MAKALAH DIET UNTUK LUKA BAKAR
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhu Tugas Mata Kuliah Pendidikan Gizi dan Diet yang di Ampu oleh o leh Nina Indriyawati, MNS.
DISUSUN OLEH : KELAS 1 A1
ANITA KURNIASARI
(P1337420116039)
PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 2016/2017
1
PRAKATA
Atas berkat rahmad Allah yang Maha Esa saya telah menyelesaikan tugas penyusunan makalah mengenai diet untuk luka bakar yang merupakan salah satu materi yang harus diselesaikan pada semester dua ini. Semoga makalah yang saya susun dapat bermanfaat serta memberikan banyak informasi dan pengertian lebih banyak lagi mengenai apa itu diet untuk luka bakar Apabila masih terdapat beberapa kekurangan mengenai isi ataupun penulisan saya mahon maaf yang sebesar-besarnya.
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................i Kata Pengantar ..................................................................................................... ii Daftar Isi ............................................................................................................... iii Bab 1Pendahuluan A. Latar Belakang ................................................................................................ 1 B. Tujuan ............................................................................................................. 2 C. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2 Bab II Pembahasan A. Pengertian Luka Bakar .............................................................................. 3 B. Macam Luka Bakar ................................................................................... 3 C. Pengertian Diet Luka Bakar ........................................................................ 4 D. Alasan Diet Luka Bakar .............................................................................. 4 E. Akibat Luka Bakar ....................................................................................... 4 F. Makanan Diet Luka Bakar ........................................................................... 6 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................... 9 Daftar Pustaka ...................................................................................................... 10
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Luka bakar merupakan salah satu rasa nyeri yang sangat hebat yang dialamiseseorang yaitu rasa nyeri yang diakibatkan oleh terbakar. Sewaktu kejadian luka bakar, terjadi rasa sakit yang sangat hebat karena ujung – ujung dari saraf rusak sehingga menimbulkan perasaan sakit yang terus menerus.Luka bakar dapat disebabkan oleh panas, kimia, li st rik , c aha ya, at au ra di as i. Luka bak ar sa nga t berbahaya karena dapat menyebabkan kematian. Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khususyang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab (etiologi) dan anatomiluka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan o l e h c a i r a n y a n g p a n a s
( scald burn)
m e m p u n ya i
perbedaan
prognosis
dan
komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparanra di as i io ni sa si . Luka ba ka r ka re na ba ha n ki mi a me me rl uk an pe ngob at an yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau percikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko infeksi yang lebih besar da ri pa da di te mp at la in de ng an uk ur an yang
sama.
mempengaruhi
Luka
bakar
pada
kemampuan
kaki
fungsi
atau kerja
tangan klien
dapat dan
memerlukanteknik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Selain teknik pengobatan dan perawatan luka bakar yang baik, pa si en luka bakar juga membutuhkan nutrisi yang baik untuk mendukung penyembuhannya. G a n g g u a n n u t r i s i p a d a p a s i e n ya n g d i r a w a t da pa t di s eb ab ka n ka re na ke ad aa n penyakit penderita atau dapat juga
4
disebabkan kurangnya perhatian petugas kesehatan. "menurut pakar ahli gizi sekitar 75% persen status gizi pasien yangdirawat di rumah sakit mengalami penurunan. Karena itu pelayanan gizi pa si en,khususnya bagi penderita luka bakar, yang dirawat di rumah sakit perlu dilakukansecara dini agar dapat dilakukan upaya pemberian nutrisi yang diperlukan. Pemberian nutrisi bukan sekedar memberi makan, tapi juga harus memperhatikan kebutuhan gizi.
B.
Rumusan Masalah 1. Apa pengertian luka bakar? 2. Ada berapakah macam-macam luka bakar? 3. Apa yang dimaksut dengan diet luka bakar? 4. Mengapa dilakukan diet luka bakar? 5. Makanan sepertia apa yang sesuai untuk diet lika bakar?
C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian luka bakar 2. Mengetahui macam-macam luka bakar 3. Mengetahui pengertian diet luka bakar 4. Mengetahui alasan mengapa perlu dilakukan diet luka bakar 5. Mampu menyajikan makanan yang sesuai untuk diet luka bakar
5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Luka Bakar Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air panas (scald ), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) (Moenajat, 2001). Menurut World Health Organization, kelompok yang paling sering mengalami kejadian luka bakar adalah anak-anak. Luka bakar adalah penyebab ke-11 dari tingginya tingkat kematian anak-anak yang berusia 1 hingga 9 tahun dan juga menjadi penyebab ke-5 dari kecacatan atau kekurangan fisik pada anakanak.
