Assesment fisioterapi
Asesment Fisioterapi Pengertian Dalam asuhan fisioterapi, maka asesmen merupakan unsur yang vital untuk menetapkan sebuah diagnosis fisioterapi. Asesmen sering diterjemahkan sebagai suatu pengkajian. Untuk mendapatkan efektifitas yang tinggi dari pelayanan fisioterapi, maka kesesuaian intervensi fisioterapi dengan problematik fisioterapi menjadi unsur yang sangat menentukan. Identifikasi problematik fisioterapi yang yang akurat hanya dapat diperoleh melalui sebuah proses asesmen yang baik dan benar. Dalam melaksanakan pemeriksaan fisioterapi pada kondisi stroke, maka penulis merasa perlu untuk memberikan pandangan tentang asesmen fisioterapi secara umum. Menurut World Confederation for Physical Therapy (WCPT) mendefinisikan sebagai berikut : ”Assessment includes both the examination examination of individuals or groups with actual or potential impairments, functional limitations, disabilities, or other conditions of health by history taking, screening and the use of specific tests and measures and evaluation of the results of the examination thr ough ough analysis and synthesis within a process of clinical reasoning”. Dari definisi tersebut menunjukkan bahwa asesmen merupakan tindakan berupa pemeriksaan yang dilakukan baik pada perorangan maupun kelompok d i mana masalah yang akan dikaji adalah mengenai terjadinya kelemahan, keterbatasanfungsi, ketidak mampuan atau kondisi kesehatan lainnya baik yang bersifat aktual maupun yang bersifat adanya potensi terjadinya masalah-masalah tersebut diatas. Pelaksanaan asesmen dilakukan melalui pengumpulan informasi tentang riwayat penyakit (history taking), Skrining(screening) Skrining(screening),, tes-tes yang spesifik (Specific (Specific test), test), metode pengukuran dan tindakan evaluasi dari hasil pemeriksaan melalui kajian an alisis dan sintesis. Berdasarkan definisi WCPT tersebut tersebut terlihat bahwa pada prinsipnya asesmen terdiri terdiri dari kegiatan pemeriksaan dan evaluasi, dimana pada aspekpemeriksaan merupakan aktivitas pengumpulan data sedangkan evaluasi adalah bagian dari kegiatan analisis dan sintesis dari data pemeriksaan yang telahdilakukan. Pada dasarnya setiap tindakan pemeriksaan yang dilakukan diikuti dengan evaluasi yang memunculkan diagnosis sementara.Kumpulan dari diagnosis sementaratersebut yang akhirnyadisimpulkansebagai diagnosis fisioterapi.
Pemeriksaan
Pemeriksaan merupakan langkah awal yang dilakukan sebelum intervensi fisioterapi. Tahap awal pemeriksaan dengan skrining(screening) secara menyeluruh serta pemeriksaan dengan tes-teskhusus. Secaragarisbesar data yang diperoleh darihasil pemeriksaan mempunyai tiga ko mponen yaitu 1. 2. 3.
Informasi riwayat pasien/klien. Sistem Review Tes dan pengukuran.
