Contoh Kasus Malpraktik Dalam Kesehatan
1.
Kasus Malpraktik dalam bidang Orthopedy Gas Medik yang Tertukar
Seorang pasien menjalani suatu pembedahan di sebuah kamar operasi. Sebagaimana layaknya, sebelu seb elum m pem pembeda bedahan han dil dilaku akukan kan ana anaste stesi si ter terleb lebii dahu dahulu. lu. Pem Pembius biusan an dil dilakuk akukan an ole oleh h dok dokter ter anas an aste tesi si,,
seda se dang ngka kan n
oper op eras asii
dipi di pim mpi pin n
oleh ol eh
dokt do kter er
ahli ah li
beda be dah h
tula tu lang ng
(ort (o rtho hope pedy dy). ).
Operasi berjalan lanar. !amun, tiba"tiba sang pasien mengalami kesulitan berna#as. $ahkan setela set elah h oper operasi asi sel selesa esaii dil dilakuk akukan, an, pas pasien ien tet tetap ap men mengal galami ami gan ganggua gguan n per pernapa napasan san hin hingga gga tak sadarkan sadar kan diri. %kibatny %kibatnya, a, ia harus dira&at terus menerus di pera&atan intensi# dengan bantuan mesin mesi n pernapa pernapasan san ('ent ('entilato ilator). r). e entu ntu kejadi kejadian an ini sangat mengherankan. mengherankan. Pasal Pasalnya, nya, sebel sebelum um dilaku kuk kan
operasi,
pasien
dal alam am
keada daaan
baik,
keua ualli
masalah
tulan ang gnny nyaa.
sut punya usut, ternyata kedapatan bah&a ada kekeliruan dalam pemasangan gas anastesi (!*O) yang dipasang pada mesin anastesi. +arusnya gas !*O, ternyata yang diberikan gas CO*. Pada Pa daha hall ga gass CO CO* * di dipa paka kaii un untu tuk k op oper eras asii ka kata tara rak. k. Pe Pemb mber eria ian n CO CO* * pa pada da pa pasi sien en te tent ntu u mengakibatkan mengaki batkan terte tertekannya kannya pusat pusat"pusat "pusat pernapasan sehin sehingga gga prose prosess oksige oksigenasi nasi menja menjadi di sangat tergan ter ganggu ggu,, pas pasien ien jadi tid tidak ak sad sadar ar dan akh akhirn irnya ya men mening inggal gal.. ni seb sebuah uah #ak #akta ta peny penyimp impanga angan n sederhana namun berakibat #atal. Dengan kata lain ada sebuah kegagalan dalam proses penetapan gas anastesi. Dan ternyata, di rumah sakit tersebut tidak ada standar"standar pengamanan pemakaian gas yang dipasang di mesin mes in ana anaste stesi. si. Pad Padaha ahall seh seharu arusny snyaa ada sta standar ndar,, sia siapa pa yan yang g har harus us mem memasa asang, ng, bag bagaim aimana ana aranya, bagaimana monitoringnya, dan lain sebagainya. dealnya dan sudah menjadi keharusan bah&a perlu ada sebuah standar yang tertulis (misalnya &arna tabung gas yang berbeda), jelas, dengan #ormulir yang memuat berbagai prosedur tiap kali harus ditandai dan ditandatangani. Seandainya prosedur ini ada, tentu tidak akan ada, atau keil kemungkinan terjadi kekeliruan. Dan kalaupun terjadi akan epat diketahui siapa yang bertanggung ja&ab. Tinjauan Kasus
Ditinjau dari Sudut Pandang +ukum a.
