ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)
A. DEFINISI Ketuban pecah Ketuban pecah “dini” terjadi jika terjadi jika terdapat kelambatan lebih dari 1 jam sampai dimulainya persalinan. Ketuban pecah “premature dini” terjadi terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu (Graber, 2006). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar bes ar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu tidak terlalu banyak (Bagus Gde, 2001).
B. EPIDEMIOLOGI Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 1995 di Luar Negeri menyatakan bahwa peristiwa Ketuban Pecah Dini, sekitar 10% terjadi setelah usia kehamilan menginjak 37 minggu dan sekitar 2-3,5% sebelum umur kehamilan mencapai 37 minggu. Pada tahun 1990 angka kejadian ketuban pecah dini berkisar 712% dari seluruh kehamilan. Insiden ketuban pecah dini (KPD) tergantung dari beberapa hal yaitu : 1. Kriteria diagnosis ketuban pecah sebelum terjadinya kontraksi uterus yang teratur 2. Periode laten tertentu yang bervariasi dari 1-24 jam sebelum kontraksi uterus timbul 3. Insiden berdasar populasi atau rumah sakit dan batasan kehamilan preterm Menurut penelitian yang dilakukan oleh De Cheracy pada tahun 1987 menyatakan insiden ketuban pecah dini terjadi sekitar 10,7% dari seluruh kehamilan, 94% merupakan kehamilan aterm, 20% kehamilan aterm dengan ketuban pecah dini lebih dari 24 jam. Sedangkan pada janin dengan kelahiran prematur terjadi kurang lebih 5% dengan 50% ketuban pecah dini lebih dari 24 jam. Menurut penelitian pada tahun 2014 terdapat 8-10% perempuan hamil aterm mengalami ketuban pecah dini, sedangkan ketuban pecah dini prematur terjadi pada 1% dari seluruh kehamilan (Suhartono, 2002).
C. ETIOLOGI 1. Serviks inkompeten Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkanlaserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihantanpa perasaan nyeri dan mules dalam d alam masa mas a kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2002). 2. Persalinan premature 3. Korioamnionitis terjadi dua kal sebanyak KPD 4. Malposisi atau malppresentasi janin 5. Faktor yang mengakibatkan kerusakan serviks a. Pemakaian alat-alat pada serviks sebelumnya. b. Peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks selama kelahiran sebelumnya c. Inkompetensi serviks 6. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih 7. Faktor-faktor yang berhubungan dengan berat badan ibu. a. Kelebihan berat badan sebelum kehamilan b. Penambahan berat badan yang sedikit selama kehamilan. 8. Merokok selama kehamilan 9. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat daripada ibu muda 10. Riwayat hubungan seksual saat hamil. 11. Overdistensi uterus 12. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik) 13. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban 14. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten a. Semakin panjang fase laten semakin tinggi kemungkinan infeksi b. Semakin muda kehamilan semakin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin.
c. Komplikasi ketuban pecah dini semakin meningkat 15. Peninggian tekanan intrauterine Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihandapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya : 1. Trauma Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis 2. Gemelli Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah. (Saifudin. 2002) 3. Makrosomia Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006) 4. Hidramnion Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja 16. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang. 17. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic disproporsi). 18. Penyakit Infeksi Adalah
penyakit
yangmeyebabkan
yang
infeksi
disebabkan selaput
oleh
ketuban.
sejumlah Infeksi
mikroorganisme yang
terjadi
menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
D. KLASIFIKASI Menurut Eni Nur Rahmawati (2011:127) dalam (Lenovo, 2009) menjelaskan terdapat 2 jenis ketuban pecah dini diantaranya ialah: a. Ketuban Pecah Prematur Ketuban Pecah Prematur ialah Pecahnya membran chorion – amniotic sebelum onset persalinan atau yang disebut dengan Premature Rupture of Membrane atau Prelabour Rupture of Membrane /PROM). b. Ketuban Pecah Prematur pada Preterm Ketuban Pecah Prematur pada Preterm yaitu Pecahnya membran chorionamniotik sebelum onset persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu yang disebut dengan Preterm Premature Rupture of Membrane atau Preterm Prelabour Rupture of membrane / PPROM. Faktor – faktor resiko yang diketahui yang dapat menyebabkan rupture membrane premature ialah riwayat persalinan premature, infeksi tersamar cairan amnion, janin multiple, dan solusio plasenta.
Sedangkan menurut Joseph HK,dkk (2010:185) dalam (Lenovo, 2009) Ketuban Pecah Dini terdiri dari: a. KPD Preterm KPD Preterm yaitu Ketuban Pecah Dini yang terjadi sebelum usia 37 minggu. b. KPD Memanjang KPD Memanjang yaitu Ketuban Pecah Dini yang terjadi lebih 12 jam sebelumwaktunya melahirkan.
E. MANIFESTASI KLINIS Biasanya ibu hamil datang dengan keluarnya cairan amnion/ketuban melewati vagina. Selanjutnya jika masa laten panjang, dapat terjadi korioamnionitik. Untuk mengetahui bahwa telah terjadi infeksi ini adalah mula-mula dengan terjadinya takikardi pada janin. Takikardi pada ibu muncul kemudian, ketika ibu mulai demam. Jika ibu demam, maka diagnosis korioamnionitis dapat di tegakkan dan di perkuat dengan terlihat adanya pus dan bau pada secret (Bagus Gde, 2001) Tanda dan gejala ketuban pecah dini menurut Dr. Taufan (Nugroho, 2011) :
1. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina 2. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti berbau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. 3. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila ibu hamil duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara 4. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin teraba cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
Tanda dan Gejala ketuban pecah dini menurut Arif Mansjoer,dkk : 1. Keluar iar ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan sedikitsedikit atau sekaligus banyak. 2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi 3. Janin mudah diraba 4. Saat diperiksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering. 5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering.
