ETIKA Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak
kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupa¬kan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”,
yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghin-dari hal-hal tindakan yang buruk.Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian system nilai-nilai nilai-nilai yang berlaku. Etika adalah Ilmu yang yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain : 1. Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari hak. (The principles of morality, including the science of good and the nature of the right) 2. Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari kegiatan manusia. (The rules of conduct, recognize in respect to a particular class of human actions) 3. Ilmu watak manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip moral sebagai individual. (The science of human character in its ideal state, and moral principles as of an individual) 4. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban. (The science of duty) 5. Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
TUJUAN MEMPELAJARI ETIKA
Tujuan untuk mempelajari etika adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruknya perilaku atau tindakan manusia dalam ruang dan waktu tertentu. 2. Mengarahkan perkembangan masyarakat menuju suasana yang harmonis, tertib, teratur, damai dan sejahtera. 3. Mengajak orang bersikap kritis dan rasional dalam mengambil keputusan secara otonom. 4. Etika merupakan sarana yang memberi orientasi pada hidup manusia. 5. Untuk memiliki kedalaman sikap, untuk memiliki kemandirian dan tanggung jawab terhadap hidupnya. 6. Mengantar manusia pada bagaimana menjadi baik.
7. Sebagai norma yang dianggap berlaku. 8. Etika mengajukan pertanyaan tentang legitimasinya, artinya norma yang tidak dapat mempertahankan diri dari pertanyaan kritis dengan sendirinya akan kehilangan haknya. 9. Etika memberikan bekal kepada manusia untuk mengambil sikap yang rasional terhadap semua norma. 10. Etika menjadi alat pemikiran yang rasional dan bertanggung jawab bagi seorang ahli dan bagi siapa saja yang tidak mau diombang ambingkan oleh norma-norma yang ada. BELA NEGARA
Bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya. Peran penting Bela Negara dapat dikuak secara lebih jernih dan mendalam melalui perspektif pertahanan. Keutuhan wilayah Indonesia, beserta seluruh sumber daya, kedaulatan dan kemerdekaannya, selalu terancam oleh agresi asing dari luar dan pergolakan bersenjata dari dalam. Kalau ancaman ini menjadi nyata dan Indonesia tidak siap, semuanya bisa kembali ke titik nol. Antisipasi para pendiri bangsa tercantum dalam salah satu poin tujuan nasional yaitu “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”. Pernyataan ini
menjadi dasar dari tujuan pertahanan. Ia tidak berdiri sendiri tetapi berbagi ruang dengan tujuan keamanan atau ketertiban sipil dan berdampingan 3 (tiga) tujuan lainnya, yakni tujuan kesejahteraan (memajukan kesejahteraan umum), tujuan keadaban (mencerdaskan kehidupan bangsa) dan tujuan kedamaian (berpartisipasi aktif dalam perdamaian dunia yang adil dan abadi). Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang. Unsur Dasar Bela Negara : 1. 2. 3. 4. 5.
Cinta Tanah Air Kesadaran Berbangsa & bernegara Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara Rela berkorban untuk bangsa & negara Memiliki kemampuan awal bela negara
Contoh-Contoh Bela Negara : 1. 2. 3. 4.
Melestarikan budaya Belajar dengan rajin bagi para pelajar Taat akan hukum dan aturan-aturan negara Mencintai produk-produk dalam negeri
Pemerintah Indonesia saat ini menjalankan program pelatihan Bela Negara yang terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat. Pada tanggal 22 Oktober 2015, Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu meresmikan pembukaan program bela negara. Program tersebut dimaksudkan untuk memperteguh keyakinan berdasarkan 5 unsur tersebut di atas, dan program ini bukanlah sebuah bentuk wajib militer.
Pada tanggal 23 Februari 2016, Menhan Ryamizard Ryacudu kembali meresmikan peluncuran Situs web resmi (portal belanegara). Portal tersebut dimaksudkan untuk menjadi sumber penyebaran informasi kepada masyarakat tentang program Bela Negara, dan masyarakat juga bisa memberikan saran dan masukan di portal tersebut. FUNGSI DAN TUJUAN BELA NEGARA
Bela negara memiliki fungsi dan tujuan sebagai berikut: A. Tujuan Bela Negara Menjalankan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Menjaga identitas dan integritas bangsa dan negara. Melestarikan budaya. Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan juga negara. Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan juga negara.
