A rt Ther Ther apy Definisi dari Art Art therapy atau terapi seni adalah terapi dengan menggunakan seni sebagai media utamanya. Art Art therapy dapat diartikan sebagai seni yang menjadi media terapi atau melakukan kegiatan seni sebagai terapi.Terapi seni merupakan salah satu jenis dari berbagai jenis terapi ekspresif melibatkan individu dalam aktivitas kreatif dalam bentuk penciptaan (karya atau produk) seni (Case & Dalley, 1992;Ballou, 1995).Art therapy merupakan metode terapeutik yang menggunakan pembuatan seni, hubungan professional, pada individu yang memiliki pengalaman yang menyakitkan, trauma, atau individu yang memiliki tantangan dalam hidupnya. Melalui kesenian dan melakukan refleksi terhadap senidan prosesnya, individu dapat meningkatkan kesadaran terhadap diri sendiri dan orang lain, mengatasi gejala-gejala stress, pengalaman traumatic, meningkatkan kemampuan kognitif, dan dapat menikmati kehidupan yang menyenangkan dengan membuat kesenian (Holt & Kaiser, 2009). Melalui aktifitas seni tersebut individu diasumsikan mendapat media paling aman untuk memfasilitasi komunikasi melalui eksplorasi pikiran, persepsi, keyakinan, dan pengalaman, khususnya emosi (Holt & Kaiser, 2009). Proses dan respon subjek saat menggambar serta karya seni subjek digunakan
sebagai
refleksi
atas
perkembangan,
kemampuan,
kepribadian,
ketertarikan, perhatian dan konflik individu (Ballou, 1995). Melalui art therapy, individu
dapat
mengkomunikasikan
emosi
atau
perasaan
yang
dirasakan,
menyelesaikan konflik masalah, serta mencapai peningkatan rasa kesejahteraan.
A r t Therap Therapy y Jenis-jenis Ar Art therapy memiliki therapy memiliki 3 jenis, yaitu : 1) Terapi seni dalam melukis atau menggambar. Melukis sebagai terapi, berkaitan dengan aspek kontemplatif atau sublimasi. Kontemplatif atau sublimasi merupakan suatu cara atau proses yang bersifat menyalurkan atau mengeluarkan segala sesuatu yang bersifat kejiwaan, seperti perasaan, memori, pada saat kegiatan berkarya seni
berlangsung. Aspek ini merupakan salah satu fungsi seni yang dimanfaatkan secara optimal pada setiap sesi terapi. Kontemplatif dalam arti, berbagai endapan batin yang ditumpuk, baik itu berupa memori, perasaan, dan berbagai gangguan persepsi visual dan auditorial, diusahakan untuk dikeluarkan atau disampaikan. Dengan demikian pasien tidak terjebak pada suatu situasi dimana hanya diri sendiri terjebak pada realitas imajiner yang diciptakan oleh diri sendiri. Aspek kontemplatif atau sublimasi inilah yang kemudian dikenal dengan istilah katarsis dalam dunia psikoanalisa.Hal tersebut, juga sekaligus dapat menjadi media untuk mencari pemicu atau akar permasalahan melalui berbagai visualisasi atau simbol-simbol yang muncul selama terapi berlangsung.Berdasar visualisasi yang tercurah selama terapi berlangsung, seringkali tampak gambar beberapa image yang merupakan simbolisasi dari ekspresi bawah sadar dari pasien.Kemudian bagi terapis, beragam visualisasi inilah yang menjadi perangkat untuk menentukan diagnosa sampai sejauh apakah kerusakan kondisi kejiwaan pasien, dan pengobatan jenis apakah yang sesuai bagi pasien. 2) Terapi seni dalam dance atau menari Terapi
tari
dan
gerak
merupakan
psikoterapeutik
dengan
menggunakan tarian dan gerakan dimana setiap orang dapat ikut serta secara kreatif dalam proses untuk memajukan integritas emosional, kognitif, fisik, dan social. Terapi tari dan gerak diberikan untuk individu dan kelompok terapi dalam konteks untuk kesehatan, pendidikan, social, dan dalam latihan pribadi.Terapi tari dan gerak tidak hanya mengajarkan kemampuan menari atau latihan tari, terapi tari dan gerak mempuanyai dua asumsi pokok yaitu bagaimana klien dapat mengontrol diri dan mengeskpresikan perasaan serta merupakan pendekatan holistik yang penting bagi tubuh, peoses berfikir, dan bekerja mengacu pada integrasi diri.Individu selalu mengungkapkan diri dalam gerak dan tari, mengungkapkan rasa terimakasih.