F. KOMPLIKASI Komplikasi menurut ( Manuaba, 2007): Komplikasi Bentuk
Keterangan
Antepartum
Sepsis jarang terjadi karena
- koriomnionitis 30 - 60 %
pemberian AB dan resusitasi
- Solusio plasenta
Maternal
Intrapartum
Trauma tindakan operasi :
- Trauma persalinan akibat induksi/operatif
- Trias komplikasi :
Kemungkinan retensio dari plasenta
* Infeksi
Postpartum
* Trauma tindakan
- Trauma tindakan operatif
* Pendarahan
- Infeksi masa nifas - Pendarahan postpartum
Semakin muda usia kehamilan dan semakin
Kejadian
komplikasi
rendah BB janin, mkan komplikasi akan
dapat
semakin berat.
terminasi kehamilan.
dijadikan
yang
indikasi
- Prolaps tali pusat Komplikasi akibat prematuritas :
- Infekasi intrauteri
- Mudah infeksi
- Solusio plasenta
- Mudah terjadi trauma akibat tindakan persalinan
Untuk menimbulkan terjadi
- Mudah terjadi aspirasi air ketuban dan
infeksi
menimbulkan afiksia sampai kematian
dilakukan
intrauteri
dapat
aminosentesis
dengan tujuan untuk :
Neonatus
Komplikasi postpartum :
- Kultur cairan amnion
- Penyakit RDS/hialin membran
- Pemeriksaan glukosa
- Hipoplasia paru dengan akibatnya
- Alfa fetroprotein
- Tidak dapat bertahan dengan hipotermia
- Fibronektin
- Sering terjadi hipoglikemia - Gangguan fungsi alat vital
Upaya untuk tirah baring dan pemberian antibiotik dapat
Komplikasi akibat oligohidramnion : -Gangguan
tumbuh-kembang
yang
menimbulkan deformitas -Gangguan
sirkulasi
otot
uterus
usia
kehamilan
BB
janinnya retroplasenter
yang
menimbulkan asfiksia, asidosis -Retraksi
memperpanjang
yang
sehingga lebih
solusio plasenta
Komplikasi akibat ketuban pecah : - Prolaps bagian janin terutama tali pusat dengan akibatnya - Mudah terjadi infeksi intrauteri dan neonatus
dan
lebih mampu untuk hidup di luar kandungan.
minimbulkan
besar
Potensi komplikasi ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya kantung ketuban dan hilangnya cairan ketuban pada setiap saat sebelum minggu 37 kehamilan. 4 Insiden ketuban pecah dini membrane lebih tinggi pada wanita dengan serviks inkompeten, polihidramnion, malpresentation janin, kehamilan multipelatau infeksi vagina/serviks. Kemungkinan komplikasi akibat ketuban pecah dini membrane meliputi persalinan premature dan melahirkan, infeksi intrauterin, dan kompresi tali pusat secondary ketali pusat prolaps atau oblighoydramnios(Varney dkk, 2004) Potensi Komplikasi Ketuban Pecah Dini (Freen, 2012):
a.
Infeksi Resiko infeksi dengan ketuban pecah dini pada ibu yaitu akan mengalami konrioamnionitis dan pada bayi terjadi septicemia dan pneumonia. Pada ketuban pecah dini infeksi lebih sering dari pada aterm, secara umum insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini meningkat sebanding dengan lamanya usia kehamilan.
b.
Kelainan janin Ketuban pecah dini akan menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin.
c.
Hipoksia dan Asfiksia Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidroamnion yang emnekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidroamnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG Menurut Maria (2007) untuk membantu dalam penegakan diagnose ketuban pecah dini di perlukan pemeriksaan penunjang, yaitu: 1. Pemeriksaan leukosit darah Bila jumlah leukosit >15000/mm2 kemungkinan besar sudah terjadi infeksi 2. Pemeriksaan ultraviolet Membantu dalam penentuan usia kehamilan, letak anak, berat janin, letak plasenta, serta jumlah air ketuban 3. Nilai bunyi jantung dengan cardiografi Bila ada infeksi urin, suhu tubuh ibu dan bunyi jantung bayi akan meningkat
H. MANAJEMEN TERAPEUTIK Manajemen terapeutik KPD bergantung pada usia kehamilan serta apakah ada tanda infeksi atau tidak. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan apakah selaput amnion benar-benar ruptur dan peningkatan pengeluaran vagina merupakan tanda-tanda untuk perlu mencurigai terjadinya ruptur / pecahnya selaput amnion Untuk membuktikannya dengan menggunakan spekulum steril guna melihat kumpulan cairan amnion di sekitar serviks atau dapat juga melihat langsung cairan amnion yang keluar melalui vagina. Analisis dengan kertas nitiozine akan menandakan keadaan alkali dari cairan amnion. Sekresi vagina pada wanita hamil memiliki pH antara 7,0-7,2. Jika kertas tidah menunukkan perubahan asam berarti hasil tes negatif yang mengindikasikan bahwa selaput membran tidak ruptur. Jika hasil tes positif , maka trejadi perubahan warna kertas. Hal ini mungkin saja menandakan terjadinya keracunan urine, darah, dan pemberian antiseptik yang menyebabkan sekresi serviks menjadi alkali, sehingga mempunyai pH yang hampir sama dengan pH cairan amnion. Dapat juga dengan menggunakan tes ferning. Tes ferning digunakan dengan meletakkan sedikit cairan amnion diatas gelas kaca, kemudian tambahkan sedikit sodium clorida dan protein. Hasilnya akan berbentuk seperti tanaman pakis. Hasil tes menjadi negatif pada kebocoran yang telah terjadi beberapa hari. Bisa juga digunakan tes kombinasi, yaitu pemeriksaan spekulum, tes dengan kertas nitrazin, atau tes ferning, serviks biasanya tidak baik untuk induksi. Faktor seperti usia kehamilan, jumlah cairan amnion yang tersisa, kematangan paru-paru janin harus menjadi pertimbangan. Selain itu, perlu juga diperhatikan adanya infeksi pada ibu dan janin. Saat usia kehamilan antara 32-35 minggu dilakukan tes kematangan pada paru janin dari cairan yang ada di vagina. Tes tersebut diantaranya adalah tes tes yang mengukur perbandingan surfaktan dengan albumin. Tes dengan menggunakan phosphatidyl glycerol , atau tes yang menghitung perbandigan lesitin dengan spingomielin. Aminiosintesis dan kultur kuman sering dilakukan jika terdapat tanda infeksi. Tes ini berguna untuk menghindari terjadinya Respiratory Distress Syndrom(RDS) pada bayi jika bayi dilahirkan. Liggins dan Howie (1972) menunjukkan bahwa pemberian glukokortikoid (betametason) akan mempercepat pematangan paru-paru fetus dan akan menurunkan insiden terjadinya RDS. Namun,
