Penatalaksanaan Diet Pada Pasien CKD st V ec. Dalam Pelacakan, DM 2 NO, CHF cf III ec. Susp. HHD/IHD
PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012
1
BAGIAN 1. ASSESSMENT A. ANAMNESIS 1. Identitas Pasien Nama
: Bpk. S
No RM
: 1-22-70-35
Umur
: 54 tahun
Ruang
: B1/4 kelas 2
Sex
: Laki-laki
Tgl Masuk : 23 November 2009
Pekerjaan
: PNS
Tgl Kasus : 26 November 2009
Pendidikan : SLTA
Alamat
Agama
Diagnosis medis : CKD st V ec. Dalam pelacakan,
: Islam
: Mungkid Magelang
DM 2 NO, CHF cf III ec. Susp. HHD/IHD
2. Berkaitan dengan Riwayat Penyakit Keluhan Utama
Sesak nafas
Riwayat Penyakit
Os adalah penderita DM ± 4 th yang lalu. Terapi dengan
Sekarang
novorapid 10-10-8 namun tidak rutin 6 BSMRS os mulai mengeluh BAK ↓ ± 700 cc/24 jam,
kaki bengkak, os periksa pada SSppD-KGH, dan dikatakan sakit hipertensi dan gagal ginjal kronik 2 BSMRS os merasa keluhan menetap, os periksa ke poli ginjal, saat itu os disarankan untuk rawat inap karena anemia dan gagal ginjal, namun os menolak karena alasan sibuk 1 BSMRS mengeluh sesak nafas (+), batuk (+) dahak warna putih (+), bengkak kaki (+), dahak berdarah (-), PD (+), PP (-), PNDS (-), demam (-), mual (-), muntah (-), BAB dan BAK ↓ ±1 gls/hari
1 MSMRS keluhan memberat, sesak nafas (+), batuk (+), dahak warna putih (+), mual (+), oedema pulmo (+) Riwayat Penyakit
Hipertensi
Dahulu Riwayat Penyakit
-
Keluarga
2
3. Berkaitan Dengan Riwayat Gizi Data Sosio
Penghasilan : menengah ke atas
ekonomi
Suku : Jawa
Aktifitas fisik
Jumlah jam kerja : 9 jam Jumlah jam tidur sehari : 8 jam Jenis olahraga : jalan kaki Frekuensi : 2 minggu sekali
Alergi makanan
Makanan : -
penyebab : -
Masalah
Nyeri ulu hati (tidak), Mual ( tidak ), Muntah (tidak),
gastrointestinal
Diare (tidak), Konstipasi (ya), Anoreksia (ya) Perubahan pengecapan/penciuman (tidak )
Penyakit kronik
Jenis penyakit : -
modifikasi diet :-
Jenis dan lama pengobatan : Kesehatan mulut
Sulit menelan
(ya), Stomatitis
(tidak),
Gigi lengkap
(ya) Pengobatan
Vitamin/mineral/suplemen gizi lain : Fekuensi dan jumlah : -
Perubahan berat
Tidak diketahui
badan Mempersiapkan
Fasilitas memasak
: disiapkan oleh istri
makanan
Fasilitas menyimpan makanan : almari
Riwayat / pola
Frekuensi makan 3 kali / hari, makanan selingan jarang
makan
Makanan pokok : nasi 3 kali / hari (@ 1 centong), kadangkadang konsumsi singkong dan ubi. Sumber protein hewani : ayam dan sapi (setiap hari) Sumber protein nabati : tahu dan tempe (setiap hari) Sayur : semua jenis sayur (tumis maupun kuah) Buah : pepaya, melon, apel dan semua jenis buah Minum : air putih, teh manis, dan teh tawar (sehari 3 gelas)
3
Kesimpulan : Pasien berumur 54 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan utama sesak nafas. Sejak 4 tahun yang lalu pasien sudah menderita DM. Enam BSMRS pasien didiagnosis medis terkena hipertensi dan gagal ginjal kronik. Satu BSMRS mengeluh sesak nafas, batuk, dahak warna putih, dan oedema tungkai. Satu MSMRS pasien mengeluh sesak nafas, batuk dahak warna putih. Selain itu, pasien juga mengalami oedema pulmo. Berdasarkan riwayat penyakit dahulu pasien mengalami hipertensi. Pasien didiagnosis medis DM 2 NO, CKD st V ec. dalam pelacakan, CHF cf III ec. susp. HHD/IHD. Munculnya CKD dan CHF dimungkinkan sebagai komplikasi DM yang telah menahun (Ganong, 2003). Pembahasan anamnesis : Pasien didiagnosis medis DM 2 NO, CKD st V ec. dalam pelacakan, CHF cf III ec. susp. HHD/IHD. Pasien memiliki keluhan utama sesak nafas, batuk, sulit menelan, bengkak pada kaki, anoreksia, dan mual. Adanya sesak nafas, batuk, dan sulit menelan akan mengganggu asupan makan pasien, khususnya bila disajikan dalam bentuk makanan padat (nasi). Akibatnya diperlukan pemberian makanan dalam bentuk lunak (bubur) agar mempermudah pasien untuk makan dan diharapkan dapat mencukupi kebutuhan gizi pasien. Bentuk makanan pasien akan diubah secara bertahap sesuai kondisi pasien. Jika sesak nafas, batuk, dan kesulitan menelan pasien sudah membaik, bentuk makanan akan diubah agar dapat memenuhi (sesuai) kebutuhan gizi pasien. Adanya bengkak pada kaki menandakan adanya penahanan Na dan atau cairan dalam tubuh sehingga pasien perlu membatasi asupan Na (garam) dan atau cairan. Adanya anoreksia dan mual juga akan mengganggu asupan makan pasien sehingga makanan yang disajikan haruslah ditata lebih menarik dan menghindari bahan makanan yang dapat menyebabkan mual.
