KEDUDUKAN BAHASA DAERAH LEBIH PENTING DARIPADA BAHASA INDONESIA DAN BAHASA ASING PENGERTIAN BAHASA Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya Bahasa juga diartikan sebagai alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi dan dihasilkan oleh alat ucap manusia FUNGSI UTAMA BAHASA INDONESIA Alat komunikasi atau sarana untuk menyampaikan informasi (fungsi informatif) o Tidak dapat dipungkiri, jika tanpa bahasa, bahasa, komunikasi komunikasi mustahil dapat dapat dilakukan KEDUDUKAN BAHASA DAERAH KEDUDUKAN Lambang kebanggan daerah Lambang identitas daerah Alat penghubung dalam keluarga dan lingkungan masyarakat FUNGSI Bahasa daerah sebagai pendukung bahasa nasional sesuai dengan perumusan kongres bahasa Indonesia II tahun 54 di Medan bahwa bahasa daerah sebagai pendukung bahasa nasional merupakan sumber pembinaan bahasa Indonesia Bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pada tingkat penulisan SD Bahasa daerah sebagai sumber kebangsaan untuk memperkaya bahasa Indonesia Bahasa Daerah sebagai Identitas Budaya Kepunahan bahasa, terutama bahasa daerah, menjadi masalah serius yang juga perlu perhatian pemerintah dan masyarakat. Sebab, proses kepunahan bahasa ini akan diikuti dengan kepunahan budaya dan pada akhirnya kepunahan masyarakat. Padahal, bahasa adalah refleksi dan identitas yang paling kokoh dari sebuah budaya. Untuk itu, upaya serius dalam menyelamatkan bahasa-bahasa daerah perlu dilakukan sehingga Indonesia tetap menjadi negara yang bhineka tetapi tetap bertunggal ika. Di Indonesia, bahasa daerah secara hukum relatif terlindungi. Ada dua kekuatan yang memayungi eksistensi bahasa daerah. Dalam UUD 1945 Pasal 36 disebutkan, negara menghormati dan memelihara bahasa daerah yang masih digunakan penuturnya, karena bahasa tersebut merupakan bagian dari kebudayaan indonesia yang hidup. Lalu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah menyebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah provinsi wajib melakukan pembinaan bahasa daerah. Pendidikan, baik formal maupun nonformal, adalah sarana untuk pewarisan kebudayaan. Setiap masyarakat mewariskan kebudayaannya kepada generasi yang lebih, kemudian agar tradisi kebudayaannya tetap hidup dan berkembang, melalui pendidikan dan pengembangan MBS Manajemen Berbasis Sekolah.. MBS bukan hanya dilihat dari sekedar pergeseran tata-tata kerja manajemen sekolah semata. Tata kerja baru tersebut harus dipahami dalam konteks yang paling strategik, yaitu dalam aspek implementasi kurikulum dan mutu pembelajaran. Para penggagas MBS berpendapat bahwa tata kerja baru manajemen sekolah harus difokuskan pada upaya untuk meningkatkan kinerja profesional tenaga kependidikan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar bagi para siswa dan menjadikan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan menyenangkan untuk belajar. Sudah lama banyak orang mempertanyakan pendidikan kita, mengapa hasilnya tidak memperkuat dan mengembangkan budaya sendiri? Mengapa bangsa kita mudah larut dalam pengaruh budaya yang datang dari luar? Mengapa budaya asli kita tidak dapat menahan banjir bandang globalisasi yang datang? Pendidikan kita selama ini menjadi sarana pewarisan budaya atau tidak?
POTRET BAHASA INDONESIA DALAM ERA GLOBALISASI Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, seperti tercantum pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda yang berbunyi Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan , bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai sebagai bahasa nasional ; kedudukannya kedudukannya berada diatas bahasa – bahasa daerah. Selain itu , didalam undang – undang dasar 1945 tercantum pasal khusus ( BAB XV
, pasal 36 ) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa Negara ialah bahasa Indonesia. Pertama, bahsa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional sesuai dengan sumpah pemuda 1928; kedua, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Negara sesuai dengan undang – undang dasar 1945. Fungsi Bahasa Indonesia Didalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) Lambang kebanggaan kebangsaan, (2) lambang identitas nasional, (3) alat perhubungan antar warga, antar daerah, dan antar budaya,dan (4) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai – bagai suku bangsa dengan latar belakang social budaya dan bahasanya masing – masing kedalam kesatuan kebangsaan Indonesia. Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, bahasa Indonesia mencerminkan nilai – nilai social budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Atas dasar kebanggaan ini , bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan serta rasa kebanggaan pemakainya senantiasa kita bina. Sebagai lambang identitas nasional,bahasa Indonesia kita junjung disamping bendera dan lambang Negara kita. Di dalam melaksanakan fungsi ini bahasa Indonesia tentulah harus memiliki identitasnya sendiri pula sehingga ia serasi dengan lambang kebangsaan kita yang lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya hanya apabila masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya sedemikian rupa sehingga bersih dari unsure – unsure bahasa lain. Fungsi bahasa Indonesia yang ketiga – sebagai bahasa nasional – adalah sebagai alat perhubungan antar warga , antar daerah, dan antar suku bangsa. Berkat adanya bahasa nasional kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga kesalah pahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang social budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan.kita dapat bepergian dari pelosok yang satu ke pelosok yang lain di tanah air kita dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat komunikasi. Fungsi bahasa Indonesia yang keempat dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, adalah sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai – bagai suku bangsa yang memiliki latar belakang social budaya dan bahasa yang berbeda-beda kedalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Didalam hubungan ini bahasa Indonesia memungkinkan berbagai bagai suku bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai – nilai social budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Lebih dari itu, dengan bahasa nasional itu kita dapat meletakkan kepentingan nasional jauh diatas kepentingan daerah atau golongan. Didalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan , (2) bahasa pengantar didalm dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai bahasa resmi kenegaraan , bahasa Indonesia dipakai didalam segala upacara, peristiwa dan kegiatan kenegaraanbaik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Termasuk kedalam kegiatan – kegiatan itu adalah penulisan dokumen – dokumen dan putusan – putusan serta surat – surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan – badan kenegaraan lainnya, serta pidato-pidato pi dato-pidato kenegaraan. kenegaraan. Sebagai fungsinya yang kedua didalam kedudukannya sebagai bahasa Negara , bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar di lembaga – lembaga pendidikan mulai taman kanak – kanak sampai dengan perguruan tinggi diseluruh Indonesia , kecuali di daerah – daerah, seperti daerah aceh, batak , sunda , jawa , Madura , bali , dan Makassar yang menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar.
Sebagai fungsinya yang ketiga didalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia adalah alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional dan untuk kepentingan pelaksanaan pemerintah . didalam hubungan dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbal – balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat perhubungan antar daerah dan antar suku , melainkan juga sebagai alat perhubungan didalam masyarakat yang sama latar belakang social budaya dan bahasanya. Akhirnya , didalam kedudukannya sebagai bahasa Negara , bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional , ilmu pengetahuan , dan teknologi . didalam hubungan ini bahasa
, pasal 36 ) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa Negara ialah bahasa Indonesia. Pertama, bahsa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional sesuai dengan sumpah pemuda 1928; kedua, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Negara sesuai dengan undang – undang dasar 1945. Fungsi Bahasa Indonesia Didalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) Lambang kebanggaan kebangsaan, (2) lambang identitas nasional, (3) alat perhubungan antar warga, antar daerah, dan antar budaya,dan (4) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai – bagai suku bangsa dengan latar belakang social budaya dan bahasanya masing – masing kedalam kesatuan kebangsaan Indonesia. Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, bahasa Indonesia mencerminkan nilai – nilai social budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Atas dasar kebanggaan ini , bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan serta rasa kebanggaan pemakainya senantiasa kita bina. Sebagai lambang identitas nasional,bahasa Indonesia kita junjung disamping bendera dan lambang Negara kita. Di dalam melaksanakan fungsi ini bahasa Indonesia tentulah harus memiliki identitasnya sendiri pula sehingga ia serasi dengan lambang kebangsaan kita yang lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya hanya apabila masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya sedemikian rupa sehingga bersih dari unsure – unsure bahasa lain. Fungsi bahasa Indonesia yang ketiga – sebagai bahasa nasional – adalah sebagai alat perhubungan antar warga , antar daerah, dan antar suku bangsa. Berkat adanya bahasa nasional kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga kesalah pahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang social budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan.kita dapat bepergian dari pelosok yang satu ke pelosok yang lain di tanah air kita dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat komunikasi. Fungsi bahasa Indonesia yang keempat dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, adalah sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai – bagai suku bangsa yang memiliki latar belakang social budaya dan bahasa yang berbeda-beda kedalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Didalam hubungan ini bahasa Indonesia memungkinkan berbagai bagai suku bangsa itu mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai – nilai social budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Lebih dari itu, dengan bahasa nasional itu kita dapat meletakkan kepentingan nasional jauh diatas kepentingan daerah atau golongan. Didalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan , (2) bahasa pengantar didalm dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai bahasa resmi kenegaraan , bahasa Indonesia dipakai didalam segala upacara, peristiwa dan kegiatan kenegaraanbaik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Termasuk kedalam kegiatan – kegiatan itu adalah penulisan dokumen – dokumen dan putusan – putusan serta surat – surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan – badan kenegaraan lainnya, serta pidato-pidato pi dato-pidato kenegaraan. kenegaraan. Sebagai fungsinya yang kedua didalam kedudukannya sebagai bahasa Negara , bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar di lembaga – lembaga pendidikan mulai taman kanak – kanak sampai dengan perguruan tinggi diseluruh Indonesia , kecuali di daerah – daerah, seperti daerah aceh, batak , sunda , jawa , Madura , bali , dan Makassar yang menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar.
Sebagai fungsinya yang ketiga didalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia adalah alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional dan untuk kepentingan pelaksanaan pemerintah . didalam hubungan dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbal – balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat perhubungan antar daerah dan antar suku , melainkan juga sebagai alat perhubungan didalam masyarakat yang sama latar belakang social budaya dan bahasanya. Akhirnya , didalam kedudukannya sebagai bahasa Negara , bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional , ilmu pengetahuan , dan teknologi . didalam hubungan ini bahasa
Indonesia adalah satu – satunya alat yang memungkinkan kita membina dan mengembangkan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memikili cirri – ciri dan identitasnya sendiri , yang membedakannya dari kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama , bahasa Indonesia kita pergunakan sebagai alat untuk menyatakan nilai – nilai social budaya nasional kita. ( Halim , 1979 : 4 – 56; Moediono,1980:15-31). Disamping itu, sekarang ini fungsi bahasa Indonesia telah pula bertambah besar. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa media massa . media massa cetak dan elektronik, baik visual, audio, maupun audio visual harus memakai memakai bahasa Indonesia. Media massa menjadi tumpuan kita dalam menyebarluaskan menyebarluaskan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Di dalam kedudukannya sebagai sumber pemerkaya bahasa daerah , bahasa Indonesia berperanana sangat penting. Beberapa kosakata bahasa Indonesia ternyata dapat memperkaya khasanah bahasa daerah, dalam hal bahasa daerah tidak memiliki kata untuk sebuah konsep. Bahasa Indonesia sebagai alat menyebarluaskan sastra Indonesia dapat dipakai. Sastra Indonesia merupakan wahana pemakaian bahasa Indonesia dari segi estetis bahasa sehingga bahasa Indonesia menjadi bahasa yang penting dalam dunia internasional. Menurut Gorys Keraf (1997 : 1), Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati bersama. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong tong-tong dan sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi mengandung banyak segi yang lemah. Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks daripada yang dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol atau perlambang. Menurut Felicia (2001 : 1), dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari. Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita tidak teliti berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Pada saat dituntut untuk berbahasa’ bagi kepentingan yang lebih terarah dengan maksud tertentu,
kita cenderung kaku. Kita akan berbahasa secara terbata-bata atau mencampurkan bahasa standar dengan bahasa nonstandar atau bahkan, mencampurkan bahasa atau istilah asing ke dalam uraian kita. Padahal, bahasa bersifat sangat luwes, sangat manipulatif. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Lihat saja, bagaimana pandainya orang-orang berpolitik melalui bahasa. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Agar dapat memanipulasi bahasa, kita harus mengetahui fungsi-fungsi bahasa. Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997: 3). Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun maupun komunikasi. Konsep-konsep Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu,
termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu (Sunaryo, 1993, 1995). Menurut Sunaryo (2000 : 6), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran). Hasil pendayagunaan daya nalar itu sangat bergantung pada ragam bahasa yang digunakan. Pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan menghasilkan buah pemikiran yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia sebagai wujud identitas bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi di dalam masyarakat modern. Bahasa Indonesia bersikap luwes sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat modern. 4.1 Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri Pada awalnya, seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan kehendaknya atau perasaannya pada sasaran yang tetap, yakni ayah-ibunya. Dalam perkembangannya, seorang anak tidak lagi menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan kehendaknya, melainkan juga untuk berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya. Setelah kita dewasa, kita menggunakan bahasa, baik untuk mengekspresikan diri maupun untuk berkomunikasi. Seorang penulis mengekspresikan dirinya melalui tulisannya. Sebenarnya, sebuah karya ilmiah pun adalah sarana pengungkapan diri seorang ilmuwan untuk menunjukkan kemampuannya dalam sebuah bidang ilmu tertentu. Jadi, kita dapat menulis untuk mengekspresikan diri kita atau untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai contoh lainnya, tulisan kita dalam sebuah buku, merupakan hasil ekspresi diri kita. Pada saat kita menulis, kita tidak memikirkan siapa pembaca kita. Kita hanya menuangkan isi hati dan perasaan kita tanpa memikirkan apakah tulisan itu dipahami orang lain atau tidak. Akan tetapi, pada saat kita menulis surat kepada orang lain, kita mulai berpikir kepada siapakah surat itu akan ditujukan. Kita memilih cara berbahasa yang berbeda kepada orang yang kita hormati dibandingkan dengan cara berbahasa kita kepada teman kita. Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, si pemakai bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya. Ia menggunakan bahasa hanya untuk kepentingannya pribadi. Fungsi ini berbeda dari fungsi berikutnya, yakni bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain : agar menarik perhatian orang lain terhadap kita, keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri (Gorys Keraf, 1997 :4). 4.2 Bahasa sebagai Alat Komunikasi Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4). Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi,
– –
kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita. Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-kata griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional. Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal,asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri. 4.3 Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5). Cara berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita hormati . Pada saat kita mempelajari bahasa asing, kita juga berusaha mempelajari bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya, pada situasi apakah kita akan menggunakan kata tertentu, kata manakah yang sopan dan tidak sopan. Bilamanakah kita dalam berbahasa Indonesia boleh menegur orang dengan kata Kamuatau Saudara atau Bapak atau Anda? Bagi orang asing, pilihan kata itu penting agar ia diterima di dalam lingkungan pergaulan orang Indonesia. Jangan sampai ia menggunakan kata kamu untuk menyapa seorang pejabat. Demikian pula jika kita mempelajari bahasa asing. Jangan sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa tersebut. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut. 4.4 Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi adalah salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Lebih jauh lagi, orasi ilmiah atau politik merupakan alat kontrol sosial. Kita juga sering mengikuti diskusi atau acara bincang-bincang (talk show) di televisi dan radio. klan layanan masyarakat atau layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal. Contoh fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat persoalan secara lebih jelas dan tenang.
KEDUDUKAN BAHASA ASING Dalam kedudukannya, bahasa asing tidak memiliki kemampuan untuk bersaing dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional maupun bahasa negara Bahasa asing adalah bahasa negara lain yang tidak digunakan secara umum dalam interaksi sosial di negeri lainnya Jadi, bahasa asing tidak akan pernah menjadi bahasa nasional atau bahasa negara di Indonesia FUNGSI BAHASA ASING FUNGSI UTAMA Sarana untuk memperkenalkan kebudayaan dan peradaban asing FUNGSI PENDUKUNG Alat penghubung antar bangsa Alat pembantu pengembangan bahasa Indonesia menjadi bahasa modern Alat pemanfaat ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk pembangunan nasional Kesadaran berbahasa merupakan modal penting dalam mewujud fungsikan berbahasa yang positif. Apalagi dengan tantangan era globalisasi. Era globalisasi ditandai, antara lain, oleh adanya kontak bahasa dan budaya yang tidak bisa terelakan. Dalam hubungan itu, kedudukan bahasa yang hidup dan diperlukan dalam kegiatan berbangsa dan bernegara perlu dikukuhkan. Untuk memperkukuh kedudukan bahasa dalam era globalisasi itu, upaya yang sungguh-sungguh perlu dipersiapkan dan dilakukan baik dalam berbagai aspek substansial kebahasaan maupun aspek kelembagaan. Upaya terpenting adalah dilakukan oleh pendidikan dengan suatu system yang terorganisir, yatu sekolah. Aktifitas yang dilakukan di sekolah merupakan suatu aktifitas yang mengasyikkan, menyenangkan karena dapat memperoleh berbagai hal yang ingin diketahui. Berbagai harapan yang ditumpukan ke sekolah menyebabkan sekolah senantiasa berusaha mengadakan perbaikan, terutama bagaimana menempatkan bahasa yang beraneka ragam ke posisi yang sesuai dengan tuntutan zaman, namun tetap melestarikan kebudayaan lama. Hal ini untuk menjaga kepunahan budaya daerah karena hadirnya bahasa resmi dan bahasa asing.
