Apakah yang dimaksud dengan Ekstrak? Dalam bisnis obat tradisional atau jamu- jamuan, sering sering kita dengar dengar istilah “ekstrask”, “ekstrask”, atau pada label label produk jamu tertulis”mengandung ekstrak herbal…”. Istilah ekstrak oleh masyarakat awan diartikan
sebagai sari-sari dari tanaman yang dengan cara tertentu dipisahkan dari ampasnya., dengan demikian mereka mengasumsikan bahwa sari-sari tersebut hanya mengandung zat yang memiliki khasiat, sedangkan ampasnya biasanya dibuang karena dianggap sudah ti dak memiliki manfaat.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, yang dimaksud dengan ekstrak adalah: “Sediaan kental yang diperoleh dengan menyari senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan”.
Secara sederhana definisi FI dapat diartikan bahwa ekstrak adalah produk dari simplisia yang diperoleh dengan menyari (dengan cara penyarian tertentu) simplisia dengan pelarut cair dan dilanjutkan dengan dikentalkan atau dikeringkan. Walaupun FI menyebut bahwa ekstrak merupakan bentuk sediaan kental, namun berdasarkan konsistensinya, ekstrak dapat dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu : 1. Cair : Ekstrak cair, tingtur, maserat minyak ( Extracta Fluida (Liquida) 2. Semi solid : Ekstrak kental ( Extracta spissa ) 3. Kering : Ekstrak kering ( Extracta sicca) Ekstrak cair biasanya masih mengandung sejumlah pelarut tertentu (kadar air > 20%, ekstrak kental, merupakan ekstrak yang pelarutnya telah diuapkan sampai batas tertentu (kadar air > 10-20%, bahkan 30%), sedangkan ekstrak kering adalah ekstrak yang ditambahkan serbuk pengisi, seperti, laktosa, avicel, maltodekstrin, amilum atau bahan pengisi lain yang inert dengan perbandingan tertentu, kemudian dikeringkan dalam lemari pengering (oven). Ekstrak kering juga dapat diperoleh dengan menguapkan seluruh pelarut yang digunakan pada saat penyarian, hingga benar-benar kering menhhasilkan massa berupa serbuk, tetapi cara seperti ini jarang digunakan pada skala industri, karena lamanya proses pengeringan dan khawatir merusak zat aktif dari ekstrak. Produk ekstrak yang dihasilkan dengan menambahkan serbuk pengisi, pelarut pengental seperti gliserin, propilenglikol, atau pelarut cair lain (etanol, air) dinamakan Ekstrak Non Alami ( Non native Herbal Drugs Preparation), sedangkan ekstrak yang tidak mengandung pelarut atau bahan tambahan
lain dinamakan ekstrak murni ( Native Herbal Drugs Preparation ) Kualitas ekstrak sangat mempengaruhi produk jamu atau pro duk ekstrak yang dibuat, oleh karena itu, beberapa produsen yang menggunakan simplisia yang sama dalam produknya, dapat menghasilkan produk jamu dengan kulaitas yang berbeda.
Menurut buku Parameter Standar Ekstra (Badan POM), mutu ekstrak dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor biologi dan faktor kimia. Faktor biologi yang dimaksud antara lain : identitas jenis (species), lokasi tumbuhan asal, periode pemanenan hasil tumbuhan, penyimpanan bahan tumbuhan, umur tumbuhan dan bagian yang digunakan, sedangkan faktor kimia yang mempengaruhi ekstrak meliputi faktor internal, antara lain: jenis senyawa aktif dalam bahan, komposisi kualitatif senyawa aktif, komposisi kuantitatif senyawa aktif, dan kadar total rata-rata senyawa aktif., sedangkan factor kimia eksternal yang mempengaruhi mutu ekstrak antara lain: metode ekstraksi (metode penyarian) yang digunakan, ukuran alat ekstraksi, ukuran, kekerasan dan kekeringan bahan (simplisia) yang digunakan, pelarut, kandungan logam berat dan kandungan pestisida dari simplisia. Banyak hal lain yang berkaitan dengan ekstrak, namun materi dicukupkan dulu sampai disini, dan akan dilanjutkan dengan materi lain yang masih berhubungan dengan ekstrak herbal.
