BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan fisik lansia akan mempengaruhi tingkat kemandirian. Kemandirian adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pda orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas mengatur diri sendiri atau aktivitas seseorang baik individu maupun kelompok dari berbagai kesehatan atau penyakit (Lerner, 1976). Orem (2001) menggambarkn lansia sebagai suatu unit yang juga menghendaki kemandirian dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraanya. Factor yang memperngaruhi tingkt kemandiriran lansia dalam melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari, seperti: usia, mobilitas, dan mudah jatu (Nugroho, 2008). Menurut World Health Organization (WHO), lansia merupakan individu yang berusia 60 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Martono, 2010). Uraian yang jelas mengenai derajat kebugaran pasien atau penurunan kapasitas fungsional yang dibuat berdasarkan masalah medis maupun psikososial adalah penting. Penilaian fungsional ini mencakup penentuan kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas dasar kehidupan seharihari (ADL-activities of daily living) yang diberlukan bagi perawatan diri sendiri, dan juga kemampuan untuk mengerjakan tugas yang lebih komples bagi kehidupan yang independen yaitu aktivitas instrumental kehidupan sehari-hari (IADL-instrumental activities of daily living). B. Rumusan Masalah 1. Menjelaskan teori BADL dan IADL 2. Menjelaskan pengukuran IADL
BAB II 1
PEMBAHASAN Pengertian Activity of Daily Living (ADL) Suatu bentuk pengukuran kemampuan seseorang untuk melakukan Activity Of Daily living secara mandiri. Penentuan kemandirian fungsional dapat mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan pemilihan intervensi yang tepat (Maryam, 2008). Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi yang masih aktif. Seseorang lansia yang menolak untuk melakukan fungsi dianggap sebagai tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu. Kemandirian adalah kemampuan atau keadaan dimana individu mampu mengurus atau mengatasi kepentingannya sendiri tanpa bergantung dengan orang lain (Maryam, 2008). Kemandirian juga dapat dilihat dari kualitas hidup. Kualitas hidup dapat dinilai dari kemampuan melakukan Activity of Daily Living. Menurut Setiati (2000), Activity of Daily Living (ADL) ada 2 yaitu, ADL standar dan ADL instrumental. ADL standar meliputi kemampuan merawat diri seperti makan, berpakaian, buang air besar/kecil, dan mandi. Sedangkan ADL instrumental meliputi aktivitas yang kompleks seperti memasak, mencuci, menggunakan telepon, dan menggunakan uang. Menurut Agung (2006), Activity of Daily Living adalah pengukuran terhadap aktivitas yang dilakukan rutin oleh manusia setiap hari. Aktivitas tersebut antara lain: memasak, berbelanja, merawat/mengurus rumah, mencuci, mengatur keuangan, minum obat dan memanfaatkan sarana transportasi. Skala ADL terdiri atas skala ADL dasar atau Basic Activity of Daily Living (BADLs), Instrumental or Intermediate Activity of Daily Living(IADLs), dan Advanced Activity of Daily Living (AADLs). Skala ADL dasar mengkaji kemampuan dasar seseorang untuk merawat dirinya sendiri (self care), dan hanya mewakili rentang (range) yang sempit dari kinerja (performance). Skala ADL dasar ini sangat bermanfaat dalam menggambarkan status fungsional dasar dan menentukan target yang ingin dicapai untuk pasien– pasien dengan derajat gangguan fungsional yang tinggi, terutama pada pusat–pusat rehabilitasi. Terdapat sejumlah alat atau instrument ukur yang telah teruji validitasnya untuk mengukur ADL dasar salah satunya adalah indeks ADL Katz. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi defisit status fungsional dasar dan mencoba memperoleh cara mengatasi dan memperbaiki status fungsional dasar tersebut. Skor ADL dasar dari setiap pasien lansia harus diikuti dan dipantau secara berkala/periodik untuk melihat apakah terjadi perburukan atau perbaikan.