karena terjadi peningkatan insiden kelainan neurologis dan potensi untuk meningkatkan insiden infeksi pada bayi baru lahir yang diberi kortikosteroid, maka pemberian kortikosteroid belum dapat di saankan. Bila janin belum viabel (kurang dari 36 minggu) dan ingin mempertahankan kehamilannya, ibu diminta untuk istir ahat di tempat tidur , berikan spasmolitik untuk mengundurkan waktu sampai anak viabel. Tes kematangan paru janin peru dilakukan secara periodik. Observasi adanya infeksi dan mulainya persalinan, kemudian persalian dapat dilakukan setelah paru janin matang. Bila janin telah viabel ( lebih dari 36 minggu) dan serviks telah matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin 2 – 6 jam setelah periode laten dan diberikan antibiotik profilaksis. Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandin dan infus oksitosin. Pada kasus-kasus tertentu bila induksi partus gagal, maka dilakukan tindakan operatif. Resiko infeksi pada KPD tinggi sekali, ini biasanya disebabkan oleh organisme yang ada di vagina, seperti E. Colli, streptococcus fastafis, streptococcus B. Hemolicus, proteus klebsletta,
pseudomones, dan stafilococcus. Namun,
beruntunglah insiden infeksi ini masih rendah. Hal ini karena walaupun resiko infeksi selama pemeriksaan dan persalinan sangat tinggi, namun cairan amnion memiliki fungsi bakteri yang statik ( Thadepallli, aplemin et.al, 1997 ) Jika terdapat korioamnitis, diberi antibiotik dan akan lebih baik jika diberikan melalui intravena. Antibiotik yang paling efektif yaitu gentamicin, cephallosporine, dan ampicilline (Bagus Gde, 2001).
I. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan pasien dengan indikasi ketuban pecah dini (Morgan dkk, 2009) : 1. Pencegahan a. Obati infeksi gonokokus, klamidia, dan vaginosis bakterial. b. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung usaha untuk mengurangi atau berhenti. c. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil. d. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trimester terakhir bila ada faktor presdisposisi. 2. Panduan mengantisipasi : jelaskan kepada pasien yang memiliki riwayat berikut ini saat prenatal bahwa mereka harus segera melapor bila ketuban pecah. a. Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolaps tali pusat:
1) Letak kepala selain vertex 2) Polihidramnion b. Herpes aktif c. Riwayat infeksi streptokus beta hemolitikus sebelumnya 3. Bila ketuban telah pecah a. Anjurkan pasien untuk pergi ke rumah sakit atau klinik b. Catat terjadinya ketuban pecah 1) Lakukan pengkajian secara seksama. Upayakan mengetahui waktu terjadinya pecah ketuban 2) Bila robekan ketuban tampak kasar : a) Saat pasien berbaring telentang, tekan fundus untuk melihat adanya semburan cairan dari vagina b) Basahi kapas apusan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide untuk mengkaji ferning di bawah mikroskop c) Sebagian cairan diusap ke kertas Nitrazene. Bila positif, pertimbangkan uji diagnostik bila pasien sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual, tidak ada perdarahan, dan tidak dilakukan pemeriksaan per vagina menggunakan jeli K-Y 3) Bila pecah ketuban dan/atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas, lakukan pemeriksaan spekulum steril a) Kaji nilai Bishop serviks ( lihat nilai bishop ) b) Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi c) Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang dipulaskan pada slide untuk mengkaji ferning di bawah mikroskop. 4) Bila usia tingkat gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit herpes Tipe 2, rujuk ke dokter. 4. Penatalaksanaan konservatif a. Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24 – 72 jam setelah ketuban pecah. b. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan ke vagina, kecuali spekulum steril; jangan melakukan pemeriksaan vagina. c. Saat menunggu, tetap pantau pasien dengan ketat. 1) Ukur suhu tubuh empat kali sehari ; bila suhu meningkat secara signifikan, dan/atau mencapai 38º C, berikan 2 macam antibiotik dan pelahiran harus diselesaikan. 2) Observasi rabas vagina : bau menyengat, purulen atau tampak kekuningan menunjukkan adanya infeksi. 3) Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan perubahan apapun. 5. Penatalaksanaan agresif a. Jel prostaglandin atau Misoprostol (meskipun tidak disetujui penggunaannya) dapat diberikan setelah konsultasi dengan dokter b. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi Pitocin bila serviks tidak berespon
c. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak ada tanda, mulai pemberian Pitocin d. Berikan cairan per IV, pantau janin e. Peningkatan risiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif f. Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk diinduksi, kaji nilai Bishop setelah pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan, baik manipulasi dengan tangan maupun spekulum, sampai persalinan dimulai dan induksi dimulai g. Periksaan hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada hari berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda infeksi h. Lakukan NST (nonstress test ) setelah ketuban pecah ; waspada adanya takikardia janin yang merupakan salah satu tanda infeksi i. Mulai induksi setelah konsultasi dengan dokter bila : 4) Suhu tubuh ibu meningkat signifikan 5) Terjadi takikardi janin 6) Lochea tampak keruh 7) Iritabilitas atau nyeri tekan uterus yang signifikan 8) Kultur vagina menunjukan streptokus beta hemolitikus 9) Hitung darah lengkap menunjukkan kenaikan sel darah putih 6. Penatalaksanaan persalinan lebih dari 24 jam setelah ketuban pecah a. Persalinan spontan 1) Ukur suhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila ada demam 2) Anjurkan pemantauan janin internal 3) Beritahu dokter spesialis obstetri dan spesial anak atau praktisi perawat neonatus 4) Lakukan kultur sesuai panduan b. Induksi persalinan 1) Lakukan secara rutin setelah konsultasi dengan dokter 2) Ukur suhu tubuh setiap 2 jam 3) Antibiotik : pemberian antibiotik memiliki beragam panduan, banyak yang memberikan 1 – 2 g ampisilin per IV atau 1 – 2 g mefoxin per IV setiap 6 jam sebagai profilaksis.