Tinjauan Malpraktik Pidana dan Sanksi Hukumnya
Kasus tersebut merupakan bentuk malpraktik pidana sebab telah melanggar beberapa aturan dalam K+P untuk kelalaian yang berlaku bagi setiap orang, yang diatur dalam Pasal -/, -01, dan -02 K+P Dalam Kitab"ndang"undang +ukum Pidana (K+P) kelalaian yang mengakibatkan elaka atau ata u bah bahkan kan hil hilang angnya nya nya& nya&aa ora orang ng lai lain. n. Pas Pasal al -/, mis misalny alnyaa meny menyebut ebutkan, kan, 3$a 3$aran rangsi gsiapa apa
karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain, dianam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun4. Sedangkan kelalaian yang mengakibatkan teranamnya keselamatan ji&a seseorang dapat dianam dengan sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal -01 Kitab"ndang"ndang +ukum Pidana (K+P)5 (2) 6$arang siapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain mendapat luka"luka berat, dianam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun7. (*) $arangsiapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka"luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau penaharian selama &aktu tertentu, dianam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau kurungan paling lama
enam
bulan
atau
denda
paling
tinggi
tiga
ratus
rupiah.
Pemberatan sanksi pidana juga dapat diberikan terhadap dokter yang terbukti melakukan malpraktik, sebagaimana Pasal -02 Kitab"ndang"ndang +ukum Pidana (K+P), 38ika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan suatu jabatan atau penarian, maka pidana ditambah dengan sepertiga dan yang bersalah dapat diabut hak untuk menjalankan penarian dalam mana dilakukan kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya putusannya diumumkan.4 !amun, apabila kelalaian dokter tersebut terbukti merupakan malpraktik yang mengakibatkan teranamnya keselamatan ji&a dan atau hilangnya nya&a orang lain maka penabutan hak menjalankan penaharian (penabutan i9in praktik) dapat dilakukan. 8ika perbuatan malpraktik yang dilakukan dokter terbukti dilakukan dengan unsur kesengajaan (dolus) dan ataupun kelalaian (ulpa) seperti dalam kasus malpraktek dalam bidang orthopedy tersebut, maka adalah hal yang sangat pantas jika dokter yang bersangkutan dikenakan sanksi pidana karena dengan unsur kesengajaan ataupun kelalaian telah melakukan perbuatan mela&an hukum yaitu menghilangkan nya&a seseorang. Perbuatan tersebut telah nyata"nyata menoreng kehormatan dokter sebagai suatu pro#esi yang mulia. Pekerjaan pro#esi bagi setiap kalangan terutama dokter tampaknya harus sangat berhati"hati untuk mengambil tindakan dan keputusan dalam menjalankan tugas"tugasnya karena sebagaimana yang telah diuraikan di atas. uduhan malpraktik bukan hanya ditujukan terhadap tindakan kesengajaan (dolus) saja.etapi juga akibat kelalaian (ulpa) dalam menggunakan keahlian, sehingga mengakibatkan kerugian, menelakakan, atau bahkan hilangnya nya&a orang lain. Selanjutnya, jika kelalaian dokter tersebut terbukti merupakan tindakan medik yang tidak memenuhi SOP yang la9im dipakai, melanggar ndang"undang !o. *- ahun 2//* tentang Kesehatan, maka dokter tersebut dapat terjerat tuduhan malpraktik dengan sanksi pidana. b.
Tinjauan Malpraktik Perdata dan sanksi Hukumnya
Kasus di atas juga dapat dikategorikan sebagai malpraktik perdata ketikaSeorang dokter orthopedy yang telah terbukti melakukan kelalaian sehingga pasiennya menderita luka atau mati. indakan malpraktik tersebut juga dapat berimplikasi pada gugatan perdata oleh seseorang (pasien) terhadap dokter yang dengan sengaja (dolus) telah menimbulkan kerugian kepada pihak korban, sehingga me&ajibkan pihak yang menimbulkan kerugian (dokter) untuk mengganti kerugian yang dialami kepada korban, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2-0 Kitab" ndang"ndang +ukum Perdata (K+Perdata), 3iap perbuatan melanggar hukum, yang memba&a kerugian pada seorang lain, me&ajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.4 Seorang dokter yang telah terbukti melakukan kelalaian