CHAPTER 8 LIABILITY AND EQUITY
PROPRIETARY AND ENTITY THEORY
Sebuah perusahaan memiliki aset adalah salah satu implikasi dari adanya dana yang diberikan oleh pemilik atau pemberi pinjaman (kreditor). Aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan merupakan klaim antara kreditor ataupun pemilik dari perusahaan tersebut. Aset yang diklaim oleh kreditor dikategorikan sebagai utang, sedangkan aset yang diklaim oleh pemilik dikategorikan sebagai modal. Perbedaan kedua hal tersebut adalah kreditor memiliki klaim yang didahulukan dan lebih spesifik terkait jumlah dan waktu pembayaran dibandingkan dengan yang dimiliki oleh pemilik modal. Klaim dari kreditor merupakan sebuah kewajiban bagi perusahaan tersebut. Sedangkan bagi pemilik modal klaim baru akan diakui sebagai kewajiban perusahaan ketika telah dinyatakan ada pemindahan aset secara spesifik kepada pemilik modal, seperti dividend declared sebagai sebuah dividend payable. Dalam akuntansi terdapat dua teori yang mendasari cara pandang konsep akuntansi, prosedur, dan aturan terkait dengan liabilitas dan modal. Kedua teori tersebut adalah proprietory theory dan entity theory.
1.1 Proprietary Theory (Teori Kepemilikan)
Kepemilikan orang (proprietorship) atas perusahaan merupakan jumlah aset perusahaan dikurangi dengan utang perusahaan kepada kreditor. Utang merupakan kewajiban perusahaan yang dapat diklaim oleh pemberi utang, maka besar kepemilikan atas sebuah perusahaan merupakan aset yang telah terbebas dari kewajiban terhadap kreditor. Dapat dituliskan di dalam persamaan sebagai berikut : P=A–L
1
Nilai P merupakan representasi dari kekayaan dari pemilik perusahaan. Seperti yang dikatakan oleh Sprague : Balance sheet merupakan penjumlahan dari elemen-elemen yang membentuk kekayaan pemilik di dalam suatu rentang waktu tertentu. Dengan fokus untuk mengumpulkan kekayaan dalam berbisnis yang juga merupkan peningkatan atas kepemilikan. Akuntansi berdasarkan teori ini diperuntukkan untuk menunjukkan kekayaan dari pemilik bisnis. Aset melambangkan jumlah yang dimiliki oleh pemilik, sedangkan liabilitas merupakan kewajiban dari pemilik terhadap kreditor. Konsep income dari berbisnis merupakan peningkatan dari kekayaan pemilik yang juga dapat diartikan sebagai return bagi pelaku bisnis. Pemilik atau perwakilan dari pemilik di dalam bisnis melakukan keputusan di dalam bisnis yang menghasilkan pendapatan dan pengeluaran. Pendapatan dan pengeluaran di dalam berbisnis merupakan bagian dari akun P. Kedua akun ini sengaja untuk dipisahkan agar dapat melihat keuntungan yang diterima di dalam proses berbinis. Pendapatan meningkatkan kepemilikan, sebaliknya pengeluaran menurunkan kepemilikan. Seperti yang dikatakan oleh Vatter : Pencatatan double entry didasarkan pada ide bahwa pendapatan dan pengeluaran merupakan satu bagian dari kekayaan bersih. Akun yang meningkatkan kekayaan bersih meningkat berdasarkan kredit, sebaliknya akun yang menurunkan kekayaan bersih berdasarkan debit. Pendapatan bersih merupakan peningkatan kekayaan dari pemilik perusahaan dari operasi bisnisnya di dalam rentang waktu tertentu. Pendapatan bersih ini menyatakan segala hal yang meningkatkan kekayaan pemilik. Hal ini didapatkan melalui aktivitas operasi bisnis dan juga perubahan nilai dari aset yang dimiliki. Contohnya ialah ketika menjual kembali sebuah barang yang merupakan invetori, selisih antara harga jual dan harga dasar barang tersebut dan biaya untuk menjualnya diakatakan sebagai peningkatan kekayaan. Contoh lain ialah ketika nilai gedung kantor sebuah perusahaan yang meningkat, hal ini juga dapat dikatakan sebagai peningkatan kekayaan. Tetapi gagasan atas perubahan nilai seperti contoh kedua masih merupakan perdebatan di dalam akuntansi.