Adapun proses serta data apasaja yang dapat diperoleh dari setiap komponen pemeriksaan dapat dijelaskans ebagai berikut : Riwayat Pengumpulan data tentang riwayat pasien/klien adalah suatu cara pengambilan data pasien dengan sistematis. Data riwayat diperoleh melalui wawancara (anamnesis), tinjauan catatan pasien, atau dari sumber yang lain, termasuk informasi demografi, riwayat sosial, pekerjaan dan kegiatan lainnya, pertumbuhan dan perkembangan, lingkungan tempat tinggal, status kesehatan secara umum, riwayat keluarga, riwayat medis, status fung sional, dll. Dengan data riwayat pasien/klien, fisioterapis dapat mengidentifikasi kebutuhan pencegahan dan problematik yang ditemukan melalui pemeriksaan dan menjadikannya pertimbangan tersendiri untuk menentukan intervensi yang akan diberikan. Setiap data atau pertanyaan yang diajukan dalam anamnesis harus memiliki alasan atau berhubungan dengan kondisi pasien saat ini dan hubungannya den gan intervensi yang akan diberikan. Setiap data harus digali dengan benar dan selengkap mungkin. Di negara maju data pasien yang menggambarkan segala hal mengenai kondisi pasien tercatat dengan lengkap serta didukung sistem informasi yang terintegrasi sehingga di tempat pelayanan manapun informasi profil pasien dapat diketahui dengan lengkap. Berikut ini beberapa jenis data yang dapat digali dari riwayat pasien/klien. Data dapat dipergunakan secara keseluruhan atau sebagian tergantung pada kondisi penyakit atau keluhan yang dialami. a. Data Demografi Dalam data demografi berisi mengenai informasi umum tentang status pasien. Adapun maksud dari data demografi yaitu untuk memudahkan fisioterapis dalam mengenali karakteristik pasien/klien. Dengan data demografi maka seorang fisioterapis juga dapat memperkirakan kondisi yang mungkin dialami oleh pasien/klien. Walaupun demikian informasi yang diperoleh masih sangat umum. Beberapa jenis data demografi yang bisa diperoleh dari pasien/klien sebagai berikut :
Usia
Data demografi tentang usia lebih di fokuskan pada pengelompokkan usia pasien (bayi, anakanak, remaja, dewasa atau lanjut usia). Beberapa penyakit atau kondisi memiliki hubungan erat dengan usia atau kata lain keluhan tersebut dipengaruhi oleh faktor usia.
Jenis Kelamin
Secara umum data jenis kelamin juga digunakan untuk membedakan status jenis kelamin pria atau wanita. Beberapa kondisi atau kasus memiliki keterkaitan erat dengan jenis kelamin. Sebagai contoh bila ada keluhan nyeri abdomen, maka fisioterapis akan memiliki persepsi yang berbeda jika hal tersebut terjadi pada pasien pria atau pada wanita. Pada pasien pria dimungkinkan terjadinya kelainan pada organ dalam abdomen atau adanya kolik abdomen, namun jika pasien tersebut berjenis kelamin wanita maka kemungkinan lain yang dpat diduga adanya gangguan pada sistem ginekolog.
Ras
Di beberapa penelitian menunjukkan bahwa penyakit tertentu dominan terjadi pada ras tertemtu pula. Oleh karena itu data demografi mengenai ras juga penting untuk diketahui. Misalnya pada kondisi Osteoarthritis pada sejumlah penelitian menunjukkan dominan dialami oleh ras kulit putih.
Bahasa
Bahasa yang dipakai oleh pasien/klien perlu diketahui untuk mempermudah proses komunikasi. Atau beberapa bahasa yang dapat digunakan oleh pasien/klien.
Pendidikan
Data mengenai pendidikan juga menjadi pertimbangan untuk mengetahui cara pemberian informasi yang efektif. Misalnya saat memberikan home program. b. Riwayat Sosial
Budaya
Data mengenai budaya dan adat istiadat pasien/klien akam memberikan gambaran tentang prilaku dan beberapa aktivitas yang berhubungan dengan buda ya di wilayah tertentu. Kebiasaan jenis makanan juga menjadi pertimbangan bagi fisioterapis dimana kebiasaan jenis makanan akan mempengaruhi pola penyakit.
Keterlibatan Anggota Keluarga
Data mengenai keterlibatan anggota keluarga dalam pelayanan kesehatan dirumah perlu diketahui oleh fisioterapis agar dapat memberikan masukan atau saran yang berkenaan dengan kondisi pasien pada anggota keluarga yang lebih dominan berinteraksi dengan pasien. c. Riwayat Pekerjaan
Data tentang jenis pekerjaan yang di tekuni oleh pasien perlu diketahui. Dalam hal ini buka profesi yang ditekuni akan tetapi informasi yang perlu digali adalah bentuk pekerjaan yang dilakukannya, sehingga fisioterapis mendapatkan gambaran mengenai kegiatan dalam melakukan pekerjaan pasien/klien. Beberapa keluhan muncul akibat dari aktivitas yang dilakkukan saat bekerja.
