BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sudah tidak asing lagi untuk mengenal tentang insomnia, Insomnia itu sendiri merupakan kejadian dimana sulitnya seseorang untuk masuk tidur secara lelap, atau kesulitan untuk mempertahankan tidur dalam kurun waktu tertentu, sehingga menimbulkan penderitaan atau gangguan dalam berbagai fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi-fungsi kehidupan lainya (Erry, 2000). Insomnia sampai sekarang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, namun insomnia sendiri selalu dianggap remeh dan diacuhkan oleh penderitanya. Sering kali terdengar keluhan, tetapi tidak ada kesadaran atau tindakan untuk menaggulanginya. Insomnia dapat menyebabkan beberapa efek terhadap kesehatan diantaranya efek fisiologis dimana dapat meningkatkan renalin pada penderita stress, nyeri otot, serta hipertensi bahkan kematian, hal ini disebabkan waktu tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup lebih sedikit di bandingkan orang yang memiliki waktu tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin saja disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup dapat juga karena high arousal state state yang terdapat pada insomnia (Turana, 2007), serta dapat menyebabkan efek psikologis yaitu berupa gangguan memori, gangguan konsentrasi, irritable, kehilangan motivasi, depresi, sehingga dapat juga
2
3
berefek pada produktivitas penderita dalam kesehariannya (Ida, R. 2010). 2010). Insomnia disebabkan beberapa faktor, mulai dari pola hidup manusia itu sendiri, pola makan, faktor lingkungan, gen, dan lain sebagainya. Mengenai pola hidup, kita dihubungkan pada usia remaja yang cukup banyak dibicarakan dalam segi gaya hidup yang digelutinya, dimana mempengaruhi pada kesehatan ruang lingkup remaja tersebut, remaja yang dimaksud disini adalah remaja pada usia dewasa awal (Liveina. Artini G A. Jurnal JST. 2013). Seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa awal adalah berada dalam tahap hubungan hangat, dekat dan komunikatif (Monks, Knoers & Haditono, 2001). Beberapa karakteristik dewasa awal yaitu: suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperoleh (Hurlock : 1193). Kebebasan dalam ruang lingkup remaja tersebut, bila tidak terkendali akan mengakibatkan timbulnya dampak negatif, seperti pola hidup yang tidak sehat antara lainya menghabiskan waktu dimalam hari yang biasa disertai dengan mengkonsumsi minuman berenergi seperti kopi. Remaja yang tengah larut dalam gaya hidup dimasa usianya yang dimana terbiasa mengkonsumsi minuman berkafein atau kopi tidak lain hanya mengikuti trend terkini pada remaja, hal tersebut perlu diberikan perhatian khusus baik itu dari orang tua ataupun gurunya, gurunya, karena pola gaya hidup mengkonsumsi minuman berkafein dianggap sebagai salah satu faktor risiko timbulnya insomnia baik dalam segi kualitatif maupun kuantitatif, baik itu pada orang dewasa maupun pada remaja. Kualitas dan
4
kuantitas dari kafein dapat mempengaruhi sistem saraf pusat dan bila proses ini terganggu, dapat menjadi salah satu faktor terjadinya Insomnia Kafein ialah alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylxanthine bersama sama senyawa tefilin dan tefilin dan teobromin, berlaku teobromin, berlaku sebagai perangsang sistem saraf pusat (Farmakologi UI, 1995). Mengenai penelitian yang telah dilakukan Badan Kesehata Dunia (WHO) pada saat sebelumnya telah didapatkan data prevalensi penderita insomnia di dunia mencapai 70% paling sedikit seminggu sekali. Prevalensi penderita insomnia pada masa remaja dewasa awal sangat tinggi di beberapa negara termasuk Indonesia. Penelitian yang dilakukan di Polandia menunjukkan bahwa ¼ orang dewasa (18 tahun keatas) mengalami Insomnia, terutama pada wanita 28,1% sedangkan pada pria 18,1% (Sugianto, 2012). Prevalensi penderita Insomnia di Sao Jose Do Rio Preto, Brazil sangat tinggi yaitu 32% (Sugianto, 2012). Amerika Serikat 10 – 15% (Herri Zan Pieter dkk:2011). Sedangkan di Indonesia, penelitian menunjukkan bahwa kurang lebih 1/3 dari orang dewasa pernah menderita Insomnia tiap tahunya dan di Jawa Timur terdapat 11,14%. Tingginya prevalensi penderita insomnia pada remaja-dewasa awal dimungkinkan karena pengaruh masukan sumber kafein yang tidak lain seperti kopi terkait gaya hidup yang tidak terkendali (Taruna, 2007). Karena kopi merupakan sumber dari kafein, jika mengkonsumsi kafein diluar batas normal akan menimbulkan berbagai komplikasi terkait dengan gaya hidup yang tidak teratur. Berbicara mengenai kopi, kopi merupakan sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan biji
5
tanaman kopi. Kopi digolongkan kedalam famili Rubiaceae dengan genus Coffea. Secara umum kopi hanya memiliki dua spesies yaitu Kopi Arabika dan Kopi Robusta (Saputra E., 2008). Kopi merupakan salah satu minuman yang beresiko jika dikonsumsi >1 kali sehari (Risdeska, 2013). Karna kopi mengandung kadar kafein yang dimana dapat mempengaruhi rangsangan terhadap otak (7,5-150 mg) yang dimana dapat meningkatkan aktifitas neural dalam otak serta mengurangi keletihan, dan dapat memperlambat waktu tidur (Drug Facts Comparisons, 2001). Kafein yang terkandung didalam biji kopi dapat menstimulasi jaringan Neurologi dalam otak. Disamping kafein mempengaruhi sistem Neurologi otak, kafein juga termasuk zat antagonis reseptor adenosin sentral yang bisa mempengaruhi fungsi sistem saraf pusat dan mengakibatkan gangguan tidur. Zat kafein itu sendiri memberikan impuls terhadap otak untuk menghasilkan hormon adrenalin yang nantinya tersuplaikan pada seluruh jaringan otot jantung dalam tubuh, hal tersebut sebagai sumber tenaga pemicu terhadap kinerja jantung itu sendiri tujuanya untuk memompa sejumlah eritrosit ke seluruh tubuh secara adekuat. Maka tidak menutup kemungkinan bilamana zat kafein itu sendiri telah mengenai pada sistem saraf pusat dan menjadi sebagai zat antagonis yang menghambat kinerja saraf dalam batas normal akan kemungkinan terjadi penurunan tidur itu sendiri baik kuantitas maupun kualitas. Telah diketahui bahwa mengkonsumsi kopi yang mengandung kafein dapat memicu otot jantung bekerja lebih cepat yang nantinya suplay kadar Hb dalam vaskuler di semua ekstremitas tubuh tercukupi secara spontanitas
6
sehingga tubuh mendapatkan rasa segar yang dapat mengakibatkan terjadinya insomnia. Remaja dewasa awal merupakan antara golongan yang sering memanfaatkan kafein untuk mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur. Oleh karna itu untuk mengatasi terjadinya insomnia pada remaja usia dewasa awal ini, kita sebagai perawat harus mampu memberikan masukan dan arahan bagi usia remaja ini maupun masyarakat sekitar tentang pengaruh konsumsi kafein terhadap insomnia, agar nantinya tidak berakibat pada kualitas kognitif, pola pikir dan penurunan prestasi akademik remaja tersebut, yang dimana perawat memberikan beberapa masukan seperti batasi mengkonsumsi kafein atau kopi diluar batas takaran minum dan lakukan dengan porsi secukupnya saja sekiranya sehari dalam satu cangkir kopi, hindari meminum kafein atau kopi diwaktu malam hari seperti menjelang tidur, hindari bergadang dan tidur secara teratur karna bergadang sebagai faktor pencetus timbulnya insomnia serta pengkonsumsian kafein secara sengaja, dan hindari dari faktor yang menyebabkan stress seperti lingkungan dan beban pikir (Liveina. Artini G A. Jurnal JST. 2013). Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Konsumsi Kafein Terhadap Terjadinya Insomnia pada usia Dewasa Awal SMA Giri di Kecamatan Giri Kabupaten
Banyuwangi
2016”,
penelitian
mengetahui pengaruh penggunaan kafein pada remaja dewasa awal.
ini
bertujuan
untuk
insomnia khususnya
7
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh konsumsi Kafein terhadap Insomnia pada usia dewasa awal siswa SMA Giri ?”.
1.3
Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum
Mengidentifikasi pengaruh konsumsi Kafein terhadap
Insomnia
pada usia dewasa awal siswa SMA Giri di Kecamatan Giri Kabupaten Banyuwangi tahun 2016.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi konsumsi Kafein pada usia dewasa awal siswa SMA Giri di Kecamatan Giri Kabupaten Banyuwangi tahun 2016. b. Mengidentifikasi insomnia pada usia dewasa awal siswa SMA Giri di Kecamatan Giri Kabupaten Banyuwangi tahun 2016. c. Menganalisis pengaruh konsumsi Kafein terhadap insomnia pada usia dewasa awal siswa SMA Giri di Kecamatan Giri Kabupaten Banyuwangi tahun 2016.