4
B. Antropometri TB
LLA
BB Ideal
152 cm
27,5 cm
52 kg
Kesimpulan : Status gizi berdasarkan LLA adalah : (27,5 : 32,2) x 100% = 85,40 % Pembahasan : Berdasarkan LLA, pasien memiliki status gizi normal karena persentase LLA pasien > 85 % (Samkony, dkk., 2003).
C. Pemeriksaan Biokimia Pemeriksaan
Satuan/
Awal Masuk
Awal Kasus
urin/darah
Nilai Normal
Tanggal 23/11/09
Tanggal 25/11/09
Total protein
6,4 – 8 g/dL
6,32 (rendah)
-
Albumin
3,5 - 5 g/dL
3,07(rendah)
-
BUN
7 - 18 mg/dL
103 (tinggi)
43,1 (tinggi)
Kreatinin
0,6-1,3 mg/dL
9,43 (tinggi)
4,51 (tinggi)
Gula darah
80-140 mg/dL
224 (tinggi)
256 (tinggi)
Uric
2,6 – 7,2 mg/dL
8,1 (tinggi)
3,5 (normal)
Hb
14-18 g/dL
6,6 (rendah)
9,2 (rendah)
RBC
4,7-6,1 x 10.e 6 /µL
-
3,24 (rendah)
Chole
0 - 200 mg/dL
-
277 (tinggi)
HDL
41,5 –66,7 mg/dL
-
36,9 (rendah)
LDL
0-130 mg/dL
-
200 (tinggi)
TG
0-200 mg/dL
--
147 (normal)
137-145 mmol/L
135,1 (rendah)
136 (rendah)
K
3,6-5 mmol/L
-
3,1 (rendah)
Cl
14-18 mmol/L
-
98 (tinggi)
sesaat
Na / Sodium
Kesimpulan : Dari hasil pemeriksaan biokimia pada awal kasus (25 November 2005), diketahui bahwa pasien mengalami peningkatan kadar GDS, BUN, kreatinin,
5
klorida (hiperkloremia), kolesterol, dan LDL. Selain itu, juga terjadi penurunan kadar natrium, kalium, Hb, RBC.
Pembahasan : Adanya peningkatan kadar GDS berkaitan dengan riwayat DM (gangguan toleransi glukosa) pada pasien. Adanya peningkatan kadar BUN, kreatinin, klorida, kolesterol, dan LDL berkaitan dengan riwayat gangguan fungsi ginjal pada pasien sehingga tubuh pasien tidak bisa membersihkan racun tubuh secara maksimal (Ketut, 2006). Penurunan kadar natrium (hiponatremia) dan kalium (hipokalemia) disebabkan karena adanya gangguan fungsi ginjal. Begitu pula penurunan kadar Hb dan RBC juga disebabkan karena adanya gangguan kemampuan ginjal, khususnya dalam menghasilkan eritropoietin (Ketut, 2006). Anemia (rendahnya kadar Hb) merupakan salah satu tanda uremia yang merupakan salah satu gejala gangguan fungsi ginjal.