Perilaku individu yang dikenal dengan baik ini dapat dilihat dari kerangka teori yang digunakan untuk mendeskripsikan proses dan hasil akhir terapi tari dan gerak.Terapi tari dan gerak berpusat pada klien, nonverbal
dan
bottom-up
(body-mind )
therapy.Gerak
merupakan
pengalaman secara langsung dan menyertakan komunikasi nonverbal yang didasarkan pada tubuh. Gerak memberikan pelepasan fisik terhadap emosi yang dapat dialami sebagai sebuah aliran seperti proses kreatif dalam interaksi dengan penerimaan orang lain. 3) Terapi seni dalam memainkan alat musik, atau menyanyi Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental. Terapi musik adalah terapi yang universal.Music memiliki kekuatan untuk meningkatkan, memulihkan dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional dan spiritual.Hal ini disebabkan musik memiliki beberapa kelebihan, yaitu karena music bersifat nyaman, menyenangkan, mempu membuat rileks, berstruktur, dan universal. Terdapat dua macam terapi musik yaitu : a) Terapi musik aktif Dalam terapi music aktif pasien diajak bernyanyi, belajar memainkan alat music, menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu singkat. Dengan kata lain pasien berinteraksi aktif dengan dunia musik. b) Terapi musik pasif Terapi musik pasif yaitu pasien mendengarkan dan menghayati suatu alunan musik tertentu yang disesuaikan dengan masalahnya.Hal terpenting dalam terapi musik pasif yaitu pemilihan jenis musik harus tepat dengan kebutuhan pasien. Manfaat dari Art Therapy
Manfaat dari penerapan terapi seni, yaitu:
a. Menstrimulasi partisipasi yang aktif b. Mendorong untuk mempelajari hal dan fungsi yang baru c. Mendorong munculnya kesempatan untuk sukses, menjadi positif dan menyenangkan di dalam sosialisasi. d. Meningkatkan motivasi e. Pengembangan diri f. Meningkatkan kemandirian dan arah diri. g. Meningkatkan kesadaran diri dan h. Memperkuat memori i.
Dapat meningkatkan konsep diri dapat terjadi karena tumbuhnya percaya diri dalam bersosialisasi, sehingga memudahkan mereka untuk memandang dirinya lebih positif.
j.
Mengeksplorasi perasaan klien
k. Mengembangkan keterampilan sosial l.
Mengurangi kecemasan
m. Mampu mengatasi tekanan fisik seperti nyeri.
Kelemahan dari Art Therapy
Kelemahan dari Art Therapyyaitu : a. Hasil terapi yang dibuat, tidak semua seni yang dihasilkan dari terapi dapat digunakan sebagai interpretasi dalam mecapai tujuan atau sasaran, dan mungkin s tidak bermakna. b. Waktu yang digunakan untuk terapi tidak dapat diketahui secara pasti, karena kemungkinan membutuhkan waktu lama atau membutuhkan waktu yang singkat. c. Ruangan yang dibutuhkan dalam melakukan terapi seni diperlukan ruangan yang khusus sehingga pasien akan merasakan nyaman dalam melakukan kegiatan.
d. Jenis terapidan bahan terapi untuk Art Therapy disesuaikan pada tingkat perkembangan pasien, keadaan emosi, kemampuan fisik dan usia. e. Biaya yang digunakan dalam penyediaan Art Therapy membutuhkan biaya yang relatif mahal.
Prosedur yang digunakan dalam melakukan Art Therapy
Prosedur yang digunakan yaitu :
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ART THERAPY
Mata Kuliah
: Komplementer
Kompetensi
: Pemberian Terapi Seni ( Melukis )
Pengertian
: Pemberian terapi seni untuk penyembuhan trauma kepada orang yang mempunyai kendala dalam mengekspresikan perasaan melalui bahasa verbal melalui seni melukis.
Tujuan
: Memperbaiki kondisi fisik, emosional, dan kesehatan spiritual pasien.