2
Menurut Hardywinito & Setiabudi (2005) ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADL merupakan aktivitas pokok pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah tempat . (). Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2002) ADL adalah aktifitas perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari . ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat (Sugiarto,2005) Istilah ADL mencakup perawatan diri (seperti berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias, juga menyiapkan makanan, memakai telfon, menulis, mengelola uang dan sebagainya) dan mobilitas (seperti berguling di tempat tidur, bangun dan duduk, transfer/bergeser dari tempat tidur ke kursi atau dari satu tempat ke tempat lain) (Sugiarto,2005). Macam – Macam Activity of Daily Living (ADL) 1. ADL dasar, sering disebut ADL saja atau Basic Activity of Daily Living (BADLs), yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005) 2. ADL instrumental, yaitu Instrumental or Intermediate Activity of Daily Living(IADLs), yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telefon, menulis, mengetik, mengelola uang kertas ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005) 3. ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah. 4. ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu luang. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Activity of Daily Living (ADL) 3
Menurut Hardywinoto (2007), kemauan dan kemampuan untuk melakukan Activity of Daily Living tergantung pada beberapa faktor, yaitu: a. Umur dan status perkembangan Umur dan status perkembangan seorang klien menunjukkan tanda kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana klien bereaksi terhadap ketidakmampuan melaksanakan Activity of Daily Living. Saat perkembangan dari bayi sampai dewasa, seseorang secara perlahan–lahan berubah dari tergantung menjadi mandiri dalam melakukan Activity of Daily Living. b. Kesehatan fisiologis Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan partisipasi dalam Activity of Daily Living, contoh sistem nervous mengumpulkan, menghantarkan dan mengolah informasi dari lingkungan. Sistem muskuloskeletal mengkoordinasikan dengan sistem nervous sehingga dapat merespon sensori yang masuk dengan cara melakukan gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya karena penyakit, atau trauma injuri dapat mengganggu pemenuhan Activity of Daily Living (Hardywinoto, 2007). c. Fungsi Kognitif Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan Activity of Daily Living. Fungsi kognitif menunjukkan proses menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensor stimulus untuk berpikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental memberikan kontribusi pada fungsi kognitif dapat mengganggu dalam berpikir logis dan menghambat kemandirian dalam melaksanakan Activity of Daily Living (Hardywinoto, 2007). d. Fungsi Psikososial Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang kompleks antara perilaku intrapersonal dan interpersonal. Gangguan pada intrapersonal contohnya akibat gangguan konsep diri atau ketidakstabilan emosi dapat mengganggu dalam tanggung jawab keluarga dan pekerjaan. Gangguan interpersonal seperti masalah komunikasi, gangguan interaksi sosial atau disfungsi dalam penampilan peran juga dapat mempengaruhi dalam pemenuhan Activity of Daily Living (Hardywinoto, 2007). e. Tingkat stress
4
Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap berbagai macam kebutuhan. Faktor yang dapat menyebabkan stress (stressor), dapat timbul dari tubuh atau lingkungan atau dapat mengganggu keseimbangan tubuh. Stressor tersebut dapat berupa fisiologis seperti injuri atau psikologi seperti kehilangan. f. Ritme biologi Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup mengatur lingkungan fisik disekitarnya dan membantu homeostasis internal (keseimbangan dalam tubuh dan lingkungan). Salah satu irama biologi yaitu irama sirkardian, berjalan pada siklus 24 jam. Perbedaaan irama sirkardian membantupengaturan aktivitas meliputi tidur, temperatur tubuh, dan hormon. Beber apa faktor yang ikut berperan pada irama sirkardian diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang dan gelap, seperti cuaca yang mempengaruhi Activity of Daily Living. g. Status mental Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang. Keadaan status mental akan memberi implikasi pada pemenuhan kebutuhan dasar individu. Seperti yang diungkapkan oleh Cahya yang dikutip dari Baltes, salah satu yang dapat mempengaruhi ketidakmandirian individu dalam memenuhi kebutuhannya adalah keterbatasan status mental. Seperti halnya lansia yang memorinya mulai menurun atau mengalami gangguan, lansia yang mengalami apraksia tentunya akan mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan–kebutuhan dasarnya (Hardywinoto, 2007). h. Pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan dan sosial kesejahteraan pada segmen lansia yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat salah satunya adalah posyandu lansia. Jenis pelayanan kesehatan dalam posyandu salah satunya adalah pemeliharan Activity of Daily Living. Lansia yang secara aktif melakukan kunjungan ke posyandu, kualitas hidupnya akan lebih baik dari pada lansia yang tidak aktif ke posyandu (Pujiono, 2009). Sedangkan menurut Sugiarto (2005) ADL terdiri dari aspek motorik yaitu kombinasi gerakan volunter yang terkoordinasi dan aspek propioseptif sebagai umpan balik gerakan yang dilakukan. ADL dasar dipengaruhi oleh : a. ROM sendi b. Kekuatan otot c. Tonus otot 5
d. e. f. g. h.
