BAB I PENDAHULUAN
Kasus Benda asing paling banyak berlokasi di telinga (64,4 %), diikuti oleh hidung (19,5 %) dan orofaring (8,9 %). Benda asing
pada telinga, hidung dan 1
tenggorok sering terjadi pada anak dan 50,1 % pasien berumur 8 tahun kebawah.
Benda asing pada meatus akustikus eksternus merupakan kasus yang sering terjadi dan terkadang menjadi kasus yang sulit ditangani. Berbagai jenis benda asing dapat ditemukan pada meatus akustikus eksternus. Benda asing pada telinga diklasifikasikan menjadi benda hidup seperti serangga kecil dan benda mati. Benda mati dibagi menjadi organik seperti kacang-kacangan, padi dan anorganik seperti seperti 2,3
mankc-manik, lipatan kertas dan peluru mainan.
Benda asing sering terjebak di dalam liang telinga dikarenakan terdapat dua area sempit secara anatomis didalamnya yaitu daerah yang menghubungkan bagian 4
kartilago dan bagian tulang, kemudian daerah isthmus dari bagian tulang.
Benda asing pada liang telinga harus segera dikeluarkan. Banyak teknik untuk tatalaksana benda asing ditelinga yang tersedia, dan pilihan tergantung pada kerjasama pasien, jenis benda asing yang dicurigai, manipulasi sebelumnya, keterlihatan dan kedalaman benda asing, pengalaman dokter dan ketersediaan alat. Pilihan meliputi irigasi air, forsep pengangkat (misal: forsep alligator), right-angle ball hooks, dan kateter hisap. Komplikasi yang timbul saat benda asing dibiarkan lama di liang telinga dapat berupa otitis eksterna akut, laserasi pada liang telinga dan 1,5
perforasi membran timpani.
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi telinga
Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah, ten gah, telinga dalam (Gambar 1).
6`
Gambar 1. Anatomi Telinga 2.1.1 Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf s dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar dan dua pertiga bagian dalam terdiri dari tulang, dengan panjang 2,5 cm-3 cm. Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian lateral dan tulang sejati di bagian medial. Seringkali terdapat penyempitan liang telinga pada perbatasan antara tulang dan tulang rawan ini. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang 7
telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya dijumpai sedikit sedikit kelenjar serumen.
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat obliq terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
2
flaksida (membran sharpnell ), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran propia). Pars flaksida terdiri dari dua lapisan, yaitu bagian luar yang merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam yang dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis tambahan dibagian tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian 7
dalam.
Membran timpani dibagi dalam empat kuadran dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleuus dan garis yang tegak lurus terhadap garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian anterior superior, posterior superior, anterior inferior dan posterior inferior.
7
Tulang pendengaran di dalam telinga saling berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus melekatpada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan 7
koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. 2.1.2 Telinga tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas luar adalah membran timpani, batas depan tuba eustachius, batas bawah vena jugularis, batas belakang Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis. Batas atas telinga tengah adalah tegmen timapani atau meningen sedangkan batas dalamnya adalah kanalis semisirkularis 7
horizontal, kanalis fasialis , oval window, round window dan promontorium.
Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring. Fungsi tuba adalah untuk ventilasi, drainase sekret dan proteksi (menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah). Ventilasi merupakan fungsi tuba untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah selalu sama dengan tekanan tekanan udara luar. Tuba Eustachius terdiri atas tulang rawan pada dua pertiga kearah nasofaring dan sepertiga terdiri atas tulang. Pada anak, tuba
3
lebih pendek, lebih lebar dan kedudukannya lebih horizontal dari tuba orang dewasa. Panjang tuba orang dewasa adalah 37,5 mm dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 7,8
17,5 mm.
