MAKALAH Disususn untuk melengkapi tugas Manajemen Usaha Pertanian
MANAJEMEN BUDIDAYA CABAI RAWIT DI KALISAT
Oleh: RESTU IKE HIDAYATI
(111510501076)
AGUS SETIYAWAN
(111510501071)
AJENG WIDYANINGRUM
(111510501111)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI / BEASISWA UNGGULAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2012
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabe (Capsicum Annum varlongum) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Cabai dapat ditanam di dataran tinggi maupun rendah, pH 5-6. Bertanam cabai dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko), diantaranya, teknis budidaya, kekurangan unsur, serangan hama dan penyakit. Manfaat utama dari cabe ini adalah sebagai bumbu masak atau pelengkap hidangan makanan maupun camilan. Cabe memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori, Protein, Lemak,Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C. Cabe digunakan untuk keperluan industri diantaranya, Industri bumbu masakan,industry makanan dan industri obatobatan atau jamu.Tanaman ini juga
berfungsi
sebagai
bahan
baku
industri,
yang
memiliki
peluang
eksport,membuka kesempatan kerja. Seperti halnya komoditas hortikultura,peranan pemasaran pada komoditas cabai memberikan kontribusi penting dalam peningkatan kinerja usaha tani komoditas cabai secara keseluruhan mengingat sifat umum hortikultura mudah busuk, mudah rusak danproduksinya bersifat musiman sementara konsumsinya terjadi sepanjang tahun. Di sisi lain, para konsumen menghendaki cabai ini tersedia dekat dengan tempat mereka, dapat diperoleh sepanjang waktu dan dapat dikonsumsi dalam bentuk segar. Di lapangan seringkali dijumpai bahwa para petani produsen tampaknya tetap saja menghadapi fluktuasi harga terutamna saat panen, dan para pedaganglah yang memperoleh harga lebih tinggi. Oleh karena itu peningkatan produksi komoditas pertanian, terutama cabai perlu diiringi dengan perbaikan pada sistem pemasarannya sehingga para petani sebagai produsen diharapkan dapat memperoleh harga yang memadai bagi peningkatan usahataninya.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui manajemen budidaya cabai 2. Untuk mengetahui sektor riil budidaya cabai di masyarakat
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut
Rukmana
(2001) Tanaman
cabai
dalam
sistematika
(taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi
: Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas
: Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo
: Tubiflorae
Famili
: Solanaceae
Genus
: Capsicum
Species
: Capsicum annuum dan lain-lalin
Dari genus Capsicum, terdapat lebih kurang 20 – 30 spesies cabai, termasuk diantaranya lima spesies yang telah dibudidayakan. Karakteristik lima spesies cabai yang telah dibudidayakan tersebut adalah : (1) Capsicum annuum ( Capsicum annuum var. Annuum), cabai jenis atau spesies ini memiliki tangkai daun panjang; helai daun tunggal berbentuk ovale atau lanceolate, agak kaku, berwarna hijau sampai hijau tua, dengan tepi yang rata. Daun tumbuh pada tunas-tunas samping secara berurutan,
sedangkan pada batang utama daun tunggal tersebut tersusun
secara spiral. Bunga tumbuh tunggal atau kadang-kadang berkelompok pada setiap ruas. Pada saat anthesis, tangkai bunga umumnya merunduk. Setiap bunga mempunyai lima helai daun bunga dan lima atau enam helai mahkota bunga yang berwarna putih susu atau kadang-kadang ungu. Bunga cabai 18 mempunyai satu kepala putih (stigma), berbentuk bulat, dengan benang sari yang berjumlah enam buah. Daging buah umumnya renyah atau kadang-kadang lunak. Biji berwarna kuning muda. Jenis cabai ini bersifat fasciculate, yaitu sifat tanaman yang buku-bukunya memendek dan terdapat 4 – 8 bunga atau buah pada satu ruas. Jenis cabai ini memiliki jumlah kromosom 2n = 24.