D. Pemeriksaan Fisik 1. Kesan Umum : keadaan umum sedang, CM, ada edema, sesak nafas 2. Vital Sign
: TD 180/90 (tinggi), R 28 (tinggi), N 84 (normal), t 37,1º C
(Normal) 3. Kepala / abdomen / ekstremitas, dll : Kepala : C K SK VI JLLM < 5 S1 -2 murni bising (-) Mata : ODS tanda perdarahan retina Thorax : oedema pulmonalis dengan plural reaction bilateral cardiomegali Abdomen : DP//PD, supel NTE (-) H/L H (-) P sonor, vesikuler, RBB +/+ RVS -/Oedema -
-
+ + Kesimpulan :
Dari kesan umum, pasien terlihat compos mentis (sadar), terdapat oedema pada tungkai, dan mengalami sesak nafas.
6
Dari tanda vital, tekanan darah dan laju respirasi pasien tinggi. Tingginya tekanan darah dikarenakan pasien mengalami hipertensi. Tingginya laju respirasi dikarenakan pasien mengalami sesak nafas.
Dari bagian ekstremitas lainnya terlihat bahwa pada bagian mata, terjadi perdarahan. Hal ini dimungkinkan karena terjadinya komplikasi DM. Dari bagian thorax terlihat bahwa terdapat oedema pada paru-paru pasien. Hal ini disebabkan adanya gagal jantung pada pasien. Dari bagian anggota tubuh yang lain, terlihat adanya oedema tungkai kanan dan kiri. Hal ini dikarenakan adanya gangguan fungsi jantung dan gangguan fungsi ginjal.
E.
Pemeriksaan Penunjang 23 November 2009 EKG STC HR 104x/mnt, iskemik anterolateral cardiomegali , VES jarang USG : diketahui adanya cronic renal disease bilateral BNO : tidak tampak batu opaq Renogram : penurunan fungsi berat kedua ren sampai fungsi minimal Kesimpulan :
berdasarkan hasil EKG diketahui bahwa denyut nadi pasien
mencapai 104 kali. Hal ini dimungkinkan karena adanya hipertensi dan gagal jantung pada pasien. Berdasarkan hasil USG, BNO, dan renogram diketahui bahwa terjadi kerusakan ginjal kronik. F. Asupan Zat Gizi Hasil Recall 24 jam diet : rumah sakit Tanggal
: 25 November 2009
Diet RS
: Diet DM 1500 RP35RG
Bentuk
: Bubur
Pemberian : Oral Implementasi
Energi (kcal)
Protein (g)
KH (g)
Lemak (g)
1523
34,6
245
53
-
-
-
-
Standar RS
1523
34,6
245
53
% Asupan
100%
100%
100%
100%
Asupan oral dari RS Asupan oral dari luar RS
7
Kesimpulan : Dari anamnesis diet pasien di atas diketahui bahwa persentase asupan pasien untuk energi, protein, lemak, dan karbohidrat adalah 100%, termasuk dalam kategori baik (Roedjito, 1989). Pembahasan Asupan Zat Gizi : Asupan gizi pasien tergolong baik, yaitu 100% karena semua makanan yang disajikan oleh rumah sakit dikonsumsi oleh pasien. Pasien juga tidak mengonsumsi makanan dari luar.
G. Terapi Medis Jenis Fungsi Obat/tindakan O2 3 LPM Pemberian bantuan gas oksigen 3 liter/menit untuk : - Memenuhi kekurangan O 2 - Membantu metabolisme - Tindakan pengobatan - Mencegah hipoksia - Mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung Infus CaCl Mempertahankan elektrolit 0,9 tubuh, untuk hipokalemia, sebagai elektrolit yang esensial bagi tubuh untuk mencegah kekurangan ion kalsium yang menyebabkan iritabilitas dan konvulsi. Farmakologi : penting untuk fungsi integritas dari saraf muskular, sistem skeletal, membran sel dan permeabilitas kapiler Si Lasix Meningkatkan produksi urine As.folat Sebagai suplementasi
CaCo3
Baik digunakan pada keadaan hiperpospatemia
Interaksi dengan zat gizi
Solusi
-
-
Injeksi kalsium dilaporkan inkompatibel dengan larutan IV yang mengandung banyak zat aktif
Berinteraksi dengan Zn, asam
Mengendap bersama oksalat,
-
Diberikan setelah dan atau sebelum makan Diberikan sebelum makan
8
guna menyeimbangkan perbandingan posfat dan kalsium Vasantar Allopurinol
Allopurinol dan metabolitnya oxipurinol (alloxanthine) dapat menurunkan produksi asam urat dengan menghambat xantinoksidase. Dengan menurunkan konsentrasi asam urat dalam darah dan urin, allopurinol mencegah atau menurunkan endapan urat sehingga mencegah terjadinya gout artritis dan urate nephropathy.