Salam
@ eLIYANOOR: Pada dasarnya proses merebus merupakan salah satu cara penyarian. Secara sederhana dapat diartikan penyarian yang dilakukan dengan pemanasan simplisia pada suhu 100 derajat dengan pelarut air dan sumber api langsung. Waktu yang dibutuhkan untuk merebus biasanya 3 bagian - 1 bagian atau 2 bagian - 1 bagian atau sekitar 30 - 60 menit dan diminum sekaligus, atau ada juga yang diminum untuk 3 kali sehari, tetapi tidak boleh lebih dari 24 jam disimpan. Pada pembuatan kapsul ekstrak, hasil sari dari rebusan tadi dipekatkan hingga kental dan dikeringkan dengan penambahan bahan pengisi hingga menjadi serbuk ekstrak. Keuntungan dari direbus langsung diminum adalah, khasiatnya relatif bisa langsung dirasakan dengan sugesti khasiat yang lebih kuat (karena merasakan pahit dari jamu (sari) tersebut), tetapi kurang praktis dan tidak dapat disimpan lebih dari 24 jam. Sedangkan kapsul ekstrak lebih praktis, memiliki masa simpan yang lebih lama dan khasiat ekstrak yang sama dengan minum sari rebusan langsung. Dan lagi dosis atau takaran dalam serbuk kapssul ekstrak lebih dapat diatur dengan leluasa. Demikian semoga terjawab.
http://benkafarma.blogspot.com/2009/06/apakah-yang-dimaksud-denganekstrak.html
Standardisasi Ekstrak Buat yang lagi cari tau tentang ekstrak.., ini ada sedikit informasi..mudah-mudahan bermanfaat ya.. Definisi Ekstrak Yang dimaksud dengan ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan menyari zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diper lakukan sedemikian hingga memenuhi syarat baku yang telah ditetapkan. Jadi ekstrak adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif dari tanaman menggunakan pelarut, tetapi pelarutnya diuapkan kembali sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat. Bnetuknya dapat kental atau kering tergantung apakah sebagian aja pelarut yang diuapkan atau seluruhnya. Jenis – jenis Ekstrak Ekstrak dapat dibedakan berdasarkan konsistesi, komposisi dan senyawa aktif yang terdapat di dalamnya. Berdasarkan konsistensinya : 1. Ekstrak cair : Ekstrak cair, tingtur, maserat minyak (Extracta Fluida (Liquida) 2. Semi solid : Ekstrak kental (Extracta spissa) 3. Kering : Ekstrak kering (Extracta sicca) Ekstrak punya 3 bentuk fisik, yaitu cairan, setengah padat/ kental dan serbuk kering. Untuk ekstrak cair bisa dibuat dengan menyari simplisia dengan pelarut tanpa pelarutnya diaupkan, atau menambahkan sjumlah pelarut ke dalam ekstrak kental sehingga ekstrak tersebut jadi cair. Yang pertama biasanya dinamakan tingtur, yang kedua disebut ekstrak cair. Berdasarkan komposisi : 1. Ekstrak alami, ekstrak murni, sediaan obat herbal alami (Native Herbal Drugs Preparation) : kering (sicca), berminyak (oleoresin). Tidak mengandung solvent (air, etanol), eksipien (maltodekstrin, laktosa, sakarosa) 2. Ekstrak non alami, sediaan ekstrak herbal, sediaan ekstrak (Non native Herbal Drugs Preparation). Ekstrak non alami dapat berbentuk :extracta spissa (campuran gliserin, propilenglikol); extracta sicca (maltodekstrin, laktosa); extracta fluida, tingtur (ti nctura), (air, etanol); sediaan cair non alkohol (gliserin, air) ; dan maserat berminyak Ekstrak juga berdasarkan komposisi yang ada di dalamnya dibagi menjadi ekstrak murni dan sediaan ekstrak. Disebut ekstrak murni kalo ekstraknya tidak mengandung pelarut maupun bahan tambahan lainnya. Ekstrak seperti ini biasanya merupakan produk antara, bersifat higroskopis dan memerlukan proses selanjutnya untuk menjadi sediaan ekstrak. Ekstrak non alami atau sediaan ekstrak herbal merupakan pengolahan lebih lanjut dari ekstrak murni, untuk dibuat sediaan ekstrak, baik kental maupun serbuk kering untuk selanjutnya dibuat sediaan obat seperti kapsul, tablet, cairan dan lain-lainn ya. Berdasarkan pengetahuan tentang senyawa aktif yang terdapat di dalamnya, ekstrak dapat dibedakan menjadi adjusted/standardised extracts, quantified extract, others extracts. 