2
Dibawah ini merupakan praktek akuntansi masa kini yang didasarkan atas proprietory theory. Dividen tidak dianggap sebagai sebuah pengeluaran melainkan distribusi keuntungan kepada pemilik, tidak mengurangi kekayaan dari pemilik itu sendiri. Sedangkan pajak dan bunga tetap dikatakan sebagai pengeluaran karena mengurangi kekayaan dari pemilik. Gaji untuk pemilik yang juga bekerja untuk perusahaannya sendiri tidak dikategorikan sebagai pengeluaran karena pemilik dan perusahaannya dianggap sebagai sebuah entitas yang sama. Dalam investasi jangka panjang, metode ekuitas mengakui kepemilikan dari perusahaan investor maka bagian keuntungan perusahaan dapat diakui sesuai bagian investor tersebut. Di dalam pelaporan keuangan konsolidasi pencatatan oleh perusahaan induk menggunakan dasr teori ini. Induk seolah memiliki perusahaan anak dan pemegang saham minor dipandang sebagai pihak eksternal yang mengurangi kepemilikan induk. Teori ini tidak membedakan antar aset perusahaan atau aset dari pemilik usaha jadi seluuruh dari profit perusahaan merupakan profit dari pemiliknya juga. Maka dari itu untuk masalah modal finansial dan modal fisik, modal finansial sesuai dengan teori kepemilikan ini. Ketika perusahaan membutuhkan tambahan modal maka uang dari pemiliklah yang digunakan. Modal merupakan dana yang diberikan oleh pemilik untuk perusahaan dan keuntungan yang diinvestasikan ulang di dalam bisnis. Teori ini memiliki beberapa kekurangan. Pertama, teori ini dibentuk ketika bisnis masih berupa perusahaan kecil dengan bentuk usaha pribadi atau kerjasama. Kedua, untuk perusahaan besar, secara hukum, merupakan entitas yang terpisah dari pemilik perusahaan itu sendiri. Perusahaan memiliki modal yang terbatas hanya pada dana yang distorkan, tidak sampai kepada harta pribadi pemilik, hal ini tidak sesuai dengan pandangan teori ini. Aset dan juga liabilitas merupakan kepemilikan dari perusahaan itu sendiri sebagai entitas terpisah. Penarikan aset oleh pemilik juga memerlukan metode yang sah secara hukum melalui dividen, bukan sekedar mengambil aset perusahaan secara langsung. Bagi pemilik, akuntabilitas merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan besar mengingat adanya jarak antar manajemen dan pemegang saham. Di dalam sebuah perusahaan besar akuntabilitas merupakan isu yang besar karena pemegang saham akan sangat bergantung dengan fungsi stewardship dari laporan manajemen, sulit bagi pemegang saham untuk melihat langsung seluruh kinerja perusahaannya. Lain halnya dengan perusahaan kecil, pemilik akan sangat peduli dengan kondisi usahanya tersebut, kontrol akan dilihat sendiri dan
3
fungsi akuntabilitas dari laporan manajemen bukanlah menjadi hal yang penting bagi pemilik usaha.
1.2 Entity Theory (Teori Entitas)
Teori entitas merupakan teori yang dibentuk akibat ketidakmampuan teori sebelumnya dalam menjelaskan status hukum perusahaan yang terpisah dari pemiliknya. Teori ini menyatakan bahwa sebuah perusahaan merupakan perusahaan yang berdirri sendiri dengan identitasnya sendiri. Menurut Martin ada dua asumsi untuk gagasan entitas akuntansi yaitu :
Separation : untuk tujuan akuntansi perusahaan dipisahkan dengan pemiliknya
Viewpoint: prosedur akuntansi dibentuk berdasarkan sudut pandang entitasnya, berdasarkan teori ini ialah perusahaan itu sendiri.
Entitas memanglah bukan sebuah pribadi dan tidak bisa bergerak dengan sendirinya, perlu orang-orang, manajemen, yang menjalankannya. Tetapi menurut Paton tiap perusahaan memiliki sifatnya sendiri. Terlebih jika saham perusahaan telah beredar, hidup atau matinya perushaan bukanlah berantung dari pemegang sahamnya, melainkan dari perusahaan itu sendiri. Entity theory memiliki cara pandang bahwa tujuan dari akuntansi ialah menjalankan fungsi akuntabilitas ataustewardship. Pada mulanya teori ini menyatakan bahwa bisnis dijalankan untuk manfaat sebesar-besarnya kepada pemegang saham. Tetapi pandangan sekarang mulai berubah bahwa perusahaan menjalankan bisnisnya untuk keberlanjutan perusahaan itu sendiri. Perusahaan perlu taat kepada hukum dan berperforma baik untuk menarik lebih banyak dana agar perusahaan dapat terus bertahan dan berkembang. Fokus akun tansi berdasarkan teori ini ialah pada persamaaan antara aset dan modal. Hal ini dikarenakan entitas yang tidak lagi memandang bahwa kekayaan dari pemilik sebagai fokus melainkan berfokus kepada diri perusahaan itu sendiri. Pemegang saham dan kreditor dianggap sebagai pihak luar yang hanya memberika dana untuk entitas dalam menjalankan bisnis. Assets = Equities
Menurut Paton neraca menunjukkan aset, yang menyatakan secara langsung nilai dari entitas, dan ekuitas, yang menyatakan nilai secara tidak langsung tetapi dengan jumlah total
4
yang sama. Aset merupakan kepemilikina dari perusahaan dan liabilitas merupakan kewajiban dari perusahaan bukan lagi dari pemilik perusahaan. Dana yang diinvestasikan dari pemegang saham haruslah juga dicantumkan di dalam neraca yang nantinya memaksa nilai dari aset non-moneter dinilai secara historical cost karena neraca harus seimbang dari sisi debit dan kredit. Sebagai penyumbang dana, pemegang saham pun ingin mengetahui bagaimana kondisi aset yang dibeli dari dana yang diinvestasikan serta bagaimana perubahaan nilainya. Karena sulit bagi investor untuk menilai perubahaan nilai asetnya karena tidak cukup dekat dengan bisnisnya maka akuntabilitas memerlukan penyesuaian yang dilaporkan agar investor tidak salah membuat keputusan. Pendapatan, dalam teori entitas, didefinisikan aliran masuk aset akibat adanya transakasi perusahaan dan pengeluaran terkait dengan biaya aset terkait dan jasa lain yang digunakan oleh perusahaan dalam mengahasilkan pendapatan dalam waktu tertentu. Berdasarkan teori entitas fokus bukan lagi kepadan kekayaan pemilik (P) melainkan kepada aset perusahaan sebagai hal nyata yang dimiliki perusahaan di dalam menjalankan bisnis. Bukan lagi melihat kepada ekuitas atau modal yang lebih abstrak, berupa klaim atas aset, yang timbul secara tidak langsung. Pendapatan menambah aset yang dimiliki perusahaan dan sebaliknya pengeluaran mengurangi aset perusahaan. Maka dari itu akuntansi sebaiknya menjelaskan konsep bahwa pendapatan dan pengeluaran menjelaskan pada perubahan aset yang dimiliki perusahaan bukan perubahan kekayaan dari pemilik perusahaan. Pendapatan bersih adalah milik dari perusahaan, tetapi tercatat sebagai laba ditahan seolah pendapatan tersebut milik dari pemegang saham. Interpretasi awal atas pernyataan ini adalah bahwa pemegang saham memiliki hak klaim atas aset yang dimiliki perusahaan yang besarnya sesuai dengan jumlah aset yang telah dikurangi kewajiban kepada kreditor. Interpretasi atas hal ini kini berubah ke arah bahwa laba ditahan meruapkan modal atau investasi dari perusahaan itu sendiri atas dirinya sendiri. Pembayaran-pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan kepada pihak luar dikategorrikan sebagai pengeluaran termasuk pajak, bunga, dan dividen kepada pemegang saham. Pembayaran tersebut mengurangi modal perusahaan atas dirinya sendiri. Kedua teori ini memiliki pengaruh kepada praktek akuntansi dimasa kini. Seperti teori akuntansi konvensional yang berdasrakan konsep entitas bahwa laporan keuangan merupakan laporan atas perusahaan itu sendiri dan perusahaan merupakan entitas yang
5
terpisah dari pemiliknya. Dan juga teori kepemilikan yang menganggap bahwa dividen bukan sebagai pengeluaran tetapi sebagai distribusi dari keuntungan kepada para pemilik.
