ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK ALZHEIMER
A. Konsep Dasar Penyakit
a.
Definisi / Pengertian
Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan degeneratif otak dan diketahui mempengaruhi memori, memor i, kognitif dan kemampuan untuk merawat diri. diri. ( Suddart, & Brunner, 2002 ). Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat, intelektual,
dan
kepribadian.
Tidak
dapat
disembuhkan,
pengobatan
ditujukan
untuk
menghentikan progresivitas penyakit dan meningkatkan kemandirian penderita. (Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008) Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofiologi : konsep klinis proses- proses penyakit, juga merupakan penyakit dengan gangguan degeneratif yang mengenai sel-sel otak dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun. (Perawatan Medikal Bedah : jilid 1 hal 1003) Sehingga dengan demikian Alzheimer adalah penyakit kronik, degeneratif yang ditandai
c.
Penyebab/Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternative penyebab yang telah dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi flament, predisposisi heriditer. heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kongnitif dengan penurunan daya ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan kalsium intraseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapat produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit Alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-genetika non-genet ika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan ha nya sebagai pencetus faktor genetika. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang d iakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler, kegagalan metabolism metabo lismee energi, adanya ada nya formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pen etus fa tor genetika.
neurofibrilaris yaitu struktur intraselular yang berisi serat kusut dan sebagian besar terdiri dari protein ³tau´. Dalam SSP, protein protein tau sebagian sebagian besar sebagai penghambat pembentuk structural yang terikat dan menstabilkan mikrotubulus dan merupakan komponen penting dari sitokleton sel neuron. Pada neuron AD terjadi fosforilasi abnormal dari protein tau, secara kimia menyebabkan perubahan pada tau sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus secara bersama ± sama. Tau yang abnormal terpuntir masuk ke filament heliks ganda yang sekelilingnya masing ± masing terluka. Dengan kolapsnya system transport internal, hubungan interseluler adalah yang pertama kali tidak berfungsi berfungsi dan akhirnya diikuti diikuti kematian sel. Pembentukan neuron yang kusut dan berkembangnya neuron yang rusak menyebabkan Alzheimer. Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-beta) yang terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal. A-beta adalah fragmen protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan normal melekat pada membrane neuronal yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP terbagi menjadi fragmen ± fragmen oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket yang berkembang menjadi gumpalan yang bisa larut. Gumpalan tersebut akhirnya ber campur dengan sel ± sel glia yang akhirnya membentuk fibril ± fibril plak yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan diyakini beracun bagi neuron yang utuh. Kemungkinan lain adalah A-beta menghasilkan radikal bebas sehingga mengganggu hubungan intraseluler dan menurunkan respon pembuluh darah sehingga mengakibatkan makin rentannya neuron terhadap stressor. Selain karena lesi,
6.
Gejala Klinis
Berlangsung lama dan bertahap, sehingga pasien dan keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. y
Terjadi pada usia 40-90 tahun.
y
Tidak ada kelainana sistemik atau penyakit otak lainnya.
y
Tidak ada gangguan kesadaran.
y
Perburukan progresif fungsi bahasa, keterampilan ket erampilan motorik dan persepsi.
y
Riwayat keluarga Alzheimer, parkinson, park inson, diabetes melitus, hipertensi dan kelenjar tiroid. (Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008 )
Gejala klinis dapat terlihat sebagai berikut : 1. Kehilangan daya ingat/memori Pada orang tua normal, dia tidak ingat nama tetangganya, tetapi dia tahu orang itu adalah tetangganya. Pada penderita Alzheimer, dia bukan saja lupa nama tetangganya tetapi juga lupa bahwa orang itu adalah tetangganya. 2. Kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa b iasa Seperti tidak tahu bagaimana cara membuka baju atau tidak tahu urutan-urutan menyiapkan makanan.
6.
alah S alah
menempatkan barang .
Seseorang secara temporer dapat salah menempatkan dompet atau kunci. Penderita Alzheimer dapat meletakkan sesuatu pada tempat yang tidak biasa, misal jam tangan pada kotak gula. 7. Perubahan tingkah laku. laku. Seseorang dapat menjadi sedih atau senang dari waktu ke waktu. Penderita Alzheimer dapat berubah mood atau emosi secara tidak biasa tanpa a lasan yang dapat diterima. 8. Perubahan perilaku Penderita Alzheimer akan terlihat berbeda dari biasanya, ia akan menjadi mudah curiga, mudah tersinggung, depresi, apatis atau mudah mengamuk, terutama saat problem memori menyebabkan dia kesulitan melakukan sesuatu. 9. Kehilangan inisiatif Duduk di depan TV berjam-jam, tidur lebih lama dari biasanya atau tidak menunjukan minat pada hobi yang selama ini ditekuninya.(Yulfran, 2009)
7.
Pemeriksaan Diagnostik
Untuk kepastian diagnosisnya, maka diperlukan tes diagnostik sebagai berikut: a. Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi. Se
terutama terdapat pada neokorteks, amygdala, hipokampus, korteks piriformis, dan sedikit didapatkan pada korteks motorik primer, korteks somatosensorik, korteks visual, dan auditorik. Senile plaque ini juga terdapat pada jaringan perifer. densitas Senile plaque berhubungan dengan penurunan kolinergik. Kedua gambaran histopatologi (NFT dan senile plaque) merupakan gambaran karakteristik untuk penderita penyakit a lzheimer. 3)
Degenerasi neuron Pada pemeriksaan mikroskopik perubahan dan kematian neuron pada penyakit alzheimer
sangat selektif. Kematian neuron pada neokorteks terutama didapatkan pada neuron piramidal lobus temporal dan frontalis. Juga ditemukan pada hipokampus, amigdala, nukleus batang otak termasuk lokus serulues, raphe nukleus dan substanasia nigra. Kematian sel neuron kolinergik terutama pada nukleus basalis dari meynert, dan sel noradrenergik terutama pada lokus seruleus serta sel serotogenik pada nukleus raphe dorsalis, nukleus tegmentum dorsalis. Telah ditemukan faktor pertumbuhan saraf pada neuron kolinergik yang berdegenerasi pada lesi merupakan harapan dalam pengobatan penyakit alzheimer. 4)
Perubahan vakuoler Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang berbentuk oval dan dapat menggeser nukleus.
Jumlah vakuoler ini berhubungan secara bermakna dengan jumlah NFT dan SP , perubahan ini sering didapatkan pada korteks temporomedial, amygdala dan insula. Tidak pernah ditemukan pada korteks frontalis, parietal, oksipital, hipokampus, serebelum dan batang otak
y
Fungsi pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya gangguan fungsi kognitif umum dan mengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi.
y
Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian dan pengertian berbahasa Evaluasi
neuropsikologis yang sistematik mempunyai fungsi diagnostik yang penting kare na :
1) Adanya defisit kognisi: berhubungan dgn demensia awal yang dapat diketahui bila terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan yang normal. 2) Pemeriksaan neuropsikologik secara komprehensif : untuk membedakan kelainan kognitif pada global demensia dengan deficit selektif yang diakibatkan oleh disfungsi fokal, faktor metabolik, dan gangguan psikiatri 3) Mengidentifikasi gambaran kelainan neuropsikologik yang diakibatkan oleh demensia karena berbagai penyebab.
c. CT Scan dan MRI
Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat kwantifikasi perubahan volume jaringan otak pada penderita Alzheimer antemortem. CT Scan :
EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada penyakit
y
alzheimer didapatka perubahan ge lombang lambat pada lobus frontalis yang non spesifik PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan : y
penurunan aliran darah
y
metabolisme O2
y
glukosa didaerah serebral
SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography) y
Kelainan ini berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin. Laboratorium darah
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita alzheimer. Pemeriksaan laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan penyebab penyakit demensia lainnya seperti pemeriksaan darah rutin, B12, Calsium, Posfor, fungsi renal dan hepar, tiroid, asam folat, serologi sifilis, sifilis, skrining antibody antibod y yang dilakukan secara selektif. (Yulfran, 2009)
8. Tindakan Penanganan/Penatalaksanaan
2) Thiamin Pada penderita alzheimer didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase dependent enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal pada nukleus basalis. Contoh: thiamin hydrochloride Dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral Tujuan: perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo selama periode yang sama. 3) Nootropik Nootropik merupakan obat psikotropik.
y
Tujuan: memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar. Tetapi pemberian 4000 mg pada
y
penderita alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna. 4) Klonidin Gangguan fungsi intelektual pada penderita alzheimer dapat disebabkan kerusakan noradrenergik kortikal. y
Contoh: klonidin (catapres) yang merupakan noradrenergik alfa 2 reseptor agonis
y
Dosis : maksimal 1,2 mg peroral selama 4 minggu
y
Tujuan: kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif
9.
Pencegahan
Para ilmuwan berhasil mendeteksi beberapa faktor resiko penyebab Alzheimer, yaitu : usia lebih dari 65 tahun, faktor keturunan, lingkungan yang terkontaminasi dengan logam berat, rokok, pestisida, gelombang elektromagnetic, riwayat trauma kepala yang berat dan penggunaan terapi sulih hormon pada wanita. Dengan mengetahui faktor resiko di atas dan hasil penelitian yang lain, dianjurkan beberapa cara untuk mencegah penyakit Alzheimer, di antaranya yaitu : y
Bergaya hidup sehat, misalnya dengan rutin berolahraga, tidak merokok maupun mengkonsumsi alkohol.
y
Mengkonsumsi sayur dan buah segar. Hal ini penting karena sayur dan buah segar mengandung antioksidan yang berfungsi untuk mengikat radikal bebas. Radikal bebas ini yang merusak sel-sel tubuh.
y
Menjaga kebugaran mental (mental fitness). Istilah ini mungkin masih jarang terdengar. Cara menjaga kebugaran mental adalah dengan tetap aktif membaca dan memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan.
10.
Kriteria Diagnosis
Terdapat beberapa kriteri kr iteriaa untuk diagnosa klinis penyakit Alzheimer, yaitu:
y
y
Adanya riwayat keluarga, khususnya kalau dikonfirmasikan dengan neuropatologi Pada gambaran
EEG
memberikan gambaran normal atau perubahan non-spesifik seperti
peningkatan aktivitas gelombang lambat y
Pada pemeriksaan CT Scan didapatkan atropi serebri
Gambaran
lain tersangka diagnosa penyakit alzheimer setelah dikeluarkan penyebab demensia
lainnya terdiri dari: y
Gejala yang berhubungan dengan depresi, insomnia, inkontinentia, delusi, halusinasi, emosi, kelainan seksual, berat badan menurun
y
Kelainan neurologi lain pada beberapa pasien, khususnya penyakit pada stadium lanjut dan termasuk tanda-tanda motorik seperti peningkatan tonus otot, mioklonus atau gangguan berjalan
y
Terdapat bangkitan pada stadium lanjut
Gambaran
diagnosa tersangka penyakit alzheimer yang tidak jelas jelas terdiri dari:
y
Awitan mendadak
y
Diketemukan gejala neurologik fokal seperti hemiparese, hipestesia, defisit lapang pandang dan gangguan koordinasi
y
Terdapat bangkitan atau gangguan berjalan pada saat awitan
Diagnosa y
klinik kemungkinan penyakit alzheimer adalah: alzheimer adalah:
Sindroma demensia, tidak ada ge jala neurologik lain, gejala psikiatri atau kelainan sistemik
y
Variabilitas gambaran klinis
y
Perbedaan individual seperti usia, keluarga demensia dan jenis kelamin Ketiga faktor ini diuji secara statistik, ternyata faktor pertama yang paling mempengaruhi prognostik penderita alzheimer. Pasien dengan penyakit Alzheimer :
y
Mempunyai angka harapan hidup rata-rata 4-10 tahun sesudah diagnosis
y
Biasanya meninggal dunia akibat infeksi sekunder.
12.
Komplikasi
Infeksi Malnutrisi Kematian
B.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.
PENGKAJIAN
Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan persepsi terhadap lingkungan, kesalahan identifikasi terhadap objek dan orang, penimbunan objek : meyakini bahwa objek yang salah penempatannya telah dicuri. kehilangan multiple, perubahan citra tubuh dan harga diri yang dirasakan. d irasakan. Tanda : Menyembunyikan ketidakmampuan ( banyak alasan tidak mampu untuk melakukan kewajiban, mungkin juga tangan membuka buku namun tanpa membacanya) , duduk dan menonton yang lain, aktivitas pertama mungkin menumpuk benda tidak bergerak dan emosi stabil, gerakan berulang ( melipat membuka lipatan melipat kembali kain ), menyembunyikan barang, atau berjalan-jalan. d. Eliminasi Gejala: Dorongan berkemih Tanda: Inkontinensia urine/feaces, cenderung konstipasi/ imfaksi dengan d iare. e.
Makanan/cairan
Gejala: Riwayat episode hipoglikemia (merupakan factor predisposisi) predisposisi)
perubahan dalam
pengecapan, nafsu makan, kehilangan berat badan, mengingkari terhadap rasa lapar/ kebutuhan untuk makan. Tanda:
Kehilangan kemampuan untuk mengunyah, mengunyah, menghindari/menolak menghindari/menolak makan
(mungkin mencoba untuk menyembunyikan keterampilan). dan tampak semakin kurus (tahap lanjut).
sensasi propriosepsi propriosepsi ( posisi tubuh atau bagian tubuh dalam ruang tertentu ). dan adanya riwayat penyakit serebral vaskuler/sistemik, emboli atau hipoksia yang berlangsung secara periodic ( sebagai factor predisposisi ) serta aktifitas aktifitas kejang ( merupakan akibat sekunder pada kerusakan otak ). Tanda : Kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia; kesulitan dalam menemukan kata- kata yang benar ( terutama kata benda ); bertanya berulang-ulang atau per cakapan dengan substansi kata yang tidak memiliki arti; terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak terdengar. Kehilangan kemampuan untuk membaca dan menulis bertahap ( kehilangan keterampilan motorik halus ). h. Kenyamanan Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin mungkin menjadi factor predisposisi atau factor akselerasinya), trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan sebagainya). Tanda : Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain i.
Interaksi social
Gejala : Merasa kehilangan kekuatan. factor psikososial sebelumnya; pengaruh personal dan individu yang muncul mengubah pola tingkah laku yang muncul. Tanda : Kehilangan control social,perilaku tidak tepat.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
Auskultasi : bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor, ronkhi, pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas.
B2 (Blood) Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem persarafan otonom.
B3 (Brain) Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan dengan pengkajian pada sistem lainnya. Inspeksi umum, didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku. Pengkajian Tingkat Kesadaran: Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung pada perubahan status kognitif klien. Pengkajian fungsi serebral: Status mental : biasanya status mental klien mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Saraf XI. Tidak atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapez ius.
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada vasikulasi dan indera pengecapan normal Pengkajian sistem Motorik Inspeksi umum pada tahap lanjut klien akan mengalami perubahan dan penurunan pada fungsi motorik secara umum.
Tonus Otot. Didapatkan meningkat. Keseimbangan dan Koordinasi. Didapatkan mengalami gangguan karena adanya perubahan status kognitif dan ketidakkooperatifan klien dengan metode pemeriksaan.
Pengkajian Refleks Pada tahap lanjut penyakit alzheimer sering mengalami kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri dengan kepala cenderung ke depan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya ke depan atau ke belakang) dapat menyebabkan klien sering jatuh. Pengkajian Sistem sensorik Sesuai barlanjutnya usia, klien dengan penyakit alzheimer mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensori yang ada merupakan hasil dari neuropati perifer yang dihubungkan dengan d engan disfungsi kognitif dan persepsi klien se
8. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan menyelesaikan masalah, perubahan intelektual 9. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan intelektual (pikun, disorientasi, penurunan kemampuan mengatasi masalah) 10. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan perub ahan emosi (cepat marah, mudah tersinggung, kurang per caya diri) 11. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan sensori, mudah lupa 12. Risiko trauma berhubungan dengan kelamahan, ketidakmampuan untuk mengenali/mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan
3.RENCANA
KEPERAWATAN
1.