1. Standardised extracts merupakan ekstrak yang diperoleh dengan mengatur kadar senyawa aktif (menambahkan dalam batas toleransi) yang aktifitas terapeutiknya diketahui dengan tujuan untuk mencapai komposisi yang dipersyaratkan. Standardised extract diperoleh dengan menambahkan bahan pembantu atau mencampur ekstrak hasil bets produksi antara ekstrak yang kandungan senyawa aktifnya tinggi dengan ekstrak yang kandungan senyawa aktifnya rendah yang sering terjadi pada pembuatan sediaan ekstrak alami (native herbal drug preparation), sehingga kandungan senyawa aktifnya memenuhi baku yang ditetapkan. Contoh :
Ekstrak daun digitalis, ekstrak kering daun Senna (mengandung hidroksi antrasen 5,5 – 8,0% dihitung sebagai sennoside B), ekstrak kering daun Belladona (mengandung alkaloid hyoscyamin 0,95 – 1,05%). 2. Quantified extract merupakan ekstrak yang diperoleh dengan mengatur kadar senyawa yang diketahui berperan dalam menimbulkan khasiat farmakologi/klinis dengan tujuan agar khasiatnya sama. Quantified extract memiliki kandungan senyawa dengan aktifitas yang diketahui, tetapi senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas tidak diketahui. Pengaturan kadar senyawa tersebut hanya dapat diperoleh dengan cara mencampur ekstrak pada satu bets tertentu dengan ekstrak bets lain yang memiliki spesifikasi sama dan dalam jumlah native herbal extract yang konstan. Contoh : Ekstrak daun Ginkgo biloba, ekstrak herba Hypericum perforatum 3. Other extract merupakan ekstrak yang diperoleh dengan mengatur proses produksi (keadaan simplisia, pelarut, kondisi/cara ekstraksi) serta spesifikasinya. Pada other extract kandungan senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktif itas tidak diketahui (belum diketahui senyawa yang bertanggung jawab menimbulkan efek farmakologi) Contoh : Cratageus Herba dan Passiflora incarnata Menurut Farmakope Eropa, ada tiga tipe ekstrak yaitu ekstrak tipe A (Standardized extracts), tipe B (Quantified extracts), dan tipe C (Other extracts). 1. Type A (Standardized extracts): Ekstrak yang distandardisasi berdasarkan senyawa aktif atau golongan senyawa yang diketahui. 2. Type B (Quantified exracts) : Ekstrak yang distandardisasi berdasarkan kandungan senyawa dengan aktifitas yang diketahui, sedangkan senyawa aktif yang bertanggung jawab terhadap aktifitas belum diketahui. 3. Type C (Other extracts) : Ekstrak yang distandardisasi berdasarkan senyawa dalam ekstrak namun tidak diketahui hubungan farmakologinya, dibuat agar selalu memiliki mutu yang sama dengan mengatur proses produksi (keadaan simplisia, pelarut, kondisi/cara ekstraksi) serta spesifikasinya. Pembuatan Ekstrak Secara garis besar, tahapan pembuatan ekstrak yaitu pembuatan serbuk simplisia, pemilihan pelarut atau cairan penyari, proses ekstraksi atau pemilihan cara ekstraksi, separasi dan pemurnian, penguapan atau pemekatan, pengeringan ekstrak dan penentuan rendemen ekstrak. 1. Pembuatan serbuk simplisia Pembuatan serbuk simplisia dimaksudkan untuk memperluas permukaan simplisia yang kontak dengan cairan penyari. Proses penyerbukan dilakukan sampai derajat kehalusan serbuk yang optimal. Selanjutnya akan dijelaskan pada Bab 2. Ekstraksi. 2. Pemilihan pelarut atau cairan penyari Pelarut atau cairan penyari menentukan senyawa kimia yang akan terekstraksi dan berada dalam ekstrak. Dengan diketahuinya senyawa kimia yang akan diekstraksi atau yang diduga
