ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL KRONIK
Disusun Oleh: Suhendra Agung W.
Kelas VII B S1 Ilmu Keperawatan
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDIKIA MEDIKA JOMBANG 2011
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah membe emberi rik kan
berk erkat, at,
rahm rahmat at,,
serta erta
karu karun nia-N ia-Ny ya,
sehi sehin ngga gga
saya aya
dapat apat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gagal Ginkal Kronik” ini dengan tidak ada halangan yang berarti. Makala Makalah h ini saya saya susun susun dengan dengan tujuan tujuan agar agar dapat dapat dijadi dijadikan kan sebaga sebagaii referen referensi si bagi bagi pembac pembacaa yang yang ingin ingin menget mengetahu ahuii lebih lebih jauh jauh mengen mengenai ai Sistem Sistem Perkemihan II. Selain itu makalah ini saya susun juga untuk memenuhi tugas dari dosen Sistem Perkemihan II. Saya Saya menyad menyadari ari sepenu sepenuhny hnyaa bahwa bahwa makala makalah h ini masih masih jauh jauh dari dari kata kata semp sempur urna na.. Oleh Oleh kare karena na itu, itu, saya saya meng mengha hara rap p tegu tegurr sapa sapa dan dan krit kritik ik yang yang memban membangun gun dari dari para para pembac pembacaa guna guna perbai perbaikan kan dan pening peningkat katan an untuk untuk karya karya selanjutnya. Demikian kiranya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan pembaca pada khususnya.
Jombang, 12 Oktober 2011
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
i
KATA PENGANTAR ........................................................................................
ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN a.
Latar Belakang ...........................................................................
1
b.
Rumusan Masalah ......................................................................
1
c.
Tujuan ........................................................................................
2
BAB II TINJAUAN TEORI a) Pengertian..............................................................................
3
b) Klasifikasi..............................................................................
3
c) Etiologi...................................................................................
3
d) Patofisiologi...........................................................................
4
e) Manifestasi Klinis..................................................................
4
f) Pemeriksaan Penunjang.........................................................
7
g) Penatalaksanaan.....................................................................
8
h) Komplikasi.............................................................................
9
i) Prognosis................................................................................
9
j) Asuhan Keperawatan Pasien GGK........................................
9
BAB III PENUTUP a.
Simpulan ............................................................................................... 21
b.
Saran ..................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 22
3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ginjal merupakan organ yang sangat penting bagi tubuh kita. Hal itu disebabkan karena fungsi ginjal yang cukup sentral, yaitu sebagai penyeimbang cairan dan elektrolit tubuh, membantu proses eritropoesis, sekresi hormon, dan lain-lain. Dengan fungsinya tersebut maka ginjal mempunyai peranan yang sangat penting dalam semua aktivitas tubuh. Dengan fungsi ginjal yang begitu vital, maka akan sangat merugikan bagi tubuh jika ginjal mengalami gangguan. Ada beberapa macam gangguan pada ginjal, salah satunya adalah Gagal Ginjal Kronik. Gagal ginjal kronik adalah suatu kondisi dimana ginjal gagal melakukan fungsinya secara normal yang sudah berlangsung lama, bersifat progresif dan irrefersibel. Berdasarkan pengertiannya gagal ginjal kronik merupakan masalah yang serius bagi seseorang, karena kerusakan pada ginjal irrefersibel. Oleh karena itu perlu penanganan yang khusus dan intensif untuk menyambung hidup dari penderitanya. Berdasarkan pada beberapa hal diatas penyusun tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik” dalam makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Makalah ini kami susun berdasarkan pada pengembangan dari beberapa pokok persoalan berikut, yaitu : 1. Apa pengertian dari gagal ginjal kronik ? 2. Bagaimana klasifikasi dari gagal ginjal kronik ? 3. Apa etiologi dari gagal ginjal kronik ? 4. Bagaimana patofisiologi dari gagal ginjal kronik ? 5. Bagaimana manifestasi dari gagal ginjal kronik ? 6. Apa pemeriksaan penunjang dari gagal ginjal kronik ? 7. Bagaimana penatalaksanaan dari gagal ginjal kronik ?
