ANYAMAN BAMBU Pr ose oses Pembuatan Pembuatan An yaman Bambu B ambu :
Tu dung saji saji
Pengolahan bambu untuk anyaman adlah denga menebag pohon bambu, kemudian diraut dan dihaluskan baik kulit maupun isi, lalu dikerigkan dan kemudian dianyam. Bambu yang sudah diolah dapat dipergunakan untuk membuat apa yang diinginkan perajin,seperti pembuat raga da peralatan menangkap ikan seperti lukah, belat, sangkar/sangkar ayam,sangkar burung, penampi bersa dan sebagainya. Disamping itu, cara pembuatan anyama bambu yang lain, yang merupakan inovasi produksi perajin adalah · Bambu yang dipergunakan adalah bambu bambu dewasa berukuran besar dan dan sama panjang ruasnya. · Dilakukan pembekahan atau dibelah dan diserut diserut hingga hingga tipis lalu dijemur hingga hingga kering · Bambu yag yag tipis dibetuk dengan meganyam dan diikat dengan dengan rotan yang sudah diraut halus · Pekerjaan akhir akhir adalah memberi zat pengkilat pengkilat dengan dengan meggunakan vernis atau pelitur Di Kabupaten Kuantan Singigi anyaman bambu ini sudah dikembagkan sebagai suatu usaha kerajinan membuat barang-barang yang bersifat aksesoris yang dekoratif. Produknya antara lain tempat buah, tempat tisu, kap lampu, dan sebgainya. Di D esa Petapahan, Petapahan, Kabupate Kabu paten n Kampar , cara mengolah bambu untuk pembuatan tudung saji mempunyai cara tersediri yaitu : · Batang bambu yang yang diperluka diperluka adalah yang masih muda, muda, berdiameter besar dan dan beruas panjag. · Pohon di tebang dan di kerat-kerat sesuai ukura ruasya. · Bagian luar da daging daging bambu dibuang sehingga tinggal tinggal dibagian dalam yag yag telah tipis. · Bagian yang yang tipis ini di di panaskan di perapian sehingga sebagian dalam bambu yang yang lain licin menjadi paring dan terkelupas dengan sendirinya. · Kemudian bambu dibelah sehingga menjadi lembaran yag yag tipis.
· Lembaran yang tipis/paring itu dicuci dan dan dijemur dijemur degan degan panas panas matahari sampai kerig agar menghasilka bentuk melengkung. · Setelah kering, kering, paring tersebut dikerat-kerat sesuai dengan dengan ukura ukura tudung tudung sajai yang diinginka. · Paring disususun bertinding atau berlapis dan dijahit satu sama lainnya dengan menggunakan kolindang benang hingga terbentuk bulatan cekung. · Pada bagian bagian dalam dilapis dengan dengan daun sangai mengikuti mengikuti bentuk dari susunan pahing yag yag sudah diikat dan di jahit. · Pada ujung ujung sekeliling lingkaran diberi bingkai dari rotan yang sudah dikupas kulitanya, kulitanya, da terbentuklah sebuah tudung saji. · Proses seterusnya adalah membuat membuat lukisan dasar ornamet denga denga menggunkan alat tulis kalam atau saga, yaitu alat tulis yang terbuat dari lidi pohon enau. Sedangkan bahan tinta adalah campuran dari getah jeruk dengan jelaga atau ara g lampu teplok/pelita. · Selesai diwarnai, mka jadilah tudung saji yang yang diinginkan. Dalam perkembanganya, Kerajinan tudung saji ini sudah dijadikan barang cenderamata dengan ukururan bervariasi, antara lain sebagai hiasan dinding dan lain sebagainya, dan banyak diminati oleh pembeli baik dari dalam maupu luar luar negeri.