LIABILITIES DEFINED
Laporan keuangan menggambarkan efek finansial dari transaksi-transaksi dan peristiwa lainnya dengan mengelompokkan kejadian tersebut dalam beberapa kelas yang luas berdasarkan karakteristik ekonominya. Kelas-kelas luas ini disebut elemen dari laporan keuangan. Liabilities adalah salah satu elemen kunci dalam akuntansi dan termasuk elemen yang secara langsung berhubungan dengan laporan posisi keuangan. Dalam IASB Framework, paragraph 49 (B), liability didefinisikan sebagai berikut: “A liability is a present obligation of the entity arising from past events, the settlement of which is expected to result in an outflow from the entity of resources embodying economic benefits.” Dari definisi di atas, kita bisa mengartikan bahwa liability adalah sebuah elemen akuntansi yang diakui di laporan posisi keuangan dimana diharapkan terjadinya outflow berupa sumber daya dari entitas untuk perwujudan manfaat ekonomi. Outflow dari sember daya ini adalah hasil dari penyelesaian present obligation dan jumlahnya pada saat penyelesaian bisa diukur secara andal. Dalam akuntansi keuangan, liability diartikan sebagai obligasi entitas yang muncul dari transaksi atau kejadian lalu, dimana settlement bisa dilalui melalui transfer aset, penyediaan jasa, ataupun apapun yang bisa memberikan manfaat ekonomi kedepannya. Liability didefinisikan dalam berbagai karakteristik sebagai berikut:
Semua tipe peminjaman baik dari orang maupun bank untuk meningkatkan pendapatan bisnis atau personal yang mana untuk dibayar dalam waktu dekat ataupun lama.
Tanggung jawab kepada orang lain yang membutuhkan penyelesaian dengan cara transfer aset, penyediaan jasa, ataupun apapun yang bisa memberikan manfaat ekonomi kedepannya; dalam waktu yang telah ditentukan.
Tanggung jawab yang mewajibkan suatu entitas kepada pihak lain, yang membuat hanya ada sedikit atau bahkan tak ada keleluasaan untuk menghindari settlement.
6
Transaksi atau peristiwa yang telah terjadi sebelumnya yang membuat entitas memiliki kewajiban.
2.1 Present Obligation Definisi dari IASB Framework menyatakan bahwa liabilities diharapkan dapat menyebabkan terjadinya outflow dari manfaat ekonomi. Definisi ini berfokus pada future event, dalam artian, pengorbanan sebenarnya belum dilakukan. Pertimbangan yang mendasari hal ini adalah bahwa obligasi telah ada dalam hubungannya pengorbanan di masa depan. Sebagai contoh, utang dagang adalah current obligation, yang muncul dari provisi jasa pihak lain. Dalam paragraph 62 di IASB Framework, diakui bahwa settlement dari obligasi bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti pembayaran kas, transfer aset selain kas, provisi jasa, penggantian obligasi dengan obligasi lain, konversi obligasi menjadi ekuitas, atau kreditor melepaskan obligasi yang bersangkutan. Dalam berbagai metode penyelesaian obligasi, hanya dua cara yang disebutkan di awal yang tentunya terlibat terhadap outflow aset. Sebagai contoh, utang dagang akan diselesaikan oleh pembayaran kas (outflow aset), sedangkan kewajiban untuk unearned revenue (pendapatan dibayar di awal) akan diselesaikan dengan provisi barang atau jasa.