2.1.3 Telinga dalam
Telinga dalam terdiri atas koklea dan vestibuler yang terdiri dari kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli di sebelah atas, dan skala timpani di bagian bawah serta skala media atau duktus koklearis di bagian tengah. Skala vestibuli dan timpani berisis perilimfa dan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut membran vestibuli atau Reissner’s
membran, sedangkan dasar skala media disebut membran basalis. Diatas
membran basalis terletak organ corti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria dan pada membran basal terdapat sel 7
rambut dalam, sel rambut luar dn kanalis corti, yang membentuk organ corti. 2.2 Benda Asing Telinga 2.2.1 Defenisi
Benda asing dalam adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing di telinga merupakan masalah yang sering ditemukan oleh dokter THT, dokter anak dan dokter layanan primer terutama di pelayanan gawat darurat. Benda asing yang ditemukan di liang 3,4
telinga dapat sangat bervariasi, baik berupa benda mati atau benda hidup. Kejadian tersering adalah pada telinga bagian luar. Jika tidak ditatalaksana dengan baik, maka dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi seperti perforasi membran timpani, 1,3,9
gangguan pendengaran dan edema pada liang telinga. 2.2.2 Epidemiologi
4
Benda asing di telinga merupakan kasus yang sering ditemukan pada instalasi gawat darurat THT. Insidennya mencapai 11% untuk semua kasus benda asing termasuk di hidung dan tenggorok. Benda asing di liang telinga paling sering terjadi pada anak usia < 5 tahun, sedangkan pada dewasa lebih jarang terjadi. Dalam pelayanan darurat THT dari sebuah rumah sakit tersier di Sao Paulo, terdapat 15.640 kasus dalam periode waktu Februari 2010 sampai Januari 2011. Benda asing menyumbang 827 kunjungan, atau 5,3% dari semua kasus. Pasien memiliki usia ratarata 19,8 tahun dan usia rata-rata 8 tahun. Insiden lebih besar ditemukan pada 1,2,4,9
individu yang berusia < 8 tahun dengan insiden puncak pada usia 3 tahun.
Dari 827 pasien yang dilibatkan dalam penelitian, 386 adalah perempuan (46,7%) dan 441 adalah laki-laki (53,3%), dengan rasio perempuan dan laki-laki 1,14 : 1,00. Kebanyakan benda asing (94,8%) terletak di telinga, hidung atau tenggorokan. Lokasi benda asing pada kelompok pasien sebagian besar berada di telinga (64,4%), diikuti oleh fossae hidung (19,5%), dan orofaring (8,9%). Lokasi benda asing yang 1
sulit di tentukan adalah sebanyak 2,9% kasus. 2.2.3 Etiopatogenesis
Benda asing yang masuk ke liang telinga dapat berupa benda mati organik dan non organik, atau benda hidup. Pada anak kecil sering ditemukan kacang hijau, manik, mainan, karet penghapus dan terkadang baterai. Pada orang dewasa yang relatif sering ditemukan adalah kapas cotton bud yang tertinggal, potongan korek api, patahan pensil, kadang-kadang ditemukan serangga kecil seperti kecoa, semut atau 3
nyamuk.
Faktor-faktor yang berperan dalam masuknya benda asing di liang telinga adalah keinginan untuk mengeksplorasi rongga-rongga tubuh (orifisium) terutama pada anak. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak dari benda-benda yang berisiko masuk ke liang telinga. Faktor lainnya antara lain rasa ingin tahu (curiosity), iritasi karena otalgia, ketertarikan pada benda-benda kecil,
5
retardasi mental dan ADHD. Sementara pada dewasa biasanya disebabkan karena 3,9
kecelakaan/ ketidaksengajaan. 2.2.4 Manifestasi Klinis
Pasien dewasa pada umumnya dapat mengatakan kepada pemeriksa bahwa ada sesuatu dalam telinganya. Sementara pada anak, berdasarkan usianya, mungkin dapat mengetahui bahwa ada benda asing dalam telinganya atau muncul dengan keluhan nyeri telinga atau telinga berair. Pasien mungkin dapat merasakan ketidaknyamanan dan keluhan mual atau muntah jika ada serangga yang hidup di liang telinga. Gejala lainnya dapat berupa gangguan pendengaran atau rasa penuh di 10
liang telinga.
Pada pemeriksaan fisik, temuan dapat bervariasi tergantung benda dan lama waktu benda tersebut sudah berada di liang telinga. Benda asing yang baru saja masuk ke dalam telinga biasanya muncul tanpa kelainan selain adanya benda asing tersebut yang terlihat secara langsung atau dengan otoskopi. Nyeri atau perdarahan dapat terjadi pada benda yang melukai liang telinga atau jika terjadi ruptur membran timpani akibat usaha pasien yang memaksakan pengeluaran benda tersebut. Jika sudah terlambat, dapat ditemukan eritema, pembengkakan dan sekret berbau dalam 10
liang telinga.
Berdasarkan penelitian oleh Yaroko gejala klinis yang paling banyak dikeluhkan adalah nyeri telinga (56,9%) diikuti oleh keluarnya darah (8,6%). Dua gejala tersebut muncul karena tekanan langsung oleh benda asing atau akibat trauma dalam mengeluarkan benda asing. Mudahnya terjadi nyeri dan tauma karena secara alamiah liang telinga sempit, dikelilingi tulang, banyak mengandung vaskular dan sangat sensitif.