B. Fungsi Bela Negara Merupakan kewajiban setiap warga negara. Mempertahankan Negara dari berbagai ancaman. Merupakan panggilan sejarah. Menjaga keutuhan wilayah negara.
MANFAAT BELA NEGARA
Bela negara memiliki beragam manfaat, baik bagi individu masing-masing warga negara ataupun bagi negara itu sendiri. Berikut ini adalah beberapa contoh manfaat bela negara : a. Menanamkan rasa kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai dengan kemampuan masing-masing. b. Membentuk Iman dan Taqwa pada masing-masing Agama. c. Melatih jiwa kepemimpinan dalam memimpin diri sendiri ataupun kelompok. d. Menghilangkan sikap negatif, misalnya malas, apatis, boros, egois, dan tidak disiplin. e. Membentuk sikap disiplin akan waktu, aktivitas, dan juga pengaturan kegiatan lain. f. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, serta kepedulian antar sesama. g. Membentuk jiwa kebersamaan serta solidaritas antar sesama rekan seperjuangan. h. Membentuk mental dan juga fisik yang tangguh. i. Berbakti pada orang tua, bangsa, dan agama. j. Melatih kecepatan, ketepatan, ketangkasan individu dalam melaksanakan beragam kegiatan.
NILAI-NILAI BELA NEGARA
Cinta tanah air
Mengenal dan mencintai tanah air agar selalu waspada dan siap membela tanah air Indonesia terhadap segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Indikator cinta tanah air meliputi :
Menjaga tanah dan pekarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia. Bangga sebagai bangsa Indonesia Menjaga nama baik bangsa dan negara Indonesia Memberikan kontribusi dan kemajuan pada bangsa dan negara Indonesia Mencintai produk dalam negeri, budaya, dan kesenian Indonesia.
Kesadaran berbangsa dan bernegara
Sadar sebagai warna bangsa negara Indonesia dalam bentuk tingkah laku, sikap, dan kehidupan pribadi agar dapat bermasyarakat sesuai dengan kepribadian bangsa. Indikator nilai kesadaran berbangsa dan bernegara meliputi :
Memiliki kesadaran keragaman budaya, suku, agama, bahasa dan adat istiadat. Melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Mengenal keragaman individu di rumah dan di lingkungannya. Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia. Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan Negara.
Yakin akan Pancasila
Pancasila sebagai pedoman dan pandangan hidup bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara guna mencapai tujuan nasional. Rasa yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara dicapai dengan menumbuhkan kesadaran :
Yang didasari pada Pancasila, Pada kebenaran negara kesatuan republik Indonesia, Bahwa hanya dengan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, negara bangsa Indonesia akan tetap jaya, Setiap perbedaan pendapat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat diselesaikan dengan cara musyawarah dan mufakat, Bahwa Pancasila dapat membentengi mental dan karakter bangsa dalam menghadapi ancaman baik dari dalam maupun luar negeri.
Indikator nilai yakin pada Pancasila sebagai ideologi bangsa meliputi:
Memahami nilai-nilai dalamPancasila. Mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara Indonesia
Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila Setia pada Pancasila dan meyakini sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Rela berkorban
Rela berkorban untuk bangsa dan negara. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan harta benda untuk kepentingan umum sehingga pada saatnya nanti siap mengorbankan jiwa raga bagi kepentingan bangsa dan negara. Indikator rela berkorban bagi bangsa dan negara meliputi :
Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk kemajuan bangsa dan negara. Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman. Memiliki kepedulian terhadap keselamatan bangsa dan negara. Memiliki jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya. Mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan/atau golongan.