Propioseptif Persepti visual Kognitif Koordinasi Keseimbangan Adapun juga faktor-faktor yang memperngaruhi penurunan Activities Daily Living adalah
(Hadiwynoto, 2005): a. b. c. d. e.
Kondisi fisik misalnya penyakit menahun, gangguan mata dan telinga Kapasitas mental Status mental seperti kesedihan dan depresi Penerimaan terhadap fungsinya anggota tubuh Dukungan anggota keluarga
Penilaian Activity of Daily Living (ADL) Menurut Maryam (2008) dengan menggunakan indeks kemandirian Katz untuk ADL yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal makan, mandi,toileting, kontinen (BAB/BAK), berpindah ke kamar mandi dan berpakaian. Penilaian dalam melakukan Activity of Daily Living sebagai berikut: a. Mandi 1. Mandiri : bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau ektremitas yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya. 2. Bergantung : bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi sendiri. b. Berpakaian 1. Mandiri : mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan pakaian, mengancing / mengikat pakaian. 2. Bergantung : tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian. c. Toileting 1. Mandiri : masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan genitalia sendiri. 2. Bergantung : menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan menggunakan pispot. d. Berpindah 1. Mandiri : berpindah dari tempat tidur, bangkit dari kursi sendiri. 2. Bergantung : bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, tidak melakukan sesuatu atau perpindahan. e. Kontinen 1. Mandiri : BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri. 6
2. Bergantung : inkontinesia persial atau total yaitu menggunakan kateter dan pispot, enema dan pembalut/pampers. f. Makanan 1. Mandiri : mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri. 2. Bergantung : bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan parenteral atau melalui Naso Gastrointestinal Tube (NGT). Adapun penilaian hasil dari pelaksanaan Activity of Daily Living seperti tercantum dalam tabel berikut.
Cara Pengukuran Activity of Daily Living (ADL) ADL mencakup kategori yang sangat luas dan dibagi-bagi menjadi sub kategi atau domain seperti berpakaian, makan minum, toileting/higieni pribadi, mandi, berpakaian, transfer, mobilitas, komunikasi, vokasional, rekreasi, instrumental ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
7
Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau besarnya bantuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.Pengukuran kemandirian ADL akan lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara kuantitatif denagn sistem skor yang sudah banyak dikemukakan oleh berbagai penulis ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005) Tabel 2.1.Beberapa Indeks Kemandirian ADL Skala
Indeks barthel
Deskripsi
& Kehandalan,
jenis skala
kesahihan
Waktu
& Komentar
& pelaksanaan
sensivitas ordinal Sangat handal & <10
Skala dengan
Skala
skor sangat sahih, dan menit,sangat
0(total
cukup sensitif.
ssuai
ADL
yang sudah
untuk diterima
dependent)-
skrining,
secara luas,
100(total
penilaian
kehandalan
independent) : 10
formal,
dan
item
:makan,
pemantauan
kesahihan
mandi,
berhias,
&
sangat baik.
