TUGAS PRA PRAKTIKUM MAKROPALEONTO MAKROPALEONTOLOGI LOGI ACARA: PENDAHULUAN MAKROPALEONTOLOG MAKROPALEONTOLOGII
Disusun Oleh: Fauzu Nuriman 21100112120010
LABORATORIUM LABORATORIUM PALEONTOLOGI, PALEONTOLOGI, GEOOPTIK, DAN GEOLOGI FOTO PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG OKTOBER 2013
APLIKASI MAKROPALEONTOLOGI DI BIDANG GEOLOGI
Paleontologi merupakan salah satu dari cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang kehidupan dari masa lampau yang didasarkan pada fosil tanaman atau hewan yang kemudian terbagi atas : 1. Makropaleontologi : Yaitu ilmu yang mempelajari fosil-fosil dengan ukuran yang relatif besar sehingga untuk mempelajarinya tidak terlalu rumit dan susah, karena fosil yang kita amati bisa secara llangsung angsung kita pelajari tanpa bantuan lup atau mikroskop. 2. Mikropalentologi : Yaitu ilmu yang mempelajari fosil-fosil yang berukuran relatif lebih kecil sehingga dalam pengamatan kita mesti memakai alat bantu seperti mikroskop binokuler ataupun mikroskop elektron untuk dapat mengamati fosil tersebut. Pada
pembahasan
kali
ini
lebih
menekankan
aplikasi
dari
makropaleontologi itu sendiri terhadapa bidang Geologi. Kita ketahui di bumi ini tersebar berbagai macam fosil, baik itu yang ukurannya besar maupun kecil. Pada makropaleontologi yang mempelajari fosil yang ukurannya relatif besar, memiliki berbagai manfaat dalam pengaplikasiannya di bidang geologi. geologi. Kegunaan fosil dalam kaitannya dengan ilmu geologi yaitu : 1. Mementukan umur relatif batuan Fosil dapat digunakan untuk menentukan umur relatif suatu batuan yang terdapat/terkandung dalam fosil. Batuan yang berasal dari suatu jaman tertentu mengandung kumpulan fosil yang tertentu, yang lain dari fosil yang terkandung dalam batuan yang berasal dari jaman geologi yang lain. 2. Menentukan korelasi batuan antara tempat yang satu dengan tempat lain. Dengan diketahui fisil yang diketemukan, maka dapat disimpulkan bahwa beberapa daerah yang disitu ditemukan fosil yang sama, s ama, maka lapisan batuan pada daerah tersebut terbentuk pada masa yang sama.
3. Mengetahui evolusi evolusi makhluk hidup Para ahli paleontologi, setelah meneliti isi fosil dari lapisan batuan batuan yang berbeda-beda
umurnya
berkesimpulan
bahwa
batuan
yang
lebih
tua
mengandung fosil yang lebih sedikit, bentuknya lebih primitip. Semakin muda umur batuannya, isi fosilnya semakin banyak dan strukturnya semakin canggih. Dari sini kemudian para ahli tersebut berkesimpulan bahwa organisme yang pernah ada di bumi kita ini mengalami perkembangan, mulai dari sederhana menunju ke bentuk yang lebih kompleks dalam waktu yang sangat lama. Hal ini yang kemudian dikembangkan oleh ahli biologi sebagai teori evolusi organisme. 4. Menentukan keadaan lingkungan dan ekologi yang ada ketika batuan yang mengandung fosil terbentuk. Ada beberapa kegunaan fosil, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun kepentingan ekonomis. Dari segi ilmu pengetahuan fosil mengandung berbagai informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui bentuk-bentuk kehidupan di masa lampau dan lingkungan hidup tempat mahluk-mahluk purba ini pernah hidup. Salah satu bidang ilmu pengetahuan yang ada kaitannya dengan fosil adalah taksonomi. Taksonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan kekerabatan antarmahluk hidup baik yang telah punah maupun yang masih ada. Kegunaannya dalam segi tertentu antara lain: 1. dari segi taksonomi : fosil mengandung informasi morfologis sehingga ilmuwan dapat mengenal dan memberinya nama serta mengtahui hubungannya dengan organisma lain berdasarkan morfologi tersebut. 2. dari segi etiologi (ilmu tentang perilaku) : fosil memberi informasi tentang cara hidup suatu organisma yang dulu pernah hidup dan se karang telah punah. 3. dari segi evolusi : fosil memberi informasi tentang proses evolusi yang terjadi di Bumi. 4. dari segi ekologi : fosil memberi informasi dan pemahaman tentang sifat dan perkembangan ekosistem dan tentang interaksi antara hewan dan tumbuhan dengan lingkungannya di masa purba.