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Keperawatan Perubahan pola Setelah diberikan asuhan
Mandiri
andiri
eliminasi
keperawatan, diharapkan
Kaji pola sebelumnya dan bandingkan
. Memberikan informasi mengenai perubahan
berhubungan
pola eliminasi terpenuhi
dengan pola yang sekarang
yang munkin selanjutnya memerlukan
dengan kehilangan
dengan kriteria hasil :
Letakkan tempat tidur dekat dengan
pengkajian atau intervensi
kamar mandi jika memungkinkan.
. Meningkatkan orientasi atau penemuan kamar
fungsi
Mampu menciptakan pola
Intervensi
Rasional
neurologi/tonus
eliminasi yang
Buatkan tanda tertentu atau pintu
mandi. Inkontinensia mungkin disertai
otot,
adekuat/sesuai
berkode khusus. Berikan cahaya yang
ketidakmampuan untuk menemukan tempat
ketidakmampuan
cukup
terutama malam hari.
berkemih atau defekasi. de fekasi.
untuk menentukan
Buat program latihan defekasi atau
letak kamar
kandung kemih. Tingkatkan partisipasi
. Menstimulasi kesadaran pasien,
mandi/mengenali
pasien sesuai tingkat kemampuannya.
meningkatkan pengaturan fungsi tubuh.
kebutuhan.
Anjurkan untuk minum adekuat selama se lama siang hari (paling sedikit 2 liter sesuai toleransi). Diet tinggi serat dan sari
. Menurunkan resiko konstipasi atau dehidrasi.
buah. Batasi minum saat menjelang
Pembatasan minum pada sore menjelang
malam dan waktu tidur.
malam hari dapat menurunkan seringnya ser ingnya
Pantau penampilan atau warna urine,
berkemih atau inkontinensia pada malam hari. h ari.
catat
konsistensi dari feses. . Pendeteksian memberikan kesempatan untuk mengubah intervensi, misalnya adanya konstipasi/infeksi kandung kemih dan
sebagainya. Kolaborasi
Berikan obat pelembek feses metamacil, gliserin suppositoria sesuai dengan
Kolaborasi
indikasi.
Mungkin diperlukan untuk memfasilitasi memfasilitasi atau menstimulasi defekasi yang teratur
2.
Perubahan tidur dengan
pola Setelah
diberikan
berhubungan keperawatan
asuhan ri
diharapkan
Berikan lingkungan yang nyaman untuk
perubahan perubahan pola tidur klien meningkatkan tidur (mematikan lampu,
pada sensori
iri
Hambatan kortikal pada informasi reticular akan berkurang selama tidur, meningkatkan
dapat teratasi dengan kriteria ventilasi ruang adekuat, suhu yang
respons otomatik, karenanya respons
hasil :
sesuai. Menghindari kebisingan)
kardiovaskular terhadap suara meningkat
Anjurkan latihan saat siang hari dan
selama tidur
Tidak terjadi perubahan tingkah laku dan penampilan
turunkan aktivitas mental/fisik pada sore
(gelisah)
hari
Mampu menciptakan pola
Aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat
tidur yang adekuat dengan
meningkatkan kebingungan , aktivitas yang
penurunan terhadap pikiran
Berikan makanan kecil sore hari, susu
terprogram tanpa stimulasi berlebihan
yang melayang-layang
hangat, mandi, dan masase punggung
meningkatkan waktu tidur
(melamun)
Turunkan jumlah minuman sore hari.
Meningkatkan relaksasi dengan perasaan
Lakukan berkemih sebelum tidur
mengantuk
Mampu menentukan penyebab tidur inadekuat
Anjurkan klien untuk mendengarkan musik yang lembut
Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk
rasi
berkemih selama malam hari
Berikan obat sesuai indikasi : Antidepresi, Antidepresi, seperti ;amitriptilin (elavil),
Menurunkan stimulasi sensori dengan
doksepin (senequan), trasolon (desyrel)
menghambat suara lain dari lingkungan sekitar
Oksazepam (serax), triazolam (halcion)
yang akan menghambat tidur. orasi E fektif
menangani pseudodemensia atau
depresi, meningkatkan kemampuan untuk tidur, Hindari penggunaan difenhidramin
tetapi antikolinergik dapat mencetuskan
(benadryl)
bingung, memperburuk kognitif ko gnitif dan efek samping hipotensi ortostatik Gunakan dengan hemat, hipnotik dosis rendah efektif mengatasi insomnia
Kontraindikasi karena mempengaruhi produksi assetilkolin yang sudah dihambat dalam otak.
3.
Kerusakan
Setelah diberikan asuhan
Mandiri
Mandiri
mobilitas fisik
keperawatan diharapkan
kaji kekuatan motorik atau kemampuan
menentukan perkembangan/munculnya
berhubungan
klien mampu rentang gerak
secara fungsional dengan menggunakan
kembali tanda yang menghambat ter capainya
penurunan
optimal dengan criteria hasil
skala 0-5. Lakukan pengkajian secara
tujuan atau harapan pasien.
tonus/kekuatan otot,
mempertahankan posisi
teratur dan bandingkan dengan nilai
kerusakan
dengan tak ada komplikasi
dasarnya.
neuromuskuler
(kontraktur,dekubitus)
. Berikan posisi pasien yang
mendemonstrasikan
menimbulkan rasa nyaman. Lakukan
menurunkan kelelahan meningkatkan relaksasi,
teknik/perilaku yang
perubahan posisi dengan jadwal yang
menurunkan resiko terjadinya iskemia atau
memungkinkan melakukan
teratur sesuai kebutuhan secara
kerusakan pada kulit.
kembali aktifitas yang
individual.
diinginkan
Lakukan latihan rentang gerak pasif. Hindari latihan aktif selama fase akut.
menstimulasi sirkulasi, sirkulasi, meningkatkan to nus otot dan meningkatkan mobilisasi mob ilisasi sendi. C atatan:latihan atatan:latihan
yang dipaksakan dapat
menimbulkan eksaserbasi gejala yang menyebabkan regresi fisiologis dan emosi. persendian juga dapat mengalami dislokasi sehingga otot mengalami flaksid secara total. Memaksimalkan tenaga dan mencegah kelelahan yang berlebihan. olaborasi
Konfirmasikan dengan/rujuk kebagian terapi fisik/terapi okupasi
Kolaborasi
bermanfaat dalam menciptakan kekuatan otot
secara individual atau latihan terkondisi dan program latihan berjalan dan mengidentifikasikan alat bantu atau brace untuk mempertahankan mobilisasi dan kemandirian dalam melakukan aktifitas sehari-hari
4.
Defisit Defisit perawatan
Setelah diberikan asuhan
Mandiri
Mandiri
diri berhubungan
keperawatan diharapkan
Identifikasi kesulitan
Memahami penyebab yang mempengaruhi
dengan penurunan
terdapat perilaku
berpakaian/perawatan diri, seperti
kognitif,
peningkatan dalam
keterbatasan fisik; apatis/depresi atau
keterbatasan fisik.
pemenuhan perawatan diri
temperatur ruangan.
dengan kriteria hasil:
Identifikasi kebutuhan akan kebersihan
Sesuai dengan perkembangan penyakit,
klien tampak bersih dan
diri dan berikan bantuan sesuai
kebutuhan akan kebersihan dasar mungkin
segar
kebutuhan dengan perawatan
dilupakan.
klien tidak pucat.
rambut/kuku/kulit, bersihkan kacamata
pilihan intervensi/ strategi
dan gosok gigi g igi.. Gabungkan kegiatan sehari-hari kedalam jadwal aktivitas jika mungkin.
Mempertahankan kebutuhan rutin dapat mencegah kebingungan yang semakin
Kaji kemampuan dan tingkat
memburuk dan meningkatkan partisipasi
itaspenurunan kemampuan ADL dalam
pasien.
skala 0 ± 4.
Membantu dalam mengantisipasi dan
Rencanakan tindakan untuk defisit
merencanakan pertemuan kebutuhan individual.
motorik seperti tempatkan makanan dan
Klien akan mampu melakukan akt ivitas ivitas sendiri
peralatan di dekat klien k lien agar mampu
untuk memenuhi perawatan dirinya.
sendiri mengambilnya. Kaji kemampuan komnikasi untuk BAK. Kemampuan menggunakan urinal pispot.
Ketidakmampuan berkomunikasi dengan
Antarkan ke kamar mandi bila kondisi
perawat dapat menimbulkan masalah
memungkinkan .
pengososngan kandung kemih oleh karena
Identifikasi kebiasaan BAB . anjurkan
masalah neurogenik.
minum dan meningkatkan aktivitas.
Meningkatkan latihan dan menolong mencegah
Kolaborasi :
konstipasi
Pemberian suppositoria dan pelumas faeces / pencahar.
Kolaborasi :
Konsul ke dokter terapi okupasi. o kupasi.
Pertolongan utama terhadap fungsi bowell atau BAB Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi kebutuhan khusus.
5.
Perubahan persepsi
Setelah diberikan tindakan
sensori
keperawatan diharapkan
Kembangkan lingkungan yang suportif
berhubungan
perubahan persepsi sensori
dan hubungan perawat-klien yang
dengan perubahan
klien dapat berkurang atau
terapeutik.
ri
andiri
. Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan kecemasan pada klien.
persepsi, transmisi
terkontrol dengan criteria
Bantu klien untuk memehami halusinasi. .Meningkatkan koping dan menurunkan
atau integrasi
hasil:
Kaji derajat sensori atau gangguan
sensori
Mengalami penurunan
persepsi dan bagaiman hal tersebut
halusinasi.
mempengaruhi klien termasuk
yang bersifat asimetris menyebabkan klien
Mengembangkan strategi
penurunan penglihatan atau
kehilangan kemampuan pada salah astu sisi
pendengaran.
tubuh. Klien tidak dapat mengenali rasa lapar,
psikososial untuk mengurangi stress.
halusinasi. . Keterlibatan otak memperlihatkan masalah
haus, Penerima nyeri eksternal.
Mendemonstrasikan respons
Ajarkan strategi untuk mengurangi
. Untuk menurunkan kebutuhan akan halusinasi.
yang sesuai stimulasi.
stress.
. piknik menunjukkan realitadan memberikan
Ajak piknik sederhana, jalan-jalan
stimulasi sensori yang menurunkan perasaan
kelilin rumah sakit. Pantau aktivitas.
curiga
dan halusinasi yg disebabkan perasaan
terkekang. . Menjaga mobilitas yang dapat menurunkan Tingkatkan keseimbangan fisiologis
risiko terjadinya atrofi otot/ o steoporosis pada
dengan menggunakan bola lantai, tangan
tulang.
menari dengan disertai music. Libatkan dalam aktivitas sesuai indikasi
.Memberikan kesempatan terhadap stimulasi
dengan keadaan tertentu, spt:terapi
partisipasi dengan orang lain dan dapat
okupasi.
mempertahankan beberapa tingkat dari interaksi sosial.
6.
Perubahan proses
Setelah diberikan asuhan
Mandiri
Mandiri
pikir berhubungan
keperawatan diharapkan
Kaji derajat gangguan kognitif, seperti
Memberikan dasar untuk
dengan degenerasi
gangguan proses pikir tidak
perubahan orientasi terhadap orang,
evaluasi/perbandingan yang akan datang dan
neuron irreversibel
bertambah buruk, dengan
tempat waktu, rentang perhatian dan
mempengaruhi pilihan terhadap intervensi.
kriteria hasil:
kemampuan berpikir
-
Pertahankan lingkungan yang
Klien mampu
menginterpretasikan
menyenangkan dan tenang
stimulus sedikit demi sedikit sed ikit -
Klien mampu
mengakomodasikan sedikit
Keramaian biasanya merupakan sensori sensor i yang berlebihan yang meningkatkan gangguan neuron
Lakukan pendekatan dengan cara perlahan dan tenang
demi sedikit suatu
Pendekatan yang terburu-buru dapat mengancam pasien bingung yang mengalami kesalahan persepsi.
ide/perintah
Tatap wajah ketika ber cakap-cakap
Menimbulkan perhatian, terutama pada orang-
-
dengan pasien
orang dengan gangguan per ceptual
Klien mampu mengenali
orang-orang terdekatnya,
Sesuai dengan berkembangnya penyakit, pusat
seperti nama keluarganya.
Gunakan kata-kata yang pendek dan
komunikasi dalam otak mungkin saja
-
kalimat yang sederhana dan berikan
terganggu.
Klien mampu mengenali
tempat-tempat disekitarnya,
instruksi sederhana. Ulangi instruksi
seperti alamat rumah.
tersebut sesuai dengan kebutuhan.
-
Kolaborasi
Kolaborasi
waktu seperti pagi, siang,
a. Antisiklotik, Antisiklotik, seperti halopiridol halop iridol
Dapat digunakan untuk mengontrol agitasi,
dan malam.
(Haldol) ; tioridazin (Mallril (Ma llril))
halusinasi.
b. Vasodilator, seperti siklandelat
Dapat meningkatkan kesadaran mental tetapi
(Cyclospasmol)
memerlukan penelitian lebih lanjut.
Klien mampu mengenali
Lebih bermanfaat pada fase awal dan/atau fase
c.
Agen ansiolitik, seperti diazepam,
sedang untuk menghilangkan kecemasan
lorazepam, oksazepam 7.
Sindrom stress
Setelah diberikan tindakan
ndiri
relokasi
keperawatan diharapkan
Jalin hubungan saling mendukung
Untuk membangan keper cayaan dan rasa
berhubungan
klien dapat beradaptasi
dengan klien.
nyaman.
dengan gangguan
dengan perubahan aktivitas
sensori, penurunan
sehari- hari dan lingkungan
rutinitas rutinitas baru. baru .
terganggu.
fungsi fisik
dengan kriteria hasil :
Kaji tingkat stressor (penyesuaian d iri, iri,
Untuk menentukan persepsi klien tentang
mengidentifikasi perubahan
perkembangan, peran keluarga, akibat
kejadian dan tingkat serangan.
mampu beradaptasi pada
perubahan status kesehatan)
perubahan lingkungan dan
Orientasikan pada lingkungan dan
andiri
Menurunkan kecemasan dan perasaan
Tentukan jadwal aktivitas yang wajar
aktivitas kehidupan sehari-
dan masukan dalam kegiatan rut in.
Konsistensi mengurangi kebingungan dan
hari
Berikan penjelasan dan informasi informasi yang
meningkatkan rasa kebersamaan.
cemas
dan takut berkurang
membuat pernyataan yang psitif tentang lingkungan yang baru.
menyenangkan mengenai kegiatan/ peristiwa.
Menurunkan ketegangan, mempertahankan
Pertahankan keadaan tenang. Tempatkan
rasa saling per caya, dan orientasi.
dalam lingkungan tenang yang
Menenangkan situasi dan memberi klien waktu
memberikan kesempatan untuk
untuk memperoleh memperoleh kendali terhadap prilaku
³beristirahat´
dan emosinya.
Atasi tingkah laku agresif dengan pendekatan yamg tenang.
Rasa diterima menurunkan rasa takut dan
Rujuk ke sumber pendukung perawatan
respon agresif agres if..
diri.
Meningkatkan perasaan, dukungan selama penyesuaian
8.