Persiapan
: 1. Kertas gambar
alat
dan
2. Pensil/alat tulis yang berhubungan
bahan
3. Alat mewarnai
Prosedur
:
NO PROSEDUR
Pre interaksi
1
Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien (jika ada)
2
Siapkan alat-alat
3
Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra indikasi
4
Cuci tangan
Tahap orientasi
5
Beri salam dan panggil klien dengan namanya. Bina hubungan saling percaya.
6
Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien/keluarga
Tahap kerja
7
Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
8
Menanyakan keluhan utama klien / perasaan yang dirasakan saat ini
9
Atur posisi klien sebelum dilakukan terapi melukis. Berikan ruang agar tidak mengganggu klien yang lainnya
10
Menetapkan ketertarikan klien terhadap melukis
11
Bagikan alat lukis yang diperlukan dan damping klien saat melukis apabila klien bersedia di damping
12
Identifikasi pilihan/jenis lukisan.
13
Anjurkan klien untuk melukis sesuai dengan keinginan klien.
13
Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagi pengalaman.
15
Bantu klien untuk memilih posisi yang nyaman.
16
Apabila sudah selesai berikan kesempatan klien untuk menjelaskan lukisannya
17
Anjurkan klien untuk melukis kembali apabila klien ingin melukis
Terminasi
18
Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)
19
Simpulkan hasil kegiatan
20
Berikan umpan balik positif
21
Kontrak pertemuan selanjutnya
22
Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
23
Bereskan alat-alat
24
Cuci tangan
Dokumentasi
25
Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan - Nama Px, Umur, Jenis kelamin, dll -
Keluhan utama
-
Tindakan yang dilakukan (terapi melukis)
-
Lama tindakan
-
Jenis terapi melukis yang diberikan
-
Reaksi selama, setelah terapi pemberian terapi melukis
-
Respon pasien.
- Nama perawat -
Tanggal pemeriksaan
Hambatan dalam melakukan Art Therapy
Banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang terapi seni untuk membantu mengatasi atau mengurangi nyeri.
Belum tersedianya petigas kesehatan yang professional yang khusus untuk melakukann Art Therapy.
Perlu pendekatan berbagai bidang ilmu karena therapi tidak hanya berdasarkan ilmu kesehatan semata, namun perlu kontribusi dikombinasikan dengan ilmu seni dan psikologis.
Art Therapy jika dilakukan pada perawatan intensive, kurang dapat mengeksplorasi karena kurang diberikan untuk keluar dari ruangan.
Pelatihan khusus untuk tenaga kesehatan dalam memberikan Art Therapy.
Banyak bentuk terapi seni sangat bergantung pada psikoterapi - sekolah psikologi yang menggunakan teori-teori Freud. Ini adalah masalah bagi sebagian karena banyak psikolog modern yang tidak setuju dengan beberapa poin dari psikoterapi depresi atau gangguan kecemasan seperti terapi perilaku kognitif.
Terapi seni bervariasi cukup banyak dalam pendekatan dari terapis untuk terapis. Tidak seperti terapi perilaku kognitif yang akan menggunakan pendekatan yang lebih ditetapkan sama, terapis seni munggin berhasil tidak tergantung pada individu yang ditemui.
Jurnal terkait dengan terapi seni (Art Therapy)
Jurnal Pendukung I Judul : “ Art therapy for terminal cancer patients in a hospice palliative care unit in Taiwan"
Penulis : Ming-Hwai Lin, M.D; Shwu-Lan Moh, M.SC;Yu-Cheng Kuo, M.SC; PinYuan Wu, M.D; Chiung-Ling Lin, R.N; Mei-Hui Tsai, M.S.W; Tzeng-Ji Chen, M.D.,; Shinn-Jang Hwang, M.D., F.A.C.G.