2.2 Past Transaction Syarat suatu obligasi merupakan hasil dari peristiwa lalu adalah harus dipastikan bahwa hanya present liabilities yang dicatat, bukan untuk peristiwa masa depan. Namun, kondisi dari peristiwa lalu sulit untuk diinterpretasikan. Menentukan past event yang dapat diterima sangatlah penting dalam menentukan apakah terdapat obligasi, sebelum berpindah ke tahap selanjutnya. Ketika suatu perusahaan memesan persediaan kepada pemasok, peraturan kini menentukan bahwa tidak ada obligasi sampai suatu barang telah diterima. Oleh karena itu, past event dalam konteks ini adalah saat penerimaan barang, bukan ketika melakukan pemesanan. Executory contract adalah hal yang tepat dalam interpretasi terkait past event. Executory contract adalah kontrak yang belum sepenuhnya dijalankan. Dalam kata lain, executory contract
7
adalah sebuah kontrak ketika kedua pihak masih memiliki pelaksanaan dan kepentingan yang tersisa. Kontrak yang telah sepenuhnya dijalani satu pihak tapi belum dipenuhi untuk pihak yang lain diklasifikasikan sebagai executory contract. Pertanyaannya adalah apakah menandatangani kontrak akan membentuk liability? Sebagai contoh, apakah obligasi pembelian tanpa syarat adalah liability? Melihat situasi dimana pembeli menyetujui untuk membayar jumlah tertentu secara periodik atas suatu produk dan jasa, dan pembayaran akan dilakukan tanpa melihat apakah pembeli menerima produknya, maka pembeli diwajibkan untuk melakukan pembayaran periodik walaupun jasa yang diberikan tidak sesuai secara kuantitas. Dalam tahapan ini, terdapat persetujuan diantara dua pihak, dimana tidak dijalankan oleh keduanya. Dalam kasus ini, obligasi untuk mengorbankan manfaat ekonomi di masa depan (dengan membayar kas) kepada pihak lain terbentuk ketika penandatanganan kontrak. Oleh karena itu, obligasi pembelian tanpa syarat merupakan liability, yang muncul dari peristiwa lalu ketika penandatanganan kontrak. Obligasi tetap terbentuk walaupun tidak dijalankan dengan sesuai. 2.3 Liability Recognition Ketika definisi kewajiban telah dikeahui, maka seorang akuntan memerlukan suatu aturan mengenai pengakuan kewajiban. Jenis aturan di masa lalu yang digunakan untuk mengakui kewajiban hampir sama dengan aturan untuk mengakui aset, yaitu: Ketergantungan terhadap peraturan Penetapan substansi ekonomi dari suatu peristiwa Kemampuan untuk mengukur nilai suatu kewajiban Penggunaan prinsip konservatif Meskipun keadilan dan kewajiban konstruktif memenuhi definisi dari kewajiban, namun sedbagian besar kewajiban ditentukan menggunakan dasar apakah terdapat tuntutan hukum terhadap entitas untuk memenuhi kewajiban tersebut. Sebagai contoh, kewajiban untuk memperbaiki operasi pertambangan merupakan kewajiban legal dan jika hukum telah mewajibkan hal tersebut, maka kewajiban perbaikan operasi pertambangan maka hal tersebut bisa dianggap sebagai suatu keadilan.
8
Kriteria kedua yang perlu dipertimbangkan dalam substansi ekonomi suatu transaksi. Sebagai contoh adalah akuntansi untuk transaksi wesel yang bersifat covertable seperti hybrid security. Misalkan, perusahaan meminjam $10,000 dari bank dan akan membayarnya degan meberikan 1,000 lembar saham biasanya. Secara esensial itu adalah converting notes namun juga memiliki unsur kewajiban. Converting notes merupak instrumen yang harus membayarkan bunga sampai wesel tersbut diubah menjadi saham biasa. Apakah kita harus mengakuinya sebagai kewajiban hingga diubah menjadi ekuitas, ketika telah tidak ada aliran dana keluar? Dan hal tersebut harus dilakukan karena jikagagal mencatat kewajiban tersebut hingga diubah menjadi ekuitas, maka akan menyebabkan kegagalan dalam pencatatan substansi ekonomi. Kriteria ketiga berkaitan dengan menentukan nilai suatu kewajiban. Untuk beberapa jenis kewajiban, nilainya ditentukan melalui harga kontrak, misalnya sejumlah uang yang harus dibayarkan untuk jasa atau barang yang diterima. Sedangkan untuk keuantungan pegawai, jumlah nominal yang dibayarkan kepada karyawan akan mengurangi kewajiban perusahaan. Di sis lain, terkadang jumlah nominla suatu kewajiban tidak mencerminkan nilai dari kewajiban itu sendiri, misalnya ketika kewajiban itu memiliki jangka waktu lebih dari satu bulan maka nilai dari kewajiban itu harus memperhitungkan arus kas keluar di masa yang akan datang dengan melakukan PV dari arus kas di masa yang akan tersebut. Selain itu, seorang akuntan juga harus menggunakan pendekatan konservatif untuk pengakuan aset dan kewajiban. Akuntan biasanya terlebih dahulu mengakui kewajiban dibandingkan aset. Hal tersebut dikarenakan akan lebih aman jika nilai aset yang diakui lebih rendah daripada nilai sebenarnya dibandingkan mengakui nilai kewajiban lebih rendah dibandingkan sebenarnya. Namun terdapat permasalhan besar terhadap pengambilan keputusan perusahaan ketika menggunakan pendekatan konservatif. Pembuat keputusan memrlukan infromasi yang netral atau tidak bias ketika mengambil keputusan. Jika informasi ini mengalami bias dikarenakan perusahan hanya ingin mengambil sebagian gambaran perusahaan melalui laporan keuangan maka pengambil keputusan akan mengalami kebingungan dalam mengambil keputusan yang tepat. Sehingga keputusan tersebut tidak akan efektif lagi.