(2) Capsicum frutescens, cabai jenis ini mempunyai tangkai daun pendek, helai daun tungal berbentul ovale, pundak lebar, berwarna hijau atau agak cokelat-keunguan dan mengkilat. Bunganya tumbuh tunggal atau kadang-kadang bersifat fasciculate. Tangkai bunga tegak saat anthesis, tetapi dengan kuntum bunga yang merunduk. Mahkota bunga berwarna putih kehijau-hijauan tanpa
bintik kuning pada dasar cuping. Calyx tidak
bergelombang dan cuping bunga hampir rata. Daging buah umumnya lunak, dan posisi buah tegak ke atas. Biji berwarna kuning padi. Jumlah kromosom jenis cabai ini adalah 2n = 24. (3) Capsicum chinens, sifat tanaman cabai jenis ini hampir sama dengan capsicum annuum. Perbedaan hanya terletak pada sifat bunganya saja. Bunga Capsicum chinens berjumlah dua atau lebih pada setiap ruas, namun kadang-kadang tunggal, dan bersifat bunga majemuk. Tangkai bunga tegak atau
merunduk saat anthesis. Mahkota bunga berwarna putih
kehijauan, kadang-kadang berwarna putih susu atau ungu, tanpa bintik kuning
pada
dasar cuping bunga.
Pada
buah
matang,
posisi calyx
biasanya berlekuk. Daging buah renyah. Biji berwarna kuning jerami. Jumlah kromosom cabai jenis ini adalah 2n = 24. (4) Capsicum baccatum (capsicum baccatum var. Pendulum, cabai jenis ini mempunyai tangkai daun yang panjang. Bunga tumbuh tunggal, tangkai bunga tegak atau merunduk saat anthesis. Mahkota bunga berwarna putih kehijauan, terdapat bintik kuning atau hijau pada dasar cuping bunga. Pada
buah
matang,
posisi calyx mempunyai
lekukan.
Daging
buah
renyah, biji berwarna kuning mengkilat. Jumlah kromosom cabai jenis ini adalah 2n = 24. (5) Capsicum pubescens, cabai jenis ini mempunyai bunga tunggal, tangkai bunga tegak saat anthesis, tetapi bunga merunduk. Mahkota bunga berwarna ungu, namun ada yang berwarna putih pada ujung cuping, tanpa bintik kungin pada sarr cuping bunga. Pada buah matang, keadaan calyx tidak mepunyai lekukan. Biji berwarna hitam. Cabai jenis ini memiliki jumlah kromosom 2n = 24 (Rukmana, 2001).
Cabai
merah
komoditi hortikultura
(Capsicum yang
tergolong
annuum, L) tanaman
merupakan semusim.
salah
satu
Tanamannya
berbentuk perdu dengan ketinggian antara 70 – 110 cm. Ukuran dan bentuk buah pada umumnya besar dan panjang dengan berat buah bervariasi tergantung varietasnya
(Samadi,
2007).
Organ-organ
tanaman
yang
penting
pada
Batang cabai tumbuh tegak berwarna hijau tua dan berkayu.
Pada
tanaman cabai adalah sebagai berikut : a Batang
ketinggian batang tertentu akan membentuk percabangan seperti huruf Y. Batangnya berbentuk silindris, berukuran diameter kecil dengan daun lebar b Daun Daun cabai berbentuk lonjong yang berukuran panjang 8 – 12 cm, lebar 3 – 5 cm dan dibagian pangkal dan ujung daun meruncing.
Panjang tangkai
daunnya berkisar 2 – 4 cm yang melekat pada percabangan, sedangkan tulang daunnya berbentuk menyirip. c Akar Akar tanaman cabai tumbuh menyebar dalam tanah terutama akar cabang dan akar rambut. Bagian ujung akarnya hanya mampu menembus tanah sampai kedalaman 25 – 30 cm, oleh karena itu penggemburan tanah harus dilakukan sampai kedalaman tersebut agar perkembangan akar lebih sempurna. d Bunga Bunga cabai termasuk berkelamin 2, karena pada satu bunga terdapat kepala sari dan kepala putik.
Bunga cabai tersusun dari tangkai bunga
yang berukuran panjang 1 – 2 cm, kelopak bunga, mahkota bunga dan alat kelamin yang meliputi kepala sari dan kepala putik. e Buah Buah cabai jenis hibrida kebanyakan berbentuk memanjang yang berukuran panjang dan lebar sangat bervariasi, tergantung varietasnya. Buah cabai biasanya muncul dari percabangan atau ketiak daun dengan posisi buah menggantung. Berat cabai merah bervariasi sekitar 5 – 25 g.
Buah
cabai
oleh
masyarakat
banyak
penyedap berbagai masakan, oleh perusahaan
digunakan
sebagai
bahan
sebagai bahan baku industri
makanan seperti pada perusahaan mie instan, perusahaan makanan dan perusahaan sambal.