berkhasiat akan memudahkan proses pemilihan cairan penyari. Selanjutnya akan dijelaskan pada Bab 2. Ekstraksi. 3. Proses ekstraksi atau pemilihan cara ekstraksi Cara ekstraksi yang dipilih ikut menentukan kualitas ekstrak yang diperoleh. Dalam memilih cara ekstraksi harus diperhatikan prinsip ekstraksi yaitu menyari senyawa aktif sebanyakbanyaknya dan secepat-cepatnya hingga diperoleh efisiensi ekstraksi. Selanjutnya akan dijelaskan pada Bab 2. Ekstraksi. 4. Separasi dan pemurnian Separasi atau pemisahan dan pemurnian merupakan salah satu proses yang diperlukan terhadap ekstrak dalam rangka meningkatkan kadar senyawa aktifn ya. Separasi dapat dilakukan dengan cara-cara tertentu seperti dekantasi, penyaringan, sentrifugasi, destilasi dan lain-lain. Pemurnian ekstrak dapat dilakukan dengan cara mengekstraksi zat-zat yang tidak diinginkan dalam ekstrak akan terpisah dari zat-zat yang diinginkan. 5. Penguapan atau pemekatan Penguapan atau pemekatan merupakan proses meningkatkan jumlah zat terlarut dalam ekstrak dengan cara mengurangi jumlah pelarutnya dengan cara penguapan, tetapi tidak sampai kering. Selanjutnya akan dijelaskan pada Bab 6. Penguapan Ekstrak. 6. Pengeringan ekstrak dan, Pengeringan ekstrak umumnya dilakukan untuk membuat sediaan padat seperti tablet, kapsul, pil dan sediaan padat lainnya. Pengeringan ekstrak dapat dilakukan dengan penambahan bahan tambahan (non-native herbal drug preparation) atau tanpa penambahan bahan tambahan (native herbal drug preparation). 7. Penentuan rendemen ekstrak Rendemen ekstrak dihitung dengan cara membandingkan jumlah ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal yang digunakan. Rendemen ekstrak dapat digunakan sebagai parameter standar mutu ekstrak pada tiap bets produksi maupun parameter efisiensi ekstraksi.
Ekstrak Campuran Pembuatan obat tradisional dapat dilakukan dengan menggunakan ekstrak tunggal maupun ekstrak campuran. Ada dua pendekatan pada pembuatan ekstrak campuran yaitu mixed extracts dan mixtures of extracts. Mixed extracts merupakan ekstrak yang dibuat dengan menggunakan satu pelarut yang dianggap optimal untuk mengekstraksi campuran simplisia yang akan dibuat ekstrak dan hasil yang diperoleh langsung sebagai ekstrak campuran. Cara seperti ini lebih unggul dalam hal efisiensi waktu, tenaga dan peralatan.
Skema pembuatan ekstrak campuran (mixed extracts) Mixtures of extracts merupakan ekstrak yang dibuat dengan cara mengekstraksi masingmasing simplisia sesuai dengan pelarutnya masing-masing yang dianggap optimal, kemudian ekstrak yang dihasilkan dicampur sesuai dengan takaran yang diinginkan menjadi campuran ekstrak. Cara ini lebih disukai karena masing-masing simplisia dapat diekstraksi dengan pelarut dan kondisi ekstraksi yang sesuai, sehingga menghasilkan senyawa aktif dalam jumlah yang lebih banyak.
Skema pembuatan Campuran ekstrak (mixtures of extracts) Standardisasi Ekstrak Standardisasi ekstrak merupakan proses pengaturan sejumlah tertentu senyawa aktif atau golongan senyawa tertentu yang diketahui aktifitas terapeutiknya dalam ekstrak dengan cara menambahkan bahan tambahan atau mencampur sediaan ekstrak yang satu dengan lainnya.
Penggunaan ekstrak terstandar dengan mengatur komponen kimia ekstrak berada pada jumlah yang tetap atau konstan sangat luas digunakan pada saat ini. Pada dasarnya ada empat cara standardisasi ekstrak yang digunakan oleh industri ekstrak yaitu : 1. Ekstrak yang diproduksi dengan proses produksi dan cara ekstraksi sesuai kondisi yang telah ditetapkan. Standardisasi dilakukan dengan memastikan konsistensi dari setiap bets produksi, kemudian dilakukan uji klinis terhadap ekstrak, sehingga diperoleh data klinis khasiat dan keamanannya.