1.4
Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap khasanah keilmuan, khususnya di bidang keperawatan yang terkait dengan
8
masalah mengenai insomnia yang disebabkan oleh konsumsi kafein.
1.5
Manfaat Praktis
1. Manfaat Responden Dari hasil penelitian ini diharapkan responden mampu mengetahui dampak dari konsumsi kafein, terkait perubahan terhadap pola tidur atau terjadinya insomnia. 2. Bagi Masyarakat Dari hasil penelitian ini diharapkan masyarakat mampu merubah pola konsumsi kafein khususnya pada usia dewasa awal siswa SMA Giri. 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan pengetahuan bagi peneliti sehingga mampu mendiskripsikan pengaruh konsumsi Kafein terhadap insomnia pada usia dewasa awal siswa SMA Giri. 4. Bagi Remaja Dapat dijadikan sebagai penambah ilmu pengetahuan, dan mengetahui bagaimana pola tidur remaja berkaitan dengan kesehatan remaja.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Kopi
2.1.1
Pengertian Kopi
Kopi merupakan sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan biji tanaman kopi. Kopi digolongkan ke dalam famili Rubiaceae dengan genus Coffea. Secara umum kopi hanya memiliki dua spesies yaitu Kopi Arabika dan Kopi robusta (Saputra E., 2008). Kopi merupakan salah satu minuman yang berisiko jika dikonsumsi >1 kali sehari (Riskesdas, 2013). 1. Kopi Arabika Kopi arabika, merupakan kopi yang terbaik mutu dan citarasanya. Adapun 6 jenis kopi arabika Indonesia yaitu: kopi gayo di Aceh, kopi mandheling di Sumatera Utara, kopi jawa di Jawa, kopi kintamani di Bali, kopi toraja di Sulawesi dan jenis baru kopi mangkuraja dari Bengkulu (Dompak Manurung, 2011). 2. Kopi Robusta Kopi robusta, kopi robusta lebih rendah cita rasanya dibandingkan dengan kopi arabika. Kopi robusta memiliki kelebihan yaitu lebih kental dan warnanya lebih kuat. Dalam 1 cangkir kopi robusta dengan 10 g bubuk kopi mengandung sekitar 100 mg kafein, jenis kopi robusta di Indonesia yaitu kopi Lampung dan kopi luwak (Dompak Manurung, 2011, Rosa Leliyna 2008).
9
10
Kopi dapat digolongkan sebagai minuman psikostimulant yang
akan
menyebabkan
orang
tetap
terjaga,
mengurangi
kelelahan, dan memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi (Jaussent, 2011). Hal yang sama dikemukakan Tanaka (2013) Efek langsung dari kafein khususnya dalam secangkir kopi secara ilmiah terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya seperti menstimulasi pernafasan dan jantung, serta memberikan efek samping berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia), dan denyut jantung tak berarturan (tachycardia) yang menyebabkan berbahnya tekanan darah.
2.1.2
Jenis-jenis Kopi
Jenis-jenis kopi berdasarkan pengolahannya terdiri dari : A.2.1 Kopi Bubuk Pengolahan kopi bubuk hanya ada tiga tahapan yaitu: penyangraian (roasting), penggilingan (grinding) dan pengemasan. Penyangraian sangat menentukan warna dan cita rasa produk kopi yang
akan
dikonsumsi
sedangkan
penggilingan
yaitu
menghaluskan partikel kopi sehingga dihasilkan kopi coarse (bubuk kasar), medium (bubuk sedang), fine (bubuk halus), very fine (bubuk amat halus). Pilihan kasar halusnya bubuk kopi berkaitan dengan cara menyeduh kopi yang digemari oleh masyarakat (Ridwansyah, 2002). Kopi bubuk yang langsung diseduh dengan air panas akan meninggalkan ampas di dasar
11
cangkir. Kopi bubuk mempunyai kandungan kafein sebesar 115 mg per 10 gram kopi (± 1-2 sendok makan) dalam 150 ml air (Dollemore D. dan Mark Giuliucci, 2001). A.2.2 Kopi Instan Kopi
instan
dibuat
dari
ekstrak
kopi
dari
proses
penyangraian. Kopi sangrai yang masih melalui tahapan: ekstraksi, drying (pengeringan) dan pengemasan. Kopi yang telah digiling, diekstrak
dengan
menggunakan
tekanan
tertentu
dan
alat
pengekstrak. Ekstraksi bertujuan untuk memisahkan kopi dari ampasnya. Proses drying bertujuan untuk menambah daya larut kopi terhadap air, sehingga kopi instan tidak meninggalkan endapan saat diseduh dengan air (Ridwansyah, 2002). Kopi instan mempunyai kandungankafein sebesar 69-98 mg per sachet kopi dalam 150 ml air (Dollemore D. dan Mark Giuliucci, 2001).
2.1.3
Senyawa Kafein pada Kopi
Kafein ialah alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylxanthine bersama-sama senyawa tefilin dan teobromin, berlaku sebagai perangsang sistem saraf pusat. Pada keadaan asal, kafein ialah serbuk putih yang pahit (Phytomedical Technologies, 2006) dengan rumus kimianya C6 H10 O2, dan struktur kimianya 1,3,7- trimetilxantin (Farmakologi UI, 1995).
12
2.1.4
Sumber Kafein
Kafein ialah senyawa kimia yang dijumpai secara alami di didalam makanan contohnya biji kopi, teh, biji kelapa, buah kola (cola nitide) guarana, dan mate. Teh adalah sumber kafein yang lain, dan mengandung setengah dari kafein yang dikandung kopi. Beberapa tipe teh yaitu teh hitam mengandung lebih banyak kafein dibandingkan jenis teh yang lain. Teh mengandung sedikit jumlah teobromine dan sedikit lebih tinggi theophyline dari kopi. Kafein juga merupakan bahan yang dipakai untuk ramuan minuman non alkohol seperti cola, yang semula dibuat dari kacang kola. Soft drinks khususnya terdiri dari 10-50 miligram kafein. Coklat terbuat dari kokoa mengandung sedikit kafein seperti. Efek stimulan yang lemah dari dari coklat dapat merupakan kombinasi dari theobromine dan theophyline sebagai kafein (Casal et al.2000).
2.1.5
Farmakodinamik Kafein
Kafein mempunyai efek relaksasi otot polos , terutama otot polos bronchus, merangsang susunan saraf pusat, otot jantung, dan meningkatkan diuresis. a.
Jantung,
kadar
rendah
kafein
dalam
plasma
akan
menurunkan denyut jantung, sebaliknya kadar kafein dan teofilin yang lebih tinggi menyebabkan tachicardi, bahkan pada individu yang sensitif mungkin menyebabkan aritmia yang berdampak kepada kontraksi ventrikel yang premature.
13
b.
Pembuluh darah, kafein menyebabkan dilatasi pembuluh
darah termasuk pembuluh darah koroner dan pulmonal, karena efek langsung pada otot pembuluh darah. c.
Sirkulasi Otak, Resistensi pembuluh darah otak naik
disertai pengurangan aliran darah dan PO 2 di otak, ini diduga merupakan refleksi adanya blokade adenosine oleh Xantin (Farmakologi UI, 1995).
2.1.6
Efek Jangka Pendek Kafein
Mencapai jaringan dalam waktu 5 (lima) menit dan tahap puncak mencapai
darah dalam waktu 50 menit, frekuensi
pernafasan ; urin,asam lemak dalam darah ; asam lambung bertambah disertai peningkatan tekanan darah. Kafein juga dapat merangsang otak (7,5-150 mg) dapat meningkatkan aktifitas neural dalam otak serta mengurangi keletihan), dan dapat memperlambat waktu tidur (Drug Facts Comparisons, 2001).
2.1.7
Efek Jangka Panjang Kafein
Pemakaian lebih dari 650mg dapat menyebabkan insomnia kronik, gelisah, dan ulkus. Efek lain dapat meningkatkan denyut jantung
dan
berisiko
terhadap
penumpukan
kolesterol,
menyebabkan kecacatan pada anak yang dilahirkan (Hoeger, Turner, and Hafen, 2002).
14
2.1.8
Farmakologi Kafein
Kafein adalah stimulan dari sistem saraf pusat dan metabolisme, digunakan secara baik untuk pengobatan dalam mengurangi keletihan fisik dan juga dapat meningkatkan tingkat kewaspadaan sehingga rasa ngantuk dapat ditekan. Kafein juga merangsang sistem saraf pusat dengan cara menaikkan tingkat kewaspadaan, sehingga fikiran lebih jelas dan terfokus dan koordinasi badan menjadi lebih baik (Ware, 1995).
2.2
Konsep Dasar Tentang Insomnia 2.2.1
Pengertian Insomnia
Insomnia
adalah
ketidakmampuan
untuk
mencukupi
kebutuhan tidur baik kualitas maupun kuantitas. Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia inisial atau tidak dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa mempertahankan tidur atau sering terjaga dan insomnia terminal atau bangun secara dini dan tidak dapat tidur kembali (Potter, 2005). Untuk menyembuhkan insomnia, maka terlebih dahulu harus dikenali penyebabnya. Artinya, kalau disebabkan penyakit tertentu, maka untuk mengobatinya maka penyakitnya yang harus disembuhkan terlebih dahulu (Aman, 2005). Umumnya dimulai dengan munculnya gejala-gejala: 1.
