BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKSRT) 2001, prevalensi anemia pada balita 0-5 tahun sekitar 47%, anak usia sekolah dan remaja sekitar 26,5%. Sementara survei di DKI Jakarta 2004 menunjukkan angka prevalensi anemia pada balita sebesar 26,5%, 35 juta remaja menderita anemia gizi besi, usia 6 bulan cadangan besi itu akan menipis, sehingga diperlukan asupan besi tambahan untuk mencegah kekurangan besi. Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah
rentang
nilai
yang
berlaku
untuk
orang
sehat
(Nelson,1999).
Kebanyakan anemia pada anak adalah anemia kekurangan zat besi atau iron deficiency anemia. Penyebabnya umumnya adalah pola makan yang kurang tepat. Anemia lainnya adalah anemia karena pendarahan, anemia karena pabriknya mengalami gangguan (sumsum tulang tidak memproduksi sel-sel darah dengan baik dan penyebabnya bermacam-macam), bisa juga anemia karena yang bersangkutan mende rita suatu penyakit keganasan seperti kangker, leukemia dll, tapi biasanya dokter akan tahu karena hati dan limpanya membesa Anemia bisa menyebabkan kerusakan sel otak secara permanen lebih berbahaya dari kerusakan sel-sel kulit.Sekali sel-sel otak mengalami kerusakan tidak mungkin dikembalikan seperti semula.Karena se mula.Karena itu, pada masa emas dan kritis perlu mendapat perhatian.
B. Rumusan Masalah
a) Apakah pengertian dari anemia? b) Apa etiologi dari anemia? c) Bagaimana patogenese dari anemia? d) bagaimana manifestasi klinis dari anemia? e) apa tanda dan gejala dari anemia?
f) Bagaimana pemeriksaan diagnostic pada anemia? g) bagaimana penatalaksanaa medis dari anemia? h) Bagaimana pencegahan dari anemia? i) Apakomplikasi dari penyakit anemia? j) Apa prognosis dari anemia? k) Bagaimana Askep pada pasien dengan anemia?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian anemia 2.
Mengetahui etiologi anemiaa
3. Mengetahui patofisologi anemia 4. Mengetahui tanda dan gejala anemia 5. Mengetahui macam-macam anemia 6. Mengetahui komplikasi dan penatalaksanaan pasien anemia 7. Mengetahui Asuhan Keperawatan Anemia Pada Anak
BAB II TINJAUAN MEDIS
A. Pengertian
Anemia berkurangnya jumlah eritrosit ( sel darah merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah. Hamper semua gangguan pada system peredaran darah disertai anemia yang ditandai warna kepucatan pada tubuh, terutama ekstremitas. Penyebab anemi dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena : a) Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi defisiensi Fe, Thalasemia, dan anemi infeksi kronik. b) Perubahan
sintesa
DNA
akibat
kekurangan
nutrient
yang
dapat
menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat c)
Fungsi sel induk (stem sel) terganggu, sehingga dapat menimbulkan anemi aplastik dan leukemia
d) Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma 2. Kehilangan darah a) Akut karena perdarahan atau trauma/ kecelakaan yang terjadi secara mendadak. b) Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia. 3.
Meningkatrnya pmecahan eritrosit (hemolisis). Hemolisis dapat terjadi karena : a) Factor bawaan. Misalnya kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah kerusakan eritrosit). b) Factor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit.
4. Bahan baku untuk pembentuk eritrosit tidak ada. Bahan baku yang dimaksud adalah protein, asam folat, Vitamin B12, dan minral.
B. Etiologi
1. Asupan susu sapi yang berlebihan.
2. Asupan yang tidak adekuat dari bahan-bahan makanan yang banyak mengandung besi. 3. Ketidakcukupan jumlah hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah. 4. Kehilangan darah yang kronis. 5. Lahir dengan persediaan zat besi yang terlalu sedikit. 6. Defisiensi folat (vitamin B12).