sehingga pasiennya menderita luka atau mati, dapat digugat seara perdata berdasarkan Pasal 2-00 atau 2-:1 K+ Perdata Pasal 2-00 K+ Perdata Kerugian yang diakibatkan oleh kelalaian (ulpa) diatur oleh Pasal 2-00 yang berbunyi5 3Setiap orang bertanggung ja&ab tidak saja atas kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga atas kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati"hatinya.4 Pasal 2-:1 K+ Perdata Dalam hal pembunuhan (menyebabkan matinya orang lain) dengan sengaja atau kurang hati"hati seseorang, maka suami dan istri yang ditinggalkan, anak atau orang tua yang biasanya mendapat na#kah dari pekerjaan korban, mempunyai hak untuk menuntut suatu ganti rugi, yang harus dinilai menurut kedudukannya dan kekayaan kedua belah pihak serta menurut keadaan. ndang"undang !o. *- ahun 2//* tentang Kesehatan 5 Menurut Pasal ndang"undang tersebut diatas 5 %yat (2) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan %yat (*) ;anti rugi yang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang"undangan yang berlaku Penjelasan
%yat (2) Pemberian hak atas ganti rugi merupakan suatu upaya untuk memberi perlindungan bagi setiap orang atas suatu akibat yang timbul, baik #isik maupun non#isik karena kesalahan atau kelalaian tenaga kesehatan. Perlindungan ini sangat penting karena akibat kesalahan atau kelalaian itu mungkin dapat menyebabkan kematian atau menimbulkan aat dan permanen
Tinjauan Malpraktik Etik dan Sanksinya
=tika punya arti yang berbeda"beda jika dilihat dari sudut pandang pengguna yang berbeda dari istilah itu. $agi ahli #alsa#ah, etika adalah ilmu atau kajian #ormal tentang moralitas. Moralitas adalah hal"hal yang menyangkut moral, dan moral adalah sitem tentang moti#asi, perilaku dan perbuatan manusia yang dianggap baik atau buruk. >ran9 Magnis Suseno menyebut etika sebagai ilmu yang menari orientasi bagi usaha manusia untuk menja&ab pertanyaan yang amat #undamental5 bagaimana saya harus hidup dan bertindak?. $agi seorang sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang"orang dari lingkungan budaya tertentu. $agi praktisi pro#essional termasuk dokter dan tenaga kesehatan lainnya, etika berarti ke&ajiban dan tanggungja&ab memenuhi harapan pro#esi dan masyarakat, serta bertindak dengan ara"ara yang pro#essional, etika adalah salah satu kaidah yang menjaga terjadinya interaksi antara pemberi dan penerima jasa pro#esi seara &ajar, jujur, adil, pro#essional dan terhormat. Selain melanggar !o. *- ahun 2//* tentang Kesehatan, ditinjau dari Sudut Pandang =tika (Kode =tik Kedokteran ndonesia @KOD=K), tindakan tersebut juga dapat menjadi bentuk malpraktik etik karena dokter tersebut tidak melaksanakan pro#esinya sesuai dengan standar pro#esi tertinggi. Dalam KOD=K pasal * dijelaskan bah&aA 3 seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan pro#esinya sesuai dengan standar pro#esi tertinggi4. 8elasnya bah&a seorang dokter dalam melakukan kegiatan kedokterannya seebagai seorang proesional harus sesuai dengan ilmu kedokteran mutakhir, hukum dan agama. KOD=K pasal :d juga menjelaskan bah&a 3setiap dokter hrus senantiasa mengingat akan ke&ajiban melindungi hidup insani4. %rtinya dalam setiap tindakan dokter harus betujuan untuk memelihara kesehatan dan kebahagiaan manusia. Peran penga&asan terhadap pelanggaran kode etik (KOD=K) sangatlah perlu ditingkatkan untuk menghindari terjadinya pelanggaran"pelanggaran yang mungkin sering terjadi yang dilakukan oleh setiap kalangan pro#esi"pro#esi lainnya seperti halnya ad'okat@pengaara, notaris, akuntan, dll. Penga&asan biasanya dilakukan oleh lembaga yang ber&enang untuk memeriksa dan memutus sanksi terhadap kasus tersebut seperti Majelis Kode =tik. Dalam hal ini Majelis Kode =tik Kedokteran (MK=K). 8ika ternyata terbukti melanggar kode etik maka dokter yang bersangkutan akan dikenakan sanksi sebagaimana yang diatur dalam Kode =tik Kedokteran ndonesia. Karena itu seperti kasus yang ditampilkan maka juga harus dikenakan sanksi sebagaimana yang diatur dalam kode etik.