5. dari segi lingkungan : organisma tertentu distribusi dan keragamannya terbatas pada lingkungan tertentu (disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan). Keadaan lingkungan purba seperti salinitas, suhu, dan tingkat oksigen dapat diketahui melalui perbandingan antara organisma hidup dengan fosil. 6. segi kimiawi : susunan biokomia tubuh organisma yang satu berbeda dengan organisma lain dan melalui studi isotopik dapat diketahui suhu dan salinitas purba tempat organisma tersebut pernah hidup. 7. segi sedimentologis : fosil biasanya ditemukan berjenjang sesuai dengan lapisan pengendapan. Berdasarkan hal ini dapat diketahui proses sedimentasi yang telah terjadi di masa purba. 8. segi diagenetik : fosil memberi informasi tentang proses yang terjadi dalam sekuen sedimen yang menyertai kematian, proses terkuburnya organisma sampai pada saat penemuan organisma yang telah memfosil t ersebut. 9. segi stratigrafi : fosil dapat memandu kolom stratigrafi yang ditentukan oleh batas waktu (time (time boundaries). boundaries). 10. segi susunan pengendapan ( way up) up) : urut-urutan sedimen dikenali melalui fosil yang ada di tiap lapisan umur sedimen. Berdasarkan hal ini dapat diketahui bahwa pengendapan terjadi dari bawah ke atas. Adapun Foraminifera yang merupakan salah satu fosil yang sangat bermanfaat dalam bidang Geologi. Foraminifera terdiri atas ukuran yang berbeda, adapun foram besar dan foram kecil. Aplikasi dari foraminifera tersebut antara lain: 1. Fosil indeks Foraminifera memberikan data umur relatif batuan sedimen laut. Data penelitian menunjukkan foraminifera ada di bumi sejak jaman Kambrium, lebih dari 500 juta tahun yang lalu. Foraminifera mengalami perkembangan secara terus-menerus, dengan demikian spesies yang berbeda diketemukan pada waktu (umur) yang berbeda-beda. Foraminifera mempunyai populasi yang melimpah dan penyebaran horizontal yang luas, sehingga diketemukan di semua lingkungan laut. Alasan terakhir, karena ukuran fosil foraminifera yang kecil dan pengumpulan atau cara mendapatkannya relatif mudah meskipun dari
sumur minyak yang dalam. Fosil indeks yaitu fosil yang dipergunakan sebagai penunjuk umur relatif. Umumnya fosil ini mempuyai penyebaran vertikal pendek dan penyebaran lateral luas, serta mudah dikenal. Contohnya : Globorotalina Tumida penciri N18 atau Miocen akhir. 2. Paleoekologi dan Paleobiogeografi Paleobiogeografi Foraminifera memberikan data tentang lingkungan masa lampau (skala Geologi). Karena spesies foraminifera yang berbeda diketemukan di lingkungan yang berbeda pula, seorang ahli paleontologi dapat menggunakan fosil foraminifera untuk menentukan lingkungan masa lampau tempat foraminifera tersebut hidup. Data foraminifera telah dimanfaatkan untuk memetakan posisi daerah tropik di masa lampau, menentukan letak garis pantai masa lampau, dan perubahan perubahan suhu global yang terjadi selama jaman es. Sebuah contoh kumpulan fosil foraminifera mengandung banyak spesies yang masih hidup sampai sekarang, maka pola penyebaran modern dari spesies-spesies tersebut dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau - di tempat kumpulan fosil foraminifera diperoleh - ketika fosil foraminifera tersebut masih hidup. Jika sebuah perconto mengandung kumpulan fosil foraminifera yang semuanya atau sebagian besar sudah punah, masih ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau. Petunjuk tersebut adalah keragaman spesies, jumlah relatif dari spesies plangtonik dan bentonik (prosentase foraminifera plangtonik dari total kumpulan foraminifera plangtonik dan bentonik), rasio dari tipe-tipe cangkang (rasio Rotaliidae, Miliolidae, dan Textulariidae), dan aspek kimia material penyusun cangkang. Aspek kimia cangkang fosil foraminifera sangat bermanfaat karena mencerminkan sifat kimia perairan tempat foraminifera ketika tumbuh. Sebagai contoh, perban-dingan isotop oksigen stabil tergantung dari suhu air. Sebab air bersuhu lebih tinggi cenderung untuk menguapkan lebih banyak isotop yang lebih ringan. Pengukuran isotop oksigen stabil pada cangkang foraminifera plangtonik dan bentonik yang berasal dari ratusan batuan teras inti dasar laut di seluruh dunia telah dimanfaatkan untuk memetakan permukaan dan suhu dasar perairan masa lampau. Data tersebut sebagai
