AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK PERPAJAKAN
PENGANTAR Ada dua teknik audit investigatif yang secara luas dipraktikkan oleh IRS (Internal Revenue Services) di Amerika Serikat. Kedua teknik audit investigatif ini adalah net worth method dan method dan expenditure method . Kedua teknik ini digunakan digunakan untuk menentukan menentukan penghasilan kena kena pajak (PKP) yang belum dilaporkan oleh wajib pajak dalam SPT-nya. Kedua teknik tersebut menggunakan logika pembukuan atau akuntansi yang sederhana. NET WORTH METHOD Net Worth Method diterapkan oleh kantor pajak Amerika Serikat (IRS). Sejak kongres mengundangkan RICO Act pada tahun 1970, penggunaannya diperluas untuk menemukan indikasi ilegal income dari organized crime (kejahatan yang diorganisasi seperti mafia, triad, dan lain-lain). Net worth method untuk audit investigatif pajak i ngin membuktikan adanya PKP yang belum dilaporkan oleh wajib pajak. Untuk organized crime yang ingin dibuktikan adalah terdapatnya penghasilan yang tidak sah, melawan hukum, atau ilegal income. Net Worth Method untuk Perpajakan Di Amerika serikat dimana net worth method diterima sebagai cara pembuktian tidak langsung, dasar penggunaannya adalah kewajiban wajib pajak untuk melaporkan semua penghasilannya dalam tax returns mereka. Meskipun tidak ditegaskan dalam undang-undang perpajakan di Indonesia, net worth method sebenarnya sudah lama diterapkan. Dalam zaman penjajahan Belanda, kita mengenal undangundang pajak kekayaan. Dalam reformasi perpajakan di zaman Orde Baru, pajak kekayaan ini dihilangkan. Pajak kekayaan tidak lain dari pajak atas penghasilan yang karena macammacam alasan, belum terkena pajak penghasilan. SPT pajak kekayaan juga memuat informasi untuk penghitungan net worth. Net worth method dipraktikan kembali di Indonesia, dengan dimintanya daftar harta dan kewajiban dalam SPT PPh. Banyak informasi lisan yang diminta petugas pajak ketika memeriksa SPT mengindikasikan penggunaan net worth method dan expenditure method
yang akan dijelaskan di bawah. Hal ini tidak mengherankan karena pemerintah mendapatkan bantuan teknis dari para ahli IRS atau mantan pejabat IRS. Net Worth Method untuk Organized Crime Seperti yang telah disebutkan, di Amerika Serikat metode ini digunakan dalam memerangi organized crime. Di Indonesia pendekatan ini dapat digunakan untuk memerangi korupsi. Ketentuan perundangannya sudah ada, yakni, laporan mengenai kekayaan peja bat. Beberapa catatan Ada beberapa catatan yang harus diperhatikan penyidik atau investigator dalam menerapkan net worth method. 1. Rekaman – Makin banyak transaksi terekam, makin ampuh pula net worth method. Misalnya, penggunaan rekening bank baik giro, tabungan, maupun deposito. Semuanya terekam, semuanya meninggalkan jejak. Contoh lain, penggunaan kartu kredit, kartu debit. 2. Penyimpanan uang tunai – Istilah sehari-hari adalah simpan bawah bantal atau cash hoarding. Pelaku kejahatan cukup canggih untuk menggunakan jasa perbankan atau pasar modal untuk menanamkan uang dalam jumlah besar. Akan tetapi, dalam berbagai kasus pidana perpajakan, pencucian uang, dan korupsi yang besar-besar sekalipun, cash hoarding masih sering dilakukan. 3. Tambahan “penghasilan” – Penjelasan yang diberikan oleh pelaku untuk unreport taxable income atau illegal income bisa bermacam-macam, mulai dari warisan, pinjaman, hadiah atau gratifikasi, dan lain-lain. 4. Pembalikan beban pembuktian – sebenarnya net worth method membalikkan kewajiban membuktikan dari pemerintah kepada yang bersangkutan. Rumusnya logis, dan kalau pelaku sudah melaporkan semua unsur dengan rumus net worth method maka tidak akan ada lagi unreport taxable income atau illegal income. Atau kalaupun ada, jumlahnya tidak boleh materiel atau signifikan. 5. Catatan pembukuan – yang sering kali menjadi tantangan bagi penyidik adalah tidak adanya catatan pembukuan. Atau, itulah yang sering diklaim oleh pelaku kejahatan. Oleh karena itu, kantor pajak di zaman penjajahan Belanda secara aktif melakukan penelitian dari bermacam-macam kelompok etnis. Kesungguhan dan kejelian penyidik sering berhasil “mengorek” catatan-catatan informal yang secara sengaja
maupun tidak sengaja dihimpum oleh pelaku kejahatan sebelum audit investigatif dilakaukan. 6. Penyidik kurang sabar – dalam menghadapi pelaku yang tangguh dalam tindak pidana perpajakn, penyidik mungkin menyerah ketika pelaku bersedia membayar dengan cepat “temuan si penyidik”. Penyidik perlu berhati -hati terutama ketika menerapkan net worth method untuk pertama kalinya pada wajib pajak yang bersangkutan. Itu sebabnya, informasi penting harus dikumpulkan, baik secara formal maupun informal. 7. Pembuktian tidak langsung – berunglang kali dijelaskan di atas bahwa net worth method adalah metode pembuktian tidak langsung, dan membalikan beban pembuktian kepada pelaku. Di Indonesia, undang-undang belum menentukan net worth method sebagai alat pembuktian. Kalau akan menggunkannya, cara pembuktiannya harus dengan ketentuan-ketentuan yang melindungi wajib pajak. Tuduhan atau dakwaan harus jelas dan ditetapkan secara formal dalam surat tugas, khususnya dalam makna dan sifat net worth method, asumsi yang dipakai, dan kesimpulan yang dapat ditarik oleh kedua pihak. 8. Kejahatan lain – sering kali dalam menerapkan net worth method untuk tujuan perpajakan, penyidik dapat mengungkapkan kejahatan lain, jadi bukan tindak pidana perpajakan.