absorpsi meningkat dengan bantuan asam lambung Allopurinol dapat menghambat metabolisme obat di hati, misalnya warfarin. Allopurinol dapat memperpanjang waktu paruh klorpropamid dan meningkatkan resiko hipoglikemia, terutama pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
Diberikan setelah makan
9
BAGIAN 2. DIAGNOSIS GIZI
1. NI-3.2 : Intake cairan yang berlebih berkaitan dengan penurunan kebutuhan cairan akibat gangguan fungsi jantung ditandai oleh adanya edema tungkai dan edema pulmo 2. NI-5.4. : Penurunan kebutuhan zat gizi (protein) berkaitan dengan gangguan fungsi ginjal ditandai oleh kreatinin tinggi (4,51) dan BUN tinggi (43,1). 3. NI-5.4. : Penurunan kebutuhan zat gizi (Na) berkaitan dengan gangguan fungsi jantung ditandai oleh tekanan darah tinggi. 4. NI-53.3 : Ketidaksesuaian asupan karbohidrat berkaitan dengan gangguan toleransi glukosa (diabetes mellitus) ditandai oleh kadar gula darah sesaat tinggi (256) 5. NC-1.1 : Kesulitan menelan berkaitan dengan gangguan fungsi jantung ditandai oleh sesak nafas.
10
BAGIAN 3. INTERVENSI GIZI
A. PLANNING 1. Terapi Diet : a. Jenis diet
: DJ 2 DM 1700 RP40RG
b. Bentuk makanan : Lunak c. Cara pemberian
: Oral
2. Tujuan Diet : a. Mengurangi progresivitas gagal ginjal b. Membantu mencapai kadar gula darah normal c. Mengurangi retensi air dan garam d. Memberikan makanan tanpa memperberat kerja jantung
3. Syarat / prinsip Diet : a. Energi cukup b. Protein rendah, yaitu 0,8 gr/kg BB/hari c. Karbohidrat rendah, yaitu 60% dari total kebutuhan energi d. Lemak cukup e. Cairan sebanyak jumlah urine yang keluar ditambah 500 cc f.
Natrium dibatasi
g. Bentuk makanan lunak h. Porsi kecil dan sering
4. Perhitungan Kebutuhan energi dan zat gizi Kebutuhan kalori : BB ideal : 52 kg
52 x 30 kcal
= 1560
Koreksi umur
5 % x 1560 kcal =
78 1482
Aktifitas fisik
10% x 1482
Total energi Protein = 0,8 gr / kg BB
=
kcal kcal kcal
148,2 kcal + 1630,2 kcal
= 0,8 gr x 52 = 41,6 gr 11
= 166,4 kcal KH
= 60% x 1630,2 kcal
= 978,12 kcal = 244,53 gr
Lemak = 1630,2 - 166,4 - 978,12
= 485,68 kcal = 53,96 gr
Na
1 gram garam dapur mengandung 400 mg Na. Asupan Na maksimal
pasien adalah 1,5-2 gram (1500-2000 gram) sehingga garam dapur yang dapat digunakan adalah 3,75 gram – 5 gram garam dapur (1 sdt) dalam sehari. Cairan
500 cc + jumlah urine dalam sehari 500 cc + 500 cc 1000 cc (4-5 gelas)
Adapun kebutuhan cairan pasien adalah 1000 cc atau identik dengan 2-3 gelas sehari (500 cc) dan 500 cc lagi berasal dari makanan. Pembahasan Preskripsi Diet : Perhitungan energi menggunakan berat badan ideal. Koreksi umur 5% karena usia lebih dari 40 tahun. Aktifitas fisik menggunakan 10% karena os bed rest . Jumlah energi yang dibutuhkan adalah 1630,2 kcal, protein 41,6 gr, lemak 53,96 gr, dan karbohidrat 244,53 gr. Diet yang mendekati dengan perhitungan kebutuhan tersebut adalah diet DM 1700 RP 40 RG. Protein yang diberikan adalah 40 gram karena pada hari sebelumnya (25 November 2009) pasien melakukan HD untuk pertama kalinya (bukan HD rutin) sehingga protein yang digunakan adalah 0,8 g/kg BB.