Pelindungan Bahasa Daerah dalam Kerangka Kebijakan Nasional Kebahasaan Sugiyono Pendahuluan Indonesia sangat kaya dengan bahasa daerah dan apalagi sastra daerah. Kekayaan itu di satu sisi merupakan kebanggaan, di sisi lain menjadi tugas yang tidak ringan, terutama apabila memikirkan bagaimana cara melindungi, menggali manfaat, dan mempertahankan keberagamannya. Dalam Ethnoloque (2012) disebutkan bahwa terdapat 726 bahasa di Indonesia. Sebagian masih akan berkembang, tetapi tidak dapat diingkari bahwa sebagian besar bahasa itu akan punah. Menurut UNESCO, seperti yang tertuang dalam Atlas of the World’s Language in Danger of Disappearing, di Indonesia terdapat lebih dari 640 bahasa daerah (2001:40) yang di dalamnya terdapat kurang lebih 154 bahasa yang harus diperhatikan, yaitu sekitar 139 bahasa terancam punah dan 15 bahasa yang benar-benar telah mati. Bahasa yang terancam punah terdapat di Kalimantan (1 bahasa), Maluku (22 bahasa), Papua Barat dan Kepulauan Halmahera (67 bahasa), Sulawesi (36 bahasa), Sumatra (2 bahasa), serta Timor-Flores dan Bima-Sumbawa (11 bahasa). Sementara itu, bahasa yang telah punah berada di Maluku (11 bahasa), Papua Barat dan Kepulauan Halmahera, Sulawesi, serta Sumatera (masing-masing 1 bahasa). Dalam keadaan itu, dapat dipastikan bahwa bahasa Indonesia dapat hidup dan berkembang secara lebih baik. Tuntutan komunikasi di daerah urban serta komunikasi di bidang politik, sosial, ekonomi, dan iptek di Indonesia memberi peluang hidup yang lebih baik bagi bahasa Indonesia walaupun bahasa Indonesia ini – sebagai bahasa nasional dan bahasa negara – hanya menempati peringkat kedua dilihat dari nilai ekonominya. Dapat diduga, posisi paling tinggi ditempati oleh bahasa asing, kedua bahasa Indonesia, dan terakhir adalah bahasa daerah. Artinya, dengan bahasa Indonesia, kesempatan orang Indonesia untuk meraih peluang ekonomi lebih besar daripada mereka yang hanya menguasai bahasa daerah, meskipun masih lebih rendah dari peluang mereka yang menguasai bahasa asing. Hilangnya daya hidup bahasa daerah pada umumnya disebabkan oleh pindahnya orang desa ke kota untuk mencari penghidupan yang dianggap lebih layak dan perkawinan antaretnis yang banyak terjadi di
Indonesia. Masyarakat perkotaan, yang pada umumnya merupakan masyarakat multietnis atau multilingual, memaksa seseorang harus meninggalkan bahasa etnisnya dan menuju bahasa nasional. Cara itu dianggap lebih baik daripada harus bersikap divergensi atau konvergensi dengan bahasa etnis yang lain. Bahasa Indonesia merupakan bahasa kompromistis dalam sebuah perkawinan antaretnis. Pada umumnya, bahasa etnis setiap orang tua akan ditinggalkan dan bahasa Indonesia kemudian digunakan dalam keluarga itu karena bahasa itu dianggap sebagai bahasa yang dapat menghubungkan mereka secara adil. Urbanisasi dan perkawinan antaretnis tidak dapat dicegah, bahkan angka urbanisasi dan perkawinan antaretnis cenderung meningkat. Dalam kondisi itu, akankah kita diam saja menghadapi tersingkirnya bahasa daerah? Apa kebijakan pemerintah untuk melindungi bahasa dan sastra daerah di Indonesia? Tulisan ini akan membahas kebijakan pemerintah dalam melindungi bahasa dan sastra daerah, termasuk apa yang sudah dilakukan dan apa yang telah digariskan dalam peraturan perundang-undangan. Bahasa Daerah dan Peraturan Perundang-Undangan Pengaturan tentang bahasa daerah dalam peraturan perundang-undangan bukanlah hal utama, kecuali dalam beberapa perda. Pengaturan penggunaan bahasa daerah menjadi pelengkap pengaturan tentang bahasa Indonesia atau bahasa negara. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional – termasuk Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950 jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1954 dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 yang menjadi cikal bakal Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 –penggunaan bahasa daerah diatur sebagai pelengkap penggunaan bahasa Indonesia yang diwajibkan dalam penyelenggaraan pendidikan nasional di Indonesia. Bahasa daerah boleh digunakan pada tahap awal pendidikan untuk menyampaikan pengetahuan dan keterampilan tertentu. Senada dengan itu, bahasa asing dapat pula digunakan sebagai bahasa pengantar untuk mendukung pemerolehan kemahiran berbahasa asing peserta didik. Baik bahasa daerah maupun bahasa asing mempunyi fungsi pendukung bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar utama dalam sistem pendidikan nasional. Penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar di kelas mejadi bukti bahwa sesungguhnya Indonesia sudah sejak tahun 1950 telah menerapkan prinsip EFA (education for all) yang dicetuskan oleh Unesco baru pada tahun 1990-an. Penggunaan bahasa daerah sebagai pengantar dunia pendidikan merupakan upaya menjangkau peserta didik yang belum mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan dalam bahasa Indonesia. Hal itu sekaligus juga menjadi bukti bahwa Indonesia juga telah menerapkan program MLE (multilingual education) yaitu program pendidikan yang memanfaatkan bahasa pertama sebagai bahasa pengantar di peringkat awal untuk kemudian suatu saat – umumnya pada kelas III atau IV – beralih ke bahasa nasional. Program MLE itu baru dikenalkan oleh Unesco pada tahun 2000-an. Pelindungan terhadap bahasa daerah didasarkan pada amanat Pasal 32 Ayat 2 UUD 1945, yang menyatakan bahwa negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional. Dengan ayat itu, negara memberi kesempatan dan keleluasaan kepada masyarakat untuk melestarikan dan mengembangkan bahasanya sebagai bagian dari kebudayaannya masing-masing. Selain itu, negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. Kebebasan yang diberikan UUD 1945 bukan berarti kebebasan yang tanpa pembatasan karena hingga pada batas tertentu pengembangan dan penggunaan bahasa daerah pasti akan berbenturan dengan ketentuan lain. Untuk keperluan bernegara, kebebasan penggunaan bahasa daerah yang diamanatkan itu akan terbentur dengan batas penggunaan bahasa negara. Untuk keperluan hidup dan pergaulan sosial, keleluasaan penggunaan satu bahasa daerah harus juga menghormati penggunaan bahasa daerah lain. Dengan kata lain, keleluasaan penggunaan dan pengembangan bahasa daerah dalam banyak hal juga tidak boleh melanggar norma “sosial” dan norma perundang -undangan yang ada. Untuk menjamin hubungan harmonis masyarakat Indonesia atas penggunaan bahasanya, Pasal 36C UUD 1945 mengamanatkan bahwa perihal bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan harus diatur dalam sebuah undang-undang. Amanat pasal itulah yang melahirkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Khusus tentang bahasa negara, pengaturannya dituangkan dalam Bab III, mulai Pasal 25 sampai dengan Pasal 45 dalam undang-undang teresebut. Ibarat sisi mata uang, pengaturan tentang bahasa negara, tentu berkaitan dengan pengaturan bahasa yang bukan bahasa negara, yang dalam hal itu berupa bahasa daerah dan bahasa asing. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 yang disahkan berlakunya pada tanggal 9 Juli 2009 mengatur empat subtansi pokok, yaitu bendera negara, bahasa negara, lambang negara, dan lagu kebangsaan. Dalam
undang-undang itu, bahasa Indonesia dibatasi sebagai bahasa yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 dan yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban bangsa. Bahasa daerah diberi batasan sebagai bahasa yang digunakan secara turun-temurun oleh warga negara Indonesia di daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sementara itu, bahasa asing diberi batasan sebagai bahasa di Indonesia selain bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009, baik bahasa daerah maupun bahasa asing, memegang fungsi pendukung bagi bahasa Indonesia. Sebagai pendukung, bahasa daerah dan bahasa asing dapat digunakan apabila fungsi bahasa Indonesia tidak dapat dijalan secara efektif. Dalam hal penggunaan, ditetapkan bahwa bahasa Indonesia wajib digunakan dalam peraturan perundangundangan; dokumen resmi negara; pidato resmi Presiden, Wakil Presiden, dan pejabat negara yang lain yang disampaikan di dalam atau di luar negeri; pengantar dalam pendidikan nasional; pelayanan administrasi publik; nota kesepahaman atau perjanjian; forum resmi yang bersifat nasional atau forum resmi yang bersifat internasional di Indonesia; komunikasi resmi di lingkungan kerja pemerintah dan swasta; laporan setiap lembaga atau perseorangan kepada instansi pemerintahan; penulisan karya ilmiah dan publikasi karya ilmiah di Indonesia; nama geografi di Indonesia; nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau permukiman, perkantoran, kompleks perdagangan, merek dagang, merek jasa, lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang didirikan atau dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia; informasi tentang produk barang atau jasa produksi dalam negeri atau luar negeri yang beredar di Indonesia; rambu umum, penunjuk jalan, fasilitas umum, spanduk, dan alat informasi lain yang merupakan pelayanan umum; dan informasi melalui media massa. Dalam kelima belas ranah penggunaan itu, bahasa daerah (dan/atau bahasa asing) dapat digunakan juga untuk mendukung fungsi bahasa Indonesia hingga batas tertentu. Dalam hal layanan publik, misalnya, bahasa daerah dan bahasa asing dapat menyertai penggunaan bahasa Indonesia dengan tetap mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia. Pengutamaan itu dapat diwujudkan dalam bentuk pola urutan, ukuran tulisan, atau kemenonjolan tulisan itu. Berkaitan dengan upaya pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 memberikan kewenangan dan kewajiban penanganan bahasa dan sastra Indonesia kepada pemerintah pusat dan memberikan kewenangan dan kewajiban penangan bahasa dan sastra daerah kepada pemerintah daerah. Akan tetapi, dalam hal itu semua pemerintah pusat diberi juga kewenangan merumuskan kebijakan nasional kebahasaan yang di dalamnya juga memuat kebijakan tentang apa dan bagaimana pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa daerah itu harus dilakukan. Pemerintah daerah juga diberi kewajiban mendukung pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa Indonesia. Sebaliknya, pemerintah pusat juga harus memberikan dukungan, baik dukungan pendanaan maupun kepakaran, kepada pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa daerah. Kebijakan Penanganan Bahasa Daerah Sejak tahun 1970-an penanganan bahasa di Indonesia didasarkan pada Politik Bahasa Nasional dan Keputusan Kongres Bahasa Indonesia. Sejak tahun 2004, Politik Bahasa Nasional dan keputusan kongres itu lebih menjadi draf RUU Kebahasaan yang akhirnya lahir dalam bentuk Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 pada tanggal 9 Juli 2009. Selanjutnya, sejak tahun 2009 itu, penanganan bahasa di Indonesia, baik bahasa negara, bahasa daerah, maupun bahasa asing, didasarkan pada undang-undang itu. Berdasarkan Pasal 41 dan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009, penanganan bahasa dan sastra daerah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan dalam pelaksanaan tanggung jawab itu, pemerintah daerah harus berkoordinasi dengan pemerintah pusat sebagai pembuat kebijakan nasional kebahasaan. Selain berupa pembagian tugas yang lebih terperinci, koordinasi itu dapat juga berupa fasilitasi kepakaran dan dukungan sumber daya. Penanganan terhadap bahasa dan sastra daerah diklasifikasikan ke dalam tiga hal, yaitu pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra daerah. Dalam pengembangan bahasa dilakukan upaya memodernkan bahasa melalui pemerkayaan kosakata, pemantapan dan pembakuan sistem bahasa, dan pengembangan laras bahasa. Dalam pembinaan bahasa dilakukan upaya meningkatkan mutu penggunaan bahasa melalui pembelajaran bahasa serta pemasyarakatan bahasa ke berbagai lapisan masyarakat. Selain itu, pembinaan bahasa juga dimaksudkan untuk meningkatkan kedisiplinan, keteladanan, dan sikap positif
masyarakat terhadap bahasa itu. Sementara itu, upaya pelindungan dilakukan dengan menjaga dan memelihara kelestarian bahasa melalui penelitian, pengembangan, pembinaan, dan pengajarannya. Upaya pengembangan, pembinaan, dan pelestarian bahasa dilakukan terhadap objek bahasa dan sastra berdasarkan kondisi atau vitalitasnya. Pada tahun 2002 dan 2003, UNESCO dengan bantuan kelompok linguis internasional menetapkan kerangka untuk menentukan vitalitas bahasa untuk membantu pemerintah membuat kebijakan penanganan bahasa di negaranya. Kelompok itu menetapkan sembilan kriteria untuk mengukur vitalitas bahasa. Kesembilan faktor yang dijadikan kriteria vitalitas suatu bahasa adalah jumlah penutur, proporsi penutur dalam populasi total, ketersediaan bahan ajar, respons bahasa terhadap media baru, tipe dan kualitas dokumentasi, sikap bahasa dan kebijakan pemerintah dan institusi, peralihan ranah penggunaan bahasa, sikap anggota komunitas terhadap bahasanya, serta transmisi bahasa antargenerasi. Berdasarkan kriteria itu, vitalitas bahasa digolongkan menjadi enam kelompok (baca Salminen, 1999), yaitu bahasa yang punah (extinct languages), bahasa tanpa penutur lagi; bahasa hampir punah (nearly extinct languages), bahasa dengan sebanyak-banyaknya sepuluh penutur yang semuanya generasi tua; bahasa yang sangat terancam (seriously endangered languages), bahasa dengan jumlah penutur yang masih banyak, tetapi anak-anak mereka sudah tidak menggunakan bahasa itu; bahasa terancam (endangered languages), bahasa dengan penutur anak-anak, tetapi cenderung menurun; bahasa yang potensial terancam (potentially endangered languages) bahasa dengan banyak penutur anakanak, tetapi bahasa itu tidak memiliki status resmi atau yang prestisius; bahasa yang tidak terancam (not endangered languages), bahasa yang memiliki transmisi ke generasi baru yang sangat bagus. Bahasa di Indonesia mempunyai jumlah penutur yang sangat beragam. Vitalitas bahasa daerah di Indonesia menyebar dari status yang paling aman hingga yang benar-benar punah. Di antara bahasa di Indonesia, terdapat tiga bahasa yang penuturnya lebih dari 10 juta jiwa, yaitu bahasa Jawa (penuturnya 84,3 juta jiwa), bahasa Sunda (penuturnya 34 juta jiwa), dan bahasa Madura (penuturnya 13,6 juta jiwa). Penanganan bahasa daerah diklasifikan berdasarkan pengelompokkan vitalitas bahasa tersebut. Pengembangan dan pembinaan dilakukan terhadap bahasa masih dalam status tidak terancam (aman), yaitu bahasa yang digunakan oleh penutur dari generasi muda sampai dengan generasi tua hampir terdapat dalam semua ranah, dan terhadap bahasa yang mempunyai potensi terancam, yaitu bahasa yang penutur anak-anaknya masih banyak, tetapi bahasa itu tidak memiliki status resmi atau status yang prestisius. Bahasa dalam vitalitas kedua itu masih dapat direvitaslisasi. Dengan pengembangan bahasa itu, kita akan mempunyai korpus yang memadai untuk membahasakan apa saja, mempunyai akselerasi yang bagus terhadap dunia pendidikan dan perkembangan iptek, serta dapat mengantisipasi munculnya media baru. Pembinaan dilakukan agar bahasa itu mempunyai transmisi antargenerasi yang baik, baik transmisi melalui dunia pendidikan maupun transmisi melalu interaksi dalam ranah keluarga. Termasuk dalam upaya pengembangan dan pelindungan adalah memantapkan status bahasa, mengoptimalkan dokumentasi, serta menumbuhkan sikap positif penuturnya. Pelindungan terhadap bahasa dilakukan sekurang-kurangnya dua tingkat, yaitu tingkat dokumentasi dan tingkat revitalisasi. Pelindungan bahasa di tingkat dokumentasi akan dilakukan pada bahasa yang sudah tidak ada harapan untuk digunakan kembali oleh masyarakatnya. Bahasa yang dalam keadaan hampir punah dan bahasa yang sangat teracam hanya dapat dilindungi dengan mendukokumentasikan bahasa itu sebelum bahasa itu punah yang sebenarnya. Dokumentasi itu penting untuk menyiapkan bahan kajian jika suatu saat diperlukan. Pelindungan terhadap bahasa yang masih digunakan oleh penutur dari sebagian generasi muda dalam hampir semua ranah atau oleh semua generasi muda dalam ranah keluarga dan agama serta kegiatan adat dilakukan revitalisasi untuk pelestarian. Untuk revitalisasi itu, diperlukan tahap pendahuluan yang meliputi pedokumentasian, pengkajian, dan penyusunan bahan revitalisasi, seperti kamus, tata bahasa, dan bahan ajar. Untuk bahasa yang akan direvitalisasi, harus disiapkan sistem ortografi yang memungkinkan bahasa itu diterima dalam media baru. Dalam hal sastra, pengembangan akan dilakukan terhadap sastra yang bermutu dan bernilai luhur. Sastra yang seperti itu juga akan didukung upaya pembinaan agar tradisi bersastra di kalangan sastrawan pemula dan penikmat sastra tumbuh secara baik. Pelindungan sastra lisan dilakukan untuk merevitalisasi sastra yang hanya tinggal berfungsi sebagai sarana adat, ibadah, atau hiburan. Pelindungan sastra tulis, baik
dalam bentuk fisik maupun nilai yang terkandung di dalamnya, dilakukan terhadap karya sastra yang bernilai luhur untuk aktualisasi. Aktualisasi yang dimaksud adalah penuangan dalam bentuk aktual atau mengadaptasi karya itu melalui alih aksara, alih bahasa, dan alih wahana menjadi karya, seperti seperti film, komik, atau buku audio. Penutup Khazanah bahasa dan sastra di Indonesia sangat beragam, tetapi sebagian besar dari keberagaman itu berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Beberapa bahasa memang masih tergolong dalam posisi aman, tetapi tidak sedikit bahasa yang dalam posisi terancam, hampir punah, atau bahkan telah punah. Dasar hukum yang melandasi kebijakan penanganan bahasa dan sastra daerah telah telah ditetapkan, baik dalam UUD 1945 maupun Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009. Keduanya mencerminkan kemauan politik pemerintah yang nyata, tetapi realisasi upaya pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra daerah belum optimal. Dalam rangka optimalisasi, beberapa provinsi telah melahirkan perda, demikian juga beberapa kementerian. Akan tetapi, optimalisasi upaya pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa daerah belum dilakukan dalam batas-batas yang seharusnya.