Kemampuan awal bela negara
1. Secara psikis (mental) memiliki sifat disiplin, ulet, mentaati segala peraturan perundangundangan yang berlaku, percaya akan kemampuan diri sendiri, tahan uji, pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan untuk mencapai tujuan nasional. 2. Secara fisik (jasmani) memiliki kondisi kesehatan dan keterampilan jasmani yang dapat mendukung kemampuan awal bela negara yang bersifat psikis. Indikator nilai memiliki kemampuan awal bela negara meliputi:
Memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan dalam bertahan hidup atau mengatasi kesulitan. Senantiasa memelihara kesehatan jiwa dan raganya. Ulet dan pantang menyerah dalam menghadapi tantangan. Terus membina kemampuan jasmani dan rohani. Memiliki keterampilan bela negara dalam bentuk keterampilan.
BELA NEGARA DAN KETAHANAN NASIONAL
Semua warga negara berkewajiban untuk ikut serta dalam bela negara, sebagaimana ditegaskan pada pasal 27 ayat 3 UUD 1945, yang berbunyi: Setiap warga negara berhak dan wajib ikut dalam upaya pembelaan terhadap negara. Akan tetapi, kini pemaknaan bela negara itu tidak mutlak dengan berperang atau aktifitas heroik lain yang menggunakan senjata, karena berperang itu harus profesional dan terlatih. Sejalan dengan itu, Pasal 9 UU Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara menegaskan bahwa: (1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara
(2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diselenggarakan melalui : 1. Pendidikan kewarganegaraan 2. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib 3. Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau secara wajib, dan 4. Pengabdian sesuai profesi. (3) Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang undang. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara sudah secara eksplisit menjelaskan bahwa salah satu bentuk bela negara adalah berkarya yang dedikatif untuk bangsa dengan skil, ketrampilan dan keahlian untuk kemajuan bangsa. Masyarakat yang bekerja dalam sektor industri, sektor perdagangan, sektor tambang, sektor pertanian, adalah para pembela negara, karena kalau mereka tidak bekerja serius, Indonesia tidak akan masuk 10 negara terbesar GDP-nya di dunia. Tapi mereka tidak akan jadi mulia sebagai pahlawan-pahlawan ekonomi jika mereka melakukan pembangkangan terhadap kewajiban bayar pajak, dan mereka juga bukan pahlawan jika menjadi pengusaha eksploitasi hutan dengan melakukan illegal loging dan yang lainnya. Demikian pula mereka yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil, mereka juga melakukan bela negara bila mampu melakukan perbaikan sektor layanan publik dengan baik, mampu meningkatkan akuntabilitas layanan publik, akuntabel dalam pembangunan proyek proyek untuk layanan publik. Tapi sebaliknya mereka akan menjadi musuh negara jika justru melakukan korupsi uang negara dalam pelaksanaan proyek negara tersebut. Dengan demikian, untuk semua jenis profesi dan keahlian, diperlukan enguatan-penguatan karakter bangsa sebagai bangsa yang maju, mandiri dan sejahtera untuk memperkuat ketahanan nasional. Ketahanan Nasional menurut Sutarman (2011) adalah kondisi yang dinamis yang merupakan integrasi dan kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara yang berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, didalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman , baik dalam maupun dari luar negeri yang langsung maupun tidak langsung membahayakan identitas, keutuhan, kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta dalam mencapai tujuan nasionalnya. Kemudian, Presiden Joko Widodo (2014) dalam pidato beliau pada acara Peringatan Hari Bela Negara menegaskan bahwa bela negara memiliki spektrum yang sangat luas di berbagai bidang kehidupan, mulai dari