LUKIS KACA CIREBON
Membuat lukis kaca sangatlah mudah, hanya saja harus extra teliti. Ada banyak hal yang harus dipahami: 1. Dengan ketelitian Pelukis Kaca harus mampu untuk menghindari kesalahan dalam pengecatan, apalagi dalam Lukisan Kaca Cirebon dikenal dengan penggunaan Gradasi warna atau pewarnaan yang menganut Gelap ke Terang dan Terang ke Gelap. Keteilitan dalam menggoreskan kwas agar tidak menabrak kontour (garis gambar), ketelitian dalam mencampur/mengoplos warna dan ketelitian dalam menentukan ragam hias. 2. Dengan keterampilan Pelukis Kaca dituntut untuk bisa berkreasi dalam menciptakan desain dengan kekayaan ragam hias. Tanpa keterampilan yang dimiliki , mustrahil akan menciptakan karya yang indah dan enak dipandang. Tanpa keterampilan yang dikuasai, tidaklah mudah menciptakan kreasi-kreasi baru yang mampu melahirkan daya pesona. 3. Dengan kesabaran Pelukis Kaca harus mampu menahan emosional berkarya tanpa rencana, karena kesabaran itu justeru akan memacu dalam mengekploitir imajinasi menjadi ide dan kreatifitas yang maksimal. Dalam hal melukis diatas kaca dengan media yang licin, maka kesabaran kita dimulai sejak awal menggoreskan pena atau rapido yang sangat menentukan kelenturan garis yang dibuat. Selanjutnya kesdabaran terus dituntut ketika memulai pengisian cat dengan gradasi warna, satu sama lain harus mempunyai jeda waktu untuk menghindari percampuran warna yang tidak diinginkan. Dengan memiliki 3 (tiga) hal tersebut diatas, barulah kita bisa mencoba dasar-dasar teknik melukis kaca Cirebonan yang kami urutkan secara sederhana sehingga mudah untuk dipraktekan, sebagai berikut : 1. Membuat Desain Gambar. Membuat Desain Gambar tidaklah semudah yang kita perkirakan, karena gambar-gambar gaya Cirebon memiliki ragam hias yang spesifik. Untuk itulah sebaiknya mencari contoh gambar yang baku, seperti Motif Wayang misalnya. Motif Wayang yang kita pilih pindahkan ke kertas gambar lain yang ukurannya sudah ditentukan. Kemudian buatlah ragam hias dengan mengkombinasikan Mega Mendung atau Wadasan sebagai hiasan depan maupun latar bagian belakang. Ketika jadi maka Wayang akan dikelilingi ragam hias khas Cirebonan yang menarik dan siap diisi cat dengan gradasi warna yang dipilih.
2. Memindahkan Gambar ke Media Kaca. Memindahkan Gambar ke Media Kaca dengan meletakan kertas desain dibalik kaca dan memindahkannya dibagian muka dengan pena atau rapido warna hitam. Kontour (garis gambar) yang dibuat haruslah lentur tanpa tyerputus-putus, agar nati ketika diiisi cat maka kontour itu sebagai pembatas yang mampu menahan lelehan cat basah. Gaya Klasik pada Lukisan Kaca Cirebon garis gambar bisa bermacam warna karena menggunakan pena dengan cat langsung. Berbeda dengan Gaya Modern yang menggunakan rapido dalam pembuatan kontour (garis Gambar) hanya berwarna hitam. 3. Mengisi Cat pada bidang gambar.