!amun, jika kesalahan tersebut ternyata tidak sekedar pelanggaran kode etik tetapi juga dapat dikategorikan malpraktik maka MK=K tidak diberikan ke&enangan oleh undang"undang untuk memeriksa dan memutus kasus tersebut. Bembaga yang ber&enang memeriksa dan memutus kasus pelanggaran hukum hanyalah lembaga yudikati#. Dalam hal ini lembaga peradilan. 8ika ternyata terbukti melanggar hukum maka dokter yang bersangkutan dapat dimintakan pertanggungja&abannya. $aik seara pidana maupun perdata. Sudah saatnya pihak ber&enang mengambil sikap proakti# dalam menyikapi #enomena maraknya gugatan malpraktik. Dengan demikian kepastian hukum dan keadilan dapat teripta bagi masyarakat umum dan komunitas pro#esi. Dengan adanya kepastian hukum dan keadilan pada penyelesaian kasus malpraktik ini maka diharapkan agar para dokter tidak lagi menghindar dari tanggung ja&ab hukum pro#esinya. .
!ontoh Kasus Kasus Prita "S #S OM$% %nternational
8akarta 8angan sampai kejadian saya ini akan menimpa ke nya&a manusia lainnya. erutama anak"anak, lansia, dan bayi. $ila anda berobat berhati"hatilah dengan keme&ahan rumah sakit (S) dan title international karena semakin me&ah S dan semakin pintar dokter maka semakin sering uji oba pasien, penjualan obat, dan suntikan. Saya tidak mengatakan semua S international seperti ini tapi saya mengalami kejadian ini di S Omni nternational. epatnya tanggal : %gustus *11E jam *1.-1 F$. Saya dengan kondisi panas tinggi dan pusing kepala datang ke S OM! nternasional dengan peraya bah&a S tersebut berstandard nternational, yang tentunya pasti mempunyai ahli kedokteran dan manajemen yang bagus. Saya diminta ke ;D dan mulai diperiksa suhu badan saya dan hasilnya -/ derajat. Setelah itu dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya adalah thrombosit saya *:.111 dengan kondisi normalnya adalah *11.111. Saya diin#ormasikan dan ditangani oleh dr ndah (umum) dan dinyatakan saya &ajib ra&at inap. dr melakukan pemeriksaan lab ulang dengan sample darah saya yang sama dan hasilnya dinyatakan masih sama yaitu thrombosit *:.111. dr menanyakan dokter speialist mana yang akan saya gunakan. api, saya meminta re#erensi darinya karena saya sama sekali buta dengan S ini. Balu re#erensi dr adalah dr +. dr + memeriksa kondisi saya dan saya menanyakan saya sakit apa dan dijelaskan bah&a ini sudah positi# demam berdarah. Mulai malam itu saya diin#us dan diberi suntikan tanpa penjelasan atau i9in pasien atau keluarga pasien suntikan tersebut untuk apa. Keesokan pagi, dr + 'isit saya dan mengin#ormasikan bah&a ada re'isi hasil lab semalam. $ukan *:.111 tapi 2E2.111 (hasil lab bisa dilakukan re'isi?). Saya kaget tapi dr + terus memberikan instruksi ke suster pera&at supaya diberikan berbagai maam suntikan yang saya tidak tahu dan tanpa i9in pasien atau keluarga pasien. Saya tanya kembali jadi saya sakit apa sebenarnya dan tetap masih sama dengan ja&aban semalam bah&a saya kena demam berdarah. Saya sangat kha&atir karena di rumah saya