4
8. Apa komplikasi dari gagal ginjal kronik ? 9. Bagaimana prognosis dari gagal ginjal kronik ? 10. Bagaimana asuhan keperawatan pasien gagal ginjal kronik ?
C. TUJUAN
Makalah ini kami susun untuk mengetahui : 1. Pengertian dari gagal ginjal kronik 2. Klasifikasi dari gagal ginjal kronik 3. Etiologi dari gagal ginjal kronik 4. Patofisiologi dari gagal ginjal kronik 5. Manifestasi dari gagal ginjal kronik 6. Pemeriksaan penunjang dari gagal ginjal kronik 7. Penatalaksanaan dari gagal ginjal kronik 8. Komplikasi dari gagal ginjal kronik 9. Prognosis dari gagal ginjal kronik 10. Asuhan keperawatan pasien gagal ginjal kronik
5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal yang menahun yang umumnya tidak riversibel dan cukup lanjut. (Suparman, 1990: 349). Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal yang menyebabkan ketidakmampuan mempertahankan substansi tubuh dibawah kondisi normal (Betz Sowden, 2002 ) Gagal Ginjal Kronik adalah kerusakan yang progresif pada nefron yang mengarah pada timbulnya uremia yang secara perlahan-lahan meningkat ( Rosa M. Sacharin, 1996). Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat, biasanya berlangsung dalam beberapa tahun (Lorraine M Wilson, 1995: 812).
B. KLASIFIKASI
Sesuai dengan test
kreatinin klirens,
maka GGK
klasifikasikan menjadi 4, dengan pembagian sebagai berikut : 1.
100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang.
2.
75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik.
3.
25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik.
4.
< 5 ml/mnt, disebut gagal ginjal terminal.
C. ETIOLOGI
1. Infeksi 2. Diabetes Mellitus yang menyebabkan nefropati DM. 3. SLE yang menyebabkan nefropati SLE. 4. Riwayat batu yang menyebabkan penyakit ginjal glomerular. 5. Riwayat edema yang mengarah ke penyakit ginjal glomerular.
6
dapat di
D. PATOFISIOLOGI
Ginjal
mempunyai
kemampuan
nyata
untuk
mengkompensasi
kehilangan nefron yang persisten yang terjadi pada gagal ginjal kronik. Jika angka filtrasi glomerolus menurun menjadi 5-20 ml/menit/1,73 m2, kapasitas ini mulai gagal. Hal ini menimbulkan berbagai masalah biokimia berhubungan dengan bahan utama yang ditangani ginjal. Ketidakseimbangan natrium dan cairan terjadi karena ketidakmampuan ginjal untuk memekatkan urin. Hiperkalemia terjadi akibat penurunan sekresi kalium. Asidosis metabolik terjadi karena kerusakan reabsorbsi bikarbonat dan produksi ammonia. Demineralisasi tulang dan gangguan pertumbuhan terjadi
akibat sekresi
hormon paratiroid,
peningkatan
fosfat plasma
(penurunan kalsium serum, asidosis) menyebabkan pelepasan kalsium dan fosfor ke dalam aliran darah dan gangguan penyerapan kalsium usus. Anemia terjadi karena gangguan produksi sel darah merah, penurunan rentang hidup sel darah merah, peningkatan kecenderungan perdarahan (akibat kerusakan fungsi trombosit). Perubahan pertumbuhan berhubungan dengan perubahan nutrisi dan berbagai proses biokimia.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis persistem : 1. Hematologik Anemia
normokrom, gangguan fungsi trombosit, trombositopenia,
gangguan lekosit. 2. Gastrointestinal Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva. 3. Syaraf dan otot Miopati, ensefalopati metabolik, burning feet syndrome, restless leg syndrome. 4. Kulit Berwarna pucat, gatal-gatal dengan eksoriasi, echymosis, urea frost, bekas garukan karena gatal.