Koping individu
Setelah diberikan asuhan
Mandiri
tidak efektif
keperawatan diharapkan
Kaji perubahan dari gangguan persepsi
berhubungan
koping individu menjadi
dan hubungan dengan derajat
menyusun rencana perawatan atau pemilihan
dengan
efektif dengan kriteria hasil :
ketidakmampuan
intervensi
ketidakmampuan
Mampu menyatakan atau
Dukung kemampuan koping
menyelesaikan
mengkomunikasikan dengan
berjalan membantu memperlambat kemajuan
masalah, perubahan
orang terdekat tentang
penyakit. Dukungan dan sumber bantuan dapat
intelektual
situasi dan perubahan yang
diberikan melalui ketekunan berdoa dan
sedang terjadi
penekanan keluar terhadap aktivitas dengan
Mampu menyatakan
mepertahankan patisipasi aktif
penerimaan diri terhadap situasi
Mandiri
. Menentukan bantuan individual dalam
. Kepatuhan terhadap program latihan dan
. Membantu klien untuk melihat bahwa perawat Pernyataan pengakuan terhadap
menerima kedua bagian sebagai bagian dari
Mengakui dan
penolakan tubuh, mengingatkan kembali
seluruh tubuh. Mengizinkan klien untuk
menggabungkan perubahan
fakta kejadian tentang reali rea litas tas bahwa
merasakan adanya harapan dan mulai menerima
ke dalam konsep diri dengan
masih dapat menggunakan sisi yang
situasi baru.
cara
sakit dan belajar mengontrol sisi yang
yang akurat tanpa
haraga diri yang negatif
sehat Beri dukungan psikologis secara menyeluruh
.Klien Alzheimer sering merasa malu, apatis, tidak adekuat, bosan bo san dan merasa sendiri. Perasaan ini dapat disebabkan akibat keadaan
fisik yang lambat dan upaya yang besar dibutuhkan terhadap tugas-tugas kecil. Klien dibantu dan didukung untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (seperti meningkatnya mobilitas) . Bentuk program aktivitas pada keseluruhan hari Bentuk program aktivitas pada
untuk mencegha waktu tidur yang terlalu
keseluruhan hari
banyak yang dapat mengarah padda tidak adanya keinginan dari apatis. Setiap upaya dibuat untuk mendukung klien keluar darii tugas-tugas yang termasuk koping dengan kebutuhan mereka setiap hari dan untuk membentuk klien mandiri. Apapun yang dilakukan hanya untuk keamanan sewaktu mencapai tujuan dengan meningkatnya kemampuan koping. . Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga diri serta
Anjurkan orang yang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan hal-hal
mempengaruhi proses rehabilitasi reha bilitasi.. . Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan
untuk dirinya semaksimal mungkin
dan pengertian tentang peran individu masa
Dukung perilaku atau usaha seperti
mendatang.
peningkatan minat atau partisipasi partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi
. Dapat mengindikasikan terjadinya depresi
Monitor gangguan tidur peningkatan
dimana memerlukan intervensi dan evaluasi
konsentrasi, letargi, dan witdhrawal
lebih lanjut
olaborasi
Kolaborasi
Rujuk pada ahli neuropsikologi dan
. Dapat memfasilitasi perubahan peran yang
konseling bila ada indikasi
penting untuk perkembangan perasaan. Kerjasama fisioterap fisioterapi, i, psikoterapi, terapi obatobatan, dan dukungan partisipasi kelompok dapat menolong mengurangi depresi yang juga sering muncul pada kejadian ini.
9.
Hambatan
Setelah diberikan asuhan
Mandiri
Mandiri
komunikasi verbal
keperawatan, diharapkan
Kaji kemampuan klien untuk
Untuk menentukan tingkat kemampuan klien
berhubungan
klien tidak mengalami
dengan perubahan
hambatan komunikasi verbal
intelektual (pikun,
dengan kriteria hasil :
disorientasi,
Membuat teknik/metode
berkomunikasi.
dalam berkomunikasi. Untuk membantu proses berkomunikasi dengan
Menentukan cara-cara berkomunikasi seperti mempertahankan kontak mata,
penurunan
komunikasi yang dapat
pertanyaan dengan jawaban ya atau
kemampuan
dimengerti sesuai kebutuhan
tidak, menggunakan kertas dan
mengatasi masalah)
dan meningkatkan
pensil/bolpoint, gambar, atau papan
kemampuan berkomunikasi
tulis; bahasa isyarat, penjelas arti dari
klien, dan agar tidak t erjadi miskomunikasi.
komunikasi yang disampaikan. Letakkan bel/lampu panggilan di tempat
Untuk memudahkan klien dalam memanggil
mudah dijangkau dan berikan penjelasan perawat saat membutuhkan bantuan. cara
menggunakannya. Jawab panggilan
tersebut dengan segera. Penuhi kebutuhan klien. Katakan kepada klien bahwa perawat siap membantu jika dibutuhkan.
10.
laborasi
orasi
Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa.
Memberikan terapi bicara pada klien.
Hambatan interaksi
Setelah diberikan Asuhan
Mandiri
Mandiri
sosial berhubungan
Keperawatan diharapkan
Beri individu hubungan suportif. supo rtif.
Agar individu terstimulasi untuk melakukan
dengan perubahan
klien mampu melakukan
emosi (cepat marah,
interaksi so cial, dengan
Bantu mengidentifikasi alternative
Agar klien mampu mengidentifikasi tindakan
mudah tersinggung,
criteria
tindakan.
yang baik.
kurang per caya diri)
klien mampu berinteraksi
Bantu menganalisis pendekatan yang
Agar klien mampu melakukan interaksi dengan
hasil :
dengan orang diseki d isekitarnya tarnya
interaksi so cial.
berfungsi paling baik.
dengan baik. klien tidak memiliki rasa
orang lain dengan baik. Untuk merangsang klien untuk menjawab
Gunakan pertanyaan dan observasi
pertanyaan perawat secara tidak langsung
bermusuhan/menyerang
untuk mendorong individu dengan
menstimulasi klien untuk berinteraksi.
orang.
keterbatasan keterampilan interaksi
Dukungan keluarga sangat membantu dalam
Bantu anggota keluarga dalam
melakukan interaksi social.
memahami dan memberi dukungan.
11.
Risiko
tinggi Setelah
perubahan
kurang kebutuhan
asuhan iri
nutrisikeperawatan
diharapkan
dari tidak
perubahan mengenai kebutuhan makan
tubuh nutrisi
berhubungan dengan
diberikan
terjadi
kurang
dari
Usahakan/ berikan bantuan dalam
kebutuhan dengan kriteria memilih menu
perubahan hasil :
sensori, mudah lupa
Kaji pengetahuan klien/keluarga
iri
Identifikasi kebutuhan untuk membantu perencanaan pendidikan Klien tidak mampu menentukan pilihan kebutuhan nutrisi
Berikan makanan kecil setiap jam sesuai
Makan makanan kecil meningkatkan masukan
Klien mendapat diet nutrisi
kebutuhan
yang sesuai
yang seimbang
Hindari makanan yang terlalu panas
Makan panas mengakibatkan mulut terbakar
Mempertahankan/ mendapat kembali BB yang sesuai
atau menolak untuk makan orasi
Klien dapat mengubah pola
Rujuk atau konsultasikan dengan ahli
orasi
asupan yang benar
gizi
Bantuan diperlukan untuk mengembangkan keseimbangan diet dan menemukan kebutuhan / makan yang disukai
12.
Resiko trauma
Setelah diberikan asuhan
Mandiri
iri
berhubungan
keperawatan jam diharapkan
Kaji derajat
Mengidentifikasi risiko potensial di lingkungan
dengan kelemahan,
klien tidak mengalami
kemampuan/kompetensi,munculnya
dan mempertinggi kesadaran sehingga pemberi
ketidakmampuan
trauma dengan kriteria hasil :
tingkah laku yang impulsive dan
asuhan lebih sadar akan bahaya. Pasien yang
untuk mengenali/
Keluarga mengenali resiko
penurunan persepsi-visual,bantu orang
memperlihatkan tingkah laku impulsive
mengidentifikasi
potensial di lingkungan dan
terdekat untuk mengidentifikasi resiko
menghadapi peningkatan resiko trauma kerena
bahaya dalam
mengidentifikasi tahap-tahap
lingkungan
untuk memperbaikinya.
terjadinya bahaya yang mungkin timbul
mereka murang mampu mengendalikan perilaku/kegiatannya sendiri. Penurunan persepsi visual meningkatkan risiko terjauh Seseorang dengan gangguan kognitif dan
Hilangkan /minimalkan sumber bahaya
gangguan persepsi merupakan awal untuk
dalam lingkungan
mengalami trauma sebagai akibat ketidakmampuan untuk bertanggung jawab terhadap kebutuhan keamanan yang dasar atau mengevaluasi keadaan tertentu,misalnya api dari kompor/rokok dan lupa akan hal tersebut,berusaha untuk makan buah dari plastic,salah menilai letak kursi dan tangga. Mempertahankan keamanan dengan menghindari konfrontasi yang dapat meningkatkan perilaku/meningkatkan risiko terjadinya trauma.
Alihkan perhatian pasien ket ika perilaku teragitasi atau berbahaya,seperti keluar
Menfasilitasi keamanan untuk kembali jika
dari tenpat tidur dengan memanjat pagar
hilang. Karena penurunan kemampouan verbal
tempat tidur tersebut.
dan kebingungan,pasien mungkin tidak dapat
Berikan gelang identifikasi yang
menyebutkan alamat,nomor telepon dan
memperlihatkan nama,nomor
sebagainya. Pasien mungkin ngeluyur dan
telepon,dan diagnose,jangan
ditangkap oleh polisi,yang memperlihatkan
memposisikan dekat pintu keluar untuk
kebingungan,peka rangsang : mngkin
tangga
mempunyai tingkah laku bermusuhan dan memperlihatkan kemiskinan pengambilan keputusan. Perlambatan proses metabolism secara umum mengakibatkan penurunan suhu tubuh. Hipotalamus dipengaruhi oleh proses penyakit yang menyebabkan seseorang merasa kedinginan. Pasien mungkin mengalami
Kenakan pakaian sesuai lingkungan
disorientasi mengenai cuaca dan mungkin
fisik/kebutuhan individu
ngeluyur keluar dalam keadaan dingin. Catatan : penyebab penyebab kematian kematian seringkali adalah pneumonia/kecelakaan. Pasien mungkin tidak melaporkan tanda/gejala dan obat dapat dengan mudah menimbulkan kadar toksisitas pada lansia. Ukuran dosis/penggantian obat mungkin diperlukan untuk mengurangi gangguan. Membahayan individu untuk melepaskan
Lakukan pemantauan terhadap efek
restrain tersebut secara parsial. Dapat
samping obat,tanda-tanda adanya takar
meningkatkan agitasi dan timbul resiko fraktur
lajak,seperti tanda
pada pasien lansia (berhubungan dengan
ekstrapiramidal,hipotensi
penurunan kalsium tulang)
ortostatik,gangguan
Sesuai dengan memburyknya penyakit
penglihatan,gangguan gastrointestin gastro intestinal. al.
itu,pasien mungkin gugup terhadap benda/kunci
Hindari penggunan restrain secara terus
atau meletakan benda-benda kecil dalam mulut
menerus. Berikan kesempatan orang
yang sangat berpotensi terhadap trauma t rauma
terdekat tinggal bersama pasien selama
kecelakaan atau kematian.
periode agitasi akut.
Rekomendasi penggunaan kunci ³child proof´ untuk mengamankan obat,zat racun alat-alat tajam
4.EVALUASI
1.
Perubahan pola eliminasi urine/alvi berhubungan dengan kehilangan fungsi neurologi/tonus otot, ketidakmampuan untuk menentukan letak kamar mandi/mengenali kebutuhan -
2.
Klien menciptakan pola eliminasi yang adekuat/sesuai
Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori -
Tidak terjadi perubahan tingkah laku dan penampilan (gelisah)
-
Klien menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap pikiran yang melayang-layang (melamun)
-
Klien menentukan penyebab tidur inadekuat
3.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan tonus atau kekuatan otot. -
Klien mempertahankan posisi dengan tak ada ad a komplikasi (kontraktur,dekubitus)
-
Klien mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas yang diinginkan
4.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, keterbatasan fisik. -
Klien tampak bersih dan segar
-
Klien tidak pucat
5.
Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan d engan perubahan resepsi, transmisi, dan/atau integrasi. -
Klien Mengalami penurunan halusinasi.
-
Klien Mengembangkan strategi psikososial untuk mengurangi stress.
-
6.
Klien Mendemonstrasikan respons yang sesuai stimulasi.
Perubahan proses pikir berhubungan dengan degenerasi neuron irreversible -
Klien menginterpretasikan stimulus sedikit demi sedikit
-
Klien mengakomodasikan sedikit demi sedikit suatu ide/perintah ide/perintah
-
Klien mengenali orang-orang terdekatnya, seperti nama keluarganya.
-
Klien mengenali tempat-tempat disekitarnya, disekitarnya, seperti alamat rumah.
-
Klien mengenali waktu seperti pagi, siang, dan malam. malam.
7.
Sindrom stress relokasi berhubungan dengan ga ngguan sensori, penurunan fungsi fisik -
Klien mengidentifikasi perubahan
-
Klien beradaptasi pada perubahan lingkungan dan aktivitas kehidupan sehari-hari
-
cemas
-
Klien membuat pernyataan yang psitif tentang lingkungan yang baru.
8.
dan takut klien berkurang
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan menyelesaikan masalah, perubahan intelektual -
Klien menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi
-
Klien menyatakan penerimaan diri terhadap situasi
-
Klien Mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa haraga diri yang negative
9.
Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan intelektual (pikun, disorientasi, penurunan kemampuan mengatasi masalah) -
teknik/metode klien komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi
10.
Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan emosi (cepat marah, mudah tersinggung, kurang per caya diri)
-
Klien mampu berinteraksi dengan orang disekitarnya dengan baik.
-
Klien tidak memiliki rasa bermusuhan/menyerang o rang.
11.
Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan berhubungan dengan perubahan sensori, mudah lupa
-
Klien mendapat diet d iet nutrisi yang seimbang
-
Mempertahankan/ mendapat kembali BB yang sesuai
-
Klien dapat mengubah pola asupan yang benar
12. -
Risiko trauma berhubungan dengan kelamahan, ketidakmampuan untuk mengenali/mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan Keluarga mengenali resiko potensial di lingkungan dan mengidentifikasi tahap-tahap untuk memperbaikinya.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2003. Buku S aku aku Diagnosis Keperawatan. Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Keperawatan. Jakarta : EGC Engram, Barbara. 1999. Rencana Bedah Volume 3. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal B 3. Jakarta:EGC Lumbantobing, Prof.DR.dr.SM. 2006. Kecerdasan 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Demensia. Jakarta : FKUI Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan S istem istem Persarafan. Salemba Medika: Jakarta Stanley, Mickey & Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. 2. Jakarta : EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. S DENGAN MASALAH KESEHATAN TB PARU PADA KLIEN Tn. I DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUSK ESMAS KELURAHAN CIPINANG BESAR UTARA KECAMATAN JATINEGARA (Tanggal 2 s.d 13 Mei 2011)
LAPORAN KASUS
Dalam laporan kasus ini penulis akan menguraikan tentang asuhan keperawatan keluarga dengan masalah kesehatan TB Paru pada Tn. I dalam konteks keperawatan yang dilaksanakan pada tanggal 2 s.d 13Mei 2011, dengan pendekatan proses asuhan keperawatan pada keluarga.
A. KARAKTERISTIK Tanggal 2 Mei 2011, penulis melakukan pengkajian pada keluarga Ny. S dan dari hasil pengkajian telah diperoleh data sebagai berikut:
1. Kepala Keluarga Nama kepala keluarga adalah Ny. S dengan jenis kelamin perempuan, berusia 68 tahun, agama Islam. Pendidikan terakhir tidak sekolah. Pekerjaan sebagai terima pesanan kue. Tempat tinggal di Jln. Cipinang Pulo Maja RT 06, RW 012, No 13, kelurahan Cipinang Besar Utara, kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.
2. Susunan Anggota Keluarga
NO
NAMA
UMUR
SEX
HUBUNGAN DENGAN Ka.KELUARGA
PENDIDIKAN
PEKERJAAN
KET
1
Tn. Iwan
35 Th
L
Anak ke-11
SD
BURUH
2
Ny. Ade
29 Th
P
Istri Tn.Iwan
SD
IRT
3
An. An. Oman
7½ Th
L
Anak Tn.Iwan
SD
PELAJAR
4
Ny. Norma
28 Th
P
Anak ke-12
SD
BURUH
5
Tn. Rosidin
41 Th
L
Suami Ny.Norma
SD
BURUH
6
An. Taflan
2½ Th
L
Anak Ny.Norma
-
-
3.