Kebijakan Pemerintah Mengenai Bahasa Daerah Bahasa daerah merupakan bahasa ibu, sedangkan bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional dan bahasa resmi Bangsa Indonesia. Bahasa daerah merupakan salah satu warisan budaya bangsa. Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 24/2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara yang di dalamnya mengatur pentingnya perlindungan, pelestarian dan pembinaan bahasa daerah. Bahasa Daerah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009, mendefinisikan bahwa bahasa daerah merupakan bahasa yang digunakan secara turun-temurun oleh warga negara Indonesia di daerah-daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian, bahasa daerah dapat diibaratkan sebagai jati diri masyarakat dari daerah tersebut. Indonesia memiliki sekitar 700 bahasa daerah yang tersebar di 33 provinsi (MediaIndonesia.com edisi 28 April 2012), diantaranya bahasa daerah Sunda, Jawa, Madura, Bali, Bugis, Sasak, Makassar, Buton dan lain-lain. Rancang Bangun Regulasi Untuk Pelestarian Bahasa Daerah Dalam sistem ketatanegaraan otonomi daerah, pelestarian bahasa daerah tidak terlepas dari peran dan tanggung jawab pemerintah daerah, dengan tetap mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009, Tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara Serta Lagu Kebangsaan. Sehingga, regulasi ini diterjemahkan ke dalam peraturan daerah (Perda) sebagai wujud apresiasi Pemda atas pelestarian budaya daerah. Selain itu, Perda tersebut dapat menjadi landasan hukum dan pedoman bagi pemerintah untuk melakukan upaya pembinaan dan pengembangan bahasa daerah. Hal ini didasari adanya kesadaran akan besarnya potensi dan keunikan kebudayaan (salah satunya bahasa) yang dimiliki oleh masing-masing daerah, serta keprihatinan atas kelestarian bahasa daerah yang mulai terkikis oleh pengaruh globalisasi, serta kecenderungan penurunan penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan pergaulan dan keluarga yang semakin jarang dijumpai. Pelestarian Bahasa Jawa Implikasi rancang bangun regulasi pelestarian bahasa daerah semakin marak diupayakan. Di Jawa Tengah, misalnya untuk pelestarian bahasa jawa, rencananya akan mengatur penggunaan bahasa Jawa di institusi penyelenggara pemerintahan dalam situasi tidak resmi atau tidak formal (Kompas, edisi 1 Mei 2012). Untuk menunjukkan komitmen Pemda terhadap bahasa ibu ini, maka pada Tahun 2010 lahir Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 423.5/5/2010 tentang Kurikulum Mata Pelajaran Muatan Lokal (Bahasa Jawa) untuk Jenjang Pendidikan SD/ SDLB/ MI, SMP/ SMPLB/ MTs Negeri dan Swasta. Keputusan ini menegaskan kebijakan mengenai pengajaran Bahasa Jawa dari sekolah dasar sampai sekolah menengah. Perkembangan selanjutnya, dalam penerapan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah tentang Bahasa, Sastra, dan Aksara Jawa akan disesuaikan dengan kearifan lokal masing-masing wilayah. Maksudnya, Wilayah Brebes, Banyumas, tentu memiliki aksen bahasa Jawa sendiri, tidak bisa disamakan dengan Wilayah Semarang atau Solo. Selain itu, dalam pelaksanaan peraturan daerah tersebut, rencananya akan diwajibkan penggunaan Bahasa Jawa minimal sehari dalam sepekan dan akan diterapkan di tingkat instansi
pemerintahan serta sekolah. Bahkan, tidak menutup kemungkinan akan diterapkan di DPRD, misalnya paripurna dilaksanakan dengan pengantar Bahasa Jawa (Kompas.com, Edisi 19 Mei 2012). Pelestarian Bahasa Sunda Di Propinsi Jawa Barat, Perda Bahasa Sunda pada akhir Mei 2012 ini ditargetkan sudah diketok palu. Perda ini sekaligus menjadi payung hukum untuk pelestarian kebudayaan tradisional. Setelah Perda ini disahkan, maka semua instansi diwajibkan memakai Bahasa Sunda terutama di lingkungan sekolah, yaitu di SD dan SMP karena disana terdapat mata pelajaran Bahasa Sunda. Selain itu, seluruh instansi pemerintah pada hari Rabu wajib untuk menggunakan Bahasa Sunda (Republika.co.id, Edisi 21 Mei 2012). Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menetapkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 6 Tahun 1996 tentang Pelestarian, Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara Sunda yang telah digantikan/direvisi dengan Perda Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah (Bandungmedia.com, Edisi 12 Februari 2012). Pelestarian Bahasa Bali Di Bali, Perda sudah disahkan bahkan program kegiatan pembinaan bahasa Bali juga telah berjalan, sebagai berikut; 1. Pemerintah Daerah Tingkat l Bali telah mengeluarkan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 1992 tentang Bahasa, Aksara dan Sastra Bali (Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat l Bali Tahun 1992 Nomor 385 Seri D Nomor 3799). 2. Gubernur juga telah membentuk Badan Pembina Bahasa, Aksara dan Sastra Bali dengan S.K. Nomor 179 Tahun 1995, untuk mewadahi kegiatan-kegiatan berkaitan dengan kehidupan bahasa, aksara dan sastra Bali. 3. Sebagai tindak lanjut program pembinaan, pemeliharaan dan pelestarian bahasa dan aksara Bali telah dilakukan kegiatan-kegiatan pembinaan ke Kabupaten dan Kotamadya se Bali. 4. Khusus untuk pelestarian aksara Bali, Gubernur Kepala Daerah Tingkat l Bali telah mengeluarkan surat Edaran No. 01/1995 untuk mengajak seluruh masyarakat Bali serta mengimbau semua pihak untuk menggunakan tulisan Bali di bawah tulisan Latin pada papan nama instansi pemerintah maupun swasta. Di samping itu untuk nama-nama hotel, restoran, nama jalan, bale banjar, pura, tempat obyek pariwisata, dan tempat-tempat penting lainnya di seluruh Bali diimbau untuk memakai tulisan Bali dan tulisan Latin. Tentang Kritik Sastra Selamatkan Bahasa Daerah Yang Semakin Tergeser Sebuah persoalan dalam bidang sastra yang masih mendesak pemahaman kita ialah mengapa bahasa daerah pada era globalisasi berada dalam keadaan kurang menggembirakan, ia semakin tergeser, tergusur dan tersingkir dari pusat dan puncak perhatian dan kesibukan kita sehari-hari dalam berbahasa. Ini memang bukan persoalan baru, dan memang sudah ramai di perbincangkan pada awal era globalisasi, tapi setiap ada yang mempertanyakan apa yang saat ini harus di perhatikan dalam sebuah sastra Indonesia, saya cenderung menunjuk pada tidak lagi mementingkan bahasa daerah sebagai bahasa terpenting. Dalam era Globalisasi keberadaan bahasa daerah menghadapi situasi yang mengkhawatirkan. Bahasa daerah mulai ditinggalkan penuturnya dalam pergaulan atau kegiatan antarmanusia karena dominannya bahasa asing yang menguasai berbagai bidang. Keadaan itu banyak dirasakan oleh pengguna bahasa daerah yang, antara lain, menyadari bahwa bahasa daerahnya kehilangan otoritas publiknya dan menjadi teks yang terkesan eksklusif. Bahasa Jawa, misalnya, merupakan bahasa yang jumlah penuturnya paling banyak karena termasuk kelompok delapan besar yang dikelompokkan sebagai bahasa yang jumlah penuturnya 2.000.000 orang atau lebih dan di antara kelompok itu bahasa Jawa berada pada peringkat paling atas, yang kemudian diikuti oleh bahasa Sunda, bahasa Madura, bahasa Minangkabau, bahasa Bugis, bahasa Batak, bahasa Banjar, dan bahasa Bali. Sampai saat ini bahasa Jawa juga masih digunakan secara lisan dan tulis. Namun, hal itu tidak berarti bahwa bahasa Jawa jauh dari ancaman kepunahan. Keadaan dan masalah yang dihadapi bahasa Jawa banyak diungkapkan dalam tulisan dan diskusi yang bersifat keluhan. Bahasa Jawa kini menempati posisi pinggiran dan hanya digunakan orang tua. Di Daerah Istimewa Yogyakarta yang sebagian besar masyarakatnya pengguna bahasa Jawa terasa bersikap membiarkan merana. Adanya tulisan Jawa yang terpampang untuk nama jalan hanya dapat dibaca oleh orang tua. Kepunahan bahasa Jawa mencapai 4,1 persen.
Keadaan itu merupakan salah satu contoh permasalahan bahasa daerah. Tidak dapat dipungkiri hal itu pasti juga terjadi pada bahasa daerah lain yang ada di Indonesia. Dalam hal itu, seharusnya Pemerintah tidak berdiam diri. Berbagai kebijakan Pemerintah seharusnya dilakukan untuk mengatasi masalah bahasa daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, yang mengatur pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Berdasarkan pembagian kewenangan, pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia merupakan kewenangan pemerintah pusat, sedangkan pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra daerah termasuk ke dalam kewenangan pemerintah daerah. Kebijakan lain mengenai bahasa dan sastra daerah dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan, Pasal 37 ayat 2, Pasal 38 ayat 2, Pasal 39 ayat 2, dan Pasal 41 ayat 1. Dengan adanya berbagai kebijakan tersebut, berarti masyarakat cukup leluasa untuk melakukan upaya pemertahanan bahasa daerahnya. Pemertahanan bahasa sangat penting karena dapat mewujudkan diversitas kultural, memelihara identitas etnis, menjaga adaptabilitas sosial, dan meningkatkan kepekaan lingusitis. Pemertahanan bahasa daerah dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti digunakannya bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pendidikan dan digunakannya bahasa daerah sebagai mata pelajaran tingkat sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah atas. Bahkan, ada pemerintah daerah yang memberlakukan penggunaan bahasa daearah (Jawa) bagi karyawan pemerintah daerah pada hari ter tentu juga merupakan upaya pemertahanan bahasa daerah. Begitu pula, pengunaan bahasa daerah dalam karya sastra Indonesia juga dapat disebut sebagai upaya pemertahanan bahasa daerah dari kepunahan karena pengarang telah melakukan pendokumenan bahasa dan budaya daerah melalui karya sastra. Dalam pengajaran bahasa yang tercakup juga pengajaran sastra diperlukan adanya bahan ajar karya sastra Indonesia. Untuk itu, karya sastra Indonesia yang menggunakan bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahan ajar karena akan memberi informasi bahasa daerah dan kandungan nilai yang ada dalam kata atau bahasa daearah. Dengan demikian, siswa mendapat materi bahasa, yaitu bahasa yang tidak sekadar informasi dan deretan bunyi, tetapi siswa juga dapat belajar dari nilai yang tertuang dalam kata atau bahasa daerah. Misalnya, ketika kita mengatakan permohonan maaf yang dalam bahasa Jawa adalah nyuwun sewu tidak sekadar mengucapkan bunyi, tetapi sekaligus belajar etika bahwa kata itu digunakan dengan hormat, ikhlas, sopan, dengan suara tidak keras. Dengan demikian, kita belajar bahasa daerah sekaligus belajar tentang nilai-nilai local. Longgarnya moral dan etika pada kalangan Jawa erat kaitannya dengan mulai longgarnya penguasaan generasi muda Jawa akan sistem tingkat tutur dalam bahasa Jawa. Hal itu dapat dipahami karena belajar bahasa tidak hanya sekadar belajar menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi, tetapi juga belajar tentang nilai yang tertuang dalam bahasa itu. Penggunaan dan kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara sebenarnya telah diatur dalam UU No. 24/2009, akan tetapi dewasa ini Bahasa Indonesia mulai tergerus oleh bahasa asing dan juga bahasa gaul yang muncul dalam pergaulan masyarakat. Nasib bahasa daerah tidak lebih baik dari Bahasa Indonesia yang semakin dilupakan masyarakat. Masyarakat kita tampaknya lebih bangga menggunakan bahasa asing atau bahasa Indonesia gaul ketimbang bahasa daerah. Meskipun sejumlah pemerintah daerah telah memasukkan bahasa daerah ke dalam kurikulum pendidikan sebagai upaya pelestarian bahasa daerah hal tersebut tidak berjalan tanpa masalah.