7
5. Kardiovaskuler Hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema. 6. Endokrin Gangguan toleransi glukosa, gangguan metabolisme lemak, gangguan seksual, libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki, gangguan metabolisme vitamin D. Manifestasi klinis secara umum : 1. Ketidakseimbangan cairan a. Kelebihan cairan : edema, oliguri, hipertensi, gagal jantung kongestif b. Penipisan volume vaskuler : poliuria, penurunan asupan cairan, dehidrasi 2. Ketidakseimbangan elektrolit a. Hiperkalemia : gangguan irama jantung, disfungsi miokardial b. Hipernatremia : haus, stupor, takikardia, membran kering, peningkatan refleks tendon profunda, penurunan tingkat kesadaran c. Hipokalemia dan hiperfosfatemia : iritabilitas, depresi, kram otot, parastesia, psikosis, tetani d. Hipokalemia : penurunan reflek tendon profunda, hipotonia, perubahan EKG 3. Ensefalopati dan neuropati uremik a. Gatal gatal b. Kram dan kelemahan otot c. Bicara tidak jelas d. Parastesia telapak tangan dan telapak kaki e. Konsentrasi buruk f.
Mengantuk
g. Tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial h. Koma i.
Kejang
8
Web Of Caution
Infeksi, DM, SLE, batu ginjal Kerusakan nefron Kronis dan irreversibel GGK
↓ metabolisme protein
gangguan RAAS
↓ tekanan onkotik
gangguan sirkulasi
↑tekanan hidrostatik
Resiko ↓ CO
eritropoetin ↓
Clearence urea ↓
eritropoesis ↓ hiperuremia anemia Gatal2
stuff cairan ke interstitial
G3 Perfusi Jaringan
kelemahan
eritrosit <
Resti Cidera
Hb <
Suplai O2 ke jaringan ↓
Gangguan Rasa Nyaman
Avinitas darah pada O2 ↓
edema menekan n. vagus anoreksia Nutrisi < kbutuhan
hipoksia jaringan
O2 dalam jaringan ↓ (PO2 ↓)
Resiko Kerusakan Integritas Kulit
Sesak nafas Gangguan Pola Nafas
9
retensi elektrolit
perubahan status kesehatan
penumpukan Na. K kurang pengetahuan stuff cairan Ansietas edema Ketidakseimbangan Cairan & Elektrolit
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Radiologi Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari komplikasi yang terjadi.
2.
Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/ obstruksi) Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
3.
IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
4.
USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim
ginjal,
antomi
sistem
pelviokalises,
ureter
proksimal, kandung kemih serta prostat. 5.
Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
6.
Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.
7.
Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk falanks jari), kalsifikasi metastasik.
8.
Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini dianggap sebagai bendungan.
9.
Pemeriksaan
Pielografi Retrograd
bila
dicurigai
obstruksi yang
reversibel. 10. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia). 11. Biopsi ginjal 12. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang, kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang 10
rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan. - Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan ferifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan, peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.
G. PENATALAKSANAAN
1.
Tentukan dan tatalaksana terhadap penyebab.
2.
Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan
3.
Diet tinggi kalori rendah protein.
garam.
11
4.
Kendalikan hipertensi.
5.
Jaga keseimbangan eletrolit.
6.
Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang akibat GGK.
7.
Modifikasi terapi obat sesuai dengan keadaan ginjal.
8.
Deteksi dini terhadap komplikasi dan berikan terapi.
9.
Persiapkan program hemodialisis.
10.
Transplantasi ginjal.
H. KOMPLIKASI
1. Hipertensi. 2.
Infeksi traktus urinarius.
3.
Obstruksi traktus urinarius.
4.
Gangguan elektrolit.
5.
Gangguan perfusi ke ginjal.
I. PROGNOSIS
Pada penyakit gagal ginjal dini (mikroalbuminuria) sudah mempunyai prognostik morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Dengan memberatnya kelainan ginjal, disertai dengan penurunan fungsi ginjal, prognosis terbukti semakin buruk, menuju gagal ginjal yang memerlukan dialisis, komplikasi organ target yang mengurangi kualitas hidup dan meningkatkan angka kematian (Suhardjono, 2001).
J. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GGK a. PENGKAJIAN
1. Biodata Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 th), usia muda, dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria. 2. Keluhan utama Kencing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera makan (anoreksi), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau (ureum), gatal pada kulit.