Genogram
1. Tipe Keluarga Keluarga inti (Nuclear Family) yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak dalam satu rumah.
2. Pemeriksaan Fisik Anggota Keluarga Ny. S usia 68 tahun, berat badan 46 kg, tinggi badan 147 cm, kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/70 mmHg, Nadi 80 0
x/menit, frekuensi pernafasan 20 x/menit, Suhu 36.4 C, warna kulit sawo matang, rambut putih beruban, konjungtiva an-anemis, sklera an-ikterik, mulut tidak terdapat sariawan, gigi karies, telinga, hidung, dan tenggorokan tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening. Hasil auskultasi bunyi paru vesikuler, tidak ada bunyi gallop dan murmur pada jantung, pada palpasi perut datar dan lemas, tidak ada benjolan di kepala.
Tn. I usia 35 tahun, jenis kelamin laki-laki, berat badan 45 kg, tinggi badan 175 cm, kesadaran compos mentis, tekanan darah 0
110/70 mmHg, Nadi 88x/menit, Suhu 36,8 C,frekuensi pernafasan 25x/menit, irreguler. Pada inspeksi rambut pendek ikal, warna hitam, rambut kusam. Tn. I tampak sekali-kali batuk dan sesak, dada sedikit kiposis, mata simetris, sklera an-ikterik, konjungtiva ananemis, tidak menggunakan alat bantu penglihatan, ekstremitas atas bawah tidak ada kelainan, hasil pemeriksaan auskultasi, bunyi jantung tidak terdengar gallop atau murmur, bunyi nafas vesikuler namun ronki terdengar halus. Bunyi wheezing tidak ada. Pada palpasi abdomen datar dan lemas, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid.
Ny. Ade usia 29 tahun, jenis kelamin perempuan. Berat badan 45 kg, tinggi badan 152 cm. Tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 80x/menit, suhu tubuh 35,90C, frekuensi pernafasan 20x/menit, reguler. Pada pemeriksaan inspeksi kepala: rambut panjang, hitam dan ikal, tidak ada ketombe. Mata simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva an-anemis, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan auskultasi, bunyi paru tidak terdengar wheezing dan ronki. Palpasi abdomen teraba janin usia 5 bulan. Bunyi pernafasan vesikuler, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid.
An. O usia 7 ½ tahun, jenis kelamin laki-laki. Pekerjaan sebagai pelajar kelas 2 SD.tinggi badan 104 cm, berat badan 20 kg, 0
denyut nadi 88x/menit, frekuensi pernafasan 18x/menit, reguler, suhu tubuh 35,9 C. Tampak kurus, rambut pendek ikal, warna hitam, tidak berketombe. Kulit sawo matang. Mata simetris, sklera an-ikterik, konjungtiva an-anemis, ekstremitas atas bawah tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan auskultasi bising usus positif normal, bunyi jantungtidak terdengar gallop dan murmur. Palpasi abdomen datar dan lemas, hepar dan spleen tidak teraba. Tidak ada pembesaran pada kelenjar getah bening dan tiroid. Pada pemeriksaan perkusi, abdomen terdengar bunyi tympani. t ympani.
Ny. N usia 28 tahun jenis kelamin perempuan, berat badan 51 kg, tinggi badan 152 cm, tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 0
80x/menit, suhu 36 C, pernafasan 20x/menit, reguler. Pada pemeriksaan inspeksi didapat data rambut pendek ikal, warna hitam, tidak berketombe. Kulit sawo matang. Mata simetris, sklera an-ikterik, konjungtiva an-anemis, ekstremitas atas bawah tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan auskultasi bising usus positif normal, bunyi jantungtidak terdengar gallop dan murmur. Palpasi abdomen datar dan lemas, hepar dan spleen tidak teraba. Tidak ada pembesaran pada kelenjar getah bening dan tiroid. Pada pemeriksaan perkusi, abdomen terdengar bunyi tympani.
Tn. R usia 41 tahun jenis kelamin laki-laki, berat badan 50 kg, tinggi badan 155 cm, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 84x/menit, pernafasan 22x/menit, reguler, suhu 360C. Pada pemeriksaan inspeksi didapat data rambut pendek ikal, warna hitam, tidak berketombe. Kulit sawo matang. Mata simetris, sklera an-ikterik, konjungtiva an-anemis, ekstremitas atas bawah tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan auskultasi bising usus positif normal, bunyi jantungtidak terdengar gallop dan murmur. Palpasi abdomen datar dan lemas, hepar dan spleen tidak teraba. Tidak ada pembesaran pada kelenjar getah bening dan tiroid. Pada pemeriksaan perkusi, abdomen terdengar bunyi tympani.
An. T usia 2 ½ tahun jenis kelamin laki-laki, berat badan 13 kg, tinggi badan 88 cm. Hasil inspeksi rambut lurus, berwarna hitam dan pendek. Tidak berketombe. Kulit sawo matang. Mata simetris, sklera an-ikterik, konjungtiva an-anemis, ekstremitas atas bawah tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan auskultasi bising usus positif normal, bunyi jantungtidak terdengar gallop dan murmur. Palpasi abdomen datar dan lemas, hepar dan spleen tidak teraba. Tidak ada pembesaran pada kelenjar getah bening dan tiroid. Pada pemeriksaan perkusi, abdomen terdengar terd engar bunyi tympani. A. RIWAYAT DAN TAHAP PERK EMBANGAN K ELUARGA 1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini yaitu keluarga melepas anak usia dewasa. Tugas perkembangan keluarga yaitu memperluas siklus keluarga dengan masuknya keluarga baru dan perkawinan anak ke-2, melanjutkan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua usia lanjut dan mulai menurun status kesehatannya. (Perkembangan keluarga berada pada tahap IV yaitu keluarga melepas anak usia dewasa). 2. Tugas Keluarga Yang Belum Terpenuhi/Terlaksana Pada Tahap Perkembangan Tidak ada tugas keluarga yang belum terpenuhi/terlaksana pada tahap perkembangan. 3. Riwayat Keluarga Inti Keluarga inti yang terdiri dari Ny. S yang berperan sebagai kepala keluarga yang berusia 68 tahun dan 2 orang anak kandung yang terdiri dari 1 anak laki-laki dan 1 anak perempuan, 2 cucu laki-laki, dan 2 menantu yaitu 1 laki-laki dan 1 perempuan. B. STRUKTUR K ELUARGA 1. Komunikasi Dalam Keluarga 1.1 Pola Interaksi Pola interaksi paling sering terjadi dalam keluarga yaitu saat pagi hari dan malam hari, biasanya interaksi terjadi saat menonton TV. Dalam komunikasi, yang paling dominan adalah Tn. I dengan menggunakan bahasa Indonesia. Komunikasi dalam keluarga saling tertutup satu sama lain. Interaksi yang berlangsung biasanya hanya sekedar. Tidak ada konflik dalam keluarga tentang po la interaksi.
1.2 Cara Berkomunikasi Dalam Keluarga Cara berkomunikasi yang yang sering diterapkan dalam keluarga yaitu yaitu secara langsung, sifat komunikasi yang sering diterapkan dalam keluarga secara tertutup. Anggota keluarga yang paling dominan berbicara adalah Tn. I, bahasa yang sering digunakan oleh anggota keluarga yaitu bahasa Indonesia.
2. Struktur Keluarga
2.1 Pengambilan Keputusan Cara atau metode pengambilan keputusan di keluarga yaitu secara musyawarah. Di dalam keluarga ini yang mengambil keputusan dalam keluarga adalah Tn. I. Didalam masalah kesehatan dalam keluarga, diperlukan tenaga kesehatan seperti dokter/perawat untuk memecahkan masalah kesehatan keluarga. Anggota keluarga yang paling diper caya kepada keluarga adalah ibu.
2.2 Hubungan Dalam Keluarga Hubungan antara anggota keluarga adalah kurang harmonis dan tidak saling per caya.
3. Struktur Nilai-Nilai/Values Nilai-Nilai/Values 3.1 Sistem Nilai Ny. S bersuku Betawi. Budaya yang dominan dalam keluarga adalah budaya betawi. Dalam keluarga tidak ada nilai-nilai tertentu dan nilai agama yang bertentangan dengan kesehatan karena menurut keluarga kesehatan merupakan hal yang penting. Ketaatan keluarga dalam menjalankan kegiatan agama adalah kurang taat. Yang paling taat beribadah dan selalu mengikuti pengajian adalah Ny. S.
4. Struktur Peran 4.1 Pembagian Peran Dalam Anggota Keluarga Pembagian peran dalam anggota keluarga yaitu Ny. S sebagai kepala keluarga, sebagai ibu untuk anak-anak,dan sebagai nenek dari cucu-cucunya.
Sedangkan anak sebagai anggota keluarga dan sebagaiistri/suami bagi pasangannya, serta menjadi orangtua dari anak-
anaknya. Ny. S berperan sebagai ibu dan nenek, Tn. I berperan sebagai pencari nafkah dan dibantu oleh Ny. N dan Tn. R. Tidak ada perubahan peran ataupun konflik ketidaksesuaian peran dalam keluarga.
C. FUNGSI K ELUARGA 1. Fungsi Afektif Semua anggota keluarga saling menyayangi dan keluarga merasa bangga apabila salah satu anggota keluarga berhasil. Respon keluarga terhadap kehilangan yaitu berduka, namun selama ini keluarga saling menguatkan dan menjaga satu sama lain. 2. Fungsi Sosial Anggota keluarga tidak ada yang ikut dalam keanggotaan organisasi masyarakat dan tidak ada yang cukup berpengaruh di masyarakat di keluarga Ny. S. Terdapat konflik di masyarakat yaitu An. T nakal sehingga dijauhi oleh tetangga. Keluarga mengggunakan faktorfaktor penunjang untuk memecahkan masalah kesehatannya yaitu dengan cara berobat ke Puskesmas Cipinang Besar Utara atau ke Puskesmas Jatinegara. Anggota keluarga yang mempunyai keterampilan khusus adalah Ny. S yaitu terampil membuat kue. Anggota keluarga yang tidak bisa membaca dan menulis adalah Ny. S karena tidak pernah sekolah. 3. Fungsi Reproduksi Keluarga Ny. S, khususnya Ny. M dahulu tidakmengikuti keluarga berencana (KB). Jumlah anak dalam keluarga Ny. S berjumlah 13 orang. Anggota keluarga ada yang mengikuti program KB yaitu Ny. N yaitu menggunakan suntik KB dalam 3 bulan sekali. Efek sampingnya berat badan menjadi lebih gemuk. 4. Fungsi Ekonomi Penghasilan keluarga didapat dari hasil Ny.S menerima pesanan kue dan anaknya dengan pendapatan kurang lebih Rp1.000.000,- / bulan. Uang ini digunakan setiap bulannya untuk kebutuhan harian, kebutuhan bulanan, kebutuhan makan, bayar pajak, bayar rekening listrik, dan biaya transportasi. Penghasilan keluarga sudah cukup memenuhi kebutuhan karena dibantu oleh anak perempuan yang ke-10 sebesar Rp200.000,- dan anak laki-laki ke-11 sebesar Rp200.000,-, dan anak perempuan ke-12 sebesar Rp200.000,-. Dalam keluarga Ny. S tidak terdapat anggota keluarga yang mempunyai tabungan. 5. Fungsi Pemeliharaan Kesehatan 1.1 Pemenuhan Kebutuhan Makan Menurut Ny. S pengadaan makanan sehari-hari dalam keluarga dengan membeli. Komposisi jenis makanannya adalah nasi, lauk pauk, protein hewani, dan protein nabati, sayuran, dan susu. Cara penyajian makanan yaitu tertutup. Dalam keluarga Ny. S tidak terdapat pantangan terhadap makanan. Pengelolaan air minum dalam keluarga dengan cara membeli air aqua, kebiasaan keluarga dalam mengelola makanan yaitu dipotong dahulu kemudian dicuci. Kebiasaan makan dalam da lam keluarga yaitu sendiri-sendiri.
1.2 Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur Dalam keluarga Ny. S, anggota keluarga mempunyai kebiasaan tidur pada siang hari. Keluarga Ny. S tidak memiliki kamar tidur masing-masing namun hanya memiliki dua kamar tidur. Kamar yang ada di depan ditempati olehkeluarga Tn. I sedangkan kamar yang ada ditengah ditempati oleh Ny.N, Ny. S, dan An. T. Selama ini tidak ada anggota keluarga yang mengalami kesulitan tidur. 1.3 Pemenuhan Kebutuhan Rekreasi dan Ekser cise Keluarga tidak mempunyai kebiasaan rekreasi yang teratur karena tidak memiliki dana. Dalam keluarga Ny. S memanfaatkan waktu luangnya denganmengikuti pengajian didaerah rumahnya. Keluarga Ny. S tidak memiliki waktu khusu untuk berolahraga, biasanya olahraga yang dilakukan dengan jalan-jalan kecil ke pasar setiap pagi. 1.4 Pemenuhan Kebutuhan Kebersihan Diri Pemeliharaan kebersihan diri dalam anggota keluarga yaitu mandi 2x/hari, sikat gigi 3x/hari, cucui rambut1x/hari. Keluarga mandi dengan menggunakan sabun, sikat gigi menggunakan pasta gigi, dan cuci rambut menggunakan shampo. Jika terdapat anggota keluarga yang sakit, biasanya keluarga membawa ke fasilitas kesehatan seperti puskesmas, dokter praktek, bidan/mantri praktek. Jika hanya sakit biasa, keluarga membeli obat warung seperti bodrex, komix, dan paramex karena sudah mengetahui obatnya. D. STR ESSOR DAN KOPING Stress yang dihadapi keluarga Tn. K adalah apabila keluarga tidak memiliki dana pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan terdapat anggota keluarga yang sakit. Penanggulangan masalah kesehatan dalam keluarga diatasi secara bersama-sama. Jika terdapat anggota keluarga yang mengalami masalah, keluarga berusaha mencari jalan keluar dengan membicarakannya dengan anggota keluarga yang lain.
E.
DERAJAT K ESEHATAN
1. Kejadian Kesakitan Saat Ini Tn. I menderita penyakit TB Paru 2 ½ tahun yang lalu, kemudian sudah minum obat OAT selama 6 bulan, namun Tn. I tidak pernah cek kesehatan lagi apakah kuman TB sudah benar-benar hilang atau tidak. Sedangkan An. O termasuk dalam gizi kurang karena sulit makan.
2. Kejadian Kecacatan Tidak ada anggota keluarga yang menderita cacat fisik. 3. Kejadian Kematian Satu Tahun Terakhir Terdapat anggota keluarga yang meninggal dunia pada satu tahun terakhir yaitu adik dari bapak mertua Tn. I yang berusia 60 tahun meninggal dunia karena sakit stroek. 4. Kejadian Penyakit Kronis Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit kronis. 5. Kejadian Sakit Satu Tahun Terakhir Tn.I menderita penyakit TB Paru sejak 2 ½ tahun yang lalu.
F. K ESEHATAN LINGKUNGAN 1. Perumahan 2
Jenis rumah rumah permanen denga luas bangunan 40 m . Status rumah milik pribadi dengan atap rumah menggunakan asbes. Ventilasi rumah dengan luas < 10% luas lantai dengan pencahayaan kurang, yaitu cahaya tidak dapat masuk ke rumah pada siang hari. Penerangan di rumah menggunakan listrik. Lantai di rumah menggunakan ubin. Kondisi kebersihan rumah secara keseluruhan kotor. Bagian-bagian rumah terdapat ruang tamu, ruang tidur, dapur, dan kamar mandi yang bergabung dengan WC tampak gelap, tidak ada ahaya yang dapat masuk, lembab.