9
2.4 IASB Framework IASB Framework memberikan arahan mengenai pengakuan elemen dalam neraca dan laporan laba rugi. Suatu item dapat memenuhi definisi pengakuan suatu elemen jika: a. Item tersebut memiliki kemungkinan memberikan keuntungan ekonomi yang mengalir ke dalam atau keluar entitas. b. Item tersebut dapat dinilai dengan handal (reliable). Pada paragraf 91 terdapat arahan khusus yang menyatakan suatu item dapat diakui sebgai kewajiban jika item tersebut mungkin mengeluarkan keuntungan ekonomi dari entitas dan dapat diukur secara handal nilainya. Pengukuran yang handal adalah pengukuran yang bebas dari materialitas dan kesalahan, serta benar-benar menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Suatu kewajiban tidak bisa disebut kewajiban jika tidak dapat diukur secara handal. Sebagai contoh adalah tuntuan hukum. Jika tuntutan hukum tersebut tidak dapat dinilai secara handal maka tuntutan hukum tersebut tidak bisa dianggap sebagai kewajiban. Beberapa orang memandang bahwa pengukuran yang handal merupakan pengukuran yang memperkuat, yaitu pengukuran kewajiban bisa dihubungkan dengan bukti objektif seperti harga pasar dan kontrak. Namun, dalam banyak kasus akuntan memberikan penilaian terbaik mereka untuk mengukur kewajiban. Sebagai contoh klaim garansi. Akuntan akan menggunakan data masa lalu yang relevan (tingkat klaim periode sebelumnya) dan informasi prediktif (tingkat penjualan) untuk mengestimasi kewajiban. Jika estimasi tersebut handal maka informasi tersbut akan relevan untuk pengguna informasi keuangan.
10
LIABILITY MEASUREMENT Framework memberikan sedikit panduan tentang bagaimana menghitung kewajiban yang memenuhi definisi dan kriteria pengakuan. Dalam IFRS, metode perhitungan untuk liabilities yang sering digunakan adalah historical cost (atau modified historical cost). Dalam kaitannya dengan IAS 17 Leases, IAS 39 Recognition and Measurement of Financial Instruments, IFRS 2 Share-based Payment and IFRS 3 Business Combinations, penghitungan „Fair Value‟ digunakan untuk awal pengukuran dari transaksi yang melibatkan liabilities. Konsep tersebut dijelaskan dalam standar seperti IAS 17 (paragraf 4): “The amount for which an asset could be exchange or a liability settled between knowledgeable, willing parties in an arm’s length transaction.” Di dalam IAS 17 (paragraf 20) juga dikatakan bahwa liability yang muncul dalam pembayaran sewa diakui diawal berdasarkan fair value sewa atau present value dari pembayaran sewa minimum jika lebih rendah. Sedangkan di dalam IAS 17 (paragraf 25) dikatakan bahwa saldo kewajiban berdasarkan metode suku bunga efektif amortisasi. Tabel berikut menunjukan variasi dalam metode perhitungan yang dipakai dalam IFRS untuk metode perhitungan liability secara berkelanjutan. Subsequent measurement of liabilities in IFRS consolidated financial statements Usual measurement basis Fair value option* allowed by IFRS and adopted in practice Non-current liabilities Long-term borrowing
Amortised cost
No
Finance lease obligation
Amortised cost
No
Defined
benefit
post Present value of expected No
employment obligation
payments less fair value of
11
plan assets Deffered tax
Expected payments
No
Long-term provision
Present value of expected No payments
Current liabilities Trade payables
Amortised cost
No
Derivatives
Fair value
-
Short-term borrowings
Amortised cost
No
Current portion of long- Amortised cost
No
term borrowing Other financial liabilities
Amortised cost
Yes
Current tax payable
Expected payments
No
Short-term provisions
Expected payments
No
Di dalam IAS 19/AASB 119 Employee Benefit dan IAS 37/AASB 137 Provision, Contingent Liabilities and Contingent Assets dikatakan bahwa perhitungan fair value diperlukan setelah akuisisi adalah kewajiban pasca-kerja, seperti pensiun dan provision jangka panjang.
3. 1 Employee Benefits – Pension (Superannuation) Plans
12
Penyedia kerja melakukan pembayaran dana pensiun yang merupakan aktiva yang ditahan untuk pendanaan tenaga kerja mereka ketika sudah pensiun. Dua jenis rencana pensiun: 1.
Contributory (penyedia kerja dan tenaga kerja berkontribusi dalam pendanaan)
2.
Non-contributory (penyedia kerja yang berkontribusi dalam pendanaan)
Perbedaan antara Benefit Fund dengan Contribution (or accumulated benefit) Fund: 1.
Benefit Fund: jumlah yang dibayarkan kepada tenaga kerja paling sedikit sebagian dari gaji terakhir atau rata-rata dari tenaga kerja.
2.
Contribution Fund: jumlah yang dibayarkan sebesar jumlah kontribusi yang berikan dalam pendanaan.
Tiga jenis pendanaan pensiun: 1. Fully Funded: kas atau investasi yang cukup untuk memenuhi kewajiban pendanaan 2. Partially Funded: kas atau investasi hanya memenuhi sebagian dari kewajiban pendanaan 3. Unfunded: tidak mempunyai kas atau investasi untuk menutupi pembayaran sesuai rencana pensiun Ketika obligasi yang direncanakan sudah jatuh tempo dan pendanaan tidak cukup untuk memenuhi obligasi tersebut dapat dikatakan bahwa rencana pension tersebut underfunded. Dana pension adalah enititas yang legal yang terpisah dari perusahaan penyedia kerja.Sebuah rencana pensiun yang „unfunded‟ bukan menjadi kewajiban dari penyedia kerja untuk membayarnya. Tetapi, pernyataan tersebut bisa diargumentasi bahwa perusahaan memiliki equitable obligation untuk memenuhi unfunded commitments yang berarti perusahaan memiliki liability.Whittred, Zimmer, dan Taylor memberikan contoh sebuah perusahaan lalai dalam pendanaan pensiun dan sebagai konsekuensinya, perusahaan tersebut kehilangan reputasi di pasar tenaga kerja dan pasar lainnya, sehingga menimbulkan suatu pengorbanan manfaat ekonomi.