Kesulitan jatuh tertidur atau tidak tercapainya tidur nyenyak. Keadaan ini bisa berlangsung sepanjang malam dan dalam tempo berhari-hari, berminggu-minggu, atau
15
lebih. 2.
Merasa lelah saat bangun tidur dan tidak merasakan kesegaran. Mereka yang mengalami insomnia seringkali merasa tidak pernah tertidur sama sekali.
3.
Sakit kepala di pagi hari. Ini sering disebut sebagai “efek mabuk” padahal, nyatanya orang tersebut tidak minum minuman keras di malam itu.
4.
Kesulitan berkonsentrasi .
5.
Mudah marah.
6.
Mata memerah.
7.
Mengantuk di siang hari. Insomnia
adalah
ketidakmampuan
penderita
untuk
memperoleh jumlah tidur yang diperlukan agar dapat menjalankan fungsi pada siang hari secara efisien. Insomnia pada dasarnya hanya mempunyai dua keluhan utama, yaitu seseorang sulit masuk tidur, dan sulit mempertahankan tidur. Insomnia dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang sulit untuk masuk tidur, atau kesulitan mempertahankan tidur dalam kurun waktu tertentu, sehingga menimbulkan penderitaan atau gangguan dalam berbagai fungsi sosial, pekerjaan ataupun fungsi-fungsi kehidupan lainnya (Erry, 2000).
2.2.2
Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Insomnia
Menurut Rafknowldege (2004: 58), jika diambil garis besarnya, factor faktor penyebab insomnia yaitu :
16
1. Stres atau Kecemasan : seseorang yang didera kegelisahan yang dalam, biasanya karena memikirkan permasalahan yang sedang dihadapi, dan tidak dapat mengelola stres dengan baik akan mengganggu pola tidur pada malam hari. Karena adanya beban memaksa untuk terus berfikir mengakibatkan otak akan dialiri banyak darah hasilnya otak akan terus segar mengakibatkan seseorang akan sulit tertidur. 2. Depresi : selain menyebakan insomnia, depresi juga bisa menimbulkan keinginan untuk tidur terus sepanjang waktu, karena ingin melepaskan diri dari masalah yang dihadapi. Depresi bisa menyebabkan
insomnia
dan
sebaliknya
insomnia
dapat
menyebabkan depresi. Selain itu karena depresi membuat pikiran dan tubuh tidak sinkron dan tidak membiarkan tubuh beristrahat dan
memaksa
untuk
terus
berfikir,
akibat
terus
berfikir
mengakibatkan sakit kepala selanjutnya membuat untuk sulit tertidur. 3. Kelainan-kelainan kronis : Kelainan tidur (seperti tidur apnea), diabetes, sakit ginjal, arthritis, atau penyakit yang mendadak seringkali menyebabkan kesulitan tidur. Orang yang sakit tidak akan mendapatkan waktu tidur yang nyenyak 4. Efek samping pengobatan : Pengobatan untuk suatu penyakit juga dapat menjadi penyebab insomnia. Karena obat dapat memberikan efek terhadap aktivitas tidur, walaupun ada obat yang memberikan efek mengantuk tetapi tak jarang juga obat yang
17
membuat tubuh terjaga. 5. Pola makan yang buruk : Mengkonsumsi makanan berat sesaat sebelum pergitidur bisa menyulitkan seseorang jatuh tidur. Karena perut dalam keadaan kenyang atau lapar membuat rasa tidak nyaman sementara minum yang terlalu banyak juga akan menyebabkan keingninan buang air kecil sering timbul dan mengganggu waktu tidur. 6. Kafein, nikotin, dan alcohol : Kafein dan nikotin adalah zat stimulant (penekan syaraf). Alkohol dapat mengacaukan pola tidur seseorang. Selain itu ginjal akan bekerja dengan lebih kuat untuk bisa menyaring kopi dan alkohol. 7. Kurang berolahraga : hal ini juga bisa menjadi factor sulit tidur yang signifikan. Karena ketika kurang berolahraga tubuh tidak dapat melawan stres yang sering muncul serta mengakibatkan fisik menjadi
lemah.
Kurang
berolahraga
juga
mengakibatkan
banyaknya energi yang berlebih pada malam hari akibatnya tidak dapat mengistrahatkan badan dan harus melakukan hal-hal lain berlebih sebelum bisa tertidur dengan nyenyak. 8. Penyebab lainnya bisa berkaitan dengan kondisi-kondisi spesifik, seperti: a.
Usia lanjut (insomnia lebih sering terjadi pada orang yang berusia di atas 60 tahun).
b.
Wanita hamil.
c.
Riwayat depresi atau penurunan.
18
Insomnia ringan atau hanya sementara biasanya dipicu oleh : 1.
Stres
2.
Suasana ramai atau berisik
3.
Perbedaan suhu udara
4.
Perubahan lingkungan sekitar
5.
Masalah jadwal tidur dan bangun yang tidak teratur Efek samping pengobatan. Insomnia kronis lebih kompleks lagi dan seringkali diakibatkan faktor ibungan, termasuk yang mendasari fisik atau penyakit mental. Bagaimanapun, insomnia kronis bisa juga karena faktor
perilaku, termasuk penyalahgunaan kafein, alkohol, atau obat-obat berbahaya. Menurut Talbot dan Harvey, dalam J.Buysse dan J. Sateia (2010: 42), menyebutkan bahwa terdapat model psikologi untuk insomnia, yang disebut dengan Three P-Model. Three P Model juga disebutkan sebagai Model Tiga Faktor atau Model Spielman, yaitu adalah diathesis dari teori stres, yang termasuk 1) Faktor
Predisposisi,
2)
Faktor
Presipitasi,
dan
3)
Faktor
Prepersuasi. Maksud dari ketiga faktor tersebut adalah : 1. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi adalah termasuk didalamnya kondisi biologis
(misalnya
keteraturan
tingginya
kortisol),
kondisi
psikologis (misalnya kecenderungan untuk merasa cemas), atau kondisi sosial (misalnya jadwal pekerjaan yang tidak sesuai dengan jadwal tidur). Faktor-faktor tersebut mewakili kerentanan untuk
19
insomnia. 2. Faktor Presipitasi Yang termasuk di dalam faktor presipitasi adalah peristiwa yang penuh tekanan di dalam hidup, yang dapat memicu onset (mulai pertama kali muncul) yang tiba-tiba dari insomnia. Pengaruh dari faktor presipitasi ini berkurang dari waktu ke waktu. 3. Faktor Prepersuasi Yang termasuk di dalam faktor prepersuasi seperti misalnya langkah coping (mengatasi) yang maladaptif atau perpanjangan waktu di tempat tidur, maksudnya adalah seseorang yang merasa kurang
tidur,
mengatasinya
dengan
memperpanjang
waktu
berbaring dengan maksud agar bisa menambah durasi tidurnya, tetapi hal ini malah semakin membuatnya tidak bisa tidur. Hal tersebut memberikan kontribusi pada tahap insomnia akut untuk berkembang menjadi insomnia kronis atau jangka panjang. Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang menyebabkan insomnia adalah : a. Faktor Biologis 1) Efek samping dari pengobatan. 2) Berubahnya kebiasaan tidur atau kebiasaan tidur yang kurang, gangguan pola tidur dan bangun. 3) Tidur yang berlebihan saat siang hari. 4) Penyalahgunaan zat, kafein, nikotin, alcohol 5) Kurang berolahraga.
20
6) Pola makan yang buruk. 7) Jet lag. 8) Rasa nyeri. 9) Penyakit fisik. 10) Kondisi neurologis 11) Perubahan hormon selama siklus menstruasi wanita. 12) Terganggunya ritme sirkadian (circadian rhythm), restless
leg syndrome. 13) Makanan atau stimulan saat tidur, timulasi fisik. b. Faktor Psikologis 1) Kegembiraan. 2) Ketakutan. 3) Kekhawatiran. 4) Depresi. 5) Kecemasan. 6) Kemarahan. 7) Rasa bersalah. 8) Stimulasi intelektual saat tidur. 9) Perasaan kehilangan. 10) Menunggu sesuatu yang tidak menyenangkan. 11) Stres. c. Faktor Lingkungan 1) Teman tidur yang mendengkur. 2) Terlalu banyak menggunakan komputer.
21
3) Terlalu banyak cahaya. 4) Suhu yang ekstrim. 5) Tempat tidur yang tidak mendukung. 6) Ruang tidur yang tidak kondusif untuk tidur. 7) Waktu kerja. 8) Bunyi berisik. 9) Perbedaan waktu setempat.