Mengisi Cat pada bidang gambar yang telah berisi kontour-kontour , maka warna pertama yang dipoleskan diatasnya (dengan catatan bahwa kita telah menentukan Warna Gelap ke Terang atau sebaliknya). Hati-hati agar tidak menabrak batas garis (tidak meleber keluar garis), polesan haruslah halus dan konstan (dengan tekanan kwas yang sama). Jika warna pertama selesai, biarkan beberapa menit untuk mengeringkan cat. Kemudia n lakukan kembali pengecatan dengan warna kedua dan seterusnya hingga selesai. Harus diingat Gradasi warna khas Cirebonan akan tampil indah jika tidak saling bercampur, artinya garis warna tegas, sama tebal dan sesuai urutan warna. 4. Mewarnai Ragam Hias. Mewarnai Ragam Hias biasanya setelah selesai mewarnai objek utama, hal ini agar dapat memberikan nuasa warna yang mempunyai image 3 dimensi. Teknik seperti ini penekanannya pada pemilihan warna yang lebih tua dan tegas untuk ragam hias bagian depan objek. Sementara ragam hias bagian belakang objek, lebih ditekankan pada warna-warna bias, yang memberikan kesan jauh sehingga image 3 dimensi dapat terpenuhi. Ornamen Mega Mendung harus diletakan dibagian atas, yang dimaksudkan untuk memberikan kesan langit dan awan. Dan Ornamen Wadasan diletakan dibagian bawah atau dasar yang memberikan kesan tanah atau bebatuan. Singkatnya Objek Wayang akan dikelilingi ragam
hias bagian bawah, atas , depan,belakang , kiri dan kanan, sesuai dengan aturan teknik melukis kaca Cirebonan umumnya. 5. Membuat Latar Bagian Belakang Gambar (Background). Latar Bagian Belakang (Background) diperuntukan untuk mengisi kekosongan bagian belakang untuk mendapatkan gambar yang terkesan penuh, Biasanya menggunakan 2 (dua) cara, pertama dilakukan pada media kaca yang sama dan kedua dilakukan pada media tripleks penutup. Cara yang kedua itulah yang memberikan kesan 3 Dimensi, karena ada jarak diantara kaca dan tripleks penutup. Umumnnya gambar yang dibuat sebagai background berupa polesan semprotan phyloc beragam warna dan tipis atau menggunakan bantuan tali rafia yang diususun berjejer dan disemprot phyloc warna. 6. Memasang Bingkai. Memasang Bingkai pada umumnya sama dengan pemasangan bingkai pada lukisan lainnya. Bingkai akan dipasang ketika Lukisan kaca yang dibuat sudah cukup kering. Pemberian penutup tripleks yang berisi gambar background harus diberikan jarak beberapa milimeter dari kaca berisi gambar utama. Bingkai bagian belakang yang telah tertutup harus diberi lakban agar rapih dan jan gan lupa gantungan plus talinya di pasangkan.
CARA PEMBUATAN ULOS
Ulos merupakan salah satu karya orang batak yang sangat tinggi nilainya. Ulos biasanya digunakan untuk acara-acara adat orang batak, dan sangat bernilai tinggi. Ulos biasanya diberikan berdasarkan motto orang batak yaitu “DALIHAN NATOLU”. dalam memberikan Ulos, tidaklah boleh sembarangan, harus mengikuti beberapa ketentuan seperti boru tidak boleh mangulosi Tulang atau amana, tetapi yang memberikan ulos adalah Tulang atau Amang kepada Boru atau bere. Kedudukan seseor ang dapat diketahui berdasarkan Ulos yang diberi atau yang diterimannya. itulah sekilas fungsi Ulos Bagi Orang batak. Dengan nilai yang sangat tinggi itu, bagaiman.akah orang batak membuat ulos itu? Ulos biasanya dikerjakan oleh para kaum ibu-ibu maupun anak gadis di kampung, tapi disebagian wilayah seperti Porsea tepatnya SIGAOL pembuatan ulos bukan hanya pekerjaan perempuan, tapi juga sudah mulai merambah ketangan laki-laki dan hasilnya sama dengan yang dijkerjakan oleh para perempuan. Pembuatan Ulos harus melalui beberapa tahap. yang pertama mangunggas atau menghaluskan benang supaya halus dan tidak mudah putus. dalam tahap ini diperlukan pangunggasan (terbuat dari bambu yang panjang mencapai 1.5-2 m, 1 buah bambu bulat kecil dengan panjang sekitar 0.5m dan satu lagi bambu bulat besar dengan panjang sekitar0.8 m dan sebuah besi dengan panjang 0.8m, unggas (ter buat dari ijuk namun sekarang sudah mulai diganti bengan brus kain) dan nasi yang telah dilumatkan dengan daun bambu sehingga bengang bisa lebih keras dan kuat serta lurus dan licin sehingga tidak ada bulu-bulu dan tuidak mudah putus ketika manghulhul, mangani dan martonun. Setelah di unggas kemudian dihulhul yaitu mengulung benang ke kaleng, kaleng yang digunakan adalah k aleng susu atau kaleng cat ukuran satu liter supaya mudah dipegang dan ringan diputar serta mudah disusun. setelah benang yang digulung sudah cukup untuk pembuatan satu ulos, kemudian di lanjut ke langkah mangani yaitu membuat bentuk dasar ulos tersebut. disini diperlukan giun atau benang nilon untuk mengangkat sebagian benang sehingga ulos bisa terbentuk. Setelah benang siap diani, kemudian ditotar/dilebarkan kedalam partonunandan sudah bisa ditenun untuk membuat ulos.