Rekomendasi Diet REKOMENDASI STANDAR DIET Makan Pagi
Bubur 300 g Ayam bumbu kuning 25 g Sayur brongkos labu siam 100 g Lalap tomat 25 g
Selingan pagi
Kentang goreng 200 g
12
Makan siang
Bubur 300 g Putih telur bumbu ungkep 25 g Sayur lodeh terong 50 g Ca wortel 25 g Semangka 150 g
Selingan siang
Mie goreng 1 ps
Makan sore
Bubur 300 g Daging bacem 25 g Ca sayuran 50 g Tumis buncis 25 g Pepaya 100 g
Selingan malam Nilai gizi
Energi 1622.6 kcal Protein 41.3 g Lemak 48.4 g Karbohidrat 257.1 g Natrium 108.7 mg
5. Rencana monitoring dan evaluasi Anamnesis Antropometri
Yang diukur BB,LILA
Pengukuran Saat pulang
Evaluasi/ target BB normal, LILA normal
Biokimia
Total protein, Alb, Cre,
Sesuai keputusan
Uric, BUN,GDS, Hb,
dokter
Normal
Na, K, Cl Fisik dan
Respirasi, Nadi, suhu,
Sesuai keputusan
Klinis
TD, edema
dokter
Keluhan Asupan Gizi
Energi, Karbohidrat, Protein, Lemak, Na,
Normal
Membaik Setiap hari
Asupan minimal 80%
cairan
13
6. Rencana Konsultasi Gizi Sasaran
: Pasien dan anggota keluarga
Waktu
: Saat di bangsal
Tempat
: Bangsal Bougenville
Media
: Leaflet diet
Metode
: Konsultai gizi (Konseling)
Masalah gizi : Pembatasan asupan protein, karbohidrat, Na, dan cairan, dan kesulitan menelan Tujuan : Pengaturan pola makan yang baik dengan cara membatasi asupan protein, karbohidrat, Na, dan cairan. Konseling gizi : a. Memberikan pengetahuan mengenai makanan / diet rendah protein (diet gagal ginjal) b. Memberikan pengetahuan mengenai makanan / diet rendah karbohidrat (diet gangguan toleransi glukosa) c. Memberikan pengetahuan mengenai makanan / diet rendah Na (diet gagal jantung) d. Memberikan pengetahuan mengenai pengaturan cairan e. Memberikan pengetahuan mengenai makanan yang tidak memperberat kerja ginjal
14
BAGIAN 5. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN 1.
Berdasarkan LLA, status gizi pasien termasuk baik (normal).
2.
Dari hasil pemeriksaan biokimia pada awal kasus (25 November 2005), diketahui bahwa pasien mengalami peningkatan kadar GDS, BUN, kreatinin, klorida (hiperkloremia), kolesterol, dan LDL. Selain itu, juga terjadi penurunan kadar natrium, kalium, Hb, RBC.
3.
Dari data fisik/klinis, pasien terlihat compos mentis (sadar), terdapat oedema pada tungkai, dan mengalami sesak nafas. Dari tanda vital, tekanan darah dan laju respirasi pasien tinggi.
4.
Asupan gizi pasien tergolong baik, yaitu 100% karena semua makanan yang disajikan oleh rumah sakit dikonsumsi oleh pasien. Pasien juga tidak mengonsumsi makanan dari luar.
B. SARAN 1.
Memotivasi pasien untuk menjaga asupan makan selama di rumah sakit dan di rumah.
2.
Memotivasi pasien untuk mempertahankan status gizi.
3.
Memotivasi pasien untuk membatasi makanan yang dapat meningkatkan progresifitas gagal ginjal, mengganggu keseimbangan kadar gula darah, serta makanan yang dapat memperberat kerja jantung.