2.2.3. Tingkat Insomnia
American Insomnia Association membagi insomnia ke dalam 3 tipe utama yang dibedakan berdasarkan durasi atau waktu terjadinya, yaitu: a)
Transient Insomnia Insomnia yang berlangsung kurang dari 4 minggu dan
biasanya berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu yang berlangsung sementara dan biasanya menimbulkan stress dan dapat dikenali dengan mudah oleh pasien sendiri. Diagnosis transient insomnia biasanya dibuat secara retrospektif setelah keluhan pasien sudah hilang. Keluhan ini kurang lebih ditemukan sama pada pria dan wanita dan episode berulang juga sering ditemukan. Faktor yang memicu antara lain akibat lingkungan tidur yang berbeda, gangguan irama sirkardian sementara akibat jet lag atau rotasi waktu kerja, stress situasional akibat lingkungan kerja baru, dan lain-lainnya. Transient insomnia biasanya tidak memerlukan terapi khusus dan jarang membawa pasien berobat ke dokter.
22
b)
Short-term Insomnia Insomnia yang berlangsung 1 - 6 bulan dan biasanya
disebabkan oleh kejadian stress yang lebih persisten, seperti kematian anggota keluarga, perceraian atau kehilangan pekerjaan. Kondisi medis dan masalah psikologis juga bisa menyebabkan short-term insomnia. c)
Chronic insomnia (persistent insomnia) Berlangsung lebih dari 6 (enam) bulan. Chronic insomnia
mempengaruhi 10% populasi dan penyebabnya bervariasi, mulai dari factor fisiologi, psikologis, gaya hidup dan lingkungan.
2.2.4. Efek Dari Insomnia
Insomnia dapat memberi efek pada kehidupan seseorang. Efek tersebut bias terjadi dalam jangka panjang atau jangka pendek, tergantung dari penyebabnya. 2.2.4.1 Efek fisiologis Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress, maka terdapat peningkatan noradrenalin serum, peningkatan ACTH dan kortisol, juga penurunan produksi melatonin. 2.2.4.2 Efek psikologis Dapat berupa gangguan memori, gangguan konsentrasi, irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya. 2.2.4.3 Efek fisik/somatic Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya.
23
2.2.4.4 Efek social Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan keluarga. 2.2.4.5 Kematian : Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini kemungkinan disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi kemungkinan sembuh dari penyakit (Turana, 2007).
2.2.5
Pencegahan Insomnia
1. Terapi tingkah laku Terapi tingkah laku bertujuan untuk mengatur pola tidur yang baru dan mengajarkan cara untuk menyamankan suasana tidur. Terapi tingkah laku ini umumnya direkomendasikan sebagai terapi tahap pertama untuk penderita insomnia. Terapi tingkah laku meliputi: a. Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik b. Teknik Relaksasi Meliputi merelaksasikan otot secara progresif, membuat biofeedback,dan latihan pernapasan. Cara ini dapat membantu mengurangi kecemasan saat tidur. Strategi ini dapat membantu
24
Anda mengontrol pernapasan, nadi, tonus otot, dan mood. c. Terapi kognitif Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur denganpemikiran yang positif. Terapi kognitif dapat dilakukan pada konseling tatap muka atau dalam grup. d. Kontrol stimulus Terapi ini dimaksudakan untuk membatasi waktu yang dihabiskan untuk beraktivitas. e. Restriksi Tidur Terapi ini dimaksudkan untuk mengurangi tidur yang dapat membuat lelah pada malam berikutnya. 2. Gaya Hidup Dan Pengobatan Di Rumah Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia : a. Mengatur jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari libur b. Tidak berada di tempat tidur ketika tidak tidur. c. Tidak memaksakan diri untuk tidur jika tidak bisa. d. Hanya menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur. e. Relaksasi
sebelum
tidur,
seperti
mandi
air
hangat,
membaca, latihan pernapasan atau beribadah f.
Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan menyulitkantidur pada malam hari.
g. Menyiapkan suasana nyaman pada kamar untuk tidur, seperti menghindari kebisingan
25
h. Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga 30 menit setiap hari sekitar lima hingga enam jam sebelum tidur. i.
Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin
j.
Menghindari makan besar sebelum tidur
k. Cek kesehatan secara rutin l.
2.3
Jika terdapat nyeri dapat digunakan analgesi
Konsep Dasar Dewasa Awal 2.3.1
Pengertian Dewasa Awal
Dewasa awal adalah peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan pencarian identitas diri, pada masa awal dewasa, identitas diri ini didapat secara sedikit-demi sedikit sesui dengan umur kronologis dan mental age-nya. Berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal, dewasa awal adalah masa peralihan dari ketergntungan kemasa mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri dan pandangan tentang masa depan sudah realistis. Erickson( dalam Monkas, Knoers & Haditono 2001) mengatakan bahwa seseorang yang digolonkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan hangat, dekat dan komunikatif dengan atau melibatkan kontak seksual. Bili gagal dalam bentuk keintiman maka ia akan mengalami apa yang disebut isolasi (
26
merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri karena berbeda dengan orang lain). Hurlock (1990) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira 40 tahun, saat perubahan fisik dan
psikologis
yang
menyertai
berkurangnya
kemampuan
reproduksi. Pada penelitain menyebutkan bahwa salah satu tugas perkembangan pada masa dewasa awal (18-40 tahun) adalah mencari pasangan hidup (havighust dalam moks, 2001: 290), yang selanjutnya akan diteruskan pada proses pembentukan dan membina keluarga . pada akhir usia 20 tahun pemlihan struktur hidup menjadi semakin penting. Pada usia antara 28-38 tahun pemilihan struktur kehidupan ini menjadi lebih tetap dan stabil. Dalam fase-fase kemantapan ( 33-40 tahun ) orang dengan kemantangannya mampu menemukan tempatnya masyarakat dan berusaha untuk memajukan karier sebaik-baiknya. Pekerjaan dan kehidupan
keluarga
memmbentuk
struktur
peran
yang
memunculan aspek-aspek keperibadian yang diperlukan dalam aspek tersebut (Levision dalam monks, 2001: 296) lebih lengkapnya lagi mengenai batasan masa dewasa awal akan di uraikan pad bagian ini . Secara hukum seseorang dikatakan dewasabila dia sudah menginjak usia 21 tahun (meski belum menikah) atau sudah menikah (meskipun belum berusia 21 tahun ). Di indonesia batas
27
kedewasan adalah 21 tahun. Hal ini berarti bahwa usia seseorang sudah dianggap dewasa dan selanjutnya sudah dianggap sudah mempunyai tanggung jawab perbutan-perbuatanya. (Monks, 2001 : 291) dikatakan oleh Hurlock ( 1990) bahwa seseoang dikatakan dewasa bila telah memiliki kekuatan tubuh secara maksimal, siap berproduksi, dan telah diharapkan telah memiliki kesiapan kognitip,
afektif,
dan
psikomotor,
serta
dapat
diharapkan
memainkan peranya bersama dengan individu-individu lain dalam masyarakat. Setiap kebudaan dapat membuat perbedaan usia seseorang dapat dikatakan dewasa secara resmi, yang pada umumnya didasarkan pada perubahan-perubahan fisik dan psikologi tertentu. Dalam hal ini Hurlock (1990: 246) membagi masa dewasa menjadi tiga periode, yaitu :
Masa dewasa awal ( 18-40 tahun) Pada masa ini perubahan-perubahan yang tampak antara lain perubahan dalam hal penampilan, fungs-fungsi tubuh, minat, sikap, tinhkah laku sosial.
Masa dewasa madya (40-60 tahun) Pda masa ini kemampuan fisik dan psikologis seseorang terlihat mulai menurun. Usia dewasa madya merupakan usia transis dari adulthood ke masa tua. Transisi itu terjadi baik pada fungsi fisik dan psikisnya.
Masa dewasa akhir ( 60 – meninggal)
28
Pada masa dewasa lanjut, kemampuan fisik maupun psiklogis megalami penurunan yang sangat cepat, sehingga seringkali individu tergantung pada orang lain. Timbul rasa tidak aman karena faktor ekonomi yang menimbulkan perubahan pada pola hidupnya.
2.3.2
Ciri – Ciri Masa Dewasa Awal
Hurlock (1996), menguraikan secara ringkas ciri-ciri dewasa yang menonjol dalam masa-masa dewasa awal sebagai berikut: 1. Masa dewasa dini sebagai masa pengaturan masa Masa dewasa awl merupakan masa pengaturan. Pda masa ini individu menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa. Yang berarti seorang pria mulai membaentuk bidang pekerjaan yang ditangani sebagai karirnya, dan wanita diharapkan mulai menerima tanggungjawab sebagai ibi dan pengurus rumah tangga. 2. Masa dewasa dini sebagai usia produktif Orang tua merupakan salah satu peran yang paling penting dalam hidup orang dewasa . orang yang kawin berperan sebagai orang tua waktu saat ia berusia duapuluh atau tigapuluh tahun. 3. Masa dewasa dini sebagai masa bermasalah Dalam tahun-tahun awal masa dewasa banyak masalah baru yang harus dihadapi seseorang. Masalah-masalah baru ini dari segi utamanya berbeda dengan dari masalah yang sudah dialami sebelumnya.