DALAM PERSAINGAN GLOBAL BAHASA ASING LEBIH PENTING DARIPADA BAHASA INDONESIA Persaingan global semakin membuat setiap manusia di muka bumi ini berlomba – lomba untuk menjadi yang lebih baik. setiap manusia harus bisa menjadi mobile decession maker. Tidak hanya itu, waktu yang menjadi pemakan zaman nomor satu di dunia pun memaksa manusia untuk bisa thing outside the box. Zaman sekarang, hanya bisa menggunakan satu bahasa saja sangatlah sulit untuk bisa masuk dalam global competition. Apalagi posisi negara kita yaitu sebagai negara berkembang yang masih memerlukan bantuan dan kontribusi dari negara lain khususnya negara maju. Dengan apakah agar kontribusi itu bisa diterima ? apalagi kalaubukan “bahasa” . Setiap individu setidaknya bisa menggunakan bahasa asing atau bahasa
internasional. Kita tahu bahwa bahasa internasional Bahasa Inggris, untuk bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang dari negara lain, orang tersebut pasti menggunakan bahasa asing. Tidak terkecuali orang indonesia. Bahasa inggris, dimana merupakan bahasa asing di negara indonesia mempunyai peranan besar bagi indonesia itu sendiri. Pengaruh yang diberi pun beraneka ragam, ada yang memberikan pengaruh positif dan tidak jarang juga ada yang meberikan pengaruh negatif. Dengan keberadaan bahasa asing sebagai bahasa internasional, pendidikan indonesia mulai dari taman bermain sampai dengan universitas memiliki kurikulum dan pelajaran tentang bahasa asing. Ini dilakukan agar sumber daya manusia indonesia dapat ikut andil dalam globalisasi dunia. Pengaruh yang cukup positif bukan ? Pengaruh negatif dari bahasa asing itu sendiri ada. Belakangan ini, pengaruh negatif dari bahasa asing tersebut sudah terlihat. Cara pemakaian bahasa belakang ini yang sedang populer di semua kalangan adalah penggunaan bahasa campur aduk. Bahasa indonesia dikombinasikan dengan bahasa asing. Banyak generasi bangsa sekarang yang merasa lebih percaya diri dan gaul jika menggunakan bahasa campur aduk tersebut. Ini jelas mengurangi kekaedahan dan keabsahan akan bahasa indonesia yang menjadi bahasa persatuan itu sendiri. Sejarah juga mencatat, bahwa presiden pertama republik indonesia, Soekarno pernah menggunakan tiga bahasa sekaligus dalam pidatonya. Dalam pidatonya tersebut, beliau menggunakan bahasa Indonesia, yang dicampuradukan dengan bahasa Sunda dan bahasa Belanda. Tidak hanya soekarno, aktivis nasional Soe Hok Gie, dalam bukunya catatan demostran, biasa mencampur bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Itu pun berlangsung pada buku – buku lain sampai sekarang. Jadi, ada dua pengaruh bahasa asing terhadap bahasa Indonesia itu sendiri, yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh negatif itu sendiri terlihat pada generasi bangsa yang tidak lagi memperdulikan keabsahan bahasa indonesia. B. LANDASAN TEORI Dalam Rancangan Undang-Undang Kebahasaan dijelaskan mengenai pengaturan penggunaan bahasa. Rancangan itu disusun untuk melindungi penggunaan bahasa Indonesia, terutama dalam situasi formal. Inti dari rancangan undang-undangan tersebut cakupannya terutama terkait kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, bahasa asing, dan bahasa daerah ( http://www2,kompas.com.htm ). Pada bab III pasal 19 butir (5) Rancangan Undang-Undang Kebahasaan dijelaskan informasi layanan umum dan/atau layanan niaga yang berupa rambu, penunjuk jalan, spanduk, papan iklan, brosur, katalog, dan sejenisnya wajib menggunakan bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa pada situasi itu pemakai bahasa harus menggunakan bahasa Indonesia. Berkaitan dengan masyarakat pemakai bahasa atau pengguna bahasa, dewasa ini kepedulian terdapat bahasa Indonesia makin menipis dan penggunaan bahasa Indonesia pun kian menyempit. Penggunaan bahasa Indonesia pada media massa, media iklan dan luar ruang kini banyak menggunakan bahasa asing, terutama Inggris (Purnama dalam http://www.harian-global.com/news). Pendapat ini mengisyaratkan bahwa jika penggunaan bahasa Indonesia tidak segera ditertibkan, akan mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia. C. PEMBAHASAN Berikut ini adalah istilah-istilah dalam bahasa Indonesia yang berasal/diserap dari bahasa Inggris. Untuk akhiran-akhiran yang umum, seperti -logi, -grafi, -isme. Banyak kata-kata dalam bahasa Inggris juga diserap dari bahasa-bahasa lain, terutama Latin dan Yunani, dan bahasa Indonesia kadang-kadang menyerap langsung dari bahasa-bahasa tersebut, tanpa melalui bahasa Inggris. Selain itu masih banyak lagi istilah-
istilah dari bahasa Inggris yang bertopik khusus, misalnya biologi, teknologi informasi, hukum, yang terlalu banyak jika didaftarkan di satu halaman. Berikut adalah istilah – istilah bahasa serapan yang sering kita pakai sehari – hari dari bahasa Inggris : actor – actor Kata-kata yang tidak mengalami penyesuaian kaidah antara lain: bar, bikini, chatting, digital, domain, doping, download dan upload, e-mail, era, fatal, film, forum, game, generator, global, golf, handphone, herbal, hologram, humor, internet, insomnia, investor, jumbo, laptop, laser, libido, lift, monster, novel, orbit, opera, parabola, paranormal, partner, pizza, radar, regional, robot, supermarket, target, unit, video, visual, voucher, vulgar, refill (isi ulang), remote, runner-up (juara dua), stainless steel (baja tahan karat), tomboy (tomboi), timer, textbook (buku teks), drop-out, deadline (tenggat waktu), leasing, sweater, microwave, megabyte, channel, charger, clearing, fee (upah), booking, blue-jean, bestseller, pick-up, outlet, nonstop, password (kata sandi), online, mark-up, hunting, corned-beef, knock-out, casing, overheadprojector, offside, boarding, sweeping, visa, truck (truk), paranoid, hard-disk, multimedia, scope, stroke, bar-code, sponsor, snack, baby-sitter, jazz, helm, frigid, sedan, recall, booting, check-up,foklift, spray, draw (seri), stocking, voting, ranking, fifty-fifty. D. PENUTUP Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja. Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah Kepulauan Riau sekarang) dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan “Bahasa Indonesia” diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan “imperialisme bahasa” apabi la nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya
Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu. Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi seharihari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia. Fonologi dan tata bahasa Bahasa Indonesia dianggap relatif mudah. Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu. Sedangkan dampak negatif masuknya bahasa asing selain diatas antara lain : 1. Generasi bangsa mulai mengentengkan/menggampangkan untuk belajar bahasa Indonesia. 2. Rakyat Indonesia semakin lama – kelamaan akan lupa akan nilai bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. 3. Rakyat Indonesia akan tidak lagi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 4. Mampu melunturkan semangat nasionalisme dan sikap bangga pada bahasa dan budaya sendiri. Pengaruh positif bahasa asing antara lain : 1. Mampu meningkatkan kekayaan bahasa Indonesia. 2. Semakin banyak orang yang mampu berkomunikasi dalam bahasa asing maka akan semakin cepat pula proses transfer ilmu pengetahuan. 3. Menguntungkan dalam berbagai kegiatan (pergaulan internasional, bisnis, sekolah). 4. Dapat memperoleh dua atau lebih bahasa dengan baik apabila terdapat pola sosial yang konsisten dalam komunikasi, seperti dengan siapa berbahasa apa, di mana berbahasa apa, atau kapan berbahasa apa. BAB II PEMBAHASAN
A. Sebab-sebab Terjadinya variasi penggunaan bahasa asing di Indonesia a) Interferensi Heterogenitas Indonesia dan disepakatinya bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional berimplikasi bahwa kewibawaan akan berkembang dalam masyarakat. Perkembanngan ini tentu menjadi masalah tersendiri yang perlu mendapat perhatian, kedwibahasaan, bahkan kemultibahasaan adalah suatu kecenderungan yang akan terus berkembang sebagai akibat globalisasi. Di samping segi positifnya, situasi kebahasaan seperti itu berdampak negatif terhadap penguasaan Bahasa Indonesia. Bahasa daerah masih menjadi proporsi utama dalam komunikasi resmi sehingga rasa cinta terhadap bahasa Indonesia harus terkalahkan oleh bahasa daerah. Alwi, dkk.(eds.) (2003: 9), menyatakan bahwa banyaknya unsur pungutan dari bahasa Jawa, misalnya dianggap pemerkayaan bahasa Indonesia, tetapi masuknya unsur pungutan bahasa Inggris oleh sebagian orang dianggap pencemaran keaslian dan kemurnian bahasa kita. Hal tersebut yang menjadi sebab adanya interferensi. Chaer (1994: 66) memberikan batasan interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang digunakan itu. Selain bahasa daerah, bahasa asing (baca Inggris) bagi sebagian kecil orang Indonesia ditempatkan di atas bahasa Indonesia. Faktor yang menyebabkan timbulnya sikap tersebut adalah pandangan sosial ekonomi dan bisnis. Penguasaan bahasa Inggris yang baik menjanjikan kedudukan dan taraf sosial ekonomi yang jauh lebih baik daripada hanya menguasai bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Inggris di ruang umum telah menjadi kebiasaan yang sudah tidak terelakkan lagi. Hal tersebut mengkibatkan lunturnya bahasa dan budaya Indonesia yang secara perlahan tetapi pasti telah menjadi bahasa primadona. Misalnya, masyarakat lebih cenderung memilih “pull” untuk “dorong” dan “push” untuk “tarik”, serta “welcome” untuk “selamat datang”.
Sikap terhadap bahasa Indonesia yang kurang baik terhadap kemampuan berbahasa Indonesia di berbagai kalangan, baik lapisan bawah, menengah, dan atas; bahkan kalangan intelektual. Akan tetapi, kurangnya kemampuan berbahasa Indonesia pada golongan atas dan kelompok intelektual terletak pada sikap meremehkan dan kurang menghargai serta tidak mempunyai rasa bangga terhadap bahasa Indonesia. b) Integrasi Selain interferensi, integrasi juga dianggap sebagai pencemar terhadap bahasa Indonesia. Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Proses integrasi ini tentunya memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi itu telah disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya. Contoh kata yang berintegrasi antara lain montir, riset, sopir, dongkrak. c) Alih Kode dan Campur Kode Alih kode ( code swiching) dan campur kode (code mixing) merupakan dua buah masalah dalam masyarakat yang multilingual. Peristiwa campur kode dan alih kode disebabkan karena penguasaan ragam formal bahasa Indonesia. Alih kode adalah beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67). Campur kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai (Chaer, 1994: 69). Di antara ke dua gejala bahasa itu, baik alih kode maupun campur kode gejala yang sering merusak bahasa Indonesia adalah campur kode. Biasanya dalam berbicara dalam bahasa Indonesia dicampurkan dengan unsur-unsur bahasa daerah. Sebaliknya juga bisa terjadi dalam berbahasa daerah tercampur unsur-unsur bahasa Indonesia. Dalam kalangan orang terpelajar seringkali bahasa Indonesia dicampur dengan unsur-unsur bahasa Inggris. B. Langkah-langkah Pencegahan Pergeseran Pemakaian bahasa Indonesia a) Menjadikan Lembaga Pendidikan Sebagai Basis Pembinaan Bahasa Dunia pendidikan yang syarat pembelajaran dengan media bahasa menjadikan bahasa sebagai alat komunikasi yang primer. Sejalan dengan hal tersebut, bahasa baku merupakan simbol dalam dunia pendidikan dan cendekiawan. Penguasaan Bahasa Indonesia yang maksimal dapat dicapai jika fundasinya diletakkan dengan kokoh di rumah dan di sekolah mulai TK (Taman Kanak-kanak) sampai PT (Perguruan Tinggi). Akan tetapi, fundasi ini pada umumnya tidak tercapai. Di berbagai daerah, situasi kedwibahasaan
merupakan kendala. Para guru kurang menguasai prinsip-prinsip perkembangan bahasa anak sehingga kurang mampu memberikan pelajaran bahasa Indonesia yang serasi dan efektif. Bahasa baku sebagai simbol masyarakat akademis dapat dijadikan sarana pembinaan bahasa yang dilakukan oleh para pendidik. Para pakar kebahasaan, misalnya Keraf, 1979:19; Badudu, 1985:18; Kridalaksana, 1987:4-5; Sugono, 1994:8, Sabariyanto, 2001:3; Finoza, 2002:7; Alwi dkk., (eds.) 2003:5; serta Arifin dan Amran, 2004:20 memberikan batasan bahwa bahasa Indonesia baku merupakan ragam bahasa yang digunakan dalam dunia pendidikan berupa buku pelajaran, buku-buku ilmiah, dalam pertemuan resmi, administrasi negara, perundang-undangan, dan wacana teknis yang harus digunakan sesuai dengan kaidah bahasa yang meliputi kaidah fonologis, morfologis, sintaktis, kewacanaan, dan semantis. Rusyana, 1984:152 menyatakan bahwa dalam membina masyarakat akademik, penggunaan bahasa yang tidak baik dan tidak benar akan menimbulkan masalah. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dianggap mempunyai peranan dalam menuju arah pembangunan masyarakat akademik idaman. b) Perlunya Pemahaman Terhadap Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Kurangnya pemahaman terhadap variasi pemakaian bahasa berimbas pada kesalahan penerapan berbahasa. Secara umum dan nyata perlu adanya kesesuaian antara bahasa yang dipakai dengan tempat berbahasa. Tolok ukur variasi pemakaian bahasa adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan parameter situasi. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma yang berlaku dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia (Sugono, 1994: 8). 1. Bahasa Indonesia yang Baik Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang tidak terlalu terikat pada patokan. Dalam situasi formal seperti kuliah, seminar, dan pidato kenegaraan hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal yang selalu memperhatikan norma bahasa. 2. Bahasa Indonesia yang Benar Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa itu meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah penataan penalaran. Jika kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata ditaati secara konsisten, pemakaian bahasa dikatakan benar. Sebaliknya jika kaidah-kaidah bahasa kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak benar atau tidak baku. Hymes (1974) dalam Chaer (1994:63) mengatakan bahwa suatu komunikasi dengan menggunakan bahasa harus memperhatikan delapan unsur yang diakronimkan menjadi SPEAKING, yakni : 1) Setting and Scene, yaitu unsur yang berkenaan dengan tempat dan waktu terjadinya percakapan. Contohnya, percakapan yang terjadi di kantin sekolah pada waktu istirahat tentu berbeda dengan yang terjadi di kelas ketika pelajaran berlangsung. 2) Participants, yaitu orang- orang yang terlibat dalam percakapan. Contohnya, antara karyawan dengan pimpinan. Percakapan antara karyawan dan pimpinan ini tentu berbeda kalau partisipannya bukan karyawan dan pimpinan, melainkan antara karyawan dengan karyawan. 3) Ends, yaitu maksud dan hasil percakapan. Misalnya, seorang guru bertujuan menerangkan pelajaran bahasa Indonesia secara menarik, tetapi hasilnya sebaliknya, murid-murid bosan karena mereka tidak berminat dengan pelajaran bahasa. 4) Act Sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan. Misalnya dalam kalimat: a. Act Sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan. Misalnya dalam kalimat: b. Sinta berkata dalam hati, semoga dia diterima di perguruan tinggi negeri. Perkataan “Semoga aku diterima di perguruan tinggi negeri” pada kalimat (a) adalah bentuk percakapan,
sedangkan kalimat (b) adalah contoh isi percakapan. 5) Key, yaitu menunjuk pada cara atau semangat dalam melaksanakan percakapan. 6) Instrumentalities, yaitu yang menunjuk pada jalur percakapan apakah secara lisan atau bukan. 7) Norm, yaitu yang menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan. 8) Genres, yaitu yang menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan. c) Diperlukan Adanya Undang-Undang Kebahasaan Masih teringat pada benak kita beberapa tahun lalu pemerintah mencanangkan undang-undang tentang penggunaan bahasa Indonesia yang mengharamkan penggunaan bahasa asing di ruang umum. Hal tersebut
menggambarkan kerja pemerintah yang dinilai masih setengah-setengah terhadap bahasa bangsa sendiri. Dengan adanya undang-undang penggunaan bahasa diarapkan masyarakat Indonesia mampu menaati kaidahnya agar tidak mencintai bahasa negara lain di negeri sendiri. Sebagai contoh nyata, banyak orang asing yang belajar bahasa Indonesia merasa bingung saat mereka berbicara langsung dengan orang Indonesia asli, karena Bahasa yang mereka pakai adalah formal, sedangkan kebanyakan orang Indonesia berbicara dengan bahasa informal dan gaul. d) Peran Variasi Bahasa dan Penggunaannya Variasi bahasa terjadi akibat adanya keberagaman penutur dalam wilayah yang sangat luas. Penggunaan variasi bahasa harus disesuaikan dengan tempatnya (diglosia), yaitu antara bahasa resmi atau bahasa tidak resmi. 1. Variasi bahasa tinggi (resmi) digunakan dalam situasi resmi seperti, pidato kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan, khotbah, suat menyurat resmi, dan buku pelajaran. Variasi bahasa tinggi harus dipelajari melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah. 2. Variasi bahasa rendah digunakan dalam situasi yang tidak formal, seperti di r umah, di warung, di jalan, dalam surat-surat pribadi dan catatan untuk dirinya sendiri. Variasi bahasa ini dipelajari secara langsung dalam masyarakat umum, dan tidak pernah dalam pendidikan formal. e) Menjunjung Tinggi Bahasa Indonesia di Negeri Sendiri Sebenarnya apabila kita mendalami bahasa menurut fungsinya yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, maka bahasa Indonesia merupakan bahasa pertama dan utama di negara Republik Indonesia. Bahasa daerah yang berada dalam wilayah republik bertugas sebagai penunjang bahasa nasional, sumber bahan pengembangan bahasa nasional, dan bahasa pengantar pembantu pada tingkat permulaan di sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain. Jadi, bahasa-bahasa daerah ini secara sosial politik merupakan bahasa kedua. BAB III CONTOH DARI PENGARUH BAHASA ASING Semua manusia termasuk mereka yang hidup di daerah terpencil menggunakan bahasa untuk saling berkomunikasi. Bahasa menjadi sangat penting karena apapun yang dilakukan oleh manusia ketika berinteraksi dengan sesamanya adalah dengan media ini. Manusia saling berinteraksi dengan sesamanya dengan berbicara. Berbicara langsung (dengan lisan) dengan saling bertatap muka, berbicara melalui telepon atau mungkin cukup dengan menggunakan fasilitas handphone, dengan sms, misalnya. Anggapan bangsa kita yang seperti itu sebenarnya adalah anggapan yang keliru. Kita seharusnya mengambil falsafah orang Jepang yang dalam belajar bahasa kedua mereka beranggapan ‘get the content, leave lhe language behind’ (dapatkan ide yang ada dalam bahasa tersebut dan tinggalkan bahasa asing tersebut).