politik, ekonomi, sosial dan budaya. Bela negara bisa dilakukan oleh setiap warga negara dari berbagai latar belakang profesi: mulai dari petani, buruh, profesional sampai dengan pedagang. Bela negara bisa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai peran dan profesi warga negara. Dengan demikian, bela negara untuk memperkuat ketahanan nasional harus didiversifikasi tidak sekedar dalam pengertian pertahanan negara, tapi juga ketahanan dalam pancagatra ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya, yang harus dimotori oleh inovasi dan kreatifitas bangsa untuk membina dan membangun bangsa untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia, memiliki stabilitas ideologi dan politik serta memiliki ketahanan sosial dan budaya, dengan membina basis filosofi bangsa harmony in diversity. Ketahanan nasional juga harus siap menghadapi tantangan yang muncul dari luar, karena Indonesia tidak sendirian di
dunia ini, tapi berdampingan dengan negara-negara serumpun di ASEAN, dan juga berdampingan dengan negara-negara Asia Pasifik, yang kemajuan dan perubahan di negaranegara tersebut, akan berakibat langsung pada Indonesia. Dengan demikian, ketahanan Nasional Indonesia akan sangat ditentukan oleh ketahanan dalam semua astagatranya, tidak hanya panca gatra dari gatra sosial ideologi, politik, ekonomi , sosial dan budaya, tapi juga ketahanan aspek gatra demografi, geografi dan sumber daya alam. Indonesia merupakan negara dengan komposisi penduduk yang sangat multi etnik, multi religious, sehingga sangat mudah terkena serangan-serangan asimetris. Soal Syiah, Ahmadiyah dan aliran-aliran keagamaan lain yang berkembang di Indonesia, sudah membuat hubungan sosial terganggu, dan kemudian aparat keamanan harus turun menyelesaikan dan mendamaikan mereka. Padahal keretakan sosial satu minggu saja, berapa kerugian eknonomi yang harus ditanggung oleh negara, bukan saja pembiayaan yang harus dikeluarkan untuk mengatasi konflik, tapi kevakuman bekerja dan berkarya itu sudah merugikan bangsa, dan keraguan investor asing yang akan masuk, karena mereka juga akan sangat khawatir jika investasinya merugi. Serangan yang amat marak saat ini adalah teknologi informasi dengan teknologi gadget dalam genggaman. Mesin kecil tersebut bisa dengan mudah mengakses situs-situs radikalisme, ajakan-ajakan provokatif dengan atas nama agama. Dengan demikian, Indonesia harus mengembangkan Islam yang ramah, damai, dan mengajak pada harmony in diversity. Karena kekhawatiran akan penetrasi radikalisme, Menteri Komunikasi dan Informatika pada 30 Maret 2015 menutup dan memblokir 22 situs yang dicurigai mempropagandakan ajaran-ajaran radikalisme dan kekerasan dengan mengatasnamakan agama. Kemudian pada gatra sosial, Indonesia juga menghadapi masalah besar untuk mencapai visi ekonomi ke depan knowledge based economy, yang mengandalkan temuan-temuan kreatif yang bisa menjadi komoditi, dan berdya saing kuat di pasar global. Kemudian Indonesia juga memiliki visi penguatan SDM sehingga visi pendidikan nasional menjadi simple, yakni smart and competitive citizen 2025. Anak-anak bangsa yang cerdas bisa bekerja dalam sektor jasa di mana saja di dunia, dan akan memperoleh penghasilan yang baik, akan memperkuat komposisi devisa bagi Indonesia, sejauh mereka tetap menjadi orang Indonesia, dan kembali ke Indonesia dengan membawa uang dan kekayaan hasil profesinya. Hampir semua gatra-gatra yang terkait dengan ketahanan nasional memerlukan dukungan karakter ke-Indonesiaan yang kuat, karena banyak dari anak-anak bangsa Indonesia yang berdiaspora di luar negeri, dan merasa nyaman di luar negeri, tidak memiliki skema untuk kembali ke Indonesia atau paling tidak memperkuat ekonomi dan dignity Indonesia dengan keahliannya. Dengan demikian, pendidikan karakter bangsa menjadi sangat urgen untuk menjadi agenda penting pendidikan nasional, dalam rangka menghadapi Indonesia Emas 2045, satu abad Indonesia, yang diperkirakan Indonesia akan memiliki 130 juta jiwa dalam usia produktif, dan merupakan jumlah yang sangat besar untuk menguasai dunia. PENDIDIKAN KARAKTER