2. Denah Rumah
1. Pengelolaan Sampah Keluarga mempunyai pembuangan sampah terbuka. Biasanya sampah-sampah rumah tangga tersebut di ikat dengan kantong plastik hitam dan setiap pagi di buang ditempat pembuangan sampah yang ada di daerah rumahnya.
2. Sumber Air Keluarga mempunyai sumber air pompa tangan. Untuk keperluan air minum keluarga Ny. S membeli air minum yang sudah matang diwarung. Keadaan air tidak berwarna, tidak berasa, tidak ada endapan, dan tidak berbau.
3. Jamban Keluarga Keluarga mempunyai WC sendiri dengan jenis leher angsa dan pembuangan tinja dengan sumber air yaitu 10 meter.
4. Pembuangan Air Limbah Keluarga mempunyai saluran pembuangan air limbah dengan kondisi mengalir melalui selokan dan berakhir ke sungai/kali.
5. Fasilitas Sosial dan Fasilitas Kesehatan Terdapat perkumpulan kegiatan masyarakat di lingkungan Ny. S seperti arisan RT, pengajian RT, dan ibu-ibu PKK. Sedangkan fasilitas kesehatan di lingkungan rumah terdapat puskesmas, posyandu, balai pengobatan mandiri, dokter praktek, dan bidan/mantri praktek. Fasilitas kesehatan tersebut dapat terjangkau keluarga dengan berjalan kaki atau naik kendaraan bermotor.
A. MASALAH K ESEHATAN KHUSUS 1. Ibu Hamil
Dalam keluarga Ny. S terdapat anggota keluarga yang sedang hamil yaitu Ny. A usia 29 tahun. Status kehamilan G2P1AO, usia kehamilan 5 bulan. Kehamilan diinginkan, ibu selalu memeriksakan kehamilan di bidan praktek sudah lebih dari 4x pemeriksaan, sudah mendapatkan imunisasi TT, berat badan 45 kg, tekanan darah 110/80 mmHg. Pada pemeriksaan inspeksi, didapat data konjungtiva an-anemis, sklera an-ikterik, muka tidak ada edema, abdomen tampak striae dan membuncit, payudara puting menonjol, tungkai tidak bengkak. Pada pemeriksaan auskultasi bunyi jantung normal, tidak terdengar bunyi gallop dan murmur. Bunyi paru normal, vesikuler. Pada palpasi pa lpasi abdomen teraba janin.
2. Balita Balita bernama An. T berusia 2 ½ tahun, jenis kelamin laki-laki, sudah diberi imunisasi dasar lengkap kecuali imunisasi campak kerena keluarga takut akan efek sampingnya panas dan akibatnya anak bisa meninggal dunia. Anggota keluarga mendapatkan imunisasi di Puskesmas CBU. Berat badan 13 kg, tinggi badan 88 cm, balita mempunyai KMS (Kartu Menuju Sehat) dan Ny. N tidak mengerti cara membacanya. Kesimpulan grafik BB dalam KMS meningkat setiap bulannya dan berada dalam garis hijau. An. T tampak makan 2x sehari. Pengadaan bahan makanan dengan cara membeli di warung. Makanan yang dikonsumsi semua lengkap dan disertai susu. An. T mendapatkan vitamin v itamin A setiap bulannya.
3. Usila (Usia Lanjut usia diatas 60 t ahun) Ny. S berusia 68 tahun, keluahan yang dialami sekarang adalah penglihatan sudah kurang tajam/menurun pada mata sebelah kiri. Ny. S tidak pernah mengikuti program pembinaan usila di Puskesmas karena malas dan tidak mempunyai waktu.
PENJAJAKAN II
1. Pengkajian Terhadap Masalah: Resiko Terjadinya Penularan TB Paru Pada Anggota Keluarga Lain
Dari hasil wawancara dengan Tn.I tentang TB Paru, Tn. I telah mengetahui penyakit TBC setelah diberitahu oleh dokter Puskesmas sejak 2 ½ tahun yang lalu. Kemudian Tn. I minum obat OAT selama 6 bulan dengan teratur, namun Tn. I menganggap penyakitnya sudah sembuh total berkat minum obat tanpa mengecek dahak lagi ke Puskesmas setelah obat OAT habis. Pada saat ditanyakan apa itu TB, menurut Tn. I TB itu adalah penyakit paru-paru, tanda gejalanya batuk-batuk, nyeri dada, dan sesak nafas. Penyebabnya karena mencium aroma pentol korek api kayu. Akibat dari TB adalah dadanya terasa nyeri dan sesak nafas. Untuk mengatasi masalahnya Tn. I selama ini berobat ke Puskesmas, namun dalam 2 minggu ini Tn. I batuk-batuk dan tidak periksa ke Puskesmas, Tn. I hanya meminum obat yang di beli di warung. Tn. I juga mengatakan selama ini tidak pernah membuka jendela dan jarang merapikan kamar tidur. Sedangkan keluarga mensupport klien untuk segera berobat ke Puskesmas. Hasil observasi penulis terhadap lingkungan keluarga kadang Tn. I batuk dan tidak menutup mulutnya dan ruang tidur dikamar tampak tidak rapi, berdebu, lembab, kotor dan gelap. Selama ini Tn. I tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan lagi yang ada di Puskesmas karena tidak ada dana untuk berobat rontgen dada dan tidak ada waktu. Klien mengatakan sudah sembuh dan mengatakan batuknya hanya masuk angin.
2. Pengkajian Terhadap Masalah Keluarga: Tidak Efektifnya Bersihan Jalan Nafas Pada Keluarga Ny. S akibat TB Paru Keluarga mengeluh Tn. I batuk-batuk sejak 2 minggu karena masuk angin. 2 ½ tahun yang lalu Tn. I terdiagnosa TB Paru dan sudah menjalani pengobatan OAT selama 6 bulan namun tiak pernah cek kesehatan lagi setelah obat OAT 6 bulan itu habis. Pada saat ditanyakan apa itu TB, menurut Tn. I TB itu adalah penyakit paru-paru, tanda gejalanya batuk-batuk, nyeri dada, dan sesak nafas. Penyebabnya karena mencium aroma pentol korek api kayu. Akibat dari TB adalah dadanya terasa nyeri dan sesak nafas. Untuk mengatasi masalahnya Tn. I selama ini berobat ke Puskesmas, namun dalam 2 minggu ini Tn. I batuk-batuk dan tidak periksa ke Puskesmas, Tn. I hanya meminum obat yang di beli di warung. Tn. I juga mengatakan selama ini tidak pernah membuka jendela dan jarang merapikan kamar tidur. Sedangkan keluarga mensupport klien untuk segera berobat ke Puskesmas. Hasil observasi penulis terhadap lingkungan keluarga kadang Tn. I batuk dan tidak menutup mulutnya dan ruang tidur dikamar tampak tidak rapi, berdebu,
lembab, kotor dan gelap. Selama ini Tn. I tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan lagi yang ada di Puskesmas karena tidak ada dana untuk berobat rontgen dada dan tidak ada waktu. Klien mengatakan sudah sembuh dan mengatakan batuknya hanya masuk angin.
3. Pengkajian Terhadap Masalah: Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Dari hasil wawancara dengan Ayah An. O (Tn. I) tentang masalah gizi kurang, Tn. I belum mengetahui tentang penyakit gizi kurang dan belum pernah periksa ke pelayanan kesehatan. Tn. I mengatakan tidak tahu mengenai kebutuhan nutrisi anaknya dan Tn. I juga mengatakan tidak merasa perlu untuk memantau berat badan anaknya ke pelayanan kesehatan. Pada saat ditanyakan penyebab gizi kurang pada Tn. I mengatakan penyebabnya adalah tidak nafsu makan. Dan akibat dari gizi kurang Tn. I tidak mengetahuinya. Untuk mengatasi masalah gizi kurang, Tn. I mengatakan harus banyak makan. Tn. I saat ditanyakan masalah makanan, Tn. I mengatakan harus banyak makan. Tn. I saat ditanyakan masalah makanan, Tn. I selalu membeli lauk yang sudah matang di warung. Hasil observasi penulis terhadap penyediaan makanan dikeluarga bila sedang sedang ada uang biasanya Tn. I membeli membeli makanan kesukaan An. O, tapi bila sedang tidak ada uang Tn. I hanya memberikan makanan mie ataupun telur. Tn. I mengatakan An. O makan hanya 2x sehari, yaitu makan siang dan sore, pada waktu pagi hari An. O jarang sarapan karena biasanya An. O bangun tidur sekitar jam 09.0010.00 pagi. Saat pemeriksaan fisik badan An. O tampak kurus, berat badan 20 kg, tinggi badan 104 cm. Berdasarkan hasil penghitungan IMT (Indeks Masa Tubuh), An. O berada dibawah standar gizi normal, yaitu 16,7. Yang artinya dalam batas standar gizi kurang dan kulit terlihat kering. Tn. I mengatakan An. O terlalu banyak bermain hingga lari-larian bersama temannya hingga lupa untuk makan. Selama ini Tn. I jarang memanfaatkan fasilitas kesehatan/sarana kesehatan dengan alasan malasa antri dan merasa belum perlu berobat.
ANALISA DATA & PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Keluarga Ny. S Dengan Masalah Kesehatan TB Paru pada Tn. I
NO
DATA FOKUS
MASALAH K EPERAWATAN
K EMUNGKINAN ETIOLOGI
1
Data Subjektif: Tn. I mengatakan sakit TB Paru sejak 2 ½ tahu yang lalu Tn. I mengatakan obatnya diminum secara teratur selama 6 bulan pada 2 ½ tahun yang lalu, namun masih menjadi perokok aktif
Resiko terjadinya Ketidakmampuan penularan TB Parukeluarga merawat pada anggota keluarga anggota keluarga yang lain yang sakit
Klien mengatakan dalam 1 hari menghabiskan rokok 12 batang/hari Tn. I mengatakan tidak pernah periksa ke Puskesmas lagi sejak obatnya habis 6 bulan. Tn. I mengatakan saat ini sedang masuk angin, flu, dan batuk-batuk Data Objektif: Kesadaran compos mentis Tanda-tanda vital: TD 110/70 mmHg, Nadi 8ox/menit, Pernafasan 25x/menit, irreguler, bunyi nafas sedikit ronki, Suhu 0 36 C Berat Badan 45 kg, TB 175 cm Tn. I tampak kurus, kondisi rumah sempit, pencahayaan redup, udara lembab, gelap, dan kotor
ANALISA DATA & PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Keluarga Ny. S Dengan Masalah Kesehatan TB Paru pada Tn. I
NO
DATA FOKUS
MASALAH K EPERAWATAN
K EMUNGKINAN ETIOLOGI
2
Data Subjektif: Tn. I mengatakan sudah lama batuk-batuk sudah 2 minggu karena masuk angin. Tn. I mengatakan batuknya sudah sembuh dan kambuh lagi akibat masuk angin. Tn. I mengatakan baru beli obat warung kalau batuknya dirasa agak parah. Tn. I mengatakan mengetahui tentang penyakit TB Paru adalah penyakit batuk batuk yang disebabkan karena men cium aroma pentol korek api kayu. Tn. I mengatakan tidak pernah membuka jendela karena sudah ada kipas angin. Data Objektif: Tekanan Darah 110/70 mmHg, Nadi 86x/menit, Pernafasan 25x/menit, bunyi paru terdengar sedikit bunyi ronki, Suhu 0 36 C Berat Badan: 45 kg Tinggi Badan: 175 cm Kondisi rumah lembab, debu dan kitor. Ventilasi rumah kurang dari10% luas lantai sehingga sirkulasi udara tidak bebas
Tidak efektifnya Ketidakmampuan bersihan jalan nafas keluarga merawat pada keluarga Ny. S anggota keluarga khususnya Tn. I yang sakit
1
NO
ANALISA DATA & PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN Keluarga Ny. S Dengan Masalah Kesehatan Gizi Kurang pada An. O DATA FOKUS MASALAH K EMUNGKINAN K EPERAWATAN ETIOLOGI
Data Subjektif: Perubahan nutrisi Tn. I mengatakan An. O makannya kurang dari kebutuhan 2x/hari, sulit makan, dan mau makan bila tubuh pada keluargaNy. ada makanan kesukaannya dagig ayam dan S khususnya An.O mie goreng. Tn.i mengatakan An. O kebanyakan bermain sam temannya sebelum dan sesudah pulang dari sekolah sampai lupa makan. Tn. I mengatakan An. O terlalu banyak main play station diluar dan apabila tidak diberikan biasanya nangis dan tidak mau makan. Tn. I mengatakan 2 tahun ini An. O tidak nafsu makan dan berat badan tidak bertambah. Data Objektif: An. O tampak kurus Berat badan 20 kg Tinggi badan 104 cm Kulit Kulit terlihat t erlihat kering, warna sawo matang An. O tampak tidak bisa tenang di rumah dan selalu bermain. Tanda-tanda vital: Tekanan Darah 110/70 mmHg, Nadi 86x/menit, Pernafasan 20x/menit, Suhu 0 36 C
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah gizi kurang
Berdasarkan perhitungan IMT, An. O termasuk dalam golongan anak dengan gizi kurang. IMT= BB (kg) : TB (m2) = 20: 1,2 = 16,7 PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
1. Masalah Keperawatan Masalah keperawatan Resiko terjadinya penularan TB Paru pada anggota keluarga yang lain b.d Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
NO
1
KRITERIA
Sifat masalah:
PERHITUNGAN
SKOR
2/3 x1
2/3
2/2x 2
1
2/3 x 1
2/3
Resiko
2
Kemungkinan masalah
untuk
dirubah: Mudah 3
Potensi pencegahan masalah:
JUSTIFIKASI
Ditangani Ditangani segera karena resiko penularan TB Paru pada anggota keluarga yang lain, Tn. I riwayat TB Paru 2 ½ tahun yang lalu minum obat OAT selama 6 bulan, dan tidak pernah berobat lagi. Dapat dirubah dengan penyuluhan penularan TB Paru dengan menganjurkan Tn. I tidak membuang dahak sembarangan dan rajin membuka jendela pada pagi hari dan da n siang hari. Resiko penularan sulit dicegah karena kondisi rumah yang sempit dan interaksi antara anggota keluarga yang lain kurang dari 1 meter dan Tn. I lupa untuk menutup mulut jika batuk.
Sedang 4
Menonjolnya
2/2 x 1
1
masalah: Masalah dirasakan dengan ada upaya/segera ditangani
TOTAL SKOR
Masalah perlu ditangani segera karena resiko penularan pada anggota keluarga yang lain dengan melakukan pemeriksaan pada anggota keluarga yang lain (screening kesehatan) dan anjurkan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas (puskesmas) yang terdekat dan sesuai kemampuan.
3 1/3
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
2. Masalah Keperawatan Masalah keperawatan Tidak efektifnya bersihan jalan nafas pada keluarga Ny. S khususnya Tn. I b.d Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
NO
1
KRITERIA
Sifat masalah: Aktual
PERHITUNGAN
SKOR
JUSTIFIKASI
3/3 x1
1
Masalah ini bersifat aktual karena Tn. I mengeluh batuk-batuk selama 2 minggu, sesak nafas dan mudah lelah. Jika tidak ditangani segera dapat mengakibatkan penyakit menjadi
2
Kemungkinan masalah
2/2x 2
1
2/3 x 1
2/3
2/2 x 1
1
untuk
dirubah: Mudah 3
Potensi pencegahan masalah: Sedang
4
Menonjolnya masalah: Masalah
semakin parah. Pelayanan kesehatan dekat dari rumah dan terjangkau, dana untuk berobat tersedia karena murah. Dengan informasi yang diberikan keluarga dapat mngerti tentang TB Paru dan mencegah penularan. Tn. I adalah penderita TB Paru dengan minum obat OAT selam 6 bulan pada 2 ½ tahun yang lalu dan sudah minum obat OAT selama 6 bulan. Saat ini Tn.I belum pernah kontrol kesehatan lagi di Puskesmas. Keluarga belum ada upaya untuk mengatasi masalah/kondisi Tn. I karena belum ada waktu sehingga kemungkinan penularan cukup tinggi. Keluarga merasa ada masalah dan perlu segera ditangani karena sudah merasakan gejala-gejala penyakit.
dirasakan berat,harus segera ditangani TOTAL SKOR
4 2/3
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
3. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluargaNy. S khususnya An.O b.d Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah gizi kurang.