Minyak atsiri yang terkandung dalam cabai sangat
bermanfaat sebagai bahan baku obat-obatan karena bisa menyembuhkan berbagai penyakit seperti pegal-pegal, sesak nafas, obat kuat untuk kaum adam dan beberapa penyakit lainnya. Zat capsaicin yang terdapat dalam cabai bisa
merangsang
burung untuk mengoceh, sehingga buah cabai juga
dimanfaatkan sebagai campuran bahan makanan ternak. Dari segi gizi, ternyata buah cabai mengandung nilai gizi yang cukup tinggi seperti terlihat pada Tabel 2 (Suhardjo, 1986) Tabel 2. Kandungan Gizi Buah Cabai Tiap 100 g
Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI yang disitasi (Suhardjo, 1986). Untuk keadaan iklim yang dibutuhkan tanaman cabai, umumnya dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan + 2.000 m dpl. Temperatur yang
baik
untuk
pertumbuhan
antara
24
– 27ºC
sedangkan
untuk
pembentukan buah pada kisaran 16 – 23ºC. Cuaca yang panas dapat mengakibatkan serbuk sari menjadi mandul dan menurunkan pembentukan buah. Suhu siang hari yang tinggi (diatas 32ºC) mungkin menyebabkan transpirasi yang berlebihan yang selanjutnya diikuti dengan keguguran
tunas,bunga, buah serta mungkin buah mengalami luka bakar. Suhu tanah secara langsung berkaitan dengan penyerapan unsur hara terutama fosfor dan nitrogen. Penurunan suhu secara mendadak pada saat pembungaan (dibawah 16ºC) dapat juga mengakibatkan kegagalan pembentukan buah atau menghasilkan buah yang partenocarpi (Samadi, 2007). Pada umumnya tanaman cabai cukup sesuai pada daerah yang mempunyai curah hujan 600 – 1200 mm per tahun.
Curah hujan yang
berlebihan mempengaruhi pembungaan dan pembuahan dan mungkin juga mendorong pembusukan buah.
Sebaliknya bila kekurangan air dapat juga
mengakibatkan terjadinya keguguran diperlakukan sebagai pertanaman
yang
penggunaan
irigasi
tanaman
sangat
bunga. Cabai besar biasanya
yang suka terhadap air, sehingga sistem
intensif
tambahan
tunas dan
dan
selama
komersial
periode
biasanya
kering,
namun
melibatkan demikian
tanaman cabai tergolong netral terhadap panjang hari. Selanjutnya dikatakan oleh Samadi, 2007 bahwa dilihat dari keadaan tanah, ternyata tanah yang cocok untuk budidaya pertanian umumnya cocok pula untuk tanaman cabai. Namun yang ideal adalah jenis tanah Andosol, Latosol dan Regusol yang subur, gembur, kaya bahan organik, tidak mudah becek, bebas cacing/ nematoda dan penyakit tular tanah. Kisaran pH tanah yang ideal adalah antara 5,5 – 6,8 karena dibawah atau diatasnya akan menghasilkan produksi yang kurang baik. Tanaman cabai yang ditanam dari biji yang ditanam dipersemaian dan dipindahkan bila tinggi telah mencapai 8 – 10 cm, dengan jarak tanam 60 – 80 cm antar barisan dan 35 – 45 cm dalam barisan atau 50 – 60 cm X
50 –
60 cm. Buah pertama dipanen pada umur 50 – 80 hari setelah tanam, tergantung pada periode masak dari kultivar, dan pemetikan berlanjut sampai lebih dari 60 hari.
BAB 3. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa, Kecamatan , Kabupaten Jember, dan dilaksanakan pada hari Jumat, 23 November 2012.
3.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 3.2.1. Observasi dengan metode interview/ wawancara
Pengambilan data dilakukan dengan peninjauan dan pengamatan secara langsung ke lokasi serta objek-objek yang diteliti dengan berpedoman pada kuesioner. Disamping itu dilakukan interview/ wawancara dengan cara mengajukan daftar pertanyaan langsung atau secara lisan tentang pelaksanaan usahatani kepada petani pemilik cabai. 3.2.2. Pencatatan
Pengumpulan data sekunder dengan cara mencatat hal-hal yang berkaitan dengan penelitian, baik yang diperoleh dari data di lapangan, dari instansi terkait, maupun dari pustaka dan pakar.