9
2.2.5 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tidak ada pemeriksaan laboratorium ataupun radiologi yang direkomendasikan sebagai pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik adalah alat diagnostik yang utama.
6
Otoskop dapat digunakan sambil menarik pinna ke arah posterosuperior. Pada pasien yang dicurigai terdapat gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni. CT scan dapat dilakukan untuk menentukan lokasi dan 10,11
komplikasi akibat benda asing. 2.2.6 Penatalaksanaan
Benda asing di liang telinga harus dikeluarkan. Liang telinga luar terdiri dari bagian tulang rawan dan bagian tulang yang dilapisi oleh lapisan tipis dari kulit dan periosteum. Bagian tulang sangat sensitif karena kulit hanya memberikan sedikit bantal yang melapisi periosteum. Dengan demikian , upaya mengeluarkan benda asing dapat sangat menyakitkan. Selain itu, liang telinga luar menyempit di bagian perhubungan antara bagian tulang rawan dan bagian tulang. Benda asing dapat menjadi tersangkut di tempat tersebut sehingga meningkatkan kesulitan pada saat dikeluarkan. Upaya untuk mengeluarkan benda asing dapat mendorongnya lebih jauh ke dalam liang telinga dan tersangkut di titik yang sempit tersebut. Selain itu, membran timpani dapat rusak akibat penekanan benda asing yang terlalu dalam atau akibat peralatan yang digunakan selama proses pengangkatan. Oleh sebab itu, visualisasi yang adekuat, peralatan yang memadai, pasien yang kooperatif, dan 5,11
kemampuan dokter adalah kunci untuk mengangkat benda asing.
Pengeluaran benda asing di telinga merupakan suatu prosedur umum yang dilakukan di departemen emergensi. Pengeluaran benda asing menjadi terindikasi harus segera dilakukan tiap ditemukan benda asing yang tampak jelas terlihat pada pemeriksaan liang telinga dan tidak dtemukan komplikasi lain. Adanya perforasi membran timpani, kontak benda asing dengan membran timpani, atau visualisasi inkomplit dari liang telinga menjadikan kasus benda asing ditelinga harus segera dikonsulkan ke departemen emergengi dari THT-KL untuk pengeluaran benda asing 12
melalui prosedur operasi mikroskopik dan spekulum.
Pada kasus-kasus tertentu, seperti baterai, konsultasi ke konsul cito ke departemen THT-KL harus segera dilakukan karena time-sensitive berkaitan dengan 7
nekrosis likuefaksi dapat menyebabkan perforasi membrane timpani dan komplikasikomplikasi lain lebih lanjut. Irigasi pada kasus seperti ini tidak direkomendasikan 12
karena dapat mempercepat proses nekrosis.
Tidak ada indikasi khusus pasien dengan benda asing di telinga untuk dirawat inap. Kadang-kadang, tatalaksana untuk atasi nyeri atau mual diperlukan. Pada pasien dengan benda asing di telinga berupa serangga memerlukan perhatian khusus. Iritasi serta komplikasi lain seperti sengatan atau gigitan dapat terjadi jika serangga masih hidup di liang telinga. Oleh karenanya serangga tersebut harus dimatikan dulu dengan meneteskan mineral oil atau lidokain 2% ke liang telinga. Penggunaan krim EMLA dilaporkan memberikan hasil yang efektif sama dengan anastesi lokal untuk 10,13
membunuh serangga di liang telinga.
Pasien dengan benda asing di telinga diharapkan menghindari makan dan minum selama 8 jam. Beberapa kasus benda asing di telinga memerlukan sedasi untuk mengeluarkan benda asing tersebut dengan aman. Sedasi lebih aman diberikan 13
jika pasien puasa selama 8-12 jam.
Alat-alat yang perlu dipersiapkan untuk tatalaksana benda asing di telinga 12
yaitu:
-
Otoskop (dengan lensa yang removeable)
-
Otoskop mikroskopik
-
Spekulum telinga
-
Lampu kepala
-
Forsep Bayonet
-
Forsep Aligator
-
Right-angle hook
-
Spuit
-
Angiokateter nomor 20 gauge
-
Basin
-
Peralatan suction
8
-
Magnet untuk benda asing berupa logam
Untuk tatalaksana, pasien dewasa diposisikan dalam keadaan duduk. Pina ditarik superior-posterior meluruskan liang telinga untuk visualisasi optimal benda asing. Pada pasien anak, orang tua memangku anaknya dengan mengapit kedua kakinya dan menahan tangan serta kepalanya agar pada anak yang tidak koperatif tidak terjadi trauma ketika pengeluaran benda asing. Pina pada pasien bayi ditarik 12
posterior bahkan inferior untuk visualisasi liang telinga.