NO
1
KRITERIA
Sifat masalah:
PERHITUNGAN
SKOR
JUSTIFIKASI
3/3 x1
1
Hasil pemeriksaan fisik, An. O terlihat badannya kurus, kulit kering, warna sawo matang. Berat badan dibawah normal BB: 20 kg, TB: 104 cm. Perhitungan IMT: 16,7 (Artinya dalam batas kurang gizi). An. O t erlihat erlihat banyak bermain. Disimpulkan: An. O mengalami gizi kurang.
½x2
1
Tn. I mengetahui anaknya mengalami gizi kurang dan sudah mencoba memberikan makanan yang banyak, namun An. O hanya menghabiskan beberapa suap nasi saja, dan lebih suka jajan diluar. Penghasilan keluarga sebulan Rp1.000.000,- sangat kurang bila dibandingkan untuk kehidupan sehari-hari dan untuk biaya sekolahanak-anaknya. Puskesmas ada dan jaraknya cukup dekat dengan rumah keluarga Ny. S. Keluarga selalu membawa An. O ke puskesmas bila sakit.
2/3 x 1
2/3
Tn. I mengetahui anaknya mengalami gizi kurang
Aktual
2
Kemungkinan masalah
untuk
dirubah: Sebagian
3
Potensi pencegahan
masalah: Cukup
4
Menonjolnya
2/2 x 1
1
masalah: Masalah
dirasakan
berat, harus segera ditangani
TOTAL SKOR
3 2/3
An. O tidak nafsu makan. Tindakan yang dilakukan Tn. I yaitu dengan memberikan makanan kesukaan anaknya bila ada uang. Tapi bila tidak ada uang biasanya Tn. I memberikan makanan tempe orek, telor, dan mie goreng. Saat ditanyakan masalah mengolah makanan, Tn. I selalu membeli lauk matang di warung. Keluarga yaitu Tn. I mengatakan ada masalah gizi kurang pada An. O, sudah mencoba memberikan makanan yang banyak namun An. O tidak selalu habis makannya, dan An. O mau makan bila ada makanan kesukaannya. Tn. I juga mengatakan karena adanya faktor ekonomi yang kurang. Menurut keluarga, masalah harus ditangani dengan memberikan makanan yang bergizi dan seimbang kepada anaknya.
PERENCANAAN KEPERAWATAN NO
1
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko terjadinya penularan TB Paru pada anggota keluarga yang lain b.d Ketidakmampuan keluarga merawat
UMUM
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 minggu diharapkan
TUJUAN KHUSUS
. Setelah kunjungan selama 1x30 menit keluarga Ny.S dan Tn. I mampu mengenal masalah dengan menyebutkan pengertian, tanda &
INTERVENSI KRITERIA
Menjelaskan pengertian dan gejala serta penyebab dari penyakit TB Paru
Respon verbal dari keluarga dengan menyebutkan tentang Tanyakan kembali tentang pengertian, tanda pengertian, dan gejala serta penyebab penyakit TB
EVALUASI STANDART
Keluarga mampu menyebutkan TB Paru adalah suatu penyakit yang menular. Tanda dan gejalanya gejalanya adalah batuk terusmenerus dan berdahak,
anggota keluarga yang sakit
pengetahuan keluarga Ny. S bertambah/ teratasi
gejala, serta penyebab dari TB Paru
dan akibat dari penyakit TB Paru Berikan pujian yang positif/jawaban positif/jawaban yang tepat
. Setelah diberikan penjelasan 1x30¶ keluarga: mengambil keputusan untuk mengatasi masalah TB Paru
1.Jelaskan pada keluarga Ny. S akibat dari penyakit TB Paru 2.Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan 3.Tanyakan kembali pada keluarga akibat dari penyebab TB Paru 4.Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya bertanya
1.Menjelaskan cara perawatan TB Paru . Setelah 1x30¶ diberikan penjelasan, keluarga mampu melakukan tindakan untuk merawat anggota keluarga yang menderita penyakit TB
2. Berikan contoh menu makanan yang bergizi 3.Tanyakan kembali tentang cara merawat TB Paru dan menu yang bergizi
Paru, tanda dan gejala serta penyebabnya
Respon verbal keluarga mampu menjelaskan kembali akibat TB Paru dan mengambil keputusan untuk mengatasai TB Paru
sesak nafas, keluar keringat dingin pada malam hari, berat badan menurun. Keluarga menyebutkan penyebab T B paru adalah: kuman mikrobakteri tuberkulosa
1.Keluarga dapat menyebutkan akibat dari tidak minum obat secara teratur maka kumankuman TB akan kebal didalam tubuh, maka penyakit akan sulit disembuhkan
1.Keluarga mampu Respon verbal menyebutkan cara perawatan penyakit TB keluarga Paru adalah: mampu Minum obat teratur, menjelaskan makan-makanan yang cara perawatan bergizi, istirahat cukup, TB Paru menjaga kebersihan lingkungan
Parudengan menjelaskan cara perawatan dan melaksanakannya pada penderita TB Paru . Setelah 3x60¶ kunjungan keluarga Ny. S memodifikasi lingkungan untuk mencegah terjadinya penularan dengan cara menyebutkan lingkunganlingkungan yang baik bagi penderita TB Paru
4.Diskusikan tentang pentingnya perawatan di rumah Respon verbal keluarga dapat menjelaskan lingkungan yang dapat mendukung 2. Memodifikasi keluarga penyembuhan untuk mengungkapkan penyakit TB kembali lingkungan Paru
1.Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang lingkungan rumah yang baik
3.Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas sesuai kemampuan
1.Keluarga dapat menyebutkan cara memodifikasi lingkungan yang dapat mendukung penyembuhan penyakit TB Paru adalah pencahayaan ruangan yang cukup 2.Ventilasi rumah yang cukup
3.Jendela rajin dibuka agar sinar matahari bisa masuk kedalam rumah 4.Menjemur kasur, bantal, minimal 1 minggu sekali 5.Tidak membuang dahak sembarangan tempat, tapi gunakan kaleng yang didalamnya di isi cairan desinfektan seperti tysol, air sabun, bayclin, agar kuman TB dapat mati
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
UMUM
TUJUAN KHUSUS
INTERVENSI KRITERIA
EVALUASI STANDART
2
Tidak efektifnya efektifnya bersihan jalan nafas pada keluarga Ny. Khususnya Tn. I b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah penyakit TB Paru
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 minggu diharapkan jalan nafas Tn. I efektif
. Setelah dilakukan pertemuan 1x45¶, keluarga mampu mengenal masalah TB Paru dengan cara menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala TB Paru
1.Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, serta penyebab dari penyakit TB Paru 2.Tanyakan kembali tentang pengertian, tanda dan gejala, serta penyebab dari penyakit TB Paru 3.Berikan reinfo r einfor r cement positif atas kemampuan keluarga
Respon verbal TB Paru adalah suatu dari keluarga penyakit yang menular terkait yang dapat menyerang pengertian, siapa saja yang disebabkan penyebab, oleh bakteri tanda dan mycobacterium gejala TB Paru tuber culosae, tanda dan gejalanya adalah batuk batuk terus menerus selama kurang lebih 3 minggu dan berdahak, sesak nafas, keluar Respon verbal keringat dingin pada . Setelah dilakukan dan sikap dari malam hari, dan berat 1.Jelaskan pada keluarga pertemuan 1x45¶ badan menurun. Tn. I akibat dari penyakit keluarga keluarga mampu tentang akibat TB Paru mengambil TB Paru dan Akibat dari TB Paru keputusan yang tepat 2.Tanyakan kembali pada keputusan keluarga akibat TB Paru adalah tuberkulosis untuk mengatasi keluarga untuk 3.Motivasi keliuarga meningen, pnemonia maslaah TB Paru mengatasi TB untuk mengambil tuberkulosis, dan dengan cara Paru keputusan dalam kematian. Keluarga menyebutkan akibat mengatasi TB Paru Tn. I memutuskan untuk dari TB Paru dan 4.Berikan reinfo r einfor r mengatasi dan merawat cement memutuskan untuk positif atas keputusan TB Paru Tn. I merawat Tn. I yang diambil keluarga dengan TB Paru dalam mengatasi TB Paru Respon verbal, sikap, dan . Setelah dilakukan 1.Jelaskan cara psikomotor pertemuan 2x45¶ perawatan, pen cegahan keluarga keluarga mampu penyakit TB Paru tentang cara melakukan perawatan 2.Ajarkan klien ara c perawatan TB pada anggota batuk efektif dan Cara perawatan penyakit Paru dan keluarga yang membuang dahak yang TB Paru adalah minum pen egahan c menderita penyakit benar obat secara teratur, makan penularan TB TB Paru dengan cara 3.Tanyakan kembali ara c makanan yang bergizi, Paru menjelaskan cara perawatan, pen cegahan istirahat cukup, menjaga perawatan dan penyakit TB Paru kebersihan lingkungan. pencegahan 4.Anjurkan keluarga Cara pen cegahan penularan TB Paru, mempraktekkan kembali penularan TB Paru dengan
mendemonstrasikan cara batuk efektif dan pembuangan dahak pada pasien TB Paru
cara batuk efektif dan membuang dahak ke tempatnya 5.Berikan reinfo r einfor r cement positif atas hasil yang dicapai
memisahkan perlengkapan makan anggota keluarga dengan pasien, menutup mulut saat bersin dan batuk, serta membuang dahak pada tempatnya. tempatnya. Respon verbal, Proses batuk efektif: tarik sikap dan nafas dalam melalui psikomotor hidung dan hembuskan . Setelah dilakukan keluarga seperti meniup balon 1.Diskusikan hal-hal pertemuan 1x45¶ tentang sebanyak 3x dan waktu yang dapat dilakukan keluarga mampu lingkungan yang ketiga batukkan lalu untuk memodifikas m emodifikasii memodifikasi yang dapat buang dahak ke tempat lingkungan lingkungan untuk mendukung yang berisi lysol lalu 2.Motivasi keluarga mencegah terjadinya penyembuhan tutup. untuk mengungkapkan penularan dengan penyakit TB kembali cara cara menyebutkan Paru Cara memodifikasi memodifikasi lingkungan lingkunganlingkungan yang dapat r einfor r cement lingkungan yang baik 3.Berikan reinfo mendukung penyembuhan bagi pasien penyakit positif atas hasil yang penyakit TB Paru adalah telah dicapai TB Paru pencahayaan ruangan yang cukup, ventilasi rumah yang cukup, jendela dibuka agar sinar Respon verbal, matahari bisa masuk sikap, dan kedalam rumah, menjemur psikomotor kasur, bantal minimal 1.Diskusikan dengan 1minggu sekali dijemur, keluarga tentang manfaat keluarga . Setelah dilakukan tentang tidak membuang dahak kunjungan ke pelayanan pertemuan 1x45¶ manfaat sembarangan tempat, tapi kesehatan keluarga mampu pelayanan gunakan kaleng yang memanfaatkan kesehatan dan didalamnya sudah diisi fasilitas kesehatan penggunaan cairan desinfektan seperti yang tersedia dengan pelayanan lysol, air sabun, bay clean, cara menyebutkan kesehatan agar kuman TB Paru dapat manfaat kunjungan mati. ke pelayanan kesehatan, Manfaatkan kunjungan ke menyebutkan jenis pelayanan kesehatan jenis pelayanan adalah untuk memperoleh
kesehatan yang tersedia dam memanfaatkan fasilitas kesehatan
NO
3
DIAGNOSA KEPERAWATAN Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluargaNy. S khususnya An.O b.d
UMUM Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga
TUJUAN KHUSUS Setelah dilakukan pertemuan 1x45¶, keluarga mampu mengenal masalah dan mampu
informasi dan pengobatan, jenis pelayanan kesehatan adalah untuk memperoleh informasi dan pengobatan, jenis pelayanan kesehatan: Puskesmas, bidan praktek, klinik swasta, posyandu, keluarga berkunjung ke pelayanan kesehatan (Puskesmas).
INTERVENSI
1.Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, serta penyebab dari gizi kurang 2. Menanyakan kembali
KRITERIA Respon verbal dari keluarga Ny. S dengan menyebutkan pengertian,
EVALUASI STANDART Gizi kurang adalah kurangnya energi/ tenaga dan protein dikarenakan sehari-harinya kurangnya pemasukkan makan/
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah gizi kurang
selama 2 minggu kunjungan, diharapkan keluarga Ny. S mampu merawat anggota keluarga dengan gizi kurang
mengambil tentang pengertian, tanda penyebab, keputusan untuk dan gejala, akibat serta tanda dan merawat An. O penyebab dari gizi gejala, serta denga gizi kurang kurang akibat daro dengan menyebutkan 3.Motivasi keluarga Ny. gizi kurang pengertian, S agar menyampaikan m enyampaikan pada An. O penyebab, tanda dan apakah kondisi anak gejala, serta akibat dengan gizi kurang gizi kurang berbahaya atau tidak 4.Berikan reinfo r einfor r cement positif atas usaha keluarga dan berikan jawaban yang tepat
. Setelah diberikan
1.Menyebutkan jenis sumber gizi
Respon verbal dari keluarga
minum yang berisi tenaga dan protein Tanda dan gejalanya gejalanya adalah berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya normal. Dan terdapat 2 jenis gizi kurang yang terdiri dari: Marasmus (Kurangnya energi, protein cukup), Cirinya: anaka sangat kurus, wajah sperti orang tua, perut cekung, kulit keriput, jaringan lemak sangat sedikit, cengeng, rewel. Kwasiorkor (Kurangnya protein dan energi yang cukup) Cirinya: seluruh tubuh bengkak terutama di kaki, wajah membuat sembab, rambut kusam, mudah dicabut, dan mata sayu. Penyebab dari gizi kurang adalah makanan kurang bergizi dalam waktu lama, anak sering sakit, kebiasaan makan anak yang salah Akibat dari gizi kurang adalah badan kurus, tubuh kecil dan pendek, anak musah sakit, perkembangan anak lambat, kulit mudah radang dan luka, hati bengkak. ) Sumber zat gizi pada makanan yaitu:
penjelasan 1x45 2.Menunjukkan contoh menit, keluarga sumber gizi mampu merawat An. 3.Menjelaskan contoh O dengan gizi menu gizi seimbang kurang dengan cara: untuk tumbuh kembang Menyebutkan jenis anak sumber gizi, 4.Menjelaskan cara menunjukkan contoh mengolah makanan sumber gizi, dengan benar menjelaskan contoh 5.Memberikan menu, gizi seimbang kesempatan pada untuk tumbuh keluarga untuk bertanya kembang anak, dan 6.Beri reinfor cement positif atas usaha cara mengolah makanan dengan keluarga Ny. S benar
Ny. S tentang perawatan cara perawatan anak gizi kurang
Sumber tenaga untuk melakukan kegiatan seperti bermain, dll: Nasi, kentang, ubi, roti, tepungtepungan. Sumber pembangun tubuh untuk membuat selsel baru seperti kulit baru, dll. Susu, ikan, tahu, tempe, hati,dan telur. Sumber pengatur tubuh untuk keseimbangan vitamin dan mineral: Sayuran berwarna hijau (bayam), sayuran berwarna orange (wortel). ) Contoh makanan sumber zat gizi terdiri dari: Protein Protein lemak: daging, ikan, telur Protein Nabati: kedelai, kacang hijau. emak Dapat diperoleh dari: Nasi, mie, sereal, singkong. arbohidrat Susu, mentega, minyak, keju. itamin Buah-buahan dan sayursayuran Menjelaskan contoh menu gizi seimbang untuk tumbuh kembang an Pagi: Roti 1 lembar dengan selai buah, susu full
1.Diskusikan dengan keluarga Ny.S cara menciptakan lingkungan yang dapat . Setelah 1x45 menit meningkatkan selera diberikan penjelasan, makan. keluarga mampu 2.Motivasi keluarga makan memodifikasi Ny.S untuk mengulangi lingkungan yang penjelasan yang dapat meningkatkan diberikan. selera makan An.O 3.Observasi lingkungan dengan cara rumah dan lingkungan menyebutkan apa yang dapat yang harus meningkatkan selera diperhatikan dalam makan pada kunjungan memberi makanan tidak teren cana. pada anak dengan 4.Diskusikan dengan gizi kurang keluarga Ny.S hal yang positif yang sudah
Respon verbal keluarga Ny.S tentang cara menyebutkan apa yang harus diperhatikan dalam memberi makanan pada anak dengan gizi kurang dan respon psikomotor keluarga Ny.S dalam memodifikasi lingkungan untuk meningkatkan selera makan.
cream, selingan pagi biskuit 2 keping. an Siang: Nasi 100 gram (6 sendok makan), sup ayam, perkedel kentang, air jeruk 100 ml ½ gelas. Selingan sore sari kacang hijau 1 gelas atau puding, buskuit. an Malam: Nasi 100 gram (6 sendok makan), sup jagung 1 mangkuk sedang, rolade ayam, kacang polong 3 buah, buah pepaya 100 gram, sebelum tidur susu full cream 200 ml. Cara mengolah makanan dengan benar: Sayuran: dicuci dahulu baru dipotong Buah: Dicuci dahulu baru dimakan.