Ringkasan Jurnal Jurnal yang berjudul Art therapy for terminal cancer patients in a hospice palliative care unit in Taiwan melakukan penelitian pada bulan April 2001 sampai Desember 2004.Penelitian ini dilakukan di Unit Hospice Palliative Care di Taipei Veteran Rumah Sakit Umum, yang diikuti oleh 177 pasien dengan kanker terminal (105 laki-laki dan 72 perempuan). Penelitian melibatkan pasien kanker terminal dengan usia ≥18 tahun, rata-rata dari semua pasien adalah 65,4 ± 15,8 tahun yang secara mental waspada dan bersedia untuk mengikuti terapi seni.Terapi seni akan melalui beberapai tahap, yaitu pertama akan dijelaskan tujuan terapi seni untuk pasien dan melakukan survei pendahuluan. Kedua, terapis membimbing pasien untuk mendapatkan lebih banyak kenangan bahagia dan perasaan menyentuh, terapis mencoba untuk memperkuat perasaan positif ini.Ketiga, pasien santai dengan gambar favorit kemudian terapis menjelaskan arti dari gambar yang tersedia, pasien biasanya bisa berkonsentrasi dan merasakan keindahan dari gambar dan selnjutnya terapis mengevaluasi persepsi pasien.Keempat, para terapis memeriksa kondisi fisik dan mental pasien dari waktu ke waktu dan menyesuaikan terapi dengan kondisi pasien.Kelima, terapis mendorong pasien untuk melukis, menggambar,
menulis,
memahat,
membuat
kerajinan,
atau
mengambil
foto.Fokusnya adalah bukan pada teknik tetapi untuk menjadi kreatif menggunakan media artistik yang tepat. Terapis juga menjelaskan arti dari karya seni dan membangun hubungan dengan pasien. Keenam, berdasarkan kepentingan masing-masing pasien, kondisi mental dan fisik, terapis akan berunding dengan tim medis dan menyesuaikan terapi selanjutnya sehingga lebih cocok untuk pasien nantinya. Ketujuh, melalui apresiasi seni, karya seni kreatif, dan dorongan dari terapis, pasien bisa membebaskan asosiasi. Ketika santai, pasien akan menikmati karya seni mereka sendiri dan didorong untuk menuliskan apa pun yang mereka rasakan, sebagai catatan perkembangan diri dan tahap kesadaran diri secara berkala. Setiap sesi terapi berlangsung 30 menit, itu bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien.Setelah dilakukan penelitian berdasarkan metode yang telah diterapkan, sehingga didapatkan evaluasi ekspresi perasaan selama terapi seni menunjukkan bahwa, 122 pasien (69%) konsentrasi atau sangat konsentrasi selama apresiasi seni. 130 pasien (73%) sementara menganggap terapi lukisan ini menyenangkan dan 138 (73%) memberi keterangan bahwa seni bekerja dengan baik atau sangat baik baginya. 154 pasien (87%) menerima terapi dengan anggota keluarga yang ikut berpartisipasi. 110 pasien (62,1%) memiliki perasaan syukur dan iman. 150 pasien (85%) memiliki pandangan positif tentang makna kehidupan. 76 pasien (56%) bersedia untuk berbagi pandangan tentang kehidupan dan kematian. Selama terapi, 124 pasien (70%) merasa santai dengan perasaannya, dan 94 pasien (53,1%) merasa perbaikan kondisi fisik mereka. Sehingga hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah dan tanpa pengalaman melukis sebelumnya memiliki peningkatan yang lebih besar saat ekspresi artistik dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Ini mungkin karena tidak menghargai kesempatan apresiasi seni rupa dan lukisan, dimana sesuatu yang tidak mereka memiliki sebelumnya.Kebanyakan pasien memiliki anggota keluarga atau teman-teman
dengan menemani mereka selama terapi seni.Ketika anggota keluarga yang terlibat dalam terapi seni, pasien bisa berinteraksi dengan mereka dan meningkatkan kreativitas.Seorang pasien yang terinspirasi oleh gambar-gambar indah, sering merasa lega dari kecemasan dan menjadi lebih stabil dalam emosi dan anggota keluarga atau pengasuh juga bisa merasakan bantuan dari kesedihan (Hawkins, 1993).Salain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa para pasien kanker ini mampu mengatasi tekanan fisik seperti nyeri, dan kemudian mengubah rasa sakit menjadi karya seni kreatif setalah menjalani terapi seni. Penelitian ini juga didukung oleh Betty R. Ferrell &Nessa Coyle (2010) pada bukunya yang berjudul Palliative Nursing Terapi seni dapat digunakan untuk membantu pasien berkomunikasi
mengenai penyakit yang menyakitkan mereka
sedemikian rupa sehingga mereka dapat merasa dimengerti dan dihormati serta pasien mampu berkomunikasi mengenai sakit fisik dan emosionalnya sehingga dapat mengurangi penderitaan pasien (Luzzatto P, Sereno V, Capps R., 2003) Manfaat dari terapi seni ini tidak hanya dirasakan oleh pasien sendiri, melainkan pihak care giver dalam hal ini yaitu keluarga juga merasakan manfaat yang positif.Keluarga dan pasien dapat berkomunikasi dan menjadi rileks saat terapi ini diterapkan. Pernyataan tersebut juga didukung pada jurnal yang berjudul Testing the Efficacy of a Creative-Arts Intervention With Family Caregivers of Patient With Cancer yang menyatakan bahwa art terapi ini dapat meningkatkan komunikasi yang positif antara keluarga dan pasien serta penyedia tenaga kesehatan.
