Tegangan menengah Lighting Surge Arrester : Penggunaan lighting arrester pada sistem distribusi adalah untuk melindung peralatan terhadap gangguan akibat sambaran petir. Arrester juga digunakan untuk melindungi saluran distribusi dari flashover. Arrester dipasang dekat atau pada peralatan yang dihubungkan dari fasa konduktor ke tanah. Pada saat sistem bekerja normal, arrester memiliki sifat sebagai isolator. Apabila terjadi sambaran petir, arrester akan berubah menjadi konduktor dan membuat jalur ke tanah (bypass) yang mudah dilalui oleh arus petir, sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang tinggi pada trafo.
"BOSUNG" 1. 24 KV- 5 KA 2. 24 KV - 10 KA
Open Fuse Cut Out : Pada umumnya fuse cutout dipasang antara trafo distribusi dgn saluran distribusi primer. Pada saat terjadi gangguan, elemen fuse akan melebur dan memutuskan rangkaian sehingga akan melindung trafo distribusi dari kerusakan akibat gangguan dan arus lebih pada saluran primer, atau sebaliknya memutuskan saluran primer dari trafo distribusi apabila terjadi gangguan pada trafo atau jaringan sisi sekunder sehingga akan mencegah terjadinya pemadaman pada seluruh jaringan primer.
"BOSUNG" 1. 24 KV- 100 A 2. 24 KV - 200 A
K type Fuse Link : fuse adalah peralatan proteksi arus lebih yang bekerja dengan menggunakan prinsip melebur. Terdapat 2 tipe fuse berdasarkan kecepatan melebur elemen fusenya (fuselink), yaitu tipe K (cepat) dan tipe T (lambat).
KEARNEY Fuse Link ( K type ) 1. 2A, 3A, 4A, 5A, 6A, 8A, 10A, 12A, 15A, 20A 2. 25A, 30A, 40A, 50A 3. 60A, 65A, 80A, 100A 4. 140A
5. 200A
. Kabel tegangan menengah (medium voltage) Kabel tegangan menengah dipakai untuk alliran listrik dengan kapasitas sampai 20 kV
GARDU DISTRIBUSI A. Pendahuluan Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu sistem distribusi yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk membagikan/ mendistribusikan tenaga listrik pada beban/konsumen baik konsumen tegangan menengah maupun konsumen tegangan rendah.
Gbr. Gardu distribusi.
Transformator distribusi digunakan untuk menurunkan tegangan listrik dari jaringan distribusi tegangan tinggi menjadi tegangan terpakai pada jaringan distribusi tegangan rendah (step down transformator); misalkan tegangan 20 KV menjadi tegangan 380 volt atau 220 volt. Sedan transformator yang digunakan untuk menaikan tegangan listrik (step up transformator), hanya digunakan pada pusat pembangkit tenaga listrik agar tegangan yang didistribusikan pada suatu jaringan panjang (long line) tidak mengalami penurunan tegangan (voltage drop) yang berarti; yaitu tidak melebihi ketentuan voltage drop yang diperkenankan 5% dari tegangan semula. Jenis transformator yang digunakan adalah transformator satu phasa dan ransformator tiga phase. Adakalanya untuk melayani beban tiga phase dipakai tiga buah transformator satu phase dengan hubungan bintang (star conection) Ү atau hubungan delta (delta conection) Δ. Sebagian besar pada jaringan distribusi tegangan tinggi (primer) sekarang ini dipakai transformator tiga phase untuk jenis out door. Yaitu jenis transformator yang diletakkan diatas tiang dengan ukuran lebih kecil dibandingkan dengan jenis in door, yaitu jenis yang diletakkan didalam rumah gardu. C. Macam-Macam Gardu Distribusi
Gardu distribusi dapat dibedakan dari beberapa hal yang diantaranya : 1. Gardu Hubung Gardu hubung adalah gardu yang berfungsi untuk membagi beban pada sejumlah gardu atau untuk menghubungkan satu feeder TM dengan feeder TM yang lain. Dengan demikian pada gardu ini hanya dilengkapi peralatan hubung dan bila perlu misalnya untuk melayani konsumen TM dilengkapi dengan alat pembatas dan pengukur. 2. Gardu Trafo Gardu Trafo adalah gardu yang akan berfungsi untuk membagikan energi listrik pada konsumen yang memerlukan tegangan rendah. Dengan demikian pada gardu trafo dipasang/ditempatkan satu atau dua trafodistribusi yang dipergunakan untuk merubah tegangan menengah menjadi tegangan rendah selain dari peralatan hubungnya untuk melayani konsumen tegangan rendah. 3. Gardu Open Type (Gardu Sel)