1.Beri kesempatan An.O untuk belajar makan sendiri. 2.Berikan jenis makanan yang disukai oleh anak. 3.Berikan makanan pada saat masih hangat dengan porsi kecil tapi sering. 4.Diskusikan tentang pentingnya perawatan di rumah.
dilakukan. 5.Beri reinfor cement positif atas usaha keluarga Ny.S.
. Setelah 1x 45¶ kunjungan, keluarga Ny.S mampu mengungkapkan fasilitas kesehatan dengan cara menyebutkan kembali manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan dan dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan dalam merawat An.O yang mengalami gizi kurang
TUGAS KEPERAWATAN GERONTOLOGI ³ DEMENSIA PADA LANSIA´ Di Bimbing Oleh: Ervandy, S. Kep.Ns Disusun Oleh: Nama :miswaroh Tingkat :IIIA NIM:0704032
1.Diskusikan dengan keluarga Ny.S tentang jenis pelayanan kesehatan yang dapat dipergunakan. 2.Diskusikan bersama keluarga Ny.S tentang manfaat kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan. 3.Memotivasi keluarga Ny.S untuk membawa An.O ke pelayanan kesehatan. 4.Beri reinfor cement positif atas usaha keluarga Ny.S.
Respon verbal keluarga Ny.S tentang manfaat dan kunjungan ke fasilitas kesehatan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan.
a.Fasilitas kesehatan yang dapat digunakan keluarga Ny.S yaitu posyandu, puskesmas, bidan, atau dokter praktek. b.Manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan yaitu mendapatkan pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan gizi kurang.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM DIII KEPERAWATAN KABUPATEN MALANG Tahun Akademik 2009-2010 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Demensia
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. sehari-hari. Penderita Pender ita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral (behavioral symptom) symptom) yang mengganggu (disruptive) disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive (non-disruptive)) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku. Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara abnormal.Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari berbagai latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat sebarang rawatan untuk demensia, d emensia, namun rawatan untuk menangani menanga ni gejala-gejala boleh diperolehi. Epidemiologi
Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi . Kira-kira 5 % usia lanjut 65 ± 70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5 ±1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 ± 15% atau sekitar 3 ± 4 juta orang.
Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia De mensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20% sisanya 15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler 50 ± 60 % dan 30 ± 40 % demensia akibat penyakit Alzheimer. Klasifikasi y
Menurut Umur:
1. Demensia senilis (>65th) 2. Demensia prasenilis (<65th) y
Menurut perjalanan penyakit:
1. Reversibel 2. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B Defisiensi, De fisiensi, Hipotiroidisma, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb. y
Menurut kerusakan struktur otak Tipe Alzheimer
1. Tipe non-Alzheimer 2. Demensia vaskular 3. Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia) dement ia) 4. Demensia Lobus frontal-temporal 5. Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS) 6. Morbus Parkinson 7. Morbus Huntington 8. Morbus Pick 9. Morbus Jakob-Creutzfeldt 10. Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker 11. Prion disease 12. Palsi Supranuklear progresif 13. Multiple sklerosis 14. Neurosifilis 14. Neurosifilis
15. Tipe campuran y
Menurut sifat klinis:
1. Demensia proprius 2. Pseudo-demensia Etiologi Demensia
Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit lain. Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir. Gejala Klinis
Ada dua tipe demensia yang paling banyak ditemukan, yaitu tipe Alzheimer dan Vaskuler. 1. Demensia Alzheimer Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia akibat gangguan neuro degenaratif (penuaan saraf) yang berlangsung progresif lambat, dimana akibat proses degenaratif menyebabkan kematian sel-sel otak yang massif. Kematian sel-sel otak ini baru menimbulkan gejala k linis dalam kurun waktu 30 tahun. Awalnya d itemukan gejala mudah lupa (forgetfulness ( forgetfulness)) yang menyebabkan penderita tidak mampu menyebut kata yang benar, berlanjut dengan kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak mampu menggunakan barang-barang sekalipun yang termudah. Hal ini disebabkan adanya gangguan kognitif sehingga timbul gejala neuropsikiatrik seperti, Wahan (curiga, sampai menuduh ada yang mencuri barangnya), halusinasi pendengaran atau penglihatan, agitasi (gelisah, mengacau), depresi, gangguan tidur, nafsu makan dan gangguan aktifitas psikomotor, berkelana.
Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, stadium, yaitu : y
Stadium I
Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala gangguan memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun. ³Fungsi memori yang terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru yang dialami y
Stadium II
Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia. Gejalanya antara lain, y y y y
y
Disorientasi gangguan bahasa (afasia) (a fasia) penderita mudah bingung penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat melakukan kegiatan sampai selesai, tidak mengenal anggota keluarganya tidak ingat sudah melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi. Dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di lingkungannya, depresi berat prevalensinya 1520%,´
.Stadium III Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung ber langsung 6-12 tahun.Gejala klinisnya antara lain: y y y y y y
Penderita menjadi vegetatif tidak bergerak dan membisu daya intelektual serta memori memburuk sehingga tidak mengenal keluarganya sendiri tidak bisa mengendalikan buang air besar/ kecil kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan ornag lain kematian terjadi akibat infeksi atau trauma
2. Demensia Vaskuler Untuk gejala klinis demensia tipe Vaskuler, d isebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di d i otak. ³Dan setiap penyebab atau at au faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia,´. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di o tak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi itu dapat didiuga sebagai demensia vaskuler. Gejala depresi lebih sering d ijumpai pada demensia vaskuler
daripada Alzheimer. Hal ini disebabkan karena kemampuan penilaian terhadap diri sendiri dan respos emosi tetap stabil pada demensia vaskuler. Dibawah ini merupakan klasifikasi penyebab demensia vaskuker, diantaranya: 1. Kelainan sebagai penyebab Demensia : y y y y y y y y y y y
penyakit degenaratif penyakit serebrovaskuler keadaan anoksi/ cardiac arrest, gagal jantung, intioksi intioksi CO trauma otak infeksi (Aids, ensefalitis, sifilis) Hidrosefaulus normotensif Tumor primer atau metastasis Autoimun, vaskulitif Multiple sclerosis Toksik kelainan lain : E pilepsi, stress mental, heat stroke, whipple disease
2. Kelainan/ keadaan yang dapat menampilkan demensi 1. Gangguan psiatrik : y y y
Depresi Anxietas Psikosis
2. Obat-obatan : y y y
Psikofarmaka Antiaritmia Antihipertensi
3. Antikonvulsan y
Digitalis
4. Gangguan nutrisi : y y y y
Defisiensi B6 (Pelagra) Defisiensi B12 Defisiensi asam folat Mar chiava-bignami disease
5. Gangguan metabolisme : y y y y y y y y y y y
Hiper/hipotiroidi Hiperkalsemia Hiper/hiponatremia Hiopoglikemia Hiperlipidemia Hiper capnia Gagal ginjal Sindromk Cushing Addison¶s disesse Hippotituitaria Efek remote penyakit kanker
Tanda dan Gejala Demensia
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari.. Penderita yang dimaksudkan da lam tulisan ini adalah Lansia dengan usia ena m puluh lima tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan dege neratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh o leh penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat namacucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang.
4.
Ekspresi
yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul. 5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah Diagnosis
Diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini: y y y y y y y y
Pembedaan antara delirium dan demensia Bagian otak yang terkena Penyebab yang potensial reversibel Perlu pembedaan dan depresi ( ini bisa diobati relatif mudah) Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC Pencitraan otak amat penting CT atau MRI
Peran Keluarga
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia bukan hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun lingkungan sekitar. Pada tahap awal demensia penderita dapat secara aktif dilibatkan dalam proses perawatan d irinya. Membuat catatan kegiatan sehari-hari dan minum obat secara teratur. Ini sangat membantu membant u dalam menekan laju kemunduran kognitif ko gnitif yang akan dialami penderita de mensia. mensia. Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian Lansia, sehingga Lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh anggota keluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar dapat seoptimal mungkin melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan a man. Melakukan aktivitas sehari-hari secara rutin sebagaimana pada umumnya Lansia tanpa demensia dapat mengurangi depresi yang dialami Lansia penderita de mensia. Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema, walaupun setiap hari selama hampir 24 jam kita mengurus mereka, mungkin mereka tidak akan pernah mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak ada ucapan terima kasih setelah apa yang kita lakukan untuk mereka. Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalam merawat anggota keluarga yang menderita demensia.
Tanamkanlah dalam hati bahwa penderita demensia tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Merekapun berusaha dengan keras untuk melawan gejala yang muncul akibat demensia. Saling menguatkan sesama anggota anggot a keluarga dan selalu meluangkan waktu untuk diri sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman lain dapat menghindarkan stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga yang merawat Lansia dengan demensia. Tingkah Laku Lansia
Pada suatu waktu Lansia dengan demensia dapat terbangun dari tidur malamnya dan panik karena tidak mengetahui berada di mana, berteriak-teriak dan sulit untuk ditenangkan. Untuk mangatasi hal ini keluarga perlu membuat La nsia rileks dan aman. Yakinkan bahwa mereka berada di tempat yang aman dan bersama dengan orang-orang yang menyayanginya. Duduklah bersama dalam jarak yang dekat, genggam tangan Lansia, tunjukkan sikap dewasa dan menenangkan. Berikan minuman hangat untuk menenangkan dan bantu lansia untuk tidur kembali ke mbali.. Lansia dengan demensia melakukan sesuatu yang kadang mereka sendiri tidak memahaminya. Tindakan tersebut dapat saja membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka dapat saja menyalakan kompor dan meninggalkannya begitu saja. Mereka juga merasa mampu mengemudikan kendaraan dan tersesat atau mungkin mengalami kecelakaan. Memakai pakaian yang tidak sesuai kondisi atau menggunakan pakaian berlapis-lapis pada suhu yang panas. Seperti layaknya anak kecil terkadang Lansia dengan demensia bertanya sesuatu yang sama berulang kali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja pertanyaan yang sama disampaikan. Menciptakan lingkungan yang aman seperti tidak menaruh benda tajam sembarang tempat, menaruh kunci kendaraan ditempat yang tidak diketahui oleh Lansia, memberikan pengaman tambahan pada pintu dan jendela untuk menghindari Lansia kabur adalah hal yang dapat dilakukan keluarga yang merawat Lansia dengan demensia di rumahnya. Pencegahan & Perawatan Demensia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti : 1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan 2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari. 3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama. aga ma. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat atau hobi 4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat. o o
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN LANSIA DENGAN DEMENSIA
Masalah demensia sering terjadi pada pasien lansia yang berumur diatas 60 tahun dan sa mpai saat ini diperkirakan kurang lebih 500.000 penduduk indonesia mengalami demensia dengan berbagai penyebab, yang salah satu diantaranya adalah alzeimer. Berdasarkan hasil pengkajian pada daerah paska bencana alam tsunami ternyata ditemukan kasus lansia dengan alzeimer. Pengkajian
Demensia adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir tanpa adanya penurunan fungsi kesadaran. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, diperoleh data bahwa demensia de mensia sering terjadi pada usia lanjut yang telah berumur di atas 60 tahun. Sampai saat ini diperkirakan sekitar 500.000 penderita demensia d i indonesia. Tanda dan Gejala
1. Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari 2. Pelupa 3. Sering mengulang kata-kata 4. Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan 5. Cepat marah dan sulit di atur. 6. Kehilangan daya ingat 7. kesulitan belajar dan mengingat informasi baru 8. kurang konsentrasi 9. kurang kebersihan diri 10. Rentan terhadap kecelakaan: jatuh 11. Mudah terangsang 12. Tremor 13. Kurang koordinasi gerakan.
Cara melakukan pengkajian
1. Membina hubunga saling per caya dengan klien lansia Untuk melakukan pengkajian pada lansia dengan demensia, pertama-tama saudara harus membina hubungan saling per caya dengan pasien lansia. Untuk dapat membina hubungan saling per caya, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Selalu mengucapkan salam kepada pasien seperti: selamat pagi / siang / sore / malam atau sesuai dengan konteks agama pasien. 2. Perkenalkan nama saudara (nama panggilan) saudara, termasuk menyampaikan bahwa saudara adalah perawat yang akan merawat pasien. 3. Tanyakan pula nama pasien dan nama panggilan kesukaannya. 4. Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktivitas yang akan dilakukan. 5. Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitas tersebut. 6. Bersikap empati dengan cara: Duduk bersama klien, melakukan kontak mata, beri sentuhan dan menunjukkan perhatian o Bicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk berpikir dan menjawab o Perawat mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik o Bersikap hangat, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada klien. o 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Gunakan kalimat yang singkat, jelas, sederhana dan mudah dimengerti (hindari penggunaan kata atau kalimat jargon) Bicara lambat , ucapkan kata atau kalimat yang jelas dan jika betranya tunggu respon pasien Tanya satu pertanyaan setiap kali bertanya dan ulang pertanyaan dengan kata-kata yang sama. Volume suara ditingkatkan jika ada gangguan pendengaran, jika volume ditingkatkan, nada harus direndahkan. Sikap komunikasi verbal disertai dengan non no n verbal yang baik Sikap berkomunikasi harus berhadapan, pertahankan kontak mata, relaks dan terbuka Ciptakan lingkungan yang terapeutik pada saat berkomunikasi dengan klien: Tidak berisik atau ribut Ruangan nyaman, cahaya dan ventilasi cukup Jarak disesuaikan, untuk meminalkan gangguan.
Mengkaji pasien lansia dengan demensia Untuk mengkaji pasien lansia dengan demensia, saudara dapat menggunakan tehnik mengobservasi prilaku pasien dan wawancara langsung kepada pasien dan keluarganya. Observasi yang saudara lakukan terutama untuk mengkaji data objective demensia. Ketika mengobservasi prilaku pasien u ntuk tanda-tanda seperti: y y y y y y y y
Kurang konsentrasi Kurang kebersihan diri Rentan terhadap kecelakaan: jatuh Tidak mengenal waktu, tempat dan orang Tremor Kurang kordinasi gerak Aktiftas terbatas Sering mengulang kata-kata.