C. Patofisiologi
Anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya.Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia
WOC
Asupan besi yang
Penurunan resorbsi
Kebutuhan yg
tidak cukup
karena karena
meningkat
kelainan pada
(pertumbuhan cepat)
usus/karena banyak men konsumsi teh
Tidak dpt mmnuhi
Gangguan
Kebutuhan fe
kebutuhan untuk
penyerapan fe
meningkat
pembentukan sel darah merah Pembuatan hem dan hb terganggu
Tubuh kurang fe
Sel darah merah yg dihasilkan jumlah lebih sedikit
Kadar hb dlm darah
Kekurangan hb
Atau konsentrasi sel darah merah kurang Pembuatan eritrosit mengalami penuruna ANEMIA
Ketidakadekuatan masukan kadar fe Kondisi tubuh yg lemah ,kulit pucat
Kelemahan otot,sering beristirahat ,sesak nafas Mudah lemah,kulit pucat
Tindakan tranfusi
Intoleransi aktifitas
Ketidakefektifan Ansietas/cemas
perfusi jaringan
Tanda dan Gejala Anemia Pada Anak
Tanda dan gejala anak anemia sebenarnya bisa dideteksi oleh orang tua. Bagaimana orang tua bisa mengenali tanda anemia pada anak itulah adalah salah satu cara untuk bisa menangani semenjak awal anemia ini dan juga memberikan pengobatan anemia itu sendiri. Tanda anemia anak bisa berupa : 1. Anak terlihat lemah, letih, lesu, hal ini karena oksigen yang dibawa keseluruh tubuh berkurang karena media trasportnya berkurang (Hb) kurang sehingga tentunya yang membuat energy berkurang dan dampaknya adalah 3L, lemah, letih dan lesu 2. Mata berkunang-kunang. Hampir sama prosesnya dengan hal diatas, karena darah yang membawa oksigen berkurang, aliran darah serta oksigen ke otak berkurang pula dan berdampak pada indra penglihatan dengan pandangan mata yang berkunang-kunang. 3.
Menurunnya daya pikir, akibatnya adalah sulit untuk berkonsentrasi
4. Daya tahan tubuh menurun yang ditandai dengan mudah terserang sakit 5. Pada tingkat lanjut atau anemia yang berat maka anak bisa menunjukkan tandatanda detak jantung cepat dan bengkak pada tangan dan kaki
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang: 1. Anemia aplastik: a) Transplantasi sumsum tulang b) Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG) 2. Anemia pada penyakit ginjal a) Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat b) Ketersediaan eritropoetin rekombinan 3. Anemia pada penyakit kronis Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang
mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat. 4. Anemia pada defisiensi besi a) Dicari penyebab defisiensi besi b) Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus. 5. Anemia megaloblastik a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensidisebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM. b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selamahidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi. c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
E. Pemeriksaan Diagniostik :
1
Pemeriksaan darah lengkap : retikulosit (jumlah darah bervariasi dari 30% – 50%), leukositos (khususnya pada krisis vaso-oklusit) penurunan Hb/Ht dan total SDM.
2
Pemeriksaan pewarnaan SDM : menunjukkan sabit sebagian atau lengkap, sel bentuk bulan sabit.
3
Tes tabung turbiditas sabit : pemeriksaan rutin yang menentukan adanya hemoglobin S, tetapi tidak membedakan antara anemia sel sabit dan sifat yang diwariskan (trait)
4
Elektroforesis hemoglobin : mengidentifikasi adanya tipe hemoglobin abnormal dan membedakan antara anemia sel sabit dan anemia sel trait.
5
LED : meningkat
6
GDA : dapat menunjukkan penurunan PO2
7
Bilirubin serum : meningkat
8
LDH : meningkat
9
IVP : mungkin dilakukan untuk mengevaluasi kerusakan ginjal
10 Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang
11 Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang (Doenges E.M, 2002, hal
: 585). F.