Gardu open type adalah gardu distribusi yang mempunyai peralatan hubung terbuka. Dimana dalam bekerjanya pisau-pisau dalam peralatan hubung, dapat dengan mudah dilihat mata biasa (dapat diawasi) baik pada saat masuk (menutup) atau saat keluar (membuka). Biasanya tempat pemasangan peralatan hubung semacam ini diberi sekat antara satu dengan yang lainnya yang terbuat dari tembok dan karena hal ini, gardu tembol open type sering disebut gardu sel Konstruksi jaringan distribusi dengan saluran udara terdiri dari beberapa komponen peralatan utama, yaitu : 1. Tiang Tiang listrik merupakan salah satu komponen utama dari konstruksi jaringan distribusi dengan saluran udara. Pada jaringan distribusi tiang yang biasa digunakan adalah tiang beton. Tiang listrik harus kuat karena selain digunakan untuk menopang hantaran listrik juga digunakan untuk meletakan peralatan-peralatan pendukung jaringan distribusi tenaga listrik tegangan menengah. Penggunaan tiang listrik disesuaikan dengan kondisi lapangan. Tiang listrik yang dipakai dalam distribusi tenaga listrik harus memiliki sifat-sifat antara lain : a. Kekuatan mekanik yang tinggi b. Perawatan yang mudah c. Mudah dalam pemasangan konduktor saluran dan perlengkapannya 2. Isolator Isolator adalah suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk mengisolasi konduktor atau penghantar dengan tiang listrik. Menurut fungsinya, isolator dapat ditinjau dari dua segi yaitu : a. Fungsi dari segi elektris : Untuk menyekat / mengisolasi antara kawat fasa dengan tanah dan kawat fasa lainnya. b. Fungsi dari segi mekanis : Menahan berat dari konduktor / kawat penghantar, mengatur jarak dan sudut antar konduktor / kawat penghantar serta menahan adanya perubahan pada kawat penghantar akibat temperatur dan angin. Bahan yang digunakan untuk pembuatan isolator yang banyak digunakan pada sistem distribusi tenaga listrik adalah isolator dari bahan porselin / keramik dan isolator dari bahan gelas. Kekuatan elektris porselin dengan ketebalan 1,5 mm dalam pengujian memiliki kekuatan 22 sampai 28 kVrms/mm. Kekuatan mekanis dengan diameter 2 cm sampai 3 cm mampu menahan gaya tekan 4,5 ton/cm². Kegagalan kekuatan elektris sebuah isolator dapat terjadi dengan jalan menembus bahan dielektrik atau dengan jalan loncatan api (flashover) di udara sepanjang permukaan isolator. Kasus pertama dapat diatasi dengan cara memilih kualitas bahan isolator dan pengolahan/perawatan yang baik. Kasus ke dua dapat diatasi dengan memperbaiki tipe atau konstruksi dari isolatornya. Pada umumnya semua konstruksi isolator direncanakan untuk tegangan tembus yang lebih tinggi dari tegangan flashover, sehingga biasanya kekuatan elektrik isolator dikarakteristikan oleh tegangan flashovernya Ada beberapa jenis konstruksi isolator dalam sistem distribusi, antara ain : a. Isolator gantung ( suspension type insulator ) b. Isolator jenis pasak ( pin type insulator ) c. Isolator batang panjang ( long rod type insulator ) d. Isolator jenis post saluran ( line post type insulator )
Isolator Gantung (Suspension Type Insulator)
Isolator Jenis Post Saluran (Pin Post Type Insulator)
Isolator Pos Saluran (Line Post Insulator) Isolator jenis ini terbuat dari porselin yang bagian bawahnya diberi tutup (cap) besi cor yang disemenkan pada porselin serta pasak baja yang disekrupkan padanya. Karena jenis ini dipakai sendiri (tidak dalam gandengan) serta kekuatan mekanisnya rendah, maka isolator pos saluarantidak dibuat dalam ukuran yang besar.