memiliki * anak yang masih batita. 8adi saya lebih memilih berpikir positi# tentang S dan dokter ini supaya saya epat sembuh dan saya peraya saya ditangani oleh dokter pro#esional standard nternatonal. Mulai 8umat terebut saya diberikan berbagai maam suntikan yang setiap suntik tidak ada keterangan apa pun dari suster pera&at, dan setiap saya meminta keterangan tidak mendapatkan ja&aban yang memuaskan. Bebih terkesan suster hanya menjalankan perintah dokter dan pasien harus menerimanya. Satu boks lemari pasien penuh dengan in#us dan suntikan disertai banyak ampul. angan kiri saya mulai membengkak. Saya minta dihentikan in#us dan suntikan dan minta ketemu dengan dr +. !amun, dokter tidak datang sampai saya dipindahkan ke ruangan. Bama kelamaan suhu badan saya makin naik kembali ke -/ derajat dan datang dokter pengganti yang saya juga tidak tahu dokter apa. Setelah diek dokter tersebut hanya mengatakan akan menunggu dr + saja. =soknya dr + datang sore hari dengan hanya menjelaskan ke suster untuk memberikan obat berupa suntikan lagi. Saya tanyakan ke dokter tersebut saya sakit apa sebenarnya dan dijelaskan saya kena 'irus udara. Saya tanyakan berarti bukan kena demam berdarah. api, dr + tetap menjelaskan bah&a demam berdarah tetap 'irus udara. Saya dipasangkan kembali in#us sebelah kanan dan kembali diberikan suntikan yang sakit sekali. Malamnya saya diberikan suntikan * ampul sekaligus dan saya terserang sesak napas selama 2 menit dan diberikan oGygen. Dokter jaga datang namun hanya berkata menunggu dr + saja. 8adi malam itu saya masih dalam kondisi in#us. Padahal tangan kanan saya pun mengalami pembengkakan seperti tangan kiri saya. Saya minta dengan paksa untuk diberhentikan in#usnya dan menolak dilakukan suntikan dan obat"obatan. =soknya saya dan keluarga menuntut dr + untuk ketemu dengan kami. !amun, janji selalu diulur"ulur dan baru datang malam hari. Suami dan kakak"kakak saya menuntut penjelasan dr + mengenai sakit saya, suntikan, hasil lab a&al yang *:.111 menjadi re'isi 2E2.111 dan serangan sesak napas yang dalam ri&ayat hidup saya belum pernah terjadi. Kondisi saya makin parah dengan membengkaknya leher kiri dan mata kiri. dr + tidak memberikan penjelasan dengan memuaskan. Dokter tersebut malah mulai memberikan instruksi ke suster untuk diberikan obat"obatan kembali dan menyuruh tidak digunakan in#us kembali. Kami berdebat mengenai kondisi saya dan meminta dr + bertanggung ja&ab mengenai ini dari hasil lab yang pertama yang seharusnya saya bisa ra&at jalan saja. dr + menyalahkan bagian lab dan tidak bisa memberikan keterangan yang memuaskan. Keesokannya kondisi saya makin parah dengan leher kanan saya juga mulai membengkak dan panas kembali menjadi -/ derajat. !amun, saya tetap tidak mau dira&at di S ini lagi dan mau pindah ke S lain. api, saya membutuhkan data medis yang lengkap dan lagi" lagi saya dipermainkan dengan diberikan data medis yang #ikti#. Dalam atatan medis diberikan keterangan bah&a bab (buang air besar) saya lanar padahal itu kesulitan saya semenjak dira&at di S ini tapi tidak ada #ollo& up"nya sama sekali. Balu hasil lab yang diberikan adalah hasil thrombosit saya yang 2E2.111 bukan *:.111.
