1. Bentuk profil baja untuk konstruksi bangunan baja.
Beberapa
standar
konstruksi
Indonesia
menggunakan
baja
profil.
Kebutuhan konstruksi secara permanen, kokoh, dan stabil secara kualitas menjadi prioritas utama terselenggaranya pembangunan yang mapan, dan menjadi dasar misi utama proyek-proyek pembangunan konstruksi milik pemerintah. Berikut adalah jenis bahan baja utama yang biasa dipakai di Indonesia sesuai kebutuhan konstruksi. 1. Wide Flange (WF)
Profil WF (Wide Flange) adalah salah satu profil baja struktural yang paling populer digunakan untuk konstruksi baja. WF biasa digunakan untuk : balok, kolom, tiang pancang, top & bottom chord member pada truss, composite beam atau column, kantilever kanopi, dll. Namun, profil ini ternyata punya banyak nama. Ada yang menyebutnya dengan profil H, HWF, H-BEAM, IWF, dan I. Bahkan ada juga beberapa tempat yang menggunakan istilah WH, SH, dan MH.
Gambar 1: Profil Baja I
Gambar 2: Profil Baja H
Gambar 4: Profil Baja WF
Gambar 5: Kantilever Kanopi
2. UNP (Baja C)
Profil baja kanal dinyatakan dengan tanda [ ditambahkan dengan huruf NP dan diikuti dengan sebuah bilangan yang menunjukkan tinggi profil dalam cm. Contoh: [ NP 12 à artinya tinggi profil adalah 12 cm. Baja kanal ini dijual dalam panjang normal dari 4-12 meter. Baja kanal ini sering dipakai untuk gording pada struktur rangka. Tetapi banyak juga dipakai untuk kolom yang terdiri atas dua buah profil yang dijadikan satu dengan pelat-pelat kopel.
Gambar 6: Profil Baja C
Gambar 7: Contoh Baja C pada Konstruksi Bangunan
3. Equal Angle and Unequal Angle
Profil ini dinyatakan dengan tanda L dengan tiga buah bilangan yang menunjukkan tinggi, lebar dan tebal profil dalam mm. Baja siku ini dijual dalam panjang normal dari 3 – 6 meter. Baja siku sama kaki (Equal Angle) menunjukkan tinggi profil sama dengan lebar profil.
Contoh Baja Siku Sama Kaki: (L100.100.10).
(L100.100.10) artinya tinggi profil 100 mm, lebar profil 100 mm, dan
tebal profil 10 mm. Biasa digunakan untuk member pada truss, bracing, balok, dan struktur ringan lainnya.
Gambar 8: Profil Baja Siku Sama Kaki
Baja siku tidak sama kaki (Unequel Angle) tentu tinggi profil tidak sama dengan lebar profil. Contoh Baja Siku Sama Kaki: (L100.150.10). (L100.150.10) artinya lebar profil 100 mm, tinggi profil 150 dan tebal profil 10 mm. Penggunaan dan istilah lain hampir sama dengan Equal Angle. Dalam struktur rangka, baja siku ini dipakai untuk menghubungkan elemen-elemnen struktur yang dikeling, dan juga dipakai untuk batang batang rangka kuda-kuda, yakni untuk batang vertikal, batang diagonal, dan batang horisontal.
4. T-Beam
Profil ini dinyatakan dengan tanda T dengan sebuah bilangan yang menunjukkan tinggi profil dan lebar profil dalam cm. Contoh: T 20 artinya tinggi profil 20 cm dan lebar profil 20 cm, sedangkan ukuran tebalnya dapat dilihat di tabel profil baja. Dan profil ini dinamakan baja T sama sisi. Sedangkan baja T tidak sama sisi adalah b = 2h, ini artinya lebar profil sama dengan 2 kali tinggi profil (rusuk). Ukuran panjang normal profil ini dari 3-12 meter. Profil baja T tidak banyak dipakai dalam sistem struktur baja, umumnya dapat dipakai sebagai batang-batang pekerjaan rangka batang,
balok lantai, balok kantilever (kanopi), kuda-kuda dalam struktur-struktur menggunakan sambungan las.
Gambar 9: Profil Baja T
2. Definisi balok gelagar beserta jenis-jenis dan contohnya.
Balok gelagar merupakan komponen struktur lentur yang tersusun dari beberapa elemen pelat. Balok gelagar pada dasarnya adalah balok dengan ukuran penampang melintang yang besar serta bentang yang panjang. Penampang melintang yang besar tersebut merupakan konsekuensi dari panjangnya bentang balok. Definisi lainnya yaitu Gelagar plat (girder plate), yaitu balok yang dibentuk dari elemen-elemen pelat untuk mencapai penataan bahan yang lebih effisien dibanding dengan yang biasa peroleh dari balok profil pabrikasi. Ada dua kegagalan yang dapat terjadi pada komponen struktur lentur profil I yang mengelami lentur. Kegagalan pertama profil akan mengalami lateral-torsional buckling (tekuk lateral) yang diakibatkan adanya displacemen dan rotasi di tengah bentang, namun hal ini tidak mengalami perubahan bentuk. Kegagalan kedua, profil akan mengalami local buckling (tekuk lokal) pada sayap tekan dan juga pada pelat badan, sehingga mengakibatkan berubahnya bentuk profil, hal ini diakibatkan oleh adanya rasio kelangsingan yang relatif sangat besar antara tinggi pelat badan terhadap tebalnya (h/t). Hal tersebut dapat diatasi dengan cara memasang pertambatan lateral diantara kedua tumpuannya.
Beban yang diterima oleh girder biasanya sangat besar, sehingga jika kita menggunakan profil hasil pabrikasi (profil standar), akan menghasilkan berat sendiri yang cukup besar pula, sehingga tidak effisien. Salah satu jalan untuk mengurangi berat sendiri, yaitu dengan cara mempertinggi profil (membuat profil yang tidak standar). Namun dengan cara ini akan mengakibatkan profil menjadi langsing dan akan mengalami local buckling bagian badan profil, atau dengan kata lain bahwa profil akan berubah bentuknya.
Gambar 10: Pelat Gelagar pada J embatan
Aplikasi balok gelagar pada dunia konstruksi pada umumnya digunakan untuk konstruksi jembatan. Pada konstruksi jembatan, gelagar digunakan pada struktur atas. Fungsi gelagar pada jembatan adalah memikul beban dari struktur yang berada di atasnya, kemudian meneruskan beban tersebut ke abutment dan diteruskan lagi ke poer. Teknologi terbaru dalam balok gelagar adalah gelagar baja dengan system flens prategang yaitu dengan penambahan kabel baja / strand yang letakan pada flens bagian bawah gelagar guna meningkatkan kapasitas gelagar baja dengan adanya momen balik (negatif momen) untuk mengurangi momen positif. Penambahan kabel baja / strand pada gelagar baja komposit dapat mengurangi penggunaan baja struktur gelagar baja komposit sehingga dapat mereduksi berat sendiri baja dan mengurangi biaya konstruksi.
Pada awalnya teknologi ini dimuai dengan
adanya teknologi perkuatan gelagar baja komposit dengan sistem eksternal prestressing. Dengan demikian teknologi ini gelagar baja komposit yang telah terpasang/ lama dapat ditingkatkan kapasitasnya. Akan tetapi pada beberapa kondisi perkuatan dengan sistem eksternal prestresing terdapat kelemahan yaitu dengan adanya kebutuhan eksentrisitas yang lebih untuk meningkatkan momen balik (negatif) sehingga dengan adanya eksentrisitas tersebut dapat mengurangi tinggi bebas di bawah jembatan.