berpakaian,
pemeliharaan
kontrol kandung
terapi.
kencing,dan kontrol
anus,
toileting, transfer kursi/tempat tidur,
mobilitas
dan naik tangga. Indeks Katz
Penilaian
Kehandalan
dikotomi dengan kesahihan 8
& < 10 menit, Skala
ADL
cukup; sangat sesuai yang sudah
urutan
kisaran ADL sangat untuk
diterima
dependensi yang terbatas (6 item)
skrining,
secara luas,
hierarkis : mandi,
penilaian
kehandalan
berpakaian,
formal,
dan
toileting, transfer,
pemantauan
kesahihan
kontinensi,
&
cukup,
makan. Penilaian
pemeliharaan
menilai
dari A (mandiri
terapi.
keterampilan
pada
dan
keenam
dasar, tetapi
item) sampai G
tidak
(dependent pada
menilai
keenam item).
berjalan
&
naik tangga & < 20 menit, Skala ADL
FIM
Skala
ordinal Kehandalan
(Functional
dengan 18 item, 7 kesahihan
Independence
level dengan skor sensitif dan dapat untuk
diterima
Measure)
berkisar
antara mendeteksi
secara luas.
18-126;
area perubahan
baik, sangat sesuai yang sudah skrining, kecil penilaian
Pelatihan
yang dievaluasi; dengan 7 level.
formal,
untuk
perawatan
pemantauan
petugas
&
pengisi lebih
transfer,
pemeliharaan
lama karena
lokomosi,
terapi
komunikasi, dan
evaluasi
kognitif sosial.
program.
kontrol
diri,
stingfer,
serta item banyak.
Sumber : Sugiarto,2005. Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa indeks barthel handal, sahih, dan cukup sensitif, pelaksanaannya mudah, cepat (dalam waktu kurang dari 10 menit), dari pengamatan langsung atau dari catatan medik penderita, lingkupnya cukup mewakili ADL dasar dan mobilitas ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang 9
memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005). Indeks Barthel (IB) Indeks Barthel mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas. Mao dkk mengungkapkan bahwa IB dapat digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan, terutama pada pasien pasca stroke. Tabel 2.2.Indeks Barthel No. 1.
Item yang dinilai Makan(bila makanan
2.
dulu=dibantu) transfer dari kursi roda ke tempat tidur dan 5-10
15
3.
kembali (termasuk duduk di bed) Higieni personal (cuci muka, menyisir, bercukur 0
5
4.
jenggot, gosok gigi) Naik & turun kloset/ WC (melepas/memakai 5
10
5.
pakaian, cawik, menyiram WC) Mandi
0
5
6.
Berjalan di permukaaan datar
10
15
harus
Dibantu Mandiri dipotong-potong 5 10
(atau bila tidak dapat berjalan, dapat mengayuh 0
5
7.
kursi roda sendiri) Naik & turun tangga
5
10
8.
Berpakaian(termasuk
sepatu, 5
10
9.
menutup resleting) Mengontrol anus
5
10
10.
Mengontrol kandung kemih
5
10
memakai
tali
Sumber : Sugiarto,2005. IB tidak mengukur ADL instrumental, komunikasi dan psikososial. Item-item dalam IB dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien.