Dalam membuat ulos/martonun juga diperlukan ipahan, benang yang digulung keatas sebuah lidi dengan panjang sekitar 30-35 cm yang dibutuhkan untuk membuat ulos yang ditenun. Semua hal yang diatas sangat perlu dalam membuat sebuah ulos dan tidak ada yang bisa dinomorduakan, semuanya sangat penting. Setelah siap ditonun, kemudian disirat (dibuat corak) sehingga cantik seperti yang digunakan dalam upacara adat orang batak.
Dalam hal martonun dan manirat itu tidak dikerjakan oleh satu orang. Namun setelah s elesai ditonun kemudian dijual dan pembeli membuat coraknya/manirat. kemudian dijual kepada konsumen yang ingin menggunakannya
NOKEN PAPUA
Noken adalah sejenis tas tradisional Papua yang terbuat dari kulit kayu Genemo (Mogokof). Noken merupakan kerajinan tangan khas Papua. Ada 250 etnis dan bahasa di Papua, namun semua suku memiliki tradisi kerajinan tangan Noken yang sama. Noken biasa dipakai untuk membawa barang seperti kayu bakar, tanaman hasil panen, sampai barang barang belanjaan. Noken yang kecil biasa dipakai untuk membawa kebutuhan pribadi. Tak hanya itu, Noken juga dipakai dalam upacara dan sebagai kenang-kenangan untuk tamu. Cara pembuatannya: Ambil kulit kayu yang sudah diambil dari hutan, ditumbuk, kemudian dilakukan proses pengawetan yaitu dengan merendam ke dalam air agar serat kayu bertambah kuat. Lalu kulit kayu dipilin menjadi benang seperti tali kecil ( string ). Selanjutnya, tali kecil tersebut dianyam menjadi Noken. Saat menganyam dibentuk suatu “cincin” lalu diikat menjadi simpul mati. Di daerah Paniai, Noken diberi hiasan agar semakin menarik. Hiasan ini terbuat dari kulit pohon anggrek baik yang berwarna kuning emas atau pun yang berwarna hitam. Noken terbuat dari bahan alami yang ramah lingkungan. Tak hanya terbuat dari kulit kayu, Noken juga dibuat dari benang katun, bahkan dari benang wol.
LAKUER (LEKER) PALEMBANG | HIASAN KERAJINAN TANGAN PALEMBANG
Ada kerajinan Lakuer/Leker diadopsi dari istilah bahasa inggris lacquer yaitu bahan damar yang dihasilkan oleh sejenis serangga bernama laccifer lacca . Tumbuhan tempat bertenggernya serangga ini banyak ditemukan di Jepang, Tiongkok dan daerah pegunungan Himalaya. Orang Jepang menyadapnya dari pohon tersebut sekali dalam 10 tahun. Di Sumatera Selatan pohon tersebut dikenal dengan nama pohon kemalo. Dalam proses pembuatan Lakuer/Leker Palembang ini, pengrajin mengoperasikan bubut untuk membentuk sebongkah kayu menjadi bulat atau sili ndris. Sedang bentuk kotak atau dinding pemisah (sketsel dak perlu pembubutan, cukup dengan membentuknya dari bilah bilah papan kayu yang terbaik untuk bahan baku sesungguhnya mahoni. Tapi untuk saat ini perajin mulai beralih ke tambesu sebab mahoni sulit didapat. Selanjutnya permukaan lakuer dihaluskan dengan ampelas diberikan warna dasar dengan oker, lantas dijemur sampai kering. Lubang-lubang didempul kembali diampelas barulah mereka membubuhkan lukisan dengan tinta china. Motif hiasannya biasa terinspirasi oleh lekuk-lekuk di alam seperti tumbuhan bunga dan sebagainya. Ragam hias yang telah dilukis biasanya diwarnai merah kesumba, merah darah hit am dan emas (prada). Warna dasar yang digunakan hitam dan merah kesumba. Terakhir dilakukan bal yaitu dipoles agar permukaannya berkilauan supaya cat tahan lama dan kelihatan cemerlang perajin melapisinya lagi dengan cairan serlak vernis lalu dijemur kembali.