29
4. Masalah dewasa dini sebagai masalah ketegangan emosional. Pada masa ini banyak individu sudah mampu memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi secara baik sehingga lebih stabil dan lebih tenang. 5. Masa dewasa sebagai masa terasingan sosial Keterasingan
diintensikan
dengan
adanya
semangat
bersaing dan hasrat kuat untuk maju dalam karir, sehingga keramahtamahan masa remaja diganti dengan persaingan dalam masyarakat dewasa. 6. Masa dewasa dini sebagai masa komitmen Setekah menjadi orang dewasa, individu akan mengalami perubahan, dimana mereka akan memiliki tanggungjawab sendiri dan komitmen-komitmen sendiri. 7. Masa dewasa dini sering merupakan masa ketergantungan Meskipun telah mencapai status dewasa, banyak individu yang masih tergantung pada orang-orang tertentu dalam jangka waktu yang berbeda-beda. Ketergantungan ini mungkin pada orang yang membiayai pendidikan. 8. Masa dewasa dini sebagai masa perubahan nilai Perubahan karena adanya pengalaman dan hubungan sosal yang luas dan nilai-nilai itu dapat dilihat dari kacamata orang dewasa. Perubahan nilai ini disebabkan karena beberapa alsan yaitu, individu ingin diterima oleh anggota kelompok orang
30
dewasa, individu menyadari bahwa kelompok sosial berpedoman pada nilai-nilai konvensional dalam hal keyakinan dan perilaku. 9. Masa dewasa dini masa penyesuain diri dengan dengan cara hidup baru. Masa individu banyak mengalami perubahan dimana gaya hidup baru paling menonjol dibidang perkawinan dan peran orang tua. 10. Masa dewasa dini sebagai masa kreatif. Orang yang dewasa tidak terikat lagi oleh ketentuan dan aturan oang tua maupaun guru – gurunya sehingga terbebas dari belenggu ini bebas untuk berbuat apa yang mereka inginkan bentuk kreatifitas ini tergantung dengan minat dan kemampuan individual.
2.3.3
Aspek-Aspek Perkembangan
Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda ( young ) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock
(1999)termsuk masa
transisi, baik secara fisik ( physically trantition) transisi secara itelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial ( social role trantition). 1. Aspek perkembangan fisik Dari pertumbuhan fisik, menurut santrock ( 1999) deketahui bahwa dewasa muda sedabng mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang individu tidak lagi disebut masa tanggung ( akhil balik), tetapi sudah
31
tergolong sebaagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). Ia tidak diperlakukan sebagai seorang anak remaja, tetapi sebagaimana layaknya orang dewasa lainnya.penampilan fsiknya benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainya, misalnya bekerja, menikah dan mempunyai anak. Ia dapat bertindak secara bertanggungjawab untuk dirinya ataupun orang lain( termasuk keluarganya). Segala tindanya sudah dikenakan aturan-aturan hukum yang berlaku, artinya bila terjadi pelanggaran akibat dari tindakannya akan memperoleh sangsi hukum ( misalnya denda, terkena hukuman pidana atau perdata). Masa ini ditandi pula dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi, dan kemampuan reproduksi. Dengan demikian aspek-aspek meliputi beberapa hal yaitu:
Kekutan dan energi Selepas dari bangku pendidikan tinggi, seseorang dewasa
muda
berusaha
menyalurkan
seluruh
potensinya,
untuk
menembangkan dirinya melalui jalur karier. Kehidupan karir sering kali menyita perhatian dan energi sebagai seorang individu. Hal ini karena mereka sedang merintis dan membangun kehidupan ekonomi agar benar-benar mandiri dari oang tua. Selain itu, mereka memiliki energi yang tergolong luar biasa, seolah-olah mempunyai kekutan eksra bila asyik dengan kerjaanya.
32
Ketekunan Untuk dapat mencapai kemapanan ekonomi (economically
established), seseorang harus memiliki kemampuan kerja yang disertai ketekunan. Ketika menemukan posisi yang sesuai dengan minat, bakat, dan latarbelakang pendidikannya. Mereka akan tekun melakukan tanggung jawab pekerjaanya dengan baik. Pada mereka yang membujang apabila pekerjaan tidak sesui dengan kariernya maka ia akan mencari pekerjaan yang lain. Sedangkan bagi mereka yang sudah menikah akan terus mengembangkan karirnya walaupun tidak sesui dengan bidang kriernya karena takut mengalami kegagalan.
Motivasi Maksud dari motivasi disini adalah dorongan yang berasal
dari keadaran diri untuk dapat meraih keberhasilan dalam suatu pekerjaan. Dengaan kata lain, motivasi yang dimaksud adalah motivasi internal. Orang yang memiliki motivasi internal, biasanya ditandai dengan usaha keras tanpa dipengarahi lingkungan eksternal, pada seseorang akan bekerja secra tekun sampi benar benar mencapai suatu tujuan yang diharapkan, tanpa putus asa walaupaun memperoleh hambatan atau rintangan dari ligkungan eksternal. 2. Aspek perkembangan kognitif Masa
perkembangan
dewasa
muda
( young
adulthood )ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala
33
ide dan pemikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan tinggi (universitas/akademi). Mereka bersemangat untuk meraih tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi( mapan). Ketika memasuki masa dewasa muda. Biasanya indiviu telah mencapai pengusaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang. Dengan modal itu, seseorang individu siap untuk menerapkan keahlian tersebut kedalam dunia pekerjaan. Denadn begitu individu mampu memecahkan
masalah
secara
sistematik
dan
mampu
mengembangkan daya inisiatif-kreatifnya sehingga ia memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Dengan pengalaman tersebut, akan akan mematangkan kulitas mentalnya makn baik. 1. Tipe-tipe intelektual pada masa dewasa awal Sementar itu, setelah melakukan beberapa penelitian jangka panjang, para ahli (seperti Baltes dan Baltes, Baltes dan Schaien, Willis dan Baltes), menimpulkan ada beberapa tipe intelektual, yaitu intelegensi kristal ( csiztalized intelligence). Flesiksibilitas kognitif (cognitve flexibility), fleksibilitas visio-motor (visuomotor flexibility), dan visualisasi (visualazation), (Turner dan Helms, 1995).
Visualisasi, yaitu kemampuan individu muntuk melakukan
proses visual. Misalnya, bagaimana memahami gambar-gambar yang sederhana sampai yang lebih kompleks.
34
Fleksibilitas kognitif, adalah kemampuan individu memasuki
dan menyesuakan diri dari pemikiran yang satu kepemikiran yang lain.
Fleksibilitas visuamotor, adalah kemampuan untuk menghadapi
sesuatu masalah dari yang termudah kehal yang lebih sulit, yang memerlukan aspek kemampuan visual/ motorik ( penglihatan, pengamatan, dan keterampilan tangan).
Intelegensi kristal, adalah fungsi keterampilan mental yang
dapat
digunakan
individu
itu,
yang
dipengaruhi
berbagai
pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar dalam dunia pendidikan. 3. Aspek Perkembangan Psikososial Sebagian besar golongan dewasa muda telah menyelesaikan pendidikan sampaai taraf universitas dan kemudian mereka segera memasuki jenjang karier dalam pekerjaanya. Selain bekerja, mereka akan memasuki kehidupan pernikahan, pembentukan eluarga
baru,
memelihara
anak-anak
dan
tetap
harus
memperhatikan orang tua yang semakin tua. Selain itu, dewasa muda mulai memebentuk keluaga denagn pasangan kehidupanya yang telah dibina sejak masa remaja/masa sebelumya. Havighurst (turner
dan
helms,
1995)
mengemukakan
tugas-tugas,
perkembngan dewasa muda, di antaranya:
Mencari dan menemukan calon pasangaan hidup. Setelaah
melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki
35
kematangan fosiologis (seksual) sehingga mereka siap tugaas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubungn seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyartan yang syaah (perkawinaan resmi).
Pembina
kehidupan
rumah
tangga.
Papalia,
olds,dan
feldman(1998;2001) menyatakan bahwa golongan dewasa sekitar antra 21-40 tahun. Dari sini mereka men-persiapkan dan membutuhksn diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomi, artinya sudah tidak tergantung lagi pada orang tua,sikap mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru.
Menjadi warga negara yang bertanggungjawab. Warga negara
yang baik adalah dambaan setiap orang yang ingin hidup tenang, damai, dan bahagia, ditengah-tengah masyarakat. Warga negara yang baik adalah warganegra yang taat dan patuh pada aturan perundang-undangan yang berlaku.
Meniti karier dalan rangka menetapkan ekonomi rumah tangga.