Pencegahaan Seperti dengan mengkonsumsi makanan-makanan yang banyak mengandung zat
besi, asam folat, vitamin b12, vitamin c. cara pencegahan anemia serta jenis-jenis makanan yang bisa membantu
mencegah anemia diantaranya: : a) konsumsi makanan yang banyak mengandung Zat besi Makanan yang banyak mengandung zat besi seperti daging, kacang, sayursayuran yang berwarna hijau dan lain-lain.zat besi juga sangat penting untuk wanita yang sedang menstruasi, wanita hamil dan anak-anak. b) konsumsi makanan yang banyak mengandung Asam Folat konsumsi makanan yang banyak mengandung Asam folat seperti pisang, sayuran hijau gelap, jenis kacang-kacangan, jeruk, sereal dan lain-lain. c) makanan yang mengandung Vitamin B 12. Bisa didapatkan dengan mengkonsumsi daging dan susu d) Makanan dan minuman yang mengandung Vitamin C Banyak sekali manfaat-manfaat Vitamin C, salah satunya yaitu bisa membantu penyerapan zat besi.jenis-jenis Makanan yang banyak mengandung vitamin C seperti buah melon, buah jeruk, dan buah beri. itulah beberapa cara mencegah penyakit anemia secara alami
G. Komplikasi
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak kematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi pooling sel darah merah ke RES dan kompartemen vaskular sehingga hematokrit mendadak menurun.Pada orang dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung progresif. Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis, seranganserangan priapismus dan dapat berakhir dengan impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan ginjal berupa nekrosis papilla karena sickling dan infaris menyebabkan hematuria
yang
sering
berulang-ulang
sehingga
akhirnya
ginjal
tidak
dapat
mengkonsentrasi urine.Kasus-kasus Hb S trait juga dapat mengalami hematuria. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal : 536)
H. Prognosis
Sekitar 60 % pasien anemia sel sabit mendapat serangan nyeri yang berat hampir terus-menerus dan terjadinya anemia sel sabit selain dapat disebabkan karena infeksi dapat juga disebabkan oleh beberapa faktor misalnya perubahan suhu yang ekstrim, stress fisis atau emosional lebih sering serangan ini terjadi secara mendadak. Orang dewasa dengan anemia sel sabit sebaiknya diimunisasi terhadap pneumonia yang disebabkan pneumokokus.Tiap infeksi harus diobati dengan antibiotik yang sesuai. Transfusi sel darah merah hanya diberikan bila terjadi anemia berat atau krisis aplastik Pada kehamilan usahakan agar Hb berkisar sekitar 10 – 12 g/dl pada trimester ketiga.Kadar Hb perlu dinaikkan hingga 12 – 14 g/dl sebelum operasi.Penyuluhan sebelum memilih teman hidup adalah penting untuk mencegah keturunan yang homozigot dan mengurangi kemungkinan heterozigot. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal : 534)
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
a) Pengumpulan data. 1. Identitas klien. Pengkajian mengenai nama, umur dan jenis kelamin, alamat, no.register dan keluhan utama saat anak masuk rumah sakit. 2. Riwayat penyakit sekarang. Kronologis penyakit yang dialami saat ini sejak awal hingga anak dibawa ke rumah sakit secara lengkap meliputi PQRST: P: Provoking Q: Quality R:Regio S: Severity T: Time 3.
Riwayat penyakit dahulu. Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu.Mungkin ketika masih bayi, baik yang ada hubungannya dengan penyakit sekarang maupun yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat operasi dan riwayat alergi.
4. Riwayat kesehatan keluarga. Adakah penyakit degeneratif dari keluarga perlu juga untuk dikaji.Atau adanya penyakit ganas dan menular yang dimiliki oleh anggota keluarganya. 5. Riwayat Tumbuh Kembang Tahap pertumbuhan;
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada ratarata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter
menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi. Tahap perkembangan:
Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu
untuk
melakukan
sesuatu
percobaan
yang
menantang
ketrampilan motorik dan bahasanya.
Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).
Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 47 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan magical thinking.
Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari orang tua atau guru dan belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman.
Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendektinggi,baik-nakal,
bermain
sesuai
peran
jenis
kelamin,
membandingkan ukuran tubuhnya dengan kelompoknya.
Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “. Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama
pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.
Perkembangan bahasa yaitu vocabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana.
Tingkah
laku
personal
sosial
yaitu
dapat
memverbalisasikan
permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga
6. Riwayat Imunisasi
Anak usia pra sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak. 7.
Riwayat Nutrisi Untuk mengetahui status gizi pada anak, adakah tanda-tanda yang menunjukkan anak mengalami gangguan kekurangan nutrisi.
8.
Pemeriksaan fisik a) Status kesehatan umum
Perlu
dikaji
tentang
kesadaran
klien,
kecemasan,
gelisah,
kelemahan yang nampak pada klien. b) Integumen Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan kusam. c) Kepala.
Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat trauma, adanya keluhan sakit kepala atau pusing, vertigo kelang ataupun hilang kesadaran. d) Mata. Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres yang di rasakan klien. Serta riwayat penyakit mata lainya. e)
Hidung Lakukan inspeksi bentuk hidung, adanya kelainan dan fungsi olfaktori.
f) Mulut dan laring Dikaji adanya perdarahan pada gusi.Gangguan rasa menelan dan mengunyah, dan sakit pada tenggorok. g) Leher Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesran tiroid serta adanya pembesaran vena jugularis. h)
Thorak 1. Inspeksi Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis,
sifat
dan
irama
pernafasan
serta
frekwensi
pernafasan. 2. Palpasi. Pada palpasi di kaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus. 3. Perkusi Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah. 4. Auskultasi. Kaji bagaimana suara nafas, adakah bunyi-bunyi tambahan nafas. i)
Kardiovaskuler.
Jantung dikaji adanya pembesaran jantung atau tidak, dan hyperinflasi suara jantung melemah.Tekanan darah dan nadi yang meningkat atau tidak. j) Abdomen dan genitalia. Perlu dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta adanya tanda-tanda kelainan yang lain. Inspeksi genitalia dan kaji adanya kelainan yang timbul. k)
Ekstrimitas. Dikaji adanya edema extremitas, tremor dan adanya tanda-tanda sianosis.
l) Pemeriksaan penunjang. Lakukan pemeriksaan penunjang kadar Hb, hematokrit, MCV, MCHC, konsentrasi protoporfirin eritrosit serta Saturasi transferin dan konsentrasi feritin. Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang untuk analisa elemen darah pada penderita anemia biasanya akan menunjukkan hasil sebagai berikut.
Konsentrasi Hb menurun.
Hematokrit menurun.
MCV dan MCHC menurun.
Keluasan distribusi sel darah merah (kadar: 14%
Konsentrasi protoporfirin eritrosit, 1 — 2 tahun: 80 µg/dl sel darah merah
Saturasi transferin , lebih muda dari 6 bulan: 15 µg/L atau kurang.
Konsentrasi feritin serum kurang dari 16%.
B. Diagnosa Keperawatan
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien anemia sel sabit baik aktual maupun potensial adalah sebagai berikut : 1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan menyeluruh
2. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan 3. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan perubahan tekanan darah. C. Intervensi dan Implementasi
No. Dx Keperawatan 1.
NOC
NIC
aktifitas Care : ADLs Toleransi aktivitas berhubungan dengan Konservasi eneergi kelemahan menyeluruh Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Intoleransi
Kriteria Hasil :
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri Keseimbangan aktivitas dan istirahat
obserrvasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik) Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasie Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai antu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas Bantu pasien untuk
mengembangka n motivasi diri dan penguatan Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
2.