Anastesi lokal tidak rutin dilakukan dan juga tidak dianjurkan pada kasus tanpa komplikasi karena bersifat invasif dan innervasi yang kompleks di dalam liang telinga. Lokal anastesi diperlukan untuk kasus dengan benda asing berupa serangga di 10,12
telinga untuk mematikannya.
Teknik-teknik untuk mengeluarkan benda asing di telinga yaitu melalui teknik ekstraksi mekanis, irigasi, dan suction. Teknik yang digunakan pada pasien dapat variatif pada tiap pasien tergantung dengan jenis benda asing pada pasien, lokasi, serta riwayat kesehatan telinga pasien. Benda asing organik yang mampu menyerap air, riwayat telinga berair pada pasien adalah beberapa kontraindikasi dari metode irgasi. Serangga, materi organik, serta benda asing yang berpotensi rapuh dan pecah menjadi beberapa bagian lebih sering dikeluarkan dengan metode suction dibandingkan dengan forsep. Serangga yang masih hidup harus dimatikan terlebih 10,12
dahulu dengan mineral oil , lidokain 2%, atau krim EMLA. 1. Ekstraksi Mekanis
Pada pasien dengan benda asing yang keras dan bundar di liang telinga dan pasien kooperatif serta mampu mempertahankan posisinya, benda asing dapat dikeluarkan dengan ekstraksi mekanis. Pemeriksa telinga dengan otoskop sebelum melakukan tindakan untuk menilai lokasi benda asing serta untuk menilai liang telinga. Gunakan hook melalui spekulum telinga dan fiksasi tangan yang melakukan tindakan pada kepala pasien untuk meminimalisir trauma apabila pasien melakukan
9
gerakan yang tiba-tiba, capai benda asing dengan melewatkan hook di celah antara benda asing dan liang telinga. Secara gentle, perlahan-lahan tarik hook untuk 12,14
mengeluarkan benda asing dari telinga.
Penggunanan forsep Aligator atau forsep Bayonet sangat efektif untuk benda asing di telinga yang lunak seperti kapas atau kertas. Masukkan forsep melalu otoskop dengan lensa yang telah dilepas. Usahakan forsep tidak menyentuh dinding liang telinga Setelah mencapai kapas atau kertas, secara gentle cengkram dengan forsep, tahan selama 10 detik, lalu tarik ke luar perlahan-lahan. Kadang-kadang modifikasi forsep dengan memberikan beberapa tetes cyanoacrylate (lem super) memberikan hasil efektif untuk mengeluarkan benda asing yang lunak, bersih, dan kering. Cyanoacrylate dapat dikeluarkan secara manul setelah 24-48 jam setelah terjadi deskuamasi epitel liang telinga. Jika lengket dan melekat pada membran timpani, segera rujuk ke spesialis THT-KL untuk tatalaksana lebih lanjut. Untuk benda asing yang keras dan besar, penggunaan forsep Aligator tidak dianjurkan 10,12,14
karena malah akan mendorong benda asing semakin dalam.
Jika benda asing itu logam, instrument yang kita gunakan dapat dimagnetisasi dahulu. Hal ini untuk mempermudah menggapai logam tersebut dan stabil ketika 13
dikeluarkan.
Setiap selesai tindakan nilai kembali liang telinga tersebut dengan otoskop. 12
Penilaian ini penting untuk mendeteksi adanya komplikasi paska tindakan.
10
Salah
Benar
15
Gambar 2. Ekstraksi mekanis benda asing di teling a. 2. Irigasi
Irigasi merupakan metode terbaik untuk mengeluarkan benda asing yang tidak teralu lengket dengan dinding liang telinga. Metode ini juga minimal invasif. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan irigasi adalah ada/tidak perforasi pada membran timpani pasien (keluhan telinga berair), cairan yang digunakan untuk mengirigasi, serta tindakan irigasi dan posisi pasien. Tindakan irigasi menjadi kontraindikasi pada pasien dengan riwayat perforasi pada membrane timpani. Cairan yang digunakan dapat berupa air steril atau saline yang telah 12,14
dihangatkan sesuai suhu tubuh pasien agar tidak memicu vertigo. Tindakan
irigasi
menggunakan
spuit
yang
telah
dihubungkan
dengan
angioakateter nomor 20 gauge. Posisikan pasien secara aman dan nyaman. Lindungi lokasi sekitar telinga dengan benda asing dengan kain agar tetap kering. Tempatkan basin di bawah telinga dengan benda asing untuk mengumpulkan cairan atau benda asing yang diharapkan keluar. Secara gentle, posisikan ujung angiokateter tadi pada liang telinga luar (jangan terlalu dalam) dan injeksikan cairan sampai benda asing 12,14
tersebut keluar. Setelah keluar evaluasi kembali liang t elinga.