Martin Luther King pernah menyatakan sebuah ungkapan yang menarik banyak orang di dunia berbunyi intelligence plus character-that is the goal of true education. Dari ungkapannya, King berpendapat, bahwa kepintaran saja tidak cukup, butuh karakter. Dengan begitu, karakter sangat penting atau mungkin lebih penting, karena anak pintar yang tidak memiliki karakter baik, dia akan menjadi petaka bagi bangsa, karena kepintarannya akan digunakan untuk merusak. Thomas Lickona (1991) seorang sarjana psikologi yang mempropagandakan kembali pendidikan karakter di akhir abad ke 20 menawarkan tujuh (7) karakter baik yang harus ditanamkan pada setiap anak didik, meliputi : 1. Ketulusan hati atau kejujuran (honesty). 2. Belas kasih (compassion); 3. Kegagahberanian (courage); 4. Kasih sayang (kindness); 5. Kontrol diri ( self-control ); 6. Kerja sama (cooperation); 7. Kerja keras (deligence or hard work ). Sementara itu, penelitian Dalmeri (2014) dari Universitas Indrapasta PGRI, Jakarta, mencatat adanya sembilan pilar karakter yang perlu ditegakkan dalam kerjasama sekolah, keluarga, masyarakat dan dunia usaha, agar anak Indonesia menjadi generasi tangguh berdaya saing, yang dapat mengolah kecerdasan pengetahuan dan keahliannya menjadi produktifitas bangsa. Sembilan pilar tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tanggungjawab ( Responsibility); 2. Rasa Hormat ( Respect ); 3. Keadilan ( Fairness); 4. Keberanian (Courage); 5. Belas kasih ( Honesty); 6. Kewarganegaraan (Citizenship); 7. Disiplin diri (Self-descipline); 8. Peduli (Caring  ), dan 9. Ketekunan ( Perseverance). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (2010) juga telah merancang disain program pendidikan karakter yang didekatkan pada bingkai visi pendidikan nasional, sehingga menjadi empat kelompok besar, yaitu: 1. Olah Hati ( spiritual and emotional development ); 2. Olah Fikir (intellectual development ); 3. Olah Raga dan Kinestetik ( physical and kinesthetic development ); dan 4. Olah Rasa dan Karsa (affective and creativity development ).
ETIKA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER
Dalam pendidikan karakter semua komponen haruslah dilibatkan sehingga bisa mempengaruhi seseorang dalam pembentukan karakter. Berikut ini akan kami berikan beberapa etika dalam pendidikan karakter yang sangat penting diterapkan dalam cara membentuk karakter. Kepedulian dan Empati
Yang dimaksud dengan etika kepedulian dan empati dalam pendidikan karakter adalah menanggapi perasaan, pikiran dan juga pengalaman orang lain sebab ia merasakan kepedulian pada sesama. Selain itu, kepedulian dan empati adalah usaha untuk mengenali pribadi orang lain dan juga usaha membantu orang lain yang sedang kesusahan. Selain itu juga meliputi mengenali rasa kemanusiaan terhadap orang lain. Kerja Sama
Kerja sama adalah usaha menggabungkan tenaga dari diri sendiri dengan orang lain sehingga bisa bekerja untuk mencapai sebuah tujuan. Selain itu, kerja sama juga memiliki arti membagi pekerjaan dengan orang lain supaya sebuah tujuan nantinya bisa dicapai. Berani
Berani adalah kemampuan untuk menghadapi sebuah kesulitan, bahaya dan juga sakit dengan menggunakan cara agar situasi bisa dikendalikan sekaligus cara menguatkan mental. Berani juga memiliki arti mengenali sesuatu hal yang sedikit menakutkan atau menantang lalu mulai melakukan pemikiran strategi supaya bisa menghadapi situasi tersebut. Teguh dan Komitmen