Usia menelesaikan pendidikan formal ditinggkat SMU, akadeemi atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahlianya. Dengan mencapai prestasi kerja yang baik, mereka akan mampu membei kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar mencapai kebaikan hidup dan
36
dapat mentesuiakan dri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing. 4. Kesehatan Masa dewasa awal adalah masa dimana seseorang mencapai puncak kemampuan fisik dengan kondisi yang paling sehat. Namun pada masa kemampuanfisik individu mulai menurun. Kekuatan dan kesehatan otot mulai menurun sekitar 30-an. Pada masa ini beberapa individu berhenti berpikir tentang gaya hidup pribadi akan mempengaruhi kesehatan hidup mereka sealnjutnya pada kehidupan dewasa dalam setudi longitudinal, kesehatan fisik diusia 30 tahun dapat memperidiksi kepuasan hidup pda usia 70 tahun
yang
mana
banyak
terjadi
pada
laki-laki
daripada
perempuan. Pada masa awal dewasa, sistem indea individu mengalami sedikit perubahan, tetapi lensa mata kehilangan elastsitasnya dan menjadi kurang mampu mengubah bentuk dan fokus pada benda-benda yang berjarak dekat. Pendengaran mencapai puncak pada masa rmaja dan tetap konstan pada permulaan dewasa wal, tetapi mulai mengalami penurunan pada masa dewasa awal. Pada pertangahan sampai menjelang 20-an, jaringan lemak tubuh bertambah. Kondisi kesehatan dewasa muda dapat ditingkatkan denagn mengurangi gaya hidup yang merusak kesehatan. Menurut Hurlock, puncak efiensi fisik biasanya tercapai pada usia empat puluhan. Oleh karna itu, pada masa dewasa muda lebih mampu menghadapi dan mengatasi masalah secara fisik
37
sehingga penyesuaian fisik berjalan dengan baik. Pada masa ini individu sudah menyadari adanya kekurangan fisik pad dirinya namun juga menyadari bahwa ia tidak dapat menghapus kekuranganya tapi masih mampu untuk memeperbaiki penampilan, hal ini menimbulkan minat yang yang menyakut pada diet, olahraga dan aspek kecantikan. Minat akan penampilan ini akan bekurang menjelang usia 30-an, karena dirasa makin kuatnya ketegangan dalaam pekerjaan dan rumah tangga.
2.3.4
Tugas-Tugas Perkembangan Awal Dewasa
Optimalisasi perkembangan dewasa awal mengacu pada tugas-tugas perkembngab dewasa awal menurut R.J Havighurt ( Op Cit,1953:31-32), telah mengemukakan rumusan tugas-tugas perkembangan dalam masa dewasa awal sebagai berikut: 1. Memilih teman bergaul( sebagai calon suami istri) Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan fisiologis (seksual), sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi,yaitu mampu melakukan hubungan seksual denagn lawan jenisnya. Mereka kan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok dijadikan pasangan dalam perkawinan atau membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kiteria usia, pekerjaan, atau suku baangsa tertentu, sebagai persyaratan pasanagan hidup.
38
2. Belajar hidup bersama suami istri Dari pernikahannya, dia akan saling menerima dan memahami pasangan masing-masing, saling menerima kekurangan dan saling membantu membangun rumah tangga. Terkadang terdapat batu sandungan yang tidak bisa dilewati,sehingga berakibat pada perceraian. Ini terjadi karena kuranganya kesiapan atau ketidak dewasaan dalam menanggapi masalah yang dihapi bersama. 3. Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga Masa dewasa yang memiliki waktu sekitar 20 tahun (20-40) dianggap sebagai rentang yang cukup panjang. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut, golongsn dewasa muda berusia di atas 25 tahun, umumnya telah menyelesaikan pendidikan minimal setingkat SLTA/SMU,Akademik, universitas. Selain itu, sebagian besar diri mereka yang telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi. Dari sini, mereka mempersiapakan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak tergantung lagi pada orang tua. Sikap mandiri ini merupakan sikap positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Dan belajar mengasuh anakanak.
39
4. Mengelola rumah tangga Setelah menjalani pernikahan, dia akan berusaha mengelola rumah tangganya. Dia akan berusahaa membentuk, membina,dan mencapai kebahgian hidup. Merak harus dapat menyesuaikan diri dan bekerjasama dangan pasaangan hidup. Mereka harus dapat menyesuiakan diri dan bekerja sama dengan paasaangan maasingmasing.merekaa juga harus melahirakan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalaam kelurga. Selain itu, tetap menjalani hubungan baik denagn kedua orang tua ataupun saudarasaudaranya yang lain. 5. Mulai bekerja dalaam suatu jabaatan. Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahlianya. Sesui minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan keuangan masa depan yang baik. Bila merasa cocok dengan karier tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebaaliknya, bila tidak atau belum cocok antara minat /bakat dengan jenis pekerjaan, mereka akan behenti dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai denagn selera. Masa dewasa muda adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan penuh idealisme, mereka bersaing dengan teman sebaya ( atau kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja.
40
6. Mulai bertanggung jawab sebagai wargaa negara secara layak Warganegara yang baik adalah dambaan baagi setiap orang yang ingin hdup tenang, damai, dan bahagia ditengah-tengah masyarakat.warga negara yang baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang berlaku. 7. Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya. Masa dewasa awal ditandai juga dengan membentuk kelompokkelompok sesui dengan nilai-nilai yang dianutnya. Salaah satu contohny adalah membentuk ikaatan sesui dengaan profesi dan keahlian.
2.3.5
Masalah Perkembangan Perkembangan Dewasa Awal
Denagn perkembngan usia, semakin bertambah pula masalah-masalah yang menghampiri. Dewasa awal adalah masa transisi, dari remaja yng hura-hura kemasa yang menuntut tanggung jawab. Tidak bisa dipungkiri bahwa banya orang dewasa awal
mengalami
masalah-masalah
dalam
perkembangannya.
Masalah-masalah itu antara lain: 1. Penentuan identitas identitas diri ideal vs kekaburan identitas. identitas. 2. Kemandiriaan vs ketidak mandirian. 3. Sukses meniti jenjang pendidikan dan karier vs kegagalan menempuh jenjang pendidikan dan karier. 4. Menikah vs tidak menikah (lambat menikah) 5. Hubungan sosial yang sehat vs menarik diri.
41
Dalam menjalani masa dewasa awal, ada beberapa masalah yang menjadi penghambat perkembngan. Khususnya dalam masa awal dewasa, diantara penghambat yang sangat penting sehingga menyukarkan penguasaan tugas-tugas perkembangan, diantaranya:
Latihan yang yang tidak berkesinambungan (discontinuities);
sebagai salah satu penghambat pengusaan tugas-tugas dewasa awal, berhubungan erat dengan pengalaman-pengalaman belajar dan latihan masa lalu.
Pelindungan
yang
berlibihan
(over
protectiveness);
bersangkutan dngan pola asuh orangtua yang pernah dialami dalam masa kanak-kanak.
Perpanjnagan pengaruh-pengruh pee-group (prolongation of
peer-group influences); satu diantara penghambat bagi orang dewasa awal dalam menguasai tugas-tugas perkembangan. Disini akan
terlihat
pengaruh
kelompok-kelompok,
kushus
bagi
perkembangan dewasa awal.
Inspirasi-inspirasi yang tidak realistic (unrealistic aspiration);
kesukaran-kesukaran dewasa awal, dapat ditimbulkan oleh oleh konsep-konsep yang tidak realistis dalam benak dewasa awal ( yang baru meninggalkan masa remaja ) tentang apa yang di harapkan dengan apa yang didapat capai.
2.4
Pengaruh Kafein Terhadap Insomnia
Kafein merupakan obat adiktif tak berwarna dan tak berasa yang banyak ditemukan dalam macam makanan maupun minuman seperti kopi
42
misalnya. Kafein dapat memberikan dorongan energi dan kewaspadaan tinggi dan sering digunakan untuk tetap terjaga lebih lama. Kafein juga sebagai obat adiktif, kafein merangsang otak dalam banyak cara seperti amfetamin, kokain, dan heroin. Meskipun efek keseluruhan kafein lebih ringan daripada obat-obatan lain, namun masih memanipulasi saluran otak yang sama yang membuat kafein adiktif. Konsumsi kafein telah dikaitkan dengan gangguan tidur, termasuk insomnia, karena efek fisiologisnya. Insomnia adalah suatu kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan tidur atau tidak bisa tertidur sama sekali. Meskipun gejala insomnia biasanya hanya berlangsung beberapa malam, beberapa penderita memiliki gejala berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun dalam kasus yang ekstrim. Meskipun insomnia disebabkan oleh banyak faktor lain seperti masalah kejiwaan, stres, obat-obatan atau alkohol, kurang olahraga, kebisingan yang berlebihan atau cahaya, dan penyakit fisik tertentu, telah ditemukan bahwa konsumsi kafein adalah penyebab paling umum dari gangguan tidur (Qwertyass. 2011). Telah diketahui bahwa Kafein yang terkandung didalam biji kopi dapat menstimulasi jaringan Neurologi dalam otak. Disamping kafein mempengaruhi sistem Neurologi otak, kafein juga termasuk zat antagonis reseptor adenosin sentral yang bisa mempengaruhi fungsi sistem saraf pusat dan mengakibatkan gangguan tidur, kenapa demikian, karna zat kafein sendiri sangat aktif berperan dalam mempengaruhi penurunan beberapa hormon salah satunya adalah hormon melatonin. Hormon
43
Melatonin adalah semacam hormon yang diproduksi oleh hormon Malatonin terletak di dalam SSP tepatnya pada bagian otak epifisis serebri, dimana berfungsi untuk mengendalikan fungsi sistem kerja nervous tubuh untuk mampu jatuh tidur, bila hormon ini terganggu maka fungsi nervous tubuh untuk jatuh tidur akan ikut terganggu pula. Disamping hormon Melatonin, Zat kafein mampu memberikan impuls terhadap otak untuk menghasilkan hormon adrenalin yang nantinya tersuplaikan pada seluruh jaringan otot jantung dalam tubuh, hal tersebut sebagai sumber tenaga pemicu terhadap kinerja jantung itu sendiri tujuanya untuk memompa sejumlah eritrosit ke seluruh tubuh secara adekuat. Maka tidak menutup kemungkinan bilamana zat kafein itu sendiri telah mengenai pada sistem saraf pusat dan menjadi sebagai zat antagonis yang menghambat kinerja saraf dalam batas normal akan kemungkinan terjadi penurunan tidur itu sendiri baik kuantitas maupun kualitas. Telah diketahui bahwa mengkonsumsi kopi yang mengandung kafein dapat memicu otot jantung bekerja lebih cepat yang nantinya suplay kadar Hb dalam vaskuler di semua ekstremitas tubuh tercukupi secara spontanitas sehingga tubuh mendapatkan rasa segar yang dapat mengakibatkan terjadinya insomnia. Remaja dewasa awal merupakan antara golongan yang sering memanfaatkan kafein untuk mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur. (Liveina. Artini G A. Jurnal JST. 2013).