11
Foreign body Irrigation bottle
16
Gambar 3. Ekstraksi benda asing dengan metode irigasi. 3. Suction
Suction adalah pilihan yang tepat untuk mengekstraksi benda asing di telinga yang rapuh dan mudah terpecah menjadi beberapa bagian seperti serangga kecil yang telah mati atau beberapa materi organic. Setelah mesin suction dihidupkan, kateternya dimasukkan perlahan melalui otoskop dengan lensa removable dan lakukan terus sampai benda asing tersedot atau jika lebih besar benda asing tersebut melekat pada ujung kateter. Setelah itu keluarkan kateter dan evaluasi liang telinga, apakah masih 12
ada benda asing atau komplikasi yang terjadi setelah tindakan tadi.
12
Ketika sedang melakukan salah satu dari tindakan di atas terjadi komplikasi seperti benda asing terdorong lebih ke dalam, ada perdarahan, edem, atau nyeri pada telinga semakin bertambah, maka hentikan tindakan dan segera konsulkan pasien kepada Spesialis THT-KL. Pengulangan tindakan pada kasus-kasus dengan komplikasi seperti yang disebutkan di atas cendrung akan menimbulkan infeksi, 12
perforasi, ada comorbid lainnya.
Tidak ada indikasi pemberian antiobiotik profilak untuk pasien yang diekstraksi benda asing tanpa komplikasi. Jika ada tanda-tanda infeksi atau abrasi liang telinga pasien dapat diberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid seperti kortisporin (hidrokortison/neomisin/polimiksin) 5 tetes/hari 10,12
selama 5-7 hari.
2.2.7 Komplikasi
Komplikasi berat dapat terjadi di sebanyak 22% dari kasus yang di temukan, dan morbiditas terkait dengan benda asing oleh karena itu, benda asing harus di tangani secara benar. Komplikasi yang sering ditemukan adalah laserasi liang telinga, 1,8
perforasi membran timpani dan otitis eksterna.
Penanganan yang tidak tepat akan dapat menimbulkan pendarahan, trauma pada liang telinga, trauma pada membran timpani dan tulang-tulang penden garan. Hal ini akan menambah angka kesakitan pada pasien, sehingga akan memerlukan tindakan eksplorasi dalam general anastesi untuk mengangkat benda asing tersebut. Marques seperti dikutip Figueiredo menyatakan kurangnya pengalaman dalam manajemen benda asing di telinga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan 5,8
terjadinya komplikasi iatrogenik. Perforasi
membran
timpani
tanpa
kelainan
di
telinga
tengah
akan
menyebabkan dua efek berbeda pada pendengaran. Pertama adalah pengurangan luas membran timpani yang merupakan pusat pengerahan tenaga ke telinga tengah sehingga mengurangi gerakan tulang pendengaran. Makin besar perforasi makin
13
berkurang permukaan membran sebagai pengumpul tenaga suara, akhirnya suara hanya ditampung di kuadran posterior sisa membran timpani tempat tulang-tulang pendengaran atau sisa tulang-tulang pendengaran berada. Efek kedua terhadap pendengaran oleh perforasi adalah akibat energi suara yang lansung ke tingkap bulat tanpa dihambat oleh membran timpani. Efek itu akan semakin besar sebanding 5
dengan besarnya perforasi.
Tidak semua komplikasi terjadi secara tiba-tiba setelah ekstraksi benda asing. Biasanya tanda-tanda komplikasi dapat muncul dalam 1 minggu setelah ekstraksi. Edukasi pasien untuk segera kembali ke dokter jika ada tanda-tanda seperti nyeri 12,13
pada telinga, kemerahan, demam, atau ada sekret yang keluar.