B. Macam Luka Bakar Ditinjau dari penyebabnya, cedera luka bakar disebabkan oleh api 40%, air panas 30%, listrik 4%, bahan kimia 3%, dan sisanya oleh sumber panas yang lain seperti sinar UV, laser, dan lain-lain (Miller, S. F.,dkk., 2008) Berdasar kedalaman lukanya a. Derajat I, yaitu derajat luka bakar yang terjadi pada permukaan luar kulit atau bagian epidermis kulit dan disertai pelebaran pembuluh darah sehingga luka bakar terlihat kemerahan, kering, dan timbul rasa sakit atau perih. Contohnya adalah terbakar akibat terlalu lama terpapar sinar matahari. (Brunicardi et al ., 2005) b. Derajat II, yaitu luka bakar yang terjadi pada bagian epidermis dan dermis kulit dan membuat pembuluh darah di bawah kulit menjadi menumpuk dan mengeras. Pada derajat II, luka bakar terlihat kemerahan, timbul rasa sakit, bengkak yang di dalamnya berisi cairan. (Moenadjat, 2001). c. Derajat III, pada luka bakar derajat III ini panas membakar hingga permukaan yang lebih dalam dari dermis, yaitu jaringan subkutan.
6
Dapat dikatakan jika menderita luka bakar derajat III maka orang tersebut mengalami kerusakan seluruh sel kulit dan otot, serta pembuluh darah mengalami penggumpalan. (Moenadjat, 2001). d. Derajat IV, luka bakar semakin parah dan merusak jaringan tubuh yang semakin banyak, seperti otot, tendon, bahkan tulang. Pasien tidak akan merasakan rasa apapun karena pada tahap ini kerusakan sudah mencapai sel saraf. (Moenadjat, 2001).
C. Pengertian Diet Luka Bakar Makanan dan minuman adalah obat yang secara tidak langsung akan menunjang pengobatan dari suatu penyakit, sama seperti luka bakar. Pemilihan sumber makanan dan pengaturan makanan yang tepat dibutuhkan para pasien luka bakar untuk membantu penyembuhan serta pemulihannya. Bahkan, dapat dikatakan bahwa makanan adalah obat utama dalam proses pengobatannya. Pada dasarnya orang yang mengalami luka bakar telah banyak kehilangan energi, oleh karena itu makanan yang diberikan pada mereka haruslah yang tinggi akan energi dan kalori. Sehingaa, tidak heran jika pasien luka bakar minimal harus mengonsumsi makanan sebanyak 2500 kalori dalam sehari.
D. Alasan Diet Luka Bakar Untuk manajemen dukungan nutrisi pada pasien luka bakar maka ada beberapa hal yang harus diingat yakni bahwa nutrisi enteral harus sesegera mungkin diberikan untuk mengaktifkan aliran darah splanknik, dan aliran darah gastrointestinal agar tidak terjadi atropi dan mencegah terjadinya translokasi bakteri yang sering sekali timbul pada pasien luka bakar. Bila nutrisi enteral tidak dapat mencukupi kebutuhan pasien ini maka harus diperlukan tambahan dari nutrisi parenteral. ( Arifin Hasanul, 2012 )
E. Akibat Luka Bakar
7
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan bula yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga. Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurrang. Pembengkakkan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam. (dr. Safriani Yovita) Luka bakar terutama yang luas >20% menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan di dalam tubuh, di antaranya adalah gangguan metabolisme protein, KH dan lemak. Luka bakar juga menyebabkan terjadinya proses inflamasi, semakin berat kerusakan jaringan respon inflamasi yang muncul akan lama bertahan dan makrofag akan menghasilkan mediator inflamasi seperti sitokin, TNF-α dan sel fagosit nekrotik. Meningkatnya stress oksidatif juga menyebabkan produksi radikal
bebas
meningkat
dan
penurunan
kadar
trace
element (Sjamsyuhidayat,2002). Stress oksidatif menyebabkan kerusakan jaringan sekunder dan mengganggu fungsi imun setelah luka bakar (Rock,1997; Khorasani, 2008). Inflamasi yang tidak terkendali menyebabkan inflamasi sistemik dan penekanan sistem imun yang sangat berbahaya karena akan berkembang menjadi SIRS dan MODS (Monadjat, 2009). Stres
oksidatif
ketidakseimbangan
akibat
antara
luka
Reactive
bakar Oxygen
akan Species
menyebabkan (ROS)
dan
antioksidan endogen. Kadar MDA pada luka bakar akan meningkat sesuai
8
intensitas oksidatif, sehingga MDA akan akan berkurang bila sistem pertahanan baik (Gayatri, 2010). Albumin merupakan sumber antioksidan hewani yang berfungsi sebagai pengikat radikal sehingga berperan dalam proses pembersihan dan penangkapan ROS (Sunatrio, 2003). Kapsul ekstrak