Kain Sasirangan, kerajinan khas daerah Kalimantan Selatan
Kain sasirangan yang merupakan kerajinan khas daerah Kalimantan Selatan (Kalsel) menurut para tetua masyarakat setempat, dulunya digunakan sebagai ikat kepala (laung), juga sebagai sabuk dipakai kaum lelaki serta sebagai selendang, kerudung, atau udat (kemben) oleh kaum wanita. Kain ini juga sebagai pakaian adat dipakai pada upacara-upacara adat, bahkan digunakan pada pengobatan orang sakit. Tapi saat ini, kain sasirangan peruntukannya tidak lagi untuk spiritual sudah menjadi pakaian untuk kegiatan sehari-hari, dan merupakan ciri khas sandang dari Kalsel. Di Kalsel, kain sasirangan merupakan salah satu kerajinan khas daerah yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Kata “Sasirangan” berasal dari kata sirang (bahasa setempat) yang berarti diikat atau dijahit dengan tangan dan ditarik benangnya atau dalam istilah bahasa jahit menjahit dismoke/dijelujur. Kalau di Jawa disebut jumputan. Kain sasirangan dibuat dengan memakai bahan kain mori, polyester yang dijahit dengan cara tertentu. Kemudian disapu dengan bermacam-macam warna yang diinginkan, sehingga menghasilkan suatu bahan busana yang bercorak aneka warna dengan garis-garis atau motif yang menawan.
Proses Pembuatan Kain Sasirangan
Pertama menyirang kain, Kain dipotong secukupnya disesuaikan untuk keperluan pakaian wanita atau pria. Kemudian kain digambar dengan motif-motif kain adat, lantas disirang atau dijahit dengan tangan jarang-jarang/renggang mengikuti motif. Kain yang telah dijahit, ditarik benang jahitannya dengan tujuan untuk mengencangkan jahitannya, sehingga kain mengerut dengan rapat dan kain sudah siap untuk masuk proses selanjutnya. Kedua penyiapan zat warna, Zat warna yang digunakan adalah zat warna untuk membatik. Semua zat warna yang untuk membatik dapat digunakan untuk pewarnaan kain sasirangan. Tapi zat warna yang sering digunakan saat ini adalah zat warna naphtol dengan garamnya. Bahan lainnya sebagai pembantu adalah soda api (NaOH), TRO/Sepritus, air panas yang mendidih. Mula-mula zat warna diambil secukupnya, kemudian diencerkan/dibuat pasta dengan menambahkan TRO/Spirtus, lantas diaduk sampai semua larut/melarut. Setelah zat melarut semua, kemudian ditambahkan beberapa tetes soda api dan terakhir ditambahkan dengan air panas dan air dingin sesuai dengan keperluan. Larutan harus bening/jernih. Untuk melarutkan zat warna naphtol sudah dianggap selesai dan sudah dapat dipergunakan untuk mewarnai kain sasirangan. Untuk membuat warna yang dikehendaki, maka zat warna naphtol harus ditimbulkan/dipeksasi dengan garamnya. Untuk melarutkan garamnya, diambil sesuai dengan keperluan kemudian ditambahkan air panas sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk kuatkuat sehingga zat melarut semua dan didapatkan larutan yang bening. Banyaknya larutan disesuaikan dengan keperluan. Kedua larutan yaitu naphtol dan garam sudah dapat dipergunakan untuk mewarnai kain sasirangan, yaitu dengan cara pertama-tama mengoleskan/menyapukan zat warna naphtol pada kain yang telah disirang yang kemudian disapukan lagi/dioleskan larutan garamnya sehingga akan timbul warna pada kain sasirangan yang sudah diolesi sesuai dengan warna yang diinginkan. Setelah seluruh kain diberi warna, kain dicuci bersih-bersih sampai air cucian tidak berwarna lagi. Kain yang sudah bersih, kemudian dilepaskan jahitannya sehingga terlihat motif-motif bekas jahitan diantara warna-warna yang ada pada kain tersebut. Sampai disini proses pembuatan kain sasirangan telah selesai dan dijemur salanjutnya diseterika dan siap untuk dipasarkan.