14
BAB III LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama
: MA
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Umur
: 4 tahun
Alamat
: Padang
No. RM
: 890460
Tanggal Pemeriksaan
: 28 November 2014
3.2 Anamnesis (aloanamnesis) Keluhan Utama :
Masuk bulir padi ke telinga kiri sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit Riwayat Penyakit Sekarang :
Masuk bulir padi ke telinga kiri sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya pasien sedang bermain sendiri, tiba-tiba pasien melapor ke ibunya masuk bulir padi ke telinga kiri. Ibu pasien berusaha mengeluarkan dengan cotton bud, namun tidak berhasil. Pasien lalu dibawa ke RS. Dr. M Djamil
Keluar darah dari liang telinga (-) Nyeri pada telinga (-)
Batuk pilek saat ini (-)
Riwayat telinga berair (-)
3.3 Pemeriksaan Status Generalis
15
Keadaan umum
: Tidak tampak sakit
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital Tekanan darah
: tidak dilakukan pemeriksaan
Pernafasan
: tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi
: tidak dilakukan pemeriksaan
Suhu
: Afebris
Status Lokalis THT Telinga Pemeriksaan Daun telinga
Dinding telinga
Serumen
Utuh
Perforasi
Kelainan Kel. Kongenital Trauma Radang Kel. Metabolik Nyeri tarik Nyeri Tekan liang Cukup Lapang (N)
Dekstra Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ya
Sinistra Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ya
Sempit Hiperemis Edema Massa
Tidak Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tampak bulir padi di 2/3 dalam liang telinga anterior Tidak ada Kuning kecoklatan Sedikit Kental
Bau Warna
Tidak ada Kuning kecoklatan Jumlah Sedikit Jenis Kental Membran Timpani Warna Putih mengkilat Reflex cahaya + Bulging Tidak ada Retraksi Tidak ada Jumlah perforasi Tidak ada
16
Sulit dinilai Sulit dinilai Sulit dinilai Sulit dinilai Sulit dinilai
Mastoid
Tes garputala 512 Hz
Hidung Pemeriksaan Hidung luar
Jenis Kuadran Pinggir Tanda radang Fistel Sikatrik Nyeri tekan Nyeri ketok Rinne
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada sulit dinilai
Sulit dinilai Sulit dinilai Sulit dinilai Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada sulit dinilai
Swabach Weber Kesimpulan
sulit dinilai sulit dinilai
sulit dinilai
Kelainan Deformitas Kelainan congenital Trauma Radang Massa
Sinus Paranasal Inspeksi Pemeriksaan Nyeri tekan Nyeri ketok Rinoskopi Anterior Pemeriksaan
Vestibulum Kavum nasi
Sekret
Konka inferior
Dekstra Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Dekstra Tidak ada Tidak ada
Sinistra Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Sinistra Tidak ada Tidak ada
Kelainan
Dextra
Sinistra
Vibrise Radang Cukup lapang (N) Sempit Lapang Lokasi Jenis Jumlah Bau Ukuran Warna
Ada Tidak ada Cukup lapang
Ada Tidak ada Cukup lapang
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada eutrofi Merah muda
Tidak ada Eutrofi Merah muda
17
Konka media
Septum
Massa
Permukaan Edema Ukuran Warna Permukaan Edema Cukup lurus/ deviasi Permukaan Warna Spina Krista Abses Peforasi Lokasi Bentuk Ukuran Permukaan Warna Konsistensi Mudah digoyang Pengaruh vasokonstriktor
Rinoskopi Posterior- tidak dilakukan Pemeriksaan Kelainan Koana Cukup lapang (N) Sempit Lapang Mukosa Warna Edema Jaringan granulasi Konka superior Ukuran Warna Permukaan Edema
Adenoid Muara eustachius Massa
Ada/ tidak tuba Tertutup secret Lokasi Ukuran Bentuk
18
Licin Tidak ada Sukar dinilai Sukar dinilai Sukar dinilai Sukar dinilai Cukup lurus Rata Merah muda -
Licin Tidak ada Sukar dinilai Sukar dinilai Sukar dinilai Sukar dinilai Cukup lurus Rata Merah muda -
Dekstra
Sinistra
-
-
Post nasal drip
Permukaan Ada/ tidak Jenis
Orofaring dan Mulut Pemeriksaan Kelainan Trismus Uvula Edema Bifida Palatum mole Simetris/ tidak arkus faring Warna Edema Bercak/ eksudat Dinding faring Warna Permukaan Tonsil Ukuran Warna Permukaan Muara/kripti Detritus Eksudat Perlengketan dengan pilar Peritonsil Warna Edema Abses Tumor Lokasi Bentuk Ukuran Permukaan Konsistensi Gigi Karies/ radiks Kesan Lidah Warna Bentuk Deviasi Massa
Dekstra Tidak ada Tidak ada Tidak ada Simetris
Sinistra
Merah muda Tidak ada Tidak ada Merah muda Licin T1 Merah muda Licin Tidak melebar Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Merah muda Tidak ada Tidak ada Merah muda Licin T1 Merah muda Licin Tidak melebar Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Merah muda Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Gigi geligi baik Merah muda
Merah muda Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
Laringoskopi indirek- tidak dilakukan Pemeriksaan Kelainan Epiglotis Bentuk Warna
Dekstra
19