Isolator Pos Pin (Pin Post Iinsulator) Isolator pos pin digunakan pada daerah yang membutuhkan keandalan yang tinggi. Bentuk dari isolator jenis pos pin Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh isolator pos pin, antara lain: 1. Bebas dari cacat, karena semen dan tangkai besi (metal flange) dipasang di sisi luar porselin, sehingga tidak menyebabkan pemuaian. 2. Bebas dari kerusakan akibat lewat-denyar (puncture), kuat medan listrik pada isolator pos pin seragam dan lebih rendah dibandingkan dengan isolator pasak (pin type insulator). Oleh karena badan isolatornya tidak bocor, maka lewat-denyar yang terjadi di luar porselin meskipun terjadi tegangan impuls secara tiba-tiba. Demikian pula pada inti isolator, terbebas dari puncture.. 3. Mempunyai sifat antikontaminasi yang baik, isolator pos pin mempunyai sifat antikontaminasi yang baik dibandingkan isolator jenis lain, karena:
mempunyai jarak rayap (creepage distance) yang terlindungi besar hingga 50% dari total jarak rayap. mempunyai bentuk profil yang baik, karena mampu meneteskan kontaminan dari tubuhnya memepunyai jarak celah udara (air gap) yang besar antara bagian dalam sirip dengan permukaan isolator, sehingga dapat menghindari terjadinya jembatan air yang terkontaminasi.
4. Tahan terhahap busur api, arus berupa busur lewat denyar akibat polusi dapat menyebabkan isolator. Isolator pos pin bersifat mampu menahan breaker memutus aliran daya
api yang mengalir akibat kerusakan pada permukaan busur api hingga circuit
3. Penghantar Penghantar pada sistem jaringan distribusi berfungsi untuk menghantarkan arus listrik dari suatu bagian keinstalasi atau bagian yang lain. Penghantar ini harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut : a. Memiliki daya hantar yang tinggi b. Memilki kekuatan tarik yang tinggi c. Memiliki berat jenis yang rendah d. Memiliki fleksibilitas yang tinggi e. Tidak cepat rapuh f. Memiliki harga yang murah Jenis-jenis bahan penghantar, antara lain : a. Kawat logam biasa, contohnya AAC ( All Alumunium Conductor ). b. Kawat logam campuran, contohnya AAAC ( All Alumunium Alloy Conductor ).
Gambar 3.7. Pengahntar AAAC
Gambar 3.8. Trafo Distribusi Satu Fasa
Gambar 3.9. Trafo Distribusi Tiga Fasa Fuse Cut Out (FCO) adalah sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan bagian dari komponenya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya. FCO ini terdiri dari : 1. Rumah Fuse (Fuse Support) 2. Pemegang Fuse (Fuse Holder) 3. Fuse Link Berdasarkan sifat pemutusanya Fuse Link terdiri dari 2 tipe yaitu : 1. Tipe K (pemutus cepat) 2. Tipe T (pemutus lambat)
FCO pada jaringan Distribusi digunakan sebagai pengaman percabangan 1 phasa maupun sebagai pengaman peralatan listrik (trafo Distribusi non CSP, kapasitor). 6. Auto Voltage Regulator (AVR)
Gambar 3.12. Auto Voltage Regulator Auto Voltage Regulator (AVR) merupakan auto transformer yang berfungsi untuk mengatur/menaikan tegangan secara otomatis. Rangkaian dari regulator ini terdiri dari auto transformer penaik tegangan. 7. Meter Expor-Impor
Gambar 3.13. Meter Expor-Impor Meter Kirim – Terima disini berfungsi untuk mengetahui berapa kWH yang dikirim dan diterima antar UPJ. Pada Meter Ex-Im terdapat CT dan PT yang berfungsi untuk mentransformasikan tegangan dan arus dari yang lebih tinggi ke yang lebih rendah untuk proses pengukuran. 8. Peralatan Hubung Yang termasuk dalam peralatan hubung antara lain ABSw, LBS, Recloser, Sectionaliser, dan lain sebagainya.
