih. O:
- DJJ teratur/tidak, PM? Jumlah?
- gerak janin? - Pemeriksaan penunjang: Hb, USG, B. DIAGNOSA MASALAH
Jika hasil analisa data menunjukkan bahwa ibu mengalami masalah yang memerlukan penanganan namun tidak dapat dimasukkan dalam kategori diagnosa, maka tuliskan sebagai masalah Misalnya :
- Kecemasan ibu mengenai berlebihnya atau berkurangnya gerakan janin Data dasar:
S :Hasil anamnesa tentang ibu bahwa gerakan janinnya berkuang atau berlebih O:
-
DJJ teratur/tidak, PM? Jumlah?
-
gerak janin?
-
Pemeriksaan penunjang: Hb, USG
III. MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL SERTA ANTISIPASINYA
Masalah potensial: dapat terjadi IUFD dan asfiksi bayi baru lahir Antisipasi yaitu oksigenasi dan perubahan posisi (berbaring miring kiri) IV. MENENTUKAN
KEBUTUHAN
AKAN
TINDAKAN
SEGERA,
KONSULTASI, KOLABORASI
Melakukan amniosentesis dan amnioskopi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi untuk memeriksa apakah terdapat mekonium dalam amnion sebab bil ditemukan mekonium di dalam cairan amnion dapat menunjukkn stress petofisiologis atau fisiologis pada janin.
V. MENGEMBANGKAN KOMPREHENSIF
PERENCANAAN
ASUHAN
YANG
Bidan mengembangkan rencana asuhan / tindakan yang komprehensif berdasarkan langkah-langkah yang telah dilakukan sebelumnya ( langkah 3 dan 4). Rencana asuhan harus disetujui bersama dengan klien agar dapat dilaksanakan secara efektif. Pada kunjungan awal bidan dapat merencanakan asuhan antara lain : 1. Bicarakan hasil temuan kepada ibu / keluarga ( perkiraan usia kehamilan, kondisi ibu dan janin, serta masalah yang dialami jika ada ) 2. Bicarakan tentang masalah ( jika ada ), meliputi : apa / mengapa, penyebab, akibatnya jika tidak diatasi dan bagaimana cara mengatasinya / apa yang akan dilakukan bidan bersama dengan ibu untuk mengatasi masalah. 3. Anjurkan ibu untuk miring kiri. 4. Berikan oksigen melalui masker muka 6 liter permenit sebagai usaha untuk meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal. 5. Observasi KU, TTV dan DJJ 6. Apabila terjadi komplikasi : lakukan tindakan segera yang dapat dilakukan secara mandiri oleh bidan, serta melakukan konsultasi / kolaborasi atau rujukan dengan tenaga professional lainnya. 7. Jelaskan penkes pada ibu mengenai cara menghitung gerakan janin dan body mekanik yang benar 8. Anjurkan ibu untuk mengurangi kegiatan yang berat dan pemenuhan nutrisi seimbang 9. Anjurkan untuk kunjungan ulang 10. Dokumentasikan
VI. IMPLEMENTASI / PELAKSANAAN RENCANA ASUHAN SECARA AMAN DAN EFEKTIF
1. Membicarakan hasil temuan kepada ibu / keluarga ( perkiraan usia kehamilan, kondisi ibu dan janin, serta masalah yang dialami jika ada ) Pada kasus fetal distressini, bicarakan pada ibu mengenai hasil pemeriksaan yang diperolehnya mengarah pada fetal distressyaitu DJJ
<100 x/menit atau >180 x/menit. Hal ini didukung dengan keluhan ibu yang merasa bahwa gerakan janinnya bertambah atau berkurang. 2. Membicarakan tentang masalah ( jika ada ), meliputi : apa / mengapa, penyebab, akibatnya jika tidak diatasi dan bagaimana cara mengatasinya / apa yang akan dilakukan bidan bersama dengan ibu untuk mengatasi masalah. Pada kasus fetal distress ini, bicarakan pula tentang penyebab terjadinya fetal distress, kemungkinan peristiwa yang dialami ibu yang menyebabkan trauma pada janin hingga mengalami fetal distress. Sampaikan pada ibu agar membatasi pekerjaan beratnya ketika gerakan janin dirasa melemah. Ketika sudah terjadi fetal distress, rencanakan penatalaksanaan fetal distress. Bicarakan pada ibu dan keluarga bahwa kehamilan berikutnya perlu pengelolaan yang ketat tentang kesejahteraan janin. Rencanakan penatalaksanaan sesuai penyebab terjadinya fetal distress 3. Menganjurkan ibu untuk miring kiri Posisi berbaring miring kiri dapat memperkancar aliran darah menuju plasenta sehingga janin mendapat suplai oksigen yang cukup dan mencegah terjadinya sindrom hipotensi pada ibu 4. Memberikan oksigen melalui masker muka 6 liter permenit sebagai usaha untuk meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal. 5. Observasi KU, TTV dan DJJ Keputusan harus didasarkan pada evaluasi kesehatan janin in utero dan maturitas janin.