12
3. Riwayat penyakit Sekarang: Diare, muntah, perdarahan, luka bakar, rekasi anafilaksis, renjatan kardiogenik. Dahulu:
Riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih,
payah jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign Prostatic Hyperplasia, prostatektomi. 4. Keluarga:
Adanya
penyakit
keturunan Diabetes
Mellitus
(DM). 5. Pola aktivitas sehari-hari a)
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gagal ginjal kronik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien. b)
Pola nutrisi dan metabolisme : Anoreksi, mual, muntah dan
rasa pahit pada rongga mulut, intake minum yang kurang. dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan klien. Gejala ; Peningkatan berat badan cepat (oedema) penurunan berat badan (malnutrisi) anoreksia, nyeri ulu hati, mual muntah, bau mulut (amonia) Penggunaan diuretik. Tanda : Gangguan status mental, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, kejang, rambut tipis, kuku rapuh.
c)
Pola Eliminasi
Eliminasi uri :
13
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat, tidak dapat kencing. Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut) abdomen kembung, diare atau konstipasi. Tanda: Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau anuria. Eliminasi alvi : Diare. d)
Pola tidur dan Istirahat : Gelisah, cemas, gangguan tidur.
e)
Pola Aktivitas dan latihan : Klien mudah mengalami
kelelahan
dan
lemas
menyebabkan
klien
tidak
mampu
melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal. Gejala : kelelahan ektremitas, kelemahan, malaise,. Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak. f)
Pola hubungan dan peran.
Gejala : kesulitan menentukan kondisi. (tidak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran). g)
Pola sensori dan kognitif.
Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik/tidak, klien mengalami disorientasi/ tidak. h)
Pola persepsi dan konsep diri.
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan,
banyaknya
biaya
perawatan
dan
pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem). i)
Pola seksual dan reproduksi.
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual,
14
gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas.
j)
Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping.
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor stress, perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan klien tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif. Gejala : faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian. k)
Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta gagal ginjal kronik dapat menghambat klien dalam melaksanakan ibadah maupun mempengaruhi pola ibadah klien. 6. Tanda vital:
Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah,
hipertensi, nafas cepat dan dalam (Kussmaul), dyspnea. 7. Body Systems : k)
Pernafasan (B 1 : Breathing)
Gejala : nafas pendek, dispnoe nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum, kental dan banyak, Tanda
; takhipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi,
Batuk
produktif dengan / tanpa sputum. l)
Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi nyeri dada atau angina dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.
15
Tanda : Hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, piting pada kaki, telapak tangan, Disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi ortostatik, friction rub perikardial, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning.kecendrungan perdarahan.
m)
Persyarafan (B 3 : Brain)
Kesadaran : Disorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent sampai koma. n)
Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat, tidak dapat kencing. Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut) abdomen kembung, diare atau konstipasi. Tanda: Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau anuria. o)
Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva dan Diare p)
Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, (memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi. Tanda : Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimoosis pada kulit, fraktur tulang, defosit fosfat kalsium,pada kulit, jaringan lunak, sendi keterbatasan gerak sendi. 8. Pemeriksan fisik : a)
Kepala: Edema muka terutama daerah orbita, mulut bau
khas ureum. b)
Dada: Pernafasan cepat dan dalam, nyeri dada.
c)
Perut: Adanya edema anasarka (ascites).
d)
Ekstrimitas: Edema pada tungkai, spatisitas otot.
e)
Kulit: Sianosis, akaral dingin, turgor kulit menurun.
16
b. DIAGNOSA
1. Resiko tinggi terjadinya penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan frekuensi, irama,
konduksi
jantung,
akumulasi/penumpukan
urea
toksin,
kalsifikasi jaringan lunak. 2. Resiko tinggi terjadi cedera (profil darah abnormal) berhubungan dengan penekanan, produksi/sekresi eritpoietin, penurunan produksi Sel Darah Merah gangguan faktor pembekuan, peningkatan kerapuhan vaskuler. 3. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolik, sirkulasi (anemia, iskemia jaringan) dan sensasi (neuropati ferifer), penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi areum dalam kulit. 4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya. 5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
c. INTERVENSI
1. Resiko tinggi terjadinya penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan dan elektrolit, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung, akumulasi/penumpukan urea toksin, kalsifikasi jaringan lunak. Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam tidak terjadi penurunan curah jantung. Kriteria
: tekanan darah sistole antara 100 – 140 dan diastole antara
70 – 90 mmHg , frekuensi nadi antara 60 - 100, nadi perifer yang kuat, capilary refill time yang baik. Rencana: a. Auskultasi suara jantung dan paru. Evaluasi adanya edema, perifer,
kongesti vaskuler dan keluhan dispnoe.