Pembuatan Cobek Batu Alam Cara Traditional Pada tahun sebelum tahun 1990an, seluruh proses pembuatan Cobek / Cowet dari Batu Alam Gunung Merapi dilakukan hanya dengan menggunakan alat-alat pahat sederhana. Seluruh proses pembuatan Cobek dilakukan hanya dengan tenaga manusia, dalam hal ini tenaga tangan dengan palunya.
Penghalusan Bagian Luar Cobek: Dicuplik Belah dan Potong : Bahan Baku Batu Andesit / Batu Alam Merapi pert ama-tama dibelah menjadi ukuran-ukuran yang cukup untuk ukuran cobek tertentu. Biasanya ukuran ti ngginya sekitar 10 -15 centimeter sedang ukuran luasnya mengikuti dari bahan baku batu itu sendiri. Standardnya setiap batu besar dijadikan ukuran antara 20 – 30 centimeter, karena kebanyakan yang laris diukuran ini. Kalau hasil pembelahan tidak begitu bagus, dan masih menyisakan batu dalam bentuk yang gak rata, bisanya batu dicuplik (pake besi tempa dengan ujung kecil dan panjang) terlebih dahulu sehingga batu lumayan memilik “bentuk”. Ditatah, dan diukur : Dengan menggunakan tatah (besi tempat bebentuk pipih lebar ujungnya), satu muka dari batu dihaluskan secara kasar sehingga satu muka (luas) luma yan jadi datar. Biasanya ini juga masih dibantuk dengan cuplik, supaya penatahan lebih mudah. Setelah dirasa cukup datar, batu diukur dan diblat dengan jangka (membikin lingkaran) dengan ukuran tertentu, dan kemudian dibentuk menjadi bulat menggunakan tatah. Dan tentunya bulat dari batu ini masih kasar.
Alata Pahat Cobek Batu Alam Traditional: Tatah (Atas), Cuplik (Bawah) Pembuatan Cekungan Cobek : Bagian yang datar (luas) dihaluskan pinggir-pinggirnya kembali dengan tatah (lebih halus dari sebelumnya), kemudian dengan jangka, dibuat lingkaran dalam, lalu bagian dalam yang tidak lebih dari lingkaran dicuplik untuk dibuat semacam cekungan. Setelah proses cekungan terbentuk, lalu dihaluskan dengan tatah. Nah, Bentuk Cobek sudah keliatan, namun bagian luar belum terbentuk Penghalusan bagian luar : Karena bagian dalam sudah terbentuk dan sudah dihaluskan dengan tatah, maka yang tersisa adalah bagian luar yang masih kasar, Sama dengan bagian dalam, bagian luar ini dicuplik dan kemudian dihaluskan dengan tatah sampai terbentuk cobek yang sesungguhnya. Biasanya cobek / cowet yang dikerjakan dengan cara manual dan murni traditional ini, masih diperlukan digosok dengan batu gosok agar hasil tatahan lebih halus. Seringkali juga bentuknya tidak terdapat kaki-kaki karena secara manual dan traditional membuat kaki-kaki akan lebih lama prosesnya dan lebih sulit. Sekarang ini sudah tidak ada lagi pengrajin yang bertempat di Dusun Sewan, Sedayu, Muntilan, Magelang, yang membuat cobek /cowet batu alam dengan cara traditional ini. Selain karena prosesnya yang lebih rumit, juga karena waktu yang dibutuhkan lebih lama. Sedang harga cobek tidak mengalami peningkatan / kenaikan. Dalam arti lain, rugilah mengerjakan dan membuat cobek dengan cara Traditional semacam ini.
ONDEL – ONDEL
Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta pesta rakyat. Nampaknya ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa. Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar 2,5 meter dengan garis tengah ± 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalamnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan warna putih. Bentuk pertunjukan ini banyak persamaannya dengan yang ada di beberapa daerah lain.
SIAPKAN : - kaleng minuman bersoda - gabus/stereofoam - kain perca (boleh kain flanel) - lidi - kertas kado silver - mata boneka ukuran kecil - tali kur (warna bebas) - lem fox (bisa juga lem tembak) - gunting - pisau/cutter - sumpit - waktu, dan - KESABARAN.