Tidak ada Tidak ada Simetris
Merah muda
Sinistra
Aritenoid
Ventrikular band
Plika vokalis
Subglotis/ trakea Sinus piriformis Valekulae
Edema Pinggir rata/ tidak Massa Warna Edema Massa Gerakan Warna Edema Massa Warna Gerakan Pinggir medial Massa Massa Sekret ada / tidak Massa Sekret Massa Sekret (jenisnya)
Pemeriksaan KGB region coli: Tidak ditemukan adanya pembesaran KGB
3.4 Resume
Anamnesis
Masuk bulir padi ke telinga kiri sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakitKeluar darah dari liang telinga (-)
Nyeri pada telinga (-)
20
Riwayat telinga berair (-)
Batuk pilek saat ini (-)
Pemeriksaan fisik
Telinga : Auris sinistra-Tampak bulir padi di 2/3 dalam liang telinga bagian anterior. Auris dekstra- liang telinga lapang, membrane timpani utuh, reflek cahaya (+)
Cavum nasi: dekstra- konka inferior eutrofi edem(-) dan hiperemis(-) sekret (-). Sinistra konka inferior eutrofi edem(-) dan hiperemis(-) sekret (-). Septum deviasi (-)
Mulut dan orofaring (-) : arkus faring simetris, T1/T1, muara kripti tidak melebar, hiperemis(-) pada kedua tonsil (-)
Diagnosis kerja : corpus alienum(bulir padi) et AS
Terapi : irigasi
Evaluasi Auris sinistra setelah pengeluaran corpus alienum : liang telinga lapang, tidak ada tanda-tanda inflamasi, perdarahan, abrasi liang telinga, membran timpani utuh, reflek cahaya (+)
-
Edukasi: Lindungi anak dari upaya memasukkan benda asing ke liang telinga, hidung, atau tenggorok. Awasi anak ketika bermain.
-
Ketika ada benda asing masuk, jangan ada tindakan yang dilakukan sendiri oleh pasien atau keluarga. Segera dibawa ke pusat layanan kesehatan terdekat.
-
Setelah tindakan, apabila ada tanda-tanda inflamasi seperti nyeri, kemerahan pada telinga atau adan sekret yang keluar dari teringa segera kembali ke dokter.
Prognosis :
Quo ad vitam: bonam Quo ad sanam: bonam
21
BAB IV DISKUSI
Benda asing di liang telinga paling sering terjadi pada anak usia < 5 tahun, sedangkan pada dewasa lebih jarang terjadi. Insiden lebih besar ditemukan pada individu yang berusia < 8 tahun dengan insiden puncak pada usia 3 tahun. Insiden sesuai dengan kasus dimana pasien berusia 4 tahun. Pada setiap kasus benda asing, meskipun pasien mengeluhkan hanya di salah satu sisi telinga, dokter tetap harus memeriksa secara lengkap pemeriksaan THT. Mulai dari telinga kedua sisi, hidung, dan tenggorokan. Jenis benda asing yang ditemukan pada pasien ini adalah benda mati organik yaitu bulir padi yang terletak di 2/3 liang telinga kiri bagian anterior . Pada pasien tidak ditemukan riwayat telinga berair, benda asing berukuran 8 mm dan tidak menutup lumen liang telinga sehingga dapat ditatalaksana dengan teknik irigasi. Teknik irigasi (spooling) dilakukan dengan cara menyemprotkan air dari dalam spuit di bagian posterosuperior liang telinga secara cepat sampai bulir padi dapat keluar. Teknik irigasi merupakan pilihan terbaik dan minimal invasif. Setelah dilakukan irigasi selalu dievaluasi kembali liang telinga. liang telinga lapang, tidak ada tanda-tanda inflamasi, perdarahan, abrasi liang telinga, membran timpani utuh, reflek cahaya (+). Pada pasien ini tidak ditemukan tanda-tanda komplikasi pasca-tindakan, maka tidak ada indikasi untuk memberikan antibiotik. Setelah tindakan, pasien perlu diedukasi. Lindungi anak dari upaya memasukkan benda asing ke liang telinga, hidung, atau tenggorok. Awasi anak ketika bermain. Ketika ada benda asing masuk, jangan ada tindakan yang dilakukan sendiri oleh pasien atau keluarga. Segera dibawa ke pusat layanan kesehatan terdekat. Apabila ada tanda-tanda inflamasi seperti nyeri, kemerahan pada telinga atau adan sekret yang keluar dari teringa segera kembali ke dokter. Hal ini perlu disampaikan karena komplikasi dapat terjadi dalam waktu 1 minggu setelah tindakan.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Gomes et al.,. ENT Foreign Bodies: Profile of The Cases Seen at A Tertiary Hospital Emergency Care Unit. Brazil Journal Otorhinolaringology. 2013; 79(6) : 699-703. 2. Ogunleye AOA and Sogebi R. Otic Foreign Bodies In Children In Ibadan, Nigeria. Nigerian journal of surgical Research. 2005; Vol 7 (3-4):305-308. 3. Shrestha I, Shrestha BL, Amatya RCM. Analysis of Ear, Nose and Throat Foreign Bodies in Dhulikhel Hospital. Kathmandu University Medical Journal. 2012; Vol 11 (2); 4-8 4. T. Nagendran MP. Management of Foreign Bodies in the Emergency Department. Nagendran: Foreign Bodies. 1999; Pp 27-44