dasar pemahaman bagaimana iklim dan arus laut telah berubah di masa lampau dan untuk memperkirakan perubahan-perubahan di masa yang akan datang (keakurasiannya belum teruji). 3. Eksplorasi Minyak Foraminifera dimanfaatkan untuk menemukan minyak bumi. Banyak spesies foraminifera dalam skala biostratigrafi mempunyai kisaran hidup yang pendek. Dan banyak pula spesies foraminifera yang diketemukan hanya pada lingkungan yang spesifik atau ter-tentu. Oleh karena itu, seorang ahli paleontologi dapat meneliti sekeping kecil perconto batuan yang diperoleh selama pengeboron sumur minyak dan selanjutnya menentukan umur geologi dan lingkungan saat batuan tersebut terbentuk. 4. Biostratigrafi merupakan ilmu penentuan umur batuan dengan menggunakan fosil yang terkandung didalamnya. Biasanya bertujuan untuk korelasi, yaitu menunjukkan bahwa horizon tertentu dalam suatu bagian geologi mewakili periode waktu yang sama dengan horizon lain pada beberapa bagian lain. Fosil berguna karena sedimen yang berumur sama dapat terlihat sama sekali berbeda dikarenakan variasi lokal lingkungan sedimentasi. Sebagai contoh, suatu bagian dapat tersusun atas lempung dan napal sementara yang lainnya lebih bersifat batu gamping kapuran, tetapi apabila kandungan spesies fosilnya serupa, kedua sedimen tersebut kemungkinan telah diendapkan pada waktu yang sama. Amonit, graptolit dan trilobit merupakan fosil indeks yang banyak digunakan dalam biostratigrafi. 5. Lithostratigrafi merupakan ilmu geologi yang berhubungan dengan penelitian mengenai strata lapisan batuan. Fokus utama dari penelitian ini mencakup geokronologi, geologi perbandingan, dan petrologi. Secara umum suatu strata dapat berupa batuan beku atau batuan sedimen bergantung bagaimana pembentukan batuan tersebut. Lapisan batuan sedimen terbentuk oleh pengendapan sedimen yang berhubungan dengan proses pelapukan, peluruhan zat organik (biogenik) atau melalui presipitasi kimiawi. Lapisan ini dapat dibedakan karena memiliki
banyak fosil dan juga penting untuk penelitian biostratigrafi. Lapisan batuan beku dapat memiliki karekter plutonik atau vulkanik bergantung pada kecepatan pembekuan dari batuan tersebut. Lapisan ini umumnya sama sekali tidak memiliki fosil dan merepresentasikan aktivitas intrusi dan ekstrusi yang terjadi sepanjang sejarah geologi daerah tersebut. 6. Paleoklimatologi merupakan ilmu mengenai perubahan iklim yang terjadi dalam seluruh rentang sejarah bumi. Fosil yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk iklim pada saat itu. Contohnya : Globigerina Pachyderma penciri iklim dingin. 7. Fosil bathymetry/fosil kedalaman Yaitu fosil yang dipergunakan untuk menentukan lingkungan kedalaman pengendapan. Umumnya yang dipakai adalah benthos yang hidup di dasar. Contohnya : Elphidium : Elphidium spp penciri lingkungan transisi. 8. Fosil horizon/fosil horizon/fosil lapisan/fosil diagnostic Yaitu fosil yang mencirikan khas yang terdapat pada lapisan yang bersangkutan. Contoh : Globorotalia tumida penciri tumida penciri N18. 9. Fosil lingkungan Yaitu fosil yang dapat dipergunakan sebagai penunjuk lingkungan sedimentasi. Fosil foraminifera benthonik sering dipakai untuk penentuan lingkungan pengendapan Fosil benthonik ini sangat berharga untuk penentuan lingkungan purba. Foraminifera yang dapat dipakai sebagai lingkungan laut secara umum adalah :
– Pada kedalaman 0 – 5 m, dengan temperatur 0-27 derajat celcius, banyak dijumpai genus-genus Elphidium, Potalia, Quingueloculina, Eggerella, Ammobaculites dan bentuk-bentuk lain yang dinding cangkangnya dibuat dari pasiran.
– Pada kedalaman 15 – 90 m (3-16º C), dijumpai genus Cilicides, Proteonina, Ephidium, Cuttulina, Bulimina, Quingueloculina dan Triloculina.
– Pada kedalaman 90 – 300 m (9-13oC), dijumpai genus Gandryna, Robulus, Nonion, Virgulina, Cyroidina, Cyroidina, Discorbis, Eponides dan Textularia.
– Pada kedalaman 300 – 1000 m (5-8º C), dijumpai Listellera, Bulimina, Nonion, Angulogerina, Uvigerina, Bolivina dan Valvulina Contohnya : Radiolaria sebagai penciri lingkungan laut dalam. 10. Paleoceanography Mengetahui tempat kehidupan masa lampau dengan kehadiran fosil tersebut. 11. Paleoenvironment Dengan adanya kehadiran fosil ini dapat mengetahui iklim dan kondisi lingkungannya, hal ini disebabkan persebaran mahluk hidup tersebut dipengaruhi oleh iklim dan lingkungannya.
Sumber: http://harpani.blogspot.com/2012/04/aplikasi-foraminifera.html
(Diakses
pada
pukul 15.00 hari Senin, Senin, 30 September 2013) http://museumgeologi.wordpress.com/2010/08/28/fosil/
(Diakses
pada
pukul
15.00 hari Senin, 30 September 2013) http://geologikita.blogspot.com/2008/12/kegunaan-fosil.html (Diakses pada pukul 15.00 hari Senin, 30 September 2013) http://geohaniez.blogspot.com/2010/12/mikropaleontologi-dan-aplikasinyadalam.html (Diakses pada pukul 15.00 hari Senin, 30 September 2013)