Jurnal Pendukung II Judul : “ Art therapy with cancer patients during chemotherapy sessions : An analysis of the patient’s perception of helpfulness”
Penulis : Silvia Forzoni, DIPL, A.T; Michela Perez, M.A. Psych; Angelo Martignetti, M.D; Sergio Crispino, M.D.
Ringkasan Jurnal Dalam 15 tahun terakhir, terapi seni menjadi fitur inovatif dalam psikoonkologi.Terapi seni telah digunakan untuk memberikan dukungan kepada pasien kanker diberbagai tahap penyakitntya dan dengan berbagai intervensinya, terutama di Inggris dan di Amerika Serikat. Tujuan terapi ini difokuskan pada 2 hal yaitu untuk menilai apakah pertemuan pasien dan terapis seni selama sesi kemoterapi bermanfaat dan untuk menjelaskan bagaimana terapi seni ini membantu dalam proses peningkatan kesehatan pasien. Antara Juni 2008 dan Februari 2009, pasien kanker menghadiri “Day Hospital Oncology” di Siena. Pasien diberitahu bahwa mereka secara individu akan mendapatkan terapi seni dari terapis yang berkualitas yang tujuannya untuk dukungan psikologis selama proses kemoterapi pasien. Terapis datang 2 kali seminggu dan menangani 157 pasien (69 laki-laki dan 88 perempuan).Sebelum melakukan tindakan ini, pasien sudah menandatangani formulir persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian.Setiap pasien rata-rata bertemu dengan terapis 4-5 sesi.Setiap sesi berlangsung rata-rata 40 menit.Sesi terapi yang pertama mengikuti SOP yang ada.Setelah sesi pertaama, terapis dan pasien bersama-sama memutuskan bagaimana kelanjutannya, sesuai dengan isi dan perasaan yang muncul pada sesi pertama.Pengalaman terapi seni yang diberikan didasarkan pada “teknik kolase”. Teknik ini meminta pasien untuk memilih beberapa
gambar
yang
relevan
dengan
pasien
dari
majalah
ilustrasi,
menggabungkan mereka di satu kertas putih, dan memberikan nama bagi karya mereka. Teknik ini tidak membutuhkan latar belakang atau kemampuan seni khusus.Terapi ini merangsang pasien mengungkapkan emosinya.Dalam sesi
berikutnya, alat dan bahan yang tersedia yakni majalah untuk kolase, spidol, crayon, dan cat air. Sampel pasien yang digunakan adalah homogen untuk daerah Tuscany dan untuk jenis pengobatan yakni kemoterapi.Psikolog bekera independen dari terapis seni.Psikolog datang 1 kali seminggu dan melihat individu dalam kelompok acak yang terdiri dari 54 pasien yang telah menyimpulkan mengikuti pengobatan kemoterapi dan terapi seni setidaknya sekali. Psikolog dan pasien bercakap-cakap mengenai apakah terapi seni ini membantu mereka dalam proses kemoterapi atau tidak. Hasil wawancara dengan pasien tersebut akan dibahas bersama-sama oleh psikolog dan terapis seni. Hasil dari wawancara dengan 54 orang dalam kelompok acak tersebut yakni 3 pasien mengatakan terapi seni belum membantu dan 51 pasien menggambarkan pengalaman seni terapi sangat membantu mereka. Studi ini menunjukkan bahwa terapi seni adalah modalitas yang sangat fleksibel dan tidak membutuhkan ruang seni yang besar serta bahan-bahan seni yang banyak untuk menjadi alat yang efektif untuk dukungan psikologis. Secara khusus, teknik kolase terbukti cocok dan meragsang titik awal untuk membimbing pasien menuju salah satu dari tiga arah yakni suasana hati yang positif, narasi pada diri sendiri, dan mencari makna, berdasarkan apa yang mereka butuhkan. Jurnal Pendukung III Judul : “ An overview of art therapy interventions for cancer patients and the results of research” Penulis :Kristina Geue, Heide Goetze, MarianneButtstaedt ,Evelyn Kleinert, Diana Richter, Susanne Singer