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Kerangka Konsep
Insomnia Rating Scale : 1) Lamanya tidur 2) Mimpi-mimpi 3) Kualitas tidur 4) Memulai tidur 5) Bangun malam hari 6) Waktu untukmkembali tidur setelah bangun malam hari 7) Bangun dini hari 8) Perasaan segar di waktu bangun. (Siti Aspuah, 2013)
Dewasa Awal.
Ciri-Ciri Perkembangan Masa Dewasa Awal : 1) Masa dewasa ini sebagai masa pengaturan 2) Masa dewasa dini sebagai usia reproduksi 3) Masa dewasa dini sebagai usia bermasalah 4) Masa dewasa dini sebagai masa ketegangan emosi 5) Masa dewasa awal sebagai amsa keterasingan sosial 6) Masa dewasa awal sebagai masa komitmen 7) Masa dewasa dini sering merupakan masa ketergantungan 8) Masa dewasa dini masa sebagai masa perubahan nilai 9) Masa dewasa dini masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru 10) Masa dewasa dini sebagai masa kreatif. (Hurlock, 1996)
Insomnia Insomnia Tidak Insomnia Etiologi : 1) Faktor Biologis Efek samping pengobatan Pola makan buruk 2) Faktor Psikologis Ketakutan Depresi 3) Faktor Lingkungan Terlalu banyak cahaya Suhu yang ekstrim
Konsumsi Kopi
1) Efek Jangka Pendek Meningkatkan Tekanan Darah, Keterangan : memperlambat waktu tidur 2) Efek Jangka Pendek Menyebabkan Insomnia kronik, gelisah, meningkatkan denyut jantung.
Keterangan : Diteliti : Tidak diteliti :
Gambar 3.1 : Kerangka konsep Pengaruh Konsumsi Kafein Terhadap Terjadinya Insomnia pada usia Dewasa Awal SMA Giri di Kecamatan Giri Kabupaten Banyuwangi.
44
45
3.2
Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan dan suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua variabel atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian. Setiap hipotesis terdiri dari suatu unit atau bagian dari permasalahan. (Nursalam, 2011). Ha
:
Ho
:
Ada Pengaruh Konsumsi Kafein Terhadap Terjadinya Insomnia pada usia Dewasa Awal SMA Giri di Kecamatan Giri Kabupaten Banyuwangi.
Tidak ada Pengaruh Konsumsi Kafein Terhadap Terjadinya Insomnia pada usia Dewasa Awal SMA Giri di Kecamatan Giri Kabupaten Banyuwangi.
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian menjelaskan termasuk ke dalam metode yang sama penelitian tersebut dilakukan (Notoatmojo,2005). Pada penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah korelasional yaitu peneliti yang mengkaji hubungan antara variabel. Penelitian dapat mencari, penjelasan suatu hubungan, memperkirakan menguji berdasarkan teori yang ada (Nursalam, 2008).
Rancangan atau desain penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian, yang memungkinkan pemaksimalan control beberapa faktor yang bisa mempengaruhi akurasi suatu hasil. Desain penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan
yang
dibuat
oleh
peneliti
berhubungan
dengan
bagaimana peelitian bisa ditetapkan (Nursalam, 2008). Dalam
penelitian
ini
peneliti
menggunakan
desain
penelitian “ pra experimental”, dengan menggunakan pendekatan one group pre test – post test desain. Yang mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan keompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian di observasi setelah intervensi.
46
47
01
X
02
Gambar 4.1 Desain penelitian one group pretest- posttest. Keterangan
:
01 Pretest
:
Terjadinya Insomnia pada usia dewasa awal SMA Giri di Kecamatan Giri sebelum dilakukan tindakan eksperimental.
X Perlakuan
:
Tindakan eksperimental pemberian minuman berkafein
02 Postest
:
Terjadinya Insomnia pada usia dewasa awal SMA Giri di Kecamatan Giri sesudah dilakukan tindakan eksperimental.
48
4.2
Kerangka Kerja
Kerangka kerja merupakan bagian kerja rancangan kegiatan penelitia yang akan dilakukan (A. Azizalimun, 2007).
Populasi Semua siswa/siswi usia dewasa awal SMA Giri di Kecamatan Giri 2016
Tekhnik sampling Consecutive Sampling Sampel Siswa/siswi usia dewasa awal SMA Giri di Kecamatan Giri 2016
Desain Penelitian : Pra experiment (one group pre test – post test design)
Pemberian Informed Concent
Pre test sebelum dilakukanya eksperimental Dilakukanya Tindakan eksperimental pemberian minuman berkafein
Post test setelah dilakukanya eksperimental
Pengumpulan data dan Analisis Data Coding, Scoring, dan Tabulating, dan uji Wilcoxon
Laporan penelitian Gambar 4.2 Kerangka kerja : Pengaruh Konsumsi Kafein Terhadap Terjadinya Insomnia pada usia Dewasa Awal SMA Giri di Kecamatan Giri Kabupaten Banyuwangi 2016.
49
4.3
Populasi, Sampel dan Sampling 4.3.1
Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah setiap obyek (misalnya : manusia, pasien yang memiliki kriteria yang telah ditetapkan) (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini populasinya adalah semua siswa/siswi usia dewasa awal SMA Giri di Kecamatan Giri 2016. 4.3.2
Sampel Penelitian
Sampel
adalah
sebagian
yang
diambil
dari
keseluruhan obyek yang diteliti yang dianggap memiliki seluruh populasi (Notoadmojo, 2005) Sampel dalam penelitian ini siswa/siswi usia dewasa awal SMA Giri di Kecamatan Giri 2016. Rumus besar sampel : N 1 + N. (d)²
n=
Dimana : n : besar sampel N : besar populasi d : tingkat kepercayaan yang diinginkan ( alpha ) 1.
Kriteria Sampel a.
Kriteria inklusi Adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam,
50
2008). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Siswa usia dewasa awal SMA Giri di Kecamatan Giri 2016. 2) Siswa
yang
mempunyai
kebiasaan
minum kopi b.
Kriteria Eksklusi Adalah mengeluarkan
menghilangkan subyek
yang
atau
memenuhi
kriteria inklusi dari studi karena sebagai sebab (Nursalam, 2008). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Siswa yang tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sample penelitian yang diharapkan. 2) Siswa
yang
tidak
bersedia
diteliti
disebabkan alasan yang pasti. 3) Jika siswa tidak hadir pada saat waktu penelitian atau penelitian berlangsung. 4.3.3
Teknik Sampling
Sampling adalah proses penyeleksi porsi dari populasi
untuk
dapat
mewakili
populasi
yang
ada
(Nursalam, 2008). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah “Consecutive Sampling “ pemilihan
51
sampel dengan menetapkan subyek yang memenuhi kriteria penelitian yang dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah pasien yang diperlukan terpenuhi. (Nursalam, 2008).