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Profil Petani
Nama
: Suaib
Umur
: 52 tahun
Luas Lahan
: 2 hektar
Pendidikan
: SMA
Pengalaman bertani
: 35 Tahun
Alamat
: Kalisat
4.2 Pembahasan
Dalam menghasilkan cabai yang berkualitas dan produksi yang tinggi diperlukan manajemen yang baik serta tepat. Manajemen nerupakan suatu usaha pengelolaan dan perencaan suatu kegiatan yang akan dikerjakan maupun yang sudah dikerjakan. Manajemen ini diperlukan untuk menunjang pertumbuhan cabai agar perkembangannya maksimal dan memperoleh keuntungan yang tinggi pula. Manajemen cabai yang dilakukan oleh narasumber yaitu sebagai b erikut : 1. Persiapan Lahan Dalam persiapan lahan untuk budidaya cabai oleh narasumber yaitu dengan melakukan pembajakan menggunakan traktor pembajak tanah. Hal ini dilakukan untuk membuat tanah menjadi gembur, membuat udara dapat masuk dalam tanah, serta memudahkan penanaman. Dalam persiapan lahan juga dibuat saluran irigasi dan drainase, hal ini dimaksudkan agar dalam memudahkan dalam pengairan serta memudah dalam pembuangan air waktu berlimpah. Saluran tersebut memiliki ukuran panjang 3 m dan lebar 1 m, dengan kedalaman 50 cm. 2. Pembibitan Bibit yang ditanam oleh narasumber diperoleh dari penjual bibit cabai, dengan jenis benih unggul varietas TW. Bibit pindah ke lahan tanam pada umur 40 hari setelah semai. 3. Penanaman
Dalam penanamannya narasumber menerapkan sistem tanam sebagai berikut :
Jarak barisan
= 25 cm
Jarak lorongan
= 90 cm
4. Pemeliharaan Dalam pemeliharaan dilakukan dengan melakukan pendangiran di sekitar tanaman menggunakan cangkul agar gulma tidak tumbuh tinggi dan besar, hal ini dilakukan ketika tanaman cabai berumur kurang lebih 20 hari setelah tanam 5. Pengairan Pengairan waktu tanaman cabai dalam masa pertumbuhan vegetatif dilakukan dengan cara penyiraman, penyiraman dilakukan sehari sekali. Setelah cabai telah berbuah maka pengairan dapat dilakukan melalui saluran-saluran irigasi yang telah dibuat. 6. Pemupukan Pemupukan pada tanaman cabai yang dilakukan oleh narasumber yaitu dengan cara sebagai berikut :
Pemupukan 1 dilakukan pada waktu tanaman berumur 30 hst dengan menggunakan pupuk KCl + ZA + NPK + Phonska dengan perbandingan masing-masing yaitu 0,5 kw + 1 kw + 0,5 kw + 0,5 kw sehingga jumlah totalnya 2,5 kw.
Pemupukan 2 dilakukan pada waktu tanaman berumur 45 hst dengan dosis pupuk KCl + ZA + NPK + Phonska dengan perbandingan masing-masing yaitu 0,5 kw + 1 kw + 0,5 kw + 0,5 kw sehingga jumlah totalnya 2,5 kw.
Pemupukan 3 dilakukan pada waktu umur tanaman 60 hst dengan dosis pupuk KCl + ZA + NPK + Phonska dengan perbandingan masing-masing yaitu 0,5 kw + 1 kw + 0,5 kw + 0,5 kw sehingga jumlah totalnya 2,5 kw.
7. Pengendalian Hama Penyakit Tumbuhan Pengendalian hama penyakit tanaman yang diterapkan oleh narasumber yaitu dengan menggunakan cara mekanik saat melakukan pendangiran agar gulma tidak tumbuh dan dengan menggunakan pestisida kimia. Pengendalian hama
penyakit ini tergantung dari penyerangan hama tersebut terhadap tanaman cabai. Pestisida kimia yang digunakan diantaranya adalah sebagai berikut : a) Gandasil-D aplikasi dilakukan setiap 3 hari sekali saat hama penyakit menyerang sampai terlihat hama penyakit tidak menyerang lagi,dengan dosis 2-3 ml/L. b) Detan atau Benlate dilakukan juga dilakukan setiap 3 hari sekali saat hama penyakit menyerang sampai terlihat hama penyakit tidak menyerang lagi, dengan dosis 2-3 ml/L. 8. Panen Panen dapat dilakukan ketika tanaman berumur 85 hari setelah tanam, pemanenan ini dapat dilakukan sampai 18 kali panen,dengan interval pemanenan 4 hari sekali. Setelah itu tanaman cabai dapat diganti dengan tanaman cabai yang baru, karena tanaman cabai yang lama telah menunjukkan penurunan produktivitas yang sangat tajam, bahkan ada yang telah tidak berproduksi lagi. 9. Pasca Panen Setelah dilakukan panen, hasil panen dijual ketengkulak.