15
BAGIAN 6. TINJAUAN TEORI
1. CHF Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer, 2001). Menurut Brunner dan Suddarth (2002), CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan O 2 dan nutrisi. Cara terbaik untuk menjaga tubuh dari serangan jantung adalah mengubah gaya hidup dengan menjalankan diet seimbang. Diet seimbang bisa juga dikatakan sebagai makanan seimbang, yaitu makanan sehari-hari yang mengandung berbagai zat gizi dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk hidup sehat secara optimal. Komposisinya terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral (yayasan jantung Indonesia, 2008). Bahan makanan yang mengandung karbohidrat adalah beras, jagung, sagu, ubi dan hasil olahannya. Sumber protein nabati dapat diperoleh dari tempe, tahu, kacang-kacangan, sedangkan protein hewani dari daging, telur, ayam dan ikan. Sedangkan sumber zat pengatur didapat dari sayur dan buah-buahan. Kelengkapan asupan nutrisi dan gizi tersebut merupakan keharusan, untuk menjaga metabolisme tubuh tetap baik. Sedangkan jumlah dan banyaknya makanan yang dimakan tergantung dari umur, jenis kelamin, dan aktivitas sehari-hari. Setidaknya, konsep makanan seimbang ini harus dimulai dari sekarang dengan menghindari berbagai makanan yang dapat meningkatkan kadar lemak dalam dan kolestrol dalam tubuh (yayasan jantung Indonesia, 2008). Lemak tak jenuh tunggal mempunyai pengaruh sedikit terhadap peningkatan kadar kolesterol darah, terdapat pada minyak zaitun, minyak biji kapas, minyak wijen dan minyak kelapa sawit. Sedangkan lemak tak jenuh ganda, yang berpengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol darah terdapat pada minyak jagung, minyak kedelai, minyak kacang tanah, minyak bunga matahari dan minyak ikan. Konsumsi kacang-kacangan seperti kacang kedelai, ikan, dan biji bunga matahari yang mengandung asam lemak omega-3 (lenoleat) dan omega 16
6 (linoleat) harus ditingkatkan. Begitu pula dengan sayur, buah, jagung, ubiubian yang mengandung serat. Serat pada buah-buahan secara efektif dapat menurunkan kadar kolesterol LDL (yayasan jantung Indonesia, 2008). Beberapa makanan tersebut di atas juga mengandung vitamin C dan E yang dapat mencegah penyakit jantung. Vitamin C berperan dalam pembentukan kolagen dan merupakan faktor positif untuk mencegah serangan jantung koroner. Kekurangan vitamin C menyebabkan kerusakan susunan sel arteri sehingga dapat terisi kolesterol dan menyebabkan aterosklerosis atau proses pengapuran dan penimbunan elemen kolesterol (yayasan jantung Indonesia, 2008). Sedangkan vitamin E merupakan antioksidan yang berperan mencegah terjadinya proses oksidasi dalam tubuh, di mana kolesterol LDL yang menembus dinding arteri dapat menyumbat pembuluh darah setelah mengalami oksidasi. Vitamin E dapat ditemukan di minyak nabati (minyak kedelai, minyak jagung dan minyak biji bunga matahari), kacang-kacangan, biji-bijian dan padi-padian. Pada pasien jantung, metode pemasakan makanan pun harus diperhatikan. Cara yang terbaik adalah dengan ditumis, diungkep, dikukus, rebus, bakar atau panggang (yayasan jantung Indonesia, 2008).
2. Penyakit Ginjal (CKD) Penyakit Ginjal Kronik (PGK) dikelompokkan menurut stadium, yaitu stadium I, II, III, IV, dan V. Pada stasium IV dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang berat tetapi belum menjalani terapi pengganti dialisis biasa disebut kondisi pre dialisis. Umumnya pasien diberikan terapi konservatif yang meliputi terapi diet dan medikamentosa dengan tujuan mempertahankan sisa fungsi ginjal yang secara perlahan akan masuk ke stadium V atau fase gagal ginjal. Status gizi kurang masih banyak dialami pasien PGK. Penelitian keadaan gizi pasien PGK dengan Tes Kliren Kreatinin (TKK) ≤ 25 ml/mt yng diberikan terapi konservatif di Poliklinik