Ringkasan Jurnal Terapi kreatif adalah bentuk terapi komplementer atau cara supportif dalam profesi medis. Terapi seni berbasiskan menggambar dan melukis ini memiliki kaitan antara ilmu psiko-onkologi, yang bertujuan untuk mendukung pasien kanker dalam menghadapi penyakit mereka dan dampak yang penyakitnya.Terapi seni merupakan jenis intervensi psikososial tertentu.Selama dua dekade terakhir, terapi seni berdasarkan lukisan atau gambar telah diterapkan di banyak bidang institusi onkologi medis-rehabilitatif.Saat ini, terapis seni yang terlibat bisa pada semua tahap perawatan seperti perawatan medis akut, rehabilitasi, dan setelah pasien selesai perawatan. Jurnal ini khusus membahas kaitan terapi seni pada pasien kanker dengan metode mengumpulkan berbagai literature ( systematic review) dengan kriteria inklusi terapi seni yang digunakan yaitu menggambar dan melukis; pasien dikhususkan pada orang dewasa dengan kanker dengan rentang usia dari 20 sampai dengan 83 tahun; menunjukkan efektifitas terapi dan dipubilkasikan menggunakan bahasa Inggris atau Jerman. Dari hasil telaah pustaka, peneliti mendapatkan hasil dari segit kualitatif yaitu pasien lebih bebas untuk mengekdpresikan perasaan yang dialaminya, membantu membentuk strategi koping yang konstruktif, membantu meningkatkan dalam hal interaksi social serta membantu dalam proses perkembangan personal pasien. Dari segi kuantatif menunjukkan bahwa adanya peningkatan kualitas hidup pasien dengan indikator yang mengalami peningkatan yaitu social functioning and global score.
Variable kuantitatif lain yang digunakan yaitu kesehatan mental
(ansietas dan depresi) yang menunjukkan hasil yaitu penurunan yang signifikan dalam tingkat ansietas dan depresi pada saat sebelum dan sesudah intervensi yang diberikan. Hal tersebut juga sesuai dengan beberapa penelitian yang sudah ditelaah
oleh peneliti, selain itu terdapat juga pengurangan tingkat keputusasaan dan fatalism yang dialami oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Ballou, M. (1995). Psychologycal Interventions : A Guide To Strategies. Westport, CT: Praeger Publishers Case, C. & Dalley, T. (1992).The Handbook of Art Therapy. USA & Canada: Routledge.
Edward David. (2014). Art Therapy 2nd Edition.India : SAGE Forzoni, S., Perez, M., Martignetti, A., & Crispino, S. (2010). Art therapy with cancer patients during chemotherapy sessions: An analysis of the patients' perception of helpfulness.
Palliative
&
Supportive
Care,
8(1),
41-8.
doi:http://dx.doi.org/10.1017/S1478951509990691 Holt, E & Kaiser, D.H. (2009). The first step series: art therapy for early substance abuse treatment. The Arts in Psychotherapy. Geue, Kristina ., Goetze, Heide., Buttstaedt, Marianne., Kleinert, Evelyn., Richter, Diana dan Singer, Susanne. (2010). An overview of art therapy interventions for cancer patients and the results of research. Complementary TherapiesinMedicine (2010) 18, 160 — 170. doi:10.1016/j.ctim.2010.04.001 Theodoros
Manfredi.
(N.D).
Art
Therapy
Explained.
Available
http://www/healthguidance.org/entery/15875/1/Art-Therapy-Explained.html.
at
:
KEPERAWATAN KOMPLEMENTER ART THERAPY
Oleh: SGD 3
1. I Gusti Ayu Eka Setiawati Yuana Putri
(1402105003)
2. Putu Tamara Danaswari
(1402105004)
3. Putu Adyan Wacaka
(1402105016)
4. Ni Putu Diah Sukayanti
(1402105017)
5. Ni Kadek Novi Anggraeni
(1402105023)
6. Made Juliana Dewi
(1402105025)
7. Ni Made Desiana S. S.
(1402105035)
8. I Made Danuarsa Parwa
(1402105047)
9. Luh Made Indah Kusuma Dewi
(1402105052)
10. Bernadetta Diana Ariputra
(1402105063)
11. Ni Wayan Anggreni
(1402105066)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2016