F. Makanan Diet Luka Bakar Pemilihan makanan yang tepat tidak hanya mengembalikan energi yang hilang dari pasien luka bakar, tetapi juga membantu memperbaiki kerusakan jaringan yang terjadi. Tanpa diet yang baik, maka pasien luka bakar justru akan semakin kritis, kekurangan energi, dan kerusakan jaringan yang terjadi akan bertambah parah. Pemberian dan komposisi dari makanan juga tergantung dengan derajat luka bakar yang diderita, semakin tinggi derajat luka bakarnya maka semakin tinggi kebutuhan akan zat gizinya. Untuk menentukan waktu dimualinya pemberian nutrisi dini pada penderita luka bakar, masih sangat bervariasi, dimulai sejak 4 jam pascatrauma sampai dengan 48 jam pascatrauma. ( dr. Safriana Yovita ) Pada kasus sakit kritis support nutrisi dimulai dengan start low, go slow, end slow. Kasus ini pada awalnya diberikan diet bubur saring 2000 kkal (± 70% dari kebutuhan total). Pada hari rawatan ke-36 di ICU nutrisi enteral diganti dengan formula komersial EnsureR + NeomuneR (1800 kalori + 90 gram asam amino) kombinasi dengan parenteral nutrisi 1250 kalori dan glutamin, sehingga total kalori adalah 2400 kalori + 118 gram asam amino. Dibandingkan dengan diet bubur saring, maka formula komersial memberikan keuntungan karena disiapkan dalam bentuk yang uniform, aseptik, steril, mudah diberikan, kurang untuk risiko kontaminasi, tidak mengandung laktosa. Sehingga lebih aman dan lebih hemat dibandingkan dengan blenderized formula blender.( Gallagher-Allred C., dkk., 2002 ) Diet yang seimbang antara jumlah protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin yang adekuat diperlukan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh
terhadap
patogen
dan
menurunkan
risiko
infeksi.
9
Pembedahan, infeksi luka yang parah, luka bakar dan trauma, dan kondisi defisit nutrisi meningkatkan kebutuhan akan nutrisi. Kurang nutrisi dapat meningkatkan resiko infeksi dan mengganggu proses penyembuhan luka. Sedangkan obesitas dapat menyebabkan penurunan suplay pembuluh darah, yang merusak pengiriman nutrisi dan elemen-elemen yang lainnya yang diperlukan pada proses penyembuhan. Selain itu pada obesitas penyatuan jaringan lemak lebih sulit, komplikasi seperti dehisens dan episerasi yang diikuti infeksi bisa terjadi (DeLaune & Ladner, 2002). Berikut adalah kebutuhan zat gizi secara umum untuk pasien luka bakar: 1.
Protein
Kekurangan protein dapat mengganggu pembentukan kapiler, proliferasi fibroblast, sintesis proteoglycan, sintesis kolagen, dan remodeling luka. Kekurangan protein juga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, dengan akibat menurunnya fagositosis leukosit dan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi (Arnold et al ., 2006). Menurut Asosiasi Dietisien Indonesia, protein yang dibutuhkan pasien luka bakar dalam sehari yaitu sekitar 20-25% dari kebutuhan kalori total. Jika kebutuhan protein tidak dipenuhi akan menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh, kehilangan massa otot yang cukup banyak, serta memperlambat proses penyembuhan. Ikan gabus diketahui mempunyai senyawa-senyawa penting bagi tubuh manusia, di antaranya protein yang tinggi, lemak, air dan mineral, sehingga bisa menjadi alternatif suplemen yang dapat meningkatkan status gizi. Keunggulan ikan gabus dibandingkan dengan produk lainnya adalah pada kelengkapan komposisi asam amino dan kemudahannya untuk dicerna (Taslim,2005).
2.
Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber gula yang digunakan tubuh sebagai sumber energi utama. Proses penyembuhan luka bakar membutuhkan energi yang cukup besar, oleh karena itu dibutuhkan sumber energi
10
tubuh yang juga cukup banyak untuk menunjang hal tersebut. Sumber energi didapatkan dari karbohidrat, sehingga pasien dengan luka bakar memerlukan sebanyak 50 hingga 60 persen karbohidrat dari total kalori dalam sehari. Bila kebutuhan dari pasien luka bakar tersebut adalah 2500 kalori, maka jumlah karbohidrat yang harus dikonsumsi dalam sehari adalah 312 sampai 375 gram. Jika karbohidrat tidak terpenuhi, maka energi yang dihasilkan akan berkurang, atau malah tubuh akan mengambil sumber protein – yang seharusnya melakukan perbaikan jaringan, sebagai sumber energi, pengganti karbohidrat.