d. Riwayat Tumbuh Kembang
Riwayat tumbuh kembang ini biasanya dilakukan pada kondisi-kondisi tertentu, seperti pasien/klien anak-anak. Yang perlu diketahui apkah pola perkembangan anak men gikuti pola normal atau tidak. Tangan yang dominan
Perlu juga diketahui apakah pada tangan kiri atau tangan kanan pasien/klien dominan digunakan dalam beraktifitas. e. Lingkungan Tempat Tinggal
Lingkungan tempat tinggal perlu diketahui agar fisioterapis mendapatkan gambaran tentang aergonomi tidaknya tempat tinggal sesuai dengan kondisi pasien. Apakah kondisi tempat tinggal pasien menjadi salah satu hambatan adalam aktifitas sehari-hari.
f. Status Kesehatan Umum
Fungsi fisik
Funngsi fisik meliputi bagaimana mobilitas pasien/klien sehari-hari, kebiasaan tidur, dll.
Fungsi Psikologis
Fungsi psikologis menggambarkan bagaimana status psikologis pasien terhadap kondisi yang dialaminya saat ini. Selain itu juga perlu diketahui bagaimana kemampuan pasien/klien dalam mengingat, kemampuan beralasan, tingkat depresi dan motivasi pasien/klien. Dengan mengetahui fungsi psikologis, maka fisioterapi dapat menjadikan pertimbangan b agi progrm edukasi yang akan diberikan atau metode pendekatan dalam memberikan intervensi fisioterapi yang sesuai bagi pasien. g. Kebiasaan Sosial
Fisioterapis perlu mengetahui kebiasaan-kebiasaan pasien/klien yang memp engaruhi kesehatannya, seperti merokok, minuman keras, narkoba, dll.
h. Riwayat Keluarga
Resiko Kesehatan Keluarga (Penyakit keturunan)
Ada beberapa penyakit yang bersifat menurun seperti kondisi hipertensi, Diabetes mellitus, penyakit jantung, dll. i. Riwayat Medis/Pembedahan
Fisioterapis perlu mengatahui tentng riwayat medis yang pernah dijalani se perti pembedahan yang pernah dijalaninya. Dengan kondisi ini maka fisioterapis dapat menjadikan pertimbangan untuk menentukan kontraindikasi pada intervensi tertentu. Jenis obat-obatan yang pernah digunakan juga dapat digali untuk dijadikan pertimbangan dalam memberikan intervensi fisioterapi.
j. Tes Klinis Lain
Tes klinis lain memberikan informasi mengenai pemeriksaan apa saja yang pernah dilakukan oleh pasien. Seperti tes diagnostik labortorium, atau review tes klinis yang dilakukan oleh profesi lainnya.
Dari penjelasan diatas mengenai data riwayat pasien, maka dapat dismpulkan antara lain : a. Data Demografi
Usia Jenis Kelamin Ras, bahasa dan pendidikan
b. Riwayat Sosial
Budaya Partisipasi Keluarga Aktivitas Sosial
c. Riwayat Pekerjaan d. Riwayat Tumbuh Kembang e. Lingkungan Tempat Tinggal f. Status Kesehatan Umum g. Kebiasaan Sosial h. Riwayat Keluarga i. Riwayat Medis/Pembedahan j. Tes Klinis Lain Dari komponen tentang riwayat pasien/klien jika dipandan g dari sudut kepraktisan, maka dimungkinkan untuk memilah komponen riwayat pasien/klien secara khusus yang sesuai kondisi pasien yang diperiksa. Hasil analisis dari keterangan tentang riwayat pasien hendakn ya mengarahkan fisioterapis untuk dapat menentukan pemeriksaan selanjutnya sekaligus menjadi diagnosis sementara yang merupakan salah satu indikator dalam menentukan diagnosis fisioterapi. Sistem Review
-
Setelah memperoleh informasi dari data riwayat pasien/klien, maka langkah selanjutnya adalah melakukan sistem review. Sistem review adalah suatu metode pemeriksaan yang terbatas pada : Status anatomi dan fisiologi pada sistem kardiovaskuler/pulmonal, integumentary, muskuloskeletal, dan neuromuskuler. Kemampuan komunikasi, affektif, dan kognisi. Sistem review yang dimaksud meliputi kegiatan pemeriksaan b erikut ini :
Sistem kardiovakuler/pulmonal yang mencakup pemeriksaan heart rate (frekuensi denyut nadi), respiratory rate (frekuensi pernafasan), tekanan datah dan ada tidakn ya pembengkakan (oedema) Sistem Integumentary, mencakup pemeriksaan integritas kulit, warna kulit, dan adan ya pembentukan jaringan parut.