Keteguhan hati dan juga komitmen adalah kemampuan untuk bertahan untuk mencapai sebuah cita cita, pekerjaan dan berbagai urusan lainnya dan juga janji yang dipegang dengan teguh terhadap sebuah keyakinan. Adil
Adil adalah usaha untuk memperlakukan orang lain dengan cara memakai sikap yang tidak memihak dan juga dilakukan dengan wajar yang penting dalam cara membangun sikap kritis. Adil juga mengartikan memiliki pandangan yang jujur dalam kehidupan sehari hari dan juga dalam situasi khusus tanpa adanya pengaruh dari mana pun dan siapa pun juga. Suka Menolong
Suka menolong merupakan kebiasaan baik untuk membantu orang lain dan selalu siap untuk mengulurkan tangan sekaligus secara aktif selalu mencari kesempatan untuk menyumbang baik
dalam bentuk barang dan juga tenaga sehingga cara meningkatkan persepsi antar pribadi bisa dilakukan. Jujur dan Integritas
Jujur dan integritas merupakan cara berbicara jujur atau tidak bohong serta memperlakukan orang lain dengan cara yang adil. Selain itu, jujur juga dilakukan pada diri sendiri sekaligus tetap berpegang teguh dengan nilai nilai moral itu sendiri. Sabar
Sabar merupakan sikap yang mampu dan bisa untuk mengendalikan diri dari berbagai kelambatan untuk mencapai kesempatan khusus atau cita cita sebagai salah satu cara menjadi pribadi yang dewasa. Selain itu, menunggu juga berarti menunggu atas segala kebutuhan dan juga kepentingan dengan cara yang tenang dan bisa mengendalikan diri dari gangguan orang lain serta menunda keinginan yang bisa merugikan diri sendiri. Banyak Akal
Banyak akal merupakan kemampuan seseorang untuk berpikir secara kreatif mengenai sebuah metode dan juga bahan yang berbeda beda dan dilakukan sebagai cara menanggulangi situasi yang baru dan sulit. Banyak akal juga mengartikan bisa membuat pertimbangan dengan menggunakan imajinasi dan segala pilihan terbaik untuk menemukan cara memecahkan sebuah masalah.
Hormat dan Tanggung Jawab
Sikap hormat adalah cara menghormati orang lain dengan cara mengagumi, menghargai dan juga memiliki penghargaan khusus sekaligus berlaku sopan pada orang lain dan memperlakukan mereka dengan cara yang baik. Sedangkan tanggung jawab adalah bisa dipercaya sekaligus bisa diandalkan mengenai sebuah perbuatan atau tindakan. Tanggung jawab juga mengartikan segala perbuatan dan tindakan yang akan dilakukan bisa dipertanggungjawabkan. Toleransi
Toleransi adalah sikap saling menghormati antar sesama tanpa perlu memandang suku, ras, agama atau pun aliran dan juga sikap saling membantu antar sesama manusia untuk mewujudkan sebuah kebaikan yang membutuhkan peran lingkungan dalam pendidikan karakter. Bangga
Bangga merupakan cara untuk menghargai diri sendiri sekaligus merasa senang saat bisa menyelesaikan sebuah tugas yang cukup memberi tantangan atau bisa mendapatkan sesuatu yang sudah diinginkan.
Loyalitas
Loyalitas adalah usaha agar selalu bisa setia pada sebuah komitmen dengan orang lain baik itu keluarga atau teman dan juga kelompok tertentu. Selain itu, loyalitas juga mengartikan tetap bisa menjaga komitmen meski sedang berada dalam keadaan sulit dan terdapat banyak rintangan yang menghalangi. Disiplin Diri dan Mandiri
Disiplin diri merupakan penerapan disiplin pada anak usia dini untuk membiasakan diri sendiri dalam taat pada peraturan atau kesepakatan yang sudah dibuat dan juga melakukan sebuah perbuatan yang baik. Sedangkan mandiri adalah kebebasan untuk melakukan apa saja yang dibutuhkan diri sendiri sekaligus mempertimbangkan pilihan dan juga mengambil keputusan sendiri. Humor
Humor adalah kemampuan seseorang untuk bisa merasakan dan menanggapi sebuah hal yang lucu baik dari luar ataupun dari diri sendiri dan juga menciptakan suasana yang cerah dalam kehidupan sehari hari sebab dengan wajah tersenyum, situasi senang dan tertawa serta menggelikan akan menciptakan suasana yang baik.