Mereka berkeyakinan bahwa tanpa menguasai bahasa Inggris pun, mereka akan sanggup menjadi bangsa yang besar. Dengan menterjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan ke dalam bahasa sendiri tentu akan lebih membawa manfaat karena akan lebih mudah dibaca oleh masyarakat kita, daripada harus sibuk membaca buku-buku barat dengan menyanding kamus besar bahasa Inggris. Mungkin bahasa inggris saat ini memang sangat dominan, karena saat ini memang saat globalisasi dan bahasa inggris juga menjadi bahasa internasional, tapi kalau kita terlalu mengutamakan bahasa inggris, bagaimana bengan bahasa pemersatu kita, bahasa Indonesia? Dan bahasa yang sudah kita bawa sejak lahir yaitu bahasa daerah? Apakah kita dengan begitu saja melupakan, kalau semua masyarakat sudah menganggap bahasa inggris adalah yang paling penting. 3.1 Pengaruh Penggunaan Bahasa Inggris Terhadap Bahasa Indonesia atau Bahasa Daerah. Pada masa sekarang ini, bahasa inggris sepertinya sangat diminati oleh masyarakat, bukan saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh penjuru dunia. Karena saat ini adalah masa globalisasi, dan bahasa inggris adalah bahasa yang digunakan dalam bahasa internasional. Bahasa inggris juga dapat menghilangkan identitas bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dan juga bahasa kesatuan Republik Indonesia, sebagai alat pemersatu bangsa, yang sudah sedikit dilupakan oleh masyarakat Indonesia. Bahasa Indonesia sangat diperlukan dalam Negara kita. Kalau tidak ada bahasa Indonesia maka kita tidak dapat memproklamasikan kemerdekaan kita. Pengaruh yang ada telah membuat bahasa Indonesia terpinggirkan, bahkan di negaranya sendiri, di kalangan masyarakat dan pelajar. Masyarakat kita menyepelekan bahasa Indonesia dan mengagungkan bahasa-bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Spanyol, Jepang, Arab, Perancis atau Mandarin. Keadaan yang begitu berlawanan dengan sejarah awal perkembangan bahasa Indonesia, saat
para pemuda dan rakyat Indonesia dulu sangat menjunjung nilai-nilai kebangsaan dan budaya bangsa. Satu hal yang menjadi ironi lagi adalah bahwa kasus ketidaklulusan ujian nasional pelajar kita adalah karena menyepelekan pelajaran bahasa Indonesia yang menjadi salah satu mata pelajaran yang diujikan. Bahkan sekarang ini, orang-orang yang berkelas menengah atas pun sibuk untuk mencarikan anak-anaknya bimbingan bahasa inggris. Bagi pemerolehan bahasa anak dan juga pada pribadi anak yang menjadi tidak begitu mengenal bahasa Indonesia atau bahkan bahasa daerah sebagai bahasa yang ia kenal pertama kali dalam hidupnya. Seperti itulah sedikit gambaran bahasa inggris yang sekarang sudah lebih diutamakan. Namun ada juga pendapat lain dari responden, yaitu bahasa inggris tidak berpengaruh apaapa dalam bahasa Indonesia, karena bahasa inggris memang bahasa internasional, menggunakan bahasa inggris seperti memang sudah tuntutan perkembangan jaman saat ini. 3.2 Dampak Bahasa Inggris Terhadap Sikap Nasionalisme Berbahasa Indonesia. Segala sesuatu pasti menimbulkan dampak positif dan negative, tidak terkecuali dengan judul yang penulis angkat yaitu pengaruh bahasa inggris terhadap sikap nasionalisme berbahasa Indonesia. Dari penyebaran angket, penulis dapat mengetahui dampak positif dan negative,dari keterangan penulis telah menganalisis seperti di bawah ini: 1. Dampak positif: Ø Dapat mengikuti perkembangan di dunia Karena bahasa inggris adalah bahasa internasioanal, maka kita dapat lebih mudah mengikuti perlembangan di dunia dengan dapat menggunakan bahasa inggris. Ø Perkembangan bahasa Indonesia yang akan mengikuti saluran perdangan internasioanal menjadi lancar. 2. Dampak negative v Menggeser bahasa Indonesia jika orang-orang lebih mengutamakan bahasa inggris Saat ini masyarakat lebih banyak menggunakan bahasa inggris, terlebih lagi para pelajar lebih banyak ikut kursus bahasa inggris inggris dari pada bahasa Indonesia, maka dengan demikian bahasa Indonesia lama-kelamaan akan tergeser oleh bahasa inggris. 3.3
Cara Supaya Sikap Nasionalisme Berbahasa Indonesia Tidak Berkurang Saat masyarakat lebih banyak menggunakan bahasa inggris, maka secara langsung uataupun tidak langsung sikap nasionalisme terhadap bahasa Indonesia/ bahasa daerah sedikit demi sedikit akan berkurang. Ada beberapa cara supaya sikap nasonalisme berbahasa Indonesia tidak berkurang dari masyarakat Indonesia, dan para responden telah memberikan pendapatnya seperti yang ada di bawah ini, a. Tambahan untuk pelajaran bahasa indonesia Tambahan pelajaran untuk pelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah akan membuat para siswa lebih dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Selain itu siswa juga lebih dapat menguasai bahasa Indonesia. b. Pelajaran bahasa daerah dihidupkan kembali Pada saat ini, di sekolah-sekolah SMP DAN SMA sudah jarang sekali kita temui pelajaran bahasa daerah, atau mungkin juga sudah tidak ada pelajaran bahadsa daerah. Bahasa daerah sekarang hanya dipergunakan di Sekolah Dasar, itupun tidak semua Sekolah Dasar ada mata pelajaran bahasa daerah. Sehingga bahasa daerah sudah banyak digunakan. c. Lebih mengutamakan bahasa Indonesia dari pada bahasa inggris. Masyarakat lebih mengutamakan bahasa Indonesia, lebih dapat menguasai bahasa pemersatu bangsa Indonesia, sebelum kita belajar bahasa asing, bahasa inggris. Sehingga bahasa Indonesia tetap menjadi yang no 1, yang utama bagi bangsa indonesia d. Lebih dapat mencintai bahasa Indonesia/bahasa daerah Bahasa Indonesia adalah bahasa yang telah diciptakan oleh para putra bangsa, dan telah disepakati oleh para pahlawan-pahlawan indonesia. Bangsa Indonesia harus lebih mencintai dan menghargai bahasa Indonesia. Walaupun belajar bahasa asing, namun nilai-nilai budaya bahasa Indonesia/bahasa daerah tidak boleh ditinggalkan
BAHASA INDONESIA BERPELUANG MENJADI BAHASA NASIONAL PRO : 1. Saya sebagai pihak pro setuju bahwa bahasa Indonesia berpeluang menjadi bahasa Internasional. Alasannya karena bahasa Indonesia banyak dipelajari oleh warga negara asing. Indikasi mulai diterimanya bahasa Indonesia dalam pergaulan internasional adalah tingginya minat warga asing mempelajari bahasa Indonesia di pusat pembelajaran bahasa Indonesia di negara mereka. Contohnya di negara-negara besar seperti Eropa, Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, Mesir, Italia, Vietnam dan Rusia. Bahkan di Kota Ho Chi Minh, Vietnam, bahasa Indonesia menjadi bahasa ke-dua dan telah diumumkan secara resmi oleh pemerintah kota tersebut sejak Desember 2007 yang setara dengan bahasa Inggris, Perancis dan Jepang. Bahkan dalam surat kabar Tempo yang terbit pada tanggal (20/11/11) di Universitas Benn, Jerman. Seorang Prof. Berthol Damshauser Kepala Program Studi Bahasa Indonesia menyatakan bahwa bahasa Indonesia sangat berpeluang menjadi bahasa Internasional karena banyaknya jumlah penutur bahasa Indonesia khususnya di kawasan Melayu. Karena sebagian besar kosa kata yang terdapat pada Kamus Besar Bahasa Melayu adalah Bahasa Indonesia. Selain itu Deputy Head Asian Languages and Culture yang berasal dari Asosiasi Profesor National Institute of Education Singapore Hadijah Bte R ahmat menilai bahwa Bahasa Indonesia berpeluang menjadi bahasa Internasional mendampingi Bahasa Inggris karena sekitar 400juta penutur B.Indonesia tersebar di 156 Negara. 2. Alasan lain bahasa Indonesia berpeluang menjadi bahasa Internasional karena bahasa Indonesia memiliki tingkatan kata yang mudah dimengerti. Pengucapan kata/kalimat untuk semua situasi meskipun sekarang, kemarin, esok, dan lusa pun tetap sama. Contohnya : kata “Makan”, saya sudah makan kemarin, saya sedang makan, saya ingin makan e sok, tetap dibaca dan ditulis “Makan”. Selain itu menurut Prof.
Berthol Damshauser mengatakan bahasa Indonesia mudah dikuasai karena kemudahan bunyi dan gramatikalnya. Seperti : “APA” ditulis dengan huruf “A -P-A” sedangkan dalam bahasa Inggris ada kata “What” padahal kata ini mengandung huruf “W-H-A-T”. 3. Penyebab lainnya bahasa Indonesia berpeluang menjadi bahasa Internasional karena negara Indonesia merupakan negara yang luas dan memiliki penduduk terbanyak ke -4 setelah RRC, India, dan AS. Peneliti Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dendy Sugono mengatakan, keragaman budaya Indonesia adalah faktor terpenting yang menyebabkan banyak warga negara asing yang ingin mempelajari bahasa Indonesia. Selain itu, penduduk Indonesia juga banyak yang menggunakan jejaring sosial seperti fecebook dan twitter. Hal ini membuat bahasa Indonesia terkenal secara mendunia. Bahkan belum lama ini Universitas Guangdong China mengungkapkan keinginan mereka untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam hal peningkatan studi Indonesia dalam hal ini termasuk pembelajaran bahasa Indonesia di kampus tersebut. Jadi disini saya menyatakan bahwa saya setuju jika Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Internasional.
KONTRA : · Saya sebagai pihak kontra tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Alasannya adalah untuk menjadi sebuah bahasa internasional, bahasa tersebut harus digunakan dalam diplomasi dan perdagangan internasional, dan juga berperan besar dalam penyebaran ilmu pengetahuan. Sedangkan pada kenyataannya bahasa Indonesia belum digunakan dalam diplomasi maupun perdagangan internasional apalagi dalam penyebaran ilmu pengetahuan. Selain harus menjadi bahasa penyebar ilmu pengetahun masyarakat dunia, bahasa diplomasi dan perdagangan masyarakat internasional, syarat lainnya untuk menjadi bahasa dunia adalah pemiliknya harus memiliki rasa percaya diri dan peduli terhadap bahasanya sendiri. Tapi sayangnya kini para generasi penerus bangsa kurang peduli terhadap bahasanya sendiri. Bisa dilihat dari rendahnya nilai hasil ujian nasional mata pelajaran bahasa Indonesia pada tahun 2011. Menurut harian KOMPAS yang terbit pada tanggal 26/5/2011 menyatakan bahwa Dari 11. 443 siswa yang tidak lulus UN tahun 2011, 1.786 (38,43%) di antaranya adalah untuk mata pelajaran bahasa Indonesia. Sedangkan bahasa Indonesia setiap hari dituturkan. Bahkan masyarakat Indonesia sendiri cenderung menggunakan bahasa daerah masing masing dan masyarakat indonesia juga lebih bangga jika menguasai bahasa negara lain. Dan masih ada pula masyarakat Indonesia yang mengalami buta huruf.
· Menurut munsypedia.blogspot.com bahasa Indonesia tidak termasuk 5 bahasa terbesar sebagai bahasa yang digunakan di dunia. Dan 5 besar bahasa tersebut adalah bahasa Mandarin, bahasa Inggris, bahasa Indiea, bahasa Spanyol, bahasa Rusia. Bahkan bahasa Indonesia menempati urutan ke-3 bahasa tersulit di Asia dan menempati urutan ke-15 bahasa tersulit di dunia. · Alasan lainnya adalah Indonesia bukanlah negara yang pernah menjajah, bahkan sejarah mencatat bahwa Indonesia termasuk negara yang paling sering dan paling lama dijajah. Sedangkan bahasa Intenasional yang digunakan berasal dari negara yang sering menjajah negara lain. Bahkan masih banyak negara persemakmuran negara tersebut. Contohnya saja negara Inggris. Jadi menurut saya bahasa Indonesia tidak memiliki peluang untuk menjadi bahasa Internasional.
Bahasa Indonesia berpeluang menjadi bahasa internasional, karena mudah dalam mengucapkan dan sistem kebahasaannya sederhana. “Sehingga, orang asing lebih mudah mempelajarinya dibandingkan mereka mempelajari bahasa Cina,”
kata Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo di Bandar Lampung, Sabtu (7/3). Mendiknas mengatakan hal itu saat menjadi narasumber pada sidang II Tanwir Muhammadiyah di Bandar Lampung. Menurut dia, peluang tersebut bisa muncul karena pergeseran kekuatan kini merambat dari barat ke timur, termasuk di dalamnya Indonesia. “Pergeseran itu mulai terlihat dengan terjadinya krisis global dan episentrumnya di Amerika. Perkembangan perekonomian Indonesia pun terus naik, bahkan dipercaya masuk G- 20,” katanya.
Bahkan, prediksi ekonom, 50 tahun ke depan Indonesia masuk dalam sepuluh besar kekuatan ekonomi dunia. Terkait hal tersebut, lanjut dia, Indonesia berhasil mengembangkan bahasa persatuan yang akan mempermudah dalam berkomunikasi, dan pihak lain tidak sulit mempelajarinya. Mengenai pertanyaan dari peserta tanwir soal mencegah budaya barat yang negatif, ia mengatakan kalau hanya dibebankan pada dunia pendidikan, akan jebol pertahanannya. “Sebab, saat ini pusat pendidikan berada di barat. Apa pun yang ada di sana, terlihat oleh kita ‘kinclong’. Karena itu, perlu proses untuk mengalihkannya ke timur,” katanya.
Mendiknas menambahkan, bahasa Indonesia harus menjadi bahasa pengantar di sekolah, kecuali untuk ilmu pengetahuan dan matematika. “Sekarang tidak ada lagi kurikulum nasional, tetapi yang ada standar isi dan kompetensi,” katanya.
Artinya, menurut dia, isi adalah menjelaskan apa yang harus dilakukan, sedangkan kompetensi target apa yang harus dicapai, dan sekolah diberikan kesempatan menambah muatan lainnya, sehingga setiap ganti menteri tidak harus ganti kurikulum. (Ant/OL-01)
PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL FB DAN TWITER MEMILIKI KENCDRUNGAN BERBAHASA INDONESIA DENGAN BURUK BAIK SECARA LISAN MAUPUN TULIS
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Masa remaja adalah masa dimana seseorang akan mengalami perubahan dalam hidupnya, baik dari segi fisik maupun psikis. Dalam masa ini seseorang akan mengalami tingkat kedewasaan dalam menghadapi hidup ini. Salah satu kecenderungan yang dilakukan remaja pada saat ini adalah penggunaan jejaring sosial melalui akses internet untuk mendapatkan segala informasi, teman dll. Penggunaan jejaring sosial facebook bagi para remaja sudah menjadi kebutuhan pokok yang harus dipenuhi bahkan tidak sedikit para remaja mengabaikan kebutuhan pokok yang sesungguhnya demi bersentuhan dengan jejaring sosial di dunia maya. Membangun pergaulan melalui Jejaring sosial facebook yang mendapatkan informasi yang sedang hangat adalah tujuan dari para remaja menggunakan akses internet untuk mengakses jejaring sosial. Kemajuan teknologi tidak dapat kita hindari, karena kemajuan teknologi berbanding lurus dengan kemajuan dalam ilmu pengetahuan. Kemajuan ini tidak dapat dipisahkan dari dunia remaja yang membutuhkan fasilitas untuk mengakses informasi, mendapatkan banyak teman, serta memenuhi rasa ingin tahunya yang sangat besar terhadap hal-hal baru. 1.2
1. 2. 3. 4. 5. 6.