J. PATHWAYS KALA 1 PERSALINAN
HIS yang berulang
Klien mengaku sudah merencanakan
Kesiapan meningkatkan
kehamilan sejak lama
proses kehamilan-persalinan
Gangguan pada kala 1 persalinan
Peningkatan kontraksi dan
Kanalis servikalis selalu terbuka
pembukaan serviks uteri
akibat kelainan serviks uteri
Kelainan letak janin
Infeksi genitalia
sun san
(abortus dan riwayat kuretase) Mengiritasi nervus
Tidak ada bagian
udendalis
Mudahnya pengeluaran air
terendah yang
ketuban
menutupi pintu atas panggul yang
Stimulus nyeri
Serviks
Gemeli,
inkompeten
hidramnion
Proses biomekanik bakteri mengeluarkan enzim proteolitik
Dilatasi
Keteganggan
berlebih
uterus berlebih
serviks
menghalangi tekanan
Nyeri akut
Serviks tidak bisa
terhadap membrane
Selaput ketuban
Selaput
menahan tekanan
bagian bawah
mudah pecah
ketuban
intrauterus
menonjol dan Rasa mulas dan ingin
mudah pecah
mengejan KETUBAN PECAH DINI Klien melaporkan tidak Air ketuban terlalu banyak keluar
nyaman
Ditoksia (partus kering)
Gangguan rasa
Klien tidak
Tidak adanya pelindung dunia
mengetahui
luar dengan daerah rahim
penyebab dan akibat KPD
nyaman
Laserasi pada lahir
Mudahnya mikroorganisme masuk secara asendens
Defisit Pengetahuan Kecemasan ibu terhadap Ansietas
keselamatan janin dan
Resiko Infeksi
dirinya
K. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN a. Identitas Klien Berisi tentang identitas klien yang terdiri dari nama, umur, agama, suku, pendidikan, alamat, dan pekerjaan b. Riwayat Kesehatan: 1) Kehamilan saat ini Berisi tentang usia kehamilan klien, adakah gangguan kehamilan klien, penyebab terjadinya gangguan kehamilah klien, HPHT, dan HPL. 2) Kehamilan dahulu Pengkajian yang berisi tentang kehamilan klien yang terdahulu seperti kehamilan yang ke berapa, riwayat partus (abortus, aterm, immature, premature), adakah gangguan pada kehamilan sebelumnya. c. Riwayat Ginekologi Pengkajian mengenai riwayat mentruasinya seperti usia menarce, adakah keluhan saat menstruasi, bagaimana siklusnya dan berapa lamanya menstruasi
K. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN a. Identitas Klien Berisi tentang identitas klien yang terdiri dari nama, umur, agama, suku, pendidikan, alamat, dan pekerjaan b. Riwayat Kesehatan: 1) Kehamilan saat ini Berisi tentang usia kehamilan klien, adakah gangguan kehamilan klien, penyebab terjadinya gangguan kehamilah klien, HPHT, dan HPL. 2) Kehamilan dahulu Pengkajian yang berisi tentang kehamilan klien yang terdahulu seperti kehamilan yang ke berapa, riwayat partus (abortus, aterm, immature, premature), adakah gangguan pada kehamilan sebelumnya. c. Riwayat Ginekologi Pengkajian mengenai riwayat mentruasinya seperti usia menarce, adakah keluhan saat menstruasi, bagaimana siklusnya dan berapa lamanya menstruasi d. Riwayat Pengobatan Sekarang Merupakan pengobatan yang diberikan kepada klien saat masuk rumah sakit misalnya pemberian antibiotik, pembatasan pemeriksaan dalam, pemeriksaan air ketuban, kultur dan lain-lain. e. Riwayat Medis Penyakit terdahulu yang pernah diderita klien, mungkin klien pernah mengalami ketuban pecah dini atau penyakit lainnya pada kehamilan sebelumnya. f. Riwayat Medis Keluarga Pengkajian mengenai penyakit keturunan pada keluarga klien seperti jantung, DM, hipertensi, maupun kejadian ketuban pecah dini pada anggota keluarga yang lain. g. Riwayat Pekerjaan Pekerjaan yang dapat mempengaruhi aktifitas klien seperti kelelahan fisik. h. Informasi Personal 1) Penentuan Taksiran Partus Penentukan perkiraan bayi lahir
HTHP = + 7 pada tanggal pertama dari haid terakhir, - bulan dengan 3 dan + 1 pada tahunnnya, sedangkan untuk bulan yang tidak bisa dikurangi 3, misalnya Januari, Februari, dan Maret, maka bulannya + 9, tapi tahunnya tetap tidak ditambah atau dikurangi. Contohnya : HPHT
: 10 Mei 2013 : 10 05 2013
Rumus : (Tanggal HTHP)+7, (Bulan HPHT)-3, (Tahun HPHT)+1 Maka
: 10+7, 5-3, 2013+1
Hasilnya : 17 02 2014 Taksiran Partus (HPL : 17 Februari 2014) i.