3.3.2 Prosedur Pengoperasian Sistem Distribusi Yang dimaksud dengan prosedur operasi pengaturan dan pengusahaan jaringan tegangan menengah adalah usaha menjamin kelangsungan penyaluran tenaga listrik, mempercepat penyelesaian gangguan – gangguan yang timbul, serta dilain pihak menjaga keselamatan baik petugas pelaksana operasi maupun instalasinya sendiri. Pengoperasian jaringan distribusi tegangan menengah tersebut dilaksanakan dengan : 1. Memanuver atau memanipulasi jaringan, dengan menggunakan telekontrol maupun dilapangan. 2. Menerima informasi - informasi mengenai keadaan jaringan dan kemudian membuat penilaian (observasi) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan. 3. Menerima besaran-besaran pengukuran pada jaringan yang kemudian membuat penilaian (observasi) seperlunya guna menetapkan tindak lanjutan. 4. Mengkoordinasikan pelaksanaanya dengan pihak - pihak lain yang bersangkutan. 5. Mengawasi jaringan secara kontinyu. 6. Mengusut dan melokalisir gangguan jaringan. 7. Mendeteksi gangguan jaringan sehingga titik gangguannya dapat ditemukan untuk diperbaiki. Kegiatan operasi distribusi ini dibedakan dalam dua keadaan yaitu keadaan normal dan keadaan gangguan. Operasi sistem distribusi juga tergantung dari beberapa hal, antara lain berdasarkan pada konfigurasi dan pola jaringan sistem distribusi yang digunakan. Dalam operasi sistem distribusi, setiap alur tugas dari pekerjaan ditentukan oleh prosedur tetap yang biasa disebut Standing Operation Procedure ( SOP ), dimana SOP adalah prosedur yang dibuat berdasarkan kesepakatan / ketentuan yang harus dipatuhi oleh seseorang atau tim untuk melaksanakan tugas / fungsinya agar mendapatkan hasil yang optimal dan untuk mengantisipasi kesalahan manuver, kerusakan peralatan dan kecelakaan manusia.. 3.3.3 Manuver Jaringan Distribusi Manuver / manipulasi jaringan distribusi adalah serangkaian kegiatan membuat modifikasi terhadap operasi normal dari jaringan akibat dari adanya gangguan atau pekerjaan jaringan yang membutuhkan pemadaman tenaga listrik, sehingga dapat mengurangi daerah pemadaman dan agar tetap tercapai kondisi penyaluran tenaga listrik yang semaksimal mungkin. Kegiatan yang dilakukan dalam manuver jaringan antara lain : a. Memisahkan bagian–bagian jaringan yang semula terhubung dalam keadaan bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam kondisi normalnya. b. Menghubungkan bagian–bagian jaringan yang semula terpisah dalam keadaan bertegangan ataupun tidak bertegangan dalam kondisi normalnya. Optimalisasi atas keberhasilan kegiatan manuver jaringan dari segi teknis ditentukan oleh konfigurasi jaringan dan peralatan manuver yang tersedia di sepanjang jaringan. Peralatan yang dimaksud adalah peralatan – peralatan jaringan yang berfungsi sebagai peralatan hubung. Peralatan tersebut antara lain yaitu : 1. Pemutus Tenaga (PMT) Pemutus tenaga (PMT) adalah adalah alat pemutus tenaga listrik yang berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan hubungan listrik (switching equipment) baik dalam kondisi normal (sesuai rencana dengan tujuan pemeliharaan), abnormal (gangguan), atau manuver system, sehingga dapat memonitor kontinuitas system tenaga listrik dan keandalan pekerjaan pemeliharaan Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu pemutus tenaga atau Circuit Breaker (CB) adalah : a. Harus mampu untuk menutup dan dialiri arus beban penuh dalam waktu yang lama. b. Dapat membuka otomatis untuk memutuskan beban atau beban lebih. c. Harus dapat memutus dengan cepat bila terjadi hubung singkat. d. Celah (Gap) harus tahan dengan tegangan rangkaian, bila kontak membuka. e. Mampu dialiri arus hubung singkat dengan waktu tertentu. f. Mampu memutuskan arus magnetisasi trafo atau jaringan serta arus pemuatan (Charging Current) g. Mampu menahan efek dari arching