1.3
Perumusan Masalah
Pengertian remaja dalam tugas perkembangan Pengertian jejaring sosial Facebook dan sejarah facebook Pengaruh HP dan facebook bagi perkembangan remaja Manfaat penggunaan Facebook Dampak penggunakan facebook bagi remaja Upaya-upaya untuk mencegah dampak negatif dari facebook di kalangan remaja
Tujuan Penulisan
1. 2. 3. 4.
Mengetahui pengertian facebook dikalangan remaja Mengetahui dampak positif dari facebook Mengetahui peran facebook dalam pembentukan karakter remaja Mengetahui beberapa upaya pencegahan dampak negatif dari facebook dikalangan remaja 5. Mengetahui cara memanfaatkan facebook dengan baik dan benar 1.4
Manfaat Penulisan
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang peran teknologi dalam perkembangan karakter remaja.
BAB II PEMBAHSAN
2.1
Pengertian Remaja Dalam Tugas Perkembangan
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescere) (kata bendanya adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Instilah adolescence, seperti yang dipergunakan sekarang memil iki arti yang
lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget (121) dengan mengatakan “secara psikologis, masa remaja
adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang – orang yang lebih tua melainkan berada di tingkatan yang sama, sekurang – kurangnya dalam masalah hak. termasuk juga perubahan intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa. Dalam tugas perkembangan sebagai remaja, pada umumnya remaja cenderung menghentikan aktivitas rekreasi yang menuntut banyak pengorbanan tenaga dan berhenti dari perkembangan kesukaan akan rekreasi yang didalamnya ia bertindak sebagai pengamat yang pasif. Ciri-ciri remaja ditinjau dari psikis: Suka mencoba hal-hal yang baru tanpa memperhatikan baik atau buruk. Sudah mulai menyukai lawan jenis. Lebih rapi ( memperhatikan penampilan). Sering memiliki permasalahan yang kompleks. Dan sebagainya.
2.2
Pengertian Jejaring Sosial Facebook dan Sejarah Facebook
Facebook adalah layanan jaringan sosial dan situs web, agar semua orang bisa membuat profil pribadi yg bertujuan mencari teman,keluarga yg tidak pernah kita jumpai atau bertemu. facebook jg menambahkan pengguna lain sebagai teman dan bertukar pesan, termasuk pemberitahuan otomatis ketika mereka memperbarui profilnya.pengguna dapat bergabung dengan grup pengguna yang memiliki tujuan tertentu, diurutkan berdasarkan tempat kerja, sekolah, perguruan tinggi, atau karakteristik lainnya Facebook memungkinkan setiap orang berusia minimal 13 tahun menjadi pengguna terdaftar di situs ini. Sejarah Facebook
Mark Zuckerbeg ialah sosok seorang pemuda yang merupakan pendiri jejaring sosial yaitu Facebook. Pada awalnya Mark Zuckerberg mengenal pemrograman dari kelas enam, ia awal mengenal pemrograman dari sebuah buku yang berjudul "C++ for Dummies". Buku tersebut dijadikan panduan oleh Mark Zuckerbeg untuk awal mulainya ia mengenal dengan dunia pemrograman. Ketika menjadi mahasiswa di Universitas Harvard, Mark Zukerberg pernah membuat situs facemash.com pada tanggal 28 Oktober 2003. Secara ilegal ia mengambil foto teman sekelas di Harvard dan menampilkannya di situs miliknya berdampingan dengan foto binatang. Mark Zukerberg juga pernah melakukan peretasan jaringan komputer Harvard untuk mencuri data pribadi penghuni asrama di Harvard yang kemudian di publish ke situsnya. Karena hal ini membuat situs facemash mendadak terkenal. Setelah itu, Zuckerberg dihukum karena telah menembus keamanan jaringan komputer Harvard, melanggar hak cipta, dan melanggar privasi individu, dan terancam di drop-out. Namun, akhirnya hukuman tersebut dibatalkan oleh pihak kampus.
Dengan munculnya kasus ini Mark Zuckerberg diajak bergabung dengan 3 orang mahasiswa di Harvard University yaitu Cameron Winklevoss , Divya Narendra dan Tyler Winklevoss. Mereka mengerjakan proyek yang mereka idamkan yakni situs sosial khusus untuk mahasiswa Harvard, namun secara perlahan dan tidak diketahui oleh ketiga temannya ternyata Mark Zuckerberg sedang mengembangkan situs pribadinya. Mark Zuckerberg sering berhubungan secara intensif dengan Aaron J. Greenspan yang sebelumnya membuat situs sosial dilingkungan Harvard, tapi akhirnya oleh pihak kampus menutup situsnya karena pelanggaran privasi. Mark Zuckerberg juga berusaha meminta Aaron J. Greenspan untuk mendampinginya dalam menyelesaikan proyek pribadinya yang dirahasiakan namun Aaron J. Greenspan menolak membantu Mark, karena menurut Aaron, Mark Zuckerberg dianggap tidak profesional dan tidak meyakinkannya dalam semua bidang. Pada awal tahun 2004, Mark Zuckerberg mulai mengerjakan situs yang benar-benar akan menjadi Facebook yang kita kenal sekarang, ia terinspirasi oleh sebuah artikel di The Harvard Crimson. Mark mulai bekerja pada proyek barunya setelah dia kembali ke sekolah pada bulan Januari, Kemudian Mark Zuckerberg meluncurkan "The Facebook" situs beta thefacebook.com pada 4 Februari 2004. The Facebook awalnya diluncurkan sebagai semacam buku tahunan online untuk para staf dan mahasiswa dari Harvard. Awalnya dia membuat situs tersebut dikamarnya sebagai sebuah tugas kuliah. Proyek situsnya dibangun di sebuah asrama di Harvard. Dalam mengembangkan situs ini Mark Zuckerberg , dibantu oleh teman sekamarnya dan sesama kuliah di Universitas Harvard, temannya yakni Dustin Moskovitz, Eduardo Saverin, Chris Hughes dan Andrew McCollum. Dalam satu hari, lebih dari dua belas ratus mahasiswa telah mendaftar ke situs milik Mark, pada akhir bulan pertama lebih dari setengah dari semua mahasiswa belajar di Harvard telah membuat halaman sendiri di situsnya. Setelah enam hari situs The Facebook diluncurkan, Trio Harvard Connection, yakni Cameron Winklevoss, Divya Narendra, dan Tyler Winklevoss menuduh Mark Zukerberg sengaja lalai dalam menyelesaikain proyek yang diberikan kepada Zukerberg membuat jejaring sosial bernama HarvardConnection.com, sementara Mark Zukerberg menggunakan ide Trio Harvard Connection untuk membuat situs The Facebook. Trio Harvard Connection mengeluh kepada Harvard Crimson, dan surat kabar itu memulai dalam menginvestigasi kasus ini. Trio Harvard Connection tersebut mengajukan tuntutan hukum terhadap Mark Zuckerberg ke pengadilan. Selama 4 tahun di pengadilan akhirnya kasus ini diselesaikan secara tertutup dimana The Facebook bersedia membayar sejumlah uang dan sahamnya kepada Trio Harvard Connection. Anggota pada situs ini awalnya hanya para mahasiswa Harvard College saja, namun pada Maret 2004, Facebook kemudian memperluas diri ke Universitasuniversitas lainnya. Pada Juni 2004, Facebook memindahkan perusahaannya ke Palo Alto, California. Perusahaan ini pertama kali menerima investasi pada bulan Juni dari pendiri pendamping PayPal, yaitu Peter Thiel. Pada tahun 2005 perusahaan ini menghapus The di awal nama terdahulunya menjadi "Facebook" setelah membeli domain facebook.com dengan nilai $200.000. Mark Zuckerberg menjadi pusat perhatian setelah Mark menolak tawaran dari Yahoo untuk membeli Facebook senilai $ 1 miliar. Mark Zuckerberg lebih memilih penawaran dari Microsoft dengan nilai kontrak $ 240 juta dolar. Microsoft memberikan 1,6% saham di Facebook yang akhirnya meningkatkan penilaian menjadi $ 15 m ilyar. Sekarang Facebook merupakan jejaring sosial networking yang cukup terkenal. Ribuan orang di seluruh dunia telah mendaftarkan diri di situs ini. Di usia muda Mark Zuckerberg berhasil menjadi sosok seorang pemuda yang sukses berkat ketenaran Facebook
2.3
Pengaruh HP dan Facebook Bagi Perkembangan Remaja Di jaman ini, hampir bisa dipastikan setiap orang yg kita temui pastilah punya HP. Untuk beberapa orang bahkan bergeser fungsinya tidak lagi skdar untuk komunikasi tapi lebih untuk bisa eksis di mata teman temannya. Oleh karenanya pula tidak heran kalau ada yang punya 5 HP. Aneh?
Tidak bisa dipungkiri memang. Semakin majunya jaman berimbas pada kecepatan majunya media komunikasi. HP salah satunya. Dulu, orang pikir-pikir untuk nelpon ke HP karena mempertimbangkan pulsanya. Kini, bahkan orang merasa sama sekali tidak sayang tiap bulan mengeluarkan setidaknya 100 ribu untuk berlangganan layanan provider telepon seluler (ponsel). Gaya hidup pun ikut berubah. Dari untuk menjalin komunikasi dan silaturahim menjadi pertaruhan eksistensi diri. Lain HP lain lagi FB. FB adalah salah satu jejaring sosial yang diciptakan oleh anak muda kelahiran tahun 1984, Mark Zuckenberg. Awalnya, dia ciptakan jaringan maya super kompleks ini untuk tujuan sosial. Sekedar bisa mencari kawan lama atau kawan masa kecil. Dengan asumsi setiap orang akan bergabung di FB, maka siapapun bisa bernostalgia dengan kawan di masa lalu. Mark adalah anak muda kreatif yang menempuh pendidikan di Harvard University. Hingga dia menciptakan FB. Demikianlah yang berjalan hingga banyak bermunculan produk turunan FB. Saking luasnya jaring yang dibuat FB, para penggunanya berpikir untuk memanfaatkannya tidak hanya untuk mengunggah foto, memperbarui status, dan forum diskusi saja. Orang yg ingin mencari untung dari FB kemudian membuat portal pendidikan, website bisnis, laman silaturahim, hingga kriminalitas. Demikianlah adanya. Banyak kemudahan dan peluang yang diciptakan FB. Imbas menjamurnya FB adalah hadirnya fitur FB hampir di setiap HP baru. Untuk bisa update status, tak perlu ke warnet. Cukup menjejakkan jemari di keypad (papan ketik) HP dan OK maka status sudah diperbarui.
2.4
Manfaat Penggunaan Facebook
Secara umum Facebook memiliki manfaat : 1. Dapat banyak teman Karena pada dasarnya situs situs jejaring social semacam facebook memang dimaksudkan untuk mencari dan memperbanyak teman. Tapi ini juga bergantung pada motivasi seseorang dalam menggunakan facebook . Ada beberapa orang yang membuat akun facebook hanya sekedar mengikuti tren saja. Hanya sebagai syarat agar tidak disebut remaja kuper alias kurang pergaulan. 2. Bertemu teman lama Akun facebook adalah salah satu sarana untuk bertemu kembali dengan teman lama. Baik itu teman SMP, teman SMA maupun teman yang bertemu melalui jejaring sosial lain. 3. Berbagi informasi Kalau mempunyai informasi menarik dan bermanfaat bisashare di facebook . Sayangnya, saat ini masih jarang orang yang memanfaatkan facebook sebagai sarana untuk berbagi informasi. Kebanyakan dari mereka hanya menggunakan facebook hanya untuk update stattus aktivitas dan chatting. 4. Tempat curhat Bisa saja kita menyalurkan curhat ke dalam facebook , barang kali ada teman-teman yang menanggapi dan memberikan solusinya. 5. Menyalurkan hobi menulis
Di facebook terdapat fasilitas note untuk menampung hobi kita dalam hal tulis-menulis. Bisa sekedar menulis curhatan, puisi, opini, tips, dan sebagainya. 6. Media penyimpanan data Selain sebagai media berbagi informasi. Facebook juga bias digunakan sebagai media penyimpanan data berupa file-file, video, foto, dan lainnya. 7. Sarana promosi Facebook bisa digunakan untuk promosi situs atau web log. Tujuannya tentu agar blognya semakin dikenal dan semakin banyak pengunjungnya. 8. Menghindari stress Ngobrol dengan teman-teman, mengomentari status orang lain yang terkadang lucu dan menggelitik, bermain game, itu bisa menjadi obat stress yang ampuh setelah seharian berkutat dengan pelajaran di sekolah.
2.5
1. 2.
3.
4.
5.
Dampak Penggunaan Facebook Bagi Remaja
Selain memiliki sisi positif, facebook juga memiliki sisi negatif bagi penggunanya. Adapun beberapa sisi negatif yang dimiliki atau disebabkan oleh facebook : Tidak peduli dengan sekitarnya Orang yang sudah kecanduan facebook , akan asyik dengan dunianya sendiri (dunia yang diciptakannya) sehingga tidak peduli dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Kurang sosialisasi dengan lingkungan Ini dampak dari seringnya bermain facebook . Ini cukup mengkhawatirkan bagi perkembangan kehidupan sosial remaja. Mereka yang seharusnya belajar sosialisai dengan lingkungan justru lebih banyak menghabiskan waktu lebih banyak di dunia maya bersama teman-teman facebook nya yang rata rata membahas sesuatu yang tidak penting. Akibatnya kemampuan verbal anak menurun. Menghamburkan uang Akses internet untuk membuka facebook jelas berpengaruh terhadap kondisi keuangan (terlebih kalau akses dari warnet). Dan biaya internet di Indonesia yang cenderung masih mahal bila dibanding negara negara lain (mereka sudah banyak yg gratis). Ini sudah bisa dikategorikan sebagai pemborosan, karena tidak produktif. Mengganggu kesehatan Terlalu banyak nongkrong di depan monitor tanpa melakukan kegiatan apa pun, tidak pernah olahraga sangat berisiko bagi kesehatan. Penyakit akan mudah datang. Telat makan dan tidur tidak teratur. Obesitas (kegemukan), penyakit lambung (pencernaan), dan penyakit mata adalah gangguan kesehatan yang paling mungkin terjadi. Berkurangnya waktu belajar Ini sudah jelas, terlalu lama bermain facebook akan mengurangi jatah waktu belajar si anak sebagai pelajar. Bahkan ada beberapa yang masih asyik bermain facebook saat di sekolah.
6. Kurangnya perhatian untuk keluarga Keluarga di rumah adalah nomor satu. Slogan tersebut tidak lagi berlaku bagi para facebookers. Buat mereka temen temen difacebook adalah nomor satu. Tidak jarang perhatian mereka terhadap keluarga menjadi berkurang. 7. Tersebarnya data pribadi Beberapa facebookers memberikan data-data mengenai dirinya dengan sangat detail. Biasanya ini untuk orang yang baru kenal internet hanya sebatas facebook saja. Mereka tidak tahu resikonya menyebarkan data pribadi di internet. Ingat data data di internet mudah sekali bocor, apalagi facebook yang gampang sekali dihack. 8. Mudah menemukan sesuatu yang berbau pornografi dan sex
Mudah sekali bagi para facebookers menemukan sesuatu yang berbau porno dan. Karena kedua hal itu yang paling banyak dicari di internet dan juga paling mudah ditemukan. nah, inilah fakta tidak dewasanya pengguna intenet Indonesia. 9. Rawan terjadinya perselisihan Tidak adanya kontrol dari pengelola facebook terhadap para anggotanya dan ketidakdewasaan pengguna facebook itu sendiri membuat pergesekan antar facebookers sering sekali terjadi. 10. Sering terjadi penipuan Seperti media media lainnya, facebook juga rawan terhadap penipuan. Apalagi bagi anak-anak yang kurang mengerti tentang seluk beluk dunia internet. Bagi si penipu sendiri, kondisi dunia maya yang serba anonim jelas sangat menguntungkan. 2.6
1. 2.