Pemeriksaan Fisik 1) Umum a) Tinggi badan: tubuh yang terlalu pendek dibanding anggota keluarga lain atau lebih tinggi dari 2 deviasi standar di bawah rerata mungkin mengalami kelainan genetik. b) Berat badan : digunakan untuk membuat rekomendasi penambahan dan mengontrol berat badan pada wanita hamil. c) TTV
:
Pantau
tanda-tanda
vital
pasien
untuk
menentukan
keseimbangan metabolism tubuh pasien misalnya tekanan darah yang naik/ turun, nadi biasanya cepat, pernafasan meningkat, dan suhu tubuh turun. 2) Kepala a) Pemeriksaan bentuk kepala, kebersihan kepala, terdapat ada atau tidaknya cloasma gravidarum, dan atau benjolan. b) Pemeriksaan leher ditemukan ada/tidaknya pembesaran kelenjar tioroid. c) Pemeriksaan mata ditemukan/tidaknya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva anemis/tidak, dan biasanya selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning. d) Kaji simetris/tidaknya bentuk telinga, kaji kebersihan telinga, ada/tidaknya cairan yang keluar dari telinga. e) Pemeriksaan hidung adakah polip dan pernapasan cuping hidung.
3) Jantung Murmur jantung sistolik (90% pd wanita hamil) 1/6 atau 2/6 adalah ringan. Bila murmur sistolik 2/6< harus dilakukan pemeriksaan lanjutan. 4) Dada Biasanya pada ibu hamil terdapat adan ya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae, papila mamae, dan normalnya tidak ada massa saat payudara diraba. 5) Abdomen a) Pemeriksaan meliputi denyut jantung bayi (minggu ke-10), tinggi fundus (ukuran uterus), bagian presentasi janin (minggu ke-28), dan bentuk serta ukuran perut. Evaluasi adakah nyeri tekan, massa, hernia, pembesaran hati dan kelenjar getah bening. b) Pemeriksaan Leopold Leopold I Pemeriksaan menghadap kearah muka ibu hamil Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam uterus Konsistensi uterus c) Leopold II Menentukan batas samping rahim kanan-kiri Menentukan letak punggung janin Pada letak lintang bawah tentukan dimana kepala janin d) Leopold III Menentukan bagian terbawah janin Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau goyang e) Leopold IV Pemeriksaan menghadap ke arah kaki ibu hamil Bisa juga menentukan bagian terbawah janin dan berapa jauh sudah masuk pintu atas panggul 6) Genitalia a) Mengkaji
ada/tidaknya
kelainan
pada
genetalia
dan
pengeluarannya. Misalnya, pengeluaran darah campur lendir, adakah pengeluaran air ketuban, adakah pengeluaran mekomium
yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak. b) Pengkajian genitalia eksterna: bentuk, ukuran dan ada/tidaknya lesi, etitema, perubahan warna, ekskoriasi, memar, dan bau. c) Pengkajian vagina dan serviks: ada/tidaknya rabas vagina, servisitis mukopurulen, lesi, nyeri dan perdarahan. d) Pengkajian uterus: dilakukan dengan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui panjang uterus, evaluasi adneksa serta panjang dan dilatasi serviks. Jika panjang serviks 1cm atau kurang atau serviks berdilatasi sebelum minggu ke-8 /setelahnya (>2cm) terdapat resiko PTL. 7) Anus Pemeriksaan untuk melihat ada/tidaknya oedema dan nyeri. Periksa juga bagian rectum untuk mengetahui ada/tidaknya haemoroid. 8) Ekstermitas Pemeriksaan
odema
untuk
melihat
kelainan-kelainan
karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia, penyakit jantung atau ginjal. j.
Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia 1) Aktifitas Berisi pengkajian terhadap aktivitas klien apakah terbatas pada aktifitas ringan, apakah klien mudah merasa lelah, adakah keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri. Biasanya kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan KPD di anjurkan untuk bedrest total. 2) Istirahat dan tidur Pada pasien KPD biasanya akan terganggu istirahatnya karena rasa mulas serta nyeri pada daerah pinggang yang kadang – kadang hilang timbul, dan karena air ketuban yang keluar menimbulkan rasa tidak nyaman, bokong basah sehingga pola tidur klien menjadi terganggu. Kaji apakah tidur klien mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum). 3) Integritas ego Pengkajian mengenai ada/tidaknya kegelisahan maupun kecemasan klien saat akan mengahadapi persalinan.
4) Eliminasi Kaji adakah diuresis, inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin). Adakah kesulitan BAK dan pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas. Kaji ada/tidaknya rasa seperti terbakar bila BAB hal tersebut merupakan tanda infeksi saluran kemih. Biasanya ada perasaan susah kencing yang ditimbulkan karena terjadinya oedema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB. 5) Nutrisi dan cairan Pengkajian mengenai kebutuhan nutrisi klien apakah sudah terpenuhi atau belum, biasanya klien mengalami penurunan nafsu makan, frekuensi minum klien juga mengalami penurunan. Klien mengalami pengeluaran air ketuban yang banyak. 6) Nyeri dan kenyamanan Biasanya ada gangguan ketidaknyamanan dan nyeri pada daerah pinggang karena kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit. Kaji skala nyeri klien, durasi dan awitan nyeri yang dialami klien. 7) Personal Hygiene Kaji pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias r ambut dan wajah. 8) Keamanan Mengkaji adakah riwayat alergi yang dimiliki klien. 9) Interaksi Sosial Hubungan
ketergantungan,
kurang
sistem
pendukung,
kegagalan
dukungan, penyakit lama, keterbatasan mobilitas fisik, kelalaian hubungan dengan orang lain. 10) Seksualitas Biasanya terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena keterbatasan gerak ibu hamil, menurunan libido. 11) Penyuluhan Mengkaji pengetahuan klien mengenai kondisi dirinya, hal yang perlu dilakukan dan kondisi-kondisi yang memungkinkan untuk dicegah.
k. Pemeriksaan diagnostic 1) Pemeriksaan ultrasonografi (USG) Periksa jumlah cairan ketuban, biasanya air ketuban tampak hanya sedikit, namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion. 2) Tes Lakmus (tes Nitrazin) Kertas lakmus merah yang berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5. 3) Pemeriksaan laboratorium Hemoglobin tidak normal : < 10.3 g/dl
2. ANALISA DATA Data
Etiologi
Diagnosa
DS
Ketuban pecah dini
Resiko
Klien mengeluh keluar cairan dari jalan lahir. Klien
mengatakan
tidak
bisa
infeksi
beraktivitas
dengan baik.