10
IB merupakan skala yang diambil dari catatan medik penderita, pengamatan langsung atau dicatat sendiri oleh pasien. Dapat dikerjakan dalam waktu kurang dari 10 menit (Sugiarto,2005). IB versi 10 item terdiri dari 10 item dan mempunyai skor keseluruhan yang berkisar antara 0-100, dengan kelipatan 5, skor yang lebih besar menunjukkan lebih mandiri. Tabel 2.3.Penilaian Skor IB Penulis Shah dkk
Interpretasi 0-20 Dependen Total 21-60 Dependen Berat 61-90 Dependen Sedang 91-99 Dependen Ringan 100
Lazar dkk
Independen/Mandiri
10-19 Dependen Perawatan 20-59 Perawatan diri, dibantu 60-79 Kursi roda, dibantu 80-89 Kursi roda, independen/mandiri 90-99 Ambulatori, dibantu 100
Granger
Independen/Mandiri
0-20 Dependen Total 21-40 Dependen Berat 41-60 Dependen Sedang 61-90 Dependen Ringan 91-100 Mandiri
Sumber : Sugiarto,2005. IB sudah dikenal secara luas, memiliki kehadalan dan kesahian yang tinggi. Shah melaporkan koefisien konsisten internal alfa 0,87 sampai 0,92 yang menunjukkan kehandalan intra dan inter-rater yang sangat baik. Wartski dan Green menguji 41 pasien dengan interval 3 minggu, ternyata hasilnya sangat konsisten. Ada 35 pasien yang skornya turun 10 poin. Collin dkk meneliti konsistensi laporan sendiri dan laporan perawat, didasarkan pengamatan klinis, pemeriksaaan dari perawat dan pemeriksaan dari fisioterapis. Ternyata koefisien konkordasi 11
(kesesuaian) dari Kendall menunjukkan angka 0,93 yang berarti pengamatan berulang dari orang yang berbeda akan menghasilkan kesesuaian yang sangat memadai (Sugiarto,2005). Wade melaporkan kesahian IB yang dibuktikan dengan angka korelasi 0,73 dan 0,77 dengan kemampuan motorik dari 976 pasien stroke. Kesahihan prediktif IB juga terbukti baik. Pada penelitian dengan stroke, persentase meninggal dalam 6 bulan masuk rumah sakit turun secara bermakna bila skor IB tinggi saat masuk rumah sakit (Sugiarto,2005). Intepretasi yang paling banyak digunakan adalah menurut Shah dkk karena telah dikenal luas dan cukup rinci untuk mengetahui tingkat kemandirian seseorang dalam melakukan ADL (Sugiarto,2005).
BAB III PENUTUP Kesimpulan ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADL merupakan aktifitas pokok pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain: ke toilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah tempat . (Hardywinito & Setiabudi, 2005). Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2002) ADL adalah aktifitas perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari. Skala ADL terdiri atas skala ADL dasar atau Basic Activities of Daily Living (BADL), Instrumental or Intermediate Activities of Daily Living (IADL) dan Advanced Activities of Daily Living (AADL). Skala ADL dasar mengkaji kemampuan dasar seseorang untuk merawat dirinya sendiri (self care) dan hanya mewakili rentang (range) yang sempit dari kinerja (performance) (Sainsbury dkk., 2005). ADL terdiri atas dasar, instrumental, vokasional, dan non vokasional. Indeks ADL Barthel merupakan suatu indeks yang sederhana yang bermanfaat untuk mengidentifikasi perbaikan atau perburukan dari waktu ke waktu suatu penyakit. Indeks ADL Barthel bertujuan untuk menilai tingkat kemandirian fungsional/ketergantungan dari sepuluh ADL terutama yang berhubungan dengan perawatan pribadi dan mobilitas dalam pengaturan 12
klinis (Husna, 2010). Sainsbury (2006) menyatakan bahwa Indeks ADL Barthel merupakan metode pengukuran yang paling direkomendasikan untuk mengukur ADL dasar. Penelitian yang dilakukan oleh Agung (2006) juga telah membuktikan bahwa Indeks Barthel merupakan instrumen ukur yang paling handal dan sahih untuk menilai status fungsional lansia di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Suparyanto. “Konsep ADL (Activity Daily Living)”. 22 Februari 2012. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2012/02/kionsep-adl-activity-dailyliving.html Primadayanti, Silvina. “Perbedaan Tingkat Kemandirian Activity of Daily Living Pada Lansia yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari Kabupaten
Jember”.
2011.
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/4702/
Skripsi.pdf?sequence=1
13