3.
4.
5.
Upaya Mencegah Dampak Negatif Facebook
Kecanduan terhadap sesuatu memanglah tidak terlalu baik untuk diri sendiri begitu pula dengan ketertarikan facebook yang berlebihan. Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah dampak negatif dari facebook: Bermain facebook secara aman dapat dilakukan dengan cara melindungi password agar orang lain tidak mengetahuinya. jangan menyimpan data yang terlalu pribadi, biasanya para facebookers muda selalu menyimpan data yang pribadi di profil facebook mereka. Misalnya, nomor hp, alamat rumah, nama lengkap dan lainya. Mungkin maksudnya baik, agar terlihat lebih santun dan ramah. Tetapi tu adalah suatu awal dari bumerang. Kenali sisi positif dan negatifnya, dari sekian banyak remaja di Ngentak, 54% dari mereka mengaku bahwa facebook lebih banyak manfaatnya sedangkan 36% mengatakan bahwa facebook lebih banyak negatifnya. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka telah mengetahui dampak negatif dan manfaatnya. menggunakan facebook sesuai porsinya, berlebihan dalam konteks apapun tidak dibenarkan. Jadi hindari yang namanya kecanduan facebook . Jangan sampai menelantarkan belajar demi kesenangan sesaat. bersikap baik, hindari konflik, beragam tipe dan karakter manusia di dalam situs jejaring sosial semacam facebook , membuka peluang terjadinya benturan antara sesama pengguna facebook satu dengan lainnya. Akibatnya sering terjadi perselisihan karena ketidak sepahaman itu. Jadi bersikap baik dan menghindari kemungkinan yang mengarah pada terjadinya konflik adalah upaya yang tepat.
Sedangkan cara mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dalam menggunakan facebook adalah: memasang foto profil yang sopan, karena dengan memasang foto profil yang senonoh dapat menimbulkan perilaku menyimpang bahkan dapat menimbulkan nafsu. membuat status yang tidak menyindir siapapun, jangan sekali-kali melampiaskan kekesalan kepada orang lain di jejaring sosial. Itu dapat merusak citra dan nama baik orang lain diri sendiri. bersikap sopan, jangan bersikap kasar dan tidak sopan pada orang lain. Karena di jejaring sosial seperti facebook , tingkah laku dan ucapan kita dilihat dan disaksikan orang banyak. menulis sesuatu yang menjelek-jelekkan orang lain,menjelekkan keburukan orang lain akan membuat pengguna facebook yang lain merasa malu dan terimidasi dengan sikap kita yang sebenarnya hanya bercanda. menggunakan fasilitas Privacy Setting, ini dilakukan agar hanya orang tertentu saja yang dapat melihat profil facebook kita(tidak dapat dipantau orang lain). simpan username dan password dengan baik agar tidak hack, setelah membuka facebook , sebaiknya facebook di log out dulu agar hacker tidak bisa
menggunakan facebook kita sembarangan. Jangan pernah berikan alamat e-mail dan password kepada orang lain. Dapat menyebabkan tindak kriminalitas.
BAB III PENUTUP 3.1
Kesimpulan
Masa remaja adalah masa dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang – orang yang lebih tua melainkan berada di tingkatan yang sama, sekurang – kurangnya dalam masalah hak. Hal tersebut terbukti bahwa remaja yang tumbh dewasa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk mendapatkan sebuah informasi. Dengan adanya koneksi internet, remaja sudah dapat mengakses sebuah jejaring sosial yaitu facebook. Kini facebook sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan karakter remaja. Dengan adanya facebook remaja jaman sekarang bisa mendapatkan informasi dengan mudah. Hanya dengan membuat profil pribadi di facebook, remaja bisa mendapatkan banyak teman,bertemu teman lama, sebagai tempat curhat dll. Jadi sudah tidak heran lagi kalau jejaring sosial facebook bisa melebihi kebutuhan pokok remaja itu sendiri, akan tetapi facebook juga bisa memberikan dampak positif maupun negatif bagi penggunannya, jadi buat para pengguna yang tak lain adalah remaja harus pintar pintar memanfaatkan facebook dengan baik. 2.1.1 Pengertian Bahasa Secara umum bahasa dapat didefinisikan sebagai lambang atau simbol. Pengertian lain dari bahasa adalah alat komunikasi yang dihasilkan oleh alat ucap pada manusia. Perludiketahui bahwa bahasa terdiri dari kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing mempunyai makna, yaitu hubungan abstrak antara kata sebagai lambang dengan objek atau konsep yang diwakili kumpulan kata atau kosakata itu. Pada waktu kita berbicara atau menulis, kata-kata yang kita ucapkan atau kita tulis tidak tersusun begitu saja, melainkan mengikuti aturan yang ada. Untuk mengungkapkan gagasan,pikiran atau perasaan ita harus memiliki kata-kata yang tepat barulah kita mulai menyusunnya. Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. [5] Bahasa pun mepunyai beberapa pengertian yang didefinisikan oleh para ahli, berikut ini mengenaipenjelasan pengertian dari beberapa ahli mengenai bahasa. . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2001:88) Bahasa adalah sistem bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Menurut Carrol , Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia. [6] Pada waktu kita berbicara atau menulis, kata-kata yang kita ucapkan atau kita tulis tidak tersusun begitusaja, melainkan mengikuti aturan yang ada.Untuk mengungkapkan gagasan, pikiran atau perasaan, kitaharus memilih kata-kata yang tepat dan menyusun kata-kata itu sesuai dengan aturan bahasa. Seperangkataturan yang mendasari pemakaian bahasa, atau yang kita gunakan sebagai pedoman berbahasa inilah yangdisebut tata bahasa .
2.1.2 Makna Alay Alay berasal dari kata Anak Layangan. Bahasa Alay bisa dikatakan bahasa kampungan, karena memang bahasa tersebut sungguh-sungguh tidak mengenal etika berbahasa dan biasanya yang bermain layangan adalah anak-anak kampung (orang kota juga sering, namun kota pinggiran). Apabila kalangan remaja mengunakan bahasa Alay secara tidak langsung telah melecehkan lawan bicara mereka baik secara tulisan ataupun lisan Pada umumnya bahasa alay lebih nampak dalam bentuk tulisan. Alay, Alah lebay, Anak Layu, atau Anak kelayapan yang menghubungkannya dengananak Jarpul (Jarang Pulang). Tapi yang paling santera adalah anak layangan. Dominannya, istilah ini untuk menggambarkan anak yang sok keren, secara fashion, karya (musik) maupun kelakuan secara umum.Konon asal usulnya, alay diartikan “anak kampong” karena a nak kampung yang ratarata berambut merah dan berkulit sawo gelap karena kebanyakan main layangan. Salah satu cirri dari alay tersebut adalah tulisannya yang aneh dan di luar nalar serta akal sehat. Di sini Penulis akan mengklasifikasikan alay-alay kebeberapa tingkatan atau strata menurut dari tulisan mereka (di sini saya bukan mau membahas alay dari wajah atau penampilannya, wajah adalah pemberian dari Tuhan yang merupakan anugerah untuk manusia. Kalau tulisan emang biasanya dibuat oleh para alay itu sendiri). Tulisan gaya alay biasa dengan mudah ditemukan diblog dan forum di internet. Semua kata dan kalimat ‘dijungkir balikkan’ begitu saja dengan memadukan huruf dan angka.Penulisan gaya alay atau anak lebay tidak membutuhkan standar baku atau panduan khusus, semua dilakukan sukasuka dan bebas saja.Sepertinya inilah tren generasi alay. Berikut adalah pengertian alay menurut beberapa ahli (WahyuAdi Putra Ginting, 2010): Menurut definisi Koentjara Ningrat, Alay adalah gejala yang dialami pemuda-pemudi Indonesia, yang ingin diakui statusnya diantara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya berpakain, sekaligus meningkatkan kenarsisan, yang cukup mengganggu masyarakat dunia maya (baca: Pengguna internet sejati,kayak blogger dan kaskuser). Diharapkan sifat ini segera hilang, jika tidak akan mengganggu masyarakat sekitar.[7] 2.1.3 Bahasa alay dalam jejaring sosial Alay adalah singkatan dari Anak layangan, Alah lebay, Anak layu atau Anak kelayapan yang menghubungkannya dengan anak jarpul (Jarang Pulang). Tapi yang paling terkenal adalah Anak layangan.Dominannya,istilah ini menggambarkan anak yang menganggap dirinya keren secara gaya busananya. Pesatnya perkembangan teknologi dizaman modern ini ,penggunaan jejaring sosial lewat internet ini banyak diminati kalangan remaja. Jumlah pengguna bahasa Alay menunjukkan semakin akrabnya genersai muda Indonesia dengan dunia maya tersebut. Munculnya bahasa Alay juga menunjukkan adanya perkembangan zaman yang dinamis, karena suatu bahasa harus menyesuaikan dengan masyarakat penggunanya agar tetap eksis. Akan tetapi, munculnya bahasa Alay juga merupakan sinyal ancaman yangsangat serius terhadap bahasa Indonesia dan pertanda semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi muda zaman sekarang. Dalam ilmu linguistik memang dikenal adanya beragam-ragam bahasa baku dan tidak baku. Bahasa baku biasnya digunakan dalm acara-acara yang kurang formal. Akan tetapi bahasa Alay merupakan bahasa gaul yang tidak mengindah. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Alay untuk generasi muda saat ini sudah sangat tidak mnegindahkan efesiensi, melainkan hanya sekedar trend belaka (Misbakhul Munir, Guru SD Al-Azhar Syifa Budi, Solo).Secara garis besar, mungkin karena salah pergaulan, maka yang merupakan ciri-ciri alay adalah sebagai berikut. 1.Pada account facebook atau friendster, bagi yang cewek di album fotonya memajang cowokcowok ganteng meskipun tidak kenal supaya dianggap cantik dan gaul. Untuk yang cowok, majang foto cewek semua walau tidak kenal agar disangka cowok ganteng. 2.Suka ngirim ‘status’ tidak jelas di yahoo, Friendster ataufacebook :”akkoonlenndhdcnniih” ato “ayokk perang cummendh cmmasa iia” 3.Menganggap dirinya eksis di Friendster atau Facebook atau Multiply (kalau comments banyak berarti anak gaul, menjadi lomba banyak-banyakan comment) 4. Kalau ada org yang hanya melihat profil user di jejaring sosial,lalu mengirim testimonial : “hey cuman view nih?” ataau “heey jgn cuman view doang,add dong! 6.Nama profil jejaring social mengagung-agungkan diria sendiri, seperti: pRinceSscuTez, sHaluccU, cAntieqq, dan lain-lain.
Dari ciri-ciri diatas,dapat diketahui bahwa bahasa alay sudah berkembang pesat dijejaring sosial terutama facebook dan twitter. 2.1.4 Bahasa alay dalam jejaring sosial yang marak dikalangan remaja Bahasa gaul adalah dialek bahasa Indonesia nonformal yang digunakan oleh komunitas tertentu atau di daerah tertentu untuk pergaulan (KBBI, 2008: 116). Bahasa gaul identik dengan bahasa percakapan (lisan). Bahasa gaul muncul dan berkembang seiring dengan pesatnya penggunaan teknologi komunikasi dan situs-situs jejaring social. Bahasa gaul pada umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun tertentu. Hal ini dikarenakan, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Masa remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia (Sumarsana dan Partana, 2002:150). Menurut Owen (dalam Papalia: 2004) remaja mulai peka dengan kata-kata yang memiliki makna ganda. Mereka menyukai penggunaan metafora, ironi, dan bermain dengan kata-kata untuk mengekspresikan pendapat mereka. Terkadang mereka menciptakan ungkapan-ungkapan baru yang sifatnya tidak baku. Bahasa seperti inilah yang kemudian banyak dikenal dengan istilah bahasa gaul. Di samping merupakan bagian dari proses perkembangan kognitif, munculnya penggunaan bahasa gaul juga merupakan ciri dari perkembangan psikososial remaja. Menurut Erikson (1968), remaja memasuki tahapan psikososial yang disebut sebagai identity versus role confusion. Hal yang dominan terjadi pada tahapan ini adalah pencarian dan pembentukan identitas. Remaja ingin diakui sebagai individu unik yang memiliki identitas sendiri yang terlepas dari dunia anak-anak maupun dewasa [8]
DAMPAK POSITIF & NEGATIF SITUS JEJARING SOSIAL \ Situs Jejaring Sosial merupakan sebuah web berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat list pengguna yang tersedia, serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut. [10] Hubungan antara perangkat mobile dan halaman web internet melalui "jaringan sosial" telah menjadi standar dalam komunikasi digital. Awal mula situs jejaring sosial ini muncul pada tahun 1997 dengan beberapa situs yang lahir berbasiskan kepercayaan setelah itu kejayaan situs jejaring sosial mulai diminati mulai dari tahun 2000-an serta 2004 muncul situs pertemanan bernama Friendster lanjut ke tahun-tahun berikutnya tahun 2005 dan seterusnya muncul situs-situs seperti MySpace, Facebook, Twitter dan lain-lain. Zaman semakin canggih karena teknologi yang selalu diperbaharui, segala sesuatu saat ini lebih mudah dilakukan. Selain dampak positif banyak dampak negatif yang ditimbulkan dari jejaring sosial.
Saat ini perkembangan aplikasi media sosial seperti Facebook, Twitter dll,mengalami perkembangan yang sangat pesat baik di kalangan remaja maupun anak-anak.Sebagai aplikasi media sosial hal ini tentu saja membawa banyak dampak baru dalam perkembangan remaja dan anak-anak, baik dampak negatif maupun positif. Dampak positif media sosial dalam perkembangan IT sebenarnya membawa banyak keuntungan, misalnya saja memudahkan dalam hal komunikasi, mencari dan mengakses informasi.Namun di selain itu hal ini juga membawa hal negatif bagi para anak-anak dan remaja yangsalah dalam penggunaan fungsinya tersebut.Dalam hal ini kita sebagai pengguna media sosialharus lebih jeli dalam hal menggunakan fungsi dari media sosial tersebut.
Facebook, twitter dan situs jejaring sosial yang lainnya saat ini merupakan aplikasi teknologi yang sedang digemari kalangan remaja termasuk juga anak-anak. Dengan situs jejaring ini kita dapat memperluas pertemanan baik secara kekerabatan maupun dengan masyarakat luas, bukan hanya dalam ruang lingkup lingkungan tempat tinggal saja tetapi dari berbagai macam kalangan, lingkungan maupun status sosial. Hal tersebut menjadi suatu keharusan bagi remaja untuk memilikinya. Dengan adanya hal tersebut situs jejaring sosial ini mengakibatkan dampak yang positif maupun negatif. Dampak positif dari jejaring sosial diantaranya sebagai sarana untuk mempromosikan iklan yang belakangan ini disebut dengan jual beli online, ada juga yang membuat grup atau komunitas untuk bertukar informasi dan juga memperluas pertemanan. Selain itu jejaring sosial juga dapat mempertemukan tali persaudaraan yang sudah lama tidak bertemu atau s empat putus. Dampak negatif jejaring sosial bagi remaja dan anak-anak adalah dengan situs jejaring sosial yang mereka akan merasa kecanduan dan tidak mengenal waktu karena mereka harus update terhadap situs jejaring sosial yang mereka miliki. Belakangan ini marak kasus penculikan terhadap gadis remaja setelah berkenalan lewat jejaring sosial, ada pula yang melarikan diri atau kabur dari rumah setelah berkomunikasi dengan teman jejaring sosialnya. Dampak negatif situs jejaring sosial juga nampak dalam perubahan sikap yang ditunjukan setelah remaja tersebut kecanduan jejaring sosial diantaranya mereka menjadi malas karena terlalu asyik dengan jejaring sosial mereka, mereka juga lupa akan kewajiban mereka sebagai pelajar. Selain itu mereka juga akan bersikap egois, tidak peduli dengan lingkungan sekitar karena waktu yang mereka miliki dihabiskan untuk internet. Dengan berkembangnya dunia teknologi, saat ini banyak situs-situs jejaring sosial yang menyedot perhatian banyak massa. Sebut saja Facebook dan Twitter yang belakangan ini sangat digandrungi anak kecil, remaja maupun dewasa. Sudah dapat dipastikan situs jejaring sosial ini memiliki dampak positif dan negatif bagi penggunanya itu sendiri. Pemanfaatan internet akhir – akhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Media internet tidak lagi hanya sekedar menjadi media berkomunikasi semata, tetapi juga sebagai bagian tak terpisahkan dari dunia bisnis, industry, pendidikan dan pergaulan social. Khusus mengenai jejaring social atau pertemanan melalui dunia internet, atau lebih dikenal dengan social network pertumbuhannya sangat mencengangkan. Dunia telah berubah dan akan terus berubah, jarak antar daerah bahkan antar Negara telah semakin dekat. Beberapa puluh tahun lalu kita sempat takjub dengan televisi yang bisa membagi informasi gambar bergerak ke seluruh pelosok negeri. Kini zaman telah berubah setiap orang bisa berbagi gambar bergerak kepada yang lainya, setiap orang bisa berbicara dan saling melihat lawan bicaranya secara langsung dimanapun ia berada. Teknologi informasi yang berbasis internet telah berkembang pesat di indnesia, produk berbasis internet yang paling di gemari saat ini adalah situs jejaring social berupa facebook dan twitter. Dengan layanan situs jejaring sosial ini kita dapat berkomunikasi dengan teman-teman baru maupun lama dari belahan dunia manapun. Arus perkembangan teknologi ini bagaimana pun tak akan bisa kita bendung, sebagian besar anak dan remaja saat ini telah familiar dengan berbagai situs jejaring sosial tersebut, tidak saja anak dan remaja kota, bahkan anak-anak di pedesaan pun kini telah berangsur-angsur mulai menggunakan jejaring sosial tersebut. Berkembang pesatnya situs jejaring sosial tersebut tentu saja punya dampak positif dan juga negatif, oleh karena itu pentig untuk di buat suatu sistem pengawasan dan bimbingan bagi mereka agar dampak negatif nya dapat di hindari dan dampak positif nya semakin di ras akan. Tugas mengawasi dan membimbing itu tentu saja bukan tugas guru di sekolah semata, orang tualah yang seharusnya berperan dalam pengawasan dan bimbingan bagi anak-anaknya. Untuk
pedoman pengawasan tersebut tentu saja para orang tua dan para anak dan remaja itu sendiri mengetahui apa saja dampak positif dan negatif situs jejaring sosial tersebut. Untuk itu di bawah ini akan saya sebutkan beberapa dampak negatif dan positif pemanfaatan situs jejaring social tersebut.