Analisis Usaha Tani Cabai
KEBUTUHAN
Pembajakan Pembuatan Drainase Pengairan (Air + Tenaga Kerja) Pembibitan Penanaman (Biaya Tenaga Kerja 25org) Pemeliharaan 1 (Pengolahan Tanah Untuk Menghilangkan Gulma) Pemupukan 1 (Pupuk KCl + ZA + NPK+Phonska) Pemupukan 2 (Pupuk KCl + ZA + NPK+Phonska) Pemupukan 3 (Pupuk KCl + ZA + NPK+Phonska)
Jumlah Biaya
Rp 1.500.000,00 Rp 1.000.000,00 Rp 500.000,00 Rp 750.000,00 Rp 500.000,00 Rp 1.500.000,00 Rp
500.000,00
Rp
500.000,00
Rp
500.000,00
Pengobatan (Gandasil D + Detan 45) Biaya Panen (Transport + Tenaga Kerja)
Rp 1.500.000,00 Rp 1.500.000,00 Rp
JUMLAH
10.250.000,00
Hasil Panen (harga cabe rata-rata Rp 6.000,-) Panen 1 : 0,5 kwintal Panen 2 : 1 kwintal Panen 3 : 1,5 kwintal Panen 4 : 2 kwintal Panen 5 : 2,5 kwintal Panen 6: 3 kwintal Panen 7: 4 kwintal Panen 8: 5 kwintal Panen 9 : 6 kwintal Panen 10 : 6 kwintal Panen 11:5 kwintal Panen 12 : 4 kwintal Panen 13 : 3 kwintal Panen 14 : 2,5 kwintal Panen 15: 2 kwintal Panen 16 : 1,5 kwintal Panen 17 : 1 kwintal Panen 18 : 0,5 kwintal JUMLAH
Laba
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
300.000,00 600.000,00 900.000,00 1.200.000,00 1.500.000,00 1.800.000,00 2.400.000,00 3.000.000,00 3.600.000,00 3.600.000,00 3.000.000,00 2.400.000,00 1.800.000,00 1.500.000,00 1.200.000,00 900.000,00 600.000,00 300.000,00 30.600.000,00
= Pendapatan – Biaya Yang Dikeluarkan = Rp 30.600.000,00 – Rp 10.250.000,00 = Rp 20.350.000,00
Dari hasil analisis usahatani cabai diketahui bahwa keuntungan kotor yang didapat oleh narasumber yaitu Rp 20.350.000,00. Ini meunjukkan manajemen yang dikerjakan oleh Pak Sueb cukup berhasil.
BAB 5. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan mengenai manajemen usahatani cabai maka didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Manajemen usahatani merupakan suatu usaha pengelolaanatau perencaaan suatu usaha budidaya tanaman mulai dari sebelum tanam sampai pemasaran. 2. Kegiatan yang dilakukan dalam manajemen suatu budidaya tanaman diantaranya yaitu mulai dari persiapan bibit, persiapan lahan, penanaman, pengairan, pemeliharaan, pemupukan, pengelolaan hama penyakit, panen, serta pemasarannya. 3. Usahatani yang dilakukan oleh Pak Suaib menunjukkan hasil yang baik, hal tersebut dikarenakan manajemen yang dikerjakan oleh Pak Sueb telah menerapkan inti-inti dari suatu manajemen usahatani. 4. Hasil keuntungan yang didapatkan oleh pak Suaib cukup tinggi, itu terlihat dari hasil keuntungan kotor yang diperoleh yaitu Rp 20.350.000,00.
DAFTAR PUSTAKA
Djuwari. 1993. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta. Rukmana, R. 2001. Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Kanisius. Yogyakarta. Samadi, B. 2007. Budidaya Cabai Merah Secara Komersial. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. Suhardjo, 1986. Pangan Gizi dan Pertanian. Penerbit Universitas Indonesia. Tohir, KA. 1991. Seutas Pengetahuan Usahatani Indonesia. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
LAMPIRAN
Budidaya Cabai di Kalisat
Cabai yang terserang penyakit cacar
Buruh Tani yang bekerja dalam pemanenan cabai
Bapak Suaib sebagai manager
Wawancara dengan Petani
Kami dan Petani