kontaknya, gaya elektromagnetik atau kondisi termal yang tinggi akibat hubung singkat. PMT tegangan menengah ini biasanya dipasang pada Gardu Induk, pada kabel masuk ke busbar tegangan menengah (Incoming Cubicle) maupun pada setiap rel/busbar keluar (Outgoing Cubicle) yang menuju penyulang keluar dari Gardu Induk (Yang menjadi kewenangan operator tegangan menengah adalah sisi Incoming Cubicle). Ditinjau dari media pemadam busur apinya PMT dibedakan atas : - PMT dengan media minyak (Oil Circuit Breaker) - PMT dengan media gas SF6 (SF6 Circuit Breaker) - PMT dengan media vacum (Vacum Circuit Breaker)
Konstruksi PMT sistem 20 kV pada Gardu Induk biasanya dibuat agar PMT dan mekanisme penggeraknya dapat ditarik keluar / drawable (agar dapat ditest posisi apabila ada pemadaman karena pekerjaan pemeliharaan maupun gangguan). Di wilayah kerja PT. PLN (Persero) UPJ Wiradesa sendiri terdapat 4 feeder beserta PMT Feeder yang aktif. Adapun masing-masing Feeder tersebut beserta PMT feeder yang aktif meliputi : - PKN 3 - PKN 5 - PKN 8 - PKN 12
2. Disconector (DS) / Saklar Pemisah Adalah sebuah alat pemutus yang digunakan untuk menutup dan membuka pada komponen utama pengaman/recloser, DS tidak dapat dioperasikan secara langsung, karena alat ini mempunyai desain yang dirancang khusus dan mempunyai kelas atau spesifikasi tertentu, jika dipaksakan untuk pengoperasian langsung, maka akan menimbulkan busur api yang dapat berakibat fatal. Yang dimaksud dengan pengoperasian langsung adalah penghubungan atau pemutusan tenaga listrik dengan menggunakan DS pada saat DS tersebut masih dialiri tegangan listrik. Pengoperasian DS tidak dapat secara bersamaan melainkan dioperasikan satu per satu karena antara satu DS dengan DS yang lain tidak berhubungan, biasanya menggunakan stick (tongkat khusus) yang dapat dipanjangkan atau dipendekkan sesuai dengan jarak dimana DS itu berada, DS sendiri terdiri dari bahan keramik sebagai penopang dan sebuah pisau yang berbahan besi logam sebagai switchnya.
Gambar 3.14. Disconecting Switch (DS) 3. Air Break Switch (ABSw) Air Break Switch (ABSw) adalah peralatan hubung yang berfungsi sebagai pemisah dan biasa dipasang pada jaringan luar. Biasanya medium kontaknya adalah udara yang dilengkapi dengan peredam busur api / interrupter berupa hembusan udara. ABSw juga dilengkapi dengan peredam busur api yang berfungsi untuk meredam busur api yang ditimbulkan pada saat membuka / melepas pisau ABSw yang dalam kondisi bertegangan . Kemudian ABSw juga dilengkapi dengan isolator tumpu sebagai penopang pisau ABSw , pisau kontak sebagai kontak gerak yang berfungsi membuka / memutus dan menghubung / memasukan ABSw , serta stang ABSw yang berfungsi sebagai tangkai penggerak pisau ABSw. Perawatan rutin yang dilakukan untuk ABSw karena sering dioperasikan, mengakibatkan pisau-pisaunya menjadi aus dan terdapat celah ketika dimasukkan ke peredamnya / kontaknya. Celah ini yang mengakibatkan terjadi lonjakan bunga api yang dapat membuat ABSw terbakar.
Gambar 3.15. Air Break Switch Gambar 3.16. Handle ABSW
Pemasangan ABSw pada jaringan, antara lain digunakan untuk : a. Penambahan beban pada lokasi jaringan b. Pengurangan beban pada lokasi jaringan c. Pemisahan jaringan secara manual pada saat jaringan mengalami gangguan. ABSW terdiri dari : 1. Stang ABSW 2. Cross Arm Besi 3. Isolator Tumpu 4. Pisau Kontak 5. Kawat Pentanahan 6. Peredam Busur Api 7. Pita Logam Fleksibel 4. Load Break Switch (LBS) Load Break Switch (LBS) atau saklar pemutus beban adalah peralatan hubung yang digunakan sebagai pemisah ataupun pemutus tenaga dengan beban nominal. Proses pemutusan atau pelepasan jaringan dapat dilihat dengan mata telanjang. Saklar pemutus beban ini tidak dapat bekerja secara otomatis pada waktu terjadi gangguan, dibuka atau ditutup hanya untuk memanipulasi beban.