17
R/ Adanya edema paru, kongesti vaskuler, dan keluhan dispnea manunjukan adanya renal failure. b. Monitor tekanan darah, nadi, catat bila ada perubahan tekanan darah akibat perubahan posisi. R/ Hipertensi yang signifikan merupakan akibat dari gangguan renin angiotensin dan aldosteron. Tetapi ortostatik hipotensi juga dapat terjadi akibat dari defisit intravaskular fluid. c. Kaji adanya keluhan nyeri dada, lokasi dan skala keparahan. R/ Hipertensi dan Chronic renal failure dapat menyebabkan terjadinya myocardial infarct. d. Kaji tingkat kemampuan klien beraktivitas. R/ Kelemahan dapat terjadi akibat dari tidak lancarnya sirkulasi darah. e. Kolaborasi dalam:
-
Pemeriksaan laboratorium (Na, K), BUN, Serum kreatinin,
Kreatinin klirens.
-
Pemeriksaan thoraks foto.
-
Pemberian obat-obatan anti hipertensi.
-
Siapkan Dialisis
2. Resiko tinggi terjadi cedera (profil darah abnormal) berhubungan dengan penekanan, produksi/sekresi eritpoietin, penurunan produksi Sel Darah Merah gangguan faktor pembekuan, peningkatan kerapuhan vaskuler. Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
tidak terjadi cedera Kriteria
: Tidak mengalami tanda-tanda perdarahan,lab. Dalam
batas normal. Rencana: a. Perhatikan keluhan peningkatan kelelahan, kelemahan, takikardia, mukosa / kulit pucat, dispnoe, nyeri dada. R/ Dapat menunjukan anemia, dan respon jantung untuk mempertahankan oksigensi sel.
18
b. Awasi tingkat kesadaran dan prilaku. R/ Anemia dapat menyebabkan hipoksia, serebral, perubahan prilaku mental dan orientasi.
c. Evaluasi respon terhadap aktivitas. R/ Anemia menurunkan oksigenasi jaringan, meningkatkan kelelahan, memerlukan perubahan aktivitas (istirahat). d. Observasi perdarahan terus menerus dari tempat penusukan, atau pada area mukosa. R/ Mengalami kerapuhan kapiler. e. Awasi haematemesis atau sekresi GI / darah feses. R/ Stress dan abnormalitas hemostatik dapat mengakibatkan perdarahan GI track. f. Berikan sikat gigi halus, pencukur elektrik, gunakan jarum kecil pada saat penyuntikan, lakukan penekanan lebih lama setelah penyuntikan. R/ Menurunkan resiko perdarahan / pembentukan hematoma. Kolaborasi : a.
Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap, Thrombosit,
Faktor Pembekuan dan Protrombin. R./ Uremia, menurunkan produksi eritropoetin, menekan produksi Sel Darah Merah. Pada gagal ginjal kronik, Hb, hematokrit biasanya rendah. b.
Pemberian transfusi.
R./ Mengatasi anemia simtomatik. c.
Pemberian obat – obatan :
-
Sediaan besi, asam folat, sianokobalamin.
R./ Memperbaiki gejala anemi.
-
Cimetidin (Actal).
R./ Profilaksis menetralkan asam lambung.
-
Hemostatik (Amicar).
R./ Menghambat perdarahan.
19
-
Pelunak feses.
R./ Mengurangi perdarahan mukosa.
3. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolik, sirkulasi (anemia, iskemia jaringan) dan sensasi (neuropati ferifer), penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, akumulasi areum pada kulit. Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
tidak terjadi kerusakan integritas kulit. Kriteria
: kulit tidak lecet, klien mampu mendemonstrasikan cara
untuk mencegah terjadinya kerusakan integritas kulit. Rencana : a.
Inspeksi kulit terhadap Perubahan Warna, turgor, perhatikan kemerahan,ekskoriasi. R/ Menandakan area sirkulasi buruk, yang dapat menimbulkan dekubitus.
b.
Kaji keadaan kulit terhadap kemerahan dan adanya excoriasi. R/ Sirkulasi darah yang kurang menyebabkan kulit mudah rusak dan memudahkan timbulnya dicubitus/ infeksi.
c.
Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit, membran mukosa. R/ Deteksi adanya dehidrasi yang mempengaruhi integritas jaringan pada tingkat seluler.
d.
Ganti posisi tiap 2 jam sekali, beri bantalan pada tonjolan tulang , pelindung siku dan tumit.. R/ Mengurangi/ menurunkan tekanan pada daerah yang edema, daerah
yang
perfusinya
kurang
baik
untuk
mengurangi/menurunkan iskemia jaringan. e.
Jaga keadaan kulit agar tetap kering dan bersih. R/ Kulit yang basah terus menerus memicu terjadi iritasi yang mengarah terjadinya dikubitus.
f.
Anjurkan pada klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan
20
kering yang menyerap keringat dan bebas keriput. R/ Mencegah iritasi kulit dan meningkatkan evaporasi.
g.
Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin. R/ Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan resiko cedera.
h.
Kolaborasi dalam pemberian foam dan tempat tidur angin. R/ Mencegah penekanan yang terlalu lama pada jaringan yang dapat membatasi ferfusi seluler, sehingga dapat mengurangi iskemik jaringan.
4. Cemas
berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan
tentang
penyakitnya. Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
rasa cemas berkurang/hilang. Kriteria
: Klien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan. Emosi
stabil, pasien tenang. Istirahat cukup. Rencana : a.
Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien. R./ Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
b.
Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya. R./ Dapat meringankan beban pikiran pasien.
c.
Gunakan komunikasi terapeutik. R./ Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
d.
Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan. R./ Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.
21
e.
Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin. R./ Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
f.
Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian. R./ Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
g.
Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman R./ Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.
5. Gangguan
pemenuhan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan anoreksia. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi. Kriteria : Berat badan dan tinggi badan ideal,
pasien mematuhi
dietnya, mual berkurang dan muntah tidak ada, tekanan darah 140/90 mmHg. Rencana : a.
Kaji/catat pemasukan diet status nutrisi dan kebiasaan makan. R./ Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
b.
Identifikasi perubahan pola makan. R./ Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
c.
Berikan makanan sedikit dan sering. R./ Meminimalkan anoreksia dan mual.
d.
Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan. R./ Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipertensi yang lebih berat.
22
e.
Tawarkan perawatan mulut, berikan permen karet atau penyegar mulut diantara waktu makan. R./ Menghindari membran mukosa mulut kering dan pecah.
f.
Timbang berat badan setiap seminggu sekali. R./ Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet).
g.
Kolaborasi: konsul dengan dokter untuk pemberikan obat sesuai dengan indikasi; Nabic, Anti emetik dan anti hipertensi. R./ Nabic dapat mengatasi/memperbaiki asidosis. anti emitik akan mencegah mual/muntah dan obat anti hipertensi akan mempercepat penurunan tekanan darah.
h.
Kolaborasi: konsul dengan ahli gizi untuk pemberian diet tinggi kalori, rendah protein, rendah garam (TKRPRG). R./ Pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan tekanan darah dan mencegah komplikasi.
23
BAB III PENUTUP
A. SIMPULAN
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal yang menyebabkan ketidakmampuan mempertahankan substansi tubuh dibawah kondisi normal. Pada penyakit gagal ginjal dini (mikroalbuminuria) sudah mempunyai prognostik morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Dengan memberatnya kelainan ginjal, disertai dengan penurunan fungsi ginjal, prognosis terbukti semakin buruk, menuju gagal ginjal yang memerlukan dialisis, komplikasi organ target yang mengurangi kualitas hidup dan meningkatkan angka kematian. B. SARAN
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan hendaknya mencakup aspek biopsikososiospiritual pasien. 2. Setiap
selesai
melakukan
tindakan
mendokumentasikannya, untuk legalitas.
24
keperawatan
hendaknya
DAFTAR PUSTAKA
Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC. Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan
Edisi 6 . Jakarta : EGC. Doengoes, Marylin E. 1989. Nursing Care Plans.Philadelphia : F.A Davis Company. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Editor: Setiawan. Jakarta : EGC Nanny.S. 2001. Intisari online.Disiplin Ketat Penderita Gagal Ginjal. www. Indomedia.com/intisari/2001/juni/Terapi_601.htm.
25