CARA MEMBUAT :
*kerangka* 1. cari waktu lowong dimana anda tidak ada/tidak banyak kegiatan 2. potong gabus menjadi bentuk prisma segi empat (piramida) atau apapun menurut selera anda untuk dijadikan kepala ondel2, atau mungkin bentuk gabus seperti gabus penyumbat botol, sisihkan (disebut potongan gabus 1) 3. potong gabus lain sesuai bentuk kaleng (untuk dimasukkan kedalamnya) 4. potong bagian atas kaleng agar gabus bisa dimasukkan, gatau gimana motongnya pokoknya bagian atas kaleng itu bolong 5. satukan potongan gabus 1 dengan pantat (ba gian bawah) kaleng, mungkin di lem 6. masukkan potongan gabus yang lain kedalam kaleng, usahakan han ya terisi 3/4 kaleng, sisanya kosong 7. lumuri kaleng dengan lem 8. lilitkan tali kur hingga menutupi seluruh permukaan kaleng *baju* 1. pilih kain perca atau kain flanel dengan warna2 cerah 2. buat pola baju dan kain bawahan sesuai selera kalian 3. buat juga pola wajah, telinga, hidung dan mulut serta mahkota dan selendang (seperti selendang miss universe) sesuai selera hati kalian, ingat! pilih warna cerah untuk selendang 4. gunting pola baju dan bawahan dengan gunting bergerigi 5. untuk yang lain sebaiknya menggunakan gunting biasa 6. sisihkan *umbul-umbul* 1. ambil kertas kado silver atau bisa juga menggunakan kertas crap (pilih yang lembut) 2. gulung dengan rapi kemudian potong seukuran kira-kira 2cm, buat sekitar 6 potongan 3. potong sisi bawahnya tapi jangan sampai terputus, lakukan berulang dengan potongan kecil2 4. ambil lidi panjang, potong kira menjadi 10 bagian
5. lumuri lidi dengan lem kertas 6. ambil sisi ujung kertas crap, lalu lilitkan dengan rapi pada lidi 7. lakukan hingga dirasa cukup untuk ditancapkan pada kepala ondel2 *finishing* 1. ambil badan ondel2 yang telah kita buat 2. pakaikan baju dan bawahan yang sudah dibuat (tolong jangan memperlihatkan aurat), jangan lupa selendang miss universenya 3. tempel mata boneka ukuran kecil serta pola hidung kuping dan mulut pada tempat yang semestinya 4. tempelkan mahkota supaya keliatan bagus (sebenernya gue gatau itu mahkota apa rambut) 5. tancapkan umbul2 dikepalanya 6. tancapkan sumpit di gabus bawahnya sebagai penyangga (ko kesannya kaya di sod*mi?) 7. pamerkan pada teman2 kalian
Kerajinan Anyaman Pandan Khas Aceh
Seuke (dalam bahasa Aceh) disebut juga dengan daun pandan adalah bahan baku yang sering digunakan dalam membuat kerajinan anyaman . Dahulu, anyaman pandan ini hanya digunakan untuk membuat tikar saja, namun kini berbagai macam barang dapat dihasilkan dari anyaman pandan ini antara lain, aneka tas, sandal, sarung bantal kursi dan lain sebagainya. Anyaman pandan ini banyak ditemui di Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya dan kabupaten Aceh Utara. Sekarang ini banyak lembaga sosial maupun dinas pemerintah lokal yang peduli akan prospek usaha kerajinan anyaman pandan ini sehingga banyak melakukan pelatihan bagi pengrajin/ masyarakat lokal mengenai model maupun jenis yang bisa dibuat dari anyaman pandan. Proses Pembuatan Anyaman Pandan, bahan baku anyaman pandan adalah daun pandan yang panjangnya mencapai 2 (dua) meter. Daun pandan disayat atau dibelah-belah menurut alur memanjang setelah dibersihkan terlebih dahulu. Daun pandan ini diebus dalam air panas agar menjadi lunak, serta untuk mematikan hama, kemudian diangkat dan dikeringkan dengan menjemurnya pada panas matahari. Setelah kering, diberi warna sesuai keinginan dengan mencelupkannya kedalam zat cairan zat pewarna yang telah dimasak dengan air panas,lalu diaduk hingga rata. Setelah warna merata, lalu diangkat dan dijemur lagi hingga kering. Setelah kering, maka pandan ini siap untuk dianyam. Bahan baku yang telah siap pakai ini dianyam sesuai denga kebutuhan, baik dengan motif yang diinginkan maupun dalam bentuk polos.