3.
Lemak
Kebutuhan lemak untuk pasien luka bakar tidak terlalu tinggi seperti protein dan karbohidrat. Lemak memang dibutuhkan tubuh untuk proses penyembuhan dan sebagai ekstra cadangan energi untuk meningkatkan proses metabolisme. Tetapi terlalu banyak lemak yang dimakan malah akan berdampak buruk bagi kesehatan. Lemak yang terlalu tinggi mengakibatkan peradangan di dalam tubuh dan menurunkan sistem imun, sehingga penyembuhan akan semakin sulit dilakukan. Jumlah lemak yang dibutuhkan dalam sehari adalah 1520% dari total kalori. Lebih baik mengonsumsi sumber lemak yang baik, yaitu makanan dengan lemak tidak jenuh tinggi seperti kacang, alpukat, minyak zaitun, dan ikan. 4.
Vitamin dan mineral
Tidak hanya zat gizi makro yang diperlukan, tetapi berbagai zat gizi mikro juga diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan. Pemberian vitamin A, B, C, dan D dalam jumlah tinggi sangat dianjurkan bagi pasien luka bakar. Selain itu, mineral yang juga dibutuhkan dalam jumlah yang cukup banyak adalah zat besi, seng, natrium, kalium, fosfor, dan magnesium. Makanan seperti daging sapi, hati sapi, daging ayam tanpa kulit, merupakan sumber yang baik untuk vitamin A, zat besi dan seng. Sedangkan vitamin C bisa didapatkan dari berbagai buah-buahan.
11
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 1. Luka bakar adalah luka pada kulit yang disebabkan oleh sesuatu yang panas, sehingga membakar kulit dan meninggalkan luka. 2. Macam luka bakar di bedakan menjadi embat derajat keparahan yaitu derajat 1,2,3,dan 4. 3. Diet luka bakar adalah pemilihan sumber makanan dan pengaturan makanan yang tepat dibutuhkan para pasien luka bakar untuk membantu penyembuhan serta pemulihannya. 4. Diet luka bakar di tujukan untuk mengembalikan energi yang hilang dari pasien luka bakar, dan membantu memperbaiki kerusakan jaringan yang terjadi. 5. Makan yang sesuai untuk diet luka bakar untu masing- masing nutrisi adalah berbeda seperti karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin.
12
Daftar Pustaka Miller, S. F., Bessey, P., Lentz, C. W., et al .. National Burn Repository 2007 report: A synopsis of the 2007 call for data. Journal of Burn Care & Research, 2008 29(6). p.862 – 870. ,
Gallagher-Allred C, Deering CP, Dorner B. Jour15. nal of Parenteral and Enteral Nutrition.2002; 26(1): 40-46 Tanchoco CC, et al. Respirology. 2001; 6: 16. 43-50. Sullivan MM, et al. J Hosp Infect . 2001;49: 268-17. 273 Sofyan Effendy1, Agussalim Bukhari2, Nurpudji A. Taslim pengaruh zink, vitamin c, dan ekstrak ikan gabus terhadap keseimbangan nitrogen pasien luka bakar grade ii a-b.2015,. Jurnal Ilmu Gizi Klinis, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar Syuma Adhy Awan,Nurpudji Astuti, Agussalim Bukhari, Meta Mahendradatta Abu Bakar Tawali., 2014., manfaat suplementasi ekstrak ikan gabus terhadap kadar albumin, mda pada luka bakar derajat ii ,. Jurnal Bagian Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar. Suharjono, Sakinah Annura, Iswinarno Doso Saputro, dan Dwi Rahayu Rusiani ,. 2016,. jurnal evaluasi penggunaan albumin pada pasien luka bakar di rsud
dr.
Universitas
Soetomo.,Departemen
Farmasi
Airlangga.,Departemen
Ilmu
Klinik,
Fakultas
Farmasi
Bedah
Plastik,
Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga.,Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Noer, S.M., Saputro, D.I., and Perdanakusuma D.S., 2006. Penanganan Luka Bakar Surabaya: Airlangga University Press. .
Cucereanu-Badica, L, Luca-Vasiliu L.,Grintescu L., Lascar I.. The Correlation Between Burn Size and Serum Albumin Level in The First 48 Hours After BurnInjury. Jurnal Roman de Anastezie Terapie Intensiva, 2013,Vol.20 No.1 p.5-9. Cucereanu-Badica, L, Luca-Vasiliu L., Grintescu L., Lascar I.. The Correlati on Between Burn Size and Serum Albumin Level in The First 48 Hours After Burn Injury. Jurnal Roman de Anastezie Terapie Intensiva, 2013,Vol.20 No.1 p.5-9.
13