Gambar 3.17. Load Break Switch ( LBS ) 5. Recloser ( Penutup Balik Otomatis / PBO ) Recloser adalah peralatan yang digunakan untuk memproteksi bila terdapat gangguan, pada sisi hilirnya akan membuka secara otomatis dan akan melakukan penutupan balik (reclose) sampai beberapa kali tergantung penyetelannya dan akhirnya akan membuka secara permanen bila gangguan masih belum hilang (lock out). Penormalan recloser dapat dilakukan baik secara manual maupun dengan sistem remote. Recloser juga berfungsi sebagai pembatas daerah yang padam akibat gangguan permanen atau dapat melokalisir daerah yang terganggu Recloser mempunyai 2 (dua) karateristik waktu operasi (dual timming), yaitu operasi cepat (fast) dan operasi lambat (delay) Menurut fasanya recloser dibedakan atas : a. Recloser 1 fasa b. Recloser 3 fasa Menurut sensor yang digunakan, recloser dibedakan atas : a. Recloser dengan sensor tegangan (dengan menggunakan trafo tegangan) digunakan di jawa timur b. Recloser dengan sensor arus (dengan menggunakan trafo arus) digunakan di jawa tengah
Gambar 3.18. Recloser 3.5 Peralatan pengukuran tenaga listrik Dalam operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi kemampuan penggunaan alat ukur sangat dibutuhkan untuk mengetahui kondisi dan indikasi kerusakan dari sistem distribusi serta komponen pendukungnya. Berikut ini peralatan pengukuran yang digunakan dalam operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi 3.5.1 Clampmeter Clampmeter ataupun tangmeter dapat digunakan untuk mengukur arus, tegangan maupun resistansi.tangmeter ini ada beberapa tipe dan yang digunakan di pln tangmeternya mempunyai dua cara dalam pengukuran pada rangkaian.
Gambar 3.19. Clampmeter Yang pertama dengan dijepit, yaitu dengan cara memasukan salah satu kabel agar berada di tengah-tengah penjepit. Dan yang satunya lagi dengan menggunakan probe, probe merah dan probe hitam. Caranya dapat dilihat seperti gambar dibawah ini. a. Clampmeter digunakan sebagai amperemeter Amperemeter adalah alat untuk mengukur kuat arus listrik dalam rangkaian tertutup. Amperemeter biasanya dipasang secara seri (berderet) dengan elemen listrik. Amperemeter biasanya digunakan untuk mengukur besarnya arus yang mengalir pada kawat penghantar.
Gambar 3.20. Pengawatan Amperemeter b. Clampmeter digunakan sebagai voltmeter voltmeter adalah alat untuk mengukur besarnya tegangan. Voltmeter biasanya dipasang secara parallel dengan sumber tegangan maupun beban.
Gambar 3.21. Pengawatan Voltmeter
3.5.3 Megger Megger dipergunakan untuk mengukur tahanan isolasi dari alat-alat listrik maupun instalasi-instalasi, output dari alat ukur ini umumnya adalah tegangan tinggi arus searah, yang diputar oleh tangan. Megger ini banyak digunakan petugas dalam mengukur tahanan isolasi antara lain untuk: kabel instalasi pada rumahrumah/bangunan, kabel tegangan rendah, kabel tegangan tinggi, transformator, OCB dan peralatan listrik lainnya.
Gambar 3.24. Megger 3.5.4 Phasa sequence alat ukur ini digunakan untuk mengetahui benar / tidaknya urutan phasa system tegangan listrik 3 phasa. Alat ini sangat penting khususnya dalam melaksanakan penyambungan gardu-gardu ataupun konsumen listrik, karena kesalahan urutan phasa dapat menimbulkan : kerusakan pada peralatan / mesin antara lain putaran motor listrik terbalik putaran piringan kwh meter menjadi lambat ataupun berhenti sama sekali cara penyambungannya adalah sebagaimana terlihat pada gambar berikut
Gambar 3.25. Pengawatan Phasa Sequence Panel Tegangan Menengah 20 kV Type : Metalclad Merk : AEG Lengkap : - Panel Metalclad - VCB 3P, 630A, 20 kV, 16 kA, " AEG " - Earthing Switch - Over Current Relay " PS 431 " - CT ..../ 5A. Kondisi : -baik, siap dipasangl. -Stock 4 units
Gambar 3.26. Phasa Sequence