4.4
Identifikasi Variabel 4.4.1
Variabel Bebas (I ndependent )
Merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel Dependen (Sugiono, 2010). Dalam penelitian ini variabel independennya adalah penyuluhan kesehatan “Pengaruh Konsumsi Kafein”. 4.4.2
Variabel Terikat (Dependent )
Merupakan vaiabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas (Sugiono, 2010). Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah Terjadinya Insomnia pada usia Dewasa Awal SMA Giri. 4.5
Definisi Operasional
Variabel
Definisi Operasional
Independent: Konsumsi Kafein
Konsumsi kopi merangsang agar terhindar dari rasa kantuk dengan melihat frekuensi konsumsi
Indikator
1. Jantung berdebar 2. Urin tampak berwarna kuning gelap 3. Gangguan pencernaan 4. Insomnia atau sulit tidur
Alat Ukur
Kuosioner
Skala
Ordinal
Skor
Baik : 1 Cukup : 2 Buruk : 3
52
Dependent: Terjadinya Insomia
4.6
Keadaan 1. Susah tidur ketidak 2. Mudah terbangun mampuan tengah malam mempertahan 3. Terbangun waktu kan tidur pagi yang sangat secara dini. kualitas maupun kuantitas
Kuosioner
Ordinal
Pengumpulan Data dan Analisis 4.6.1
Instrumen Penelitian
Instrumen
penelitian
adalah
alat
ukur
dalam
penelitian (Sugion, 2002). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuosioner untuk memperoleh hasil konsumsi kafein sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan
eksperimental
tentang
pemberian
minuman
berkafein. 4.6.2
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah di SMA Giri Banyuwangi.
4.6.3
Studi Penelitian
: Juni 2016
Penyusunan Proposal
: April – Mei 2016
Prosedur Pengambilan Data
Sebelum
melaksanakan
penelitian,
penelitian
meminta ijin kepada kepala Puskesmas karena merupakan
Baik :3 Cukup : 2 Kurang : 1
53
area yang diteliti. Sebelum mengambil data penelitian, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti, kemudian peneliti mengadakan penelitian dengan menggunakan accidental sampling. Sampel yang digunakan Siswa/siswi usia dewasa awal SMA Giri di Kecamatan Giri. Setelah data diperoleh kemudian dilakukan pengolahan data dan analisa data. Langkah yang terakhir yang dilakukan peneliti yaitu menyimpulkan hasil penelitian dan mempublikasikan hasil penelitiannya. a.
Cara Analisa Data dan Pengolahan Data Analisa data yang digunakan yaitu analisa data bervariabel yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmojo, Soekidjo, 1998). Sebelum melakukan analisa data, secara berurutan data yang berhasil dikumpulkan akan mengalami proses editing yaitu dilakukan coding, scoring dan tabulating. 1. Coding Coding adalah pemberian kode pada data dimaksudkan untuk menterjemahkan data ke dalam kode-kode yang biasanya dalam bentuk angka (Jonathan Sarwono, 2006).
54
-
Konsumsi kopi Ya
:1
Tidak : 2 2. Skoring Penilaian skor atau nilai untuk tiap item pertanyaan dalam menentukan skor atau nilai. 1.
2.
Quesioner konsumsi kopi - kopi
: kurang dari 12
- Tidak kopi
: lebih dari 12
Quesioner imsomnia - Insomnia
: kurang dari 12
- Tidak Insomnia
: lebih dari 12
3. Tabulating Tabulasi
merupakan
penyajian
data
dalam bentuk table yang terdiri dari beberapa baris
dan
beberapa
digunakan
untuk
kolom.
Table
memaparkan
dapat
sekaligus
beberapa variabel hasil observasi, survey, atau penelitian
hingga data
mudah dibaca
dan
dimengerti (Budiman Chandra, 2008 ). 4. Analisa Data Analisa statistik digunakan pada data kuantitatif
atau
data
yang
dikontingensi.
Berdasarkan definisi operasional dari penelitian
55
ini skala datanya berbentuk ordinal, maka tergolong statistik parametrik. Dengan demikian uji statistik yang dipakai : Uji Wilcoxon dengan menggunakan SPSS 17 kemudian hasil hitung dbandingkan dengan derajat kesalahan α = 0,05 jika P value < 0,05 maka ada pengaruh pemberian
minuman
berkafein
terhadap
terjadinya Insomnia kepada usia dewasa awal di SMA Giri Banyuwangi. 4.7
Etika Dalam Penulisan 4.7.1
I nformed Consent (Lembar Persetujuan) Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan yang tujuannya agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien (A. Azizalimun. H, 2007).
4.7.2 Anomity (Tanpa Nama)
Anomity (tanpa nama) yaitu memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
56
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (A. Azizalimun. H, 2007). 4.7.3
Confidentiality ( Kerahasiaan) Confidentiality (kerahasiaan) yaitu memberikan jaminan
kerahasiaan
hasil
penelitian
baik
informasi
maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (A. Azizalimun. H, 2007).
57
LEMBAR IDENTITAS A.
Isilah Identitas anda di bawah ini !
Nama (Inisisal)
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Pendidikan Ortu
:
Anak ke berapa
:
Mengikuti keanggotaan
: Check List
B.
Konsumsi Kopi
Berilah tanda (X) pada jawaban yang anda pilih !
No.
Item yang dipilih
Apakah anda pernah mengkonsumsi kopi? 1 1. Ya 2. Tidak Jika ya, Apakah anda Mengkonsumsi kopi >1 gelas setiap hari? 2 1. Ya 2. Tidak Jika Ya, berapa gelas kopi yang anda konsumsi ? 3 1. 1-2 gelas/hari 2. 3-4 gelas/hari 3. >5 gelas/hari Jenis kopi yang paling sering diminum 4 1. Bubuk/tubruk 2. Kemasan/sachet Dimana anda sering meminum kopi? 1. Rumah/kost 2. Kampus 5 3. Warkop 4. Cafe/resto 5. Lainnya
58
Apakah anda mengetahui ada jenis kopi robusta dan Arabica? 6 1. Ya 2. Tidak Jenis kopi yang paling disukai? 7 1. Robusta 2. Arabica Apakah anda dapat membedakan citarasa antara kopi robusta dan Arabica? 8 1. Ya 2. Tidak 9
C.
Apakah perbedaan citarasa itu penting menurut anda? 1. Ya, alasan........................ 2. Tidak, alasan....................
Gangguan Pola Tidur (Insomnia)
Berilah tanda (V) pada jawaban yang anda pilih ! No.
1
2
3
4
Item yang di pilih
Skore Nilai
Lamanya tidur
Tidur lebih dari 6,5 jam
0
Tidur antara 5,5 jam sampai 6,5 jam
1
Tidur antara 4,5 jam sampai 5,5 jam
2
Kurang dari 4,5 jam
3
Mimpi-mimpi
Tidak bermimpi sama sekali
0
Terkadang bermimpi & mimpi yang menyenangkan
1
Bermimpi dan mimpi yang menyenangkan
2
Bermimpi dan mimpi yang mengganggu
3
Selalu bermimpi buruk dan tidak menyenangkan
4
Kualitas tidur
Tidur sangat lelap dan sulit terbangun
0
Tidur nyenyak dan sulit terbangun
1
Tidur tidak nyenyak, dan sangat mudah untuk terbangun
2
Memulai tidur
Memulai tidur kurang dari 5 menit
0
59
5
6
7
Memulai tidur antara 6 menit sampai 15 menit
1
Memulai waktu tidur antara 16-29 menit
2
Memulai waktu tidur antara 30-44 menit
3
Memulai waktu tidur antara 45-60 menit
4
Memulai waktu tidur lebih dari 60 menit
5
Bangun malam hari
Tidak terbangun sama sekali
0
Terbangun 1-2 kali
1
Terbangun 3-4 kali
2
Terbangun lebih dari 4 kali
3
Waktu untuk kembali tidur setelah bangun malam hari
Kurang dari 5 menit
0
Antara 6-15 menit
1
Antara 16-60 menit
2
Lebih dari 1 jam
3
Bangun dini hari
Bangun pada waktu biasa
0
30 Menit lebih cepat dari biasanya dan tidak bisa tidur kembali
1
Bangun satu jam lebih cepat dan tidak bisa tidur lagi
2
Lebih dari 1 jam bangun lebih awal dan tidak dapat tidur kembali 3 8
9
Perasaan segar diwaktu bangun
Perasaan segar
0
Tidak begitu segar
1
Tidak segar sama sekali
2
Jumlah
Keterangan
: Total skor 24 poin
Evaluasi skor total
: kurang dari 12
: Tidak mengalami gangguan tidur (Insomnia)
60
Lebih dari 12
: Mengalami gangguan tidur (Insomnia)
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Azis. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Chandra, Budiman. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC. Hurlock 1996 Ciri-Ciri Masa Dewasa Awal . Jakarta: Erlangga. Hurlock 1993. Keberagaman Orang Dewasa dan Orang Tua. Jakarta: Erlangga. Ida. R (2010). Analisis Faktor yang berhubungan dengan kejadian Insomnia pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di rumah sakit num daerah kota tasikmalaya dan garut. Jonathan, Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif . Yogyakarta:Graha Ilmu. J. Buysse & J. Sateia. 2010. Insomnia_Diagnosis and Treatment_Medical Psychiatry. London : Informa Healthcare. Liveina. Artini G A. 2013; 1(1): 1-12. Pola Konsumsi Dan Efek Samping Minuman
Mengandung
Kafein
Pada
Mahasiswa
Program
Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Jurnal JST. Monk Knoers, Haditono 2001. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagianya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Notoatmodjo, S. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam, 2008. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Setya. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep proses dan praktik. Jakarta: EGC.
61