Sistem muskuloskeletal mencakup pemeriksaan simetri, ROM, kekuatan yang d ilakukan secara kasar/umum, tinggi dan berat badan. Sistem neuromuskuler, mencakup pemeriksaan umum koordinasi gerakan kasar (keseimbangan, lokomosi, transfer, dan transisi) Kemampuan komunikasi, affektif, kognisi, bahasa, mencakup pemeriksaan untuk mengetahui kebutuhan, orientasi (individu, waktu dan tempat), respon emosi/perilaku.
Tes dan Pengukuran Tes dan pengukuran dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan yang diperlukan untuk kepentingan (1) konfirmasi atau menghilangkan dugaan tentang adanya faktor yang mempengaruhi berkurangnya tingkat fungsi pasien/klien dari fun gsinya yang optimal, (2) mendukung pernyataan klinis fisioterapis, tentang antisipasi tujuan dan hasil yang diharapkan. Seorang fisioterapi mungkin harus memutuskan untuk menggunaka n salah satu, atau lebih dari beberapa tes dan pengukuran khusus sebagai bagian dari pemeriksaan yang ditetapkan berdasarkan tujuan dan kompleksitas kondisi yang ditujukan untuk pembuatan keputusan klinis. Fisioterapis dapat memutuskan bahwa perlu dilakukan tes dan pengukuran khusus lain yang mungkin dibutuhkan untuk mendapatkan data penting lainnya yang diperlukan untuk membangun suatu diagnosa, prognosa dan pemilihan intervensi. Tes dan pengukuran dilakukan atas dasar temuan dari data riwayat pasien dan data sistem review. Contoh : Seorang fisioterapis melakukan asesmen pada pasien/klien. Dari hasil pemeriksaan riwayat pasien/klien melalui anamnesis maka diperoleh data tentang adanya keluhan yang menunjukkan kelemahan dan gangguan gerak pada sendi. Pada data sistem review yang diperoleh melalui pemeriksaan inspeksi dinamis dan pemeriksaan fungsi gerak d asar aktif menunjukkan adanya kelemahan dan keterbatasan gerak sendi. Hal ini memperkuat data yang diperoleh sebelumnya yaitu data dari hasil anamn esis. Data yang diperoleh melalui pemeriksaan riwayat dan sistem review masih bersifat umum sehingga dengan dasar data tersebut dilakukan pemeriksaan lanjut berupa tes khusus dan pengukuran. Dengan data awal tentang adanya kelemahan otot akan mengarahkan fisioterapis dengan pemilihan tes khusus seperti Manual Muscle Testing (MMT) atau dapat pula dengan metode pengukuran lainnya yang dapat memberikan nilai ukur terhadap kelemahan otot. Demikian pula dengan data awal berupa adanya keterbatasan gerak mengarahkan fisioterapis untuk menggunakan goniometer sebagai tes khusus meng etahui derajat gerak sendi. Dari contoh tersebut diatas, jelas bahwa data yang diperoleh melalui riwayat pasien/klien dan sistem review sangat penting untuk menentuk an tes/pemeriksaan khusus yang sesuai,
mengingat jenis dan metode pemeriksaan khusus atau tes khusus yang dapat dipergunakan oleh fisioterapis sangat banyak. Sehingga yang harus difahami adalah adanya alur pemeriksaan yang saling mendukung di setiap tahapan pemeriksaan dan mengarahkan fisioterapis untuk menentukan diagnosis fisioterapi yang akurat.