PEMBENTUKAN KARAKTER
Kita harus sadar, bahwa pembentukan karakter dan watak atau kepribadian ini sangat penting, bahkan sangat mendesak dan mutlak adanya. Hal ini cukup beralasan. Mengapa mutlak diperlukan? Karena adanya krisis yang terus berkelanjutan melanda bangsa dan negara kita sampai saat ini belum ada solusi secara jelas dan tegas, lebih banyak berupa wacana yang seolaholah bangsa ini diajak dalam dunia mimpi. Tentu masih ingat beberapa waktu yang lalu Pemerintah mengeluarkan pandangan, bahwa bangsa kita akan makmur, sejahtera nanti di tahun 2030. Suatu pemimpin bangsa yang besar untuk mengajak bangsa atau rakyatnya menjadi “pemimpi” dalam menggapai kemakmuran yang dicita-citakan. Berhadapan dengan berbagai masalah dan tantangan, pendidikan nasional pada saat yang sama (masih) tetap memikul peran multidimensi. Berbeda dengan peran pendidikan pada negaranegara maju, yang pada dasarnya lebih terbatas pada transfer ilmu pengetahuan, peranan pendidikan nasional di Indonesia memikul beban lebih berat. Pendidikan berperan bukan hanya merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetap lebih luas lagi sebagai pembudayaan (enkulturisasi) yang tentu saja hal terpenting dan pembudayaan itu adalah pembentukan karakter dan watak (nation and character building), yang pada gilirannya sangat krusial bagi notion building atau dalam bahasa lebih populer menuju rekonstruksi negara dan bangsa yang lebih maju dan beradab dan beretika. Kita harus sadar, bahwa pembentukan karakter dan watak atau kepribadian ini sangat penting, bahkan sangat mendesak dan mutlak adanya. Hal ini cukup beralasan. Mengapa mutlak diperlukan? Karena adanya krisis yang terus berkelanjutan melanda bangsa dan negara kita sampai saat ini belum ada solusi secara jelas dan tegas, lebih banyak
berupa wacana yang seolah-olah bangsa ini diajak dalam dunia mimpi. Tentu masih ingat beberapa waktu yang lalu Pemerintah mengeluarkan pandangan, bahwa bangsa kita akan makmur, sejahtera nanti di tahun 2030. Suatu pemimpin bangsa yang besar untuk mengajak bangsa atau rakyatnya menjadi “pemimpi” dalam menggapai kemakmuran yang dicita-citakan.
PERAN PENDIDIKAN
Berhadapan dengan berbagai masalah dan tantangan, pendidikan nasional pada saat yang sama (masih) tetap memikul peran multidimensi. Berbeda dengan peran pendidikan pada negaranegara maju, yang pada dasarnya lebih terbatas pada transfer ilmu pengetahuan, peranan pendidikan nasional di Indonesia memikul beban lebih berat. Pendidikan berperan bukan hanya merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetap lebih luas lagi sebagai pembudayaan (enkulturisasi) yang tentu saja hal terpenting dan pembudayaan itu adalah pembentukan karakter dan watak (nation and character building), yang pada gilirannya sangat krusial bagi notion building atau dalam bahasa lebih populer menuju rekonstruksi negara dan bangsa yang lebih maju dan beradab dan beretika. Oleh karena itu, reformasi pendidikan sangat mutlak diperlukan untuk membangun karakter atau watak suatu bangsa, bahkan merupakan kebutuhan mendesak. Reformasi kehidupan nasional secara singkat, pada intinya bertujuan untuk membangun Indonesia yang lebih genuinely dan authentically demokratis dan beretika, sehingga betul-betul menjadi Indonesia baru yang madani, yang bersatu padu (integrated). Di samping itu, peran pendidikan nasional dengan berbagai jenjang dan jalurnya merupakan sarana paling strategis untuk mengasuh, membesarkan dan mengembangkan warga negara yang demokratis dan memiliki keadaban (civility) kemampuan, keterampilan, etos dan motivasi serta berpartisipasi aktif, merupakan ciri dan karakter paling pokok dari suatu masyarakat madani Indonesia.