Ginjal Hipertensi RSCM, dijumpai 50 % dari 14 pasien dengan status gizi kurang. Faktor penyebab gizi kurang antara lain adalah asupan makanan yang kurang sebagai akibat dari tidak nafsu makan, mual dan muntah. Untuk mencegah penurunan dan mempertahankan status gizi, perlu perhatian melalui monitoring dan evaluasi status kesehatan serta asupan makanan oleh tim kesehatan. Asuhan gizi (Nutrition Care ) betujuan untuk memenuhi kebutuhan 17
zat gizi agar mencapai status gizi optimal, pasien dapat beraktivitas normal, menjaga keseimbangn cairan dan elektrolit, yang pada akhirnya mempunyai kualitas hidup yang cukup baik. Penatalaksanaan Diet pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik pre dialisis stadium IV dengan TKK < 25 ml/mt pada dasarnya mencoba memperlambat penurunan fungsi ginjal lebih lanjut dengan cara mengurang beban kerja nephron dan menurunkan kadar ureum darah. Standar diet pada Penyakit Ginjal Kronik Pre Dialisis dengan terapi konservatif adalah sebagai berikut (Kresnawan, tanpa tahun) : 1. Syarat Dalam Menyusun Diet a. Energi 35 kkal/kg BB, pada geriatri dimana umur > 60 tahun cukup 30 kkal/kg BB, dengan ketentuan dan komposisi sebagai berikut: b. Karbohidrat sebagai sumber tenaga, 50-60 % dari total kalori c. Protein untuk pemeliharaan jaringan tubuh dan mengganti sel-sel yang rusak sebesar 0,6 g/kg BB. Apabila asupan energi tidak tercapai, protein dapat diberikan sampai dengan 0,75 g/kg BB. Protein diberikan lebih rendah dari kebutuhan normal, oleh karena itu diet ini biasa disebut Diet Rendah Protein. Pada waktu yang lalu, anjuran protein bernilai biologi tinggi/hewani hingga ≥ 60 %, akan tetapi pada saat ini anjuran cukup 50
%. d. Protein hewani dapat dapat disubstitusi dengan protein nabati yang berasal dari olahan kedelai sebagai lauk pauk untuk variasi menu. e. Lemak untuk mencukupi kebutuhan energi diperlukan ± 30 % diutamakan lemak tidak jenuh. f. Kebutuhan cairan disesuaikan dengan jumlah pengeluaran urine sehari ditambah IWL ± 500 ml. g. Garam disesuaikan dengan ada tidaknya hipertensi serta penumpukan cairan dalam tubuh. Pembatasan garam berkisar 2,5-7,6 g/hari setara dengan 1000-3000 mg Na/hari. h. Kalium disesuaikan dengan kondisi ada tidaknya hiperkalemia 40-70 meq/hari i. Fosfor yang dianjurkan ≤ 10 mg/kg BB/hari j. Kalsium 1400-1600 mg/hari 18
2. Bahan Makanan yang Dianjurkan a. Sumber Karbohidrat: nasi, bihun, mie, makaroni, jagng, roti, kwethiau, kentang, tepung-tepungan, madu, sirup, permen, dan gula. b. Sumber Protein Hewani: telur, susu, daging, ikan, ayam. c. Bahan Makanan Pengganti Protein Hewani. d. Hasil olahan kacang kedele yaitu tempe, tahu, susu kacang kedele, dapat dipakai sebagai pengganti protein hewani untuk pasien yang menyukai sebagai variasi menu atau untuk pasien vegetarian asalkan kebutuhan protein tetap diperhitungkan. e. Sumber Lemak: minyak kelapa, minyak jagung, minyak kedele, margarine rendah garam, mentega. f. Sumber Vitamin dan Mineral g. Semua sayur dan buah, kecuali jika pasien mengalami hiperkalemi perlu menghindari buah dan sayur tinggi kalium dan perlu pengelolaan khusus yaitu dengan cara merendam sayur dan buah dalam air hangat selama 2 jam, setelah itu air rendaman dibuang, sayur / buah dicuci kembali dengan air yang mengalir dan untuk buah dapat dimasak menjadi stup buah / coktail buah. 3. Bahan Makanan yang Dihindari a. Sumber Vitamin dan Mineral b. Hindari sayur dan buah tinggi kalium jika pasien mengalami hiperkalemi. Bahan makanan tinggi kalium diantaranya adalah bayam, gambas, daun singkong, leci, daun pepaya, kelapa muda, pisang, durian, dan nangka. c. Hindari / batasi makanan tinggi natrium jika pasien hipertensi, udema dan asites. Bahan makanan tinggi natrium diantaranya adalah garam, vetsin, penyedap rasa/kaldu kering, makanan yang diawetkan, dikalengkan, dan diasinkan.