13
Dalam Framework dan IAS 37/ AASB 137 dikatakan bahwa sulit untuk menyatakan bahwa hal tersebut bukan merupakan kewajiban. Isu lain yang berkaitan dengan waktu pengakuan kewajiban untuk pembayaran pensiun, yaitu: 1.
Sudah atau belumnya karyawan telah memberikan jasa kepada perusahaan. Gagasan dari kompensasi adalah pembayaran tersebut merupakan bentuk kompensasi yang diterima oleh karyawan pada setelah pemberian jasa. Namun kompensasi dibayarkan di masa depan, setelah karyawan pensiun.
2.
Ketidakjelasan mengenai waktu pensiun karyawan.
3.
Kapan pendanaan dibutuhkan untuk memberikan pembayaran di bawah rencana pensiun?
3.2 Provision and Contingencies Provisions dan contingencies terjadi ketika terdapat garis yang tidak jelas antara present dan future obligations. IAS 37/AASB 137 Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets mengakui terjadinya overlap atas definisi di paragraph 12, ketika dinyatakan bahwa semua provisions adalah contingent karena provisions tidak menentu dalam pemilihan waktu dan jumlah. Terdapat pemisahan tergantung tingkat besar pada sifat dari „past event‟. IAS 37/AASB 137 paragraf 10 menyatakan contingent liability sebagai: (a) sebuah possible obligation yang muncul dari past events dan yang keberadaannya akan dikonfirmasi hanya dengan occurance atau non-occurance dari satu atau lebih ketidakpastian future events tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas. (b)
Sebuah present obligation yang muncul dari past events tetapi tidak diakui karena: (i)
Hal tersebut tidak mungkin terjadi bahwa mengalirnya sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban; atau
(ii)
jumlah dari obligasi tidak bisa dihitung dengan keahlian yang cukup
IAS 37/AASB 137 paragraf 14 mengatakan bahwa kriteria pengakuan untuk provisions konsisten dengan kriteria framework untuk pengakuan dari kewajiban.
14
IAS 37/AASB 137 paragraf 27 menyatakan secara kategoris bahwa contingent liabilities tidak diakui di dalam financial statements. Efek dari IAS 37 adalah untuk membatasi penggunaan provisions. Tetapi, liability tidak bisa diakui di bawah IAS 37 hingga terjadinya suatu peristiwa yang memerlukan pengorbanan aset oleh reporting entity. Karena tidak ada obligasi yang ada untuk pihak eksternal, seperti provisions tidak akan diizinkan dalam framework atau current standards. IAS 37 (paragraf 86) menyatakan bahwa dalam keadaan tertentu, catatan ke rekening diperlukan karena informasi mengenai kewajiban sangat relevan untuk pengguna laporan keuangan dalam membuat dan mengevaluasi keputusan tentang pengalokasian sumber daya yang langka.
3.3 Owner’s Equity Owner‟s equity adalah konsep dasar akuntansi ketiga yang diperoleh dalam persamaan akuntansi. Owner‟s equity mewakili aktiva bersih. Berikut ini merupakan persamaan akuntansi dari owner‟s equity: (P=A–L) Owner‟s equity mewakili entitas dari aktiva bersih yang dimiliki oleh pemilik tanpa ada obligasi yang harus dibayar dan mencerminkan bunga atau modal yang dimiliki pemilik di perusahaan. Framework menjelaskan ekuitas di paragraf 49 (c): “Equity is the residual interest in the assets of the entity after deducting all its liabilities.” Oleh karena hal tersebut, owner‟s equity bukan sebuah obliges iuntuk perpindahan asset melainkan pengakuan atas residual yang tidak bisa ditentukan secara terpisah antara asset dan liability. Pertanyaan mendasar dalam mengetahui jumlah ekuitas adalah apakah sebuah item merupakan liability atau ekuitas dari entitas tersebut.
15
Dua fitur penting yang membantu membedakan liability dan owner‟s equity: 1.
Hak dari pihak yang bersangkutan
2.
Substansi ekonomi dari peraturan yang ada
3.4 Rights of The Parties Hak-hak yang dimiliki oleh kreditor dan pemilik, didapatkan karena hukum atau peraturan perusahaan terkait. Secara sah, kreditor memiliki klaim terhadap pemilik dalam kepemilikan
tunggal atau persekutuan, sedangkan dalam perusahaan, kreditor memiliki klaim terhadap perusahaan. Bagaimanapun, dalam teori akuntansi, tidak peduli bagaimana bentuk hukum sebuah organisasi, entitas diakui sebagai unit akuntabilitas. Oleh karena itu, kreditor memiliki klaim terhadap entitas dan juga asetnya. Berikut ini merupakan hak-hak yang dimiliki oleh kreditor: -
Penyelesaian atas klaim kreditor dengan jangka waktu yang telah ditentukan, melalui transfer aset (barang atau jasa).
-
Penyelesaian klaim kreditor merupakan prioritas utama dibandingkan hak-hak pemilik, jika terjadi likuidasi.