Saya ngotot untuk diberikan data medis hasil lab *:.111 namun sangat dikagetkan bah&a hasil lab *:.111 tersebut tidak dietak dan yang teretak adalah 2E2.111. Kepala lab saat itu adalah dr M dan setelah saya komplain dan marah"marah dokter tersebut mengatakan bah&a atatan hasil lab *:.111 tersebut ada di Manajemen Omni. Maka saya desak untuk bertemu langsung dengan Manajemen yang memegang hasil lab tersebut. Saya mengajukan komplain tertulis ke Manajemen Omni dan diterima oleh Og(Customer Ser'ie Coordinator) dan saya minta tanda terima. Dalam tanda terima tersebut hanya ditulis saran bukan komplain. Saya benar"benar dipermainkan oleh Manajemen Omni dengan sta## Og yang tidak ada ser'ie"nya sama sekali ke ustomer melainkan seperti menemooh tindakan saya meminta tanda terima pengajuan komplain tertulis. Dalam kondisi sakit saya dan suami saya ketemu dengan Manajemen. %tas nama Og (Customer Ser'ie Coordinator) dan dr ; (Customer Ser'ie Manager) dan diminta memberikan keterangan kembali mengenai kejadian yang terjadi dengan saya. Saya benar"benar habis kesabaran dan saya hanya meminta surat pernyataan dari lab S ini mengenai hasil lab a&al saya adalah *:.111 bukan 2E2.111. Makanya saya di&ajibkan masuk ke S ini padahal dengan kondisi thrombosit 2E2.111 saya masih bisa ra&at jalan. anggapan dr ; yang katanya adalah penanggung ja&ab masalah komplain saya ini tidak pro#esional sama sekali. idak menanggapi komplain dengan baik. Dia mengelak bah&a lab telah memberikan hasil lab *:.111 sesuai dr M in#ormasikan ke saya. Saya minta duduk bareng antara lab, Manajemen, dan dr +. !amun, tidak bisa dilakukan dengan alasan akan dirundingkan ke atas (Manajemen) dan berjanji akan memberikan surat tersebut jam H sore. Setelah itu saya ke S lain dan masuk ke pera&atan dalam kondisi saya dimasukkan dalam ruangan isolasi karena 'irus saya ini menular. Menurut analisa ini adalah sakitnya anak" anak yaitu sakit gondongan namun sudah parah karena sudah membengkak. Kalau kena orang de&asa laki"laki bisa terjadi impoten dan perempuan ke pankreas dan kista. Saya lemas mendengarnya dan benar"benar marah dengan S Omni yang telah membohongi saya dengan analisa sakit demam berdarah dan sudah diberikan suntikan maam" maam dengan dosis tinggi sehingga mengalami sesak napas. Saya tanyakan mengenai suntikan tersebut ke S yang baru ini dan memang saya tidak kuat dengan suntikan dosis tinggi sehingga terjadi sesak napas. Suami saya datang kembali ke S Omni menagih surat hasil lab *:.111 tersebut namun malah dihadapkan ke perundingan yang tidak jelas dan meminta diberikan &aktu besok pagi datang langsung ke rumah saya. Keesokan paginya saya tunggu kabar orang rumah sampai jam 2* siang belum ada orang yang datang dari Omni memberikan surat tersebut. Saya telepon dr ; sebagai penanggung ja&ab kompain dan diberikan keterangan bah&a kurirnya baru mau jalan ke rumah saya. !amun, sampai jam H sore saya tunggu dan ternyata belum ada juga yang datang ke rumah saya. Kembali saya telepon dr ; dan dia mengatakan bah&a sudah dikirim dan ada tanda terima atas nama ukiah. ni benar"benar kebohongan S yang keterlaluan sekali. Di rumah saya tidak ada nama ukiah. Saya minta disebutkan alamat jelas saya dan menari datanya sulit sekali dan membutuhkan &aktu yang lama. BOgkanya dalam tanda terima tentunya ada alamat jelas surat