Contoh ekstrak dengan standardisasi sepeerti ini yaitu Ginkgo biloba, Hypericum perforatum dan serenoa repens. Standardisasi terhadap ekstrak secara keseluruhan dilakukan apabila ekstrak telah terbukti secara klinis. Pembuktian klinis terhadap khasiat dan keamanan ekstrak kemudian ditetapkan dan proses standardisasi dilakukan berdasarkan hal tersebut. 2. Ekstrak yang telah atau belum terbukti efektif secara klinis, dimana standardisasi dilakukan terhadap potensi keseluruhan ekstrak. Hal ini hanya dapat dilakukan apabila terdapat bukti nyata ada hubungan antara golongan zat kimia yang dipilih untuk standardisasi dengan aktivitas farmakologi tanaman. Contoh ekstrak tipe ini yaitu Coleus forskohlii, Matricaria chamomilla, Salix sp, dan derivat salisilat. 3. Ekstrak yang distandardisasi menggunakan kandungan kimia yang menjamin identitas ekstrak (senyawa identitas) dan konsistensi mutu produk tiap bets produksi. Ekstrak secara keseluruhan belum memiliki data uji klinis dan senyawa marker tidak mempunyai aktivitas farmakologi yang relevan. Contoh ekstrak tipe ini yaitu Echinacea angustifolia dan echinacosida. 4. Ekstrak herbal yang distandardisasi dengan menambahkan bahan kimia hasil isolasi ke dalam maatriks ekstrak dan di jual sebagai “Standardized extract”.Contohnya adalah penambahan cafffeine, yang murah dan banyak tersedia ke dalam ekstrak guarana dan biji kola.
Hal Yang Mempengaruhi Mutu Ekstrak Faktor yang berpengaruh terhadap mutu ekstrak secara garis besar ada dua, yaitu faktor biologi dan faktor kimia. 1. Faktor biologi Faktor biologi yang mempengaruhi mutu ekstrak berhubungan dengan bahan baku simplisia yang digunakan. Hal-hal yang berpengaruh antara lain : identitas jenis (species), lokasi tumbuhan asal, periode pemanenan hasil tumbuhan, penyimpanan bahan tumbuhan a. Identitas jenis (species) b. Lokasi tumbuhan asal c. Periode pemanenan hasil tumbuhan d. Penyimpanan bahan tumbuhan e. Umur tumbuhan dan bagian yang digunakan 2. Faktor kimia a. Faktor internal 1) Jenis senyawa aktif dalam bahan 2) Komposisi kualitatif senyawa aktif 3) Komposisi kuantitatif senyawa aktif 4) Kadar total rata-rata senyawa aktif b. Faktor eksternal 1) Metode ekstraksi 2) Perbandingan ukuran alat ekstraksi 3) Ukuran, kekerasan dan kekeringan bahan 4) Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi 5) Kandungan logam berat
6) Kandungan pestisida Parameter dan metode Uji Ekstrak Untuk menjamin mutu ekstrak pada setiap bets produksi, harus ada parameter yang diukur dan dan dijamin dalam keadaan konstan. Namun berbeda dengan obat kimia yang kadar zat aktifnya tertentu, penjaminan mutu ekstrak belum dapat dilakukan terhadap bahan aktifnya. Parameter yang dapat ditentukan yaitu : a. Parameter spesifik Parameter spesifik merupakan parameter yang sedapat mungkin disusun hanya dimiliki oleh ekstrak tanaman yang bersangkutan. Parameter spesifik meliputi. 1. Identitas ekstrak Contoh: Ekstrak kental Rimpang temulawak (Extractum Curcumae Xanthorrhizae Rhizomae Spsissum). Ekstrak kental rimpang temulawak adalah ekstrak yang dibuat dari r impang tumbuhan Curcuma xanthorrhiza Roxb., suku Zingiberaceae. 2. Organoleptik ekstrak Pemerian ekstrak yaitu bentuk, warna, bau, dan rasa. 3. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu Kandungan kimia, kurkumin, desmetoksikurkumin, minyak atsiri dengan kandungan utama xanthorizol dan oleoresin b. Parameter Non spesifik Parameter non spesifik merupakan pengujian fisika, kimia dan mikrobiologi yang dilakukan terhadap ekstrak yang dilakukan untuk menjamin mutu ekstrak pada setiap bets produksi. Parameter yang diuji antara lain : 1. Susut pengeringan 2. Bobot jenis 3. Kadar air 4. Kadar abu 5. Sisa pelarut 6. Residu pestisida 7. Cemaran logam berat 8. Cemaran mikroba (ALTB, MPN Coliform, Uji angka kapang khamir dan uji cemaran aflatoksin). c. Uji Kandungan kimia ekstrak Uji ini dilakukan jika kandungan kimia ekstrak dan metode ujinya telah diketahui. Pengujian yang dilakukan antara lain : pola kromatogram esktrak, kadar total golongan kandungan kimia dan kadar kandungan kimia tertentu. Segitu dulu tentang ekstrak ya.., ntar di sambung lagi.., kalo ada yang mau diskusi silahkan comment aja.. Thanks Salam Benbasyar Eliyanoor, S.Farm, Apt Diposkan oleh BENKA FARMA INDONESIA di http://benkafarma.blogspot.com/2011/10/standardisasi-ekstrak.html