Harus diingat bahwa klaim yang dimiliki kreditor itu terbatas untuk jumlah tertentu (yang mungkin berbeda-beda, sesuai dengan terms of agreement). Sebaliknya, pemilik „hanya memiliki residual interest’, meskipun dengan pengaturan kontral yang berbeda, pemilik dapat memiliki prioritas yang berbeda dalam pengembalian modal (the return of the capital). Aspek lain yang membedakan hak antara kreditor dan pemilik adalah hak atas penggunaan aset atau pengoperasian perusahaan. Kreditor tidak memiliki hak atas penggunaan aset perusahaan selain yang ditentukan dalam kontrak. Selain itu kreditor juga tidak memiliki hak dalam proses pengambilan keputusan bisnis, kecuali dengan secara tidak langsung dalam beberapa kasus. Contohnya kreditor dapat mempengaruhi perusahaan dengan membatasi retained earnings, atau sejumlah aset tertentu tidak dapat dijual sebelum mendapatkan persetujuan dari kreditor. Di sisi lain, pemilik mempunyai hak atau otoritas untuk menjalankan perusahaan.
16
3.5 Economic Substance Liabilities dan owner’s equity melambangkan klaim terhadap entitas. Semua klaim terhadap entitas memiliki resiko kerugian, namun resiko kerugian kreditor sedikit lebih rendah dibandingkan resiko kerugian pemilik. Pemilik harus menanggung kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan. Perbedaan utama antara kreditor dan pemilik ialah, kreditor memiliki hak atas settlement, sedangkan pemilik memiliki hak atas pembagian profit. Perbedaan tersebut mencerminkan resiko ekonomi dan timbal balik dari kedua jenis klaim: kreditor menanggung resiko yang lebih rendah dan mendapatkan timbal balik dengan pengembalian yang relatif tetap (fixed return), sedangkan pemilik menanggung resiko yang lebih tinggi dan dengan demikian mendapatkan timbale balik dengan pengembalian (lebih sering meningkat) melalui partisipasi mereka dalam pembagian keuntungan. Figur berikut ini menjelaskan hubungan antara substansi ekonomi (economic substance) dengan hak-hak (rights) yang dimiliki oleh kreditor dan pemilik. Rights
Economic Substance
Interest and Settlement/
Risk and Return
Participation in profits Use of asets
Control
Pemilik atau wakilnya (agent) memiliki kendali atas akuisisi, komposisi, penggunaan dan disposisi aset perusahaan. Mereka memiliki kendali atas pengoperasian dan bertanggung jawab dalam menjalankan perusahaan serta keberlangsungan dan profitabilitasnya. Pada umumnya, pemilik menyerahkan hampir seluruh tanggung jawab dan kendali tersebut kepada direktur dan manajer (agent). Bagaimanapun, konsep ini memiliki kelemahan. Pengakuan atas owner’s equity menggunakan teori proprietary, yang tidak cocok ketika diterapkan kepada perusahaan besar.
17
3.6 Concept of Capital Akuntansi untuk ekuitas pemegang saham dipengaruhi oleh ketentuan hukum. Sebagai contoh, hukum bisnis Inggris dan Australia memuat undang-undang mengenai akuntansi untuk modal. Konsep yang paling krusial adalah ketentuan mengenai capital maintenance, yaitu perusahaan dituntut untuk mempertahankan keutuhan modal dasarnya. Framework mengakui bahwa perusahaan mempertahankan keutuhan modal dasarnya atau tidak, merupakan sebuah fungsi, bukan hanya sebagai definisi ekuitas sebagai hak residu suatu entitas, melainkan juga concept of capital. Modal dapat dikonseptualisasi sebagai”the invested money”, “invested purchasing power” atau kapasitas produktivitas sebuah entitas. Modal dapat diukur dalam nominal mata uang, atau skala daya beli (sesungguhnya). Framework tidak memberikan arahan mengenai model mana yang paling sesuai, namun dijelaskan di paragraph 108 dan 109 bahwa perusahaan harus mempertahankan jumlah yang berbeda atas sumber dayanya untuk mempertahankan konsep dan pengukuran modal yang berbeda. Tujuan lain dari capital maintenance adalah melindungi kreditor dengan menyediakan „bantalan‟ atau „penyangga‟. Sebagai contoh, misalkan perusahaan A memiliki modal sebesar Rp 100.000.000. Jika total aset sebesar Rp 1.000.000.000, maka besarnya kewajiban sebesar Rp 900.000.000. Berikut ini adalah penghitungannya: Aset = Kewajiban + Modal Rp 1.000.000.000 = Rp 900.000.000 + Rp 100.000.000
Jika perusahaan A harus mengalami likuidasi dan aset perusahaan hanya dinilai sebesar Rp 800.000.000, perusahaan A masih mampu untuk membayar kewajibannya kepada kreditor. Hal ini dikarenakan perusahaan A masih memiliki modal sebesar Rp 100.000.000. Tanpa modal tersebut, kreditor tidak akan mendapatkan bayarannya secara penuh dari perusahaan A. Modal memang bukanlah sebuah jaminan dalam perlindungan kreditor, namun membantu memberikan sedikit „rasa aman‟ kepada kreditor.
18
3.7 Classifications Within Owner’s Equity Pemisahan antara contributed dan earned capital ternyata berguna bagi para akuntan. Contributed capital merupakan modal yang diserahkan secara langsung oleh pemilik untuk keberlangsungan perusahaan (invested), sedangkan earned capital adalah modal yang berasal dari profit, didapatkan oleh perusahaan seiring dengan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan (reinvested). Logikanya adalah memisahkan modal yang telah diinventasikan secara langsung dengan modal yang diinvestasikan kembali. Contributed capital itu untuk financing transactions. Retained earnings, atau unnappropriated profit
meningkatkan earned capital. Namun,
demarkasi antara contributed dan earned capital tidak bisa dipisahkan secara tegas dikarenakan tidak ada transaksi yang benar-benar sesuai atas dua kategori tersebut. Sebagai contoh, dividen (yang telah dibayarkan) mencerminkan bahwa ada perubahan klasifikasi dari earned menjadi contributed capital.