GERABAH LOMBOK Proses Pembuatan Gerabah Kerajinan Tangan Khas Pulau Lombok Banyak orang yang pintar berkarya dan dari hasil karya tersebut mereka bisa melanjutkan hidup mereka walau tidak jarang dari mereka meraih sukses dari karya tersebut, sebagai ontoh kerajinan tangan. Kerajinan tangan mempunyai keunikan tersendiri, jadi tidak heran apabila terkadang kerajinan tangan lebih mahal bahkan sangat mahal. Di pulau Lombok populer dengan kerajinan tangan gerabah, tenun, ukir-ukiran kayu maupun batu, mas dan mutiara. Banyak desa yang menghasilkan kerajinan tangan hingga turun temurun seperti desa banyumulek yang terkenal dengan desa gerabah, desa sukarare yang terkenal dengan tradisional tenunnya, dan desa Labuapi yang terkenal dengan ukir-ukirannya
1. Proses Pencarian tanah liat Butuh inspeksi yang teliti untuk mendapatkan tanah liat terbaik yang sesuai dengan kualitas standart. Tanah liat yang bagus tidak harus berasal dari desa penghasil gerabah namun berasal dari desa terdekat. Tanah liat tidak serta merta langsung digunakan tapi butuh ketelitian yang mendalam dan memastikan kalau tanah liat tidak bercampur batu-batu kecil dan kotoran. 2. Proses Pengeringan Setelah inspeksi, tanah liat dipotong-potong seperti kubus dan dijemur di bawah sinar matahari, butuh sekitar 3 atau 4 hari. Bila potongan kubus-kubus tersebut sudah kering, kemudian ditumbuk jadi seperti adonan tepung yang lembut dan disimpan sebelum digunakan sebagai adonan. Yang paling menarik untuk disaksikan tidak ada alat-alat modern yang mendukung dalam pembuatan gerabah, tapi lapisa-lapisan tanah liat terus ditambahkan dari jumlah adonan asli sementara para pengrajin gerabah memutar benda/alat yang digunakan sampai terbentuk benda yang diinginkan, kendati bentuknya seperti sudah jadi namun sebenarnya belum selesai, lalu ada juga pengrajin yang ditugaskan khusus untuk mendekorasi setelah itu benda/pot yang dimaksudkan dibiarkan kering di tempat yang tidak terlalu banyak kena sinar matahari.
3. Proses Mempernis dengan minyak kelapa Benda/pot yang sudah dipernis adalah kombinasi minyak kelapa dan dibiarkan kering sebelum di kerik/digosok dengan batu hitam atau alat-alat tradisis onal lainnya karena itu permukaannya kelihatan mengkilat dan lagi dikeringkan diterik sinar matahari dan itu butuh satu hari bahkan juga digosok halus di pertengahan siang hari untuk menambah kilauannya. 4. Proses Pembakaran Benda/pot siap untuk dibakar and dikumpulkan kedalam oven te rbuka yang ditutupi jerami padi yang dibakar selama lebih dari 4 jam dan temperature produksinya sekitar 400 sampai 800 derajat Celsius 5. Proses Pewarnaan Pekerjaan terakhir adalah memilih warna yang tepat , bila warna merah tua yang dikehendaki dilapisi dengan sari biji asam dan bila warna merah jentik yang dikehendaki, cukup jentikkan dengan sekam.
Sejak pelatihan dilaksakan secara intensif, dengan sendirinya para pengarjin gerabah lebih kreatif dalam membuat pola, bentuk serta motif yang diinginkan, jadi mereka telah si ap berkompetisi memberikan hasil karya terbaik dengan kualitas hebat di pasar bisnis dunia. Ada 3 desa penghasil gerabah yang terkenal di Lombok, sebut saja Banyumulek di Lombok Barat, Penujak di Lombok Tengah dan Penakak di Lombok Timur, masing-masing memiliki keunikan serta ciri khas tersendiri.