DO Keadaan umum klien lemah. Terlihat
adanya
pengeluaran
darah
yang
bercampur lendir pada genetalia. Adanya kemerahan dan edema pada anus. Suhu tubuh turun. TD: 130/100 mmHg Nadi: 100 kali RR: 25 x/menit PH: 7-7,5
DS
Perubahan dalam status Ansietas
Mengeluh keluar cairan dari jalan lahir.
kesehatan
Klien
mengatakan
tidak
bisa
beraktivitas
dengan baik. Klien tampak gelisah dan cemas menghadapi
tinggi
terhadap
persalinan. Klien mengatakan pola tidur terganggu.
DO TD: 130/100 mmHg Nadi: 100 kali RR: 25 x/menit PH: 7-7,5 DS
Kontraksi uterus
Nyeri
Kurang pajanan
Defisit Pengetahuan
Klien mengatakan nyeri pada bagian perut Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk Klien mengatakan nyeri pada bagian pinggang. Klien mengatakan nyeri hilang timbul.
DO Keadaan umum klien lemah. Ekspresi wajah klien tampak meringis. Klien tampak menangis. Klien menunjukkan skala nyeri 4. Frekuensi kontraksi 3X/10 menit. Durasi kontraksi 30 detik dalam 30-60 menit DS Klien tampak gelisah dan cemas. Klien tampak bingung DO
Diagnosa Keperawatan a. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat (ketuban pecah dini) b. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi dan pembukaan serviks c. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan d. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan
3. INTERVENSI
No
Tanggal
Diagnosa
1
10
Resiko
September
berhubungan
2014
dengan pertahanan terjadinya infeksi berkurang.
c. Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
tubuh primer yang Kriteria hasil :
d. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
tidak
Tujuan dan Kriteria Hasil infeksi Setelah
dilakukan
tindakan
a. Berikan terapi antibiotik bila perlu
keperawatan selama 1x24 jam, resiko b. Monitor TTV
adekuat
(ketuban
Intervensi
pecah
dini)
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
e. Hitung granulosit, WBC
b. Menunjukkan untuk
lokal
kemampuan f.
mencegah
timbulnya
infeksi
Lakukan inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
g. Intruksikan pasien untuk minum antibiotik
c. Jumlah leukosit dalam batas normal
sesuai resep h. Ajarkan cara menghindari infeksi
d. Menunjukkan
perilaku
hidup
sehat
2
10
Nyeri
September
berhubungan
keperawatan selama 2x24 jam nyeri
2014
dengan
klien dapat berkurang dengan kriteria b. Observasi
peningkatan
hasil :
kontraksi
Akut Setelah
dan
pembukaan serviks.
dilakukan
tindakan a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (PQRST) reaksi
non
verbal
dari
ketidaknyamanan
a. Level nyeri menurun jadi skala
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
3
mengetahui pengalaman nyeri pasien
b. Klien mampu mengontrol nyeri d. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi (tahu cara)
nyeri seperti suhu, pencahayaan, kebisingan.
c. Menyatakan
rasa
nyaman e. Ajarkan tentang teknik non farmakologi (teknik
setelah nyeri berkurang
nafas dalam) f.
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
g. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
3
10
Ansietas
Setelah
September
berhubungan
keperawatan
2014
dengan perubahan diharapkan klien merasa nyaman dalam kesehatan
diberikan selama
asuhan a. Gunakan pendekatan yang menenangkan 2x24
jam b. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
status dengan kriteria hasil :
c. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress
a. Klien mampu mengidentifikasi dan
mengungkapkan
gejala
cemas
mengungkapkan
dan teknik
d. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut e. Dorong keluarga untuk menemani anak f.
b. Mengidentifikasi,
menunjukkan
selama prosedur
untuk
mengontrol cemas c. Vital sign dalam batas normal
Dengarkan dengan penuh perhatian
g. Identifikasi tingkat kecemasan h. Bantu
pasien
mengenal
situasi
yang
menimbulkan kecemasan i.
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
pembukaan serviks.
3
mengetahui pengalaman nyeri pasien
b. Klien mampu mengontrol nyeri d. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi (tahu cara)
nyeri seperti suhu, pencahayaan, kebisingan.
c. Menyatakan
rasa
nyaman e. Ajarkan tentang teknik non farmakologi (teknik
setelah nyeri berkurang
nafas dalam) f.
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
g. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
3
10
Ansietas
Setelah
September
berhubungan
keperawatan
2014
dengan perubahan diharapkan klien merasa nyaman dalam kesehatan
diberikan selama
asuhan a. Gunakan pendekatan yang menenangkan 2x24
jam b. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
status dengan kriteria hasil :
c. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress
a. Klien mampu mengidentifikasi dan
mengungkapkan
gejala
cemas
d. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut e. Dorong keluarga untuk menemani anak f.
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan menunjukkan
selama prosedur
dan teknik
untuk
mengontrol cemas c. Vital sign dalam batas normal
g. Identifikasi tingkat kecemasan h. Bantu
tubuh
dan
aktivitas
i.
4
menunjukkan
Instruksikan
pasien
menggunakan
September
pengetahuan
keperawatan
2014
berhubungan
pengetahuan klien dapat bertambah b. Jelaskan patofisiologi dari KPD
dengan
dengan kriteria hasil :
tindakan a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan 2x24
jam
klien
c. Gambarkan tanda dan gejala yang muncul
a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman
tentang
penyakit,
dan
kondisi
b. Pasien dan keluarga mampu prosedur
dan
dijelaskan secara benar c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang yang dijelaskan perawat atau tim kesehatan lain
d. Identifikasi kemungkinan penyebab e. Diskusikan perubahan gaya hidup ang mungkin diperlukan mencegah komplikasi dimasa yang
program
pengobatan.
lmelaksanakan
teknik
k. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
Setelah
kognitif
yang
relaksasi
Defisit
selama
situasi
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
10
keterbatasan
dilakukan
mengenal
ketakutan, persepsi
tingkat j.
berkurangnya kecemasan
pasien
menimbulkan kecemasan
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
Dengarkan dengan penuh perhatian
akan dating f.