-
Jika normal, pasien dapat dipulangkan dengan suatu peta/grafik gerakan janin dan diminta untuk mencatat gerakan janin pada pagi,siang,sore dan malam hari. Jika penurunan gerakan janin menetap dianjurkan evaluasi obstetrik ulang.Lakukan penatalaksanaan yang sesuai dengan penyebab terjadinya fetal distress
- Jika janin imatur dan keadaan insufisiensi plasenta kurang tegas, dinasehatkan untuk mengadakan observasi tambahan.
- Jika janin matur, kejadian insufisiensi plasenta biasanya berarti bahwa kelahiran dianjurkan. Dilakukan secsio sesarea jika terjadi gawat janin. 6. Apabila terjadi komplikasi : lakukan tindakan segera yang dapat dilakukan secara mandiri oleh bidan, serta melakukan konsultasi / kolaborasi atau rujukan dengan tenaga professional lainnya. 7. Jelaskan penkes pada ibu mengenai cara menghitung gerakan janin dan body mekanik yang benar. Penkes ini diberikan untuk memantau gerakan janin sehari-hari. Ibu diharuskan untuk mendatangi tenaga kesehatan apabila gerakan janin kurang atau lebih 10x periode gerakan tiap 12 jam atau 3x periode gerakan tiap 3 jam. Ibu di anjurkan untuk selalu berbaring miring ke kiri sehingga aliran darah / sirkulasi oksigen ke janin lancar. 8. Menganjurkan ibu untuk mengurangi kegiatan yang berat dan pemenuhan nutrisi seimbang 9. Menganjurkan kunjungan ulang kepada ibu 1 minggu lagi atau sewaktu ada keluhan untuk memantau keadaan janin 10. Dokumentasikan Catat hasil pemeriksaan dan temuan
VII.
EVALUASI EFEKTIVITAS ASUHAN YANG TELAH DIBERIKAN
a)
Evaluasi respons
: diakukan saat atau segera setelah suatu tindakan
dilakukan b)
Evaluasi hasil
: dilakukan pada kunjungan berikutnya ( kunjungan
ulang ANC ) untuk menilai efektivitas dari semua tindakan yang telah dilakukan untuk mengatasi diagnosa / masalah.
1. Hasil temuan telah dibicarakan kepada ibu / keluarga dan ibu mengerti keadaan janinnya 2. Ibu mengerti tentang masalh yang terjadi pada janinnya, meliputi apa / mengapa, penyebab, akibatnya jika tidak diatasi dan bagaimana cara
mengatasinya / apa yang akan dilakukan bidan bersama dengan ibu untuk mengatasi masalah. 3. Ibu bersedia dan telah berbaring miring kiri 4. Ibu telah diberikan oksigen melalui masker muka 6 liter permenit 5. Ibu telah diobservasi KU, TTV dan DJJ. Hasil observasi menunjukkan keadaan janin normal, sehingga ibu dapat dipulangkan, dan ibu bersedia untuk mencatat gerakan janin pada pagi,siang,sore dan malam hari. 6. Hasil pemeriksaan menunjukkan ibu dan janin tidak mengalami komplikasi 7. Ibu memahami cara menghitung gerakan janin dan body mekanik yang benar 8. Ibu bersedia untuk mengurangi kegiatan yang berat dan pemenuhan nutrisi seimbang 9. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang kepada ibu 1 minggu lagi atau sewaktu ada keluhan 10. Dokumentasi telah dilakukan
DAFTAR PUSTAKA