19
CHALLENGES FOR STANDARD SETTERS
IASB saat ini memiliki beberapa proyek yang dapat mempengaruhi definisi, pengakuan dan pengukuran kewajiban, kerangka konseptual, instrumen keuangan, ketentuan serta hak-hak karyawan. Contohnya IAS 37 tentang Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets dan IAS 19 Employee Benefits sebagai bagian dari kewajiban. Tujuan dari proyek ini (IAS 37 & IAS 19) adalah untuk menyatukan standar IASB dengan US GAAP dan untuk meningkatkan standar saat ini dalam kaitannya dengan identifikasi dan pengakuan kewajiban. Untuk mengilustrasikan tantangan yang di hadapi para pembuat standar, kita akan mendiskusikan tiga topik utama yang sesuai dengan chapter ini.
4.1 Debt vs Equity Distinction Sesuai dengan kriteria definisi dan pengakuan yang telah kita bahas di chapter ini, saham yang telah di terbitkan kepada investor termasuk bagian dari equity sedangkan pinjaman dari kreditor di klasifikasikan sebagai liabilities. Lalu bagaimana dengan akun yang memiliki hybrid instrument? Contohnya, saham preference yang dianggap sebagai bagian dari modal dan diklasifikasi sebagai equity. Namun, saham preference juga memiliki karateristik yang sesuai dengan liabilities yakni: -
Memiliki penerimaan yang tetap
-
Tidak memiliki partisipasi dalam pembagian dividen lebih kearah specified rate
-
Memiliki prioritas lebih utama dibandingkan dengan saham biasa dalam pengembalian modal
-
Pada umumnya tidak memiliki hak voting.
Meskipun saham preference di klasifikasikan sebagai equity namun saham preference juga memiliki definisi dari liabilities.
IAS 32/AASB 132 paragraf 18 mengatakan :
20
“The substance of financial instrument, rather than its legal form, governs the classification... substance and legal form are commonly consistent, but not always. Some financial instrument take the legal form of equity but are liabilities in substance and other may combine features associated with equity but are liabilities in substance and other may combine features associated with equity instrument and features associated with financial liabilities.” Jadi IAS 32/AAS 132 mengatakan bahwa saham preference yang memberikan penerimaan tetap atau yang telah ditentukan untuk masa mendatang dikategorikan sebagai financial liabilities. Sebuah instrumen keuangan yang memberikan hak kepada pemegang instrumen untuk dikembalikan dan diganti dengan cash atau financial asset lainya di kategorikan sebagai financial liabilities.
4.2 Extinguish Debt Hutang dapat di selesaikan dengan cara membayar lunas atau memberikan jasa kepada kreditur. Namun bila debitur tidak mampu melunasi hutangnya, kreditur dapat menghapuskan hutang debitor. IAS 32/ AASB 132 membahas hal ini. Hal ini memungkinkan debitor untuk menghapus hutang dari neraca dan melaporkan aset financial bersih atau hutang hanya jika entitas tersebut di perbolehkan secara hukum. 4.3 Employee Shares Para akuntan berdebat apakah pembayaran karyawan dalam bentuk gaji dimasukan kedalam beban atau tidak. Isu lainya adalah pemberian upah karyawan dalam bentuk saham perusahaan dikategorika ke dalam liabilities atau equity. Bila termasuk ke dalam liabilities, economic benefit apa yang akan dikorbankan?
Mereka yang berargumen employee shares
menciptakan expense dan liabilities berpendapat para karyawan mendapatkan sesuatu yang bernilai, oleh karenanya ada cost oleh perusahaan. Cost inilah yang dianggap beban. Dan liabilities ada sampai di lunasi dengan hutang dan ekuitas bertambah. Bagi mereka yang berpendapat Employee shares tidak menciptakan “expense” mereka beranggapan employee shares tidak lebih menciptakan additional shares. Sebaliknya para shareholder lah yang mengalami penurunan nilai saham.
21
ASB telah memutuskan untuk memperlakukan imbalan dalam bentuk saham kedalam beban.IFRS 2/AASB 2 ,pembayaran dalam bentuk saham dibedakan menjadi dua cash settled dan equity settled. IFRS2/AASB 2 juga mengarahkan perlakuan yang berbeda untuk “Fair value” yang berhubungan dengan cash settled dan equity settled. Nilai wajar dari equity settled di tetapkan pada tanggal pemberian sedangkan perubahan berikutnya di abaikan. Sedangkan untuk cash settled di adjust tiap periode.
4.4 Issue for Auditor Lengkapnya liabilities yang diakui, pengungkapan note dan obligasi lainya merupakan salah satu isu yang di hadapi para auditor. Mereka wajib mengumpulkan bukti bahwa account payable, accrual, and other liabilities disajikan secara benar. Auditor perlu mempertimbangkan kemungkinan terjadinya penyimpangan waktu, dimana liability yang ada sebelum akhir periode tidak dicatat oleh entitas sampai dimulainya periode baru. Dengan uji cut off para auditor dapat mengumpulkan bukti bahwa transaksi dicatat dalam perode yang tepat. Pengenalan IFRS2/AASB berbasis pembayaran shares meningkatkan paduan otoritas untuk auditor saaat menilai kewajaran dari nilai fair value yang di berikan. Standar menyatakan bahwa fair value dapat ditentukan baik oleh nilai saham yang diberikan atau dengan nilai barang/jasa yang diterima.
22