ETIKA MORA BELA NEGARA
Pada tahun 1937-an, Eyang Sosrokartono (kakak RA Kartini), pernah mengingatkan para pemimpin termasuk calon pemimpin agar ing ngarsa sung tuladha (di depan memberi contoh) dan ing madya mangun karsa (di tengah memberikan motivasi). Namun sampai menjelang akhir tahun ini, mereka belum melaksanakan ajaran itu, malah beberapa memberikan teladan yang tidak baik. Kondisi politik dan sosial bangsa kita yang pada saat ini diejawantahkan melalui demokrasi barat, eksplanasinya amburadul. Reformasi dan otonomi kebablasen, yang oleh Gubernur (waktu itu, kini almarhum) HM Ismail disebut karut-marut karena etika dan moral para pemimpin yang tidak memahami ajaran Sosrokartono. Kalau etika diartikan baik buruknya cara bertindak, dan moral diartikan sebagai ajaran baik buruknya laku, maka pada saat ini, kita dapat menilai bagaimana sebenarnya etika dan moral bangsa, lebih-lebih pemimpinnya.
Pada tahun 1999-2009, yang dipamerkan para pemimpin dari anggota DPRD, DPR, wali kota, bupati, gubernur, sampai pejabat negara, adalah parade kebobrokan. Sebagian besar terjerat kasus korupsi, ditahan, dihukum sehingga tidak patut menjadi teladan generasi muda. Kasus yang melibatkan ; pejabat KPK, polisi, dan kejaksaan membuktikan betapa etika dan moral benar-benar tidak patut ditiru. Indonesia dijuluki sebagai negara terkorup di Asia Tenggara dan terburuk birokrasinya di Asia, sesudah India. Tahun 2009 ini adalah tahun prihatin, tahun pertaruhan awal pemerintahan II SBY. Dikatakan, generasi Soekarno-Hatta mampu mendobrak dan mengusir Jepang dan menolak penjajahan kembali Belanda yang mau memanfaatkan Sekutu melalui van Mock. Generasi pejuang itu bisa menciptakan NKRI yang bebas dari penyakit penjajahan. Indonesia merdeka dan berdaulat, serta menyediakan jembatan emas bagi bangsanya (Mangunwijaya JB, 1998. Penguatkan kembali etika dan moral, lebih-lebih diarahkan untuk bela negara, adalah suatu hal yang tidak mudah. Harus ada forum rembuk bangsa mendalam, objektif, dan ilmiah. Hal ini perlu dipahami, sebab pada saat ini bangsa dan negara, baru gandrung pada budaya asing. Kegandrungan itu dapat dilihat pada tata kehidupan spiritual atau agama, gaya hidup, dan cara berpakaian. Bangsa ini oleh H Mardiyanto (mantan mendagri), disebut baru kehilangan harga diri, jati diri, dan kepercayaan diri. Demokrasi dan ekonomi yang liberal, pilkada dan pilpres secara langsung, ternyata hasilnya jauh dari harapan. Sementara itu, Mochtar Mas menyoroti, bahwa arah demokrasi yang lemah itu berdampak pada rusaknya etika dan moral. Bangsa Indonesia yang dulu terkenal santun, sekarang seperti kehilangan etika dan moralnya sehingga tidak patut diteladani. Lagi Bangsa ini mudah marah, suka tawuran, dan lebih mementingkan pribadi dibanding mendahulukan kepentingan bangsa dan negara. Kita harus tahu, bahwa di antara kita tentu ada yang tidak baik, akan tetapi sebagai bangsa yang santun, kewajiban kita harus membimbing mereka yang tidak baik untuk menjadi baik. Selain itu, sebagai generasi muda, jangan mudah putus asa dan harus selalu waspada demi kejayaan bangsa. Karena itu, mari kita merenung, apakah mampu melaksanakan ajaran Sastra Cetha yang kelihatannya sederhana, tetapi aplikasinya sulit. Etika dan moral berada dalam tata kehidupan, berada dalam tingkah laku, dan berada dalam diri. Bela Negara juga berada pada kesadaran sebagai bangsa dan kecintaan pada bangsa dan negara, yang semuanya ada di dalam dada. Sebagai bangsa yang tahu negaranya menuju ke kemunduran harus berani bangun, cancut taliwanda, buang sifat suka berbuat nista dan lakukan yang utama. Jika hal itu dilakukan pada gilirannya akan mampu mengembalikan tata etika dan moral, dan pasti rela berkorban membela bangsa dan negara demi kejayaan NKRI. Sumber: https://artikel-media.blogspot.co.id//etika-moral.bela-negara