Instruksikan klien mengenai tanda dan gejala mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan dengan cara yang tepat
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
tubuh
dan
aktivitas
tingkat j.
menunjukkan
berkurangnya kecemasan 4
ketakutan, persepsi pasien
menggunakan
k. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
Defisit
Setelah
September
pengetahuan
keperawatan
2014
berhubungan
pengetahuan klien dapat bertambah b. Jelaskan patofisiologi dari KPD
dengan
dengan kriteria hasil :
kognitif
selama
tindakan a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan 2x24
jam
klien
c. Gambarkan tanda dan gejala yang muncul
a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman
tentang
penyakit,
dan
kondisi
d. Identifikasi kemungkinan penyebab e. Diskusikan perubahan gaya hidup ang mungkin diperlukan mencegah komplikasi dimasa yang
program
pengobatan. b. Pasien dan keluarga mampu lmelaksanakan
teknik
relaksasi
10
keterbatasan
dilakukan
Instruksikan
prosedur
dan
dijelaskan secara benar c. Pasien dan keluarga mampu
akan dating f.
Instruksikan klien mengenai tanda dan gejala mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan dengan cara yang tepat
menjelaskan kembali apa yang yang dijelaskan perawat atau tim kesehatan lain
4. IMPLEMENTASI
No.
Implementasi
Respon
Ttd
Dx 1
a. Memberikan terapi antibiotik bila perlu
a. S: klien mengatakan merasa nyaman O: -
b. Memonitor TTV
b. S: O:
c. Meningkatkan intake nutrisi dan cairan
TD
: 130/100 mmHg
Nadi
: 100 x/menit
RR
: 25 x/menit
Suhu
: 36oC
c. S: klien mengatakan suka dengan makanan yang diberikan O: makanan klien habis
d. Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
e. Menghitung granulosit, WBC
f. Melakukan Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemeraha, panas, drainase
d. S: klien mengatakan tidak nyeri pada area infeksi O: klien tidak terlihat merintih e. S: 3
O: WBC: 10.500 mm
f. S: klien mengatakan kulitnya terasa lembut O: integritas kulit bagus,
4. IMPLEMENTASI
No.
Implementasi
Respon
Ttd
Dx 1
a. Memberikan terapi antibiotik bila perlu
a. S: klien mengatakan merasa nyaman O: -
b. Memonitor TTV
b. S: O: TD
: 130/100 mmHg
Nadi
: 100 x/menit
RR
: 25 x/menit
Suhu
: 36oC
c. S: klien mengatakan suka dengan makanan yang
c. Meningkatkan intake nutrisi dan cairan
diberikan O: makanan klien habis
d. Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
d. S: klien mengatakan tidak nyeri pada area infeksi O: klien tidak terlihat merintih e. S: -
e. Menghitung granulosit, WBC
3
O: WBC: 10.500 mm
f. Melakukan Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemeraha, panas, drainase
g. Mengintruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
f. S: klien mengatakan kulitnya terasa lembut O: integritas kulit bagus,
g. S: klien mengatakan sudah meminum antibiotik sesuai resep O: -
h. Mengajarkan cara menghindari infeksi
h. S: klien mengatakan paham dengan penjelasan dari perawat O: klien mengangguk saat diberikan penjelasan
2
a. melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (PQRST) b. mengobservasi
O: reaksi
non
verbal
dari
ketidaknyamanan c. menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien d. mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu, pencahayaan, kebisingan. e. mengajarkan tentang teknik non farmakologi (teknik nafas dalam) f.
a. S : klien mengatakan nyeri di daerah perut
Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri
b. S : O: wajah klien tampak mengeryit c. S : klien mengatakan nyeriyang dialaminya O: d. S : O: klien tampak nyaman e. S : O: klien tampak melakukan tekhnik napas dalam f. S : klien mengatakan nyeri berkurang O: -
g. Mengkolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
g. S : klien mengerti O:-
g. Mengintruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
g. S: klien mengatakan sudah meminum antibiotik sesuai resep O: -
h. Mengajarkan cara menghindari infeksi
h. S: klien mengatakan paham dengan penjelasan dari perawat O: klien mengangguk saat diberikan penjelasan
2
a. melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (PQRST)
O: -
b. mengobservasi
reaksi
non
verbal
dari
ketidaknyamanan
b. S : O: wajah klien tampak mengeryit
c. menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
c. S : klien mengatakan nyeriyang dialaminya O: -
d. mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu, pencahayaan, kebisingan.
d. S : O: klien tampak nyaman
e. mengajarkan tentang teknik non farmakologi (teknik nafas dalam) f.
a. S : klien mengatakan nyeri di daerah perut
e. S : O: klien tampak melakukan tekhnik napas dalam
Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri
f. S : klien mengatakan nyeri berkurang O: -
g. Mengkolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
3
g. S : klien mengerti O:-
a. Menggunakan pendekatan yang menenangkan
a. S
:
klien
mengatakan
bahwa
klien
senang
diperhatikan O : klien terlihat mau membuka masalah pada dirinya b. Menjelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
b. S : klien mengatakan mengerti tentang prosedurnya dan mengungkapkana apa yang dirasakan O : klien terlihat mengangguk-angguk dan terlihat lebih
lega
setelah
mengungkapkan
apa
yang
dirasakan c. Memahami prespektif pasien terhadap situasi stress
c. S : klien mengatakan khawatir terhadap janinnya O : klien terlihat khawatir dan gelisah
d. Menemani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi rasa takut
d. S : klien mengatakan bersedia untuk ditemani O : klien terlihat lebih nyaman dan tenang
e. Mendengarkan dengan penuh perhatian
e. S : klien terlihat menceritakan kecemasannya O : klien terlihat lebih lega setelah menceritakannya
f.