tertujunya ke mana kan? Makanya saya sebut Manajemen Omni pembohon besar semua. +ati" hati dengan permainan mereka yang mempermainkan nya&a orang. erutama dr ; dan Og, tidak ada sopan santun dan etika mengenai pelayanan ustomer, tidak sesuai dengan standard international yang S ini antum. Saya bilang ke dr ;, akan datang ke Omni untuk mengambil surat tersebut dan ketika suami saya datang ke Omni hanya dititipkan ke resepsionis saja dan pas dibaa isi suratnya sungguh membuat sakit hati kami. Pihak manajemen hanya menyebutkan mohon maa# atas ketidaknyamanan kami dan tidak disebutkan mengenai kesalahan lab a&al yang menyebutkan *:.111 dan dilakukan re'isi 2E2.111 dan diberikan suntikan yang mengakibatkan kondisi kesehatan makin memburuk dari sebelum masuk ke S Omni. Kenapa saya dan suami saya ngotot dengan surat tersebut? Karena saya ingin tahu bah&a sebenarnya hasil lab *:.111 itu benar ada atau #ikti# saja supaya S Omni mendapatkan pasien ra&at inap. Dan setelah beberapa kali kami ditipu dengan janji maka sebenarnya adalah hasil lab saya *:.111 adalah #ikti# dan yang sebenarnya saya tidak perlu ra&at inap dan tidak perlu ada suntikan dan sesak napas dan kesehatan saya tidak makin parah karena bisa langsung tertangani dengan baik. Saya dirugikan seara kesehatan. Mungkin dikarenakan biaya S ini dengan asuransi makanya S ini seenaknya mengambil limit asuransi saya semaksimal mungkin. api, S ini tidak memperdulikan e#ek dari keserakahan ini. Sdr Og menyarankan saya bertemu dengan direktur operasional S Omni (dr $). !amun, saya dan suami saya sudah terlalu lelah mengikuti permainan kebohongan mereka dengan kondisi saya masih sakit dan dira&at di S lain. Syukur %lhamdulilah saya mulai membaik namun ada kondisi mata saya yang selaput atasnya robek dan terkena 'irus sehingga penglihatan saya tidak jelas dan apabila terkena sinar saya tidak tahan dan ini membutuhkan &aktu yang ukup untuk menyembuhkan. Setiap kehidupan manusia pasti ada jalan hidup dan nasibnya masing"masing. $enar. api, apabila nya&a manusia dipermainkan oleh sebuah S yang diperaya untuk menyembuhkan malah mempermainkan sungguh mengee&akan. Semoga %llah memberikan hati nurani ke Manajemen dan dokter S Omni supaya diingatkan kembali bah&a mereka juga punya keluarga, anak, orang tua yang tentunya suatu saat juga sakit dan membutuhkan medis. Mudah"mudahan tidak terjadi seperti yang saya alami di S Omni ini. Saya sangat mengharapkan mudah"mudahan salah satu pembaa adalah karya&an atau dokter atau Manajemen S Omni. olong sampaikan ke dr ;, dr +, dr M, dan Og bah&a jangan sampai pekerjaan mulia kalian sia"sia hanya demi pe rusahaan %nda. Saya in#ormasikan juga dr + praktek di SCM juga. Saya tidak mengatakan SCM buruk tapi lebih hati"hati dengan pera&atan medis dari dokter ini. Salam, Prita Mulyasari %lam Sutera
prita.mulyasariIyahoo.om 1E22-211011 Tinjauan Kasus dalam Hal Malraktik &dministrati' Melihat kasus tersebut, dapat ditemukan sebuah ontoh malpraktik administrasi berupa pelanggaran dalam rekam medis. Dalam P=M=!K=S !o. :H/a@Menkes@J@E/ tentang M disebutkan pengertian M adalah berkas yang berisikan atatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Pasal 2H Permenkes no. :H/a@2/E/ tentang tujuan dan #ungsi rekam medis yaitu sebagai dasar pelayanan kesehatan dan pengobatan, pembuktian hukum, penelitian dan pendidikan, dasar pembiayaan pelayanan kesehatan, dan statisti kesehatan. Maka rekam medis harus dibuat rele'an, kronologis dan orisinil. Data yang diberikan haruslah berupa data yang sebenarnya dan bukan karangan semata. Dalam kasus di atas telah terjadi pemalsuan data tentang kondisi pasien sesuai dengan pengakuan dari pasien atau si penderita yang menyebutkan bah&a 3Dalam atatan medis diberikan keterangan bah&a bab (buang air besar) saya lanar padahal itu kesulitan saya semenjak dira&at di S ini tapi tidak ada #ollo& up"nya sama sekali. Balu hasil lab yang diberikan adalah hasil thrombosit saya yang 2E2.111 bukan *:.111.4 hal ini dinilai telah melanggar hukum adminitrasi, karena data yang dilaporkan dalam rekam medis pasien adalah #ikti# dan tidak sesuai dengan kenyataannya, bersamaan dengan itu juga tenaga pera&atan dinilai telah lalai dari ke&ajibannya dalam menyediakan rekam medis pasien