3. DM 2 NO Diabetes melitus adalah suatu penyakit gangguan kesehatan di mana kadar gula dalam darah seseorang menjadi tinggi karena gula dalam darah tidak dapat digunakan oleh tubuh. Diabetes Mellitus / DM dikenal juga dengan sebutan penyakit gula darah atau kencing manis yang mempunyai jumpah penderita 19
yang cukup banyak di Indonesia juga di seluruh dunia. Pada orang yang sehat karbohidrat dalam makanan yang dimakan akan diubah menjadi glukosa yang akan didistribusikan ke seluruh sel tubuh untuk dijadikan energi dengan bantuan insulin. Pada orang yang menderita kencing manis, glukosa sulit masuk ke dalam sel karena sedikit atau tidak adanya zat insulin dalam tubuh. Akibatnya kadar glukosa dalam darah menjadi tinggi yang nantinya dapat memberikan efek samping yang bersifat negatif atau merugikan (Kurnia, 2009). Penyakit yang akan ditimbulkan oleh penyakit gula darah ini adalah gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk / gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang bagi penderita yang parah bisa amputasi anggota tubuh karena pembusukan. Oleh sebab itu sangat dianjurkan melakukan perawatan dengan Obat Diabetes & Obat Diabetes Melitus yang serius bagi penderita serta melaksanakan / menjalani gaya hidup yang sehat dan baik bagi yang masih sehat maupun yang sudah sakit (Kurnia, 2009). Terdapat dua tipe diabetes mellitus, DM tipe 1 adalah di mana tubuh kekurangan hormon insulin atau istilahnya Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan DM tipe 2 di mana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya atau istilahnya Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Diabetes bukan 100% penyakit turunan. Diabetes mellitus bisa disebabkan riwayat keturunan maupun disebabkan oleh gaya hidup yang buruk. Setiap orang bisa terkena penyakit kencing manis baik tua maupun muda (Kurnia, 2009). Menurut Almatsier (2006), tujuan diet penyakit diabetes mellitus adalah untuk membantu pasien mengendalikan kadar gula darah, sedangkan tujuan diet diabetes mellitus dengan nefropati adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi normal serta menghambat laju kerusakan ginjal dengan cara mengendalikan kadar glukosa darah dan tekanan darah, mencegah menurunnya fungsi ginjal, dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Ada 8 jenis diet Diabetes Mellitus rendah protein, yaitu 30 g, 40 g, dan 50 g. Diet diberikan sesuai dengan kebutuhan energi dan kemampuan fungsi ginjal pasien.
20
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2006. Penuntun Diet Edisi Baru Instalasi Gizi Perjan RS dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia . Jakarta : Gramedia Ganong, Wiliam F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Diterjemahkan oleh H.M. Djauhari Widjajakusumah. Jakarta : EGC Kresnawan, Triyani. Tanpa tahun. Diet Rendah Protein dan Penggunaan Protein Nabati Pada Penyakit Ginjal Kronik . Jakarta : FK-UI RSCM Kurnia, Julius. 2009. Informasi DM . Diakses dari http://juliuskurnia.wordpress.com pada tanggal 28 November 2009 pukul 19.55 WIB Lubis, Harun Rasyid. 2006. Penyakit Ginjal Diabetik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV . Editor : Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata, dan Siti Setiati. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI Samkony, dkk. 2003. Dietetik 12 . Bandung : Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Bandung Suwitra, Ketut. 2006. Penyakit Ginjal Kronik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV . Editor : Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata, dan Siti Setiati. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI Yayasan Jantung Indonesia. 2008. Jantung . Diakses dari http://www.inaheart.or.id/ pada tanggal 28 November 2009 pukul 19.50 WIB
21
Lampiran. Hasil Perhitungan Rekomendasi Standar Diet ===================================================== HASIL PERHITUNGAN DIET ===================================================== Nama Makanan Jumlah ________________________________________________________ makan pagi bubur nasi 300 g ayam 25 g minyak kelapa 3g labu siam mentah 100 g minyak kelapa 5g tomat muda 25 g Meal analysis: energi 384.2 kcal (24 %), karbohidrat 53.5 g (21 %) selingan pagi kentang 200 g minyak kelapa 5g Meal analysis: energi 229.1 kcal (14 %), karbohidrat 43.2 g (17 %) makan siang bubur nasi 300 g telur ayam bagian putih 25 g minyak kelapa 3g terong putih mentah 50 g santan (kelapa dan air) 50 g wortel 25 g minyak kelapa 3g semangka 150 g Meal analysis: energi 402.7 kcal (25 %), karbohidrat 65.7 g (26 %) selingan siang mie basah 100 g minyak kelapa 5g Meal analysis: energi 184.1 kcal (11 %), karbohidrat 28.3 g (11 %) makan sore bubur nasi 300 g daging sapi 25 g gula merah 5g minyak kelapa 3g Ca sayuran 50 g buncis mentah 25 g minyak kelapa 3g pepaya 100 g Meal analysis: energi 422.5 kcal (26 %), karbohidrat 66.5 g (26 %)
22
================================================================ HASIL PERHITUNGAN ================================================================ Zat Gizi hasil analisis rekomendasi persentase nilai nilai/hari pemenuhan ___________________________________________________________________ energi 1622.6 kcal 1630.2 kcal 99.53 % protein 41.3 g 41.6 g 99.28 % lemak 48.4 g 53.96 g 89.70 % karbohidrat 257.1 g 244.53 g 105.14 % Na 108.7 mg 1500 mg 7.24 %
23