5. Edward Y, Fitria H. Trauma pada Tingkap Lonjong akibat Ekstraksi Benda Asing di Liang Telinga. Available from http://repository.unand.ac.id/17151/1/Ruptur_ tingkap_lonjong.pdf . Diakses pada tanggal 1 Desember 2014. 6. Ear Anatomy. Available from www.webmd.com/health. diakses pada 22 November 2014. 7. Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin. Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Dalam Soepardi EA dkk., ed) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher, Edisis Ketujuh. Jakarta : EGC. 2012; 1015. 8. Fornazieri MA, Cutolo D, Moreira JH, et al. Foreign-body in External Auditory Meatus: Evaluation of 462 Cases. Intl. Arch. Otorhinolaryngol., São Paulo – Brazil. 2010;14(1):45-49.
9. Yaroko AA, Irfan M. An Annual Audit of the Ear Foreign Bodies in Hospital Universiti Sains Malaysia. Malaysian Family Physician. 2012;7(1):2-5.
23
10. Mantooth R. Ear Foreign Body Removal in Emergency Medicine. 2013. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/763712-overview pada tanggal 29 November 2014.
11. Heim SW, Maughan KL. Foreign Bodies in the Ear, Nose, and Throat. Am Fam Physicians. 2007;76:1185-9 12. Kwong AO, Provataris JM. 2014. Ear Foreign Body Removal Procedures. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/80507. Diakses pada tanggal 2 Desember 2014. 13. Buccino K, Plantz SH, Talavera F, Taylor JP. 2014. Foreign Body, Ear. Diakses dari www.emedicinehealth.com/foreign_body_ear/. Diakses pada tanggal 2 Desember 2014. 14. Feled C, Smith M, Handler J, Gillam M. 1985. Common Simple Emergencies. Diakses dari www.ncemi.org/cse/cse0305.htm. Diakses pada tanggal 2 Desember 2014. 15. Probost R, Grevers G, Iro H. 2006. Basic Otorhinolaringology. New Stuttgart: Thieme. P.212-13. 16. Snow JB, Ballenger JJ. 2003. Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. Sixteenth Edition. Hamilton, Ontario: BC Decker Inc. P.23435
24
DAFTAR ISI BAB I ...................................................................................... ...................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1 BAB II ................................................. .......................................................................... 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 2 2.1 Anatomi dan Fisiologi telinga ............................................................................. 2 2.1.1 Telinga luar ................................................................................................... 2 2.1.2 Telinga tengah............................................................................................... 3 2.1.3 Telinga dalam ............................................................................................... 4 2.2 Benda Asing Telinga ........................................................................................... 4 2.2.1 Defenisi .................................................. ....................................................... 4 2.2.2 Epidemiologi .................................................. ............................................... 4 2.2.3 Etiopatogenesis ................................................................ ............................. 5 2.2.4 Manifestasi Klinis ................................................... ...................................... 6 2.2.5 Diagnosis ...................................................................................................... 6 2.2.6 Penatalaksanaan ............................................................................................ 7 2.2.7 Komplikasi .................................................................................................. 13 BAB III ....................................................................................................................... 15 LAPORAN KASUS .................................................................................................... 15 3.1 Identitas ......................................................................... .................................... 15 3.2 Anamnesis (aloanamnesis) ................................................................................ 15 3.3 Pemeriksaan .................................................. ..................................................... 15 3.4 Resume ................................................................................... ........................... 20 BAB IV ....................................................................................................................... 22 DISKUSI............................................... ............................................................... 22 DAFTAR PUSTAKA .............................................................. ................................... 23
25