Berikut ini adalah aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat : apakah lansia mengalami kebingungan, kecemasan, menunjukkan afek yang labil, datar atau tidak sesuai. Bila data tersebut saudara peroleh, data dat a subjective didapatkan melalui wawancara: Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan pada saat pengkajian, maka ditetapkan diagnosa keperawatan: 1. Gangguan Proses Pikir 2. Risiko Cedera: jatuh Tindakan Keperawatan
Diagnosa I ³Lansia depresi dengan gangguan proses pikir; pikun/pelupa.´ y
Tindakan keperawatan untuk pasien: Tujuan agar pasien mampu: a. Mengenal/berorientasi terhadap waktu orang dan temapat b. Meklakukan aktiftas sehari-hari secara optimal. Tindakan
y
y y y
1. Beri kesempatan bagi pasien untuk mengenal barang milik pribadinya misalnya tempat tidur, lemari, lemari, pakaian dll. d ll. 2. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengenal waktu dengan menggunakan jam besar, kalender yang mempunyai lembar perhari dengan tulisan besar. 3. Beri kesempatan kepada pasien untuk menyebutkan namanya dan anggota keluarga terdekat 4. Beri kesempatan kepada klien untuk mengenal dimana dia berada. 5. Berikan pujian jika pasien bila pasien dapat menjawab dengan benar. 6. Observasi kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas sehari-hari 7. Beri kesempatan kepada pasien untuk memilih memilih aktifi akt ifitas tas yang dapat dilakukannya. 8. Bantu pasien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilihnya 9. Beri pujian jika pasien dapat melakukan kegiatannya. 10. Tanyakan perasaan pasien jika mampu melakukan kegiatannya. 11. Bersama pasien membuat jadwal kegiatan sehar i-hari. Tindakan untuk keluarga Tujuan Keluarga mampu mengorientasikan pasien terhadap waktu, orang dan tempat Menyediakan saran yang dibutuhkan pasien untuk melakukan orientasi realitas Membantu pasien dalam melakukan akt iftas sehari-hari. sehari-hari.
Tindakan
1. 2. 3. 4. 5.
Diskusikan dengan keluarga cara-cara mengorientasikan waktu, orang dan tempat pada pasien Anjurkan keluarga untuk menyediakan jam besar, kalender dengan tulisan besar Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang pernah dimiliki pasien Bantu keluarga memilih kemampuan yang dilakukan pasien saat ini. Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan terhadap kemampauan yang masih dimiliki oleh pasien 6. Anjurkan keluarga untuk memantu lansia melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki 7. Anjurkan keluarga untuk memantau kegiatan sehari-hari pasien sesuai dengan jadwal yang telah dibuat. 8. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan yang masih dimiliki pasien 9. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki 10. Anjurkan keluarga memberikan pujian jika pasien melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal kegiatan yang sudah dibuat.
Diagnosa II ³Lansia demensia dengan risiko cedera´ y
Tindakan pada pasien.
Tujuan
1. Pasien terhindar dari cedera 2. Pasien mampu mengontrol aktifitas yang dapat mencegah cedera. Tindakan
1. Jelaskan faktor-faktor risiko yang dapa menimbulkan cedera dengan bahasa yang sederhana 2. Ajarkan cara-cara untuk mencegah cedera: bila jatuh jangan panik tetapi berteriak minta tolong 3. Berikan pujian terhadap kemampuan pasien menyebutkan cara-cara mencegah cedera. Tindakan untuk keluarga Tujuan: Keluarga mampu:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan cedera pada pasien 2. Keluarga mampu menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah cedera Tindakan
1. Diskusikan dengan keluarga faktor-faktor yang dapat menyebabkan cedera pada pasien 2. Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang aman seperti: lantai rumah tidak licin, jauhkan benda-benda tajam dari jangkauan pasien, berikan penerangan yang cukup, lampu tetap menyala di siang hari, beri alat pegangan dan awasi jika pasien merokok, tutup steker dan alat listrik lainnya dengan plester, hindarkan alat-alat listrik lainnya dari jangkauan k lien, sediakan tempat tidur yang rendah 3. Menganjurkan keluarga agar selalu menemani pasien di rumah serta memantau aktivitas harian yang dilakukan Evaluasi
Untuk mengukur keberhasilan asuhan keperawatan yang saudara lakukan, dapat dilakukan dengan menilai kemampuan klien dan keluarga: 1. Gangguan proses pikir: bingung Kemampuan pasien: 1. 2. 3. 4. 5.
Mampu menyebutkan hari, tanggal dan tahun sekarang dengan benar Mampu menyebutkan nama orang yang dikenal Mampu menyebutkan tempat dimana pasien berada saat ini Mampu melakukan kegiatan harian sesuai jadual Mampu mengungkapkan perasaannya setelah melakukan kegiatan
Kemampuan keluarga 1. 2. 3. 4.
Mampu membantu pasien mengenal waktu temapt dan orang Menyediakan kalender yang mempunyai lembaran perhari dengan tulisan besar dan jam besar Membantu pasien melaksanakan kegiatan harian sesuai jadual yang telah dibuat Memberikan pujian setiap kali pasien mampu melaksanakan kegiatan harian
2.Risiko
cedera
Kemampuan pasien: 1. Menyebutkan dengan bahasa sederhana faktor-faktor yang menimbulkan cedera 2. Menggunakan cara yang tepat untuk mencegah cedera 3. Mengontrol aktivitas sesuai kemampuan Kemampuan keluarga 1. 2. 3. 4.
Keluarga dapat mengungkapkan faktor-faktor yang dapat menimbulkan cedera pada pasien Menyediakan pengaman di dalam rumah Menjauhkan alat-alat listrik dari jangkauan pasien Selalu menemani pasien di rumah
5. Memantau kegiatan harian yang dilakukan pasien DAFTAR PUSTAKA Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Gerontik.Edisi2. Buku Kedokteran E GC GC .Jakarta;1999 Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC. Jakarta;2002 Askep gastritis akperppnisolo ASK EP GASTRITIS. Pengertian adalah Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa. bentuk berat dari gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik. Perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajad dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat. Etiologi 1.Obat analgetik ant i inflamasi, terutama aspirin. 2.Bahan-bahan kimia 3.Merokok 4.Alkohol 5.Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat .6.Refluks usus ke lambung. 7.Endotoksin.PatogenesisSeluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosif karena keadaan-keadaan klinis yang berat belum diketahui benar.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan rusaknya mukosa lambung adalah : a) kerusakan mukosa barrier sehingga difusi d ifusi balik ion H+ meninggi, b) perfusi mukosa lambung yang terganggu, c) jumlah asam lambung. Faktor ini saling berhubungan, misalnya stres fisik fisik yang dapat menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga t imbul daerah-daerah infark kecil. Di samping itu, sekresi asam lambung juga t erpacu. Pada gastritis refluks, gastritis karena bahan kimia,
obat, mukosa barrier rusak, menyebabkan difusi balik ion H+ meninggi. Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan memper cepat kerusakan mukosa barrier oleh cairan usus. Manifestasi KlinisGambaran klinis gastritis gastritis akut erosif sangat sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimptomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Manifestasi tersebut adalah: 1.Muntah darah 2 Nyeri epigastrium 3.Neusa dan rasa ingin vo mitus 4.Nyeri tekan yang ringan pada epigastrium Pada pemeriksaan Pada pemeriksaan fisik biasanya fisik biasanya tidak ditemukan kelainan, kecuali mereka yang mengalami perdarahan hebat hingga menimbulkan gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardi sampai gangguan kesadaran. Pemeriksaan Diagnostik 1.Endoskopi, khususnya gastroduodenoskopi. Hasil pemeriksaan akan ditemukan gambaran mukosa sembab, merah, mudah berdarah atau terdapat perdarahan spontan, erosi mukosa yang bervariasi .2.Histopatologi. 3.Radiologi dengan kontras ganda, meskipun kadang dilakukan tapi tidak begitu memberikan hasil yang memuaskan. PengobatanPengobatan lebih ditujukan pada pencegahan terhadap setiap apsien yang beresiko tinggi, hal yang dapat dilakukan adalah ; 1.Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi t erjadi.. 2.Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai. 3.Pemberian obat-obat H+ blocking, antasid atau obat-obat obat-o bat ulkus lambung yang lain.Dahulu sering d ilakukan kuras lambung menggunakan air es untuk menghentikan perdarahan saluran cerna atas, tapi tak ada bukti klinis yang menunjukkan bahwa tindakan tersebut memberikan manfaat dalam menghentikan perdaraha n saluran cerna atas. Proses Keperawatan Gastritis Akut DiagnosisKeperawatan 1.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, rangsangan muntah sendiri, penyalahgunaan
laksantif, dan atau penyimpangan persepsi dengan tubuh. 2.Resiko tinggi kekurangan volume cairan (sekunder) yang berhubungan dengan diet. 3.Gangguan gambaran tubuh yang berhubungan dengan persepsi yang tidak akurat tentang dir i4.Kebutuhan koping individu yang berhubungan dengan perasaan hilangk kontrol rasa takut dengan bertambah besar dan/atau respons pribadi terhadap disfungsi keluarga. 5.Ketidakefektifan koping keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengkomunikasikan dan untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga. 6.Kurang pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan kondisi dan kurangnya keterampilan koping Intervensi/Implementasi Keperawatan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, rangsangan muntah sendiri, penyalahgunaan laksantif, dan atau penyimpangan persepsi dengan tubuh. 1.Izinkan klien memilih makanan (makanan rendah kalori tidak diperbolehkan) 2.Buat struktur waktu makan dengan batasan waktu (misalnya 40 menit) 3.Hilangkan distraksi (misalnya pembicaraan, menonton televisi) selama waktu makan 4.Sebutkan waktu untuk makan, menghidangkan makanan, dan batas waktu makan; informasikan pada klien bahwa bila makanan tidak dimakan selama waktu yang telah disediakan, akan dibuat penggantian metode pemberian makanan yang lain. 5.Bila makanan tidak dimakan, lakukan pemberian makan melalui selang, NGT sesuai pesan an dalam keadaan seperti ini jangan berikan penawaran pada klien. 6.Lakukan metode pemberian makan pengganti setiap kali klien menolak untuk makan per oral. 7.Jauhkan perhatian selama makan bila klien menolak untuk makan. 8.Jangan biarkan klien ³mengemut´ makanan. 9.Kurangi perhatian saat makan Terapi Modifikasi Perilaku 1.Klien mencapai peningkatan berat badan setiap hari karena adanya keinginan dari klien. 2.Perpisahan dari keluarga selama beberapa waktu akan sangat membantu. 3. Beralih pada aktivitas yang menyenangkan. 4. Intervensi keperawatan pembatasan bersifat teknis. 5. Isolasi sosial. 6. Komunikasi yang bermanfaat. 7. Berikan penghargaan pada klien hanya bila ia mengalami kenaikan berat badan. 8. Tindakan konsisten harus dipertahankan.
9. Setiap anggota staf harus mempunyai laporan akhir per shift tentang suatu keputusan 10.Cegah manipulasi staf dengan ceria.Pencegahan manipulasi staf dengan cerita, melalui membuat dan pertahankan batasan yang ketat, dan diskusikan tentang batasan dan konsekuensinya, bila melanggar batasan tersebut dengan cara yang tidak menghukum, rujuk pada perilaku manipulatif. 11. Ukur berat badanUkur BB dengan akurat; a) timbang klien setiap hari sebelum makan pagi, b) timbang klien hanya dengan gaun, cegah untuk menyembunyikan sesuatu yang berat pada tubuh, c) tetapkan perilaku yang dapat diterima bila mencapai berat badan yang telah ditetapkan, d) dorongan perawatan bertanggung jawab untuk peningkatan berat badan. Kriteria Evaluasi1. Klien mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan nutrisi. 2. Menerima masukan kalori adekuat untuk mempertahankan berat badan normal. 3. Mengikuti kembali pola makan yang normal. Resiko tinggi terjadikekurangan volume cairan (sekunder) yang berhubungan dengan diet. 1. Pantau masukan dan haluan; simpan catatan di kantor perawat, dan observasi dengan sesederhana mungkin. 2. Pantau pemberian cairan dengan elektrolit /NPT sesuai pesanan; temani klien ketika mandi untuk mencegah pengosongan cairan intravena. 3. Pantau tanda vital sesuai kebutuhan .Kriteria Evaluasi 1. Klien menunjukkan hidrasi diperlukan secara adekuat. 2. Keseimbangan antara masukan dan haluaran.Gangguan gambaran tubuh yang berhubungan dengan persepsi yang tidak akurat tentang diri 1. Berikan hubungan positif dan penghargaan pada sesuatu yang dilakukan dengan baik oleh klien. 2. Kembangkan pengalaman yang berhasil 3. Mulailah melakukan dengan tugas-tugas yang mudah. 4. Fokuskan pada hal-hal yang positif. 5. Berikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan pikirannya 6. Anjurkan klien untuk menguraikan tentang gambaran dirinya dan membicarakan perasaan tentang d iri. iri. 7. Anjurkan higiene yang baik dan berpakaian 8. Berikan respons secara faktual dan konsisten terhadap pertanyaan klien mengenai diet dan nutrisi Kriteria Evaluasi
1. Klien mengungkapkan p ikiran positif tentang diri sendiri. 2. Mulai menerima diri sebagai orang yang kurus Kebutuhan koping individu yang berhubungan dengan perasaan hilangk kontrol rasa takut dengan bertambah besar dan/atau respons pribadi terhadap disfungsi keluarga. 1. Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan 2. Observasi dan catat respons terhadap stres. 3. Ajukan untuk datang bila stres .4. Hindarkan menarik perhatian Anda dari ritual atau emosional klien yang behubungan dengan makan, makanan, dan sebagainya. 5.Dukung upaya klien pada penentuan diri, khususnya bila dengan keluarga .6. Tingkatkan tehnik reduksi stres. 7. Berikan dorongan pada orang terdekat. Kriteria Evaluasi 1. Klien mulai menunjukkan ketrampilan ket rampilan koping positif .2. Mempertahankan berat badan selama periode stres. 3. Mencapai dukungan dan sumber-sumber yang tepat. Ketidakefektifan koping keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengkomunikasikan dan untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga 1. Berikan dorongan pada klien dan keluarga untuk mengatakan pikiran, persepsi, dan perasaan. 2. Tunjukkan area yang tidak disetujui oleh klien dan anggota keluarga.Tentukan persepsi setiap anggota keluarga tentang apa yang telah dikatakan orang lain untuk memberikan penekanan keterampilan mendengar.Tekankan pada klien dan anggota keluarga tentang pentingnya menggunakan kata ³Saya´ dan menerima tanggung jawab untuk diri dengan kehadiran anggota keluarga, jasilah penasehat bagi klien dan berupaya menjadi pendukung pada penentuan diri. 3. Arahkan kembali pada kontrol konflik antara klien dan arang tua/orang terdekat terhadap makanan dan terhadap isu-isu yang berhubungan dengan jam malam, aktivitas sekolah, kepuasan kerja, dan, seterusnya. 4. Rujuk keluarga pada perawatan psikiatri yang berkelanjutan .Kriteria Evaluasi 1. Klien mulai mengenal kebutuhan kebutu han orang lain. 2. Mengidentifikasi area di mana kebutuhan serta harapan tidak terpenuhi. t erpenuhi.
3. Memberikan respons yang tepat terhadap dukungan yang diberikan .4. Mencari bantuan bila diperlukan. Kurang pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan kondisi dan kurangnya keterampilan koping 1. Berikan penekanan panduan nutrisi dan bagaimana cara mengatasi diet ketika k etika jauh dari rumah. 2. Diskusikan dengan klien pentingnya pengkajian ulang kebutuhan kalori setiap 2 sampai 4 minggu. 3. Berikan dorongan penggunaan teknik penatalaksanaan stres. 4. Tingkatkan peogram latihan yang teratur. 5. Berikan dorongan kunjungan perawatan tindak lanjut dengan dokter dan konselor. Kriteria Evaluasi 1.Klien mengungkapkan pentingnya perubahan gaya hidup untuk mempertahankan berat badan yang normal. 2.Klien mencari sumber konseling untuk membantu mengadakan perubahan. 3. Klien berusaha mempertahankan berat badan. Sumber :Smeltzer & Bare (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGCDoengoes. (2000). Rencana Asuhan Keperawaan, Jakarta: EGC