Kontrol rol kecemasan Anxiety Reduction Koping (penurunan berhubungan Setelah dilakukan asuhan kecemasan) dengan perubahan selama 1x24 jam klien kecemasan Gunakan pendekatan teratasi dgn kriteria hasil: yang menenangkan status kesehatan Klien mampu Nyatakan dengan mengidentifikasi dan jelas harapan mengungkapkan gejala terhadap pelaku cemas pasien Mengidentifikasi, Jelaskan semua mengungkapkan dan prosedur dan apa menunjukkan tehnik untuk yang dirasakan mengontol cemas selama prosedur Vital sign dalam batas normal Temani pasien untuk Postur tubuh, ekspresi wajah, memberikan bahasa tubuh dan tingkat keamanan dan aktivitas menunjukkan mengurangi takut berkurangnya kecemasan Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis Libatkan keluarga untuk mendampingi klien Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi Dengarkan dengan penuh perhatian Identifikasi tingkat kecemasan Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan Dorong pasien untuk mengungkapkan
1. Kecemasan
perasaan, ketakutan, persepsi Kelola pemberian
obat anti cemas 3.
1. Ketidakefektifan perfusi
Peripheral
jaringan Tissue perfusion:cerebral
berhubungan dengan
Circulation status
perubahan
managemen
Kriteria hasil :
tekanan darah.
Tekanan
systole
dan
keluarga untuk mengobservasi
yg diharapkan
kulit jika ada isi
Tidak
ada
atau laserasi.
ortostatik
tekanan
Monitor adanya paritese
Tidak ada tanda-tanda peningkatan
Instruksikan
diastol dalam rentang
hipertensi
sensation
Gunakan
intrakranial(tidak lebih
sarung
dari 15 mmHg)
untuk proteksi
Berkomunikasi dengan
tangan
Batasi gerakan
jelas dan sesuai dengan
pada
kemampuan
kepala,leher
Menunjukkan
dan punggung
perhatian,kensrentasi
Monitor
dan orientasi
kemampuan
Memproses informasi
bab
Membuat
keputusan
Kolaborasi pemberian
dengan benar
analgetik
Monitor adanya tromboplebitis
Diskusikan mengenai penyebab
perubahan sensasi
D. Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran dari keberhasilan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam menggunakan proses perawatan. Hasil evaluasi yang diharapkan / kriteria : evaluasi pada klien dengan anemia sel sabit adalah sebagai berikut : 1
Mengatakan pemahaman situasi / faktor resiko dan program pengobatan individu dengan kriteria :
2
Menunjukkan teknik / perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.
3
Melaporkan
kemampuan
melakukan
peningkatan
toleransi
aktivitas.
Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan dengan kriteria : 4
Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala peyebab.
5
Melakukan
perubahan
perilaku
dan
berpartisipasi
pada
pengobatan.
Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi dengan kriteria : 6
Menyatakan penerimaan diri dan lamanya penyembuhan.
7
Menyukai diri sebagai orang yang berguna.
8
Mempertahankan hidrasi adekuat dengan kriteria :
9
Tanda-tanda vital stabil, turgor kulit normal, masukan dan kelua ran seimbang.
10 Menunjukkan
perilaku
perubahan
pola
hidup
untuk
meningkatkan
/
mempertahankan berat badan yang sesuai dengan kriteria : BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal.Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru yang mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah,
sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh B.
Saran
1
Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa keperawatan
2
Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan.
Daftar Pustaka
Barkin, R. M. 1995. Diagnosis Pediatri yang Berorientasi pada Masalah. Jakarta: Binarupa Aksara. Behrman, R. E., Kliegman, R. M. & Arvin, A. M. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC. Betz, C. L. & Sowden, L. A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC. Betz, L. B. & Sowden, L. A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Jakarta: EGC. Departemen Kesehatan RI-Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 1978. Perawat Anak di Pusat Kesehatan Masyarakat . Shelov, S. P. 2004. Panduan Lengkap Perawatan untuk bayi dan Balita. Jakarta: Arcan. Wong, D. L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik . Jakarta: EGC. Kowalak, J.P., Welsh, W. & Mayer, B. (Ed). 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC. Mudayatiningsih, S., Lundy, F. & Mugianti, S. 2011. Modul Pemeriksaan Fisik dan Implikasinya dalam Keperawatan.