Mengidentifikasi tingkat kecemasan
f. S : klien mengatakan bahwa klien sedang cemas O : klien terlihat gelisah dan cemas
g. Membantu
pasien
menimbulkan kecemasan
mengenal
situasi
yang
g. S
:
klien
mengatakan
situasi-situasi
yang
menimbulkan kecemasan O : klien terlihat mengetahui tentang situasi yang menimbulkan kecemasan
3
a. Menggunakan pendekatan yang menenangkan
a. S
:
klien
mengatakan
bahwa
klien
senang
diperhatikan O : klien terlihat mau membuka masalah pada dirinya b. Menjelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
b. S : klien mengatakan mengerti tentang prosedurnya
selama prosedur
dan mengungkapkana apa yang dirasakan O : klien terlihat mengangguk-angguk dan terlihat lebih
lega
setelah
mengungkapkan
apa
yang
dirasakan c. Memahami prespektif pasien terhadap situasi stress
c. S : klien mengatakan khawatir terhadap janinnya O : klien terlihat khawatir dan gelisah
d. Menemani pasien untuk memberikan keamanan dan
d. S : klien mengatakan bersedia untuk ditemani
mengurangi rasa takut
O : klien terlihat lebih nyaman dan tenang
e. Mendengarkan dengan penuh perhatian
e. S : klien terlihat menceritakan kecemasannya O : klien terlihat lebih lega setelah menceritakannya
f.
Mengidentifikasi tingkat kecemasan
f. S : klien mengatakan bahwa klien sedang cemas O : klien terlihat gelisah dan cemas
g. Membantu
pasien
mengenal
situasi
yang
g. S
menimbulkan kecemasan
:
klien
mengatakan
situasi-situasi
yang
menimbulkan kecemasan O : klien terlihat mengetahui tentang situasi yang menimbulkan kecemasan
h. Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan
h. S : klien mengungkapkan perasaannya O : klien terlihat terbuka dalam mengungkapkan perasaannya
i.
Menginstruksikan
pasien
menggunakan
teknik
i.
relaksasi
S : klien mengatakan dapat menggunakan teknik relaksasi sewaktu cemas O : klien melakukan teknik relaksasi yang telah diajarkan
j.
Memberikan obat untuk mengurangi kecemasan
j.
S : klien mengatakan sudah meminum obat O : klien terlihat sudah meminum obat
4
a. Memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan klien b. Menjelaskan patofisiologi dari KPD
a. S : klien mengatakan mengerti O: b. S : klien mengatakan mengerti O:-
c. Mengambarkan tanda dan gejala yang muncul
c. S : O : klien menunjukkan dan memberi tahu nyeri yang dialami
d. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab
d. S : O:
e. Mendiskusikan perubahan gaya hidup ang mungkin diperlukan mencegah komplikasi dimasa yang akan dating
e. S : Klien mengatakan mengerti O: -
h. Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan
h. S : klien mengungkapkan perasaannya O : klien terlihat terbuka dalam mengungkapkan perasaannya
i.
Menginstruksikan
pasien
menggunakan
teknik
i.
relaksasi
S : klien mengatakan dapat menggunakan teknik relaksasi sewaktu cemas O : klien melakukan teknik relaksasi yang telah diajarkan
j.
Memberikan obat untuk mengurangi kecemasan
j.
S : klien mengatakan sudah meminum obat O : klien terlihat sudah meminum obat
4
a. Memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan klien b. Menjelaskan patofisiologi dari KPD
a. S : klien mengatakan mengerti O: b. S : klien mengatakan mengerti O:-
c. Mengambarkan tanda dan gejala yang muncul
c. S : O : klien menunjukkan dan memberi tahu nyeri yang dialami
d. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab
d. S : O:
e. Mendiskusikan perubahan gaya hidup ang mungkin diperlukan mencegah komplikasi dimasa yang akan
e. S : Klien mengatakan mengerti O: -
dating
f.
Menginstruksikan klien mengenai tanda dan gejala mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan dengan cara yang tepat
f. S : klien mengatakan mengerti O:-
f.
Menginstruksikan klien mengenai tanda dan gejala mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada
f. S : klien mengatakan mengerti O:-
pemberi perawatan kesehatan dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
1. Bagus Gde Manuaba, Ida. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta. EGC. 2. Geri Morgan & Carole Hamilton. 2009. Obstetri dan ginekologi Panduan praktis. Jakarta. EGC. 3. Graber, Mark A, dkk. 2006. Buku saku Dokter Keluarga University OfLowa, Edisi 3 . Jakarta. EGC. 4. Green, Carol J. 2012. Maternal Newborn NURSING CARE PLANS. United States of America : Jones & Bartlett Learning, LLC. 5. Ida Ayu Chandranita dan Manuaba, SpOG, dkk.2009. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta. EGC. 6. Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams Panduan Ringkas Ed. 21 . Jakarta : EGC 7. Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam.Yogyakarta: Nuha Medika. 8. Manuaba, Candranita Manuaba, Fajar Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bagus Gde Manuaba, Ida. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta. EGC. 2. Geri Morgan & Carole Hamilton. 2009. Obstetri dan ginekologi Panduan praktis. Jakarta. EGC. 3. Graber, Mark A, dkk. 2006. Buku saku Dokter Keluarga University OfLowa, Edisi 3 . Jakarta. EGC. 4. Green, Carol J. 2012. Maternal Newborn NURSING CARE PLANS. United States of America : Jones & Bartlett Learning, LLC. 5. Ida Ayu Chandranita dan Manuaba, SpOG, dkk.2009. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta. EGC. 6. Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams Panduan Ringkas Ed. 21 . Jakarta : EGC 7. Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam.Yogyakarta: Nuha Medika. 8. Manuaba, Candranita Manuaba, Fajar Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC. 9. Morgan, Geri dan Carole Hamilton. 2009. Obstetri Dan Ginekologi Panduan Praktis. Jakarta : EGC. 10. Suhartono, Agus.2002.Perbandingan kadar CRP serum ibu pada kehamilan aterm ketuban pecah dini dan normal. Universitas Diponegoro. 11. Varney, Helen. Dkk. 2004.
VARNEY’S MIDWIFERY : FOURTH EDITION .
States of America : Jones and Bartlett Publishers, Inc.
United