A .Dampak positif jejaring soial
Anak dan remaja dapat belajar mengembangkan keterampilan teknis dan social yang sangat di butuhkan di zaman digital seperti sekarang ini. Mereka akan belajar bagaimana cara beradaptasi,bersosialisai dengan public dan mengelola jaringan pertemanan Memperluas jaringan pertemanan, anak dan remaja akan menjadi lebih mudah berteman dengan orang lain di seluruh dunia, meski sebagian besar diantaranya belum pernah mereka temui secara langsung. Anak dan remaja akan termotivasi untuk belajar mengembangkan diri melalui teman-teman yang mereka jumpai secara online, karena di sini mereka berinteraksi dan menerima umpan balik satu sama lain. Situs jejaring social membuat anak dan remaja menjadi lebih bersahabat, perhatian, dan empati, misalnya memberi perhatian saat ada teman mereka yang ulang tahun, mengomentari foto, video dan status teman mereka, menjaga hubungan persahabatan meski tidak dapat bertemu secar a fisik. Internet sebagai media komunikasi : merupakan fungsi internet yang paling banyak digunakan dimana setiap pengguna internet dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh dunia Media pertukaran data : dengan menggunakan email, newsgroup, ftp dan www (world wide web : jaringan situs-situs web) para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat dan murah. Media untuk mencari informasi atau data : perkembangan internet yang pesat, menjadikan www sebagai salah satu sumber informasi yang penting dan akurat. Kemudahan memperoleh informasi : kemudahan untuk memperoleh informasi yang ada di internet banyak membantu manusia sehingga manusia tahu apa saja yang terjadi. Selain itu internet juga bisa digunakan sebagai lahan informasi untuk bidang pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain. Kemudahan bertransaksi dan berbisnis dalam bidang perdagangan : Dengan kemudahan ini, membuat kita tidak perlu pergi menuju ke tempat penawaran/penjualan karena dapat di lakukan lewat internet.
B. D ampak Negatif jejaring sosial
Anak dan remaja menjadi malas belajar berkomunikasi di dunia nyata. Tingkat pemahaman bahasa pun menjadi terganggu. Jika anak terlalu banyak berkomunikasi di dunia maya, maka pengetahuan tentang seluk beluk berkomunikasi di kehidupan nyata, seperti bahas tubuh dan nada suara, menjadi berkurang. Situs jejaring social akan membuat anak dan remaja lebih mementingkan diri sendiri. Mereka menjadi tidak sadar akan lingkungan sekitar mereka, karena kebanyakan menghabiskan waktu di internet. Hal ini dapat mengakibatkan anak menjadi kurang berempati di dunia nyata. Bagi anak dan remaja, tidak ada aturan ejaan dan tata bahasa di jejaring social. Hal ini akan membuat mereka semakin sulit membedakan anatara berkomunikasi di situs jejaring social dan dunia nyata. Hal ini tentunya akan mempengaruhi keterampilan menulis mereka di sekolah dalam hal ejaan dan tata bahasa. Situs jejaring social adalah lahan subur bagi predator untuk melakukan kejahatan. Kita tidak akan pernah tahu apakah seseorang yang baru di kenal anak kita di internet, menggunakan jati diri yang sesungguhnya. Pornografi : Anggapan yang mengatakan bahwa internet identik dengan pornografi, memang tidak salah. Dengan kemampuan penyampaian informasi yang dimiliki internet, pornografi pun merajalela. Untuk mengantisipasi hal ini, para produsen browser melengkapi program mereka dengan kemampuan untuk memilih jenis home page yang dapat di akses. Di internet terdapat
gambar-gambar pornografi dan kekerasan yang bisa mengakibatkan dorongan kepada seseorang untuk bertindak kriminal. Penipuan : Hal ini memang merajalela di bidang manapun. Internet pun tidak luput dari serangan penipu. Cara yang terbaik adalah tidak mengindahkan hal ini atau mengkonfirmasi informasi yang Anda dapatkan pada penyedia informasi tersebut. Carding : Karena sifatnya yang real time (langsung), cara belanja dengan menggunakan Kartu kredit adalah cara yang paling banyak digunakan dalam dunia internet. Para penjahat internet pun paling banyak melakukan kejahatan dalam bidang ini. Dengan sifat yang terbuka, para penjahat mampu mendeteksi adanya transaksi (yang menggunakan Kartu Kredit) on-line dan mencatat kode Kartu yang digunakan. Untuk selanjutnya mereka menggunakan data yang mereka dapatkan untuk kepentingan kejahatan mereka. Perjudian : Dampak lainnya adalah meluasnya perjudian. Dengan jaringan yang tersedia, para penjudi tidak perlu pergi ke tempat khusus untuk memenuhi keinginannya. Anda hanya perlu menghindari situs seperti ini, karena umumnya situs perjudian tidak agresif dan memerlukan banyak persetujuan dari pengunjungnya.
Dampaknya terhadap sosial dan budaya : Akibat kemajuan Teknologi bisa kita lihat : 1.Perbedaan kepribadian pria dan wanita. Banyak pakar yang berpendapat bahwa kini semakin besar porsi wanita yang memegang posisi sebagai pemimpin, baik dalam dunia pemerintahan maupun dalam dunia bisnis. Bahkan perubahan perilaku ke arah perilaku yang sebelumnya merupakan pekerjaan pria semakin menonjol. Data yang tertulis dalam buku Megatrend for Women:From Liberation to Leadership yang ditulis oleh Patricia Aburdene & John Naisbitt (1993) menunjukkan bahwa peran wanita dalam kepemimpinan semakin membesar. Semakin banyak wanita yang memasuki bidang politik, sebagai anggota parlemen, senator, gubernur, menteri , dan berbagai jabatan penting lainnya. 2.Meningkatnya rasa percaya diri. Kemajuan ekonomi di negara-negara Asia melahirkan fenomena yang menarik. Perkembangan dan kemajuan ekonomi telah meningkatkan rasa percaya diri dan ketahanan diri sebagai suatu bangsa akan semakin kokoh. Bangsa-bangsa Barat tidak lagi dapat melecehkan bangsa-bangsa Asia. 3.Tekanan, kompetisi yang tajam di berbagai aspek kehidupan sebagai konsekuensi globalisasi, akan melahirkan generasi yang disiplin , tekun dan pekerja keras Meskipun demikian, Kemajuan Teknologi akan berpengaruh Negatif pada aspek budaya: 1.Kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan pelajar. Kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya pemenuhan berbagai keinginan material, telah menyebabkan sebagian warga masyarakat menjadi “kaya dalam materi tetapi miskin dalam rohani”. 2.Kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja semakin meningkat semakin lemahnya kewibawaan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat, seperti gotong royong dan tolong-menolong telah melemahkan kekuatan-kekuatan sentripetal yang berperan penting dalam menciptakan kesatuan sosial. Akibatnya bisa dilihat bersama, kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja dan pelajar semakin meningkat dalam berbagai bentuknya, seperti perkelahian, corat-coret, pelanggaran lalu lintas sampai tindak kejahatan. 3.Pola interaksi antar manusia yang berubah kehadiran komputer pada kebanyakan rumah tangga golongan menengah ke atas telah merubah pola interaksi keluarga. Komputer yang disambungkan dengan telpon telah membuka peluang bagi siapa saja untuk berhubungan dengan dunia luar. Program internet relay chatting (IRC) , internet, dan e-mail telah membuat orang asyik dengan kehidupannya sendiri. Selain itu tersedianya berbagai warung internet (WARNET) telah memberi peluang kepada banyak orang yang tidak memiliki komputer dan saluran internet sendiri untuk
berkomunikasi dengan orang lain melalui internet. Kini semakin banyak orang yang menghabiskan waktunya sendirian dengan komputer. Melalui program internet relay chatting (IRC) anak-anak bisa asyik mengobrol dengan teman dan orang asing kapan saja.
Dilihat dari segi hukum : Dampak Negatif Internet
1. Cybercrime Adalah kejahatan yang di lakukan seseorang dengan sarana internet di dunia maya yang bersifat. • Melintasi batas Negara • Perbuatan dilakukan secar a illegal • Kerugian sangat besar • Sulit pembuktian secara hukum Bentuk-bentuk cybercrime sebagai berikut : Hacking – Usaha memasuki sebuah jaringan dengan maksud mengeksplorasi atupun mencari kelemahan system jaringan. Cracking – Usaha memasuki secara illegal sebuah jaringan dengan maksud mencuri, mengubah atau menghancurkan file yang di simpan padap jaringan tersebut.
2. Parnografi
Anggapan yang mengatakan bahwa internet identik dengan parnografi, memang tidak salah. Dengan kemampuan penyampaian informasi yang dimiliki internet, pornografi pun merajalela.Untuk mengantisipasi hal ini, para produsen ‘browser’ melengkapi program mereka dengan kemampuan untuk memilih jenis home-page yang dapat di-akses.Di internet terdapat gambar-gambar pornografi dan kekerasan yang bisa mengakibatkan dorongan kepada seseorang untuk bertindak kriminal. 3. Violence And Gore
Kekejaman dan kesadisan juga banyak ditampilkan. Karena segi bisnis dan isi pada dunia internet tidak terbatas, maka para pemilik situs menggunakan segala macam cara agar dapat ‘menjual’ situs mereka. Salah satunya dengan menampilkan hal-hal yang bersifat tabu. 4. Penipuan
Hal ini memang merajalela di bidang manapun. Internet pun tidak luput dari serangan penipu. Cara yang terbaik adalah tidak mengindahkan hal ini atau mengkonfirmasi informasi yang Anda dapatkan pada penyedia informasi tersebut. sehingga pembuktian secara hukum agak sulit di tindak, karena para pelaku kejahatan dalam internet bisa berada dimana saja. Para pelajar yang baru mengenal internet biasanya menggunakan fasilitas ini untuk mencari hal yang aneh-aneh. Seperti gambar-gambar yang tidak senonoh, atau video-video aneh yang bersifat “asusila” lainnya yang dapat mempengaruhi jiwa dan kepribadian dari siswa itu sendiri, sehingga siswa terpengaruh dan mengganggu konsentrasinya terhadap proses p embelajaran disekolah, namun demikian tidak semua siswa melakukan hal yang demikian, hanya segelintir pelajar yang usil saja yang dapat melakukannya karena kurang memiliki rasa tanggungjawab terhadap diri pribadi dan sekitarnya, namun pada umumnya internet digunakan oleh setiap pelajar untuk mencari atau mendapatkan informasi. Hal ini dapat menjadi sebuah motivator terhadap pelajar untuk terus berkembang dan juga dapat berfungsi sebagai penghancur (generasi muda), remaja adalah makhluk yang rentan terhadap perubahan disekitarnya, dia akan mengikuti hal yang paling dominan yang berada didekatnya jadi kemungkinan terjadinya perubahan yang drastis dalam masa-masa remaja akan mendorong kearah mana remaja itu akan berjalan, kearah positif atau negative tergantung dari mana di memulai. Remaja yang kesehariannya bergaul dengan internet akan lebih tanggap terhadap perubahan informasi disekitarnya karena ia terbiasa dan lebih mengetahui tentang informasi-informasi tersebut sehingga dia lebih daripada yang lainnya. Tetapi selain itu, remaja yang memiliki kecenderungan
pada hal yang negatif justru sebaliknya, dia akan nampak pasif karena hanya diperbudak oleh kemudahan dan kayaan informasi dari internet tersebut.
Penggunaan Bahasa Indonesia di Jejaring Sosial (Facebook dan Twitter) Kurang Mendidik Dalam ujian praktek debat Bahasa Indonesia saya mendapatkan tema "Penggunaan Bahasa Indonesia di Jejaring Sosial Kurang Mendidik" sebagai kontra. Sebagian tulisan ini saya ambil dari berbagai sumber, semoga dapat bermanfaat untuk anda :) Penggunaan Bahasa Indonesia di Jejaring Sosial Kurang Mendidik Saya sebagai kontra tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Alasannya penggunaan bahasa Indonesia di jejaring sosial justru mempermudah komunikasi. Mayoritas remaja yang menganggap bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD terlalu kaku dan terlalu banyak aturan. Bahasa Indonesia yang baik dan benar masih menjadi bahasa yang sulit untuk digunakan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan dan faktanya Bahasa Indonesia merupakan bahasa ke-3 tersulit di Asia. Bahasa yang di gunakan di jejaring sosial merupakan salah satu kreatifitas kalangan remaja dalam mengekspresikan dirinya melalui bahasa, dan itu bukan merupakan sebuah masalah jika diposisikan pada tempat yang sesuai dan proporsi yang tepat dengan memperhatikan kondisi, kapan dan dengan siapa mereka berbicara. Bahasa yang sering digolongkan oleh para ahli ke dalam ragam bahasa tidak resmi atau slang. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ed. IV, 2008) mendefinisikannya sebagai “ragam bahasa tidak resmi dan tidak baku yang sifatnya musiman, dipakai oleh kaum remaja atau kelompok sosial tertentu untuk komunikasi intern dengan maksud agar yang bukan anggota kelompok tidak mengerti." Bahasa yang digunakan di jejaring sosial yang semakin marak merupakan realitas akibat dinamika peradaban manusia. Bahasa di jejaring sosial merupakan pola bahasa peralihan dari bahasa lisan ke bahasa tulisan. Tidak ada yang salah dalam bahasa di jejaring sosial karena dinamika peradaban manusia, budaya, dan lingkungan/demografis adalah factor-faktor yang mempengaruhi pola berbahasa seseorang. Disisi lain terdapat motivator-motivator yang aktiv di jejaring sosial yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jadi, menurut saya tidak semua penggunaan Bahasa Indonesia di jejaring sosial kurang mendidik. Suatu hal yang harus tetap disepaki adalah penggunaan bahasa Indonesia yang bercampur kode dengan bahasa gaul, dunia maya, alay, ataupun bahasa daerah selagi tidak dipakai dalam
situasi formal tidak lah perlu dirisaukan (Nababan 1993) PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI JEJARING SOSIAL
Bahasa merupakan instrumen terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Bahasa adalah simbol-simbol yang digunakan untuk menyatakan gagasan, ide, dan perasaan orang kepada orang lain. Mulai dari bangun tidur, makan, mandi, sampai tidur lagi, atau melakukan berbagai aktivitas manusia lainnya, tidak luput dari adanya penggunaan bahasa. Bahasa memiliki berbagai variasi atau ragam bahasa. Hartman dan Stork (1972) membedakan variasi berdasarkan kriteria (a) latar belakang geografi dan sosial penutur, (b) medium yang digunakan, dan (c) pokok pembicaraan. Variasi atau ragam bahasa menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya. Berdasarkan usia, kita dapat melihat perbedaan variasi